Dokumen tersebut membahas tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja. PHBS di Tempat Kerja bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja, menciptakan lingkungan kerja yang sehat, menurunkan angka penyakit akibat kerja, dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat. Dokumen tersebut juga menjelaskan langkah-langkah pembinaan PHBS di Tempat Kerja mulai dari anal
Dokumen tersebut membahas tentang transisi epidemiologi penyakit di Indonesia dari tahun 1990 hingga 2015, di mana terjadi pergeseran dominasi penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular akibat perubahan gaya hidup masyarakat. Dokumen tersebut juga menjelaskan upaya yang dilakukan untuk mencegah penyakit tidak menular melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dengan fokus
KUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN
PHBS INSTANSI KESEHATAN
PHBS INSTANSI PENDIDIKAN
PHBS TEMPAT KERJA
PHBS TEMPAT UMUM
PHBS RUMAH TANGGA
PERKEMBANGAN BALITA
TAMAN POSYANDU
DESA SIAGA
Kegiatan Orientasi Kader kesehatan sangat perlu dilakukan terlebih pada awal tahun sebelum action kegiatan dimulai, karena peranan kader dalam program kesehatan sangatlah besar dan membantu petugas kesehatan di wilayah kerja..
Dokumen tersebut membahas tentang transisi epidemiologi penyakit di Indonesia dari tahun 1990 hingga 2015, di mana terjadi pergeseran dominasi penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular akibat perubahan gaya hidup masyarakat. Dokumen tersebut juga menjelaskan upaya yang dilakukan untuk mencegah penyakit tidak menular melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dengan fokus
KUMPULAN FORM PROMOSI KESEHATAN
PHBS INSTANSI KESEHATAN
PHBS INSTANSI PENDIDIKAN
PHBS TEMPAT KERJA
PHBS TEMPAT UMUM
PHBS RUMAH TANGGA
PERKEMBANGAN BALITA
TAMAN POSYANDU
DESA SIAGA
Kegiatan Orientasi Kader kesehatan sangat perlu dilakukan terlebih pada awal tahun sebelum action kegiatan dimulai, karena peranan kader dalam program kesehatan sangatlah besar dan membantu petugas kesehatan di wilayah kerja..
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kesehatan lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat agar dapat mencegah penyakit. Pelayanan kesehatan lingkungan meliputi konseling, inspeksi lingkungan, dan intervensi lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan indikator kinerja program kesehatan lingkungan serta pentingnya sanitasi total berbasis masyarakat.
Dokumen ini menjelaskan tentang pembinaan dan pemantauan pengobatan tradisional (Batra) oleh petugas kesehatan di Puskesmas Letung. Pembinaan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengobat tradisional serta menjamin mutu pelayanan dan keamanan masyarakat. Petugas melakukan kunjungan, wawancara, analisis masalah, pemberian penyuluhan, dan pembinaan kepada Batra. Hasil kegiatan dic
Dokumen ini berisi tentang SOP Refreshing Kader di Puskesmas Sabrang. Kegiatan refreshing kader bertujuan untuk pembelajaran dan penyegaran pengetahuan kader dalam pelaksanaan posyandu Balita. Langkah-langkahnya meliputi pembukaan acara, sambutan, pre test, pemberian materi, post test, dan penutupan, diikuti pencatatan dan pelaporan.
Sk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisataNeneng Holifah
Keputusan Kepala Puskesmas Cisata menetapkan indikator dan target pencapaian kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Puskesmas Cisata untuk menilai pelaksanaan kegiatannya. Indikator dan targetnya mengacu pada ketentuan Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang dan tercantum dalam lampiran keputusan. Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan dapat diperbaiki sewaktu-waktu.
PHBS adalah serangkaian perilaku untuk menjaga kesehatan diri, keluarga, dan lingkungan dengan cara sadar. Tujuannya adalah memahami proses terjadinya penyakit akibat lingkungan kurang sehat, jenis penyakit akibat kurang menerapkan PHBS, dan dapat menerapkannya. Contoh PHBS meliputi mandi dua kali sehari, mencuci tangan dengan benar, dan menggosok gigi setelah makan.
