SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Pembagian Hukum
Taklifi
Dipresentasikan Oleh Kelompok 8
Ananda Putri Lestari
11200360000032
Dilla Fadhillatun Nisa
11200360000036
USHUL FIQH
Ratu Fury Syifaunnafsi
11200360000041
Rumusan
Masalah
01
02
03
Apa yang dimaksud dengan hukum
taklifi?
Apa saja bentuk-bentuk hukum
taklifi?
Bagaimana pembagian hukum
taklifi?
Pengertian Hukum Taklifi
Hukum taklifi adalah hukum yang mengandung tuntutan (untuk
dikerjakan atau ditinggalkan oleh para mukallaf atau yang
mengandung pilihan antara yang dikerjakan dan ditinggalkan.
Dengan kata lain adalah yang dituntut melakukannya atau tidak
melakukannya atau dipersilahkan untuk memilih antara
memperbuat dan tidak memperbuat. Hukum taklifi adalah khitab
(firman) Allah yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf, baik
bentuk tuntunan kebolehan, atau menetapkan sesuatu sebagai
sebab, syarat, atau mani’
Pembagian Hukum Taklifi
Secara lebih terperinci, hukum taklifi ada lima (ahkam at-taklifi al-khamsah).
1. Wajib/Ijab
Yakni tuntutan Syar’i untuk berbuat yang bersifat mesti dilakukan
dan mukallaf yang melaksanakannya berhak mendapat imbalan pahala juga surga
karena ketaatannya. Dan begitupun sebaliknya, jika mukallaf yang meninggalkan
perbuatan yang diwajibkan itu maka akan mendapatkan dosa.
Dapat dikenal melalui kata-kata yang tercantum dalam kalimat itu sendiri yang
menunjukkan wajib seperti dalam firman-Nya:
َ
‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬
‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬‫م‬ٰ‫ا‬
َ
‫ب‬ِ‫ت‬ُ‫ك‬
َ
ُ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬‫ل‬‫ع‬
َ
ُ‫م‬‫ا‬‫ي‬ ِ
‫الص‬
‫ا‬‫م‬‫ك‬
َ
‫ب‬ِ‫ت‬ُ‫ك‬
‫ى‬‫ل‬‫ع‬
َ
‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬
َْ‫ن‬ِ‫م‬
َ
ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬‫ق‬
َ
َّ‫ل‬‫ع‬‫ل‬
َ
ْ‫م‬ُ‫ك‬
َ
‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ت‬
‫ا‬‫ُّه‬‫ي‬‫ا‬ٰٰٓ‫"ي‬Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."(QS. al-Baqarah: 183)
Pembagian Hukum Wajib
Hukum wajib dibagi menjadi beberapa segi, yaitu;
• Dilihat dari segi kandungan perintah,
• Dilihat dari segi orang yang harus mengerjakannya.
• Dilihat dari segi kadar (kuantitas)nya dan bentuk tuntutan
• Dilihat dari segi waktu pelaksanaan
Dilihat dari segi kandungan perintah
• Wajib mu’ayyan, yaitu yang telah ditentukan macam perbuatannya,
• Wajib mukhayar, yaitu yang boleh pilih salah satu dari beberapa macam
perbuatan yang telah ditentukan.
Dilihat dari segi orang yang harus mengerjakannya.
• Wajib ‘ain, ialah tuntutan syara’ untuk melaksanakan sesuatu perbuatan
dari setiap mukallaf dan tidak boleh diganti oleh orang lain.
• Wajib kifayah, ialah wajib yang dibebankan kepada sekelompok orang dan
jika ada salah seorang yang mengerjakannya maka tuntutan itu dianggap
sudah terlaksana, namun bila tidak ada seorangpun yang
mengerjakannya, maka berdosalah sekelompok orang tersebut.
Dilihat dari segi kadar (kuantitas)nya dan bentuk tuntutan
• Wajib muhaddad, ialah yang ditentukan oleh syara’ bentuk perbuatan
yang dituntut dan mukallaf dianggap belum melaksanakan tuntutan itu
sebelum melaksanakan seperti yang telah dituntut oleh syara’.
• Wajib ghairu muhaddad, ialah perbuatan yang wajib dan tidak wajib yang
tidak ditentukan cara pelaksanaannya dan waktunya atau kewajiban
yang tidak ditentukan batas bilangannya
Dilihat dari segi waktu pelaksanaan
• Wajib mutlak, yaitu kewajiban yang ditentukan waktu pelaksanaannya,
dengan arti tidak salah bila waktu pelaksanaannya ditunda sampai ia
mampu melaksanakannya.
• Wajib muaqqad,yaitu kewajiban yang waktu pelaksanaannya ditentukan
dan tidak sah bila dilakukan diluar waktu tersebut.
2. Mandub/Sunnah
Yakni tuntutan Syar’i untuk berbuat yang bersifat tidak mesti dilakukan,
maka mukallaf yang melaksanakannya berhak mendapat imbalan pahala
dan balasan surga karena ketaatannya dan mukallaf yang meninggalkan
perbuatan ini tidak pantas mendapat dosa juga ancaman siksa neraka.
Perbuatan mandub dapat dikenal melalui lafal yang tercantum dalam
nash seperti dicantumkan kata “disunnatkan” atau “dianjurkan” atau
dibawakan dalam bentuk amar namun ditemui tanda yang menunjukkan
bahwa tuntutan itu tidak keras dari nash itu sendiri.
