PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...SMK Negeri 6 Malang
Pembelajaran Fisika di kelas VIII E SMP Islam Ma’arif 02 Malang yang selama ini dilakukan dengan metode ceramah bervariasi menyebabkan motivasi dan prestasi belajar rendah. Oleh karena itu, peneliti menerapkan model pengajaran langsung dengan pendekatan kontekstual. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 39 orang siswa di kelas VIII E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat saat penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual, pada siklus I yaitu 66,59% dan pada siklus II yaitu 75,78%. Prestasi belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual adalah 60,8, pada siklus I adalah 62,26, dan pada siklus II adalah 76,07. Dengan demkian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
TUJUAN PTK Tujuan PTK adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah (Muslich, hal. 10). Menurut Suyanto (1997), tujuan PTK adalah meningkatkan dan/atau memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah, meningkatkan relevansi pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan (Basrowi & Suwandi, hal. 54).
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...SMK Negeri 6 Malang
Pembelajaran Fisika di kelas VIII E SMP Islam Ma’arif 02 Malang yang selama ini dilakukan dengan metode ceramah bervariasi menyebabkan motivasi dan prestasi belajar rendah. Oleh karena itu, peneliti menerapkan model pengajaran langsung dengan pendekatan kontekstual. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 39 orang siswa di kelas VIII E. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat saat penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual, pada siklus I yaitu 66,59% dan pada siklus II yaitu 75,78%. Prestasi belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual adalah 60,8, pada siklus I adalah 62,26, dan pada siklus II adalah 76,07. Dengan demkian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
TUJUAN PTK Tujuan PTK adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah (Muslich, hal. 10). Menurut Suyanto (1997), tujuan PTK adalah meningkatkan dan/atau memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah, meningkatkan relevansi pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan (Basrowi & Suwandi, hal. 54).
PowerPoint presentation created for graduate course in Research Methodologies. Very wordy and not my usual style, but had too much information to include to do much style-wise.
deskripsi tentang serangkaian dari beberapa macam dimana hal tersebut mungkin adalah semacam dari suatu hal yang terkait dengan sesuatu yang sangat-sangat penting sekali dan itu yang kami sebut sebagai "makanan sehari-hari"
1. PENELITIAN EKSPERIMEN DI BIDANG PENDIDIKAN
Oleh : Prof. Supardi
BAGIAN I
A. PENDAHULUAN
Setiap guru yang telah senior merasakan bahwa kenaikan pangkat dari IIIa ke
Pembina/IVa sangat mudah, cepat dan lancar tanpa dituntut persyaratan yang
dapat memberatkan guru, akibatnya sangat banyak guru yang menduduki pangkat/
jabatan tersebut. Sedangkan untuk menduduki Pembina Tk.I/gol. IVb harus
memunyai nilai kredit pengembangan profesi. Mengapa banyak guru Pembina/gol.
IVa usulan kenaikan pangkatnya banyak yang belum berhasil? Karena karya
ilmiah (KTI) yang diusulkan belum memenuhi syarat, antara lain: (a)banyak KTI
yang tidak asli, jiplakan, bukan buatan sendiri, (b) KTInya berisi uraian yang terlalu
umum, tidak berkaitan dengan permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan
guru dalam mengembangakan profesinya, (c) sistematika tulisannya tidak
mengikuti sistematika karya ilmiah.
Apakah untuk naik ke Pembina Tk I/IVb melalui pengembangan profesi sangat
berat? Sebenarnya tidak asalkan mau berusaha, belajar, dan menulis sesuai
dengan profesinya sebagai guru. Apakah KTI merupakan satu-satunya kegiatan
pengembangan profesi? Tidak, KTI bukan merupakan satu-satunya kegiatan
pengembangan profesi guru. Namun, karena berbagai alasan yang antara lain
belum jelasnya petunjuk operasional pelaksanaan dan penilaian dari kegiatan
selain KTI, maka kegiatan pengembangan profesi sebagian terbesar dilakukan
melalui KTI. Apa saja jenis KTI itu? KTI itu ada 7 jenis, yaitu penelitian, kajian
Kumpulan Materi Penelitian
Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
2. ilmiah hasil gagasan sendiri, ilmiah populer, makalah seminar, Buku
pelajaran/modul, diktat pelajaran, dan Hasil terjemahan. Dari ketujuh jenis KTI itu,
hasil penelitian yang mempunyai nilai kredit tertinggi, maka guru cenderung
memilih jenis ini untuk kenaikan pangkatnya walaupun banyak yang belum
menguasai cara/metode penelitiannya.
