2. PENDAHULUAN
Diantara yang dituntut bagi seorang yang beriman, apalagi
bagi pengemban dakwah, adalah pengorbanan di jalan
Allah, yakni siap berkorban demi tegaknya agama Allah (li
I’la’i kalimatillah)
Rasulullah saw dan para sahabat adalah contoh-contoh
terbaik dalam hal pengorbanan.
Mereka adalah sebaik-baiknya generasi yang memahami
pengorbanan di jalan Allah adalah perwujudan cinta sejati
hanya kepada Allah
3. Pengorbanan Khalid bin Walid
“Aku lebih menyukai malam yang sangat dingin dan
bersalju, di tengah-tengah pasukan yang akan menyerang
musuh pada pagi hari, daripada menikmati indahnya
malam pengantin bersama wanita yang aku cintai dan aku
dikabari dengan kelahiran anak laki-laki” (HR al-Mubarak
dan Abu Nu’aim)
4. Pengorbanan Utsman bin Madz’un
Lebih rela dicukil matanya setelah menolak berada dalam
perlindungan orang musyrik dan memilih berada dalam
perlindungan Allah. Ketika itu, pamannya Walid bin Mughirah,
berkata kepadanya
“Wahai keponakanku, dulu matamu sehat dan tidak seperti ini,
karena engkau berada dalam perlindungan yang kuat.”
Dengan lantang Ibn Madz’un menjawab
“Demi Allah, mataku yang sehat perlu merasakan apa yang juga
pernah dirasakan mata-mata yang lain di jalan Allah. Aku berada
dalam perlindungan yang lebih kuat darimu” (HR Abu Nu’aim)
5. Pengorbanan Haram bin Milham
Ia pernah tertusuk tombak dalam peperangan. Tombak itu
lalu dicabut. Darah pun mengucur dari tubuhnya. Akan
tetapi, ia malah berkata “Demi Allah, aku beruntung!” (HR
al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)
6. Pengorbanan Umair bin Abi Waqash
Ia adik Sa’ad bin Abi Waqash, saat perang Badar, ia – yang
baru berusia 16 tahun – berusaha menyelinap diam-diam ke
barisan pasukan kaum Muslim untuk ikut berperang, ia
takut dipulangkan oleh Rasul karena usianya yang masih
terlalu muda. Namun ketika Rasul tahu keinginan dan
semangatnya, beliau pun mengizinkannya. Umair pun
dengan gembira segera berlari menuju medan perang
hingga terbunuh sebagai syahid (HR al-Hakim dan Ibn
Sa’ad)
7. Pengorbanan Ammar bin Yasir & Abu Sufyan
Masih ikut berperang di jalan Allah dalam usia 90 tahun –
meskipun rambutnya sudah beruban, tubuhnya telah
melemah, dan tulang-tulangnya telah merapuh
Abu Sufyan juga masih terus bersemangat memotivasi
pasukan kaum Muslim dalam peperangan dalam usia 70
tahun
8. Pengorbanan Sultan Salahuddin al-Ayyubi
Generasi yang lebih belakangan, begitu cintanya berkorban
di jalan Allah, ia lebih menikmati kehidupan di kemah di
tengah-tengah padang pasir ketimbang hidup enak di
istana. Para sejarahwan menulis, “Setiap pembicaraan
Sultan selalu berkisar di seputar jihad dan mujahidin. Ia
selalu mengamati senjatanya dan lebih senang hidup di
kemah di tengah-tengah padang pasir.”
9. Agar Siap Berkorban
Pertama, Keyakinan pertolongan Allah Swt sebagai modal
utama pengorbanan
Kedua, Kesabaran dalam menjalankan pengorbanan
tersebut karena akan banyak tantangan
Ketiga, Memiliki sikap zuhud
10. 1. Dalam Pengorbanan Ada Ujian Keimanan
Bermodalkan keyakinan pertolongan Allah Swt sebagai
modal utama pengorbanan. Kenapa? Karena ada Ujian
keimanan.
Misalnya, harus mengorbankan sesuatu semisal harta
benda, tempat tinggal, bahkan keluarga mereka.
Bahkan kadang harus menuju satu kota ke kota lainnya
yang yang di sana tak ada sanak kerabat.
Tidak juga dijanjikan akan mendapat tempat tinggal baru
atau mata pencaharian baru sebagai ganti harta yang
mereka tinggalkan.
11. 2. Pengorbanan Ada Ujian Menghadapi
Tantangan
Ujian menghadapi penentangan.
Zainab binti Rasulullah saw., misalnya. Ia harus rela
berpisah dengan suaminya, Abu al-Ash bin Rabi, yang
masih musyrik dan menolak ikut berhijrah.
Keluarga suaminya juga menghadang Zainab yang tengah
hamil empat bulan hingga dirinya terjatuh dan mengalami
keguguran. Setelah pulih dari lukanya, Zainab kembali
berangkat berhijrah meninggalkan suaminya.