....
َ
ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬ٰ‫ذ‬
َ
ُ‫ط‬‫س‬ْ‫ق‬‫ا‬
َ
‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬
َ
ِ ٰ
‫ّللا‬
َ
ُ‫م‬‫و‬ْ‫ق‬‫ا‬‫و‬
َ
ِ‫ة‬‫اد‬‫ه‬َّ‫ش‬‫ل‬ِ‫ل‬
َٰٓ‫ى‬ٰ‫ن‬ْ‫د‬‫ا‬‫و‬
َ
‫ا‬
ََّ
‫ّل‬
‫ا‬ ْٰٓ‫و‬ُ‫ب‬‫ا‬‫ت‬ ْ‫ر‬‫ت‬
َ
ٰٓ َّ
‫ّل‬ِ‫ا‬
َْ‫ن‬‫ا‬
َ
‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ك‬‫ت‬
َ
‫ة‬‫ار‬‫ج‬ِ‫ت‬
َ
‫ح‬
َ
‫ة‬‫ر‬ ِ
ِ‫ا‬
‫ا‬‫ه‬‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ْر‬‫ي‬ِ‫د‬ُ‫ت‬
َ
ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ْن‬‫ي‬‫ب‬
َ
‫ْس‬‫ي‬‫ل‬‫ف‬
َ
ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬‫ل‬‫ع‬
َ
‫اح‬‫ن‬ُ‫ج‬
ََّ
‫ّل‬‫ا‬
َ
‫ا‬‫ه‬ ْ‫و‬ُ‫ب‬ُ‫ت‬ْ‫ك‬‫ت‬
....
"....... Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih
mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang
kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak
menuliskannya......"(QS. Al-Baqarah 282)
Seperti dalam firman Allah :
Pembagian sunnah
dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
• Sunah muakkadah (sunah yang dianjurkan) adalah
perbuatan yang biasa dilakukan Rasulullah Saw dan
jarang ditinggalkan.
• Sunah ghairu muakkadah (biasa) adalah perbuatan
yang dilakukan Rasulullah Saw namun bukan
menjadi kebiasaan.
• Sunah zaidah (sunnah tambahan) yaitu perbuatan
mengikuti segala perbuatan Rasul Saw berupa
kebiasaan sehari-hari Rasul Saw sebagai manusia
biasa.
3. Haram/Tahrim
Tuntutan Syar’i untuk meninggalkan perbuatan yang bersifat mesti maka mukallaf
yang meninggalkan perbuatan tersebut berhak mendapat pahala dan syurga.
Sebaliknya jika mukallaf tidak melakukan hal demikian tidak menjauhi perbuatan
tersebut maka berhak baginya dosa.
Contoh perbuatan haram ialah, membunuh tanpa alasan yang sah, sebagaimana
terdapat dalam surah al-Isra’ (17): 33;
َ
‫ّل‬‫و‬
‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬‫ت‬
َ
‫س‬ْ‫ف‬َّ‫ن‬‫ال‬
‫ى‬ِ‫ت‬َّ‫ال‬
َ
‫م‬َّ‫ر‬‫ح‬
َ
ُ‫للا‬
ََّ
‫ّل‬ِ‫إ‬
َ
ِ‫ق‬‫الح‬ِ‫ب‬
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.”
Pembagian Haram
Haram dapat dibagi berdasarkan dari 2 tinjauan
• Haram ditinjau dari segi sumber dalil penetapannya
• Haram ditinjau dari segi zat/esensi yang dilarang
Haram ditinjau dari segi sumber dalil
penetapannya
Ditinjau dari segi sumber dalil suatu larangan syara’ yang bersifat tegas
dan mesti (haram), ulama Hanafiyah membaginya kepada 2 macam yaitu;
a.Larangan yang bersumber dari dalil qath’i
Suatu larangan yang bersifat mesti ditinggalkan perbuatan yang dilarang,
yang bersumber dari dalil qath’i disebut dengan haram. Contohnya
keharaman menikahi wanita-wanita yang disebut dalam surah an-Nisa’
(4): 23.
b.Larangan yang bersumber dari dalil zhanni
Adapun larangan yang bersumber dari dalil zhanni disebut dengan makruh
karahat at-tahrim. Contohnya, larangan memakan keledai peliharaan yang
ditetapkan dengan hadis ahad yang diriwayatkan oleh al-Bukhari ;
َْ‫ن‬‫ع‬
َ
‫ي‬ِ‫ل‬‫ع‬
َ
‫ي‬ ِ
ِ‫ر‬
َ
ُ‫للا‬
َ
ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬‫ع‬
َ
‫ال‬‫ق‬
‫ى‬‫ه‬‫ن‬
َُ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫س‬‫ر‬
َ
ِ‫للا‬
‫ى‬َّ‫ل‬‫ص‬
َ
ُ‫للا‬
َ
ِ‫ه‬ْ‫ي‬‫ل‬‫ع‬
َ
‫م‬َّ‫ل‬‫س‬‫و‬
َْ‫ن‬‫ع‬
َ
ِ‫ة‬‫ع‬ْ‫ت‬ُ‫م‬ْ‫ال‬
َ
‫ام‬‫ع‬
َ
‫خ‬
َ
‫ر‬‫ْب‬‫ي‬
َْ‫ن‬‫ع‬‫و‬
َِ‫م‬ ْ‫و‬ُ‫ح‬ُ‫ل‬
َِ
‫ر‬ُ‫م‬ُ‫ح‬
َ
ِ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫س‬ْ‫ن‬ِ ْ
‫اْل‬
“Dari ‘Ali ra. Ia berkata: ‘Rasulullah saw. Melarang nikah muth’ah pada tahun khaibar dan
(melarang memakan) daging keledai jinak’”
Haram ditinjau dari segi zat/esensi
yang dilarang
Ditinjau dari segi zat/esensi yang dilarang, haram dapat dibagi 2
bagian, yaitu;
a.)Haram lizatih
ialah, sesuatu yang sejak semula dilarang asy-Syar’i, karena didalam
zat/esensi yang dilarang itu terkandung bahaya yang sangat besar dan
secara langsung menyentuh salah satu dari lima unsur primer kehidupan
manusia yang mesti dipelihara kelestariannya.
b) Haram lighairih/haram li’ardh
Adapun yang dimaksud dengan haram lighairih/haram li’ardh (haram
karena yang lain/haram karena sifat yang baru) ialah, ketentuan haram
yang bukan karena zatnya dan yang pada mulanya tidak haram, tetapi
karena adanya faktor lain yang mengubah hukumnya menjadi haram.
4.Makruh/Karahah
Ialah tuntutan Syar’i untuk meninggalkan perbuatan yang tidak mesti, maka mukallaf
