Makalah ini membahas tentang pendidikan karakter dalam Islam. Isinya meliputi pengertian pendidikan karakter, hubungannya dengan akhlak, pandangan Islam, contoh-contoh dalam Alquran dan hadits, serta peran pendidikan karakter untuk kemajuan bangsa. Islam sangat mengedepankan pendidikan karakter dan telah memberikan pedoman melalui teladan Nabi Muhammad SAW.
Konten ini berisi Tugas Mata Kuliah Filsafat yang membahas bagaimana hubungan antara Filsafat,Ilmu dan juga Agama.
Semoga bermanfaat dan bisa digunakan sebagaimana mestinya. :)
Konten ini berisi Tugas Mata Kuliah Filsafat yang membahas bagaimana hubungan antara Filsafat,Ilmu dan juga Agama.
Semoga bermanfaat dan bisa digunakan sebagaimana mestinya. :)
Ini adalah presentasi pembuka dalam sebuah pelatihan flash. sehingga materi pendukung dan file yang sudah jadi dapat diakses di excellentmultimedia.wordpress.com.
Udah lama banget sih, tapi semoga bermanfaat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk teori kepribadian dan terapi psikoanalitik ini muncul dalam konteks medis dengan asumsi dasar bahwa klinisi menangani patologi. Pendekatan psikoanalisis juga dikenal dengan istilah psikodinamik yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Pendekatan-pendekatan psianalisis atau psikodinamik menganggap bahwa tingkah laku abnormal disebabkan oleh faktor-faktor intrapsikis (konflik tak sadar, represi, mekanisme defensive), yang mengganggu penyesuaian diri.
Pikoanalisis merupakan sebuah metode yang sangat berpengaruh mengobati gangguan mental, dibentuk oleh teori psikoanalitik, yang menekankan proses mental bawah sadar dan kadang-kadang digambarkan sebagai "psikologi mendalam."
Gerakan psikoanalitik berasal dari pengamatan klinis dan formulasi dari psikiater Austria yang bernama Sigmund Freud, yang menciptakan istilah itu selama 1890-an, Freud dikaitkan dengan yang lain Wina, Josef Breuer, dalam studi pasien neurotik bawah hipnosist. Freud dan Breuer mengamati bahwa, ketika sumber ide pasien dan impuls dibawa ke dalam kesadaran selama kondisi hipnosis, pasien menunjukkan perbaikan.
Norman D. Sundberg dkk (2007:190) Bagaimana Freud memikirkan tentang masalah psikologis? Hal ini dapat dilihat dari ilustrasi pemikiran awal Freud-Katharina disebuah buku terbitan 1895, Studies on Hysteria (Breuer dan Freud, hal. 125-134).Psikoanalisa dapat dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin tidak dipahami seluruhnya. Namun psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi yang unik, tidak sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak pengaruhnya pada bidang lain di luar psikologi, melalui pemikiran Freud.
Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan pada awalnya bahwa prilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas pada awalnya (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dengan model Psycoanalytical?
2. Bangaimanakah pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis?
3. Sebutkan dan jelaskan struktur kepribadian ?
4. Bangaimanakah dinamika kepribadian ?
5. Bangaimanakah perkembangan kepribadian?
6. Bangaimanakah proses terapi dalam psikoanalitik?
7. Sebutkan dan jelaskan teknik-teknik dalam psikoanalitik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pegertian dari model Psycoanalytical.
2. Untuk mengetahui bangaimana pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis.
3. Untuk mengetahui struktur kepribadian .
4. Untuk mengetahui bangaimana dinamika kepribadian .
5. Untuk mengetahui bangaimana perkembangan kepribadian.
6. Untuk mengetahui bangaimana proses terapi dalam psikoanalitik.
7. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam psikoanalitik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model Psycoanalytical merupakan model yang pertama yang ditemukan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan
Islam adalah agama yang diturunkan Allah Ta’la kepada Nabi Muhammad untuk kemaslahatan umat manusia dunia dan akhirat, dan juga lahir batin. Islam adalah sistem ajaran yang didalamnya terkandung aspek akidah (keyakinan), syariat (aspek hukum), dan hakikat (aspek batin). Rasul dan Nabi diutus oleh Allah untuk menyampaikan wahyu serta mensucikan jiwa manusia, seperti yang tertuang dalam firman,“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams:9).
