Penelitian ini membandingkan efektifitas pemberian cairan kristaloid dan koloid terhadap kejadian hipotensi pada pasien seksio caesarea di RSUD Kepahiang. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara pemberian cairan kristaloid dan koloid dalam mencegah hipotensi pasca anestesi spinal.
AKI A New term and Classification (Indonesia). diklat ppt.pptSonofZeus11
Dokumen tersebut membahas tentang Cedera Ginjal Akut (AKI) yang meliputi definisi dan klasifikasi terbaru serta studi epidemiologi utama AKI. Dokumen tersebut juga membahas perlunya konsensus definisi dan kriteria diagnostik AKI yang diakui secara internasional."
Stroke iskemik memiliki risiko kematian, disabilitas, dan serangan ulang yang berbeda-beda menurut subtipe yang didasarkan pada mekanisme penyebab stroke. Identifikasi penyebab stroke merupakan elemen penting dalam praktik klinis sehari-hari untuk memandu keputusan terapi, menentukan prognosis, dan mencegah kekambuhan stroke setiap pasien.
Kejadian stroke hemodinamik diperkirakan sekitar 10% dari seluruh infark otak. Pasien dengan stroke hemodinamik umumnya memiliki gejala ringan dibandingkan dengan subtipe stroke infark lainnya. Stroke hemodinamik jarang bersifat fatal sehingga kurang diperhitungkan. Padahal, pasien stroke hemodinamik sering disertai stenosis berat arteri mayor. Stroke hemodinamik berkaitan dengan peningkatan risiko perburukan neurologis, kekambuhan stroke, dan risiko kardiovaskular lainnya. Namun, stroke hemodinamik dapat dideteksi dengan gejala klinis tertentu & pemeriksaan radiologis. Pengenalan tentang adanya hipoperfusi sebagai faktor penyebab stroke iskemik akan membawa konsekuensi penting dalam perawatan dan manajemen pasien stroke..
KECEPATAN PUNCAK SISTOLIK PADA ARTERI SEREBRI MEDIA DALAM DIAGNOSIS PERDARAHA...febysriandari
Penelitian ini menguji apakah penilaian kecepatan puncak sistolik (PSV) pada arteri serebri media (MCA) dapat digunakan untuk mendiagnosis fetomaternal hemorrhage (FMH). Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 10 kasus anemia janin yang dikonfirmasi dengan peningkatan MCA-PSV dan hasil tes laboratorium. Sebaliknya, 5 kasus lainnya menunjukkan MCA-PSV normal karena FMH disebabkan oleh solusio
AKI A New term and Classification (Indonesia). diklat ppt.pptSonofZeus11
Dokumen tersebut membahas tentang Cedera Ginjal Akut (AKI) yang meliputi definisi dan klasifikasi terbaru serta studi epidemiologi utama AKI. Dokumen tersebut juga membahas perlunya konsensus definisi dan kriteria diagnostik AKI yang diakui secara internasional."
Stroke iskemik memiliki risiko kematian, disabilitas, dan serangan ulang yang berbeda-beda menurut subtipe yang didasarkan pada mekanisme penyebab stroke. Identifikasi penyebab stroke merupakan elemen penting dalam praktik klinis sehari-hari untuk memandu keputusan terapi, menentukan prognosis, dan mencegah kekambuhan stroke setiap pasien.
Kejadian stroke hemodinamik diperkirakan sekitar 10% dari seluruh infark otak. Pasien dengan stroke hemodinamik umumnya memiliki gejala ringan dibandingkan dengan subtipe stroke infark lainnya. Stroke hemodinamik jarang bersifat fatal sehingga kurang diperhitungkan. Padahal, pasien stroke hemodinamik sering disertai stenosis berat arteri mayor. Stroke hemodinamik berkaitan dengan peningkatan risiko perburukan neurologis, kekambuhan stroke, dan risiko kardiovaskular lainnya. Namun, stroke hemodinamik dapat dideteksi dengan gejala klinis tertentu & pemeriksaan radiologis. Pengenalan tentang adanya hipoperfusi sebagai faktor penyebab stroke iskemik akan membawa konsekuensi penting dalam perawatan dan manajemen pasien stroke..