12. Pengorbanan Menghadapi Tantangan
Suhaib ar-Rumiy ra., sebagaimana dikisahkan oleh Ibnu
Katsir (Tafsir Ibnu Katsir, 1/421), mengorbankan harta yang
dia bawa dari rumahnya untuk diberikan kepada kaum
musyrik yang menghadang dirinya di perjalanan ketimbang
ia kembali ke Makkah.
Setibanya di Madinah dan ia menceritakan peristiwa yang
ia alami, termasuk harta yang ia berikan kepada para
penghadangnya, Rasulullah saw. memuji dirinya,
“Beruntunglah perdagangan Suhaib!” Dua kali pujian itu
diulang Nabi saw. Kemudian turunlah firman Allah Swt.,
13. SABAR DALAM PENGORBANAN
Dari Ali bin Abi Thalib ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,
“Sabar itu ada tiga macam: sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam
menjalankan ketaatan, dan sabar dalam menghindari kemaksiatan.
Siapa yang sabar dalam menghadapi musibah sehingga mampu menjalaninya
dengan baik dengan segala kekuatan hatinya, Allah akan mencatat untuknya
sebanyak 300 derajat yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti
jarak antara langit dengan bumi.
Siapa yang sabar dalam menjalankan ketaatan, Allah akan mencatat untuknya 600
derajat yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak antara batas
dasar bumi hingga puncak ‘Arasy.
Siapa yang sabar dalam menghindari kemaksiatan, Allah akan mencatat untuknya
900 derajat yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak dua kali
antara batas dasar bumi hingga puncak ‘Arasy.”
(HR Ibnu Hibban, Ibnu Abid Dun-ya, dan Dailami)
14. SABAR DALAM PENGORBANAN
Imam As-Suyuthi dalam Al-Asybah wa An-Nazhair (hlm. 320)
mengatakan,
ًالْضَف ُرَثْكَأ َانَك ًالْعِف ُرَثْكَأ َانَك َام
“Amalan yang lebih banyak pengorbanan, lebih banyak
keutamaan.”
Imam Az-Zarkasi berkata dalam Al-Mantsur,
َذَك َسْيَل اَّمِم ُلَضْفَأ َانَك َّق َ
َشو َرُثَك َامَّلُك َُلمَعال
َكِل
“Amalan yang makin banyak dan sulit, lebih afdhal daripada amalan
yang tidak seperti itu.”
15. 3. Pengorbanan Memerlukan Sikap Zuhud
Kikir terhadap waktu, tenaga, dan harta untuk dakwah
berpangkal dari sirnanya zuhud dalam dada kalian
Sirnanya Zuhud : menyelinap rasa percaya yang mutlak
terhadap segala kenikmatan yang ada pada makhlukNya,
di saat yang sama, mata batin pun berpaling dari ridha
Allah sebagai sumber kebahagiaan sesungguhnya
16. Sikap Zuhud di Dunia
Nabi Muhammad saw memberi pesan kepada Ibnu Umar
agar ia memilih salah satu di antara dua sikap saat di dunia
ini,
Sikap pertama, orang beriman harus menempatkan dirinya
di dunia seperti orang asing, hatinya tidak terpaut, ia
sekedar bermukim untuk memenuhi bekal dalam rangka
pulang ke negeri akhiratnya
Sikap kedua, orang beriman harus menempatkan dirinya di
dunia seperti musafir yang tidak pernah bermukim, ia
hanya berjalan melewati tempat-tempat hingga berhenti di
gerbang akhirat
Maka siapa saja yang memilih salah satu dari dua sikap
tersebut maka akan jauh dari keinginan untuk memperkaya
diri dengan perhiasan dunia
17. Balasan Pengorbanan Pahala Yang Melimpah
ُلِتُق َّمُث ِ َّ
َّللا ِيلِب َ
س يِف واُرَجاَه َينِذََّالو
ُ َّ
َّللا ُمُهَّنَقُزْرَيَل واُتَام ْوَأ وا
يِقِازَّرال ُرْيَخ َوُهَل َ َّ
َّللا َّنَِإو اًن َ
َسح اًقْزِر
َن
“Orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka
dibunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberi mereka
rezeki yang baik (surga). Sungguh Allah adalah sebaik-baik
Pemberi rezeki.” (TQS al-Hajj [2]: 58)
18. Balasan Pengorbanan Pahala Yang Melimpah
َغِتْبا ُه َ
سْفَن يِر ْ
َشي َْنم ِاسَّنال َنِمَو
ُ َّ
ََّللاو ِ َّ
َّللا ِتاَضْرَم َءا
ِداَبِعْالِب ٌوفُءَر
“Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya
karena mencari rida Allah. Allah Maha Penyantun kepada
hamba-hamba-Nya.” (TQS al-Baqarah [2]: 207)
19. Tanpa Pengorbanan, Umat Akan Terhinakan
ْيَلَع ىَعاَدَت ْنَأ ُمَمُاأل ُكِشوُي
