SlideShare a Scribd company logo
1 
Poros Maritim dan Arus Balik Kebudayaan 
Visi poros martitim yang digagas Presiden Jokowi menjadi pekerjaan besar bangsa ini. 
Keinginan untuk “kembali ke luat”, setelah beribu-ribu tahun mengabaikannya, sudah barang 
tentu bukan pekerjaan lima, sepuluh tahun. Visi untuk mengembalikan bangsa ini ke jati diri 
sesungguhnya sebagai bangsa maritim adalah pekerjaan besar dan revolusioner, karena 
menyangkut pemutarbalikan arus pemikiran, budaya, politik, pertahanan-militer dan sosial 
secara lebih luas. 
Keputusan nenek moyang bangsa ini untuk “mengungsi ke pedalaman”, tidak bisa dilepaskan 
dari lepasnya penguasaan lautan yang sebelumnya mereka kuasai. Kedatangan bangsa-bangsa 
Eropa yang menguasai laut nusantara menjadikan bangsa ini terpaksa masuk ke 
wilayah lebih dalam. Dimulai dari Portugis, Spanyol dan kemudian Belanda, telah menggusur 
kekuasaan laut kerajaan-kerajaan di nusantara. Mereka kemudian menyingkir lebih ke dalam 
membangun peradaban baru yang berorientasi daratan (agraris). Kerajaan-kerajaan ini tidak 
pernah mampu melampaui kebesaran nenek moyang mereka sewaktu masih menguasai 
lautan. Tentu hal ini tidak mengherankan karena seperti disampaikan Pramoedya Ananta Toer 
(Budayawan); 
“Sejak VOC sampai pemerintah belanda berkuasa, laut tidak lagi menjadi penghubung, 
tetapi laut menjadi pemisah antar pulau-pulau di nusantara, dan ini sejalan dengan misi 
penaklukkan Belanda di Nusantara dengan politik devide at impera (politik pecah belah).” 
Jauh sebelum kedatangan bangsa Portugis yang dipimpin Afonso de Alburquerque ke Malaka 
pada 1511, pelaut-pelaut nusantara telah dikenal sebagai pelaut yang tangguh. Pada abad 5 
hingga 7 M kapal-kapal dagang nusantara telah menguasai Asia. Pada era itu pedagang Cina 
banyak bergantung kepada pelaut-pelaut nusantara. Sejak abad ke-9 Masehi, bangsa 
Indonesia telah berlayar mengarungi lautan ke barat Samudera Hindia (Indonesia) hingga 
Madagaskar dan ke timur hingga Pulau Paskah. 
Robert Dick-Read, seorang peneliti dari London University (penulis buku Penjelajah Bahari), 
mengemukakan bahwa pelaut-pelaut nusantara yang telah menguasai perairan dan tampil 
sebagai penjelajah samudera sejak 1.500 tahun lampau. Ini artinya penjelajahan pelaut-pelaut 
nusantara itu dilakukan jauh sebelum Cheng Ho maupun Colombus mencatatkan 
sejarah penjelajahan bahari yang fenomenal. 
Anthony Reid, dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, mengutip catatan Diego de 
Couto dalam buku Da Asia (terbit 1645), menuliskan pelaut Portugis yang menjelajahi 
samudera pada pertengahan abad ke-16 itu menyebutkan, orang Jawa lebih dulu berlayar 
sampai ke Tanjung Harapan, Afrika, dan Madagaskar. Ia mendapati penduduk Tanjung 
Harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat seperti orang Jawa. "Mereka mengaku keturunan 
Jawa," tutur Couto. 
Sejarah peradaban maritim nusantara berikutnya ditandai dengan kemasyuran kerajaan 
Sriwijaya di Palembang (abad ke-7), dan dilanjutkan kejayaan Majapahit di era kekuasaan 
Hayam Wuruk (1350 – 1389). Kebesaran armada laut Majapahit tersebut bisa dirujuk pada 
catatan Irawan Djoko Nugroho dalam bukunya Majapahit Peradaban Maritim (2011). Irwan
menulis armada laut Majapahit memiliki 400 Jung. Jumlah itu jauh lebih besar daripada 
armada kapal yang dimiliki VOC (Belanda), EIC, Spanyol, dan Portugis pada tahun sesudahnya 
(1674), yaitu 124 kapal. Irwan juga menulis, sejarah mencatat bahwa kemampuan teknologi 
perkapalan Majapahit jauh lebih dahsyat dari bangsa lain. Bahkan ukuran kapal Majapahit 
saat itu bisa memuat 600 penumpang, sementara kapal bangsa lain hanya 50 orang. 
Semantara, kejayaan Sriwijaya ditandai dengan kedatangan berbagai orang dari berbagai 
negeri. Banyak sarjana Budha Mahayana yang bermukin di ibukota Sriwijaya sebelum 
melanjutkan studi di Universitas Nalada di India. Kesaksian atas kemasyuran Sriwijaya juga 
dapat disaksikan pada catatan I Tsing, seorang bikshu dari Tiongkok. Maupun catatan Al 
Masudi, seorang musafir sekaligus sarjana Arab, menulis catatan tentang Sriwijaya sebagai 
kerajaan yang makmur dengan jumlah tentara banyak. 
2 
Lantas kemana hilangnya kegemilangan maritim nusantara itu? 
Penguasaan bangsa-bangsa Eropa, yang dimulai dari Portugis hingga Belanda, atas perairan 
nusantara disebabkan tidak adanya kerajaan maritim besar dan memiliki pengaruh kuat pada 
masa itu. Setelah kejatuhan kerajaan maritim Sriwijaya (abad ke-7), dan kemudian Majapahit 
(abad ke-15), praktis tidak ada lagi kerajaan maritim besar yang memiliki kekuatan angkatan 
laut yang besar dan tangguh. Kerajaan-kerajaan maritim yang lahir kemudian di wilayah-wilayah 
nusantara sibuk dengan konflik di antara mereka sendiri. 
Sebelum Portugis, dan kemudian Belanda, berhasil menguasai lautan nusantara, terdapat 
bandar-bandar besar dan berpengaruh di wilayah nusantara. Malaka, yang waktu itu masih 
menjadi wilayah Majapahit, dan kemudian Demak, menjadi bandar yang strategis. Selain 
Malaka, bandar lain yang tak kalah ramai adalah Makassar yang menjadi pusat kerajaan 
Gowa. “Pusat kerajaan di Makassar pada awal abad ke-17 sudah menjadi kota pelabuhan 
internasional lengkap dengan kantor perwakilan dagang Portugis, Belanda, Inggris, Spanyol, 
Denmark dan Tiongkok,” papar sejarawan Hilmar Farid dalam pidato Kebudayaannya di 
Taman Ismail Marzuki 11 November 2014 lalu. 
Dan ketika Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Alburquerque sampai ke Malaka pada 
tahun 1510, mereka dengan mudah menghancurkan kapal-kapal Jawa dan menguasai bandar 
paling strategis di wilayah nusantara tersebut. Kedatangan bangsa Eropa ke nusantara dipicu 
kejatuhan Konstantinopel (ibukota Romawi) ke tangan kesultanan Turki Utsmani (1453). 
Pengusaan Konstantinopel oleh Turki membuat pasokan rempah-rempah dari wilayah timur 
ke Eropa terputus. Kondisi ini membuat bangsa Eropa mencari sendiri sumber rempah-rempah 
di belahan timur. Setelah menaklukan dan menguasai Malaka, Portugis menjadikan 
Malaka sebagai pangkalan militer untuk menahan serangan orang-orang Melayu. Dari Malaka 
mereka kemudian mengirimkan ekspedisi ke Maluku mencari rempah-rempah. 
Kedatangan Portugis memicu kedatangan bangsa-bangsa Eropa lainnya seperti Spanyol dan 
Belanda. Tujuan mereka pun serupa mencari sumber rempah-rempah. Ekspedisi Spanyol ke 
kepulauan nusantara tak semulus seperti Portugis. Armada Magella (1519) berlayar dari 
Spanyol dengan membawa lima kapal dengan awak berjumlah 270 orang. Ekspedisi ini telah 
menekan banyak korban jiwa dan materil. Selain kehilangan nyawa Magellan, ekspedisi ini 
hanya menyisakan tiga kapal dari lima kapal yang berlayar. Mereka sampai di Filipina pada
tahun 1521. Dari Filipina mereka melanjutkan pelayaran sampai ke Kepulauan Maluku, 
tepatnya di Kesultanan Tidore. 
Cornellis de Houtman sampai di Banten pada 1596. Banten saat itu merupakan pelabuhan 
lada terbesar di ujung Barat pulau Jawa. Sejak itu Belanda banyak mengirimkan armada 
ekspedisi dari berbagai perusahaan berbeda untuk mencapai sumber rempah-rempah. Jacob 
van Neck pada Maret 1599 tiba di Maluku, kapal-kapalnya kembali ke Belanda (1599-1600) 
dengan membawa banyak rempah-rempah dan meraup keuntungan 400 persen. 
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa mencari rempah-rempah ke nusantara tak pelak 
menimbulkan persaingan di antara mereka. Mereka masing-masing mencoba mendekati 
penguasa-penguasa setempat. Seperti Portugis yang mendekati Kesultanan Ternate, dan 
Spanyol yang mendekati Kesultanan Tidore. Konflik-konflik lokal antarkerajaan itu pada 
akhirnya banyak menguntungkan bangsa Eropa. Keberhasilan mereka membantu dalam 
menghadapi musuh-musuhnya membuat bangsa-bangsa Eropa itu mendapat previllage 
sehingga akhirnya memonopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah itu. 
Di Jawa setelah keruntuhan Majapahit (1478) akibat konflik dan perang saudara, dan tidak 
adanya kerajaan besar, membuat Portugis, dan kemudian Belanda relatif mudah menguasai 
Jawa. Usaha untuk menghancurkan Portugis dan merebut Malaka bukan tidak dilakukan raja-raja 
Jawa pada masa itu. Pasukan Jepara dan Palembang (1513) yang menyerang Malaka 
berhasil dipukul mundur. Begitupun dengan Pati Unus (1521) hingga Ratu Kalinyamat (1550, 
dan 1556) yang mengerahkan armada tempurnya ke Malaka untuk mengusir Portugis 
berakhir dengan kegagalan. Pati Unus bahkan terbunuh dalam pertempuran itu. Satu-satunya 
keberhasilan kerajaan nusantara menghalau Portugis adalah ketika Fatahillah dari kerajaan 
Demak berhasil mengalahkan Portugis di Teluk Jakarta, dan mengusasi kota Sunda Kelapa 
(1527). 
Kemunduran terbesar Indonesia sebagai bangsa maritim terjadi ketika meninggalnya Sultan 
Agung 1645. Hilmar Farid dalam pidato kebudaayannya berjudul Arus Balik Kebudayaan: 
