Dokumen tersebut berisi informasi mengenai beberapa obat, termasuk komposisi, indikasi, kontraindikasi, efek samping, dan dosisnya. Di antaranya adalah obat PANTERA untuk penyakit ulkus dan refluks, AMOXICILLIN untuk infeksi bakteri, dan CENDOXITROL untuk kondisi inflamasi mata.
Lamivudine adalah obat golongan NRTI yang bekerja dengan menghambat enzim reverse transcriptase untuk mencegah pertumbuhan HIV. Kombinasi lamivudine dan zidovudine dapat menghasilkan efek sinergis. Lamivudine dan zalsitibin tidak boleh diberikan bersamaan karena akan saling bersifat antagonis.
Obat obat yang digunakan pada kemoterapi tuberkulosisfikri asyura
Dokumen tersebut membahas tentang obat-obat yang digunakan dalam kemoterapi tuberkulosis, yang terdiri dari obat pilihan pertama seperti isoniazid, rifampin, etambutol, dan streptomisin, serta obat pilihan kedua seperti ofloksasin, siprofloksasin, dan etionamid. Dokumen juga menjelaskan mekanisme kerja, dosis, dan efek samping masing-masing obat tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang golongan antibiotika makrolida, yang merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman. Makrolida pertama kali ditemukan adalah eritromisin, diikuti oleh klaritromisin dan azitromisin yang merupakan turunannya. Makrolida bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.
Resep tersebut mengandung 3 obat yaitu metronidazol, amoxan, dan ostelox untuk mengobati infeksi periodontitis. Analisis menunjukkan ketiga obat tersebut sesuai secara administrasi, farmaseutik, dan klinis untuk pengobatan pasien tanpa interaksi antar obat.
Dokumen tersebut berisi informasi mengenai beberapa obat, termasuk komposisi, indikasi, kontraindikasi, efek samping, dan dosisnya. Di antaranya adalah obat PANTERA untuk penyakit ulkus dan refluks, AMOXICILLIN untuk infeksi bakteri, dan CENDOXITROL untuk kondisi inflamasi mata.
Lamivudine adalah obat golongan NRTI yang bekerja dengan menghambat enzim reverse transcriptase untuk mencegah pertumbuhan HIV. Kombinasi lamivudine dan zidovudine dapat menghasilkan efek sinergis. Lamivudine dan zalsitibin tidak boleh diberikan bersamaan karena akan saling bersifat antagonis.
Obat obat yang digunakan pada kemoterapi tuberkulosisfikri asyura
Dokumen tersebut membahas tentang obat-obat yang digunakan dalam kemoterapi tuberkulosis, yang terdiri dari obat pilihan pertama seperti isoniazid, rifampin, etambutol, dan streptomisin, serta obat pilihan kedua seperti ofloksasin, siprofloksasin, dan etionamid. Dokumen juga menjelaskan mekanisme kerja, dosis, dan efek samping masing-masing obat tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang golongan antibiotika makrolida, yang merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman. Makrolida pertama kali ditemukan adalah eritromisin, diikuti oleh klaritromisin dan azitromisin yang merupakan turunannya. Makrolida bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.
Resep tersebut mengandung 3 obat yaitu metronidazol, amoxan, dan ostelox untuk mengobati infeksi periodontitis. Analisis menunjukkan ketiga obat tersebut sesuai secara administrasi, farmaseutik, dan klinis untuk pengobatan pasien tanpa interaksi antar obat.
Dokumen tersebut membahas tentang antibiotik amoksisilin, termasuk struktur kimia, indikasi, dosis, interaksi, dan efek sampingnya. Juga membahas tentang antibiotik lain seperti ampisilin dan flukloksasilin."
Dokumen tersebut membahas tentang pengobatan penyakit saluran pernafasan seperti batuk, asma, influenza, faringitis, dan bronkitis. Beberapa obat yang disebutkan meliputi antitusif, ekspektoran, mukolitik, analgetik, antibiotik, antihistamin, dan obat-obat lainnya untuk mengobati gejala dan menurunkan peradangan.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai antibiotik untuk pengobatan tuberkulosis (TBC), termasuk definisi TBC, obat-obat yang digunakan seperti isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol dan streptomisin, serta dosis dan aturan pemberiannya pada dewasa dan anak.
