Dokumen tersebut membahas beberapa teori makna, yaitu teori pemberian makna menurut Palmer yang melihat makna dari 4 aspek, teori referensial menurut Alston yang mengaitkan makna kata dengan acuannya, teori mentalis yang melihat makna kata menunjuk pada ide dalam pikiran, dan pendekatan Wittgenstein yang menyatakan bahwa makna hanya dapat dipahami dari penggunaannya dalam konteks.
Teks tersebut membahas tentang semantik bahasa Indonesia yang mencakup definisi semantik, jenis-jenis makna kata seperti makna leksikal, gramatikal, denotatif, konotatif, makna kata dan istilah, hubungan makna antara kata seperti sinonim dan antonim, perubahan makna, serta pilihan kata yang tepat sesuai konteks.
• Ciri Kohesi dalam wacana ditandai oleh kehadiran penanda khusus, iaitu kohesi nahuan dan kohesi leksikal.
• Kohesi nahuan terdiri daripada penanda rujukan, penggantian, elipsis dan penghubung.
• Kohesi leksikal pula terdiri daripada pengulangan dan kolokasi.
Contoh :
Hazril dan Harlina berasa gembira. Mereka bersepakat untuk mendirikan rumah tangga. Berita ini
akan dimaklumkan kepada ibu bapa mereka di kampung. Mereka akan ke sana minggu hadapan.
¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬
Matahari mulai tenggelam. Hari sudah senja. Burung-burung pulang ke sarang. Suasana di desa itu semakin sunyi.
• Kesinambungan idea dan peristiwa yang berturutan menjadikan ayat-ayat di atas memperlihatkan ciri koheren yang jelas. Dengan itu, terbinalah sebuah wacana yang utuh dan bermakna.
• Ciri kohesi dan koheren sebenarnya boleh dikesan dalam satu wacana. Hal ini demikian kerana kedua-dua ciri itu mempunyai kaitan.
Dokumen tersebut membahas hubungan antara semantik dan pragmatik. Semantik mempelajari makna secara internal atau bebas konteks, sedangkan pragmatik mempelajari makna secara eksternal atau terkait konteks. Meskipun demikian, semantik dan pragmatik saling melengkapi dalam menelaah makna bahasa. Semantik melihat makna sebagai hubungan antara bentuk dan makna, sedangkan pragmatik melihatnya sebagai hubungan antara
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai aspek bahasa puisi seperti diksi, gaya bahasa, sarana retorika, dan bahasa kiasan. Jenis-jenis bahasa kiasan dalam puisi diantaranya adalah perbandingan, metafora, perumpamaan epos, personifikasi, metonimia, dan sinekdok. Diksi dalam puisi tidak hanya mengacu pada ketepatan kata tetapi juga daya imajinasi dan evokasi.
Dokumen tersebut membahas beberapa teori makna, yaitu teori pemberian makna menurut Palmer yang melihat makna dari 4 aspek, teori referensial menurut Alston yang mengaitkan makna kata dengan acuannya, teori mentalis yang melihat makna kata menunjuk pada ide dalam pikiran, dan pendekatan Wittgenstein yang menyatakan bahwa makna hanya dapat dipahami dari penggunaannya dalam konteks.
Teks tersebut membahas tentang semantik bahasa Indonesia yang mencakup definisi semantik, jenis-jenis makna kata seperti makna leksikal, gramatikal, denotatif, konotatif, makna kata dan istilah, hubungan makna antara kata seperti sinonim dan antonim, perubahan makna, serta pilihan kata yang tepat sesuai konteks.
• Ciri Kohesi dalam wacana ditandai oleh kehadiran penanda khusus, iaitu kohesi nahuan dan kohesi leksikal.
• Kohesi nahuan terdiri daripada penanda rujukan, penggantian, elipsis dan penghubung.
• Kohesi leksikal pula terdiri daripada pengulangan dan kolokasi.
Contoh :
Hazril dan Harlina berasa gembira. Mereka bersepakat untuk mendirikan rumah tangga. Berita ini
akan dimaklumkan kepada ibu bapa mereka di kampung. Mereka akan ke sana minggu hadapan.
¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬
Matahari mulai tenggelam. Hari sudah senja. Burung-burung pulang ke sarang. Suasana di desa itu semakin sunyi.
• Kesinambungan idea dan peristiwa yang berturutan menjadikan ayat-ayat di atas memperlihatkan ciri koheren yang jelas. Dengan itu, terbinalah sebuah wacana yang utuh dan bermakna.
• Ciri kohesi dan koheren sebenarnya boleh dikesan dalam satu wacana. Hal ini demikian kerana kedua-dua ciri itu mempunyai kaitan.