Sejarah Sebagai Kritik, menuliskan kematian Sultan Agung pada tahun 1645 membuka ruang 
intervensi VOC di pedalaman Mataran, dan jatuhnya Makassar pada 1669 membuka jalan 
bagi VOC menguasai jalur perdagangan terpenting di nusantara. Sejak itu hanya ada kerajaan 
maritim kecil dan hidup di bawah dominasi VOC yang secara efektif menggunakan 
perpecahan dan persaingan di antara mereka untuk menguasai semuanya. Sultan Agung 
pernah dua kali menyerang VOC di Batavia, yaitu pada tahun 1628 dan 1629. Keduanya 
berakhir dengan kekalahan. 
Dominasi dan kolonialisasi VOC di wilayah nusantara memaksa bangsa ini tidak bisa 
mengakses lautnya, sebagai urat nadi budaya sekaligus sumber kehidupan mereka sebagai 
bangsa maritim. Mereka dipaksa masuk lebih dalam membangun peradaban baru “di darat” 
dengan mengingkari kodranya sebagai bangsa maritim. 
3 
Mengutip Pramoedya Ananta Toer dalam novel sejarah berjudul Arus Balik; 
Semasa jayanya Majapahit, Nusantara merupakan kesatuan maritim dan 
kerajaan luat terbesar di antara bangsa-bagnsa beradab di muka bumi. Arus 
bergerak dari selatan ke utara, segalanya: kapal -kapalnya, manusianya, amal
4 
perbuatannya dan cita-citanya, semua bergerak dari Nusantra di selatan ke ‘Atas 
Angin’ di utara. Tetapi zaman berubah... Arus berbalik – bukan lagi dari selatan 
ke utara tetapi sebaliknya dari utara ke selatan. Utara kuasai selatan, menguasai 
urat nadi kehidupan Nusantara... 
Ilusi Bangsa Agraris 
Bangsa Indonesia sebagai bangsa agraris merupakan sebuah ilusi yang telah tertanam 
beratus-ratus tahun lamanya. Hal ini seriring dengan kolonisasi bangsa-bangsa Eropa, 
terutama Belanda melalui VOC-nya. Sejarah tanam paksa pada waktu jaman Gubernur 
Jenderal van Den Boch (1830-1834) kian membenamkan bangsa ini kepada kehidupan agraris 
sebagai sebuah keniscayaan. 
Laut tidak lagi dipandang sebagai urat nadi peradaban. Laut telah dijadikan penghambat, 
tidak lagi dipandang sebagai sebuah penghubung yang mengintegrasikan dirinya sebagai 
kesatuan utuh wilayah di nusantara. 
Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau–pulau. Sambung menyanbung menjadi satu, 
itulah Indonesia. Lirik lagu berjudul Dari Sabang Sampai Merauke ciptaan R. Sunaryo sejatinya 
menegaskan Indonesia sebagai kesatuan bangsa maritim. 
Ironisnya, ilusi bangsa ini sebagai bangsa agraris justru semakin ditanamkan oleh bangsa 
Indonesia sendiri. Soeharto melalui kekuasaanya yang hegemonik mengarahkan bangsanya 
untuk menjadi agraris. Programnya untuk melakukan swasembada beras memang berhasil 
dilakukan pada tahun 1984. Tahun 1985 Soeharto mendapat penghargaaan dar FAO (Badan 
Pangan Dunia). Namun lima tahun berikutnya Indonesia kembali menjadi pengimpor beras. 
Padahal syarat sebagai negara agraris adalahsebagian besar masyarakatanya bermata 
pencaharian sebagai petani, atau hidup dari sektor pertanian. Berbagai produk pertanian 
diunggulkan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Sebagai sebuah negara yang 70 
persen wilayahnya adalah lautan sangatlah mengherankan mengklaim dirinya sebagai negara 
agraris. Padahal luas daratan itu masih harus dikurangi oleh keberadaan hutan, permukiman, 
industri dan infrastruktur yang dari tahun ke tahun luasnya semakin meningkat. Akibatnya? 
Indonesia dari tahun ke tahun menjadi negara pengimpor beras. Dan pengimpor sebagian 
besar produk pertanian lainnya. 
Anton Apriyantono mencatat bahwa alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis dengan laju yang 
bisa mencapai 80.00 hektar pertahun. Sedangkan kemampuan cetak sawah nasional 
maksimal masih di bawah laju alih fungsi. Jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 220 juta 
jiwa, laju pertumbuhan 1,3 persen per tahun dan terkonsentrasi di Jawa mendorong laju alih 
fungsi lahan semakin tinggi dan Jawa menjadi tereksploitasi berlebihan yang tercermin dari 
luas pemilikan lahan rata-rata yang terus menciut. 
Ilusi sebagai bangsa agraris yang tertanam selama berabad-abad lamanya, telah membawa 
bangsa ini kepada keterikatan kepada tanah sebagai sumber kehidupan, sekaligus sebagai 
sebagai inspirasi budaya. Kehidupan agraris identik dengan kehidupan masyarakat desa yang 
memiliki keterikatan tinggi satu sama lain berdasarkan unsur kekeluargaan, berkelompok, 
homogen seperti dalam mata pencaharian, adat istiadat dan agama.
Sekali lagi, ilusi sebagai bangsa agraris telah membawa bangsa ini melupakan lautnya. Dan, 
sekaligus meninggalkan produk budaya yang melekat pada kemaritiman itu sendiri. 
Keputusan untuk menyikir ke dalam telah membuat bangsa ini terputus dari pergaulan global 
yang terjadi melalui interaksi jalur maritim. 
5 
Budaya Maritim 
“Kita tidak bisa kuat, sentosa, dan sejahtera selama kita tidak kembali 
menjadi bangsa bahari seperti masa dahulu.” 
Kalimat itu disampaikan Bung Karno dalam pidatonya pada Munas Maritim 1963. Saat itu 
Bung Karno menunjuk Ali Sadikin sebgai Menko Maritim. Bung Karno ingin menjadikan laut 
nusantara sebagai pilar utama penggerak perekonomian nasional. Sesungguhnya Bung Karno 
sudah lebih dulu memiliki kesadaran kemaritimannya ketika menunjuk Perdana Menteri 
Djuanda untuk membuat deklarasi wawasan Nusantara pada 13 Desember 1957 dan 
memperjuangkan di forum internasional asas archipelago Indonesia melalui United Nations 
Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1958. Namun baru pda tahun 1982 perjualan itu 
dikabulkan melalui konferensi PBB tentang hukum laut UNCLOS III. Berdasarkan hal itu 
Indonesia juga memiliki hak berdaulat atas sumber kekayaan alam dan berbagai kepentingan 
yang berada di atas, di bawah permukaan dan di lapisan bawah dasar laut Zona Ekonomi 
Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 juta km² .yang mengelilingi laut kedaulatan selebar 200 mil laut. 
Adanya pengakuan atas ZEE menjadi modal bangsa Indonesia untuk kembali melihat laut 
sebagai pusat aktifitas budaya seperti pada zaman keemasan Sriwijaya maupun Majapahit. 
Tapi sayangnya hal itu tidak dilakukan. Persepsi bangsa ini sebagai bangsa agraris telah 
menjadikan laut hanya dilihat sebatas sebagai potensi ekonomi sekunder. Laut hanya dilihat 
sebagai produksi ikan tangkap dan budidaya ikan semata. 
Visi pembangunan poros maritim seperti digagas Presiden Jokowi, seperti yang dijelaskan 
Prof Dr Ir La Ode Masihu Kamaluddin,M.Eng, dalam mengembangkan ekonomi maritim ke 
depan harus ada revolusi mental yakni dari cara pandang yang tidak lagi bicara soal produksi 
ikan tangkap dan budidaya ikan, melainkan lebih berkosentrasi pada bisnis pengembangan 
transportasi dan pelabuhan. 
Jelas, revolusi mental berarti mengubah secara radikal cara pandang dan sikap bangsa ini 
terhadap laut selama ini. Laut harus dilihat sebagai pusat aktifitas budaya, sehingga apapun 
gagasan, tindakan serta karya yang dihasilkan selalu berorentasi kemaritiman. Perubahan ini 
harus diikuti dengan perubahan pendekatan pertahanan maupun orientasi pembangunan, 
industrialisasi, dari yang selama ini berorientasi kontinenal menjadi maritim. Dan sudah 
barang tentu kita mesti berpikir ulang untuk terus menjadikan Jakarta sebagai ibu kota. 
Rencana membangun tol laut yang akan menghubungkan Sabang sampai Merauke dan 
pembangunan 20 pelabuhan di seluruh perairan Indonesia sudah barang tentu akan 
menghidupkan kembali aktifitas kemaritiman Indonesia. Menggeliatnya kembali pelabuhan 
atau bandar-bandar besar dan kecil, industri-industri perikanan tentu berimplikasi pada 
dinamika kehidupan di daerah pesisir. Menghidupkan kembali laut berarti ke depannya
bangsa ini harus bertumpu pada perdagangan sebagai kegiatan utama perekonomian. 
Aktifitas pertanian dan perkebunan diarahkan untuk menghasilkan produk-produk komoditas 
jadi, bukan lagi perdagangan barang mentah atau setengah jadi. Kegiatan perekonomian 
maritim diprediksi dapat menyerap 40 ribu tenaga kerja sehingga kita tidak perlu lagi 
mengirim istri-istri kita, anak-anak perempuan kita untuk menjadi buruh di negeri orang. 
6 
Jalesveva Jayamahe! 
Referensi Bacaan: 
Pramoedya Ananta Toer, Arus Balik (1995) 
Anthony Reid, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara (2004) 
Van Puersen, Strategi Kebudayaan (1994) 
http://id.wikipedia.org/wiki/Kapal_jung 
http://pigipugu.blogspot.com/2011/01/angkatan-laut-majapahit.html 
http://indonesiadalamsejarah.blogspot.com/2012/04/hukum-laut-indonesia.html 
http://news.okezone.com/read/2014/11/11/65/1063717/budaya-maritim-indonesia-didominasi- 
tiga-etnis 
http://www.kaskus.co.id/thread/544a6b29a09a3962148b4567/budaya-maritim-keluhuran-nusantara 
http://grelovejogja.wordpress.com/2007/08/07/kebudayaan-maritim-modern/ 
http://hilmarfarid.com/wp/?p=621 
http://library.uinsby.ac.id/index.php/news-and-events/323-doktrin-maritim-ala-jokowi-jk