yang meninggalkan perbuatan tersebut berhak mendapat pahala dan syurga.
Sebaliknya karena tuntutan meninggalkan perbuatan ini tidak bersifat mesti, maka
mukallaf yang melanggarnya tidak pantas mendapat dosa dan ancaman siksa neraka
karena kedurhakaannya. Dari segi etimologi, makruh berarti yang dibenci. Menurut
pendapat jumhur fuqaha’, makruh adalah suatu larangan syara’ terhadap suatu
perbuatan, tetapi larangan tersebut bersifat tidak pasti, lantaran tidak ada dalil yang
menunjukkan atas haramnya perbuatan tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
yang berbunyi:
ََّ‫ن‬ِ‫إ‬
َ
‫للا‬
َ
ُ‫ه‬‫ر‬ْ‫ك‬‫ي‬
َ
ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ل‬
َ
‫ْل‬‫ي‬ِ‫ق‬
َ
‫ال‬‫ق‬‫و‬
َ
‫و‬
َ
‫ة‬‫ر‬ْ‫ث‬‫ك‬
َ
‫ال‬‫ؤ‬ُّ‫س‬‫ال‬
َ
‫ة‬‫اع‬ِِ‫ا‬‫و‬
‫ا‬‫م‬ْ‫ال‬ .
“Sesungguhnya Allah SWT. Benci terhadap berita-berita yang tidak jelas, banyal bertanya
(tanpa ada relasi dalam amal perbuatan) dan menyia-nyiakan harta benda”.
‫ا‬‫ه‬ُّ‫ي‬‫ا‬ٰٰٓ‫ي‬
َ
‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬
‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬‫م‬ٰ‫ا‬
َ
‫ّل‬
‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬َٔ‫ـ‬ْ‫س‬‫ت‬
َْ‫ن‬‫ع‬
َ
‫ء‬ۤ‫ا‬‫ي‬ْ‫ش‬‫ا‬
َ
ِ‫ا‬
َْ‫ن‬
َ
‫ْد‬‫ب‬ُ‫ت‬
َ
ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ل‬
َ
ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ؤ‬ُ‫س‬‫ت‬
َْ‫ن‬ِ‫ا‬‫و‬ۚ
‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬َٔ‫ـ‬ْ‫س‬‫ت‬
‫ا‬‫ه‬ْ‫ن‬‫ع‬
َ
‫ْن‬‫ي‬ ِ‫ح‬
َُ‫ل‬َّ‫ز‬‫ن‬ُ‫ي‬
َُ‫ن‬ٰ‫ا‬ ْ‫ر‬ُ‫ق‬ْ‫ال‬
َ
‫ْد‬‫ب‬ُ‫ت‬
َ
ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ل‬
‫ا‬‫ف‬‫ع‬ۚ
َ
ُ ٰ
‫ّللا‬
‫ا‬‫ه‬ْ‫ن‬‫ع‬
َ
ُ ٰ
‫ّللا‬‫و‬ۚ
َ
‫ر‬ ْ‫و‬ُ‫ف‬‫غ‬
َ
‫ْم‬‫ي‬ِ‫ل‬‫ح‬
Juga firman Allah dalam surah al-Maidah ayat 101:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu)
hal-hal yang jika diterangkan kepadamu (justru) menyusahkan kamu. Jika kamu
menanyakannya ketika Al-Qur'an sedang diturunkan, (niscaya) akan diterangkan
kepadamu. Allah telah memaafkan (kamu) tentang hal itu. Dan Allah Maha
Pengampun, Maha Penyantun.”
5.MUBAH
Firman (titah) Syar’i yang berupa pilihan bagi mukallaf untuk berbuat atau
tidak berbuat. Karena kepada mukallaf diberi kebebasan untuk memilih
melakukan atau tidak melakukannya, maka mukallaf yang melakukannya
tidak berhak mendapat pahala atau dosa. Demikian juga jika ia tidak
melakukannya. Dari segi etimologi, mubah berarti melepaskan, atau
mengizinkan.
Sebagian ulama mendefinisikan mubah dengan: suatu perbuatan yang
tidak diberi pujian atau celaan jika mukallaf mengerjakan atau
meninggalkannya. Menurut sebagian ulama,hukum mubah itu sendiri
identik dengan halal dan jaiz (boleh).
Hukum mubah ditetapkan karena
ada salah satu dari tiga hal, yaitu
Seperti firman Allah dalam
surah al-Baqarah (2): 173.
Tiada berdosa bagi orang
yang mengerjakan
perbuatan yang semula
diharamkan
contohnya mendengarkan dan
mempergunakan radio.
Tiada nash (dalil) yang
menunjukkan haramnya
perbuatan tersebut
Seperti firman Allah dalam
surah al-Maidah (5): 5
Ada nash (dalil) yang
menunjukkan atas halalnya
perbuatan tersebut
01 02 03
Kesimpulan
Hukum taklifi adalah : ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya
yang berhubungan yang berhubungan langsung dengan perbuatan orang
mukallaf, baik dalam bentuk perintah, anjuran untuk melakukan, larangan,
anjuran untuk tidak melakukan, atau dalam bentuk memberi kebebasan
memilih umtul berbuat atau tidak berbuat.
Hukum taklifi terbagi kepada lima yaitu : wajib, sunnah, haram,
makruh, dan mubah.
Daftar Pustaka
Al-Bukhari. Shahih Bukhari. hadis nomor 5098.
ʻAqīl, Ibn dan Sudays, Al-Wāḍiḥ Fī Uṣūl al-Fiqh.
Dazir, Khoiri H. Qath’i dan Zhanni Al-Qur’an dan Al-Sunnah dalam Proses Pengembangan Dakwah. Vol.3 (Tamkin: Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam). 2018.
Dahlan, Abd.Rahman. Ushul Fiqh. (Jakarta: Amzah). 2019.
Efendi, Satria. Ushul Fiqh. (Jakarta: Kencana). 2017.
Makruf, Amari dkk., Buku siswa fikih. (Jakarta: Kementerian Agama RI). 2016.
Samarqandi dan Murad, Al -Mizan Fi Uṣūl al-Fiqh.
Syarifuddin, Amir. Ushul fiqih. (Jakarta: Fajar Interpratama Offset)
Syarifuddin, H. Amir. Ushul fiqh (Jakarta: Logos Wacana Ilmu). 2008.
Zahrah, Muhammad Abu. Ushul Fiqh. (Jakarta: Pustaka Firdaus). 2008.

