Luka bakar merupakan kerusakan jaringan akibat kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar dibagi berdasarkan luas dan kedalaman, dan membutuhkan penanganan cepat karena memiliki angka morbiditas dan mortalitas tinggi. Penanganan meliputi penilaian awal, resusitasi, perawatan luka, dan pencegahan komplikasi.
1. LUKA BAKAR
Oleh:
Fajar Ahmad Prasetya, S.Ked
Try Febriani Siregar, A.Ked
Pembimbing :
dr. Rudi Mangatur Pasaribu, Sp.An
Referat
2. ETIOLOGI
Radiasi
• Terpapar dengan sumber radioaktif.
• Biasanya berhubungan dengan penggunaan radiasi
ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk
keperluan terapeutik.
• Contoh lain termasuk sinar matahari terpapar terlalu
lama.
4. PENDAHULUAN
• Luka bakar kerusakan/kehilangan jaringan akibat kontak dengan
sumber panas.
– Menghilangkan integritas kulit
– Menimbulkan efek sistemik
• Dinyatakan dalam derajat, ditentukan oleh kedalaman luka.
• Angka morbiditas dan mortilitas tinggi.
– Kejadian di Amerika : 450.000 per tahun.
– Indonesia belum ada data pasti.
• Penderita luka bakar ancaman airway, breathing dan circulation.
• Luka bakar, terutama yang dalam dan luas memerlukan perawatan
yang lebih intensif.
• Memerlukan perhatian dan penanganan serius.
• Luka bakar derajat 1 & 2 : kompetensi 4A
• Luka bakar derajat 3 & 4 : kompetensi 3B
5. Definisi
Merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas
seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran
petir, sengatan listrik, sinar X dan bahan korosif.
• Kontak 5-6 jam dengan suhu 44°C
• Kontak 2 detik dengan suhu 65°C
• Kontak dengan suhu 70°C
• Kontak dengan uap air panas
6. KLASIFIKASI
• Berdasarkan Luas
• Berdasarkan Kedalaman
Luas
• Orang dewasa rule of nine
– kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang,
bokong, ext atas kanan dan kiri, paha kanan dan kiri,
tungkai bawah kanan dan kiri masing masing 9 %, dan
genitalia 1 %.
• Anak rule of 10-15-20
• Bayi rule of ten
• Metode Lund and Browder pada pasien pediatri
11. Derajat I: hanya mengenai epidermis, sembuh 5-7 hari. Kulit
eritem, nyeri dan hipersensitivitas lokal.
12. Derajat II: mencapai dermis, masih ada sisa elemen epitel
(sel basal, gld. sebasea, gld sudorifera, rambut. Dapat
sembuh 2-3 pekan, terdapat nyeri, vesikel, bula berisi
eksudat.
13. Derajat III: mencapai seluruh kulit, mungkin subkutis dan jaring
yang lebih dalam. Biasanya terbentuk eskar. Kulit tampak abu
abu, gelap, hitam. Permukaan lebih rendah dari sekitar sehat.
Bula (-), nyeri (-)
Derajat IV: menembus jaringan lemak subkutan, dan
struktur lebih dalam. Tampak hangus dan tampak destruksi
jaringan di bawahnya.
15. ETIOLOGI
Etiologi: air panas , paparan api, kontak langsung
tak langsung,, suhu tinggi matahari, sengatan listrik,
dan bahan kimia.
Air Panas
• penyebab tersering
• Air mendidih luka bakar dalam
• Kecelakaan atau disengaja.
• Anak 60% kecelakaan rumah tangga.
• Kecelakaan : biasanya ada pola percikan, terdapat kulit sehat yang
memisahkan luka.
• Sengaja : melibatkan area yang lebih luas, pola sirkum ferensial.
16. ETIOLOGI
Paparan Api (flame)
• penyebab kedua tersering
• Dapat dipicu atau di perparah oleh unsur lain yang
mudah terbakar ex : bensin, gas propane.
• Api dapat membakar pakaian.
• Serat alami : terbakar
• Serat intetik : meleleh, memberikan cedera kontak
tambahan.