More Related Content

What's hot

Kolonialisme eropa
Kolonialisme eropaKolonialisme eropa
Kolonialisme eropa
arifin
 
Alasan portugis datang ke indonesia
Alasan portugis datang ke indonesiaAlasan portugis datang ke indonesia
Alasan portugis datang ke indonesiaAjudan Puker
 
FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA
FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA
FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA
Annisa Monitha
 
Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat
Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme BaratPerkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat
Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat
Ardhia Pramesti
 
Perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia
Perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia Perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia
Perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia
Resma Puspitasari
 
Sejarah Indonesia - Imperialisme dan Kolonialisme di Indonesia
Sejarah Indonesia - Imperialisme dan Kolonialisme di IndonesiaSejarah Indonesia - Imperialisme dan Kolonialisme di Indonesia
Sejarah Indonesia - Imperialisme dan Kolonialisme di Indonesia
mia lusiana
 
Sejarah kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia
Sejarah kedatangan Bangsa Portugis ke IndonesiaSejarah kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia
Sejarah kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia
Nicholas Farrell Wijaya
 
Antara imperialisme dan kolonialisme
Antara imperialisme dan kolonialismeAntara imperialisme dan kolonialisme
Antara imperialisme dan kolonialisme
ulva Aprilia
 
Presentasi Kedatangan Bangsa Barat ke nusantara
Presentasi Kedatangan Bangsa Barat ke nusantaraPresentasi Kedatangan Bangsa Barat ke nusantara
Presentasi Kedatangan Bangsa Barat ke nusantara
Winie Dwicahyandari
 
Imperilisme di asteng
Imperilisme di astengImperilisme di asteng
Imperilisme di asteng
Baha Uddin
 
KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA
KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIAKEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA
KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA
Isna Nusa Kumalasari
 
Penelajahan Samudera Bangsa Eropa
Penelajahan Samudera Bangsa EropaPenelajahan Samudera Bangsa Eropa
Penelajahan Samudera Bangsa Eropa
Em Nasrul
 
Pengaruh keunggulan lokasi terhadap kegiatan kolonialisme di Indonesia
Pengaruh keunggulan lokasi terhadap kegiatan kolonialisme di IndonesiaPengaruh keunggulan lokasi terhadap kegiatan kolonialisme di Indonesia
Pengaruh keunggulan lokasi terhadap kegiatan kolonialisme di IndonesiaSinta Yunia Tribudiani
 
Biografi Para Tokoh Penjelajah Dunia
Biografi Para Tokoh Penjelajah DuniaBiografi Para Tokoh Penjelajah Dunia
Biografi Para Tokoh Penjelajah Dunia
yoga wijaya
 
Kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia
Kolonialisme dan imperialisme barat di indonesiaKolonialisme dan imperialisme barat di indonesia
Kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia
Galih Jembar Pangraksa
 
Imperialisme dan kolonialisme klmp 4
Imperialisme dan kolonialisme klmp 4Imperialisme dan kolonialisme klmp 4
Imperialisme dan kolonialisme klmp 4
Tita Rosita
 
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan ImperialismePPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
Dewi_Sejarah
 
[Kelompok 7] sejarah kolonialisme dan imperialisme
[Kelompok 7] sejarah kolonialisme dan imperialisme[Kelompok 7] sejarah kolonialisme dan imperialisme
[Kelompok 7] sejarah kolonialisme dan imperialismeDyno Hatake Madara
 
Sejarah
Sejarah Sejarah
Sejarah
ieffaa
 

What's hot (20)

Kolonialisme eropa
Kolonialisme eropaKolonialisme eropa
Kolonialisme eropa
 
Alasan portugis datang ke indonesia
Alasan portugis datang ke indonesiaAlasan portugis datang ke indonesia
Alasan portugis datang ke indonesia
 
FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA
FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA
FAKTOR PENYEBAB KEDATANGAN BANGSA EROPA KE INDONESIA
 
Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat
Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme BaratPerkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat
Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat
 
Perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia
Perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia Perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia
Perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia
 
Sejarah Indonesia - Imperialisme dan Kolonialisme di Indonesia
Sejarah Indonesia - Imperialisme dan Kolonialisme di IndonesiaSejarah Indonesia - Imperialisme dan Kolonialisme di Indonesia
Sejarah Indonesia - Imperialisme dan Kolonialisme di Indonesia
 
Sejarah kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia
Sejarah kedatangan Bangsa Portugis ke IndonesiaSejarah kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia
Sejarah kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia
 
Antara imperialisme dan kolonialisme
Antara imperialisme dan kolonialismeAntara imperialisme dan kolonialisme
Antara imperialisme dan kolonialisme
 
Presentasi Kedatangan Bangsa Barat ke nusantara
Presentasi Kedatangan Bangsa Barat ke nusantaraPresentasi Kedatangan Bangsa Barat ke nusantara
Presentasi Kedatangan Bangsa Barat ke nusantara
 
Imperilisme di asteng
Imperilisme di astengImperilisme di asteng
Imperilisme di asteng
 
KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA
KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIAKEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA
KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA
 
Penelajahan Samudera Bangsa Eropa
Penelajahan Samudera Bangsa EropaPenelajahan Samudera Bangsa Eropa
Penelajahan Samudera Bangsa Eropa
 
Pengaruh keunggulan lokasi terhadap kegiatan kolonialisme di Indonesia
Pengaruh keunggulan lokasi terhadap kegiatan kolonialisme di IndonesiaPengaruh keunggulan lokasi terhadap kegiatan kolonialisme di Indonesia
Pengaruh keunggulan lokasi terhadap kegiatan kolonialisme di Indonesia
 
Biografi Para Tokoh Penjelajah Dunia
Biografi Para Tokoh Penjelajah DuniaBiografi Para Tokoh Penjelajah Dunia
Biografi Para Tokoh Penjelajah Dunia
 
Kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia
Kolonialisme dan imperialisme barat di indonesiaKolonialisme dan imperialisme barat di indonesia
Kolonialisme dan imperialisme barat di indonesia
 
Imperialisme dan kolonialisme klmp 4
Imperialisme dan kolonialisme klmp 4Imperialisme dan kolonialisme klmp 4
Imperialisme dan kolonialisme klmp 4
 
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan ImperialismePPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
 
[Kelompok 7] sejarah kolonialisme dan imperialisme
[Kelompok 7] sejarah kolonialisme dan imperialisme[Kelompok 7] sejarah kolonialisme dan imperialisme
[Kelompok 7] sejarah kolonialisme dan imperialisme
 
A.d.a.
A.d.a.A.d.a.
A.d.a.
 
Sejarah
Sejarah Sejarah
Sejarah
 

Viewers also liked

портфоліо Федорової Л.О.
портфоліо Федорової Л.О.портфоліо Федорової Л.О.
портфоліо Федорової Л.О.
Юрій Гордієнко
 
Elevator pitch (corbin fromm)
Elevator pitch (corbin fromm)Elevator pitch (corbin fromm)
Elevator pitch (corbin fromm)corbinfromm
 
TIS Conference - Institutions, Law and Development
TIS Conference - Institutions, Law and DevelopmentTIS Conference - Institutions, Law and Development
TIS Conference - Institutions, Law and Development
James Stewart
 
портфолио Новикової Л.Ю.
портфолио Новикової Л.Ю.портфолио Новикової Л.Ю.
портфолио Новикової Л.Ю.
Юрій Гордієнко
 
Question 1
 Question 1 Question 1
Question 1
justinepaulet
 
Copa mundial 2014
Copa mundial 2014Copa mundial 2014
Copa mundial 2014jgarcia215
 
портфоліо Позоріної С.В.
портфоліо  Позоріної С.В.портфоліо  Позоріної С.В.
портфоліо Позоріної С.В.
Юрій Гордієнко
 
Controlli in retroazione
Controlli in retroazioneControlli in retroazione
Controlli in retroazione
Chiara Sirotti
 
Induction motors-energy conversion one-MANMOHAN SINGH CHANDOLIYA
Induction motors-energy conversion one-MANMOHAN SINGH CHANDOLIYAInduction motors-energy conversion one-MANMOHAN SINGH CHANDOLIYA
Induction motors-energy conversion one-MANMOHAN SINGH CHANDOLIYA
rajasthan technical university kota
 
Bhel - technology and application overview of fuel cells-MANMOHAN SINGH CHAND...
Bhel - technology and application overview of fuel cells-MANMOHAN SINGH CHAND...Bhel - technology and application overview of fuel cells-MANMOHAN SINGH CHAND...
Bhel - technology and application overview of fuel cells-MANMOHAN SINGH CHAND...
rajasthan technical university kota
 
портфоліо Кіндзерської О.А.Pptx
портфоліо Кіндзерської О.А.Pptxпортфоліо Кіндзерської О.А.Pptx
портфоліо Кіндзерської О.А.Pptx
Юрій Гордієнко
 
Learning by doing3
Learning by doing3Learning by doing3
Learning by doing3jltynan
 
Pengajian keusahawanan tahap 1
Pengajian keusahawanan tahap 1Pengajian keusahawanan tahap 1
Pengajian keusahawanan tahap 1nurul_dn
 
екскурсія до краєзнавчого музею м. кривого рогу
екскурсія до краєзнавчого музею м. кривого рогуекскурсія до краєзнавчого музею м. кривого рогу
екскурсія до краєзнавчого музею м. кривого рогу
Юрій Гордієнко
 
APA CommNet Digital Webinar Series Part 2 - Elevating Awareness of Your Nonpr...
APA CommNet Digital Webinar Series Part 2 - Elevating Awareness of Your Nonpr...APA CommNet Digital Webinar Series Part 2 - Elevating Awareness of Your Nonpr...
APA CommNet Digital Webinar Series Part 2 - Elevating Awareness of Your Nonpr...
America's Promise Alliance
 

Viewers also liked (18)

портфоліо Федорової Л.О.
портфоліо Федорової Л.О.портфоліо Федорової Л.О.
портфоліо Федорової Л.О.
 
Elevator pitch (corbin fromm)
Elevator pitch (corbin fromm)Elevator pitch (corbin fromm)
Elevator pitch (corbin fromm)
 
TIS Conference - Institutions, Law and Development
TIS Conference - Institutions, Law and DevelopmentTIS Conference - Institutions, Law and Development
TIS Conference - Institutions, Law and Development
 
портфолио Новикової Л.Ю.
портфолио Новикової Л.Ю.портфолио Новикової Л.Ю.
портфолио Новикової Л.Ю.
 