Dokumen tersebut membahas hubungan antara semantik dan pragmatik. Semantik mempelajari makna secara internal atau bebas konteks, sedangkan pragmatik mempelajari makna secara eksternal atau terkait konteks. Meskipun demikian, semantik dan pragmatik saling melengkapi dalam menelaah makna bahasa. Semantik melihat makna sebagai hubungan antara bentuk dan makna, sedangkan pragmatik melihatnya sebagai hubungan antara
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai aspek bahasa puisi seperti diksi, gaya bahasa, sarana retorika, dan bahasa kiasan. Jenis-jenis bahasa kiasan dalam puisi diantaranya adalah perbandingan, metafora, perumpamaan epos, personifikasi, metonimia, dan sinekdok. Diksi dalam puisi tidak hanya mengacu pada ketepatan kata tetapi juga daya imajinasi dan evokasi.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis makna yang dapat dimiliki oleh suatu kata, antara lain:
- Makna denotatif (makna sebenarnya)
- Makna konotatif (makna tambahan yang melibatkan nilai rasa)
- Makna konseptual (makna yang mencakup benda, tindakan, proses, keadaan)
- Makna lesikal (makna yang sesuai dengan pengalaman indra)
- Makna juga dapat ditentukan
Dokumen tersebut membahas tentang beberapa hal berikut:
1. Pengertian sintaksis, wacana, dan semantik menurut para ahli
2. Jenis-jenis wacana dan puisi anak
3. Unsur-unsur pembangunan cerita anak
Modul ini membahas tentang definisi semantik dan bidang-bidang ilmu linguistik seperti fonetik, fonologi, morfologi, sintaks, dan sosiolinguistik serta peranannya dalam pengajaran bahasa Inggris."
Dokumen tersebut membahas tentang teori semantik dan makna leksikal. Secara ringkas, dibahas bahwa semantik adalah ilmu yang mempelajari makna, dan makna leksikal adalah makna dasar suatu kata tanpa mempertimbangkan konteks. Jenis-jenis makna juga dibahas seperti makna gramatikal, referensial, denotatif, konotatif, dan kolokasi.
Dokumen tersebut membahas berbagai relasi makna antara kata dalam bahasa Indonesia, seperti sinonim, antonim, homonim, homograf, homofon, polisemi, hiponim, dan hipernim. Relasi-relasi tersebut mencakup hubungan antara dua kata yang memiliki arti serupa, bertentangan, sama bunyi tetapi berbeda tulisan dan makna, satu kata dengan beberapa makna, serta hubungan antara kata khusus dan umum.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian diksi dan teknik penggunaannya yang tepat dalam membuat kalimat. Diksi didefinisikan sebagai pilihan kata yang tepat untuk menyampaikan makna yang diinginkan dengan mempertimbangkan makna denotatif, konotatif, tingkat khusus dan umum, serta jenis kata seperti ilmiah, populer, sinonim, dan ungkapan. Teknik penggunaan diksi yang baik adalah
Dokumen tersebut membahas tentang diksi dan makna kata. Diksi diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan cerita dengan memperhatikan dua hal, yakni makna kata dan relasi antar makna. Makna kata terbagi menjadi beberapa kelompok seperti makna leksikal, gramatikal, referensial, dan lainnya. Relasi makna meliputi hubungan antonim, sinonim, hiponim, dan sebagainya.
Dokumen tersebut membahasakan konsep-konsep semantik seperti sinonim, antonim, polisemi dan homonim. Ia menjelaskan definisi dan contoh untuk setiap konsep tersebut.
Makalah ini membahas tentang makna kata denotasi, konotasi, kata umum, dan kata khusus. Denotasi adalah makna sebenarnya dari suatu kata, konotasi adalah makna kias, kata umum memiliki lingkup yang luas, dan kata khusus lebih spesifik.
Teori Segi Tiga Semiotik menjelaskan hubungan antara simbol, makna, dan referensi. Teori ini melihat makna terdiri dari tiga komponen: simbol, konsep, dan objek yang dirujuk. Simbol berhubungan langsung dengan konsep, sedangkan konsep berhubungan langsung dengan objek yang dirujuk.
Teks tersebut membahas tentang aspek-aspek makna dan semantik dalam linguistik. Terdapat beberapa aspek makna menurut para ahli, yaitu pengertian, nilai rasa, nada, dan maksud. Jenis-jenis makna dalam semantik antara lain makna emotif, konotatif, kognitif, referensial, dan piktorikal. Teks ini juga membahas para ahli yang membedah konsep semantik dan makna serta hubungannya dengan unsur-unsur b
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis makna yang dapat dimiliki oleh suatu kata, antara lain:
- Makna denotatif (makna sebenarnya)
- Makna konotatif (makna tambahan yang melibatkan nilai rasa)
- Makna konseptual (makna yang mencakup benda, tindakan, proses, keadaan)
- Makna lesikal (makna yang sesuai dengan pengalaman indra)
- Makna juga dapat ditentukan
Dokumen tersebut membahas tentang beberapa hal berikut:
1. Pengertian sintaksis, wacana, dan semantik menurut para ahli
2. Jenis-jenis wacana dan puisi anak
3. Unsur-unsur pembangunan cerita anak
Modul ini membahas tentang definisi semantik dan bidang-bidang ilmu linguistik seperti fonetik, fonologi, morfologi, sintaks, dan sosiolinguistik serta peranannya dalam pengajaran bahasa Inggris."