KECEPATAN PUNCAK SISTOLIK PADA ARTERI SEREBRI MEDIA DALAM DIAGNOSIS PERDARAHA...febysriandari
Penelitian ini menguji apakah penilaian kecepatan puncak sistolik (PSV) pada arteri serebri media (MCA) dapat digunakan untuk mendiagnosis fetomaternal hemorrhage (FMH). Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 10 kasus anemia janin yang dikonfirmasi dengan peningkatan MCA-PSV dan hasil tes laboratorium. Sebaliknya, 5 kasus lainnya menunjukkan MCA-PSV normal karena FMH disebabkan oleh solusio
Dokumen tersebut membahas tentang perdarahan saluran cerna bagian atas dan bawah. Perdarahan saluran cerna bagian atas umumnya disebabkan oleh pecahnya varises esofagus, ulkus peptikum, dan gastritis erosiva. Tatalaksananya meliputi resusitasi, endoskopi untuk diagnosis dan terapi, serta profilaksis infeksi. Sedangkan perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya disebabkan oleh hemoroid, fisura ani, dan kanker kolon. Tatal
Laporan kasus ini membahas tentang seorang anak perempuan berusia 2 tahun dengan diagnosis multiple karies gigi, TOF dengan atresia pulmonal dan PDA 3 mm yang akan menjalani ekstraksi gigi. Terdapat evaluasi pra-operasi dan persiapan anestesi untuk menangani risiko cyanotic spell dan komplikasi lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil ibu dan perinatal pada wanita yang tidak melakukan episiotomi dengan wanita yang melakukan episiotomi secara selektif melalui percobaan klinis acak. Variabel utama yang akan dibandingkan antara lain durasi persalinan, kehilangan darah, trauma perineum, dan kondisi bayi baru lahir. Hasil utama penelitian diharapkan dapat menunjukkan manfaat tidak melakukan ep
Peran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptxDedeKurniawan56670
Tiga pendekatan utama digunakan dalam penelitian ini untuk membedakan hidronefrosis dan pionefrosis: (1) pengukuran nilai Hounsfield pada CT scan, (2) temuan klinis dan laboratorium, dan (3) karakteristik pasien. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai Hounsfield >6,2 HU memiliki sensitivitas 92,3% untuk mendiagnosis pionefrosis. Temuan ini dapat membantu dalam diagnosis dan pengelolaan kondisi yang berpotens
Laporan kasus ini membahas kasus seorang anak perempuan berusia 13 tahun yang mengeluhkan bengkak pada wajah dan kaki. Pemeriksaan fisik menunjukkan edema pada wajah dan ekstremitas bawah. Diagnosis bandingnya adalah sindrom nefrotik atau reaksi anafilaktik. Diagnosis kerjanya adalah edema anasarka dengan dugaan sindrom nefrotik atau reaksi anafilaktik.
1. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh penerapan protokol VSDT terhadap perubahan skor M-SOFA pasien ICU di rumah sakit di Semarang.
2. Metode penelitian menggunakan desain kuasi eksperimental pre test-post test dengan control group. Sampel penelitian adalah pasien ICU.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat mengidentifikasi perbedaan skor M-SOFA sebelum dan sesudah penerapan protokol
1. Dokumen tersebut merangkum pendekatan diagnosis untuk berbagai jenis anemia pada anak berdasarkan hasil pemeriksaan darah lengkap dan apusan darah tepi.
2. Ada beberapa pendekatan yang dijelaskan yaitu pendekatan tradisional, morfologi, fungsional, klinis, dan laboratoris dengan mempertimbangkan gejala klinis, hasil laboratorium, dan epidemiologi.
3. Hasil pemeriksaan seperti nilai hemoglobin,
1. Kasus ini mendiagnosis pasien dengan cephalopelvic disproportion (CPD) yang disebabkan oleh ukuran kepala janin yang terlalu besar untuk muat melalui panggul sempit ibu.
2. Penatalaksanaan melalui trial of labour gagal mencapai partus alami sehingga dilakukan terminasi kehamilan dengan sectio caesarea.