Question 1
 Question 1 Question 1
Question 1
 
Copa mundial 2014
Copa mundial 2014Copa mundial 2014
Copa mundial 2014
 
портфоліо Позоріної С.В.
портфоліо  Позоріної С.В.портфоліо  Позоріної С.В.
портфоліо Позоріної С.В.
 
кзш №75 презентация
кзш №75 презентациякзш №75 презентация
кзш №75 презентация
 
25471 energy conversion_15
25471 energy conversion_1525471 energy conversion_15
25471 energy conversion_15
 
Controlli in retroazione
Controlli in retroazioneControlli in retroazione
Controlli in retroazione
 
Induction motors-energy conversion one-MANMOHAN SINGH CHANDOLIYA
Induction motors-energy conversion one-MANMOHAN SINGH CHANDOLIYAInduction motors-energy conversion one-MANMOHAN SINGH CHANDOLIYA
Induction motors-energy conversion one-MANMOHAN SINGH CHANDOLIYA
 
Bhel - technology and application overview of fuel cells-MANMOHAN SINGH CHAND...
Bhel - technology and application overview of fuel cells-MANMOHAN SINGH CHAND...Bhel - technology and application overview of fuel cells-MANMOHAN SINGH CHAND...
Bhel - technology and application overview of fuel cells-MANMOHAN SINGH CHAND...
 
портфоліо Кіндзерської О.А.Pptx
портфоліо Кіндзерської О.А.Pptxпортфоліо Кіндзерської О.А.Pptx
портфоліо Кіндзерської О.А.Pptx
 
Learning by doing3
Learning by doing3Learning by doing3
Learning by doing3
 
Pengajian keusahawanan tahap 1
Pengajian keusahawanan tahap 1Pengajian keusahawanan tahap 1
Pengajian keusahawanan tahap 1
 
civilta' cretese
civilta' cretesecivilta' cretese
civilta' cretese
 
екскурсія до краєзнавчого музею м. кривого рогу
екскурсія до краєзнавчого музею м. кривого рогуекскурсія до краєзнавчого музею м. кривого рогу
екскурсія до краєзнавчого музею м. кривого рогу
 
APA CommNet Digital Webinar Series Part 2 - Elevating Awareness of Your Nonpr...
APA CommNet Digital Webinar Series Part 2 - Elevating Awareness of Your Nonpr...APA CommNet Digital Webinar Series Part 2 - Elevating Awareness of Your Nonpr...
APA CommNet Digital Webinar Series Part 2 - Elevating Awareness of Your Nonpr...
 

Similar to Poros maritim dan arus balik kebudayaan

Buku Ajar Sejarah imperialisme dan kolonialisme
Buku Ajar Sejarah imperialisme dan kolonialismeBuku Ajar Sejarah imperialisme dan kolonialisme
Buku Ajar Sejarah imperialisme dan kolonialisme
Armadira Enno
 
Thesis Defense.pptx
Thesis Defense.pptxThesis Defense.pptx
Thesis Defense.pptx
FaisalAriij
 
Tokoh-Tokoh Pelayaran Bangsa Eropa_SMAN 1 KEJAYAN Kab.PASURUAN
Tokoh-Tokoh Pelayaran Bangsa Eropa_SMAN 1 KEJAYAN Kab.PASURUANTokoh-Tokoh Pelayaran Bangsa Eropa_SMAN 1 KEJAYAN Kab.PASURUAN
Tokoh-Tokoh Pelayaran Bangsa Eropa_SMAN 1 KEJAYAN Kab.PASURUAN
cholil_ryan
 
PERLAWAN BANGSA INDONESIA XI MIPA.pptx
PERLAWAN BANGSA INDONESIA XI MIPA.pptxPERLAWAN BANGSA INDONESIA XI MIPA.pptx
PERLAWAN BANGSA INDONESIA XI MIPA.pptx
soki leonardi
 
Kedatangan_Bangsa_Portugis_ke_Indonesia.pptx
Kedatangan_Bangsa_Portugis_ke_Indonesia.pptxKedatangan_Bangsa_Portugis_ke_Indonesia.pptx
Kedatangan_Bangsa_Portugis_ke_Indonesia.pptx
RudiHartono626450
 
kolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892.pdf
kolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892.pdfkolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892.pdf
kolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892.pdf
MeinaLegista
 
kolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892 (1).pdf
kolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892 (1).pdfkolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892 (1).pdf
kolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892 (1).pdf
MeinaLegista
 
Kolonialisme dan imperialisme
Kolonialisme dan imperialismeKolonialisme dan imperialisme
Kolonialisme dan imperialisme
Universities Pendidikan Ganesha
 
PROSES KEDATANGAN BANGSA-BANGSA EROPA DI INDONESIA_XI MIPA 3.pptx
PROSES KEDATANGAN BANGSA-BANGSA EROPA DI INDONESIA_XI MIPA 3.pptxPROSES KEDATANGAN BANGSA-BANGSA EROPA DI INDONESIA_XI MIPA 3.pptx
PROSES KEDATANGAN BANGSA-BANGSA EROPA DI INDONESIA_XI MIPA 3.pptx
14DianWindiRahayu
 
BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampa...
BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampa...BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampa...
BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampa...
MuhammadAmarRahman
 
Penjelajahan Samudera dan Masuknya Bangsa Barat-1.pdf
Penjelajahan Samudera dan Masuknya Bangsa Barat-1.pdfPenjelajahan Samudera dan Masuknya Bangsa Barat-1.pdf
Penjelajahan Samudera dan Masuknya Bangsa Barat-1.pdf
UlulAzmiMuhammad1
 
masa penjajahan bangsa kolonial di indonesia
masa penjajahan bangsa kolonial di indonesiamasa penjajahan bangsa kolonial di indonesia
masa penjajahan bangsa kolonial di indonesia
ahmad arif
 
Kedatangan Bangsa Eropa Ke Indonesia.pptx
Kedatangan Bangsa Eropa Ke Indonesia.pptxKedatangan Bangsa Eropa Ke Indonesia.pptx
Kedatangan Bangsa Eropa Ke Indonesia.pptx
HafidMuhammadRafdi
 
Afonso De Albuquerque
Afonso De AlbuquerqueAfonso De Albuquerque
Afonso De Albuquerque
ZahrotulKrisnia
 
Afonso De Albuquerque
Afonso De AlbuquerqueAfonso De Albuquerque
Afonso De Albuquerque
ZahrotulKrisnia
 
Kolonialisme & Imperialisme
Kolonialisme & ImperialismeKolonialisme & Imperialisme
Kolonialisme & Imperialisme
AhmadFaqih16
 
Tugas
TugasTugas
Datangnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia & Kebijakan Peme...
Datangnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia & Kebijakan Peme...Datangnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia & Kebijakan Peme...
Datangnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia & Kebijakan Peme...
Nadya Shafirah
 
Tokoh Tokoh Pelayaran Dunia_SMA NEGERI 1 KEJAYAN Kab Pasuruan
Tokoh Tokoh Pelayaran Dunia_SMA NEGERI 1 KEJAYAN Kab Pasuruan Tokoh Tokoh Pelayaran Dunia_SMA NEGERI 1 KEJAYAN Kab Pasuruan
Tokoh Tokoh Pelayaran Dunia_SMA NEGERI 1 KEJAYAN Kab Pasuruan
akhmad_asrofi
 
2784
27842784

Similar to Poros maritim dan arus balik kebudayaan (20)

Buku Ajar Sejarah imperialisme dan kolonialisme
Buku Ajar Sejarah imperialisme dan kolonialismeBuku Ajar Sejarah imperialisme dan kolonialisme
Buku Ajar Sejarah imperialisme dan kolonialisme
 
Thesis Defense.pptx
Thesis Defense.pptxThesis Defense.pptx
Thesis Defense.pptx
 
Tokoh-Tokoh Pelayaran Bangsa Eropa_SMAN 1 KEJAYAN Kab.PASURUAN
Tokoh-Tokoh Pelayaran Bangsa Eropa_SMAN 1 KEJAYAN Kab.PASURUANTokoh-Tokoh Pelayaran Bangsa Eropa_SMAN 1 KEJAYAN Kab.PASURUAN
Tokoh-Tokoh Pelayaran Bangsa Eropa_SMAN 1 KEJAYAN Kab.PASURUAN
 
