Dokumen ini membahas tentang penggunaan bahasa Indonesia yang tepat dalam penulisan karya ilmiah. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus digunakan dengan benar, jelas, dan formal dalam penulisan ilmiah. Karya ilmiah perlu menggunakan kosakata yang tepat, kalimat yang tidak berbelit-belit, dan struktur paragraf yang teratur.
Apakah mereka wanita-wanita itu masuk neraka karena kafir (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala)?”
Nabi mengatakan,”Tidak!
يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ
“Akan tetapi mereka kufur (durhaka/melawan) kepada suami mereka.”
وَيَكْفُرْنَالْإِحْسَانَ
“dan mereka mengkufuri (mengingkari) kebaikan-kebaikan (jasa-jasa) suami mereka.” (HR. al-Bukhari no. 29)
Sehingga apabila para suami berbuat baik kepada mereka, lalu mereka melihat sesuatu yang tidak berkenan pada diri kamu (para suami), maka mereka akan mengatakan, “Aku tidak melihat kebaikan pada dirimu sama sekali.”
Di dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan salah satu penyebab kaum wanita banyak menghuni neraka yaitu mereka suka kufur, mereka suka berbuat durhaka kepada suami-suami mereka. Maka dari itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah menjelaskan betapa besar hak suami yang mesti ditunaikan oleh seorang istri. Dalam sebuah hadits Nabi mengatakan:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Kalaulah aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain maka niscaya aku akan perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suami.” [Hadits hasan shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1159), Ibnu Hibban (no. 1291 – al-Mawaarid) dan al-Baihaqi (VII/291), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Hadits ini diriwayatkan juga dari beberapa Shahabat. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 1998)]
Tentunya tidak boleh seorang manusia sujud kepada manusia yang lain. Ini menunjukkan betapa besar hak seorang suami atas istri, hak suami yang mesti ditunaikan oleh seorang istri. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa berpesan kepada kaum wanita agar tidak mengabaikan dan tidak meninggalkan kewajiban-kewajiban mereka terhadap suami-suami mereka. Dalam satu hadits ada seorang wanita yang datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk suatu keperluan. Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memenuhi keperluannya tersebut. Setelah itu Nabi bertanya kepadanya, “Bagaimana kedudukanmu di sisi suamimu?” yaitu bagaimana muamalah-mu terhadap suamimu? Maka ia menjawab, “Aku senantiasa melayani suamiku semampu yang aku dapat lakukan.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpesan kepadanya:
انْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ ، فَإِنَّهُ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Perhatikan kedudukanmu di sisi suamimu, karena suamimu itu merupakan surga bagimu ataupun neraka bagimu.” [HR. An-Nasaai dalam As-Sunan Al-Kubro dari Hushain bin Mihshon Radhiyallaahu ’anhu, Shahihut Targhib: 1933]
Maksudnya yaitu bahwa suamimu bisa menjadi penyebab engkau masuk ke dalam surga dan bisa menjadi penyebab engkau masuk ke dalam neraka. Maka dari itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa berpesan kepada kita semua khususnya kepada kaum wanita agar melaksanakan hak-hak terutama hak suami. Karena ketika mereka telah berumah-tangga maka tanggung jawab itu telah berpindah dari ibu bapak mereka kepada suami mereka.
Suami adalah orang yang paling bertan
2. • Bahasa indonesia sebagai bahasa nasional tentu
saja digunakan dalam berbagai betuk jenis
penulisan, mulai dari penulisan ilmiah dan non-
ilmiah, yang pada kenyataannya tidak terlepas
dari kesalahpahaman dalam penggunaan
kalimatnya.
• Semestinya sebuah karya ilmiah hendaknya
menggunakan bahasa yang jelas, tepat dan
formal dan lugas. Kegiatan dan ketepatan isi
dapat diwujudkan dengan menggunakan kata dan
istilah yang jelas dan tepat, kalimat yang tidak
berbelit-belit, dan struktur paragraf yang runtut.
3. • A. Bahasa Tulis ilmiah
Bahasa tulis ilmiah merupakan perpaduan ragam
bahasa tulis dan ragam bahasa ilmiah, adapun
ciri-ciri dari ragam bahasa ilmiah adalah :
1. Kosakata yang digunakan dipilih secara
cermat
2. Pembentukan kata dilakukan secara
sempurna
3. Kalimat dibentuk dengan struktur yang
lengkap
4. Paragraf dikembangkan secara lengkap dan
padu
4. • 1.Cendikia
Di dalam bahasa cendekia mampu
membentuk pernyataan yang tepat dan
seksama sehingga gagasan yang disampaikan
penulis dapat diterima oleh pembaca secara
tepat. Kalimat-kalimat yang digunakan
mencerminkan ketelitian yang objektif
sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan
proposisi logika.