Pendidikan Islam adalah salah satu aspek dari ajaran Islam. Karenanya tujuan pendidikan Islam menjadi tujuan hidup manusia yang diharapkan dalam Islam, yaitu menciptakan pribadi sebagai hamba Allah yang bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
Pendidikan Karakter dalam Islam
1. MAKALAH
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM
Oleh :
Rasyeda Ghulam Aufa
NIM 201410160311100
|
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
2. MAKALAH
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM
Oleh :
Rasyeda Ghulam Aufa
NIM 201410160311100
|
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
3. i
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta‟ala atas selesainya makalah yang berjudul "Pendidikan Karakter dalam Islam". Atas semua dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
Seperti yang telah kita ketahui, pendidikan karakter hari ini sangat penting demi membangun kembali moralitas bangsa. Ironis jika melihat mayoritas penduduk negara ini adalah Islam, namun krisis moral yang melanda seolah tak menunjukkan fakta tersebut. Demikian kenapa makalah ini dibuat guna menyadarkan bahwa Islam sudah menyiapkan segala sesuatu untuk umatnya, termasuk pendidikan karakter.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Atas perhatian dan waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.
Malang, 27 Juni 2014
Rasyeda Ghulam Aufa
4. ii
DAFTAR ISI
Prakata ........................................................................................................... i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii
Bab I – Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2
Bab II – Isi
2.1 Pengertian Pendidikan Karakter ................................................ 3
2.2 Hubungan Pendidikan Karakter dengan Akhlak ....................... 3
2.3 Pandangan Islam Mengenai Pendidikan Karakter ..................... 4
2.4 Contoh Pendidikan Karakter dalam Islam ................................ 5
2.5 Peran Pendidikan Karakter untuk Kemajuan Bangsa ............... 8
Bab III - Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................ 10
Daftar Pustaka ............................................................................................ 12
Identitas Diri ............................................................................................... 13
5. 1
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan karakter (character building) dalam konteks hari ini sangat berhubungan dengan krisis moral yang terjadi di negara ini. Krisis moral tersebut dapat ditandai dengan banyaknya kekerasan yang ada di lingkungan remaja dan anak-anak, kejahatan terhadap orang lain, pencurian yang dilakukan oleh para remaja, kebiasaan menyontek yang sudah menjadi kebutuhan, penyalahgunaan narkoba, pornografi dan pornoaksi, perusakan fasilitas milik umum ataupun orang lain. Oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter ini.
Dilihat dari sini, sangat ironis bahwa mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam adalah kebanyakan pelaku utama dari tindakan-tindakan amoral yang telah disebut di atas. Islam sudah mengajarkan bahwa manusia yang paling baik adalah manusia yang berkarakter baik, dengan berdasarkan hadits dari Rasulullah SAW berikut :
عَ عَِْْْبْذِْ اْللَِّْ بْْ عَِِْْ شٍَْ ـْٗ سْضى اْلله عْ اَْٖ ـْ قَْاهَْ ىَْ نٌٌَُْْْ اِِْْى بَِْ صًْْيى اْلله عْي سٍْٔٗي فٌَْاحِشًا لََْْْٗ
تٍَُفَحِّشًا مََْٗا قٌََُُْْ هُْ٘ "ْْْ إِْ خٍَُِِِْْْْْ اٍَسِمُ أٌَْْْحْسَ نَُْ أٌَْْْخْلاَقًاْ ."ْ ْ ) صح حٍ اْىبخاسي (
Yang artinya, “Dari Abdullah bin „Amr bin Ash r.a berkata: Tidaklah Rasulullah itu orang yang keji dan tidak pula orang yang berkata keji. Dan beliau bersabda: Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling di antara kalian akhlaknya.” (HR. Bukhari).