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah, termasuk tiga program pokok UKS (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat) serta empat strata pelaksanaan UKS (strata minimal, standar, optimal, dan paripurna) beserta indikator-indikator pada masing-masing strata.
Dokumen tersebut membahas tentang pedoman pelatihan, modul, dan materi untuk dokter kecil. Termasuk di dalamnya pengertian dokter kecil, tugas dan peranannya, serta program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya penyediaan makanan sehat dan aman di kantin sekolah untuk memenuhi gizi anak sekolah. Dokumen tersebut menjelaskan lima kunci penyediaan pangan yang aman yaitu menjaga kebersihan, memisahkan pangan mentah dan matang, memasak dengan benar, menyimpan pangan pada suhu yang aman, serta menggunakan air dan bahan baku yang aman. Dokumen tersebut juga memberikan
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022novitawanget
Puskesmas Rurukan membuat Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) untuk tahun 2022 untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayahnya. PTP ini disusun berdasarkan analisis data kinerja Puskesmas dan status kesehatan masyarakat untuk mengidentifikasi masalah prioritas dan merencanakan program dan kegiatan untuk menyelesaikannya secara efektif dan efisien. PTP ini mengacu pada peraturan terkait dan mer
Posyandu didefinisikan sebagai aktif jika memenuhi 5 kriteria: (1) melakukan kegiatan rutin minimal 8 kali per tahun, (2) memiliki minimal 5 orang kader, (3) 3 dari 4 layanan mencapai cakupan 50% selama 8 bulan, (4) memiliki alat pemantauan pertumbuhan, dan (5) mengembangkan kegiatan tambahan. Kabupaten/kota dinyatakan memiliki cukup Posyandu aktif jika persentasenya
Puskesmas menyusun rencana kegiatan lima tahunan dan tahunan berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat dan peraturan, serta melibatkan berbagai sektor dan masyarakat dalam perencanaannya."
Visi dan misi jurusan dan program studi gizi di Tasikmalaya dan universitas tertentu menekankan pada pengembangan sumber daya manusia di bidang gizi yang unggul dengan wawasan global dan kewirausahaan serta memberdayakan sumber daya lokal. Tujuan ini akan dicapai melalui pendidikan, penelitian terapan, pengabdian masyarakat, dan kerjasama dengan berbagai pihak di bidang gizi.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kesehatan lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat agar dapat mencegah penyakit. Pelayanan kesehatan lingkungan meliputi konseling, inspeksi lingkungan, dan intervensi lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan indikator kinerja program kesehatan lingkungan serta pentingnya sanitasi total berbasis masyarakat.
Dokumen ini menjelaskan tentang pembinaan dan pemantauan pengobatan tradisional (Batra) oleh petugas kesehatan di Puskesmas Letung. Pembinaan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengobat tradisional serta menjamin mutu pelayanan dan keamanan masyarakat. Petugas melakukan kunjungan, wawancara, analisis masalah, pemberian penyuluhan, dan pembinaan kepada Batra. Hasil kegiatan dic
Dokumen ini berisi tentang SOP Refreshing Kader di Puskesmas Sabrang. Kegiatan refreshing kader bertujuan untuk pembelajaran dan penyegaran pengetahuan kader dalam pelaksanaan posyandu Balita. Langkah-langkahnya meliputi pembukaan acara, sambutan, pre test, pemberian materi, post test, dan penutupan, diikuti pencatatan dan pelaporan.
Sk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisataNeneng Holifah
Keputusan Kepala Puskesmas Cisata menetapkan indikator dan target pencapaian kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Puskesmas Cisata untuk menilai pelaksanaan kegiatannya. Indikator dan targetnya mengacu pada ketentuan Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang dan tercantum dalam lampiran keputusan. Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan dapat diperbaiki sewaktu-waktu.