Sebagai contoh; ada seorang guru menghadapi masalah proses pembelajaran di
klas: siswa sulit memahami pokok bahasan pada pelajaran tertentu, sebagian
besar siswa prestasi belajarnya rendah, tidak berani mengeluarkan pendapat,
dan motivasi/minat belajar kurang. Timbul pertanyaan pernahkah guru mencari
upaya untuk mengatasinya? Apa yang harus dilakukan guru? Apa tidak perlu
dicari akar masalahnya? Apa guru tetap mengajar seperti biasanya dan masalah
itu diabaikan? Tentunya tidak, dan ternyata umumnya guru sudah berupaya
untuk mengatasinya dengan berbagai cara/metode/pendekatan melalui
perubahan cara mengajar seperti metode/pendekatan CTL (Contextual Teaching
Learning), Quantum learing, cooperative learning, tutor sebaya, local material
learning, dan lain-lain. Hasilnya menunjuk kan ada perubahan ke arah perbaikan
Hal ini memberi gambaran bahwa guru tersebut sudah melakukan kegiatan
pengembangan profesi, namun belum ditulis secara sistematis sehingga tidak
punya bukti untuk diusulkan kenaikan pangkat melalui pengembangan profesi.
Ada pula guru yang sepulang mengikuti Diklat, langsung mencoba metode
mengajar yang baru saja diperolehnya, dan hasilnya memberikan kepuasan baik
prestasi belajar, suasana belajar maupun keberanian bertanya, dan menambah
percaya diri guru. Guru tersebut sudah melakukan kegiatan ilmiah, sudah
melaksanakan pengembangan profesiya, namun lagi-lagi tidak ada bukti tertulis
yang terdokumensi yang harus disampaikan waktu akan mengusulkan kenaikan
pangkat.
Pada waktu melihat prestasi siswanya rendah guru sudah berpikir bagaimana
cara mengatasinya. Untuk itu, berdasarkan hasil diklat yang diikutinya, mereka
ingin mencoba menerapkan melalui penelitian. Apakah hasil belajar siswa yang
diajar dengan metode belajar yang selama ini dilakukan lebih jelek
Kumpulan Materi Penelitian
Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
3. dibandingkan dengan metode baru yang diperoleh waktu diklat. Untuk
mencoba guru tersebut tidak memahami jenis penelitian apa yang tepat
digunakan untuk mengatasi masalah itu? Guru belum semua menguasai
berbagai jenis penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru dalam
mengatasi masalah pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas, penelitian
deskriptif, penelitian korelasional, dan penelitian eksperimen. Jenis pendekatan
penelitian yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam
membandingkan dua metode pembelajaran terhadap hasil belajar adalah melalui
penelitian eksperimen.
Apakah penelitian eksperimen itu? Apa tujuannya? Bagaimana cara melakukan
yang benar? Bagaimana menulis laporan hasil penelitiannya agar memenuhi
syarat dan dapat nilai kreditnya?. Marilah kita belajar bersama untuk memahami
dan kemudian melaksanakan secara hati-hati dan terarah.
Penelitian eksperimen (Experimental Research) kegiatan penelitian yang
bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment
pendidikan terhadap tingkah laku siswa ata menguji hipotesis tentang ada-
tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain.
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk
meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu
kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan
perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dimaksudkan untuk
menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan
metode pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMU
atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut
bila dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Tindakan di dalam
eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan, semua
variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau
melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin
menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau
Kumpulan Materi Penelitian
Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
4. berarti tidaknya) pengaruh tersebut bila dibandingkan dengan kelompok yang
sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
Apakah perlu kelompok pembanding? Marilah kita renungkan jawaban ini.