َكَألا ىَعاَدَت اَمَك ْمُك
ةَل
َو ٌلِئاَق َلاَقَف اَهِتَعْصَق ىَلِإ
َم ْوَي ُنَْحن ٍةَّلِق ْنِم
ٍذِئ
,
َلاَق
:
ِثَك ٍذِئَم ْوَي ْمُتْنَأ ْلَب
ٌءاَثُغ ْمُكَّنِكَل َو ٌْري
ِاءَثُغَك
ْنِم ُهللا َّنَع ِ
زْنَيَل َو ِلْيَّسال
َمْال ُمُكُِودَع ِ
ر ُْودُص
ةَباَه
ُق ىِف هللا َّنَفِذْقَيَل َو ْمُكْنِم
َنَه َوْال ُمُكِبوُل
,
َلاَقَف
ٌلِئاَق
َلاَق ُنَه َوْال اَم َو هللا َلوُسَارَي
:
ُح
اَيْنُّدال ُّب
ِت ْوَمْال ةَيِهاَرَك َو
“Berbagai bangsa nyaris saling memanggil untuk melawan kalian sebagaimana orang-orang saling
memanggil untuk menyantap hidangan mereka.” Salah seorang bertanya, “Apakah karena kami
ketika itu sedikit?” Rasul menjawab, “Bahkan kalian pada hari itu banyak. Akan tetapi, kalian
laksana buih di lautan. Sungguh Allah mencabut ketakutan dan kegentaran terhadap kalian dari
dada musuh-musuh kalian. Allah pun menanamkan di hati kalian al-wahn.” Salah seorang
20. Ingatlah
Islam senantiasa menunggu pengorbanan setiap Muslim
Tegaknya Islam pada masa lalu dalam wujud Daulah Islam
di Madinah telah menguras begitu banyak keringat, air
mata bahkan darah kaum Muslim
Menyita juga banyak harta dan mengorbankan banyak jiwa
Maka perjuangan untuk tegaknya kehidupan Islam harus
dan memerlukan pengorbanan yang serupa sebagaimana
generasi Muslim pada masa lalu.
Jelaslah Islam membutuhkan pengorbanan kita, semakin
banyak berkorban semakin dekat dengan kemenangan
21. Jauhkanlah
Sikap merasa sudah banyak berkorban karena telah
menjadi pengemban dakwah
Sikap merasa sudah banyak berkorban karena telah
menjadi pengurus dalam urusan dakwah
Sikap bahwa dakwah adalah aktivitas ‘sampingan’ dan
temporer yang bisa kita lakukan
Sikap menjauh dari dakwah, apalagi tidak lagi aktif
berdakwah ketika sudah lulus kuliah, menikah, punya anak,
kesibukan kerja dan bisnis
22. Maka
Berharap hanya kepada Allah
Kita bersyukur masih berada di jalan dakwah
Tidak merasa cukup sudah berkorban ketika sudah hadir
rutin kajian, sudah infak, atau membaca buku-buku
dakwah, lantas merasa sudah cukup berdakwah
Itu semua belumlah cukup, atau berdakwah secara
minimalis.
Mungkinkah dengan pengorbanan seperti itu, maka
kehidupan Islam akan bisa ditegakkan oleh para
pengembannya?
23. Allah SWT berfirman
َنْيِنِمْؤُمْال ُعَفْنَت ى ٰرْكِالذ َّن ِاَف ْرِكَذَّو
"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya
peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin."(QS. Az-
Zariyat 51: Ayat 55)
Atas dorongan tersebut maka setiap individu muslim harus
berusaha untuk berdakwah.
Jadi dakwah merupakan amalan dalam islam yang Allah
SWT sediakan pahala yang melimpah.
Mengajak ke dalam ketaatan kepada Tuhannya dengan
penuh keikhlasan.
24. ALHASIL
Alasan apapun tak bisa diterima untuk meninggalkan dakwah
apalagi jika tidak berkorban.
Bila kita sakit, maka ada orang sakitnya lebih berat tapi tetap
berdakwah karena mau mengorbankan dirinya.
Bila kita fakir, maka ada orang lebih miskin yang sanggup
berdakwah bahkan berinfak, karena ingin mengorbankan hartanya
Bila kita disibukkan dengan keluarga, maka ada orang yang harus
merawat keluarganya tapi tetap berdakwah bahkan ada yang
meninggalkan keluarganya
25. Bagaimana dengan kita?
Sudahkah kita berkorban? Apa yang kita korbankan?
Harta? Kalau tidak punya? Bagaimana dengan pikiran,
tenaga atau waktu kita?
Apakah waktu kita adalah waktu terbaik? Atau waktu-waktu
sisa untuk dakwah? Terus bagaimana pikiran kita?
Apakah kita sering memikirkan dakwah atau malah
memikirkan waktu untuk keluarga?
Sudah cukupkah pengorbanan kita?
26. ALHASIL
Masikah ada alasan bagi untuk kita?
Pengorbanan dakwah sesuatu yang harus diwujudkan, dan
merupakan kenikmatan, bukan kesulitan
Senantiasa berdoa, kesiapan dan kerelaan untuk selalu berkorban
di jalan dakwah hanya karena Allah dan menganugerahkan
kenikmatan berada di jalan dakwah