Di samping itu, Islam sudah memberikan rambu-rambu mengenai pendidikan karakter melalui perilaku-perilaku Nabi Muhammad SAW, sesuai dengan hadits berikut :
ىَقَذْْ مَْا ىََُْْنُ فٌِْْْ سًَْسُ هِْ٘ اْللَِّْ أُْسْ ةَْ٘ حَْسَ تَْْ ىِّْ مَََِْا شٌََُْْْجُ اْ٘للََّْ اَْٗىْ اًٍََْْْ٘ خَِْشَْ رََْٗمَشَْ اْللََّْ مَْثِ شًٍا
) ١٢ : س س٘ة اْلأحزاب (
6. 2
Yang artinya, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab:21).
Maka dari itu, selayaknya penduduk Indonesia mengerti bahwa mereka sudah memiliki pedoman untuk membangun karakter yang baik dari mereka sendiri ataupun mendidik karakter kepada anak-anak atau siswa mereka, dengan menggunakan contoh- contoh yang sudah digunakan oleh Nabi Muhammad SAW.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penulis sudah membuat beberapa rumusan masalah sebagai pembatasan dalam pembahasan bab isi. Adapun beberapa rumusan masalah tersebut antara lain:
1) Apa pengertian dari pendidikan karakter itu?
2) Apa hubungan pendidikan karakter dengan akhlak?
3) Bagaimana pandangan Islam mengenai pendidikan karakter?
4) Bagaimana contoh pendidikan karakter yang ada di dalam Islam?
5) Bagaimana peran pendidikan karakter untuk kemajuan bangsa?
1.3 Tujuan
Dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui apa itu pendidikan karakter.
2) Untuk mengetahui apa hubungan pendidikan karakter dengan akhlak.
3) Untuk mengetahui pandangan Islam mengenai pendidikan karakter.
4) Untuk mengetahui contoh pendidikan karakter dalam Islam.
5) Untuk mengetahui peran pendidikan karakter untuk kemajuan bangsa.
7. 3
Bab II
ISI
2.1 Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti sebagai berikut:
1) Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
2) Karakter juga bisa bermakna huruf.
Bila dilihatdari asal katanya, istilah “karakter” berasal dari bahasa Yunani karasso, yang berarti “cetak biru”, “format dasar” atau “sidik” seperti yang ada dalam sidik jari.
Berdasar pengertian karakter tersebut, dapat didefinisikan secara sederhana bahwa pendidikan karakter adalah segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi seseorang untuk memahami dan melakukan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang bersifat mendasar. Namun demikian, untuk mengetahui pengertian pendidikan karakter yang lebih tepat, pakar pendidikan karakter, Thomas Lickona telah menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.
Setelah dikaji secara mendalam, ternyata nilai-nilai dasar kehidupan secara universal telah terkandung dalam ajaran-ajaran agama Islam, bahkan beberapa di antaranya merupakan perintah agama, tidak luput pula mengenai pendidikan karakter yang telah dicantumkan dalam kitab-kitab mengenai akhlak yang terpuji.
2.2 Hubungan Pendidikan Karakter dengan Akhlak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. Dilihat dari segi bahasa, istilah akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq”
8. 4
yang merupakan bentuk jamak dari “khulqu” yang memiliki arti perangai, budi, tabiat, serta adab. Secara istilah, pengertian akhlak juga berarti sifat yang ada dalam diri seseorang untuk berbuat baik maupun berbuat jelek.
Dari sini, dapat diketahui bahwa istilah akhlak meliputi karakter. Yang membedakan, hanyalah karakter bisa berbeda antara satu orang dengan orang yang lain, sedangkan akhlak lebih bersifat umum. Dari hubungan karakter dan akhlak ini, mengenai pendidikan karakter bisa diartikan pula sebagai upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan akhlak yang baik pada diri seseorang. Dengan kata lain, ketika kita mendidik akhlak seseorang menuju arah akhlak yang baik (akhlaqul karimah), maka secara otomatis kita telah melakukan pendidikan karakter.
2.3 Pandangan Islam Mengenai Pendidikan Karakter
Nilai-nilai dasar kehidupan secara universal sudah diatur dalam Islam. Kehadiran Islam di muka bumi adalah sebagai pedoman hidup manusia dan untuk memberikan solusi yang tegas terhadap berbagai persoalan kemanusiaan. Salah satu persoalan kemanusiaan yang disisnggung di sini adalah persoalan moralitas.Moralitas adalah puncak nilai keberagamaan seorang muslim. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak.