More Related Content

What's hot

3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyadMarhamah Saleh
 
Kandungan al quran
Kandungan al quranKandungan al quran
Kandungan al quranswirawan
 
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Marhamah Saleh
 
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifAzzahra Azzahra
 
Tasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imam
Tasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imamTasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imam
Tasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imamMarhamah Saleh
 
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaHolong Marina Ops
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamMarhamah Saleh
 
Konsep maqamat dan ahwal dalam tasawuf
Konsep maqamat dan ahwal dalam tasawufKonsep maqamat dan ahwal dalam tasawuf
Konsep maqamat dan ahwal dalam tasawufSukrinTaib
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabihqoida malik
 
NASIKH MANSUKH POWERPOINT
NASIKH MANSUKH POWERPOINTNASIKH MANSUKH POWERPOINT
NASIKH MANSUKH POWERPOINTJohan Safrijal
 
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan WahyuPPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan WahyuIbanez Sofadella
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabihMarhamah Saleh
 

What's hot (20)

3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
 
Kandungan al quran
Kandungan al quranKandungan al quran
Kandungan al quran
 
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
 
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
 
Ma'rifah
Ma'rifahMa'rifah
Ma'rifah
 
Tasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imam
Tasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imamTasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imam
Tasyri' istilah-istilah fiqh & manhaj 4 imam
 
Makalah u. fiqh
Makalah u. fiqhMakalah u. fiqh
Makalah u. fiqh
 
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
 
Surah An-Nisa / 4 : 59
Surah An-Nisa / 4 : 59Surah An-Nisa / 4 : 59
Surah An-Nisa / 4 : 59
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
 
Konsep maqamat dan ahwal dalam tasawuf
Konsep maqamat dan ahwal dalam tasawufKonsep maqamat dan ahwal dalam tasawuf
Konsep maqamat dan ahwal dalam tasawuf
 
Ppt aqidah islam
Ppt aqidah islamPpt aqidah islam
Ppt aqidah islam
 
Fiqh islam
Fiqh islamFiqh islam
Fiqh islam
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabih
 
Bahasa Arab materi Masdar
Bahasa Arab materi MasdarBahasa Arab materi Masdar
Bahasa Arab materi Masdar
 
AHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM
AHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAMAHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM
AHKLAK DAN TASAWUF DALAM ISLAM
 
NASIKH MANSUKH POWERPOINT
NASIKH MANSUKH POWERPOINTNASIKH MANSUKH POWERPOINT
NASIKH MANSUKH POWERPOINT
 
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan WahyuPPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
 

Similar to Pembagian Hukum Taklifi (kelompok 8).pptx

Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)
Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)
Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)Marhamah Saleh
 
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan RukhshahTerminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan RukhshahMarhamah Saleh
 
Usul fiqh, hukum taklifi & hukum wadh'ie.
Usul fiqh, hukum taklifi & hukum wadh'ie.Usul fiqh, hukum taklifi & hukum wadh'ie.
Usul fiqh, hukum taklifi & hukum wadh'ie.jimoh370
 
Sumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptx
Sumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptxSumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptx
Sumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptxTaeArra
 
Makalah Kelompok 2_Ushul Fiqih.pptx
Makalah Kelompok 2_Ushul Fiqih.pptxMakalah Kelompok 2_Ushul Fiqih.pptx
Makalah Kelompok 2_Ushul Fiqih.pptxMfatanj
 
Uruf wal Adat
Uruf wal AdatUruf wal Adat
Uruf wal Adatjiajia45
 
Pembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqihPembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqihALI FIKRI
 
3. asas asas hukum pidana islam
3. asas asas hukum pidana islam3. asas asas hukum pidana islam
3. asas asas hukum pidana islamwaliyudin1
 