PERLAWAN BANGSA INDONESIA XI MIPA.pptx
PERLAWAN BANGSA INDONESIA XI MIPA.pptxPERLAWAN BANGSA INDONESIA XI MIPA.pptx
PERLAWAN BANGSA INDONESIA XI MIPA.pptx
 
Kedatangan_Bangsa_Portugis_ke_Indonesia.pptx
Kedatangan_Bangsa_Portugis_ke_Indonesia.pptxKedatangan_Bangsa_Portugis_ke_Indonesia.pptx
Kedatangan_Bangsa_Portugis_ke_Indonesia.pptx
 
kolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892.pdf
kolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892.pdfkolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892.pdf
kolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892.pdf
 
kolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892 (1).pdf
kolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892 (1).pdfkolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892 (1).pdf
kolonialismedanimperialisme-151019110928-lva1-app6892 (1).pdf
 
Kolonialisme dan imperialisme
Kolonialisme dan imperialismeKolonialisme dan imperialisme
Kolonialisme dan imperialisme
 
PROSES KEDATANGAN BANGSA-BANGSA EROPA DI INDONESIA_XI MIPA 3.pptx
PROSES KEDATANGAN BANGSA-BANGSA EROPA DI INDONESIA_XI MIPA 3.pptxPROSES KEDATANGAN BANGSA-BANGSA EROPA DI INDONESIA_XI MIPA 3.pptx
PROSES KEDATANGAN BANGSA-BANGSA EROPA DI INDONESIA_XI MIPA 3.pptx
 
BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampa...
BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampa...BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampa...
BAB 2 Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (abad ke-16 sampa...
 
Penjelajahan Samudera dan Masuknya Bangsa Barat-1.pdf
Penjelajahan Samudera dan Masuknya Bangsa Barat-1.pdfPenjelajahan Samudera dan Masuknya Bangsa Barat-1.pdf
Penjelajahan Samudera dan Masuknya Bangsa Barat-1.pdf
 
masa penjajahan bangsa kolonial di indonesia
masa penjajahan bangsa kolonial di indonesiamasa penjajahan bangsa kolonial di indonesia
masa penjajahan bangsa kolonial di indonesia
 
Kedatangan Bangsa Eropa Ke Indonesia.pptx
Kedatangan Bangsa Eropa Ke Indonesia.pptxKedatangan Bangsa Eropa Ke Indonesia.pptx
Kedatangan Bangsa Eropa Ke Indonesia.pptx
 
Afonso De Albuquerque
Afonso De AlbuquerqueAfonso De Albuquerque
Afonso De Albuquerque
 
Afonso De Albuquerque
Afonso De AlbuquerqueAfonso De Albuquerque
Afonso De Albuquerque
 
Kolonialisme & Imperialisme
Kolonialisme & ImperialismeKolonialisme & Imperialisme
Kolonialisme & Imperialisme
 
Tugas
TugasTugas
Tugas
 
Datangnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia & Kebijakan Peme...
Datangnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia & Kebijakan Peme...Datangnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia & Kebijakan Peme...
Datangnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia & Kebijakan Peme...
 
Tokoh Tokoh Pelayaran Dunia_SMA NEGERI 1 KEJAYAN Kab Pasuruan
Tokoh Tokoh Pelayaran Dunia_SMA NEGERI 1 KEJAYAN Kab Pasuruan Tokoh Tokoh Pelayaran Dunia_SMA NEGERI 1 KEJAYAN Kab Pasuruan
Tokoh Tokoh Pelayaran Dunia_SMA NEGERI 1 KEJAYAN Kab Pasuruan
 