عَ أَِْْْبِ شًَُْٕ شٌَْةَ، أَْ سََُْْسُ هَْ٘ اْللهِْ صْيى اْلله عْي سٍْٔٗي قٌَْاهَْْ:ْ إِْ اَََّ بُْعِثْتُْ لِْأتَُ صٌَََِّْْاىِحَْ اْلأخَْلاقِْْ.ْ
) الأدب اْى فَشد , صـحـ ـٍحْ ) الأىباًّ ((
“Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (Kitab Al- Adab Al-Mufrad, Shahih (Al-Albani))”.
Dapat dilihat, bahwa Islam sangat mengedepankan persoalan akhlak, yang nantinya akan berujung ke pendidikan karakter. Intinya, Islam sangat menjunjung tinggi masalah pendidikan karakter dan telah memberikan rambu-rambu pendidikan karakter melalui hadits-hadits dari Rasulullah SAW. Tugas utama
9. 5
Nabi Muhammad SAW adalah menyempurnakan akhlak umatnya, dari asalnya kaum yang banyak melakukan adat-adat / perilaku-perilaku jahiliyah yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat, menjadi kaum yang berbudi pekerti yang melakukan kebajikan-kebajikan. Sedangkan tugas kita sebagai umatnya adalah mengikuti semua petunjuk dan perintah terutama yang mengenai akhlak yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. Sebab, berislam yang tidak membuahkan akhlak adalah sia-sia.
2.4 Contoh Pendidikan Karakter dalam Islam
Semua ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadits-hadits shahih dari Nabi Muhammad SAW yang mengandung hikmah tentang pendidikan karakter bisa digunakan sebagai pedoman bagi kita, sebagai pendidik, untuk melakukan pendidikan karakter kepada orang lain, anak atau siswa kita. Adapun beberapa contoh pendidikan karakter dalam Al-Qur‟an maupun Al-Hadits adalah sebagai berikut :
1) Mendidik anak dengan cara yang amat baik, sebagaimana di dalam surat Luqman :
إَِٗرْْ قَْاهَْ ىُْقْ اََ لُُِِْْْبْ عٌَََُِِِْْْْْٕٔٗ٘ظُ أٌَُْْ بُْ لًَََْْْْ تُْشْشِكْْ بِْاللِْ إِْ اُْْىشِّشْكَْ ىَْظُيْ عٌَْْظِ “(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya pada waktu ia memberinya pelajaran, "Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar merupakan kezaliman yang besar.” (QS Luqman [31] : 13).
“Yaa bunayya laa tusyrik billaah (Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah). Luqman memanggil putranya menggunakan kata tasghir (perendahan makna), “yaa bunayya”. Hal demikian bukan untuk mengecilkan atau merendahkan, namun untuk menunjukan rasa cinta dan kasih sayang kepada anaknya. Dengan panggilan seperti itu, diharapkan nasihat yang disampaikan lebih mudah diterima. Luqman mengingatkan kebaikan dengan ungkapan halus yang bisa melunakkan hati. Karena itu, dalam mendidik anaknya, Luqman menempuh cara yang
10. 6
amat baik, yang bisa meluluhkan hati anaknya sehingga mau mengikuti nasihat-nasihat yang diberikan.
2) Demikian pula, hendaklah anak berkarakter yang baik ketika berhadapan dengan orang tuanya, ini sudah diatur dalam Al-Qur‟an surat Al-Isra‟:
قََٗضَى سَْب لَْ أَْلَْ تَْعْبُذُ اٗ إِْلَْ إِْ اٌَ بَُِْْٓٗاىْ اَ٘ىِذَ إٌِِِْْْحْسَا اًّ إِْ اٍَ بٌَْْيُغَ عَِِْْ ذَْْكَْ اْىْنِبَشَْ أَْحَذُ إََُ أَْ مِْْْٗلَا إََُ فَْلَاْْ
تَقُوْْ ىَْ اََُٖ أُْفٍّْ لََْْٗ تَْ شَْْْٖ إََُ قَُْٗوْْ ىَْ اََُٖ قَْ لًْْ٘ مَْشِ اًٌَ *
اَٗخْفِضْْىَْ اََُٖ جَْ اَْحَْ اْىز هِّْ اٍَِِْْْىشَحْ تََِْ قَُْٗوْْ سَْبِّْ اْسْحَ اَََُْٖ مَْ اََ سَْبَ اٍَ صًَِّْغِ شًٍا *
"Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua- duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan „ah‟ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku di waktu kecil'." (QS. Al-Isra : 23-24).