Materi IBC 22 Hukum Syariat
Materi IBC 22 Hukum SyariatMateri IBC 22 Hukum Syariat
Materi IBC 22 Hukum SyariatUmi Sa'adah
 
Materi IBC 23 Metode Penarikan Hukum Syariat
Materi IBC 23 Metode Penarikan Hukum SyariatMateri IBC 23 Metode Penarikan Hukum Syariat
Materi IBC 23 Metode Penarikan Hukum SyariatUmi Sa'adah
 
Mahkum fih & mahkum bih
Mahkum fih  & mahkum bih Mahkum fih  & mahkum bih
Mahkum fih & mahkum bih Muti Muti
 
Agama taklifi
Agama taklifiAgama taklifi
Agama taklififarezzz
 
HND-FSL-23D0119-AMALINA.KHAIRUDDIN-QIYAS.pdf
HND-FSL-23D0119-AMALINA.KHAIRUDDIN-QIYAS.pdfHND-FSL-23D0119-AMALINA.KHAIRUDDIN-QIYAS.pdf
HND-FSL-23D0119-AMALINA.KHAIRUDDIN-QIYAS.pdfIbnorAzli
 
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islamModul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islammanispajaran
 

Similar to Pembagian Hukum Taklifi (kelompok 8).pptx (20)

Hukum Mandub
Hukum MandubHukum Mandub
Hukum Mandub
 
Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)
Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)
Presentasi Ushul Fiqh 4 (Hakim Mahkum)
 
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan RukhshahTerminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
 
Usul fiqh, hukum taklifi & hukum wadh'ie.
Usul fiqh, hukum taklifi & hukum wadh'ie.Usul fiqh, hukum taklifi & hukum wadh'ie.
Usul fiqh, hukum taklifi & hukum wadh'ie.
 
Syariah hukum taklifi
Syariah hukum taklifiSyariah hukum taklifi
Syariah hukum taklifi
 
Sumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptx
Sumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptxSumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptx
Sumber hukum syar’iyah dan pembagiannya.pptx
 
3. taklifi.ppt
3. taklifi.ppt3. taklifi.ppt
3. taklifi.ppt
 
hukum syarak.pdf
hukum syarak.pdfhukum syarak.pdf
hukum syarak.pdf
 
Makalah Kelompok 2_Ushul Fiqih.pptx
Makalah Kelompok 2_Ushul Fiqih.pptxMakalah Kelompok 2_Ushul Fiqih.pptx
Makalah Kelompok 2_Ushul Fiqih.pptx
 
Uruf wal Adat
Uruf wal AdatUruf wal Adat
Uruf wal Adat
 
Pembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqihPembahasan ushul fiqih
Pembahasan ushul fiqih
 
3. asas asas hukum pidana islam
3. asas asas hukum pidana islam3. asas asas hukum pidana islam
3. asas asas hukum pidana islam
 
Materi IBC 22 Hukum Syariat
Materi IBC 22 Hukum SyariatMateri IBC 22 Hukum Syariat
Materi IBC 22 Hukum Syariat
 
Materi IBC 23 Metode Penarikan Hukum Syariat
Materi IBC 23 Metode Penarikan Hukum SyariatMateri IBC 23 Metode Penarikan Hukum Syariat
Materi IBC 23 Metode Penarikan Hukum Syariat
 
Mahkum fih & mahkum bih
Mahkum fih  & mahkum bih Mahkum fih  & mahkum bih
Mahkum fih & mahkum bih
 
Muamalah 1.pptx
Muamalah 1.pptxMuamalah 1.pptx
Muamalah 1.pptx
 
Agama taklifi
Agama taklifiAgama taklifi
Agama taklifi
 
Al rf
Al rfAl rf
Al rf
 
HND-FSL-23D0119-AMALINA.KHAIRUDDIN-QIYAS.pdf
HND-FSL-23D0119-AMALINA.KHAIRUDDIN-QIYAS.pdfHND-FSL-23D0119-AMALINA.KHAIRUDDIN-QIYAS.pdf
HND-FSL-23D0119-AMALINA.KHAIRUDDIN-QIYAS.pdf
 
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islamModul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islam
 