PHBS adalah serangkaian perilaku untuk menjaga kesehatan diri, keluarga, dan lingkungan dengan cara sadar. Tujuannya adalah memahami proses terjadinya penyakit akibat lingkungan kurang sehat, jenis penyakit akibat kurang menerapkan PHBS, dan dapat menerapkannya. Contoh PHBS meliputi mandi dua kali sehari, mencuci tangan dengan benar, dan menggosok gigi setelah makan.
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah, termasuk tiga program pokok UKS (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat) serta empat strata pelaksanaan UKS (strata minimal, standar, optimal, dan paripurna) beserta indikator-indikator pada masing-masing strata.
Dokumen tersebut membahas tentang pedoman pelatihan, modul, dan materi untuk dokter kecil. Termasuk di dalamnya pengertian dokter kecil, tugas dan peranannya, serta program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya penyediaan makanan sehat dan aman di kantin sekolah untuk memenuhi gizi anak sekolah. Dokumen tersebut menjelaskan lima kunci penyediaan pangan yang aman yaitu menjaga kebersihan, memisahkan pangan mentah dan matang, memasak dengan benar, menyimpan pangan pada suhu yang aman, serta menggunakan air dan bahan baku yang aman. Dokumen tersebut juga memberikan
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022novitawanget
Puskesmas Rurukan membuat Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) untuk tahun 2022 untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayahnya. PTP ini disusun berdasarkan analisis data kinerja Puskesmas dan status kesehatan masyarakat untuk mengidentifikasi masalah prioritas dan merencanakan program dan kegiatan untuk menyelesaikannya secara efektif dan efisien. PTP ini mengacu pada peraturan terkait dan mer
Posyandu didefinisikan sebagai aktif jika memenuhi 5 kriteria: (1) melakukan kegiatan rutin minimal 8 kali per tahun, (2) memiliki minimal 5 orang kader, (3) 3 dari 4 layanan mencapai cakupan 50% selama 8 bulan, (4) memiliki alat pemantauan pertumbuhan, dan (5) mengembangkan kegiatan tambahan. Kabupaten/kota dinyatakan memiliki cukup Posyandu aktif jika persentasenya
Puskesmas menyusun rencana kegiatan lima tahunan dan tahunan berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat dan peraturan, serta melibatkan berbagai sektor dan masyarakat dalam perencanaannya."
Visi dan misi jurusan dan program studi gizi di Tasikmalaya dan universitas tertentu menekankan pada pengembangan sumber daya manusia di bidang gizi yang unggul dengan wawasan global dan kewirausahaan serta memberdayakan sumber daya lokal. Tujuan ini akan dicapai melalui pendidikan, penelitian terapan, pengabdian masyarakat, dan kerjasama dengan berbagai pihak di bidang gizi.
Dokumen tersebut membahas program pencegahan narkoba berbasis tempat kerja dengan menguraikan peran berbagai pihak seperti karyawan, manajer, dan pemimpin perusahaan serta faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun program tersebut seperti konsultasi internal dan eksternal, dukungan organisasi, pendekatan universal, dan monitoring evaluasi.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang dampak HIV/AIDS di tempat kerja dan upaya pencegahannya. Beberapa poin penting adalah: (1) Usia produktif merupakan kelompok berisiko tinggi terinfeksi karena faktor seksual dan migrasi, (2) Tempat kerja perlu melakukan program edukasi, konseling, dan mencegah diskriminasi untuk mendukung pencegahan HIV/AIDS, (3) Peraturan mensyaratkan kebijakan tempat kerja mendukung testing
Dokumen tersebut membahas upaya yang dilakukan untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar mengetahui, mau, dan mampu melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta berperan aktif dalam kegiatan kesehatan masyarakat, meliputi pengorganisasian masyarakat, kampanye kesehatan, pembentukan lingkungan yang mendukung, serta pemantauan dan evaluasi.