Dokumen tersebut membahas tentang teori semantik dan makna leksikal. Secara ringkas, dibahas bahwa semantik adalah ilmu yang mempelajari makna, dan makna leksikal adalah makna dasar suatu kata tanpa mempertimbangkan konteks. Jenis-jenis makna juga dibahas seperti makna gramatikal, referensial, denotatif, konotatif, dan kolokasi.
Dokumen tersebut membahas berbagai relasi makna antara kata dalam bahasa Indonesia, seperti sinonim, antonim, homonim, homograf, homofon, polisemi, hiponim, dan hipernim. Relasi-relasi tersebut mencakup hubungan antara dua kata yang memiliki arti serupa, bertentangan, sama bunyi tetapi berbeda tulisan dan makna, satu kata dengan beberapa makna, serta hubungan antara kata khusus dan umum.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian diksi dan teknik penggunaannya yang tepat dalam membuat kalimat. Diksi didefinisikan sebagai pilihan kata yang tepat untuk menyampaikan makna yang diinginkan dengan mempertimbangkan makna denotatif, konotatif, tingkat khusus dan umum, serta jenis kata seperti ilmiah, populer, sinonim, dan ungkapan. Teknik penggunaan diksi yang baik adalah
Dokumen tersebut membahas tentang diksi dan makna kata. Diksi diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan cerita dengan memperhatikan dua hal, yakni makna kata dan relasi antar makna. Makna kata terbagi menjadi beberapa kelompok seperti makna leksikal, gramatikal, referensial, dan lainnya. Relasi makna meliputi hubungan antonim, sinonim, hiponim, dan sebagainya.
Dokumen tersebut membahasakan konsep-konsep semantik seperti sinonim, antonim, polisemi dan homonim. Ia menjelaskan definisi dan contoh untuk setiap konsep tersebut.
Makalah ini membahas tentang makna kata denotasi, konotasi, kata umum, dan kata khusus. Denotasi adalah makna sebenarnya dari suatu kata, konotasi adalah makna kias, kata umum memiliki lingkup yang luas, dan kata khusus lebih spesifik.
Teori Segi Tiga Semiotik menjelaskan hubungan antara simbol, makna, dan referensi. Teori ini melihat makna terdiri dari tiga komponen: simbol, konsep, dan objek yang dirujuk. Simbol berhubungan langsung dengan konsep, sedangkan konsep berhubungan langsung dengan objek yang dirujuk.
Teks tersebut membahas tentang aspek-aspek makna dan semantik dalam linguistik. Terdapat beberapa aspek makna menurut para ahli, yaitu pengertian, nilai rasa, nada, dan maksud. Jenis-jenis makna dalam semantik antara lain makna emotif, konotatif, kognitif, referensial, dan piktorikal. Teks ini juga membahas para ahli yang membedah konsep semantik dan makna serta hubungannya dengan unsur-unsur b
Makalah ini membahas relasi makna atau hubungan kemaknaan antara satuan bahasa dalam bahasa Indonesia. Ia menjelaskan pengertian relasi makna, prinsip-prinsipnya, dan jenis-jenis relasi makna seperti sinonim, antonim, dan hiponim."
Teori Kode-Kode Berbicara menjelaskan tentang perbedaan kode berbicara antar budaya. Teori ini dikembangkan oleh Gerry Philipsen melalui studi etnografi di dua komunitas dengan budaya berbeda. Teori ini terdiri dari lima proposisi yang menjelaskan tentang pemisahan kode berbicara, unsur-unsur yang membentuk kode berbicara, dan penafsiran serta kekuatan kode berbicara dalam komunikasi antar budaya. Teori ini berimplikasi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Antropologi digunakan untuk memahami konflik yang terjadi antara fans K-pop (kpopers) akibat kesalahpahaman. Konflik ini terjadi karena perubahan warna lightstick favorit grup Seventeen yang menimbulkan protes dari beberapa fans. Protes ini kemudian menjadi bahan pertengkaran antar berbagai fandom karena interpretasi yang berbeda.
Teks membahas tentang pengertian kata, makna kata, bentuk kata, dan diksi. Kata adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki arti, sedangkan makna kata terdiri dari makna leksikal, gramatikal, denotasi dan konotasi. Bentuk kata dapat berupa kata berimbuhan akibat proses afiksasi atau kata ulang akibat reduplikasi. Pemilihan kata yang tepat disebut diksi."