Dari ayat ini dapat kita ambil nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang anak. Mulai dari perkataan yang baik, menghindari kata yang tidak sopan, larangan membentak, rendah hati, dan kasih sayang. Sebagai pendidik, nilai-nilai inilah yang harus ditanamkan kepada anak.
3) Dalam suatu riwayat di Shahih Muslim diterangkan,
“Dari Abu Hurairah, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali dari perang Khaibar, beliau terus berjalan di malam hari, ketika beliau diserang kantuk, maka beliau singgah. Beliau bersabda kepada Bilal "Hendaknya kamu yang mengawasi tidur kami malam ini!." Bilal pun shalat sekemampuan yang ditakdirkan, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidur. Begitu juga dengan para sahabatnya. Ketika mendekati fajar, Bilal bersandar kepada unta tunggangannya, rupanya kedua mata Bilal terasa berat hingga ketiduran, dengan posisi
11. 7
bersandar kepada untanya. Di pagi harinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam belum juga bangun, demikian juga Bilal, dan tak satupun dari sahabatnya yang bangun hingga mereka terbangun oleh sinar matahari yang menyengat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam akhirnya yang pertama bangun. Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam merasa kaget dan menyeru: "Hei Bilal!" Bilal Menjawab; "Wahai Rasulullah, tadi nyawaku telah dipegang Dzat yang memegang nyawamu, demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu! Beliau lalu bersabda: "Mari tuntunlah hewan tunggangan kalian." Para sahabat pun menuntun hewan tunggangannya, sesaat kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berwudhu". Beliau lalu memerintahkan Bilal supaya mengumandangkan iqamat shalat. Setelah itu Beliau mengimami shalat subuh bersama mereka. Selesai shalat, beliau bersabda: "Siapa yang terlupa shalat, lakukanlah ketika ingat, sebab Allah ta'ala berfirman "Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku." QS. Toha 14.”
Dalam kondisi demikian, Nabi Muhammad SAW tidak tergesa-gesa memarahi Bilal, hal ini menunjukkan bahwa beliau memiliki sifat sabar, secara tidak langsung pula Rasulullah SAW mengajarkan kepada sahabatnya untuk tetap sabar walau di dalam kondisi apapun.
Banyak sekali keteladanan berupa akhlak yang mulia (akhlaqul karimah) yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada seluruh umatnya, yang patutnya kita teladani dan kita ajarkan, di antara keteladanan Rasulullah SAW adalah sebagai berikut :
1) Sifat-sifat yang wajib bagi rasul yang sudah dicantumkan dalam Al- Qur‟an, seperti siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan fathanah (cerdas). Keempat sifat ini membentuk dasar keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasulullah SAW.
2) Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian Rasulullah SAW yang telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya.
12. 8
Integritas personalnya sedemikian kuat sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun yang menjadi tujuannya.
3) Prinsip kesetaraan di depan hukum merupakan salah satu dasar terpenting.
4) Salah satu fakta menarik tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasuullah SAW adalah penggunaan konsep sahabat (bukan murid, staff, pembantu, anak buah, anggota rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas mengandung makna kedekatan dan keakraban serta kesetaraan.
5) Keberhasilan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan kondisi yang dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuaui untuk diterapkan.
6) Tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasulullah SAW wafat tanpa meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat menyatakan bahwa beliau berdoa: “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku bersama golongan orang-orang miskin di hari kiamat kelak.”
Itulah sebagian kecil contoh pendidikan karakter yang sudah diajarkan di dalam Al-Qur‟an maupun Al-Hadits. Kiranya kita sebagai pendidik bisa mengambil hikmah dari perilaku-perilaku tersebut di atas.