Kecendikiaan juga berhubungan dengan
kecermataan memilih kata seperti : tidak
mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis.
5. • 2. Lugas
Dengan paparan yang lugas, kesalahpahaman dan
kesalahan menafsirkan isi kalimat akan terhindarkan.
Penulisan yang bernada sastra cenderung tidak
mengungkapkan sesuatu secara langsung (lugas).
• 3. Jelas
Ketidakjelasan pada umumya akan muncul pada
kalimat yang sangat panjang. Dalam kalimat panjang,
hubungan antar gagasan menjadi tidak jelas. Oleh
sebab itu, dalam artikel ilmiah disarankan tidak
digunakan kalimat yang terlalu panjang. Kalimat
panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam
menyusun kalimat sehingga hubungan antar gagasan
dapat diikuti secara jelas.
6. • 4. Bertolak dari gagasan
Penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal
yang diungkapkan, tidak pada penulis / pelaku.
• 5. Formal
Tingkat keformalan bahasa dalam artikel ilmiah
dapat dilihat pada lapis kosakata, bentukan kata,
dan kalimat. Kosakata yang digunakan cenderung
menggarah pada kosakata ilmiah teknis, yang
jarang dipahami oleh masyarakat umum. Perlu
kecermataan dalam memilih kosakata untuk
artikel ilmiah.
7. Keformalan kalimat dalam artikel ilmiah ditandai oleh :
<1> Kelengkapan unsur wajib(subjek dan Predikat)
<2> Kebenaran isi
<3> Tampilan esai formal
• 6. Obyektif
Hindari kata-kata yang menunjukan sifat subjektif,
seperti :
Dari paparan tersebut kiranya dapat disimpulkan.
• 7. Ringkas dan padat
Contoh :
Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas
menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan
kehidupan bagi setiap warga Negara Indonesia.
8. • 8. Konsisten
Contoh :
A.Untuk mengatasi penumpang yang melimpah
menjelang dan usai lebaran, pengusaha angkutan
dihimbau mengoprasikan semua telah disiapkan
kendaraan ekstra.
B. Menggunakan paragraf yang benar
Banyak ilmuan Indonesia tidak dapat
menggunakan paragraf secara efektif, karena
tidak dipahaminya fungsi paragraf sebagai
pemersatu kalimat yang berhubungan secara
sebab-akibat menjelaskan suatu kesatuan
gagasan atau tema.
9. C. Kesalahan umum pemakaian Bahasa Indonesia
dalam artikel ilmiah.
Nyatanya kesalahpahaman pemakaian Bahasa
Indonesia terjadi tidak hanya pada penulisan non-
ilmiah, namun banyak didapatkan pada artikel
ilmiah, seperti :
1. Kesalahan penalaran
contoh :
Dengan penalaran ini dapat meningkatkan
kreativitas mahasiswa.
2. Kerancuan
contoh :
Memperlebarkan <> Memperlebar.
Dan lain sebagainya <> dan lain-lain / dan
sebagainya
10. 3. Pemborosan
Contoh :
Data yang digunakan untuk menjawab semua
permasalahan yang ada dalam penelitian ini
dapat dipilah menjadi dua, yaitu data utama
dan data penunjang.
4. Ketidaklengkapan kalimat
Sebuah kalimat dikatakan lengkap bila
setidaknya memiliki pokok dan penjelas atau
subjek dan predikat.
5. Kesalahan kalimat pasif
11. D. Pemilihan kata dan istilah
Seorang terpelajar diharapkan mengguasai
kosa kata umum serta seperangkat
peristilahan dibidang ilmu yang ditekuninya.
Perbaikan khazanah kosakata dapat dicapai
dengan jalan banyak membaca dan
mempelajari kata-kata yang sulit dengan
pertolongan kamus (kamus umum atau kamus
isatilah).
Kata memiliki medan makna dengan corak,
nuansa, dan kekuatan yang berbeda-beda,
misalnya :
12. Salah, Kurang tepat, tidak benar, keliru,
semuanya memiliki makna yang sama tetapi
penggaruh pemakaiannya amat berlainan.
Juga misalnya kata-kata yang bersinonim :
ongkos, sewa, upah, belanja, biaya, anggaran.
Contoh lain : kata hutan dapat berfungsi
sebagai kata benda (hutan jati), kata kerja
(menghutankan), atau kata sifat (menghutan,
ayam hutan).