3. Diagnosis dan tindakan medis yang diambil untuk kasus ini sesuai dengan kondisi klinis dan anamnes
membantu pasien naik ke tempat tidur, menyiapkan bantal, selimut,
hand-hygiene, mengambil rekam medis dan buku KIA
POKJA USG
PELATIHAN USG OBSTETRI DASAR TERBATAS
PERSIAPAN ALAT, BAHAN, REKAM MEDIS,
RUANGAN, PEMERIKSA, PASIEN
Dokter:
- Menjelaskan prosedur pemeriksaan
- Mendapatkan informed consent
- Memeriksa rekam medis dan buku KIA
-
Berdasarkan dokumen tersebut, terdapat empat kasus anak dengan syok hipovolemik yang dirawat di ruang PICU rumah sakit. Semua kasus mengalami gangguan cairan dan status hemodinamik yang tidak stabil saat masuk. Setelah dilakukan pengkajian menggunakan teori konservasi Levine, ditemukan masalah hipovolemia pada semua kasus yang disebabkan oleh kehilangan cairan berlebihan akibat muntah dan di
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Evaluasi pelaksanaan standar 10T dalam pelayanan antenatal terpadu di Kabupaten Pekalongan menunjukkan sebagian besar bidan (69,7%) melakukan standar 10T dengan baik meskipun masih ada beberapa aspek yang kurang tepat dilaksanakan seperti konseling. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan 10T oleh bidan guna meningkatkan kualitas pelayan
PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN KERJA MENURUT PERPRES NO.7...ZulfiaIbrahim1
DOKUMEN INI MEMBAHAS TENTANG PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN KERJA YANG MENJELASKAN JENIS PENYAKIT PAK DAN PAHK MENURUT PERPRES NO.7 TAHUN 2019 YAITU: pajanan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan;
(kimia, fisika, biologi dan penyakit infeksi atau parasit), berdasarkan sistem target organ; (penyakit saluran pernapasan,
penyakit kulit, gangguan otot dan kerangka, gangguan mental
dan prilaku) kanker akibat kerja; dan spesifik lainny
Dokumen tersebut membahas tentang perdarahan saluran cerna bagian atas dan bawah. Perdarahan saluran cerna bagian atas umumnya disebabkan oleh pecahnya varises esofagus, ulkus peptikum, dan gastritis erosiva. Tatalaksananya meliputi resusitasi, endoskopi untuk diagnosis dan terapi, serta profilaksis infeksi. Sedangkan perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya disebabkan oleh hemoroid, fisura ani, dan kanker kolon. Tatal
Laporan kasus ini membahas tentang seorang anak perempuan berusia 2 tahun dengan diagnosis multiple karies gigi, TOF dengan atresia pulmonal dan PDA 3 mm yang akan menjalani ekstraksi gigi. Terdapat evaluasi pra-operasi dan persiapan anestesi untuk menangani risiko cyanotic spell dan komplikasi lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil ibu dan perinatal pada wanita yang tidak melakukan episiotomi dengan wanita yang melakukan episiotomi secara selektif melalui percobaan klinis acak. Variabel utama yang akan dibandingkan antara lain durasi persalinan, kehilangan darah, trauma perineum, dan kondisi bayi baru lahir. Hasil utama penelitian diharapkan dapat menunjukkan manfaat tidak melakukan ep
Peran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptxDedeKurniawan56670
Tiga pendekatan utama digunakan dalam penelitian ini untuk membedakan hidronefrosis dan pionefrosis: (1) pengukuran nilai Hounsfield pada CT scan, (2) temuan klinis dan laboratorium, dan (3) karakteristik pasien. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai Hounsfield >6,2 HU memiliki sensitivitas 92,3% untuk mendiagnosis pionefrosis. Temuan ini dapat membantu dalam diagnosis dan pengelolaan kondisi yang berpotens
Laporan kasus ini membahas kasus seorang anak perempuan berusia 13 tahun yang mengeluhkan bengkak pada wajah dan kaki. Pemeriksaan fisik menunjukkan edema pada wajah dan ekstremitas bawah. Diagnosis bandingnya adalah sindrom nefrotik atau reaksi anafilaktik. Diagnosis kerjanya adalah edema anasarka dengan dugaan sindrom nefrotik atau reaksi anafilaktik.
1. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh penerapan protokol VSDT terhadap perubahan skor M-SOFA pasien ICU di rumah sakit di Semarang.
2. Metode penelitian menggunakan desain kuasi eksperimental pre test-post test dengan control group. Sampel penelitian adalah pasien ICU.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat mengidentifikasi perbedaan skor M-SOFA sebelum dan sesudah penerapan protokol
1. Dokumen tersebut merangkum pendekatan diagnosis untuk berbagai jenis anemia pada anak berdasarkan hasil pemeriksaan darah lengkap dan apusan darah tepi.
