SlideShare a Scribd company logo
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka
Efisien dan efektifitas Pendidikan
I.
1.

Mengemlompokan Masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan Supervisi
Pelaksanaan kewenangan dibidang Pendidikan
Sesuai dengan PP No. 25 Tahun 2000, kewenangan bidang pendidikan terbagi atas (1)

kewenangan pemerintah pusat,

(2) kewenangan propinsi, dan (3) kewenangan

kabupaten/kota. Dilihat dari tingkat kewenangannya, kewenangan kabupaten/kota jauh
lebih besar daripada kewenangan propinsi dan kewenangan pemerintah pusat. Adanya tiga
macam level kewenangan tersebut berdampak pada timbulnya berbagai masalah terkait
dengan implementasi kebijakan yang menyangkut penjaminan mutu (quality assurance).
Supervisi pendidikan yang sekarang ini berlaku tidak lain adalah masalah kepengawasan
dan akreditasi sekolah, yang menjadi faktor utama dalam penjaminan mutu pendidikan di
suatu kabupaten/kota. Beragamnya kekuatan dan potensi kabupaten/kota cenderung
menimbulkan ketimpangan antar kabupaten/kota. Sementara itu, kewenangan propinsi
yang `dibatasi` cenderung mengakibatkan pelayanan pendidikan lintas kabupaten/kota
menjadi kurang tertangani dengan baik.

2. Pentingnya Pengembangan Sumber Daya Guru dengan Supervisi
Hal – hal yang berkaitan dengan pengembangan Sumber Daya guru, yaitu :
Pertama, jabatan guru diumpamakan dengan sumber air. Sumber air itu harus terus
menerus bertambah, agar sungai itu dapat mengalirkan air terus-menerus. Bila tidak, maka
sumber air itu akan kering. Demikianlah bila seorang guru tidak pernah membaca
informasi yang baru, tidak menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka
ia tidak mungkin memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan
kepada peserta didik. Kedua, jabatan guru diumpamakan dengan sebatang pohon buahbuahan. Pohon itu tidak akan berbuah lebat, bila akar induk pohon tidak menyerap zat-zat
makanan yang berguna bagi pertumbuhan pohon itu. Begitu juga dengan jabatan guru yang
perlu bertumbuh dan berkembang. Baik itu pertumbuhan pribadi guru maupun
pertumbuhan profesi guru. Setiap guru perlu menyadari bahwa pertumbuhan dan
pengembangan profesi merupakan suatu keharusan untuk menghasilkan output pendidikan
berkualitas. Itulah sebabnya guru perlu belajar terus menerus, membaca informasi terbaru

Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 1
dan mengembangkan ide-ide kreatif dalam pembelajaran agar suasana belajar mengajar
menggairahkan dan menyenangkan baik bagi guru apalagi bagi peserta didik. Peningkatan
sumber daya guru bisa dilaksanakan dengan bantuan supervisor, yaitu orang ataupun
instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru. Perlunya bantuan supervisi
terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan masyarakat.

3. Upaya Pendidikan Didalam Membina Ketahanan Moral Anak
Perkembangan zaman diera modernisasi saat ini membawa banyak dampak dalam
kehidupan manusia, dampak tersebut ternyata masuk dalam dunia pendidikan terutama
pada peserta didik. Dampak perkembangan modernisasi membawa pergeseran terhadap
moral anak (peserta didik) yang mengakibatkan semakin menurunnya moral anak didik
disekolah. Sebagai contoh yang ada yaitu rendahnya rasa hormat peserta didik kepada
orang tua dan guru. Sopan santun berbahasa, serta segala bentuk kesalahan moral yang ada
dalam masyarakat. Pembelajaran di sekolah, pada materi – materi pelajaran tertentu justru
enggan mengikut sertakan nilai-nilai moral yang mesti tentunya disampaikan melalui
materi pelajaran tersebut. Maksudnya guru hanya memberikan materi sesuai dengan
bidang studi yang ada tanpa mengikutkan nilai – nilai moral kepada anak didik.

4. Struktur Organisasi Pengawas sekolah
Jika dilihat secara mikro, pada dasarnya struktur organisasi pengawas sekolah yang
sudah berjalan selama ini bukan merupakan sumber munculnya permasalahan dalam
kepengawasan pendidikan. Namun, apabila dilihat secara makro, masih terdapat beberapa
hal yang perlu ditinjau kembali. Hal tersebut akan nampak antara lain jika dikaitkan
dengan bidang-bidang kepengawasan yang juga dilakukan lembaga lain, misalnya LPI,
LPMP, Inspektorat Jenderal Depdiknas, BPKP, dan sebagainya. Inilah yang kemudian
memunculkan upaya pencerahan melalui ”kue” pengawasan pendidikan di sekolahsekolah.Kondisi yang masih dirasakan oleh para guru dan kepala sekolah adalah bahwa
jabatan pengawas seolah-olah “senioritas”, memiliki kekuasaan lebih. Sebaliknya masih
ada sebagian yang beranggapan bahwa pengawas lebih rendah dari pada Kepala Cabang
Dinas Pendidikan dan Pengajaran. Oleh karena itu, mereka menginginkan keberadaan
pengawas hendaknya ditempatkan sesuai dengan struktur yang benar, sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
5. Pola pengawasan dari pengawas sekolah yang ada saat ini

Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 2
Sebagian besar guru menyatakan bahwa pola pengawasan yang dianut saat ini masih
kurang memuaskan, karena masih ada pengawas yang masih kurang sesuai dengan
bidangnya, kurang memahami tugasnya, dan kurang menguasai materi, Tidak berbeda
dengan pandangan para guru, kepala sekolah juga menyatakan bahwa pola pengawasan
saat ini masih kurang memuaskan.

6. Kesejahteraan Pengawas sekolah
Jabatan pengawas sekolah atau biasa dikenal dengan istilah supervisor kurang diminati
atau boleh dikata bahwa menjadi seorang supervisor tidak sejahterah. Jabatan sebagai
supervisor hanya menjadi jabatan “buangan” atau sebagai “Pelarian” sehingga kompetensi
supervisor masih belum berkualitas. Perhatian

pemerintah dalam peningkatan

kesejahteraan supervisor dalam hal pemberian tunjangan khusus atau penghasilan
tambahan bagi supervisor masih rendah karenaa belum adanya peraturan pemerintah
mengenai tunjangan khusus tersebut.

7. Kinerja Pengawasan dilapangan
Masih banyak pengawas yang belum menguasai tugasnya secara menyeluruh, belum
melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan fungsinya, serta kurang mampu
memberikan solusi dan kurang menguasai manajemen sekolah. Kinerja pengawas sekolah
dalam melaksanakan tugas pengawasan masih belum menyentuh kebutuhan guru.
Pengawas

masih

lalai

melaksanakan

kerja

yang

diemban

guna

peningkatan

profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.

8. Cara Pembinaan Supervisor terhadap guru
Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 3), supervisi adalah melihat bagaimana dari
kegiatan di sekolah yang masih negatif diupayakan menjadi positif, dan melihat mana yang
sudah positif untuk dapat ditingkatkan menjadi lebih positif lagi, yang penting pembinaan.
Dari pengertian tersebut jelas bahwa supervisi pada hakikatnya merupakan pembinaan
yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru dan staf sekolah lainnya agar mampu
bekerja lebih baik. Supervisi yang baik pada dasarnya lebih didasarkan pada upaya
bagaimana membina para guru dalam rangka memperbaiki kinerjanya yang masih kurang,
memecahkan hambatan dalam mengerjakan tugasnya serta meningkatkan kemampuan
yang dimiliki oleh guru. Dalam pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah harus
memperlakukan guru sebagai orang yang berpotensi untuk maju dan berkembang lebih
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 3
baik, sehingga tidak terkesan pelaksanaan supervisi hanya mencari kesalahan-kesalahan
guru dalam melaksanakan tugas tetapi lebih diarahkan pada proses pembinaan.

9. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses
yang lebih „murah‟. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita
memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik
pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang
mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah
disepakati. Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya
pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal
lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga
berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik. Masalah
mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita.
Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih rendah jika kita bandingkan
dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa kita
menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini
jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan. Jika
kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah,
training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun
kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya
transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di
sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya
pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks
pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu
diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang
mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik
tersebut. Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah
waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka
di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal
di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari
pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena
ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang
menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 4
pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat,
bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik
akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai
kurang. Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah mutu
pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang
mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga
membutuhkan uang lebih. Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh
pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Sistem pendidikan yang baik juga
berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat
disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik
dan peserta didik.

10. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia,
Masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal
maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang
menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan
keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Kualitas
pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari
146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan
dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia
ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The
Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