Resep tersebut memberikan ringkasan singkat tentang beberapa obat, yaitu Ciprofloxacin untuk mengobati infeksi bakteri, Braxidine sebagai analgesik dan ansiolitik, CTM sebagai antihistamin, Dexamethasone sebagai kortikosteroid kuat, dan vitamin B6. Resep tersebut juga menjelaskan indikasi, dosis, efek samping, dan kontraindikasi masing-masing obat.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis pengobatan untuk malaria, termasuk kombinasi obat untuk malaria falciparum, vivax, dan ovale, serta pengobatan kasus malaria dengan komplikasi atau di daerah tanpa fasilitas diagnostik yang memadai.
Dokumen tersebut membahas tentang antibiotik amoksisilin, termasuk struktur kimia, indikasi, dosis, interaksi, dan efek sampingnya. Juga membahas tentang antibiotik lain seperti ampisilin dan flukloksasilin."
Dokumen tersebut membahas tentang pengobatan penyakit saluran pernafasan seperti batuk, asma, influenza, faringitis, dan bronkitis. Beberapa obat yang disebutkan meliputi antitusif, ekspektoran, mukolitik, analgetik, antibiotik, antihistamin, dan obat-obat lainnya untuk mengobati gejala dan menurunkan peradangan.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai antibiotik untuk pengobatan tuberkulosis (TBC), termasuk definisi TBC, obat-obat yang digunakan seperti isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol dan streptomisin, serta dosis dan aturan pemberiannya pada dewasa dan anak.
Resep tersebut memberikan ringkasan singkat tentang beberapa obat, yaitu Ciprofloxacin untuk mengobati infeksi bakteri, Braxidine sebagai analgesik dan ansiolitik, CTM sebagai antihistamin, Dexamethasone sebagai kortikosteroid kuat, dan vitamin B6. Resep tersebut juga menjelaskan indikasi, dosis, efek samping, dan kontraindikasi masing-masing obat.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis pengobatan untuk malaria, termasuk kombinasi obat untuk malaria falciparum, vivax, dan ovale, serta pengobatan kasus malaria dengan komplikasi atau di daerah tanpa fasilitas diagnostik yang memadai.
2. Pengertian antiparasit
.
Pengertian Antiparasit Parasit adalah makhluk hidup yang mungkin tidak bisa lepas hubungannya dengan
manusia maupun makhluk hidup lain. Parasit adalah makhluk hidup yang merugikan bagi makhluk hidup lain
yang ditumpanginya atau yang biasa disebut dengan inang. Dikarenaka parast tersebut mengambil keuntungan
dari inangnya dan menyebabkan berbagai macam dampak negative yang ditimbulkan oleh parasit tersebut.
Contohnya dengan mengambil nutrisi makanan yang diperlukan host-nya, merusak sel dan jarinngan organisme
yang didiaminya.Antiparasitik berasal dari kata anti dan parasit, Antiparasitik adalah obat-obat yang digunakan
untuk membunuh penyakit yang disebabkan oleh parasit.
3. Golongan obat
antiparasit
A. Golongan antiprotozoa
Antimalaria
Mekanisme kerja: Mekanisme kerja antimalaria
dalam menekan artritis rematoid masih belum jelas.
Efeknya dapat memerlu- kan waktu 4-12 minggu
untuk menjadi nyata, dan antimalaria biasanya
dipakai dalam kom- binasi dengan NSAID pada
klien yang artritis rematoidnya tidak dapat
dikendalikan.
Contoh obat:
Primakuin
Mekanisme kerja primakuin sampai saat ini belum
diketahui secara jelas,tetapi hanya diduga bekerja
sebagai mediator oksidasi-reduksi parasit. Obat ini
efektif pada stadium hepatik lanjut (late hepatic) dan
bentuk laten di jaringan P. vivaks dan P. ovale
sehingga bermanfaat secara klinis untuk pengobatan
radikal terhadap malaria yang relaps, tetapi tidak
menunjukkan efek supresi pada P. Ovale. Obat ini
juga mempunyai efek gametosidal terhadap ke-4
spesies plasmodium, terutama P. falciparum.