2. Ada beberapa pendekatan yang dijelaskan yaitu pendekatan tradisional, morfologi, fungsional, klinis, dan laboratoris dengan mempertimbangkan gejala klinis, hasil laboratorium, dan epidemiologi.
3. Hasil pemeriksaan seperti nilai hemoglobin,
1. Kasus ini mendiagnosis pasien dengan cephalopelvic disproportion (CPD) yang disebabkan oleh ukuran kepala janin yang terlalu besar untuk muat melalui panggul sempit ibu.
2. Penatalaksanaan melalui trial of labour gagal mencapai partus alami sehingga dilakukan terminasi kehamilan dengan sectio caesarea.
3. Diagnosis dan tindakan medis yang diambil untuk kasus ini sesuai dengan kondisi klinis dan anamnes
membantu pasien naik ke tempat tidur, menyiapkan bantal, selimut,
hand-hygiene, mengambil rekam medis dan buku KIA
POKJA USG
PELATIHAN USG OBSTETRI DASAR TERBATAS
PERSIAPAN ALAT, BAHAN, REKAM MEDIS,
RUANGAN, PEMERIKSA, PASIEN
Dokter:
- Menjelaskan prosedur pemeriksaan
- Mendapatkan informed consent
- Memeriksa rekam medis dan buku KIA
-
Berdasarkan dokumen tersebut, terdapat empat kasus anak dengan syok hipovolemik yang dirawat di ruang PICU rumah sakit. Semua kasus mengalami gangguan cairan dan status hemodinamik yang tidak stabil saat masuk. Setelah dilakukan pengkajian menggunakan teori konservasi Levine, ditemukan masalah hipovolemia pada semua kasus yang disebabkan oleh kehilangan cairan berlebihan akibat muntah dan di
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Evaluasi pelaksanaan standar 10T dalam pelayanan antenatal terpadu di Kabupaten Pekalongan menunjukkan sebagian besar bidan (69,7%) melakukan standar 10T dengan baik meskipun masih ada beberapa aspek yang kurang tepat dilaksanakan seperti konseling. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan 10T oleh bidan guna meningkatkan kualitas pelayan
Similar to PENELITIAN GATOT_SIAP SIDANG VERSI OFFICE LAMA.ppt (20)
PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN KERJA MENURUT PERPRES NO.7...ZulfiaIbrahim1
DOKUMEN INI MEMBAHAS TENTANG PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT HUBUNGAN KERJA YANG MENJELASKAN JENIS PENYAKIT PAK DAN PAHK MENURUT PERPRES NO.7 TAHUN 2019 YAITU: pajanan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan;
(kimia, fisika, biologi dan penyakit infeksi atau parasit), berdasarkan sistem target organ; (penyakit saluran pernapasan,
penyakit kulit, gangguan otot dan kerangka, gangguan mental
dan prilaku) kanker akibat kerja; dan spesifik lainny
PENELITIAN GATOT_SIAP SIDANG VERSI OFFICE LAMA.ppt
1. Pembimbing I : Ns. Misrawati, M.Kep., Sp.Mat
Pembimbing II : Rismadefi Wofers, S.Si., M.Biomed
GATOT PRAMONO R
NIM.02202104070
Pembimbing II : Ika Kusuma, S.Kep., Ns., M.Kep
PENELITIAN INI TELAH DISETUJUI
Pada tanggal 15 JULI 2022
Oleh Pembimbing I dan II melalui Konsultasi serta perbaikan secara online
2. 830 wanita
meninggal setiap
hari karena
komplikasi selama
kehamilan atau
persalinan (
WHO,2017 )
persalinan
dengan sc
sekitar 10 – 15%
dari semua
proses
persalinan
( WHO,2017 )
RISKESDAS
Nasional 2017
Angka SC
Nasional sebesar
9,8 %
AKI prov
Bengkulu
2019
sebesar 9
orang
Angka SC
di RSUD
Kepahiang
2022 408
kasus (36,6
% )
SC
Spinal
Anestei
Hipotensi
Penelitian
terkait
Studi Pendahuluan
Tahun 2021 di RSUD Kepahiang ditemukan ;
408 pasien SC dengan 326 ( 80 % ) spinal dan ada
kejadian 40 pasien hipotensi post spinal anestesi
4. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui efektifitas antara
pemberian Cairan Kristaloid Dan Koloid
Terhadap Kejadian Hipotensi Pada Pasien
Seksio Caesarea Di RSUD Kepahiang.
5. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:
a. Mengetahui efek pemberian Cairan Kristaloid
terhadap Kejadian Hipotensi Pada Pasien
Seksio Caesarea Di RSUD Kepahiang.
b. Mengetahui efek pemberian Cairan koloid
terhadap Kejadian Hipotensi Pada Pasien
Seksio Caesarea Di RSUD Kepahiang.
c. Membandingkan hasil efek pemberian Cairan
Kristaloid dan Koloid terhadap Kejadian
Hipotensi Pada Pasien Seksio Caesarea Di
RSUD Kepahiang.
7. Tinjauan Pustaka
Seksio Sesaria
Seksio Sesaria
Indikasi Dan Kontra Seksio
Sesarea .
Kontra indikasi
Komplikasi Sectio Caesarea
Sectio Caesarea adalah persalinan janin melalui sayatan perut terbuka
(laparotomi) dan sayatan di rahim (histerotomi). Sesar pertama yang
didokumentasikan terjadi pada 1020 M, dan sejak itu prosedurnya telah
berkembang pesat. (Sung et al, 2020).
a.Komplikasi pada ibu
b. Komplikasi pada bayi
1) Indikasi mutlak Indikasi Ibu
2) Indikasi janin
3) Indikasi relatif
4) Indikasi Sosial
1) Janin mati
2) Syok
3) Anemia berat
4) Kelainan kongenital berat
5) Infeksi piogenik pada dinding abdomen
6) Minimnya fasilitas operasi seksio sesarea
8. Tinjauan Pustaka
Spinal Anestesi
Spinal Anestesi
Indikasi Anestesi Spinal
Komplikasi Anestesi Spinal
Anestesi spinal adalah suatu metode anestesi dengan menyuntikkan obat
analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid di daerah lumbal. Cara
ini sering digunakan pada persalinan per vaginam dan pada sectio
caesaria tanpa komplikasi (Dahlan, 2015). )
a. Hipotensi.
b. Brakikardi.
c. Sakit kepala spinal
(Pasca Pungsi)
d. Menggigil
e. Depresi nafas
f. Total spinal
Biasanya anestesi spinal dilakukan untuk pembedahan pada
daerah yang di inervasi oleh cabang Thorakal - 4 sebatas papila
mammae kebawah (Oyston,2014) :
a. Vaginal delivery
b. Ekstremitas inferior
c. Seksio sesarea
d. Operasi perineum
e. Operasi urologic
9. Hipotensi Spinal Anestsi
blokade simpatik yang tinggi sehingga
mengakibatkan perubahan fluktuatif pada
tekanan darah. (James Duke, 2011).
Tinjauan Pustaka
Hipotensi
Hipotensi Hipotensi adalah kondisi dimana tekanan darah (rasio tekanan
sistolik dan tekanan diastolik) didapatkan lebih rendah dari nilai
normal (normal 120/80 mmHg) yang umum ditemukan pada individu
normal (Ronny, 2010). Jenis dari hipotensi akibat anestesi epidural
atau spinal disebut dengan acute hypotension (Angus, 2011)
Pemberian Cairan 20 Menit
Sebelum Dilakukan Anestesi
Spinal. Jumlah Volume Cairan
Yang Diberikan Untuk Mencegah
Terjadinya Hipotensi Adalah
Sekitar 10-20 Ml/Kg BB Dalam
Waktu 10 Menit Atau 20 Menit
Pemberian Terapi Cairan
( Preloading)
Pengukuran Hipotensi menggunakan
Tensimetet dan bed side monitor
Koloid Kristaloid
10. Kerangka
Konseptual
Seksio
Sesarea
Spinal Anestesi Pemberian Preload
Sebelum Spinal Anestesi :
1. Pemberian Koloid
2.Pemberian Kristaloid
Spinal
Anestesi
Di Teliti
Tidak
Diteliti
Sumber: Latief, (2015), Gwinnut (2011), James Duke (2013), Fauzan, R