2.5 Peran Pendidikan Karakter untuk Kemajuan Bangsa
Umat muslim Indonesia patut bersyukur karena dapat bersatu dalam jumlah yang besar dan menjadi mayoritas di negeri ini. Pembangunan karakter bangsa pada hakekatnya adalah pembangunan karakter umat, yaitu umat Islam. Dan kalau bangsa Indonesia memiliki karakter, berakhlak mulia dan berbudi pekerti yang luhur, sudah tentu umat muslimlah yang paling berkepentingan.
Negara kita terbelakang / lemah / miskin bukan karena umur negara kita yang relatif masih muda atau tingkat intelegensi kita yang rendah ataupun kekurangan ketersediaan sumber daya alam atau alam yang kejam kepada kita. Kita
13. 9
terbelakang karena perilaku kita yang kurang / tidak baik. Kita kekurangan kemauan untuk mematuhi dan mengajarkan prinsip dasar kehidupan yang sebetulnya terkandung dalam nilai-nilai Pancasila yang juga diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagai akhlaqul karimah. Dengan mengamalkan dan mengajarkan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari akan memungkinkan masyarakat kita pantas membangun masyarakat, ekonomi, dan negara kita.
Apabila umat muslim Indonesia dapat menjadi muslim yang baik maka jayalah Indonesia, secara otomatis akan mendongkrak kemajuan bangsa dari sisi moralitas, yang pada akhirnya memajukan masyarakat dan ekonomi negara Indonesia. Namun, fakta yang sebaliknya, kondisi bangsa Indonesia yang banyak mengalami krisis dan keterpurukan mencerminkan muslim Indonesia belum menjadi sebagaimana yang diharapkan.
14. 10
Bab III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal. Yang pertama, Islam sudah menyediakan rambu-rambu bagi umatnya untuk mencegah dan menghadapi persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat secara universal, meliputi pendidikan akhlak yang menghasilkan terbentuknya karakter yang baik.
Yang kedua, sosok Rasulullah adalah sosok sempurna yang bisa dijadikan suri tauladan bagi umat muslim terkait perilaku-perilaku beliau yang berdampak positif bagi orang-orang sekitarnya secara khusus dan umat muslim secara umum. Dengan demikian, pakar pendidik cukup menyontoh dari Rasulullah SAW dalam membangun karakter seseorang.
Yang ketiga, ketika karakter penduduk bangsa ini sudah terbentuk, Insya Allah, maka akan memajukan masyarakat itu sendiri dan berdampak pada kemajuan bangsa di bidang lainnya.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih ada kekurangan baik dari segi bahasa, tata penulisan, maupun beberapa dasar pendapat yang belum tercantum karena terbatasnya kesempatan dan waktu dari penulis. Itu semua adalah kekurangan penulis sebagai manusia biasa. Maka, untuk keperluan penulisan makalah yang akan datang, segala kekurangan yang ada di makalah ini supaya bisa terpenuhi dan menjadi makalah yang baik dan berlandaskan teori yang kuat.
Makalah ini akan tetap menjadi sekedar tulisan ketika pembaca belum bisa mengamalkan dan meneruskan pesan-pesan yang terkandung dalam makalah ini.
15. 11
Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim dan sebagai penduduk Indonesia yang benar-benar mencintai negara ini, marilah kita amalkan dan kita teruskan pesan- pesan ini kepada keluarga, sahabat, dan seluruh masyarakat di lingkungan kita masing-masing.
Semua dalil yang dicantumkan di makalah ini diambil dari Al-Qur‟an dan Al- Hadits dari Rasulullah SAW, semua dapat diketahui dari sumbernya secara langsung dan dapat dipertanggungjawabkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca. Aamiin.
16. 12
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Lorens (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia,.
Lickona, Thomas (1991). What Works In Character Education: A research-driven guide for educators. Washington DC: Character Education Partnership.
Sulistyo, Iwan (2013). Pengertian Akhlak Arti Makna dan Definisi Akhlak. From http://www.iwansulistyo.info/2013/01/pengertian-akhlak-arti-makna-dan.html, 27 Juni 2014.