Indikasi:
1. Malaria
2. Pneumocystis carinii
Kontraindikasi utama primaquine atau primakuin adalah
defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase atau
G6PD yang berat, penyakit sistemik yang rentan
mengalami granulositopenia, dan kehamilan. Peringatan
khusus terkait primaquine adalah obat ini sebaiknya
dihentikan bila ada tanda-tanda hemolisis pada pasien.
Efek Samping Obat ini biasanya ditoleransi dengan baik.
Efek samping yang sering terjadi dapat berupa gangguan
saluran cerna, sakit kepala, dan neutropenia, anemia
(methemoglobinemia) yang akan bertambah berat pada
penderita defisiensi NADH reduktase, serta leukositosis.
Pada dosis besar dapat menyebabkan anemia hemolitik
terutama pada penderita G6PD yang ditandai dengan
urine kehitaman dan Hb menurun secara drastis.
Dosis : Dewasa: 15 mg per hari selama 14 hari.
Pengobatan akan dikombinasikan dengan obat
antimalaria lain. Dosis dapat ditingkatkan atau durasi
pengobatan dapat diperpanjang sesuai kondisi pasien.
Anak-anak: 250 mvg/kg, 1 kali sehari, selama 14 hari.
Dosis maksimal 15 mg per hari.
4. Pirimetamin
Mekanisme kerja Obat ini dengan cara menghambat
dihidrofolat reduktase plasmodium sehingga
menimbulkan gagalnya pembentukan inti skizon di darah
dan di hati.
Indikasi:
1. Malaria
2. Toksoplasmosis terutama yang disebabkan
Toxoplasma gondii.
Kontraindikasi pirimetamin adalah: Pasien dengan
hipersensitivitas terhadap obat ini atau komponen di
dalamnya. Efek samping obat ini ringan, tetapi bila
digunakan dalam jangka panjang 1:5000 sampai dengan
1: 8000 penderita mengalami reaksi kulit yang berat
bahkan fatal, seperti eritema multiforme, Stevens-
Johnson Syndrome, dan nekro- lisis epidermal. Anemia
megaloblastik dapat terjadi pada pemberian dosis besar
terutama pada penderita dengan defisiensi asam folat
Dosis Dewasa: 50–75 mg per hari, selama 1–3 minggu.
Dosis lanjutan 25–37,5 mg per hari, selama 4–5 minggu.
Anak-anak usia 5–6 tahun: Dosis awal 2 mg/kgBB per
hari dibagi dalam 2 jadwal konsumsi, selama 3 hari.
Kina
Mekanisme kerja: Kina bekerja dengan cara membunuh
Plasmodium yang menetap di dalam sel darah merah.
Kina sering digunakan bersama obat antimalaria lain,
seperti primaquine. Perlu diingat bahwa kina tidak dapat
digunakan untuk mencegah malaria.
Indikasi: malaria.
Kontraindikasi: Jangan menggunakan kina jika
mempunyai kondisi medis Hipersensitivitas terhadap
quinine dan Pasien dengan kram kaki.
Efek samping: Wajah memerah dan panas. Keringat
berlebihan. Mual. Telinga berdenging.
Dosis: Untuk pasien dewasa, dosis awal adalah 20
mg/kgBB, selama 4 jam, maksimal 1.400 mg.
Selanjutnya, dosis perawatan diberikan sebanyak 10
mg/kgBB, maksimal 700 mg, dimulai 8 jam setelah dosis
awal. Dosis perawatan diberikan selama 4 jam, tiap 8 jam
sekali.
Farmakokinetik: absorpsi yang baik setelah pemberian
oral. Lebih dari 70% obat akan diabsorpsi setelah
konsumsi kina per oral.
5. ●
Antibakteri
Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel,
menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel,
menghambat protein dinding sel, menghambat sintesis asam
nukleat, dan menghambat metabolisme sel mikroba.
Clindamycin
Mekanisme kerja: Clindamycin menargetkan apicoplast
parasit (organel baru), dan kina dapat menargetkan protein
parasit seperti saluran K atau metiltransferase.
Indikasi : clindamycin adalah sebagai antibiotik yang
banyak digunakan untuk menangani infeksi bakteri anaerob,
sebagian besar bakteri aerob gram positif, dan beberapa
protozoa
Kontraindikasi: adanya riwayat hipersensitivitas terhadap
clindamycin dan lincomycin serta adanya riwayat
kolitis.Efek samping : Efek samping sistemik yang paling
sering ditemukan adalah gangguan gastrointestinal, terutama
diare, dan reaksi alergi.