Pembagian Hukum Taklifi (kelompok 8).pptx

  • 1. Pembagian Hukum Taklifi Dipresentasikan Oleh Kelompok 8 Ananda Putri Lestari 11200360000032 Dilla Fadhillatun Nisa 11200360000036 USHUL FIQH Ratu Fury Syifaunnafsi 11200360000041
  • 2. Rumusan Masalah 01 02 03 Apa yang dimaksud dengan hukum taklifi? Apa saja bentuk-bentuk hukum taklifi? Bagaimana pembagian hukum taklifi?
  • 3. Pengertian Hukum Taklifi Hukum taklifi adalah hukum yang mengandung tuntutan (untuk dikerjakan atau ditinggalkan oleh para mukallaf atau yang mengandung pilihan antara yang dikerjakan dan ditinggalkan. Dengan kata lain adalah yang dituntut melakukannya atau tidak melakukannya atau dipersilahkan untuk memilih antara memperbuat dan tidak memperbuat. Hukum taklifi adalah khitab (firman) Allah yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf, baik bentuk tuntunan kebolehan, atau menetapkan sesuatu sebagai sebab, syarat, atau mani’
  • 4. Pembagian Hukum Taklifi Secara lebih terperinci, hukum taklifi ada lima (ahkam at-taklifi al-khamsah).
  • 5. 1. Wajib/Ijab Yakni tuntutan Syar’i untuk berbuat yang bersifat mesti dilakukan dan mukallaf yang melaksanakannya berhak mendapat imbalan pahala juga surga karena ketaatannya. Dan begitupun sebaliknya, jika mukallaf yang meninggalkan perbuatan yang diwajibkan itu maka akan mendapatkan dosa. Dapat dikenal melalui kata-kata yang tercantum dalam kalimat itu sendiri yang menunjukkan wajib seperti dalam firman-Nya: َ ‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬‫م‬ٰ‫ا‬ َ ‫ب‬ِ‫ت‬ُ‫ك‬ َ ُ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬‫ل‬‫ع‬ َ ُ‫م‬‫ا‬‫ي‬ ِ ‫الص‬ ‫ا‬‫م‬‫ك‬ َ ‫ب‬ِ‫ت‬ُ‫ك‬ ‫ى‬‫ل‬‫ع‬ َ ‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ َْ‫ن‬ِ‫م‬ َ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬‫ق‬ َ َّ‫ل‬‫ع‬‫ل‬ َ ْ‫م‬ُ‫ك‬ َ ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ت‬ ‫ا‬‫ُّه‬‫ي‬‫ا‬ٰٰٓ‫"ي‬Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."(QS. al-Baqarah: 183)
  • 6. Pembagian Hukum Wajib Hukum wajib dibagi menjadi beberapa segi, yaitu; • Dilihat dari segi kandungan perintah, • Dilihat dari segi orang yang harus mengerjakannya. • Dilihat dari segi kadar (kuantitas)nya dan bentuk tuntutan • Dilihat dari segi waktu pelaksanaan
  • 7. Dilihat dari segi kandungan perintah • Wajib mu’ayyan, yaitu yang telah ditentukan macam perbuatannya, • Wajib mukhayar, yaitu yang boleh pilih salah satu dari beberapa macam perbuatan yang telah ditentukan. Dilihat dari segi orang yang harus mengerjakannya. • Wajib ‘ain, ialah tuntutan syara’ untuk melaksanakan sesuatu perbuatan dari setiap mukallaf dan tidak boleh diganti oleh orang lain. • Wajib kifayah, ialah wajib yang dibebankan kepada sekelompok orang dan jika ada salah seorang yang mengerjakannya maka tuntutan itu dianggap sudah terlaksana, namun bila tidak ada seorangpun yang mengerjakannya, maka berdosalah sekelompok orang tersebut.
  • 8. Dilihat dari segi kadar (kuantitas)nya dan bentuk tuntutan • Wajib muhaddad, ialah yang ditentukan oleh syara’ bentuk perbuatan yang dituntut dan mukallaf dianggap belum melaksanakan tuntutan itu sebelum melaksanakan seperti yang telah dituntut oleh syara’. • Wajib ghairu muhaddad, ialah perbuatan yang wajib dan tidak wajib yang tidak ditentukan cara pelaksanaannya dan waktunya atau kewajiban yang tidak ditentukan batas bilangannya Dilihat dari segi waktu pelaksanaan • Wajib mutlak, yaitu kewajiban yang ditentukan waktu pelaksanaannya, dengan arti tidak salah bila waktu pelaksanaannya ditunda sampai ia mampu melaksanakannya. • Wajib muaqqad,yaitu kewajiban yang waktu pelaksanaannya ditentukan dan tidak sah bila dilakukan diluar waktu tersebut.
  • 9. 2. Mandub/Sunnah Yakni tuntutan Syar’i untuk berbuat yang bersifat tidak mesti dilakukan, maka mukallaf yang melaksanakannya berhak mendapat imbalan pahala dan balasan surga karena ketaatannya dan mukallaf yang meninggalkan perbuatan ini tidak pantas mendapat dosa juga ancaman siksa neraka. Perbuatan mandub dapat dikenal melalui lafal yang tercantum dalam nash seperti dicantumkan kata “disunnatkan” atau “dianjurkan” atau dibawakan dalam bentuk amar namun ditemui tanda yang menunjukkan bahwa tuntutan itu tidak keras dari nash itu sendiri.
