Di zaman modern ini, semakin beragam tingkah laku serta masalah yang ada di lingkungan remaja.
Ada hal positif, tetapi ada hal negatif yang dapat menyeret remaja dalam pergaulan bebas dan dapat berdampak buruk bagi remaja.
Pergaulan bebas oleh remaja biasanya bagian dari eksistensi diri, pelampiasan emosi atau rasa kecewa yang dialami.
autis merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus. anak autis mengalami gangguan perkembangan saraf yang kompleks dan ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku terbatas, berulang-ulang dan karakter stereotip.
Di zaman modern ini, semakin beragam tingkah laku serta masalah yang ada di lingkungan remaja.
Ada hal positif, tetapi ada hal negatif yang dapat menyeret remaja dalam pergaulan bebas dan dapat berdampak buruk bagi remaja.
Pergaulan bebas oleh remaja biasanya bagian dari eksistensi diri, pelampiasan emosi atau rasa kecewa yang dialami.
autis merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus. anak autis mengalami gangguan perkembangan saraf yang kompleks dan ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku terbatas, berulang-ulang dan karakter stereotip.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Â
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. 8 Fungsi Keluarga
1. Fungsi
Agama
5. Fungsi
Reproduksi
2. Fungsi Sosial
Budaya
3. Fungsi Cinta Kasih
4. Fungsi
Perlindungan
6. Sosialisasi
Pendidikan
7. Fungsi Ekonomi
8. Fungsi Lingkungan
5. Masalah yang Sering Dihadapi Remaja
â—Ź Kecemasan
â—Ź Depresi
â—Ź Self Harm
â—Ź Masalah Akademis
â—Ź Masalah dalam Relasinya dengan Orang Tua, Teman dan
Pacar
â—Ź Toxic Relationship
â—Ź Bullying
â—Ź Pergaulan Bebas
â—Ź Kecanduan Gadget
6. Temuan WHO
(World Health Organization (WHO))
mengatakan 1 dari 4 remaja di usia
remaja menderita gangguan kesehatan
jiwa.
7. Penyebab
Penyebabnya bermacam-macam, mulai
dari aktifnya hormon
reproduksi, perkembangan otak yang
terus berlangsung, serta pembentukan
identitas diri mereka. Hal ini tentu dapat
disertai ketidakstabilan emosi atau
pengambilan keputusan yang sering kali
impulsif.
8. Ciri-ciri Gangguan Panik
• Berkeringat
• Palpitasi (berdebar-debar)
• Merasa seperti tersedak atau sesak di dada
• Nyeri dada
• Merasa seperti mengalami serangan jantung
• Ketakutan
• Gemetar
• Merasa seperti tidak berdaya
Orang yang mengalami gangguan panik akan mengalami serangan
panik atau atau kecemasan berlebihan secara tiba-tiba dan berulang kali,
tanpa alasan yang jelas. Frekuensi dan tingkat keparahannya pun
bervariasi.
9. Gangguan Kecemasan Sosial
• Takut atau enggan untuk berinteraksi dan menyapa
orang lain, terutama orang yang tidak dikenal.
• Memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah.
• Menghindari bertatapan mata dengan orang lain.
• Takut dikritik atau dihakimi orang lain.
• Malu atau takut untuk bepergian ke luar rumah atau
berada di tempat umum.
Merupakan rasa cemas atau takut yang luar biasa terhadap situasi sosial atau interaksi dengan
orang lain, baik sebelum, sesudah, maupun selama berada dalam situasi tersebut.
Orang dengan gangguan kecemasan sosial akan merasa takut untuk mengatakan atau
melakukan sesuatu di depan orang lain atau di tempat umum, karena menganggap hal tersebut
akan mempermalukan mereka.
10. Gangguan Kecemasan Umum
• Gemetar dan keringat dingin
• Otot tegang
• Pusing dan sakit kepala
• Mudah marah
• Susah tidur
• Dada berdebar-debar
• Sering merasa lelah
• Sesak napas
• Merasa sering ingin berkemih
• Tidak nafsu makan
Merasakan cemas secara berlebihan yang menetap dalam
waktu lama, biasanya hingga lebih dari 6 bulan. Penderita
GAD akan sangat mengkhawatirkan dan memikirkan banyak
hal (overthinking). Hal-hal yang dipikirkan bisa beragam,
misalnya keuangan, kesehatan, pendidikan, masa depan,
atau pekerjaan dll.
Seseorang yang menderita gangguan kecemasan
umum biasanya tidak bisa fokus pada suatu hal, sulit
berkonsentrasi, dan tidak bisa merasa santai.