(2016), (Baraka, 2010), Young(2014)
Hipotensi
Tidak
Hipotensi
Faktor yang Mempengaruhi
Hipotensi :
1. Ketinggian blok simpatis
2. Kondisi / posisi pasien
3. Agent / Obat anestesi
11. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Variabel Bebas
Pemberian
Cairan Koloid
SPINAL
ANESTESI
Variabel Terikat
TENSI
Pasca Tindakan
Anestesi
Pemberian
Cairan Kristaloid
HIPOTENSI
TIDAK
HIPOTENSI
12. Tidak ada Perbedaan
antara efektifitas antara
pemberian Cairan
Kristaloid Dan Koloid
Terhadap Kejadian
Hipotensi Pada Pasien
Seksio Caesarea Di
RSUD Kepahiang
Ho
Ada Perbedaan antara
efektifitas antara
pemberian Cairan
Kristaloid Dan Koloid
Terhadap Kejadian
Hipotensi Pada Pasien
Seksio Caesarea Di
RSUD Kepahiang
Ha
13. Desain dan Rancangan
Desain dan Rancangan Penelitian
Desain
Kuantitatif Ekperiment
Cross Sectiona Rancangan
observasional
Penelitian menggunakan jenis Desain Kuantitatif Ekperiment
Cross Sectional, suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasional,atau pengumpulan data. Penelitian cross-
sectional hanya mengobservasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap variabel subjek pada saat penelitian (Notoatmojo,
2012 ).
Peneliti akan mengobservasi perbedaan hasil
pemberian Cairan Kristaloid Dan Koloid
Terhadap Kejadian Hipotensi Pada Pasien
Seksio Caesarea Di RSUD Kepahiang.
14. 1
2
3
4
5
6
Populasi
Sampel
44 Pasien dengan rincian sample 22 pasien seksio sesaria
anetesi spinal akan diberikan Koloid ,dan 22 untuk pasien seksio
sesaria anetesi spinal akan diberikan Kristaloid
Teknik Sampling
Purpose Sampling
Variabel
Variabel Bebas
Pada penelitian ini yang
menjadi variabel bebas
kondisi Pemberian Koloid
dan Pemberian Kristaloid
pasien sc sebelum
dilakukan anestesi spinal
Pengumpulan Data
Lembar Observasi kondisi TENSI Pasien
sebelum dan sesudah Spinal Anestesi
Kerangka Kerja
7
Penyajian Hasil
8 Hasil dan Pembahasan
7
Kesimpulan dan Saran
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien yang akan dilakukan tindakan seksio
sesarea dengan teknik anestesi spinal di
RSUD Kepahiang
variabel terikat
Adalah kondisi
TENSI pasien sc
setelah dilakukan
dilakukan anestesi
spinal
15. HASIL PENELITIAN
Jenis cairan
Variabel Kristaloid Koloid p
Umur 29,68 ± 5,575 28,77 ± 4,669
0,70
6
ASA
I 7 (31,8%) 13 (59,1%)
0,06
9
II 15 (68,2%) 9 (40,9%)
Keterangan :
Mann Whitney
Tabel 4.1
Sebaran Umur , Status ASA Berdasarkan Jenis Cairan Kristaloid dan Koloid
Dari tabel sebaran umur dan status ASA berdasarkan jenis cairan didapatkan
untuk umur Kristaloid 29,68 ± 5,575 dan Koloid 28,77 ± 4,669 dengan nilai p
0,706 , ASA I Kristaloid 7 (31,8%) , ASA I Koloid 13 (59,1%) dengan nilai p
0,069 , ASA II Kristaloid 15 (68,2%) , ASA II Koloid 9 (40,9%) mempunyai nilai
p 0,069 , karena nilai p semuanya > 0,05 maka tidak didapatkan perbedaan
bermakna atau dapat juga dikatakan sebaran data merata atau homogen.