Proses yang disebabkan oleh satu macam tindakan/perlakuan, kita tidak pernah
dapat menyatakan bahwa tindakan dan proses itu menghasilkan sesuatu yang
lebih baik, kurang baik, dan kita baru dapat menyatakan kalau sudah
dibandingkan dengan yang lain. Dari suatu tindakan kita hanya dapat
menyatakan bahwa proses begini dan begitu itu akan menimbulkan gejala yang
begini atau begitu. Gejala itu baru dapat dikatakan lebih baik jika gejala lain jadi
ukuran sebagai pembanding. Karena itu dalam suatu eksperimen ilmiah dituntut
sedikitnya dua grup, yang satu ditugaskan sebagai grup pembanding (control
group), sedang grup yang satu lagi sebagai grup yang dibandingkan
(experimental group).
Bagaimana cara melaksanakan jenis penelitian eksperimen ini ?. Untuk
melaksanakan suatu eksperimen yang baik, kita perlu memahami terlebih dahulu
segala sesuatu yang berkait dengan komponen-komponen eksperimen. Baik
yang berkaitan dengan pola-pola eksperimen (design experimental), maupun
penentuan kelompok eksperimen dan kontrol, bagaimana kondisi kedua
kelompok sebelum eksperimen dilaksanakan, cara pelaksanaannya, kesesatan-
kesesatan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, cara pengumpulan
data, dan teknik analisis statistik yang tepat digunakan. Hal itu semua, para
guru dapat mempelajari, mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan penelitian
itu, tanpa meninggalkan tugas sehari-hari di kelas.
B. MEMPERSIAPKAN EKSPERIMEN
Marilah kita mempersiapkan penelitian eksperimen secara baik. Sebelum peneliti
melaksanakan treatment/perlakuan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Sebagai ilustrasi seorang guru akan mengadakan percobaan tentang
Kumpulan Materi Penelitian
Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
5. keampuhan dua metode mengajar dalam bidang Matematika, Mana di antara
dua macam metode yang dapat memberikan prestasi belajar lebih baik (metode
pemahaman konsep atau metode pemecahan soal). Karena, ditemukan selama
guru menggunakan metode pemahaman konsep prestasi belajar siswanya
belum menggembirakan.
1. Langkah awal dijumpai ada problem terhadap prestasi belajar matematika
yang selama ini diajarkan melalui metode pemahaman konsep. Seorang guru
matematika waktu mengikuti diklat mendapat metode baru yaitu metode
pemecahan soal“ muncul pertanyaan: manakah di antara dua metode
pembelajaran Matematika yang dapat menumbuhkan prestasi belajar lebih
baik?.
2. Tujuannya: Untuk mengetahui apakah metode pemecahan soal lebih baik
dalam mengembangkan kecakapan matematika dibandingkan dengan
pemahaman konsep (Untuk mengetahui pengaruh metode pemecahan soal
terhadap prestasi belajar matematika). Guru juga dapat mengetahui sikap
siswa terhadap metode pembelajaran tersebut.
3. Langkah berikutnya, mencari dasar teori yang berkaitan dengan variabel
penelitian (metode pembelajaran pemecahan soal dan pemahaman konsep,
serta prestasi belajar). Diupayakan adanya kerangka pemikiran yang
mengarah pada simpulan bahwa metode pemecahan soal lebih baik dalam
menanamkan pemahaman matematika dibandingkan dengan metode
pemahaman konsep.
4. Selanjutnya, perlu dikemukakan hipotesisnya: “Metode pemecahan soal lebih
baik dibandingkan metode pemahaman konsep dalam meningkatkan prestasi
belajar matematika”. Hipotesis ini diperlukan untuk pedoman peneliti dalam
merancang lebih lanjut..
5. Langkah awal bagian metode penelitian adalah melakukan pengukuran
kepada dua kelompok yang siswanya mempunyai kesamaan kemampuan
/IQ dalam matematika. Dari dua kelompok yang sudah mempunyai
kesamaan itu dipilih secara random untuk menentukan mana kelompok
kontrol dan mana yang akan ditugaskan sebagai kelompok eksperimen.
Kumpulan Materi Penelitian
Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
6. 6. Menentukan siapa guru yang akan ditugasi untuk mengajar pada masing-
masing kelopok tersebut. Bilamana telah mendapatkan guru yang memiliki
kualitas yang sama, dipilih secara random untuk ditugaskan ke kelompok
eksperimen/kontrol. Kalau gurunya sama/satu orang, wajib menjaga
obyektivitas dalam menerapkan kedua metode tersebut.
7. Persiapkan materi ajar dan rincian tindakan yang akan dilakukan pada
metode yang telah ditetapkan untuk kedua kelompok tersebut.