11. Depresi
Ciri-ciri orang depresi dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu psikologi dan fisik. Dari aspek
psikologi, ciri-ciri depresi meliputi:
• Selalu dibebani rasa bersalah dan sering menyalahkan diri sendiri
• Merasa putus asa, rendah diri, dan tidak berharga atau memiliki self esteem yang
rendah
• Selalu merasa cemas dan khawatir yang berlebihan
• Suasana hati yang buruk atau sedih secara berkelanjutan
• Mudah marah atau sensitif, serta mudah menangis
• Sulit berkonsentrasi, berpikir, dan mengambil keputusan
• Menjadi apatis terhadap lingkungan sekitarnya
• Tidak tertarik dan tidak memiliki motivasi terhadap segala hal (anhedonia)
• Timbul ide untuk menyakiti diri sendiri atau percobaan bunuh diri
12. Sementara itu, dari aspek fisik, ciri-ciri depresi terdiri dari:
• Selalu merasa kelelahan dan hilang tenaga
• Selera makan menurun atau tidak berselera makan
• Insomnia atau malah terlalu banyak tidur
• Pusing atau rasa nyeri yang tidak jelas alasannya
• Gerak tubuh dan cara bicara lebih lambat dari biasanya
• Tidak ada gairah seksual
• Berat badan turun secara drastis atau naik drastis
Penderita depresi tidak selalu merasakan gejala yang sama, tergantung pada
keparahan depresi yang dialami. Depresi ringan dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari dan hubungan sosial. Pada kondisi yang berat, penderita benar-benar
tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan membina hubungan dengan orang
lain.
13. Tanda Self Harm Secara Fisik
Mayoritaspelakuselfharmbiasanyamenargetkantangan,lengan,kaki,dan bagian
depantubuhuntukdilukai.Alasannyakarenatempatini mudahdijangkaudandapat
disembunyikandibalik pakaian.
1. Bekasluka
2. Goresanatauluka baru
3. Memar
4. Patahtulang
5. Bercakrambutyanghilang
14. Self Harm Secara Psikis
1. Berdalihbahwacederaterjadiakibatkecelakaandantidakdisengaja
2. Seringmenghabiskanwaktusendirian
3. Terlihatkesulitanmenjalanipersahabatan
4. Menyimpanbendatajamataualatuntukmelukaidiri sendiri
5. Menarikdiridariaktivitasyangpernahdinikmati
6. Perilakuimpulsifyangtidakdapatdiprediksi
15. Masalah Akademik
Tidak sedikit anak remaja yang merasa kesulitan untuk mengikuti
pelajaran, sering mendapat nilai jelek, prestasi menurun, tidak betah di
sekolah, hingga melakukan bolos sekolah. Belum lagi tekanan dari
orangtua yang menuntut anak remajanya untuk berprestasi, seperti selalu
mendapat ranking 1, harus selalu dapat nilai bagus, atau diterima di
sekolah favorit. Tidak sedikit juga anak-anak yang putus sekolah di usia
remaja.
16. Masalah dalam Relasinya
dengan Orang Tua, Teman dan
Pacar
Karena perasaannya yang lebih sensitif dan labil, remaja juga bisa
mengalami masalah dengan orang terdekat. Misalnya, ketika dinasehati
orangtua, ia tidak terima dan malah melawan atau bahkan pergi dari
rumah.Selain itu, ketika tersinggung dengan perkataan sahabatnya, ia
mungkin jadi memusuhi sahabatnya. Sebaliknya, ia juga bisa dimusuhi
sehingga membuatnya merasa sedih dan depresi.
17. Bullying
Korban bullying memiliki risiko lima kali lebih besar mengalami
gangguan mental emosional:
1. Ketakutan dan cemas --- rutinitas sekolah terganggu
2. Kesal, marah dan dendam
3. Malu dan kecewa pada diri sendiri
4. Merasa tidak berdaya
5. Tidak PD --- minder
6. Menarik diri dari pergaulan/penyendiri
7. Prestasi akademik merosot
8. Depresi
9. Bunuh diri
18. Pergaulan Bebas
â—Ź Memiliki rasa ingin tahu yang berlebih pada hal yang bersifat negatif. Contohnya narkoba.
â—Ź Melakukan pemborosan uang untuk membeli barang yang kurang penting.
â—Ź Menggunakan obat-obatan terlarang, seperti narkoba untuk memenuhi keinginannya.
â—Ź Kecanduan menonton konten pornografi, bahkan melakukan seks bebas.
â—Ź Berinteraksi secara berlebihan dan sangat mencari perhatian lawan jenis.