16. Tabel 4.2
Nilai Tekanan Darah Pre dan Post Anestesi Spinal Terhadap Jenis Cairan
Kristaloid Dan Koloid
Jenis cairan
Tekanan Darah Sistolik
Pre Anestesi Spinal
Tekanan Darah
Diastolik Pre Anestesi
Spinal
Tekanan Darah Sistolik
Post Anestesi Spinal
Tekanan Darah
Diastolik Post Anestesi
Spinal
Kristaloid N 22 22 22 22
Mean 133,09 80,14 120,23 74,50
St d. Dev iation 13,309 7,748 13,697 8,210
Median 130,00 80,00 120,00 70,50
Minimum 116 62 100 60
Maximum 160 90 150 90
Koloid N 22 22 22 22
Mean 124,91 73,77 122,09 75,95
St d. Dev iation 15,856 12,524 12,402 8,056
Median 120,00 70,00 120,00 78,00
Minimum 100 43 110 62
Maximum 160 110 150 90
Total N 44 44 44 44
Mean 129,00 76,95 121,16 75,23
St d. Dev iation 15,047 10,783 12,947 8,072
Median 126,50 78,50 120,00 74,50
Minimum 100 43 100 60
Maximum 160 110 150 90
Pada tabel diatas, didapatkan nilai total minimum kedua jenis cairan pada tek anan
darah sistolik dan diastolik post anestesi spinal adalah 100/60 mmHg, sedangkan
nilai total maksimum kedua jenis cairan pada tekanan darah sistolik dan diastolik
post anestesi spinal adalah 150/90 mmHg
17. .Tabel 4.3.
Kejadian Hipotensi Setelah Pemberian Cairan Koloid Dan Kristaloid
Pasien Post Spinal Anestesi
Kejadian_Hipotensi_ Post Spinal Anestesi
Tidak Hipotensi Hipotensi Total
Jenis Koloid Count 22 0 22
Cairan % within Jenis Cairan 100,0% 0% 100,0%
% within Kejadian_
Hipotensi_Post 52,4% 0% 50,0%
% of Total 50,0% 0% 50,0%
Kristaloid Count 20 2 22
% within Jenis Cairan 90,9% 9,1% 100,0%
% within Kejadian_
Hipotensi_Post 47,6% 100,0% 50,0%
% of Total 45,5% 4,5% 50,0%
Total Count 42 2 44
% within Jenis Cairan 95,5% 4,5% 100,0%
% within Kejadian_
Hipotensi_Post 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 95,5% 4,5% 100,0%
18. Variabel
Pemberian
Cairan
KEJADIAN HIPOTENSI
Total
Tidak Hipotensi Hipotensi
f % f %
Koloid 22 100 0 0 22
Kristaloid 20 91 2 9,1 22
Jumlah 42 95.5 2 4.5 44
P value 0,488
Tabel 4.4.
Perbedaan Tekanan Darah pada Pasien Post Anastesi Spinal
dengan Preloading Koloid dan Kristaloid
Keterangan :
Untuk Data kategorik nilai p dihitung berdasarkan uji Chi-Square .Nilai kemaknaan berdasarkan nilai p <0,05 ,
Hasil menunjukkan nilai p > 0,05 artinyatidak signifkan atau tidak bermakna secara statistik
Tabel di atas memperlihatkan bahwa 22 responden dengan preloading Koloid tidak
mengalami hipotensi ( 100 % ) sedangkan dengan preloading dengan kristaloid terdapat
sejumlah 2 orang ( 9,1 % ) responden mengalami hipotensi dan hasil uji Chi Square di
dapatkan nilai pada Exact sig (2-sided) = 0,488. Dengan demikian p-Value hitung > p -Value
alpha (0,05) sehingga Ho diterima, artinya Tidak ada Perbedaan efektifitas antara pemberian
Cairan Kristaloid Dan Koloid Terhadap Kejadian Hipotensi Pada Pasien Seksio Caesarea Di
RSUD Kepahiang
19. Pembahasan
variabel umur dan
status ASA pasien.
Semua karakteristik
tersebut memiliki nilai
p > 0,05, maka kedua
kelompok ini dapat
dikatakan homogen
dan dapat dijadikan
suatu perbandingan
Dua kejadian
hipotensi (0.9%) dari
22 sample ditemukan
pada kelompok
dengan preload RL,
sedangkan pada
kelompok Gelafusal
tidak ditemukan
satupun kejadian
hipotensi (0%)
Pada uji hipotesis dengan
non-parametrik Chi-square,
nilai p-Value hitung > p-
Value alpha (0,05)
sehingga Ho diterima atau
nilai p tidak signifikan,
artinya tidak ada Perbedaan
efektifitas antara
pemberian Cairan
Kristaloid Dan Koloid
Terhadap Kejadian
Hipotensi Pada Pasien
Seksio Caesarea Di RSUD
Kepahiang.