17. ETIOLOGI
Kontak benda panas
• Terjadi kontak langsung dengan benda panas ex :
misalnya logam, plastik, kaca, atau batubara .
• Luka bakar yang dihasilkan biasanya terbatas pada
area tubuh yang kontak.
• Dapat menghasilkan luka yang dalam.
18. ETIOLOGI
Sengatan listrik
• Cedera yang timbul akibat aliran listrik yang lewat
menembus jaringan tubuh, umumnya mencapai kulit
bagian dalam.
• Listrik yang menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar
tambahan.
19. ETIOLOGI
Zat kimia
• Asam atau basa kuat.
• Asam kuat, ex asam sulfat, HCl nekrosis, koagulasi,
denaturasi protein, nyeri hebat.
• Basa kuat, ex bleaching, cairan pembersih
nekrosis cair (liquefative necrosis), lebih kuat dari
asam kuat, terjadi denaturasi protein, dehidrasi
jaringan. Nyeri timbul belakangan.
20. Patofisiologi
• Pembuluh kapiler rusak & permeabilitas edema
bulla (membawa elektrolit) volume cairan
intravaskuler
• Sel darah rusak anemia
• Fase Luka bakar
- cedera inhalasi (gang. sal. napas)
- gang. mekanisme bernapas
- gang. sirkulasi (keseimbangan cairan elektrolit, syok
hipovolemia)
21. Tatalaksana
• Hari Pertama
• Langkah 1 : Penilaian awal dan resusitasi
• Airway.
– Tanyakan nama pasien, dengarkan adakah suara serak, ada
menandakan adanya luka bakar pada saluran napas atas
– Berikan oksigen 100%. Waspadai keracunan CO. angka saturasi
keracunan CO tinggi. Periksa gas darah bila perlu.
– Wheezing, takipnea, stridor, dan suara serak curiga ada sumbatan
jalan napas akibat trauma inhalasi atau edema
– Pasien kesulitan/tidak bisa napas tanda2 obstruksi bebas kan
jalan napas. Bersihkan saluran napas atas : cross finger, suction,
intubasi.
– Luka bakar inhalasi, total burn surface area > 30%, luka bakar
mengenasi wajah/leher/torso risiko obstruksi/sumbatan jalan
napas meningkat.
22. Tatalaksana
• Breathing.
– Gangguan bernapas dapat disebabkan oleh trauma
inhalasi asap, luka bakar dalam circumferential dada atau
abdomen, atau diakibatkan cedera dada lainnya.
– Singkirkan keracunan CO jauhkan penderita dari
sumber, berikan oksigen 100%.
– Bantu usaha ventilasi dengan intubasi, pembersihan jalan
napas, bila perlu bronkospoi untuk membersihkan sekret
yang kental.
– Pertimbangan eskarotomi setelah pasien distabilkan.
23. Tatalaksana
• Circulation
– Peroleh akses intravena untuk memberikan cairan resusitasi.
• Pilih tempat yang tidak terkena luka bakar.
• Area terbakar boleh dijadikan sumber akses.
• Usahakan mendapatkan akses sentral bila memungkinkan.
– Pada keadaan syok target output urin 0,5cc/kg/BB (dewasa),
1cc/kg/BB (anak)
– Pilihan pertama kristaloid, ex : ringer laktat.
– Formula utama : baxter/parkland.
– Kebutuhan cairan : 4cc/kg/% Luas area luka bakar
– Setengah kebutuhan diberikan dalam 8 jam awal.
– Sisanya dalam 16 jam, berikan secara tidak mendadak.
– Ketika target tercapai (kira kira 24 jam), ubah cairan menjadi D5 atau
Normal saline dengan 20mEq KCl.
24. Resusitasi cairan
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali
BAXTER
formula
Hari Pertama
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas
luka bakar per 24 jam
Hari Kedua
Dewasa : ½ hari I
Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1 – 3 Tahun : berat badan x 75 cc
3 – 5 Tahun : berat badan x 50 cc
½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
½ diberikan 16 jam berikutnya.