  • 10. .... َ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬ٰ‫ذ‬ َ ُ‫ط‬‫س‬ْ‫ق‬‫ا‬ َ ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ َ ِ ٰ ‫ّللا‬ َ ُ‫م‬‫و‬ْ‫ق‬‫ا‬‫و‬ َ ِ‫ة‬‫اد‬‫ه‬َّ‫ش‬‫ل‬ِ‫ل‬ َٰٓ‫ى‬ٰ‫ن‬ْ‫د‬‫ا‬‫و‬ َ ‫ا‬ ََّ ‫ّل‬ ‫ا‬ ْٰٓ‫و‬ُ‫ب‬‫ا‬‫ت‬ ْ‫ر‬‫ت‬ َ ٰٓ َّ ‫ّل‬ِ‫ا‬ َْ‫ن‬‫ا‬ َ ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ك‬‫ت‬ َ ‫ة‬‫ار‬‫ج‬ِ‫ت‬ َ ‫ح‬ َ ‫ة‬‫ر‬ ِ ِ‫ا‬ ‫ا‬‫ه‬‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ْر‬‫ي‬ِ‫د‬ُ‫ت‬ َ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ْن‬‫ي‬‫ب‬ َ ‫ْس‬‫ي‬‫ل‬‫ف‬ َ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬‫ل‬‫ع‬ َ ‫اح‬‫ن‬ُ‫ج‬ ََّ ‫ّل‬‫ا‬ َ ‫ا‬‫ه‬ ْ‫و‬ُ‫ب‬ُ‫ت‬ْ‫ك‬‫ت‬ .... "....... Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya......"(QS. Al-Baqarah 282) Seperti dalam firman Allah :
  • 11. Pembagian sunnah dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: • Sunah muakkadah (sunah yang dianjurkan) adalah perbuatan yang biasa dilakukan Rasulullah Saw dan jarang ditinggalkan. • Sunah ghairu muakkadah (biasa) adalah perbuatan yang dilakukan Rasulullah Saw namun bukan menjadi kebiasaan. • Sunah zaidah (sunnah tambahan) yaitu perbuatan mengikuti segala perbuatan Rasul Saw berupa kebiasaan sehari-hari Rasul Saw sebagai manusia biasa.
  • 12. 3. Haram/Tahrim Tuntutan Syar’i untuk meninggalkan perbuatan yang bersifat mesti maka mukallaf yang meninggalkan perbuatan tersebut berhak mendapat pahala dan syurga. Sebaliknya jika mukallaf tidak melakukan hal demikian tidak menjauhi perbuatan tersebut maka berhak baginya dosa. Contoh perbuatan haram ialah, membunuh tanpa alasan yang sah, sebagaimana terdapat dalam surah al-Isra’ (17): 33; َ ‫ّل‬‫و‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬‫ت‬ َ ‫س‬ْ‫ف‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ى‬ِ‫ت‬َّ‫ال‬ َ ‫م‬َّ‫ر‬‫ح‬ َ ُ‫للا‬ ََّ ‫ّل‬ِ‫إ‬ َ ِ‫ق‬‫الح‬ِ‫ب‬ “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.”
  • 13. Pembagian Haram Haram dapat dibagi berdasarkan dari 2 tinjauan • Haram ditinjau dari segi sumber dalil penetapannya • Haram ditinjau dari segi zat/esensi yang dilarang
  • 14. Haram ditinjau dari segi sumber dalil penetapannya Ditinjau dari segi sumber dalil suatu larangan syara’ yang bersifat tegas dan mesti (haram), ulama Hanafiyah membaginya kepada 2 macam yaitu; a.Larangan yang bersumber dari dalil qath’i Suatu larangan yang bersifat mesti ditinggalkan perbuatan yang dilarang, yang bersumber dari dalil qath’i disebut dengan haram. Contohnya keharaman menikahi wanita-wanita yang disebut dalam surah an-Nisa’ (4): 23. b.Larangan yang bersumber dari dalil zhanni Adapun larangan yang bersumber dari dalil zhanni disebut dengan makruh karahat at-tahrim. Contohnya, larangan memakan keledai peliharaan yang ditetapkan dengan hadis ahad yang diriwayatkan oleh al-Bukhari ;
  • 15. َْ‫ن‬‫ع‬ َ ‫ي‬ِ‫ل‬‫ع‬ َ ‫ي‬ ِ ِ‫ر‬ َ ُ‫للا‬ َ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬‫ع‬ َ ‫ال‬‫ق‬ ‫ى‬‫ه‬‫ن‬ َُ‫ل‬ ْ‫و‬ُ‫س‬‫ر‬ َ ِ‫للا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬‫ص‬ َ ُ‫للا‬ َ ِ‫ه‬ْ‫ي‬‫ل‬‫ع‬ َ ‫م‬َّ‫ل‬‫س‬‫و‬ َْ‫ن‬‫ع‬ َ ِ‫ة‬‫ع‬ْ‫ت‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ َ ‫ام‬‫ع‬ َ ‫خ‬ َ ‫ر‬‫ْب‬‫ي‬ َْ‫ن‬‫ع‬‫و‬ َِ‫م‬ ْ‫و‬ُ‫ح‬ُ‫ل‬ َِ ‫ر‬ُ‫م‬ُ‫ح‬ َ ِ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫س‬ْ‫ن‬ِ ْ ‫اْل‬ “Dari ‘Ali ra. Ia berkata: ‘Rasulullah saw. Melarang nikah muth’ah pada tahun khaibar dan (melarang memakan) daging keledai jinak’”
  • 16. Haram ditinjau dari segi zat/esensi yang dilarang Ditinjau dari segi zat/esensi yang dilarang, haram dapat dibagi 2 bagian, yaitu; a.)Haram lizatih ialah, sesuatu yang sejak semula dilarang asy-Syar’i, karena didalam zat/esensi yang dilarang itu terkandung bahaya yang sangat besar dan secara langsung menyentuh salah satu dari lima unsur primer kehidupan manusia yang mesti dipelihara kelestariannya. b) Haram lighairih/haram li’ardh Adapun yang dimaksud dengan haram lighairih/haram li’ardh (haram karena yang lain/haram karena sifat yang baru) ialah, ketentuan haram yang bukan karena zatnya dan yang pada mulanya tidak haram, tetapi karena adanya faktor lain yang mengubah hukumnya menjadi haram.