Dosis : Dosis 150-300 mg, di berikan 4 kali sehari, dosis
dapat di tingkatkan hingga 450 mg pada infeksi berat.
Maksimal: 1,8 gram / hari.
Azitromycin
Mekanisme kerja: menargetkan apicoplast parasit.
Indikasi : untuk terapi penyakit infeksi bakteri yang
rentan terhadap azithromycin..
Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap obat, riwayat
ikterus kolestatik atau disfungsi hati setelah konsumsi
obat, dan penggunaan azithromycin bersama pimozide.
Peringatan terkait penggunaan azithromycin meliputi
risiko kardiak dan risiko infeksi Clostridium difficile.
Efek samping : Sakit kepala atau pusing,Mual dan
muntah,Kehilangan selera makan,Kelelahan,Diare.
Dosis : Dewasa dan anak-anak dengan berat lebih dari
45kg: tablet atau kapsul 500 mg/hari selama 3 hari atau
500 mg dalam dosis tunggal pada hari pertama, lalu
dilanjutkan 250 mg/hari pada hari ke-2 hingga ke-
5.Anak-anak di atas 6 tahun dengan berat kurang dari
45kg: suspensi 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari atau
10mg/kgBB pada hari pertama, dilanjutkan dengan
5mg/kgBB/hari pada hari ke-2 hingga ke5
6. Penicilin
Mekanisme kerja: mengganggu sintesis dinding sel,
khususnya ketika proses transpeptidasi pada sintesis
peptidoglikan dinding sel.
Indikasi : untuk tata laksana berbagai infeksi bakteri,
termasuk infeksi saluran napas atas akibat Streptococcus,
infeksi orofaring akibat Fusobacterium, pencegahan
rekurensi demam rematik, dan pencegahan
Kontraindikasi : pada pasien yang mengalami reaksi
hipersensitivitas terhadap penicillin V, komponen
didalamnya, atau obat-obatan lain dalam kelas atau
turunan yang sama.
Efek samping : Diare, mual, muntah, sakit perut, dan
lidah menghitam yang biasanya terjadi pada rasa sakit
yang biasa.
Dosis : Dewasa: 125–500 mg dikonsumsi setiap 6–8 jam.
Anak-anak usia 1 bulan sampai 12 tahun: 25–75
mg/kgBB per hari, dosis dibagi menjadi 3–4 kali
konsumsi. Dosis maksimal 2.000 mg per hari.
Antigiardial
Metronidazol
Mekanisme kerja metronidazol adalah dengan cara
menghambat sintesa DNA bakteri dan merusak DNA
melalui oksidasi yang menyebabkan putusnya rantai DNA
serta menyebabkan bakteri mati. Metronidazol tepat
digunakan untuk infeksi bakteri anaerob, serta
mempunyai keuntungan biaya rendah dan efek samping
ringan.
Indikasi : untuk mengobati infeksi bakteri di berbagai
organ tubuh, termasuk di saluran pencernaan, paru-paru,
darah, saluran kemih, hingga kelamin
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap obat,
kehamilan trimester pertama, dan penggunaan bersama
disulfiram maupun alkohol..
Efek samping : Mual atau muntah, Sakit perut, Sembelit
atau justru diare.
Dosis : Dewasa: 3x sehari 200 mg selama 3 hari.
Anak usia 1-3 tahun: 50 mg, 3 kali sehari, selama 3 hari.
Anak usia > 3 - 7 tahun: 50 mg, 2 kali sehari, selama 3
hari. Anak usia > 7 - 10 tahun: 100 mg, 3 kali sehari,
selama 3 hari.Anak usia > 10 tahun: sama dengan dosis
dewasa.
7. Furazolidone
Mekanisme kerja : membunuh bakteri dan protozoa
(hewan bersel satu yang berukuran kecil). Beberapa
protozoa adalah parasit yang dapat menyebabkan
berbagai macam infeksi dalam tubuh.
Indikasi : Diare protozoa seperti giardiasis
Kontraindikasi: obat Furazolidone pada
Hipersensitivitas,
Bayi usia di bawah 1 bulan, Alkohol
Efek samping : menurunnya tekanan darah, gatal-gatal,
demam, nyeri sendi, ruam, mual, muntah, dan malaise.