Dokumen tersebut membahas tentang linguistik morfologi yang mencakup pengertian kata, leksem, jenis kata berdasarkan morfem pembentuknya, jenis kata polimorfemik berdasarkan afiks, dan proses morfologis seperti afiksasi dan reduplikasi.
Tiga kalimat:
(1) Artikel ini membahas perbedaan makna antara kata-kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab dengan makna aslinya di bahasa Arab; (2) Dari 400 kata serapan yang dianalisis, 80 kata memiliki perbedaan makna, yang terbagi atas perubahan makna menyempit, meluas, dan total; (3) Jenis perubahan makna antara lain disebabkan oleh proses pembentukan konsep baru, pola hiponim
Dokumen tersebut membahas tentang kelas kata, frasa, dan klausa sebagai unsur bahasa terkecil yang membentuk kalimat. Dokumen menjelaskan jenis-jenis kelas kata seperti verba, adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, dan adverbia beserta ciri dan contohnya. Kelas kata digunakan untuk menyusun kalimat secara efektif sesuai dengan aturan bahasa Indonesia.
Beberapa teori menyatakan bahwa bahasa berkembang dari bunyi alam seperti suara binatang atau jeritan manusia. Bahasa berfungsi untuk berkomunikasi, mengekspresikan diri, dan menyebarkan budaya di antara kelompok manusia.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar didasarkan pada tiga prinsip dasar, yaitu prinsip terpadu, fungsional, dan kontekstual. Prinsip-prinsip ini menekankan pentingnya mengintegrasikan empat keterampilan berbahasa, menggunakan bahasa secara fungsional dalam komunikasi, serta mempelajari bahasa dalam konteks yang relevan.
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1Arumdwikinasih
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu.kelas 1 ........
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Panduan untuk memilih mata pelajaran pilihan yang akan dilaksanakan di jenjang SMK, yang mana sebagian besar sudah melakasanakan kurikulum merdeka. mata pelajaran pilihan bisa dipilih dari konsentrasi yang ada di sekolah, atau bisa juga memilih matqa pelajaran diluar konsentrasi keahlian yang dimiliki, dengan catatan sarana dan prasarana tersedia untuk melaksanakan pembelajaran.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
kajian pasangan berdampingan dalam ILK
1. PENDAHULUAN
Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling komplek dan
paling lengkap. Menurut Tarigan (1987:27), wacana merupakan satuan bahasa
terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi
dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang
nyata, disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Kohesi merupakan
keserasian hubungan antara unsur satu dengan unsur lainnya dalam wacana.
Adapun koherensi adalah kepaduan wacana sehingga komunikatif mengandung
suatu ide (Djajasudarma, 1994:5).
Analisis wacana secara kritis selalu mempertimbangkan konteks dari
wacana, seperti latar, situasi, dan kondisi. Wacana humor merupakan salah satu
bentuk wacana yang diciptakan oleh pencipta humor dengan didukung oleh
konteks penciptaan humor. Penekanan analisis humor tidak dapat dipahami
sebagai suatu mekanisme internal dari linguistik semata, tetapi juga unsur-unsur
lain, misalnya ekspresi komunikasi, ucapan, efek suara, citra, dsb (Wijana dan
Rohamdi, 2010:72).
Di dalam wacana humor, sering dijumpai sebuah percakapan yang selalu
terkait dan terikat satu sama lain, atau biasanya disebut dengan pasangan
berdampingan (adjacency pairs). Masing-masing wacana yang diucapkan ini
memiliki polapasangan berdampingan yang menjadi ciri khusus. Mengetahui pola
pasangan berdampingan dalam suatu wacana merupakan hal yang penting karena
akan mempengaruhi harmoni komunikasi peserta tutur di dalam wacana tersebut.
Pasangan berdampingan adalah rangkaian ucapan dari penutur yang berbeda yang
terdiri dari dua bagian, yang mana bagian kedua bergantung secara relevan
dengan bagian yang kedua (Malmkjǽr, 2006). Senada dengan Malmkjǽr, Yule
(1998:77) menyatakan bahwasanya dalam pasangan berdampingan rangkaian
ucapan yang pertama akan memancing jawaban yang relevan di rangkaian yang
kedua.
Ada berbagai macam jenis pasangan berdampingan. Beberapa diantaranya
sebagaimana yang diungkapkan oleh Cutting (2005:30), diantaranya: pertanyaan-
2. jawaban, permintaan-penerimaan, permintaan-penolakan, undangan-penerimaan,
undangan-penolakan, menyalahkan-permintaan maaf, tuduhan-sangkalan.
Pasangan berdampingan bukanlah sebuah rangkaian ucapan yang tanpa
makna. Pasangan berdampingan menampakkan adanya sebuah tindak sosial.