  • 17. 4.Makruh/Karahah Ialah tuntutan Syar’i untuk meninggalkan perbuatan yang tidak mesti, maka mukallaf yang meninggalkan perbuatan tersebut berhak mendapat pahala dan syurga. Sebaliknya karena tuntutan meninggalkan perbuatan ini tidak bersifat mesti, maka mukallaf yang melanggarnya tidak pantas mendapat dosa dan ancaman siksa neraka karena kedurhakaannya. Dari segi etimologi, makruh berarti yang dibenci. Menurut pendapat jumhur fuqaha’, makruh adalah suatu larangan syara’ terhadap suatu perbuatan, tetapi larangan tersebut bersifat tidak pasti, lantaran tidak ada dalil yang menunjukkan atas haramnya perbuatan tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: ََّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ ‫للا‬ َ ُ‫ه‬‫ر‬ْ‫ك‬‫ي‬ َ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ل‬ َ ‫ْل‬‫ي‬ِ‫ق‬ َ ‫ال‬‫ق‬‫و‬ َ ‫و‬ َ ‫ة‬‫ر‬ْ‫ث‬‫ك‬ َ ‫ال‬‫ؤ‬ُّ‫س‬‫ال‬ َ ‫ة‬‫اع‬ِِ‫ا‬‫و‬ ‫ا‬‫م‬ْ‫ال‬ . “Sesungguhnya Allah SWT. Benci terhadap berita-berita yang tidak jelas, banyal bertanya (tanpa ada relasi dalam amal perbuatan) dan menyia-nyiakan harta benda”.
  • 18. ‫ا‬‫ه‬ُّ‫ي‬‫ا‬ٰٰٓ‫ي‬ َ ‫ْن‬‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬‫م‬ٰ‫ا‬ َ ‫ّل‬ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬َٔ‫ـ‬ْ‫س‬‫ت‬ َْ‫ن‬‫ع‬ َ ‫ء‬ۤ‫ا‬‫ي‬ْ‫ش‬‫ا‬ َ ِ‫ا‬ َْ‫ن‬ َ ‫ْد‬‫ب‬ُ‫ت‬ َ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ل‬ َ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ؤ‬ُ‫س‬‫ت‬ َْ‫ن‬ِ‫ا‬‫و‬ۚ ‫ا‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬َٔ‫ـ‬ْ‫س‬‫ت‬ ‫ا‬‫ه‬ْ‫ن‬‫ع‬ َ ‫ْن‬‫ي‬ ِ‫ح‬ َُ‫ل‬َّ‫ز‬‫ن‬ُ‫ي‬ َُ‫ن‬ٰ‫ا‬ ْ‫ر‬ُ‫ق‬ْ‫ال‬ َ ‫ْد‬‫ب‬ُ‫ت‬ َ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ل‬ ‫ا‬‫ف‬‫ع‬ۚ َ ُ ٰ ‫ّللا‬ ‫ا‬‫ه‬ْ‫ن‬‫ع‬ َ ُ ٰ ‫ّللا‬‫و‬ۚ َ ‫ر‬ ْ‫و‬ُ‫ف‬‫غ‬ َ ‫ْم‬‫ي‬ِ‫ل‬‫ح‬ Juga firman Allah dalam surah al-Maidah ayat 101: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu (justru) menyusahkan kamu. Jika kamu menanyakannya ketika Al-Qur'an sedang diturunkan, (niscaya) akan diterangkan kepadamu. Allah telah memaafkan (kamu) tentang hal itu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.”
  • 19. 5.MUBAH Firman (titah) Syar’i yang berupa pilihan bagi mukallaf untuk berbuat atau tidak berbuat. Karena kepada mukallaf diberi kebebasan untuk memilih melakukan atau tidak melakukannya, maka mukallaf yang melakukannya tidak berhak mendapat pahala atau dosa. Demikian juga jika ia tidak melakukannya. Dari segi etimologi, mubah berarti melepaskan, atau mengizinkan. Sebagian ulama mendefinisikan mubah dengan: suatu perbuatan yang tidak diberi pujian atau celaan jika mukallaf mengerjakan atau meninggalkannya. Menurut sebagian ulama,hukum mubah itu sendiri identik dengan halal dan jaiz (boleh).
  • 20. Hukum mubah ditetapkan karena ada salah satu dari tiga hal, yaitu Seperti firman Allah dalam surah al-Baqarah (2): 173. Tiada berdosa bagi orang yang mengerjakan perbuatan yang semula diharamkan contohnya mendengarkan dan mempergunakan radio. Tiada nash (dalil) yang menunjukkan haramnya perbuatan tersebut Seperti firman Allah dalam surah al-Maidah (5): 5 Ada nash (dalil) yang menunjukkan atas halalnya perbuatan tersebut 01 02 03
  • 21. Kesimpulan Hukum taklifi adalah : ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya yang berhubungan yang berhubungan langsung dengan perbuatan orang mukallaf, baik dalam bentuk perintah, anjuran untuk melakukan, larangan, anjuran untuk tidak melakukan, atau dalam bentuk memberi kebebasan memilih umtul berbuat atau tidak berbuat. Hukum taklifi terbagi kepada lima yaitu : wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah.
  • 22. Daftar Pustaka Al-Bukhari. Shahih Bukhari. hadis nomor 5098. ʻAqīl, Ibn dan Sudays, Al-Wāḍiḥ Fī Uṣūl al-Fiqh. Dazir, Khoiri H. Qath’i dan Zhanni Al-Qur’an dan Al-Sunnah dalam Proses Pengembangan Dakwah. Vol.3 (Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam). 2018. Dahlan, Abd.Rahman. Ushul Fiqh. (Jakarta: Amzah). 2019. Efendi, Satria. Ushul Fiqh. (Jakarta: Kencana). 2017. Makruf, Amari dkk., Buku siswa fikih. (Jakarta: Kementerian Agama RI). 2016. Samarqandi dan Murad, Al -Mizan Fi Uṣūl al-Fiqh. Syarifuddin, Amir. Ushul fiqih. (Jakarta: Fajar Interpratama Offset) Syarifuddin, H. Amir. Ushul fiqh (Jakarta: Logos Wacana Ilmu). 2008. Zahrah, Muhammad Abu. Ushul Fiqh. (Jakarta: Pustaka Firdaus). 2008.