â—Ź Mengonsumsi alkohol atau minuman keras.
â—Ź Mudah mengalami kegelisahan, tidak sabar, emosional, selalu ingin melawan, atau rasa malas.
19. Kecanduan Pornografi
â—Ź Sering tampak gugup apabila ada yang mengajaknya berkomunikasi
â—Ź Malas, enggan belajar, enggak bergaul enggan lepas dari gawainya (gadget)
â—Ź Senang menyendiri, terutama di kamarnya
â—Ź Tidak punya gairah beraktivitas
â—Ź Melupakan kebiasaan baiknya
â—Ź Cemas rahasianya terbongkar
â—Ź Sulit bersosialsiasi, baik dengan keluarga maupun dengan teman-temannya
â—Ź Mudah marah dan tersinggung
â—Ź Pikiran kacau karena selalu tertarik mencari materi pornografi
â—Ź Pelupa dan sulit konsentrasi
20. Kecanduan Gadget
• Rutinitas terganggu: malas makan, malas mandi, terlambat sekolah, dll.
• Gangguan kesehatan mata, radang jempol, perubahan struktur tulang belakang.
• Menjadi lebih mudah marah dan panik jika tanpa gadget.
• Fear of Missing Out (FOMO)
• Sering merasa kesepian karena berjam-jam menghabiskan waktu tanpa bersosialisasi dengan
orang lain. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi dan gangguan kecemasan.
• Sulit fokus atau berkonsentrasi ketika belajar.
• Menurunnya prestasi belajar.
23. Sibuk Bersosmed
Interaksi di dunia nyata
bergeser ke dunia maya.
Doyan sekali update.
Wawasannya Luas
Informasi dapat diakses oleh
siapa saja dan dari mana saja,
termasuk hoax serta konten
dengan unsur pornografi.
Game Tiada Henti
Sulit lepas dari game
bahkan sampai lupa
makan dan tidur.
Era 4.0 membuat anak-anak kita menjadi sangat terbiasa
dengan gadget dan dunia maya. Ini memunculkan fenomena:
02
Mager
Malas bergerak karena
saat ini semua hal begitu
dimudahkan.
01
03
04
24. Dampak Games Online pada Anak
1. Memberi efek candu dan penasaran
2. Anak asik dengan dunia maya sehingga malas
bersosialisasi
3. Rutinitas terganggu: malas makan, malas mandi, terlambat
sekolah, dll.
4. Konsentrasi dan prestasi belajar menurun
6. Anak mudah marah dan emosi karena konten yang diakses
mengajarkan kekerasan fisik dan verbal sehingga
meningkatkan agresifitas
7. Paparan Pornografi dan agresifitas
5. Gangguan kesehatan mata, radang jempol, perubahan
struktur tulang belakang
25. Anak lebih mempercayai teman daripada
orangtua dan keluarga?
Apa yang Bunda alami dan rasakan?
26. Mengapa orangtua dan anak remajanya berpikir dan
berperilaku dengan cara yang berbeda?
Beda generasi, beda situasi.
Oleh sebab itu, kita perlu menyesuaikan diri
dalam mendidik anak di masa ini.
28. 1. Memberi pendidikan agama dan
menerapkan perilaku taat
beragama dalam kehidupan
sehari-hari supaya ia punya
kontrol diri.
01
29. Belajar teknologi
Kita harus terus belajar bersama anak
agar mampu mengikuti perkembangan
zaman sehingga lebih mudah
memahami dan mengarahkan mereka.
02
31. Apa yang Dirasakan oleh Remaja?
â—Ź Sangat ingin diterima oleh
kelompok sebayanya.
â—Ź Ingin mendapat pengakuan atas
apa yang ia lakukan/hasilkan.
â—Ź Mulai tertarik dengan lawan jenis.
â—Ź Sering kurang sependapat dengan
orangtua.
â—Ź Kadang merasa tertekan dengan
tuntutan-tuntutan untuk bersikap
dewasa.
â—Ź Kecanggungan karena
berbagai perubahan yang mulai
terjadi pada kondisi fiisiknya.
â—Ź Emosi yang labil.
â—Ź Kegelisahan
â—Ź Ingin banyak mencoba hal
baru (eksperimentasi dan
eksplorasi).
â—Ź Tidak mau dianggap anak
kecil lagi.
32. Apa yang Dibutuhkan oleh Remaja?
Rasa Yakin/Percaya bahwa
Orangtua Mendukung Dirinya.
Punya Gambaran tentang
Masa Depan/Tujuan/Cita-cita.