Dosis : Lisan 1 bulan-12 tahun: 6 mg/kg/hari dalam 4
dosis terbagi. 12-18 tahun: 400 mg/hari dalam 4 dosis
terbagi, selama 7-10 hari.
Farmakokinetik: Hal ini diserap dengan baik saat
tertelan. Ini didistribusikan ke dalam jaringan dan cairan.
Cairan serebrospinal adalah konsentrasi yang sama seperti
dalam plasma, konsentrasi terapeutik juga dicapai dalam
lumen usus di meningitis .Secara intensif dimetabolisme
di hati menjadi metabolit yang tidak aktif. Diekskresikan
oleh ginjal( 65%), jumlah kecil ditentukan dalam tinja.
Albendazole
Mekanisme kerja : Obat ini bekerja dengan cara
menghambat penyerapan gula pada tubuh cacing. Hal ini
menyebabkan cacing kehilangan sumber energi dan
akhirnya mati.
Indikasi: mengobati penyakit hydatid (disebabkan cystic
echinococcosis), neurocysticercosis dan beberapa infeksi
nematoda, seperti strongyloidiasis, askariasis, dan
infeksi ankylostomiasis (hookworm) pada anak-anak.
Kontraindikasi: Kontraindikasi obat albendazole adalah
terhadap adanya riwayat alergi atau hipersensitivitas
terhadap golongan benzimidazole, beserta
komponennya.
Efek samping:pusing, sakit kepala, vertigo,meningitis,
demam,mual,dan muntah.
Dosis : Dewasa dan anak-anak dengan berat 60 kilogram
atau lebih adalah 400 miligram sebanyak 2 kali sehari.
Farmakokinetik: albendazol diabsorbsi baik di
gastrointestinal bila diminum bersama makanan
berlemak, karena kelarutan obat rendah dalam air.
8. B. Golongan anthelmintik
Mebendazol
Mekanisme kerjanya melalui perintangan pemasukan
glukosa dan mempercepat penggunaannya (glikogen)
pada cacing. Tidak perlu diberikan laksans. Resorpsinya
dari usus ringan sekali, kurang dari 10%. BA-nya juga
rendah akibat first pass effect tinggi. PP-nya 95%.
Ekskresinya berlangsung lewat empedu dan urin.
Efek samping : Efek sampingnya jarang terjadi dan
berupa gangguan saluran cerna seperti sakit perut dan
diare.
Indikasi : Kehamilan dan laktasi: tidak boleh di-
gunakan oleh ibu hamil karena memiliki sifat teratogen
yang potensial.
Dosis: dewasa dan anak-anak sama, yakni pada
oxyuriasis dosis tunggal dari 100 mg (= 1 tablet) pada
waktu makan pagi. Kur diulang 14 hari kemudian.
Sebaiknya seluruh keluarga diberi obat terhadap cacing
kermi. Pada infeksi cacing gelang, tambang, benang, pita
dan cambuk 2 dd 100 mg selama 3 hari, bila perlu
diulang setelah 3 minggu.
Albendazol
Mekanisme kerja :Resorpsinya dari usus buruk, tetapi
masih lebih baik daripada mebendazol. Di dalam hati,
zat ini segera diubah menjadi sulfoksidanya, yang
diekskresikan melalui empedu dan urin.
Efek samping: Efek sampingnya berupa gangguan
lambung-usus, demam, rontok rambut (selewat) dan
exanthema.
Indikasi : Wanita hamil dan selama lakatasi tidak boleh
menggunakan albendazol, karena ternyata teratogen
pada binatang perco baan.
Dosis : Dosis: pada echinococciosis di atas 6 thn 15
mg/kg/hari dalam 2 doses d.c., pada ascariasis,
enterobiasis, ancylostomiasis, trichuriasis, anak dan
dewasa single dose 400 mg d.c., pada strongyloidiasis 1
dd 400 mg d.c. selama 3 hari.
9. Piperazin
Mekanisme kerja Resorpsinya oleh usus cepat dan
k.l. 20% diekskresikan melalui urin dalam keadaan
utuh. Dari sekian banyak garam yang digunakan,
mungkin hanya garam adipat yang paling sedikit
resorpsinya.