2784
27842784
2784
 

Poros maritim dan arus balik kebudayaan

  • 1. 1 Poros Maritim dan Arus Balik Kebudayaan Visi poros martitim yang digagas Presiden Jokowi menjadi pekerjaan besar bangsa ini. Keinginan untuk “kembali ke luat”, setelah beribu-ribu tahun mengabaikannya, sudah barang tentu bukan pekerjaan lima, sepuluh tahun. Visi untuk mengembalikan bangsa ini ke jati diri sesungguhnya sebagai bangsa maritim adalah pekerjaan besar dan revolusioner, karena menyangkut pemutarbalikan arus pemikiran, budaya, politik, pertahanan-militer dan sosial secara lebih luas. Keputusan nenek moyang bangsa ini untuk “mengungsi ke pedalaman”, tidak bisa dilepaskan dari lepasnya penguasaan lautan yang sebelumnya mereka kuasai. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa yang menguasai laut nusantara menjadikan bangsa ini terpaksa masuk ke wilayah lebih dalam. Dimulai dari Portugis, Spanyol dan kemudian Belanda, telah menggusur kekuasaan laut kerajaan-kerajaan di nusantara. Mereka kemudian menyingkir lebih ke dalam membangun peradaban baru yang berorientasi daratan (agraris). Kerajaan-kerajaan ini tidak pernah mampu melampaui kebesaran nenek moyang mereka sewaktu masih menguasai lautan. Tentu hal ini tidak mengherankan karena seperti disampaikan Pramoedya Ananta Toer (Budayawan); “Sejak VOC sampai pemerintah belanda berkuasa, laut tidak lagi menjadi penghubung, tetapi laut menjadi pemisah antar pulau-pulau di nusantara, dan ini sejalan dengan misi penaklukkan Belanda di Nusantara dengan politik devide at impera (politik pecah belah).” Jauh sebelum kedatangan bangsa Portugis yang dipimpin Afonso de Alburquerque ke Malaka pada 1511, pelaut-pelaut nusantara telah dikenal sebagai pelaut yang tangguh. Pada abad 5 hingga 7 M kapal-kapal dagang nusantara telah menguasai Asia. Pada era itu pedagang Cina banyak bergantung kepada pelaut-pelaut nusantara. Sejak abad ke-9 Masehi, bangsa Indonesia telah berlayar mengarungi lautan ke barat Samudera Hindia (Indonesia) hingga Madagaskar dan ke timur hingga Pulau Paskah. Robert Dick-Read, seorang peneliti dari London University (penulis buku Penjelajah Bahari), mengemukakan bahwa pelaut-pelaut nusantara yang telah menguasai perairan dan tampil sebagai penjelajah samudera sejak 1.500 tahun lampau. Ini artinya penjelajahan pelaut-pelaut nusantara itu dilakukan jauh sebelum Cheng Ho maupun Colombus mencatatkan sejarah penjelajahan bahari yang fenomenal. Anthony Reid, dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, mengutip catatan Diego de Couto dalam buku Da Asia (terbit 1645), menuliskan pelaut Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16 itu menyebutkan, orang Jawa lebih dulu berlayar sampai ke Tanjung Harapan, Afrika, dan Madagaskar. Ia mendapati penduduk Tanjung Harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat seperti orang Jawa. "Mereka mengaku keturunan Jawa," tutur Couto. Sejarah peradaban maritim nusantara berikutnya ditandai dengan kemasyuran kerajaan Sriwijaya di Palembang (abad ke-7), dan dilanjutkan kejayaan Majapahit di era kekuasaan Hayam Wuruk (1350 – 1389). Kebesaran armada laut Majapahit tersebut bisa dirujuk pada catatan Irawan Djoko Nugroho dalam bukunya Majapahit Peradaban Maritim (2011). Irwan
  • 2. menulis armada laut Majapahit memiliki 400 Jung. Jumlah itu jauh lebih besar daripada armada kapal yang dimiliki VOC (Belanda), EIC, Spanyol, dan Portugis pada tahun sesudahnya (1674), yaitu 124 kapal. Irwan juga menulis, sejarah mencatat bahwa kemampuan teknologi perkapalan Majapahit jauh lebih dahsyat dari bangsa lain. Bahkan ukuran kapal Majapahit saat itu bisa memuat 600 penumpang, sementara kapal bangsa lain hanya 50 orang. Semantara, kejayaan Sriwijaya ditandai dengan kedatangan berbagai orang dari berbagai negeri. Banyak sarjana Budha Mahayana yang bermukin di ibukota Sriwijaya sebelum melanjutkan studi di Universitas Nalada di India. Kesaksian atas kemasyuran Sriwijaya juga dapat disaksikan pada catatan I Tsing, seorang bikshu dari Tiongkok. Maupun catatan Al Masudi, seorang musafir sekaligus sarjana Arab, menulis catatan tentang Sriwijaya sebagai kerajaan yang makmur dengan jumlah tentara banyak. 2 Lantas kemana hilangnya kegemilangan maritim nusantara itu? Penguasaan bangsa-bangsa Eropa, yang dimulai dari Portugis hingga Belanda, atas perairan nusantara disebabkan tidak adanya kerajaan maritim besar dan memiliki pengaruh kuat pada masa itu. Setelah kejatuhan kerajaan maritim Sriwijaya (abad ke-7), dan kemudian Majapahit (abad ke-15), praktis tidak ada lagi kerajaan maritim besar yang memiliki kekuatan angkatan laut yang besar dan tangguh. Kerajaan-kerajaan maritim yang lahir kemudian di wilayah-wilayah nusantara sibuk dengan konflik di antara mereka sendiri. Sebelum Portugis, dan kemudian Belanda, berhasil menguasai lautan nusantara, terdapat bandar-bandar besar dan berpengaruh di wilayah nusantara. Malaka, yang waktu itu masih menjadi wilayah Majapahit, dan kemudian Demak, menjadi bandar yang strategis. Selain Malaka, bandar lain yang tak kalah ramai adalah Makassar yang menjadi pusat kerajaan Gowa. “Pusat kerajaan di Makassar pada awal abad ke-17 sudah menjadi kota pelabuhan internasional lengkap dengan kantor perwakilan dagang Portugis, Belanda, Inggris, Spanyol, Denmark dan Tiongkok,” papar sejarawan Hilmar Farid dalam pidato Kebudayaannya di Taman Ismail Marzuki 11 November 2014 lalu. Dan ketika Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Alburquerque sampai ke Malaka pada tahun 1510, mereka dengan mudah menghancurkan kapal-kapal Jawa dan menguasai bandar paling strategis di wilayah nusantara tersebut. Kedatangan bangsa Eropa ke nusantara dipicu kejatuhan Konstantinopel (ibukota Romawi) ke tangan kesultanan Turki Utsmani (1453). Pengusaan Konstantinopel oleh Turki membuat pasokan rempah-rempah dari wilayah timur ke Eropa terputus. Kondisi ini membuat bangsa Eropa mencari sendiri sumber rempah-rempah di belahan timur. Setelah menaklukan dan menguasai Malaka, Portugis menjadikan Malaka sebagai pangkalan militer untuk menahan serangan orang-orang Melayu. Dari Malaka mereka kemudian mengirimkan ekspedisi ke Maluku mencari rempah-rempah. Kedatangan Portugis memicu kedatangan bangsa-bangsa Eropa lainnya seperti Spanyol dan Belanda. Tujuan mereka pun serupa mencari sumber rempah-rempah. Ekspedisi Spanyol ke kepulauan nusantara tak semulus seperti Portugis. Armada Magella (1519) berlayar dari Spanyol dengan membawa lima kapal dengan awak berjumlah 270 orang. Ekspedisi ini telah menekan banyak korban jiwa dan materil. Selain kehilangan nyawa Magellan, ekspedisi ini hanya menyisakan tiga kapal dari lima kapal yang berlayar. Mereka sampai di Filipina pada
  • 3. tahun 1521. Dari Filipina mereka melanjutkan pelayaran sampai ke Kepulauan Maluku, tepatnya di Kesultanan Tidore. Cornellis de Houtman sampai di Banten pada 1596. Banten saat itu merupakan pelabuhan lada terbesar di ujung Barat pulau Jawa. Sejak itu Belanda banyak mengirimkan armada ekspedisi dari berbagai perusahaan berbeda untuk mencapai sumber rempah-rempah. Jacob van Neck pada Maret 1599 tiba di Maluku, kapal-kapalnya kembali ke Belanda (1599-1600) dengan membawa banyak rempah-rempah dan meraup keuntungan 400 persen. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa mencari rempah-rempah ke nusantara tak pelak menimbulkan persaingan di antara mereka. Mereka masing-masing mencoba mendekati penguasa-penguasa setempat. Seperti Portugis yang mendekati Kesultanan Ternate, dan Spanyol yang mendekati Kesultanan Tidore. Konflik-konflik lokal antarkerajaan itu pada akhirnya banyak menguntungkan bangsa Eropa. Keberhasilan mereka membantu dalam menghadapi musuh-musuhnya membuat bangsa-bangsa Eropa itu mendapat previllage sehingga akhirnya memonopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah itu. Di Jawa setelah keruntuhan Majapahit (1478) akibat konflik dan perang saudara, dan tidak adanya kerajaan besar, membuat Portugis, dan kemudian Belanda relatif mudah menguasai Jawa. Usaha untuk menghancurkan Portugis dan merebut Malaka bukan tidak dilakukan raja-raja Jawa pada masa itu. Pasukan Jepara dan Palembang (1513) yang menyerang Malaka berhasil dipukul mundur. Begitupun dengan Pati Unus (1521) hingga Ratu Kalinyamat (1550, dan 1556) yang mengerahkan armada tempurnya ke Malaka untuk mengusir Portugis berakhir dengan kegagalan. Pati Unus bahkan terbunuh dalam pertempuran itu. Satu-satunya keberhasilan kerajaan nusantara menghalau Portugis adalah ketika Fatahillah dari kerajaan Demak berhasil mengalahkan Portugis di Teluk Jakarta, dan mengusasi kota Sunda Kelapa (1527). Kemunduran terbesar Indonesia sebagai bangsa maritim terjadi ketika meninggalnya Sultan Agung 1645. Hilmar Farid dalam pidato kebudaayannya berjudul Arus Balik Kebudayaan: Sejarah Sebagai Kritik, menuliskan kematian Sultan Agung pada tahun 1645 membuka ruang intervensi VOC di pedalaman Mataran, dan jatuhnya Makassar pada 1669 membuka jalan bagi VOC menguasai jalur perdagangan terpenting di nusantara. Sejak itu hanya ada kerajaan maritim kecil dan hidup di bawah dominasi VOC yang secara efektif menggunakan perpecahan dan persaingan di antara mereka untuk menguasai semuanya. Sultan Agung pernah dua kali menyerang VOC di Batavia, yaitu pada tahun 1628 dan 1629. Keduanya berakhir dengan kekalahan. Dominasi dan kolonialisasi VOC di wilayah nusantara memaksa bangsa ini tidak bisa mengakses lautnya, sebagai urat nadi budaya sekaligus sumber kehidupan mereka sebagai bangsa maritim. Mereka dipaksa masuk lebih dalam membangun peradaban baru “di darat” dengan mengingkari kodranya sebagai bangsa maritim. 3 Mengutip Pramoedya Ananta Toer dalam novel sejarah berjudul Arus Balik; Semasa jayanya Majapahit, Nusantara merupakan kesatuan maritim dan kerajaan luat terbesar di antara bangsa-bagnsa beradab di muka bumi. Arus bergerak dari selatan ke utara, segalanya: kapal -kapalnya, manusianya, amal