Tindak sosial ini nampak di rangkaian yang kedua yang membentuk sebuah pola
disebut struktur preferensi. Levinson dalam Yule (1998:79) mendeskripsikan
struktur preferensi dalam tabel berikut:
Tabel1:Struktur Preferensi
Dalam penelitian ini, sengaja penulis mengambil wacana humor Indonesia
Lawak Klub (ILK) dengan pertimbangan bahwa acara lawak tersebut sangat unik
dan berbeda konsepnya dengan lawakan lainnya. Di dalam wacana humor ILK,
pasangan berdampingan yang terjadi dalam percakapan cenderung membentuk
struktur yang diharapkan atau bagian yang kedua merupakan preferredsecond
turn. Hal ini disebabkan oleh perbedaan peran dari pembicara dalam percakapan
di dalam wacana kelas yaitu ada peran pembawa acara, komentator, dan
penyampai hasil survey. Dari masing-masing peserta tutur bertanggung jawab
untuk menciptakan suasana humor yang kondusif.
Di dalam wacana humor ILK, ada beberapa adegan yang membentuk pola
pasangan ada pula yang menyimpang dari pola pasangan berdampingan. Di dalam
wacana humor ILK, baik pola berdampingan maupun pola yang tidak diharapkan
(dispreferred second turn) banyak ditemui biasanya dipelsetkan guna
menciptakan suasana humor.
Bagian Pertama
Bagian Kedua
Preferred
(yang diharapkan)
Dispreferred
(yang tidak diharapkan)
Penugasan Persetujuan Tidak setuju
Undangan Penerimaan Penolakan
Tawaran Penerimaan Penolakan
Usulan Penerimaan Penolakan
Permintaan Penerimaan Penolakan
3. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian mengenai wacana humor dalam
ILK masih sangat layak untuk diteliti. Selain karena banyak ditemukan bentuk-
bentuk pasangan berdampingan, juga karena dalam wacana tersebut penggunaan
pasangan berdampingan sangatlah berbeda dengan wacana lainnya, karena adanya
tambahan humor di dalamnya. Dengan demikian, penulis sangat tertarik untuk
menjelaskan lebih lanjut mengenai pasangan berdampingan dalam wacana humor
ILK.
METODE
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, tahap
analisis data, dan yang terakhir adalah tahap penyajian hasil analisis data
(Sudaryanto, 1993:5).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pada tahap
penyediaan data digunakan metode simak, yaitu penyediaan data dengan
menyimak penggunaan bahasa Arab dalam wacana humor ILK melalui teknik
sadap sebagai teknik dasarnya dan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Sumber
data yang digunakan merupakan sumber data lisan yang diambil dari video ILK
yang ditayangkan pada tanggal 7 April 2014 (Cak Lontong Terlilit Hutang), 18
Februari 2014 (Hak Asasi Binatang), dan 19 Januari 2014 (Jangan Bodoh Cari
Jodoh).
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
kontekstual. Metode kontekstual adalah cara analisis yang diterapkan pada data
dengan mendasar, memperhitungkan, dan mengaitkan konteks (Rahardi, 2000:4).
Menurut Wijana (1996:11), konteks adalah segala latar belakang pengetahuan
yang dapat dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur. Jadi, konteks yang
diperhitungkan dalam analisis data ini adalah komponen tutur, seperti: penutur,
mitra tutur, dan situasi tutur. Konteks tidak terlepas dari konsep SPEAKING yang
dikutip oleh Chaer dan Agustina (2010:48) dalam Dell Hymes (1971).
Tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Pada tahap
ini digunakan metode informal. Artinya penyajian hasil penelitian dirumuskan
dengan kata-kata biasa, yaitu dengan kata-kata yang apabila dibaca dengan serta
merta dapat langsung dipahami (Kesuma, 2007:71).
4. PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang telah terkumpul, di dalam wacana humor Indonsia
Lawak Klub (ILK) ditemukan sekurang-kurangnya enam jenis pasangan
berdampingan. Keenam pasangan berdampingan tersebut, yaitu pertanyaan-
jawaban yang diinginkan, pertanyaan-jawaban yang tidak diinginkan, permintaan-
penerimaan, penilaian-ketidaksetujuan, tuduhan-sangkalan, dan komplain
penerimaan. Berikut akan dijelaskan keenam pasangan berdampingan tersebut.
1. Pertanyaan-Jawaban yang diinginkan
Pada sebuah percakapan, biasanya terdapat sebuah pertanyaan yang
membutuhkan jawaban. Pertanyaan merupakan kalimat atau frase yang digunakan
untuk menggali informasi kepada lawan tuturnya. Dalam menjawab pertanyaan,
biasanya lawan tutur memberikan dua kategori jawaban, yaitu jawaban yang
diinginkan dan jawaban yang tidak diinginkan. Jawaban yang diinginkan adalah
jawaban yang diberikan sesuai dengan harapan pemberi pertanyaan. Sedangkan
jawaban yang tidak diinginkan adalah saat jawaban yang diinginkan bersebrangan
dengan harapan penanya. Berikut adalah salah satu contoh pertanyaan yang
direspon dengan jawaban yang diinginkan.
