Percobaan ini mengidentifikasi galur-galur gandum yang toleran panas dan berdaya hasil tinggi untuk ditanam di dataran rendah dan sedang di wilayah tropis. Beberapa galur gandum ditemukan mampu beradaptasi dengan baik di kedua lingkungan tersebut, seperti G-1, G-20, H-14, dan H-19, dengan hasil melebihi rata-rata kontrol. Galur-galur lain ditemukan lebih adaptif terhadap lingkungan tertentu sa
KERAGAMAN MORFOLOGI, KOMPONEN HASIL DAN HASIL UBI JALAR LOKAL POTENSIAL JAWA ...
Perakitan Varietas Unggul Gandum Tropika
1. PERAKITAN VARIETAS
UNGGUL GANDUM TROPIKA
Prof. Ir. Sumeru Ashari, M.Agr.Sc., Ph.D
Budi Waluyo, SP., MP
Izmi Yulianah, SP., MSi
Niken Kendarini, SP., MSi
SEMINAR HASIL
HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS
NASIONAL BATCH III TAHUN ANGGARAN 2009
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2. PENDAHULUAN
• Gandum hampir menjadi makanan pokok di
Indonesia
• Kebutuhan terus meningkat dan hanya
dipenuhi dari impor
• Budidaya gandum di Indonesia dihadapkan
pada kendala lingkungan tumbuh hanya di
dataran tinggi
• Perlu dirakit varietas gandum unggul
berdaya hasil tinggi untuk dataran sedang
dan rendah di wilayah tropis
3. TUJUAN
• Seleksi observasi dan identifikasi galur-
galur gandum di dataran sedang dan
dataran rendah
• Untuk memperoleh galur gandum
potensial untuk dikembangkan di dataran
rendah dan sedang
4. KELUARAN YANG DIHARAPKAN
• Diperoleh galur-galur gandum yang
potensial dikembangkan di dataran rendah
dan dataran sedang
• Diperoleh galur-galur gandum yang
potensial dikembangkan sebagai tetua
perbaiakan gandum dataran rendah dan
sedang
5. LINGKUP KEGIATAN
• Identifikasi galur-galur gandum toleran
panas di dataran rendah (300 m d.p.l)
• Identifikasi galur-galur gandum toleran
panas di dataran sedang (600-700 m d.p.l)
• Observasi galur-galur gandum toleran panas
di dataran rendah (100-300 m d.p.l)
• Observasi galur-galur gandum toleran panas
di dataran sedang(600-700 m d.p.l)
6. METODE
• Identifikasi galur-galur gandum toleran
panas di dataran rendah (300 m d.p.l)
– Di Ngajum Malang dan Muneng
Probolinggo
– RAK, 30 galur, 3 kali ulangan
7. • Identifikasi galur-galur gandum toleran
panas di dataran sedang (600 m d.p.l)
– Di Tumpang Malang dan Dau Batu
– RAK, 30 galur, 3 kali ulangan
– Dilakukan analisis gabungan dan
dilanjutkan dengan analisis stabilitas hasil
untuk menentukan galur potensial
8. • Observasi galur-galur gandum toleran panas
di dataran rendah (100-300 m dpl)
– Muneng (Probolinggo)
– 150 galur gandum
– RAK, diulang 2 kali
• Observasi galur-galur gandum toleran panas
di dataran sedang(600-700 m dpl)
– Tumpang (Malang)
– 150 galur gandum
– RAK, diulang 2 kali
9. HASIL
• Terdapat interaksi genotip x lingkungan
pada hasil biji tanaman gandum
• Interaksi geotip x lingkungan menunjukkan
adanya galur-galur gandum yang
dipengaruhi oleh lingkungan dan
menghendaki lingkungan tumbuh yang
sesuai
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18. OBSERVASI
• Ada keragaman yang luas pada
komponen hasil dan hasil 150 galur
gandum di dataran rendah
• Ada keragaman yang luas pada
komponen hasil dan hasil gandum di
dataran sedang
• Galur-galur potensial
19. KESIMPULAN
• Terdapat perbedaan karakter komponen
hasil dan hasil gandum di dataran rendah
dan sedang
• Terdapat interaksi genotip x lingkungan
pada komponen hasil dan hasil yang
menunjukkan terdapat lingkungan yang
spesifik bagi pengembangan gandum
20. • Galur-galur G-1 (1.94 ton/ha), G-20 (1.24
ton/ha), H-14 (1.85 ton/ha), H-19 (1.59
ton/ha), H-20 (1.69 ton/ha), H-21 (1.48
ton/ha), 162 (1.62 ton/ha), 80 (1.63 ton/ha),
82 (1.78 ton/ha), 91 (1.49 ton/ha), 142
(1.45 ton/ha) beradaptasi baik di dataran
rendah maupun sedang dengan hasil di
atas rata-rata kontrol
21. • Galur-galur yang beradaptasi spesifik
pada lingkungan produktif ialah G-18 (1.23
ton/ha), G-19 (1.63 ton/ha), 28 (2,22
ton/ha), 185 (1.30 ton/ha), 40 (1.33 ton/ha)
dan 42 (1.52 ton/ha), dapat ditinggaktkan
hasilnya dengan pengelolaan sistem
budidaya yang baik
22. • Galur-galur yang beradaptasi spesifik
pada lingkungan marginal ialah H-1 (1.61
ton/ha), H-8 (1.65 ton/ha) dan H-16 (1.68
ton/ha), dapat diterapkan bagi sistem
budidaya rendah input