20. Kejadian hipotensi digunakan dalam penelitian ini karena
merupakan salah satu parameter penilaian yang mudah untuk
melihat perubahan hemodinamik dan merupakan efek dari
tindakan anestesi spinal dengan obat anestesi yang bekerja
memblokade saraf simpatis sehingga diameter pembuluh darah
perifer menjadi vasodilatasi. Sedangkan preload Gelafusal dan
RL berperan sebagai cairan yang dapat meminimalisir kejadian
hipotensi akibat anestesi spinal ( NHLBI.nih.gov ,2014 )
Pembahasan
Cairan-cairan tersebut memiliki waktu paruh didalam intravaskuler sekitar 20-30
menit. Hipotensi pada anestesi spinal terutama akibat dari blokade saraf simpatis yang
berfungsi mengatur tonus otot pembuluh darah. Blokade serabut saraf simpatis pre
ganglionik yang menyebabkan vasodilatasi vena, sehingga terjadi pergeseran volume
darah terutama ke bagian splanik dan juga ekstermitas bawah sehingga akan
menurunkan aliran darah balik ke jantung (Goswami dalam Tanambel, P. 2015)
21. Ada banyak factor yang mempengaruhi hipotensi pada tindakan
spnal anestesi , diantaranya adalah Ketinggian blok simpatis ,
Kondisi / posisi pasien , Agent / Obat anestesi. Kondisi pasien yang
dihubungkan dengan tonus simpatis basal, juga mempengaruhi
derajat hipotensi. pada pasien dengan keadaan hypovolemia dapat
menyebabkan depresi yang serius pada sistem kardiovaskuler selama
spinal anestesi, oleh sebab itu hypovolemia merupakan salah satu
kontra indikasi pada spinal anestesi (Latief, 2015).
Pembahasan
22. Teori & Penelitian Terkait
• Hal ini serupa dengan hasil penelitian dari Jabalameli et al
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
kejadian hipotensi diantara ketiga kelompok yaitu kelompok
dengan preload kristaloid (44%), koloid (40%), dan
pemakaian ephedrine (46%)
• Teori tersebut juga sesuai dengan penelitian Elham Memary et
al yang membuktikan bahwa didapatkan nilai P yang tidak
signifikan ( P = 0,76 ) atau tidak didapatkan perbedaan yang
bermakna terhadap kejadian hipotensi antara tiga kelompok
dengan preload normal saline (15%), Ringer Lactat (13%), dan
Hydroxyethyl Starch (13%).
23. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Tidak ditemukan kejadian hipotensi (0%) setelah pemberian Cairan
Koloid Sehingga dapat dikatakan bahwa cairan Koloid lebih mampu
menjaga stabilitas tekanan darah dibanding dengan cairan Kristaloid.
2. Ditemukan dua kejadian hipotensi (0,9%) setelah pemberian pemberian
Cairan Kristaloid terhadap Kejadian Hipotensi Pada Pasien Seksio
Caesarea Di RSUD Kepahiang
3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna kejadian hipotensi setelah
pemberian pemberian Cairan Kristaloid dan Koloid terhadap Kejadian
Hipotensi Pada Pasien Seksio Caesarea Di RSUD Kepahiang , nilai pada
Exact sig (2-sided) = 0,488. Dengan demikian p-Value hitung > p -Value
alpha (0,05) Pemakaian preload Kristaloid dan Koloid pada anestesi
spinal pasien sectio cesarea dapat digunakan sebagai pencegah hipotensi
dan menjaga stabilitas tekanan darah akibat anestesi spinal
24. KESIMPULAN DAN SARAN
SARAN
1. Instansi RSUD Kepahiang.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan kebijakan dalam penyusunan SOP
di RSUD
2. Penata Anestesi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan dan pertimbangan penggunaan metode anestesi khususnya
bagi penata anestesi dalam pelaksanaan spinal anestesi pada pemberian
preload cairan sebelum induksi spinal anestesi.
3. Bagi Institusi Pendidikan .
Hasil penelitian ini dapat menjadi perbendaharaan bahan bacaan
kepustakaan dan menambah wawasan mahasiswa tentang perbandingan
efektivitas cairan kristaloid dan koloid terhadap kejadian hipotensi pada
pasien seksio caesarea.