(1) Deny : Anda mewakili apa?
Fitrop : BCL, Pak.
Deny : BCL itu apa?
Fitrop : Badan Cinta Lingkungan...
(ILK /18 Feb 2014/Hak Asasi Binatang/menit ke 3)
Pada dialog (1), terdapat tindak tutur yang menggunakan modus kalimat
tanya. Adapun maksud dari kalimat tersebut adalah untuk menanyakan sesuatu
seperti yang terkandung dalam tuturan tersebut. Pada data (1), tampak bahwa
Deny ingin mengetahui berasal dari kelompok manakah Fitrop, sehingga Deny
langsung bertanya padanya. Fitrop dengan spotan menjawab “BCL, Pak”.
Jawaban Fitrop membuat gelak tawa penonton sekaligus membuat Deny semakin
penasaran, karena BCL yang dimaksud tentu bukanlah singkatan dari nama
5. penyanyi “Bunga Citra Lestari”. Fitrop kemudian menjawab bahwa “BCL”
merupakan kepanjangan dari “Badan Cinta Lingkungan”.
Dalam hal ini, tampak bahwa pertanyaan Deny dijawab sesuai
keinginannya, akan tetapi jawaban yang diberikan merupakan jawaban yang
dikaitkan dengan nama artis sehingga menarik lawan tutur untuk. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kalimat tanya dalam tindak tutur (1)
berfungsi untuk menanyakan suatu hal tanpa tendensi apa-apa, sedangkan
tujuannya hanya mencari informasi belaka. Adapun kalimat jawaban dalam tindak
tutur tersebut awalnya hanya untuk memberikan informasi, akan tetapi karena
jawaban yang diberikan mirip nama artis, maka menimbulkan kesan humor.
2. Pertanyaan-Jawaban yang tidak diinginkan
Dalam percakapan, saat penutur melempar pertanyaan kepada lawan tutur
untuk menggali sesuatu, terkadang lawan tutur memberikan jawaban yang tidak
sesuai dengan keinginan penanya. Hal tersebut tampak pada contoh berikut.
(2) Deny : Sekarang saya tanya, Fauzi dan Fauzan itu kembar, lalu
siapa yang dilahirkan terlebih dahulu?
Cak Lontong : Sekarang saya tidak harus menjawab pertanyaan itu,
karena tidak ada korelasinya dengan yang akan kita bahas.
(ILK/18 Feb 2014/Hak Asasi Binatang /menit ke 30)
Pada dialog (2), terdapat tindak tutur yang menggunakan modus kalimat
tanya. Adapun maksud dari kalimat tersebut adalah untuk menanyakan sesuatu
seperti yang terkandung dalam tuturan tersebut. Pada dialog (2), Deny bertanya
kepada Cak Lontong mengenai bayi kembar Fauzi dan Fauzan siapakah yang
terlebih dahulu lahir. Dari pertanyaan tersebut, Deny tampaknya menginginkan
jawaban Fauzi atau Fauzan. Akan tetapi, Cak Lontong dengan spontan tidak mau
menjawab pertanyaan Deny karena dirasa pertanyaan tersebut tidak berkorelasi
dengan tema pembicaraan, yaitu mengenai Haka Azazi Binatang. Dalam hal
tersebut, tampak bahwa pertnyaan Deny tidak mendapatkan jawaban yang sesuai
keinginan Deny, sehingga Deny tampak sedikit kecewa yang terlihat dari raut
wajahnya.
6. Pada dialog (2), dapat disimpulkan bahwa kalimat tanya dalam tindak
tutur berfungsi untuk mengalihkan perhatian Cak Lontong dari tema pembicaraan.
Adapun kalimat jawab dalam tindak tutur tersebut tidak sesuai dengan jawaban
yang diinginkan penanya (seharusnya dijawab Fausi atau Fauzan), karena
dianggap tidak sesuai tema.
3. Permintaan-Penerimaan
Permintaan merupakan ungkapan untuk meminta sesuatu kepada lawan
tutur. Dalam sebuah permintaan, lawan tutur biasanya akan merespon dengan
menerima atau menolak permintaan. Penerimaan merupakan salah satu ekspresi
bahwa permintaan seseorang disetujui. Berikut adalah contoh dari rangkaian
permintaan-penerimaan secara berturut-turut.
(3) Deny : Kaca matanya tolong dipakai, Cak!
Cak lontong : Ya. (Sambil memakai kaca mata)
Deny : Astaga...Ahmad Fatonah, apa kabar Septi? Septiteng
maksudnya.