Efek samping : Efek sampingnya jarang terjadi
(muz muntah, reaksi alergi), pada overdo timbul
gatal-gatal (urticaria), kesemuta (paresthesia) dan
gejala neurotoksis (ra: kantuk, pikiran kacau,
konvulsi dl Hati-hati penggunaannya pada pasie
epilepsi, gangguan hati dan ginja Wanita hamil
dapat diberikan piperazin.
Dosis :terhadap Ascaris 75 mg/1 berat badan atau
dosis tunggal dari 3 terhitung sebagai heksahidrat. 6
aq.) selama 2 hari. Terhadap Oxyuris 65 mg/kg
berat badan atau dosis tunggal dari 2,5 g selama 7
hari. Untuk anak-anak terhadap Ascaris: 50 mg/kg
berat badan, yakni 1-2 tahun 1 g, 3-5 tahun 2 g dan
di atas 6 tahun 3 g sekaligus. Terhadap Oxyuris:
dosis sama, tetapi selama 4-7 hari.
Dietilkarbamazin
Mekanisme kerja : Resorpsinya dari usus riasis. mudah
sehingga kadar dalam plasma su- dah mencapai puncaknya
dalam 1-2 jam. Plasma-t½-nya adalah 10-12 jam.
Efek samping : Efek sampingnya seperti sakit kepala, pusing,
mual dan muntah, walaupun sering terjadi, tetapi tidak serius dan
biasanya hilang sendiri dalam waktu beberapa hari tanpa
menghentikan peng- obatan. Dosis : 3 dd 2 mg/kg berat badan
p.c. atau 150-500 mg seharinya untuk 14 hari.
Pirantel
Mekanisme kerja: mekanisme kerjanya berdasarkan
pelumpuhan cacing dengan jalan menghambat penerusan impuls
neuromuskuler (seperti piperazin). Lalu parasit dikeluarkan oleh
peristaltik usus tanpa memerlukan laksans. Resorpsinya dari usus
ringan; 50% zat diekskresikan dalam keadaan utuh bersama
metabo- litnya melalui tinja dan lebih kurang 7% dikeluarkan
melalui air seni.
Efek sampingnya ringan dan berupa gangguan saluran cerna
dan kadang kala sakit kepala.
Dosis : pada cacing kermi dan gelang sekaligus 2-3 tablet dari
250 mg (pamoat =embonat), anak-anak 2-2 tablet sesuai usia (10
mg/kg). Pada cacing cambuk dosisnya sama selama 3 hari.
10. C. Ektoparasitisida
Lindane
Mekanisme kerja: Lindane menghambat saluran klorida
pada reseptor gamma-aminobutyric acid (GABA) A pada
serangga.
Efek samping: Lindane dapat menyebabkan
neurotoksisitas dan hematotoksisitas; oleh karena itu, harus
dihindari pada kehamilan dan anak-anak.
Kontraindikasi: Kontraindikasi Lindane termasuk pasien
dengan gangguan kejang, dan penggunaannya harus hanya
sebagai intervensi lini kedua pada orang tua, anak kecil,
dan pasien dengan berat kurang dari 50 kg, karena mereka
lebih cenderung mengalami efek samping ini.
Dosis: Pediculosis capitis/pubis – 30 ml sampo harus
dioleskan ke rambut di kulit kepala atau alat kelamin dan
dibiarkan selama 4 menit, lalu dibilas.
11. Permetrin
Mekanisme kerja: racun saraf yang
menyebabkan depolarisasi saluran natrium
pada akson saraf
Dosis : Pedikulosis – krim bilas 1% dioleskan
ke tempat infeksi; biarkan selama 10 menit
lalu bilas dengan air hangat.
Kudis – krim 5% harus dioleskan dari leher ke
bawah dan dibiarkan selama 8 hingga 14 jam
sebelum dibersihkan.
Efek samping: Permetrin menyebabkan efek
samping seperti gatal, terbakar, dan
menyengat.
Benzil alkohol
Mekanisme kerja: memberikan efek toksik
pada saraf parasit.
Dosis: Pediculosis capitis - 5% Lotion
dioleskan dan dibiarkan selama 10 menit pada
rambut kering. Kemudian dibilas, diulangi
setiap hari selama 7 hari.