Sesudah memahami langkah-langkah tersebut, kita perlu melihat kembali hal hal
mendasar yang perlu diperhatikan sebelum eksperimen dilakukan. Kalau semua
komponen tersebut sudah dipersiapkan dengan baik dan lengkap barulah
mencoba menyusun rancangan/desain eksperimennya.
C. FAKTOR YANG PERLU DIKONTROL
Sebelum eksperimen dilaksanakan ada berbagai faktor, variable, serta kondisi
apa saja yang berkaitan dengan kegiatan eksperimen perlu diperhatikan. Hal ini
untuk mengantisipasi adanya perbedaan sesudah eksperimen itu benar-benar
disebabkan oleh metode bukan karena faktor lain. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan antara lain sebagai berikut :
a) Latar belakang kebudayaan. Pelajar yang mempunyai kebudayaan yang
berbeda besar kemungkinan mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda
pula. Untuk itu perlu diperhatian agar adanya perbedaan bukan karena faktor
ini tetapi faktor metode mengajarnya. Ada siswa yang setiap hari selalu
belajar bersama dengan kakak-kakaknya, mengikuti pelajaran tambahan
setiap sore.
b) Dasar matematika; Sebelum eksperimen dimulai siswa masing-masing
kelas/kelompok perlu diseimbangkan agar tidak terjadi salah satu kelas terdiri
atas siswa yang pandai sedang lainnya terdiri atas siswa yang sedang dan
Kumpulan Materi Penelitian
Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
7. kurang pandai. Sehingga adanya perbedaan hasil akhir eksperimen bukan
disebabkan oleh metode mengajar tetapi oleh kondisi siswa yang berbeda.
c) Ruangan kelas. Ruangan kelas kedua calon kelompok eksperimen dan
control itu harus dibuat sedemikian sehingga tidak ada perbedaan
kebisingan, kepengapan, ventilasi, serta tata ruang lainnya.
d) Waktu belajar: Perlu diperhatikan waktu berlangsungnya jam pelajaran,
tidak diperkenankan kelompok eksperimen (E) masuk pagi kelompok control
(K) masuk sore atau sebaliknya.Jika kelas E masuk pagi, kelas K harus
masuk pagi, kalau kelas E masuk jam 8.00 kelas K tidak boleh masuk jam
12.00, sehingga hasil eksperimen dikotori oleh faktor masuk sekolah. Jumlah
jam kedua kelas/kelompok harus sama
e) Cara mengajar : Metode-metode yang akan dicobakan harus ditetapkan
dan dirancang lebih dahulu serta dijalankan secara tertib dan benar. Cara
guru mengajar harus sesuai dengan pola yang ditetapkan dalam desain
eksperimen yang dipersiapkan.
f) Guru/pengajar : Latar belakang pendidikan, serta pengalaman mengajar di
upayakan mempunyai derajat yang seimbang. Demikian tingkat kedisiplinan
maupun kemampuannya.
g) Lain-lain : walaupun peneliti sudah berupaya mengendalikan variable non
eksperimen agar tidak memengaruhi hasil eksperimen, namun sering
dijumpai adanya kejadian yang sulit dikontrol dan diprediksi, misalnya: tiba-
tiba dijumpai adanya anak yang suka mengganggu jalannya pelajaran,
sehingga memengaruhi temannya untuk tidak disiplin, atau terganggu
konsentrasinya akibat ulah satu atau beberapa temannya. Dapat terjadi pula
adanya pemberian bimbingan belajar di luar jam pelajaran, baik oleh anggota
keluarga atau yang lain..
Perlu disadari bahwa sebenarnya banyak sekali faktor yang mungkin dapat
berpengaruh terhadap eksperimen. Oleh karena itu, peneliti eksperimen perlu
hati-hati pada setiap langkah agar selalu memperhatikan adanya kemungkinan
timbulnya kesesatan, dan ada upaya untuk mengendalikan.
Kumpulan Materi Penelitian
Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
8. D. KESESATAN DALAM EKSPERIMEN
Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau
tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut
variable. Dalam eksperimen selalu dibedakan adanya variable-variabel yang
berkaitan secara langsung diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan
tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen sering
disebut variabel eksperimental atau treatment variable, dan variable yang
tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen
disebut variabel noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi yang
hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk
mengetahui pengaruh varibel itu, kedua kelompok , yaitu kelompok
eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda
( misalnya metode pemecahan soal untuk kelompok eksperimen dan metode
pemahaman konsep untuk kelompok control) atau yang bervariasi.
Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel yang dikontrol atau
controlled variabel. Akan tetapi sebagian lagi dari variabel non-eksperimen ada
di luar kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau dikendalikan. Ini disebut
variabel ekstrane atau extraneous variabel. Dalam setiap eksperimen, hasil
yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan oleh
variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane.
Oleh karena itu, setiap guru yang akan melakukan eksperimen harus
memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.
Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/guru/
pengawas dari kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara
mutlak disebabkan tindakan yang diberikan, tetapi sebagian lagi karena adanya
variable luar/ekstrane yang ikut memengaruhinya. Besar kecilnya pengaruh
Kumpulan Materi Penelitian
Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
9. variable ekstrane yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dengan yang
diobservasi dalam hasil eksperimen disebut kesesatan atau errors. Dalam
eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis kesesatan yaitu : (1) Kesesatan
konstan, dan (2) Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris).
Kesesatan konstan merupakan pengaruh akibat variable ekstrane, yang selalu
ada dalam setiap eksperimen. Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat
diukur dan sulit untuk dikendalikan, serta tidak mudah untuk diperhitungkan dan
dipisahkan dengan perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh variable eksperimen.
Sebagai contoh dari kesesatan konstan adalah sebagai berikut:
Suatu penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu
metode (pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika. Prosedur
eksperimen telah dilaksanakan sesuai dengan metodologis yang benar, maka
peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa nanti secara
mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia tidak menyadari
adanya berbagai variable yang mungkin dapat mengganggu proses dan hasil
eksperimen. Variabel pengganggu kesesatan konstan; misalnya pada
kelompok kontrol terdapat anak-anak/siswa yang pada sore hari ikut pelajaran
tambahan/privat. Di samping itu, banyak orang tua/keluarga yang peduli sekali
terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya, sehingga anak itu selalu
diawasi orang tuanya. Ditinjau dari segi guru yang mengajar di kelompok kontrol
mempunyai kecakapan mengajar, penguasaan bahan ajar, kepribadian, dan
pendekatan kepada siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur kemampuan
siswa baru mampu mengukur sebagian dari kecakapan dan materi yang
diajarkan. Variabel-variabel tersebut merupakan variable luar/ekstrane yang sulit
diperhitungkan, sulit dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya kesesatan
konstan.
Dengan adanya kesesatan itu, akibatnya setelah data akhir eksperimen
diperoleh dan dianalisis terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar
matematika bagi siswa kelompok eksperimen yang diberi perlakukan metode A
(pemecahan soal) dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode B
Kumpulan Materi Penelitian
Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
10. (pemahaman konsep). Mengapa hal ini terjadi ? Pada hal secara teori jelas
bahwa metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan dengan metode
pemahaman konsep. Apa jawabannya? Hal ini terjadi karena banyaknya variabel
luar/ekstrane yang muncul pada suatu kelompok tertentu pada saat waktu
pelaksanaan eksperimen. Jadi hasil belajar pada siswa kelompok kontrol telah
dicemar oleh varibel ekstrane yang peneliti tidak mampu memperhitungkan.
Pada hal kalau eksperimen berjalan dengan mulus tanpa banyak dipengaruhi
variable yang menyesatkan, besar kemungkinan metode yang dicobakan pada
kelompok eksperimen akan mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik.
Kemudian, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan guru yang akan melakukan
eksperimen? Perlu mempersiapkan secara maksimal berbagai komponen
yang berkaitan dengan metode yang akan dieksperimenkan pada bidang materi
pelajaran tertentu, baik yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang akan
ditreatmenkan/diperlakukan, materi pelajaran, guru pelakasana tindakan, siswa
yang dikenai tindakan, kondisi/situasi kelas, lingkungan belajar, maupun
komponen lain yang mungkin dapat memengaruhi hasil eksperimen. Selama
proses kegiatan ekperimen berlangsung, peneliti perlu memperhatikan adanya
variabel lain yang dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi munculnya variabel luar yang dapat menyesatkan hasil
eksperimen.