(ILK/7 April 2014/Terlilit Hutang /menit ke-1)
Pada dialog (3), Deny meminta kepada Cak Lontong agar memakai kaca
mata. Cak Lontong dengan Spontan mengiyakan permintaan Deny. Dalam
kalimat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat perintah tersebut bertujuan
untuk memerintah lawan tuturnya dengan tujuan untuk melihat ekpresi lawan
tutur setelah menerima permintaan. Lawan tutur (Cak Lontong) menuruti perintah
penutur (Deny) karena permintaan penutur dirasa tidak ada tendensi apapun.
Penutur kemudian memberikan penilaian bahwa setelah lawan tutur menerima
permintaan ternyata mirip dengan tersangka kasus korupsi Ahmad Fatonah.
Adapun modus tanggapan yang berupa penilaian ditujukan hanya untuk kesan
komedi belaka.
4. Penilaian-Ketidaksetujuan
Penilaian merupakan sebuah pandangan atau keputusan seorang penutur
terhadap jumlah, nilai, kualitas ataupun pentingnya sesuatu. Dalam melakukan
sebuah penilaian, lawan tutur biasanya akan menanggapi dengan setuju maupun
7. ketidaksetujuan. Ketidaksetujuan terjadi apabila penilaian penutur berlawanan
dengan penilaian lawan tutur. Berikut adalah contoh penilaian yang mengundang
respon ketidaksetujuan.
(4) Deny : Saat ini binatang banyak sekali yang dieksploitasi, untuk
hiburan dan kesenangan manusia. Apa pendapat anda?
Marcella : Saya kurang setuju ya, Pak Deny. Karena kata eksploitasi
itu sendiri merupakan pemanfaatan sewenang-wenang atau
berlebihan terhadap subjek, Artinya dia tidak berkenan.
Nah, saya pernah berbincang-bincang dengan raja hutan
bahwa sebenarnya mereka membutuhkan self actualitation
atau aktualisasikan dirinya, karena mereka juga punya
bakat. Contoh ketika kuda bisa bernyanyi maka suatu saat
ia akan mampu menggantikan Afgan.
(ILK/18 Feb 2014/Hak Asasi Binatang /menit ke 18)
Pada dialog (4), terdapat tindak tutur yang menggunakan modus kalimat
tanya. Adapun maksud dari kalimat tersebut adalah untuk menanyakan sesuatu
seperti yang terkandung dalam tuturan tersebut. Pada dialog tersebut, Deny
memberikan penilaian bahwa binatang saat ini banyak yang dikesplotasi,
kemudian ia bertanya mengenai pendapat Marcella. Marcella tidak setuju dengan
pendapat Deny, karena binatang juga butuh untuk mengaktualisasikan dirinya
baik kepada sesama binatang maupun kepada manusia.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahwa kalimat
tanya dalam tindak tutur (4) berfungsi untuk menanyakan suatu hal tanpa tendensi
apa-apa, sedangkan tujuannya hanya mencari informasi belaka. Adapun kalimat
jawabnya berupa kalimat sanggahan atas ketidak setujuan mengenai pendapat
penutur (Deny). Kalimat sanggahan tersebut tidak hanya berupa kalimat yang
mengindikasikan sanggahan (saya kurang setuju), tetapi di dalamnya juga terdapat
alasan dari ketidaksetujuan disertai unsur humor, yaitu “hewan juga
membutuhkan self actualitation”.
8. 5. Tuduhan-Sangkalan
Tuduhan merupakan suatu perbuatan yang menunjukkan bahwa orang lain
dianggap telah melakukan kesalahan. Tuduhan seringkali mendapat respon
penerimaan dan terkadang juga mendapatkan respon berupa sangkalan. Respon
sangkalan didapatkan apabila tertuduh merasa bahwa dirinya tidak melakukan
sesuatu yang melanggar aturan. Berikut adalah salah satu contoh tuduhan yang
mendapatkan respon berupa sangkalan.
(5) Cak Lontong : Dulu pas zaman Hindia Belanda 1894 itu ada
perkumpulan yang melindungi binatang. Jadi, negara yang
pertama kali konsen terhadap binatang adalah?
Deny : Hindia Belanda
Cak Lontong : Bukan...Bukan!!!
Deny : Lho, tadi katanya Hindia Belanda
Cak Lontong : Inggris...karena Inggris pada tahun 1824 sudah punya
perlindungan hewan jinak atau domestik, hewan peliharaan
khususnya anjing kucing dipelihara. Itu tahun 1924, jadi
lebih dulu di Inggris. Jangan Hindia Belanda karena lebih
dahulu Inggris.
Deny : Sebenarnya saya dijebak oleh anda!
Cak Lontong : Ndak, saya mengungkapkan fakta...perkara anda merasa
terjebak berarti anda keliru.