  • 4. 4 perbuatannya dan cita-citanya, semua bergerak dari Nusantra di selatan ke ‘Atas Angin’ di utara. Tetapi zaman berubah... Arus berbalik – bukan lagi dari selatan ke utara tetapi sebaliknya dari utara ke selatan. Utara kuasai selatan, menguasai urat nadi kehidupan Nusantara... Ilusi Bangsa Agraris Bangsa Indonesia sebagai bangsa agraris merupakan sebuah ilusi yang telah tertanam beratus-ratus tahun lamanya. Hal ini seriring dengan kolonisasi bangsa-bangsa Eropa, terutama Belanda melalui VOC-nya. Sejarah tanam paksa pada waktu jaman Gubernur Jenderal van Den Boch (1830-1834) kian membenamkan bangsa ini kepada kehidupan agraris sebagai sebuah keniscayaan. Laut tidak lagi dipandang sebagai urat nadi peradaban. Laut telah dijadikan penghambat, tidak lagi dipandang sebagai sebuah penghubung yang mengintegrasikan dirinya sebagai kesatuan utuh wilayah di nusantara. Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau–pulau. Sambung menyanbung menjadi satu, itulah Indonesia. Lirik lagu berjudul Dari Sabang Sampai Merauke ciptaan R. Sunaryo sejatinya menegaskan Indonesia sebagai kesatuan bangsa maritim. Ironisnya, ilusi bangsa ini sebagai bangsa agraris justru semakin ditanamkan oleh bangsa Indonesia sendiri. Soeharto melalui kekuasaanya yang hegemonik mengarahkan bangsanya untuk menjadi agraris. Programnya untuk melakukan swasembada beras memang berhasil dilakukan pada tahun 1984. Tahun 1985 Soeharto mendapat penghargaaan dar FAO (Badan Pangan Dunia). Namun lima tahun berikutnya Indonesia kembali menjadi pengimpor beras. Padahal syarat sebagai negara agraris adalahsebagian besar masyarakatanya bermata pencaharian sebagai petani, atau hidup dari sektor pertanian. Berbagai produk pertanian diunggulkan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Sebagai sebuah negara yang 70 persen wilayahnya adalah lautan sangatlah mengherankan mengklaim dirinya sebagai negara agraris. Padahal luas daratan itu masih harus dikurangi oleh keberadaan hutan, permukiman, industri dan infrastruktur yang dari tahun ke tahun luasnya semakin meningkat. Akibatnya? Indonesia dari tahun ke tahun menjadi negara pengimpor beras. Dan pengimpor sebagian besar produk pertanian lainnya. Anton Apriyantono mencatat bahwa alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis dengan laju yang bisa mencapai 80.00 hektar pertahun. Sedangkan kemampuan cetak sawah nasional maksimal masih di bawah laju alih fungsi. Jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 220 juta jiwa, laju pertumbuhan 1,3 persen per tahun dan terkonsentrasi di Jawa mendorong laju alih fungsi lahan semakin tinggi dan Jawa menjadi tereksploitasi berlebihan yang tercermin dari luas pemilikan lahan rata-rata yang terus menciut. Ilusi sebagai bangsa agraris yang tertanam selama berabad-abad lamanya, telah membawa bangsa ini kepada keterikatan kepada tanah sebagai sumber kehidupan, sekaligus sebagai sebagai inspirasi budaya. Kehidupan agraris identik dengan kehidupan masyarakat desa yang memiliki keterikatan tinggi satu sama lain berdasarkan unsur kekeluargaan, berkelompok, homogen seperti dalam mata pencaharian, adat istiadat dan agama.
  • 5. Sekali lagi, ilusi sebagai bangsa agraris telah membawa bangsa ini melupakan lautnya. Dan, sekaligus meninggalkan produk budaya yang melekat pada kemaritiman itu sendiri. Keputusan untuk menyikir ke dalam telah membuat bangsa ini terputus dari pergaulan global yang terjadi melalui interaksi jalur maritim. 5 Budaya Maritim “Kita tidak bisa kuat, sentosa, dan sejahtera selama kita tidak kembali menjadi bangsa bahari seperti masa dahulu.” Kalimat itu disampaikan Bung Karno dalam pidatonya pada Munas Maritim 1963. Saat itu Bung Karno menunjuk Ali Sadikin sebgai Menko Maritim. Bung Karno ingin menjadikan laut nusantara sebagai pilar utama penggerak perekonomian nasional. Sesungguhnya Bung Karno sudah lebih dulu memiliki kesadaran kemaritimannya ketika menunjuk Perdana Menteri Djuanda untuk membuat deklarasi wawasan Nusantara pada 13 Desember 1957 dan memperjuangkan di forum internasional asas archipelago Indonesia melalui United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1958. Namun baru pda tahun 1982 perjualan itu dikabulkan melalui konferensi PBB tentang hukum laut UNCLOS III. Berdasarkan hal itu Indonesia juga memiliki hak berdaulat atas sumber kekayaan alam dan berbagai kepentingan yang berada di atas, di bawah permukaan dan di lapisan bawah dasar laut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 juta km² .yang mengelilingi laut kedaulatan selebar 200 mil laut. Adanya pengakuan atas ZEE menjadi modal bangsa Indonesia untuk kembali melihat laut sebagai pusat aktifitas budaya seperti pada zaman keemasan Sriwijaya maupun Majapahit. Tapi sayangnya hal itu tidak dilakukan. Persepsi bangsa ini sebagai bangsa agraris telah menjadikan laut hanya dilihat sebatas sebagai potensi ekonomi sekunder. Laut hanya dilihat sebagai produksi ikan tangkap dan budidaya ikan semata. Visi pembangunan poros maritim seperti digagas Presiden Jokowi, seperti yang dijelaskan Prof Dr Ir La Ode Masihu Kamaluddin,M.Eng, dalam mengembangkan ekonomi maritim ke depan harus ada revolusi mental yakni dari cara pandang yang tidak lagi bicara soal produksi ikan tangkap dan budidaya ikan, melainkan lebih berkosentrasi pada bisnis pengembangan transportasi dan pelabuhan. Jelas, revolusi mental berarti mengubah secara radikal cara pandang dan sikap bangsa ini terhadap laut selama ini. Laut harus dilihat sebagai pusat aktifitas budaya, sehingga apapun gagasan, tindakan serta karya yang dihasilkan selalu berorentasi kemaritiman. Perubahan ini harus diikuti dengan perubahan pendekatan pertahanan maupun orientasi pembangunan, industrialisasi, dari yang selama ini berorientasi kontinenal menjadi maritim. Dan sudah barang tentu kita mesti berpikir ulang untuk terus menjadikan Jakarta sebagai ibu kota. Rencana membangun tol laut yang akan menghubungkan Sabang sampai Merauke dan pembangunan 20 pelabuhan di seluruh perairan Indonesia sudah barang tentu akan menghidupkan kembali aktifitas kemaritiman Indonesia. Menggeliatnya kembali pelabuhan atau bandar-bandar besar dan kecil, industri-industri perikanan tentu berimplikasi pada dinamika kehidupan di daerah pesisir. Menghidupkan kembali laut berarti ke depannya
  • 6. bangsa ini harus bertumpu pada perdagangan sebagai kegiatan utama perekonomian. Aktifitas pertanian dan perkebunan diarahkan untuk menghasilkan produk-produk komoditas jadi, bukan lagi perdagangan barang mentah atau setengah jadi. Kegiatan perekonomian maritim diprediksi dapat menyerap 40 ribu tenaga kerja sehingga kita tidak perlu lagi mengirim istri-istri kita, anak-anak perempuan kita untuk menjadi buruh di negeri orang. 6 Jalesveva Jayamahe! Referensi Bacaan: Pramoedya Ananta Toer, Arus Balik (1995) Anthony Reid, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara (2004) Van Puersen, Strategi Kebudayaan (1994) http://id.wikipedia.org/wiki/Kapal_jung http://pigipugu.blogspot.com/2011/01/angkatan-laut-majapahit.html http://indonesiadalamsejarah.blogspot.com/2012/04/hukum-laut-indonesia.html http://news.okezone.com/read/2014/11/11/65/1063717/budaya-maritim-indonesia-didominasi- tiga-etnis http://www.kaskus.co.id/thread/544a6b29a09a3962148b4567/budaya-maritim-keluhuran-nusantara http://grelovejogja.wordpress.com/2007/08/07/kebudayaan-maritim-modern/ http://hilmarfarid.com/wp/?p=621 http://library.uinsby.ac.id/index.php/news-and-events/323-doktrin-maritim-ala-jokowi-jk