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan
faali.
25. Tatalaksana
• Target maintenance: basal + evaporatif
• Kebutuhan basal
– Dewasa = 1500 mL x body surface area (BSA)
(selama 24 jam)
– Anak = (<20 kg) = 2,000 mL × BSA (selama 24 jam)
• Kehilangan evaporatif
– Dewasa (mL/jam) = (25 + % TBSA luka bakar) ×
BSA
– Anak (<20 kg) (mL/jam) = (35 + % TBSA luka bakar)
× BSA
26. Tatalaksana
Hari Pertama
• Langkah 2 : anamnesis lengkap
– Keluhan Utama
– Penyebab luka bakar
– Alergi
– Penggunaan obat
– Kehamilan
– Penyakit lampau
– Makanan terakhir yang dimakan
– Lingkungan
27. Tatalaksana
Hari Pertama
• Langkah 3: tatalaksana suportif
– Pemasangan nasogastric tube (NGT) untuk dekompresi
lambung dan memulai diet awal.
– Analgesik IV
– Antasida
– Profilaksis tetanus
28. Tatalaksana
• Langkah 4 : Penilaian derajat keparahan
Derajat keparahan dinilai dari luas, kedalaman, usia,
• Langkah 5: Perawatan luka bakar dan kontrol infeksi
– Setelah luas dan kedalaman telah dinilai pembersihan luka,
dilakukan debrideman, dan pembalutan untuk proteksi jaringan.
– Luka bakar derajat I : tidak perlu di balut, berikan topikal saja.
– Luka bakar derajat II dan III: ganti perban tiap hari, ointment silver
sulfasdiazine, pertimbangkan auto grafting.
– Eskarotomi efek jepitan akibat eskar dihilangkan. Terutama pada
ektremitas dan toraks-abdomen.
– Kontrol infeksi : pemberian terapi antibiotik topikal dan sistemik
sesuai.
29. Tatalaksana
• Hari Kedua
• Langkah 6:
– Pemilihan cairan adalah Dextrose 5% yang diencerkan
dengan air.
• Langkah 7 : Penanganan suportif dan nutrisi
– Baik untuk dilakukan melalui enteral dini mengurangi
respon hipermetabolik pada luka bakar.
– Duodenal atau jejunal tube feeding diberikan sedini
mungkin selama 6 jam pertama pasca luka bakar.
– Kebutuhan kalori menambah berat badan dan
mencapai keseimbangan nitrogen, sesuai formula Curerri.
– Kebutuhan protein sekitar 2,5g/kgBB.
30. Tatalaksana
Kebutuhan nutrisi menurut Curreri
Dewasa
Anak
Usia Rumus
6-60 tahun 25 kkal/kgBB/24jam + 40 kkal/ persen luka bakar/24 jam
>60 tahun 25 kkal/kgBB/24jam + 65 kkal/ persen luka bakar/24 jam
Usia Rumus
0-1 tahun 2100 kkal/m2 TBSA/ 24 jam + 1000 kkal/m2 TBSA burn/24 jam
1-11 tahun 1800 kkal/m2 TBSA/ 24 jam + 1300 kkal/m2 TBSA burn/24 jam
12-18 tahun 1500 kkal/m2 TBSA/ 24 jam + 1500 kkal/m2 TBSA burn/24 jam
31. Tatalaksana
• Langkah 8 : manajemen komplikasi
– Usahakan pencegahan komplikasi lanjut untuk mendapatkan
prognosis yang baik.
– Komplikasi yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut,
edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan
kontraktur.
Prognosis
• Bergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar, dan
penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
• Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan
penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
• Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien.
32. Simpulan
• Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
• Luka bakar dapat dibagi berdasarkan luas dan derajat
kedalamnnya.
• Luka bakar membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat
karena memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
• Penanganan luka bakar meliputi: penilaian awal dan resusitasi
(airway, breathing, circulationI), anamnesis, pengobatan
suportif, menentukan derajat keparahan, perawatan luka dan
infeksi, dan nutrisi.