Kemudian, apa yang dimaksud dengan kesesatan tidak konstan itu?
Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa
kelompok dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu kelompok lain.
Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk dapat diperhatikan atau
dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperimen, atau menentukan pola
eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan kedalam tiga jenis, yaitu:
1). Kesesatan tipe S (Subyek).
2). Kesesatan tipe G (Grup), dan
3). Kesesatan tipe R (Replikasi).
Kumpulan Materi Penelitian
Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
11. Untuk mendapatkn pemahaman tentang beberpa tipe kesesatan tersebut di atas
berikut ini disampaikan penjelasan singkatnya.
a) Kesesaatan Tipe S
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subjeks sampling pada
suatu penugasan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok
pembanding/kontrol pada suatu eksperimen. Kejadian ini kemungkinan
muncul karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu terhimpun
beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan salah satu dari
kelompok. Misalnya, dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui pengaruh
metode terhadap hasil belajar matematika pada suatu kelas di sekolah dasar,
mungkin sekali secara kebetulan pada kelas pembanding terhimpun siswa
yang memiliki IQ yang tinggi dan rajin belajar.Setelah proses eksperimen
berakhir, diadakan tes kepada kedua kedua kelompok secara bersamaan.
Setelah diadakan analisis statistik dengan menggunakan uji t diperoleh
kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara metode A dan
metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas tertentu pada
SD tersebut. Mengapa demikian? Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari
kedua kelompok eksperimen (kontrol dan eksperimen) bukan disebabkan
oleh pengaruh metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S) yang
ditugasi pada kedua kelompok tersebut. Maka dalam pelaksanaan
eksperimen, distribusi subyek yang akan ditugasi pada kelompok-kelompok
eksperimen harus diseimbangkan, hal ini agar mendapatkan perhatian bagi
para peneliti eksperimen pembelajaran.
b) Kesesatan Tipe G
Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang
mempengaruhi satu atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan
eksperimen, tetapi tidak menyangkut seluruh kelompok yang digunakan.
Dalam suatu eksperimen bidang pembelajaran seorang guru yang ditugasi
untuk mengajar dengan metode CTL (eksperimen), sedemikian baiknya
sehingga memberikan pengaruh yang sangat sistematis terhadap prestasi
Kumpulan Materi Penelitian
Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org
12. belajar siswa, dan sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru yang kurang
mempunyai motivasi mengajar, kurang menguasai bahan ajar, dan bahkan
kurang disiplin. Demikian pula kalau dalam suatu kelompok eksperimen
terdapat siswa yang nakal, dan sering mengganggu teman waktu pelajaran
sedang berlangsung, akan mempengaruhi hasil eksperimen pada kelas
tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan tipe G telah memengaruhi
eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.
c) Kesesatan Tipe R
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang
dilakukan secara serentak dengan menggunakan sample dari bermacam-
macam sub-populasi. Pada eksperimen tersebut disebut Replikasi.
Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul.
Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang
dilakukan beberapa kali umumnya dikerjakan seorang guru. Akan tetapi, guru lain
juga dapat mereplika (mengulangi dalam keadaan yang sama) setelah memahami
apa yang dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan tipe R ini terjadi bilamana
variabel luar memberikan pengaruh secara sistematis terhadap satu replikasi,
tetapi tidak memberikan pengaruh pada replikasi yang lain. Metode mengajar yang
pernah diberikan sebelumnya mungkin memberikan landasan yang sangat
menguntungkan bagi metode yang sedang dicobakan, dan tidak demikian halnya
yang ada pada kondisi sebaliknya. Metode yang akan dicobakan ternyata sudah
biasa diberikan, sehingga siswa pada sekolah itu akan mendapatkan prestasi
belajar yang lebih baik daripada sekiranya mereka diajarkan dengan metode lain.
Kalau eksperimen ini dilaksanakan pada suatu sekolah, maka perbedaan
pengaruh variabel yang diobservasi dapat dianggap bebas dari kesesatan R itu.
Tetapi kalau ditinjau dari segi banyaknya replikasi pada suatu eksperimen yang
diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan tipe ini dan berpengaruh
terhadap rerata dari variabel yang dieksperimenkan.
Kumpulan Materi Penelitian
Dihimpun Oleh : SUMARSO, S.Pd.
Dari : www.ktiguru.org