Mengenal Kemampuan Dirinya/Paham
Apa yang Bisa Dia Lakukan >
Membentuk Identitas Diri
34. Pengaruh Pola Pengasuhan terhadap Remaja
Pengasuhan Demokratis
Orangtua melibatkan anak
remaja dalam diskusi dan
pegambilan keputusan sehari-
hari. Mereka didengarkan dan
diizinkan untuk
bicara/menyampaikan
pendapatnya bukan hanya
harus menuruti apa kata
orangtuanya.
Pengasuhan Otokratis
Orangtua mendikte dan
mengendalikan
sepenuhnya apa saja
yang harus dilakukan oleh
anak remajanya. Anak
remaja tidak diberi ruang
untuk menyampaikan
pikiran dan perasaannya.
Pengasuhan Permisif
Orangtua melepas anak
remajanya untuk
menjalani hidupnya
dengan bantuan dan
arahan yang sangat
sedikit dari orangtua.
Anak tumbuh PD, mampu
berpendapat, belajar
menentukan sikap disertai
pertimbangan logis.
Anak menjadi rapuh, tidak
mampu mengambil
keputusan, kurang
mandiri/bergantung.
Mengalami
kebingungan/hilang arah,
rentan dipengaruhi
lingkungan negatif.
36. Kadang-kadang (tanpa sadar) ada hal-hal yang
melukai perasaan anak …
1. Membanding-bandingkan
kemampuan/pencapaian anak kita dengan
anak orang lain.
2. Terlalu banyak menuntut dan mengkritik,
lupa menghargai proses/upaya anak.
3. Hanya bicara pada anak saat ada perlunya
saja. Misal: Menanyakan PR, menyuruhnya
melakukan sesuatu atau marah-marah saat ia
berbuat salah. Sedangkan di waktu luang,
jarang sekali ngobrol akrab untuk memahami
apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan,
apakah dia sedang senang, sedih, marah
atau takut, apakah sedang terbebani oleh
suatu masalah dst.
37. Kadang-kadang (tanpa sadar) ada hal-hal yang
melukai perasaan anak …
4. Bersikap tidak konsisten. Misalnya:
menyuruh anak belajar dan berhenti main HP
tetapi orangtuanya asik main HP sambil
nonton TV.
5. Saat sedang marah, mengungkit-ungkit
kesalahan anak yang sudah berlalu dan
menghubung-hubungkannya dengan
kesalahan yang baru saja dia lakukan
padahal itu tidak berhubungan.
6. Tidak meminta maaf kepada anak setelah
melakukan suatu kesalahan atau setelah
menyadari bahwa respon orangtua ternyata
terlalu berlebihan.
38. Mari, menjadi
orangtua yang cerdas
mengelola emosi
1. Sering terpancing emosi menghadapi
ulah remaja? Yuk, sama-sama belajar
caranya mengolah perasaan kita.
06
39. Sebagian dari kita cenderung langsung meluapkan emosi kepada anak sesaat
setelah merasa terusik dengan perilakunya, lalu kita menyesalinya.
Hubungan dengan anak jadi tak karuan, pesan yang disampaikan dengan nada
tinggi ternyata tetap tak diperhatikan.
Jadi kalau emosi, apa yang perlu kita lakukan?
Ambil Jeda
Tarik nafas.
Tenangkan diri.
Tidak perlu terburu-
buru merespon.
Aware (Sadari)
Kenali emosi, “Apa yang
kurasakan saat ini?”
40. Emosi, apa yang perlu kita lakukan?
Accept (Menerima) +
Allow (Mengizinkan)
Rasakan emosi yang hadir
dan terimalah perasaan
yang bermunculan. Sejenak
izinkan diri sendiri
merasakan respon emosi
yang wajar/sesuai situasi.
Away (Alirkan)
Alirkan emosi dengan cara-cara seperti:
-Membayangkan emosi itu mengalir
bersama hembusan napas kita,
berolahraga, bercerita dengan
suami/orang yang kita percaya,
menuliskan pikiran dan perasaan kita
sampai lega dsb.
41. Kalau sudah berhasil
mengendalikan diri
sendiri, barulah kita
ajak anak untuk
bicara sebagai
seorang teman yang
peduli dan
menyayangi dia apa
adanya.
42. Setiap orang akan merasa
senang dan nyaman jika orang
lain mau dan mampu
memahaminya. Begitu pula
dengan anak remaja kita.
43. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.
Thanks!
Kristika Sadtyaruni, M.Psi., Psikolog
Telp/WA 081 318 627 199
Klinik Psikologi RSUD Gambiran
Kota Kediri (0354 – 2810001)
www.bepsychology.co.id
FB : kristika sadtya
IG : @kristikasadtya