Dokumen tersebut membahas tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam rangka memutus mata rantai penularan Covid-19. PHBS mencakup kegiatan seperti mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak untuk mencegah penyebaran virus. Dokumen ini juga menjelaskan pentingnya PHBS di berbagai setting seperti rumah tangga, sekolah, tempat kerja, dan sarana kesehatan untuk menciptak
Dokumen tersebut memberikan rekomendasi 16 hal penting yang dapat membantu puskesmas dalam meningkatkan manajemen dan pelayanan, termasuk komitmen pegawai, komunikasi antar program dan lintas sektor, manajemen sarana prasarana, keuangan, sumber daya manusia, sistem informasi, administrasi, manajemen risiko, serta jejaring dan jaringan."
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
3.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada masyarakat
pekerja di Indonesia masih amat jarang dilihat dari tabel
di bawah ini :
APD yang paling banyak digunakan adalah sarung
tangan (19,8%) diikuti oleh baju kerja (19,2%), helm dan
masker (16,3%). Sedangkan untuk APD lainnya proporsi
penggunaannya berkisar antara 0,7% hingga 13,9%
Pekerja sektor formal terkesan memiliki proporsi lebih
tinggi dalam menggunakan APD untuk setiap jenis APD,
kecuali untuk penggunaan alat penutup kepala dimana
proporsi pekerja sektor informal lebih tinggi dibanding-
kan formal.
Gambaran Penyakit
Pada Pekerja
4.
Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Kerja
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat
merupakan hal yang diinginkan dan menjadi hak asasi
setiap pekerja, karena itu menjadi kewajiban semua pihak
untuk ikut memelihara, menjaga dan memper-tahankan
kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif dengan
melaksanakan pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) di Tempat Kerja.
Beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi kesehatan
akan dapat dikontrol bila setiap pekerja selalu berperilaku
hidup bersih dan sehat dan bekerja di lingkungan yang
sehat.
Perlunya Pembinaan
Perilaku
5.
PHBS di Tempat Kerja adalah upaya untuk
member-dayakan para pekerja agar tahu, mau dan
mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan
Tempat Kerja Sehat.
Pengertian
6.
Tujuan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Tempat Kerja
• Mengembangkan perilaku hidup bersih dan
sehat di tempat kerja.
• Meningkatkan produktivitas kerja.
• Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
• Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
• Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan
lingkungan kerja.
• Memberikan dampak yang positif terhadap
lingkungan kerja dan masyarakat.
Tujuan
7.
Semua PHBS diharapkan dilakukan di tempat kerja. Namun
demikian, tempat kerja telah masuk kategori Tempat Kerja
Sehat, bila masyarakat pekerja di tempat kerja :
1. Tidak merokok di tempat kerja
2. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
3. Melakukan olahraga secara teratur/aktivitas fisik
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum
makan dan sesudah buang air besar dan buang air kecil
5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
6. Menggunakan air bersih.
7. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
8. Membuang sampah pada tempatnya. Menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
Indikator PHBS di
tempat kerja
8.
Bagi Pekerja:
Setiap pekerja meningkat kesehatannya dan tidak
mudah sakit.
Produktivitas pekerja meningkat yang berdampak
pada peningkatan penghasilan pekerja dan ekonomi
keluarga.
Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan
untuk peningkatan taraf hidup bukan untuk biaya
pengobatan.
Manfaat PHBS di Tempat Kerja
9.
Bagi Masyarakat:
Tetap mempunyai lingkungan yang sehat walaupun
berada di sekitar tempat kerja.
Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat
yang diterapkan oleh tempat kerja setempat.
Bagi Tempat Kerja :
Meningkatnya produktivitas kerja pekerja yang
ber¬dampak positif terhadap pencapaian target dan
tujuan.
Menurunnya biaya kesehatan yang harus
dikeluarkan.
Meningkatnya citra tempat kerja yang positif.
10.
Bagi Pemeinerintah Provinsi dan
Kahupaten/Kota :
Peningkatan Tempat Kerja Sehat menunjukkan kinerja
dan citra pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang
baik.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dapat
dialihkan untuk peningkatan kesehatan bukan untuk
menanggulangi masalah kesehatan.
Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain
dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
Instansi Terkait:
Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS
di Tempat Kerja.
Dukungan buku panduan dan media promosi.
11.
1. Analisis Situasi
Pimpinan di Tempat Kerja melakukan pengkajian
ulang tentang ada tidaknya komitmen dan kebijakan
tentang pembinaan PHBS di Tempat Kerja serta
bagaimana sikap dan perilaku pekerja terhadap
kebijakan tersebut. Kajian ini untuk memperoleh
data sebagai dasar membuat kebijakan.
Langkah-Langkah
Pembinaan PHBS di Tempat Kerja
12.
2. Pembentukan Kelompok Kerja
Penyusunan Kebijakan PHBS di Tempat Kerja
Pihak Pimpinan Tempat Kerja mengajak bicara/
berdialog pekerja dan serikat pekerja tentang :
• Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS di
Tempat Kerja.
• Rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di
Tempat Kerja.
• Penerapan PHBS di Tempat Kerja berserta antisipasi
kendala dan solusinya.
• Menetapkan penanggung jawab PHBS di Tempat
Kerja dan mekanisme pengawasannya.
• Cara sosialisasi yang efektif bagi masyarakat pekerja.
• Kemudian pimpinan membentuk Kelompok Kerja
Penyusunan Kebijakan PHBS di Tempat Kerja.
13.
3. Pembuatan Kebijakan PHBS di tempat kerja
Kelompok Kerja membuat kebijakan yang jelas, tujuan
dan cara melaksanakannya.
4. Penyiapan Infrastruktur
• Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab
dan pengawas PHBS di Tempat Kerja.
• Instrumen Pengawasan.
• Materi sosialisasi penerapan PHBS di Tempat Kerja.
• Pembuatan dan penempatan pesan-pesan PHBS di
tempat-tempat yang strategis di tempat kerja.
• Mekanisme dan saluran pesan PHBS di Tempat Kerja.
• Pelatihan bagi pengelola PHBS di Tempat Kerja.
14.
5. Sosialisasi Penerapan PHBS di tempat kerja
• Sosialisasi penerapan PHBS di Tempat Kerja dan
lingkungan internal.
• Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di
Tempat Kerja.
6. Penerapan PHBS di tempat kerja
• Penyampaian pesan PHBS di Tempat Kerja kepada
pekerja seperti melalui penyuluhan kelompok, media
poster, stiker, papan pengumuman, dan selebaran.
• Penyediaan sarana dan prasarana PHBS di Tempat
Kerja seperti air bersih, jamban sehat, tempat sampah,
tempat cuci tangan, sarana olahraga, kantin sehat.
• Pelaksanaan pengawasan PHBS di Tempat Kerja.
15.
7. Pengawasan dan Penerapan Sanksi
Pengawas PHBS di Tempat Kerja mencatat
pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai
peraturan yang telah ditetapkan oleh tempat kerja
atau daerah setempat.
8. Pemantauan dan Evaluasi
• Lakukan pemantauan dan evaluasi secara periodik
tentang kebijakan yang telah dilaksanakan.
• Lakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan
dan putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap
kebijakan.
16.
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota :
• Mengeluarkan kebijakan tentang Pembinaan PHBS di
Tempat Kerja berupa peraturan/surat edaran/
instruksi/himbauan maupun dukungan dana.
• Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pembi¬naan
PHBS di Tempat Kerja di wilayah kerjanya.
Dukungan Untuk Pembinaan
PHBS di Tempat Kerja
17.
Pimpinan Tempat Kerja :
• Mengeluarkan kebijakan untuk melaksanakan
pembi¬naan PHBS di Tempat Kerja.
• Menyediakan sarana untuk penerapan PHBS di
Tempat kerja seperti : sarana olahraga, kantin sehat,
penyediaan air bersih, jamban sehat, tempat cuci
tangan, tempat sampah , Alat Pelindung Diri (APD)
media promosi dan Iain-lain.