(ILK/18 Feb 2014/Hak Asasi Binatang /menit ke 28)
Pada dialog (5), Cak Lontong menceritakan mengenai perkumpulan yang
melindungi binatang. Pada awal cerita, Cak Lontong menceritakan bahwa Hindia
Belanda merupakan negara yang memiliki perkumpulan pelindung binatang sejak
tahun 1894 dan kemudian ia bertanya negara manakah yang pertam kali konsen
terhadap binatang. Deny dengan semangat menjawab Hindia Belanda. Cak
Lontong kemudian menyalahkan karena yang benar adalah Inggris. Deny merasa
tertipu karena dari awal yang diceritakan adalah Hindia Belanda, kemudian ia
9. menuduh Cak lontong menipunya. Cak Lontong dengan spontan menyangkal
tuduhan Deny dan merasa bahwa dirinya tidak bersalah, meskipun ia baru
memberi penjelasan mengenai negara Inggris setelah menceritakan perkumpulan
pelindung binatang di Hindia Belanda.
Beradasarkan hal tersebut, dalam data (5) dapat disimpulkan bahwa
terdapat kalimat tuduhan, yaitu dalam kalimat “sebenarnya saya dijebak oleh
anda”. Kalimat tuduhan tersebut dilontarkan dengan maksud untuk menuduh
lawan tutur karena telah melakukan kecurangan. Adapun kalimat sanggahan
dilontarkan oleh lawan tutur (Cak Lontong) dengan maksud untuk menyangkal
tuduhan dari lawan tutur.
6. Komplain-Penerimaan
Komplain merupakan sebuah ekpresi ketidakpuasan terhadap sebuah
perlakuan. Komplain seringkali mengundang respon berupa penerimaan tapi juga
sebuah sangkalan. Sangkalan terjadi karena lawan tutur merasa bahwa apa yang
telah ia lakukan telah sesuai prosedur. Berikut adalah contoh dari komplain yang
mendapat respon sangkalan.
(6) Deny : Di belakang saya ada Cak Lontong!
Cak Lontong : Saya kan di sini, kok dibilang di belakang?
Deny : Yah, dibelakangnya maksudnya...
Cak Lontong : Jadi bingung saya.
Deny : Yah salah, maaf...maaf
(ILK/18 Feb 2014/Hak Asasi Binatang /menit ke 3)
Pada dialog (6), Deny sebagai pembawa acara mempersilahkan Cak
Lontong untuk berbicara setelahnya. Cak Lontong yang duduk di depan Deny
memprotes bahwa dia tidak berada di belakang Deny. Adapun maksud Deny
dengan menuturkan kata “di belakang” tidaklah bermakna “posisi tempat duduk di
belakang”, melainkan “posisi bicara setelah dirinya”. Karena maksud Deny tidak
bisa ditangkap Cak Lontong, akhirnya Deny menerima protes dari Cak Lontong
kemudian meminta maaf.
10. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa tuturan komplain pada
dialog (6) terjadi karena adanya ketidakfahaman Cak Lontok atas maksud kata “di
belakang”. Tuturan yang mengandung komplain tersebut sengaja dilontarkan
dengan tujuan untuk humor belaka. Adapun tuturan penerimaan atas komplain
tersebut dilakukan dengan tujuan untuk segera mengakhiri pembicaraan, dan
segera berpindah ke topik pembicaraan lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam wacana
Humor Indonesia Lawak Klub (ILK) sekurang-kurang terdapat enam jenis
pasangan berdampingan. Adapun keenam jenis pasangan berdampingan tersebut
adalah pertanyaan-jawaban yang diinginkan, pertanyaan-jawaban yang tidak
diinginkan, permintaan-penerimaan, penilaian-ketidaksetujuan, tuduhan-
sangkalan, dan komplain penerimaan. Meskipun terdapat pola yang tidak
diharapkan (dispreferred second turn) yang biasanya membuat suasana
percakapan menjadi tegang, akan tetapi dengan adanya tambahan humor maka
suasanapun tetap kondusif dan tetap penuh dengan canda tawa.
11. DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Cutting, Joan. 2002. Pragmatics and Discourse. London: Routledge.
Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur.
Bandung: Eresko.
Kesuma, Tri Mastoyo jati. 2007. Pengantar metode Penelitian Bahasa.
Yogyakarta: Carasvatibooks.
Malmkjǽr, Kirsten. 2006. The Linguistics Encyclopedia.New York: Routledge
Sudaryanto. 1993. Metode Dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Tarigan, Henri G. 1987.Pengajaran Wacana. Jakarta : Balai Pustaka
Wijana, I Dewa Putu dan M. Rohmadi. 2010. Analisis Wacana Pragmatik.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
Sumber Data
Video ILK yang ditayangkan pada tanggal 7 April 2014 (Cak Lontong Terlilit
Hutang).
Video ILK yang ditayangkan 18 Februari 2014 (Hak Asasi Binatang),
Video ILK yang ditayangkan 19 Januari 2014 (Jangan Bodoh Cari Jodoh).