11. Demokrasi Pendidikan
Pelaksanaan demokrasi pendidikan ternyata tidak hanya terbatas pada pemberian
kesempatan belajar, tetapi juga menyediakan dan mencukupkan fasilitas – fasilitas
pendidikan sesuai jenis dan jenjang pendidikan yang dibutuhkan masyarakat dengan tetap
berorientasi pada peningkatan mutu, relevansi pendidikan atau keserasian antara
pendidikan dengan lapangan kerja. Demokrasi pendidikan diIndonesia sekarang ini, dalam
memenuhi tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang layak sudah dapat
dikatakan mencapai puncaknya, yang menjadi permasalahan yang ditemukan dilapangan
adalah di satu pihak sulitnya mencukupkan sarana dan sarana pendidikan dan di pihak lain
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 5
masih ada masyarakat yang masih belum mengerti dengan sistem pendidikan, yang
menyeleksi peserta didik atas dasar spesifikasi, sehingga kita masih melihat ada orang tua
yang memaksakan kehendaknya, yang mengakibatkan tidak seragamnya siswa di sekolah,
sehingga menyulitkan proses belajar mengajar. Misalnya bergabungnya anak cacat di
sekolah - sekolah normal, mereka masih enggan memasukkan anak mereka di SDLB
(Sekolah Dasar Luar Biasa). Lemahnya sistem seleksi penerimaan siswa baru, baik oleh
tekniknya maupun kebijaksanaan yang menyertainya, juga menambah heterogennya
murid-murid di sekolah, yang sama masalah dengan persoalan di atas. Dengan adanya
komite sekolah juga menambah demokrasi pendidikan semakin terbuka akan kehadiran
masyarakat untuk ikut dalam pengelolaan sekolah khususnya pelaksanaan tugas pokok
guru.

II. Peranan dan Fungsi Pengawas Sekolah guna perbaikan pendidikan
1. Peranan Pengawas Sekolah
Peranan menurut Getzels (1967), “That roles are defined in terms of role
expectations-the normative rights and duties that define within limits what a person
should or should not do under various circumtances while he is the incumbent a
particular role within an intitution.” Dari pendapat Getzels tersebut, maka
perananperanan dapat didefinisikan dalam terminologi harapan-harapan peranan
yang bersifat kebenaran normatif dan menetapkan batasan-batasan kewajibankewajiban apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan seseorang
secara khusus di dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu, setiap kita berbicara
tentang peranan seseorang di dalam suatu organisasi termasuk juga organisasi
sekolah/madrasah tentunya, selalu berupa peranan-peranan yang normatif atau yang
ideal - ideal saja.
Peranan adalah aspek dinamis yang melekat pada posisi atau status seseorang di
dalam suatu organisasi seperti yang dinyatakan oleh Lipham & Hoeh (1974), “We
indicate that a role is a dynamis aspect of a position, office, or status in
institution.”.Karena peranan bersifat dinamis, maka ia berkembang terus sesuai
dengan tuntutan kebutuhan organisasi.
Peranan pengawas sekolah menurut Wiles & Bondi (2007), “The role of the
supervisor is to help teachers and other education leaders understand issues and
make wise decisions affecting student education.”

Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 6
Bertitik tolak dari pendapat Wiles & Bondi tersebut, maka peranan pengawas
sekolah adalah membantu guru – guru dan pemimpin – pemimpin pendidikan untuk
memahami isu – isu dan membuat keputusan yang bijak yang mempengaruhi
pendidikan siswa. Untuk membantu guru dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya serta meningkatkan prestasi belajar siswa.
Adapun peranan umum pengawas sekolah adalah sebagai :
a. observer (pemantau),
b. supervisor (penyelia),
c. evaluator (pengevaluasi) pelaporan, dan
d. successor (penindak lanjut hasil pengawasan).
Apa saja yang dilakukan setiap peranan akan dibahas pada subbab fungsi
pengawas sekolah/madrasah di bawah ini.
Dalam praktiknya, orang sering menyamakan antara arti pengevaluasian dengan
penilaian. Pada hal, arti pengevaluasian berbeda dengan penilaian. Pengevaluasian
pendidikan ialah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang,dan
jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Sedangkan penilaian ialah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar siswa
Peranan sebagai penyelia adalah melaksanakan supervisi. Supervisi meliputi : (1)
supervisi akademik, dan (2) supervisi manajerial. Kedua supervisi ini harus
dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas sekolah/madrasah.
Sasaran supervisi akademik antara lain adalah untuk membantu guru dalam hal :
a. merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan,
b. melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan,
c. menilai proses dan hasil pembelajaran/bimbingan,
d. memanfaatkan

hasil

penilaian

untuk

peningkatan

layanan

pembelajaran/bimbingan,
e. memberikan umpan balik secara tepat dan teratur dan terus menerus pada
peserta didik,
f. melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar,
g. memberikan bimbingan belajar pada peserta didik,
h. menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,

Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 7
i. mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media pembelajaran dan
atau bimbingan,
j. memanfaatkan sumber – sumber belajar,
k. mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode, strategi, teknik,
model, dan pendekatan) yang tepat dan berdaya guna,
l. melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran/bimbingan, dan
m. mengembangkan inovasi pembelajaran/bimbingan.
Dalam melaksanakan supervisi akademik, pengawas sekolah hendaknya memiliki
peranan khusus sebagai :
a. patner (mitra) guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran
dan bimbingan di sekolah binaannya,
b. inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan
bimbingan di sekolah binaannya,
c. konsultan pendidikan dan pembelajaran di sekolah binaannya,
d. konselor bagi guru dan seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan
e. motivator untuk meningkatkan kinerja guru dan semua tenaga kependidikan di
sekolah/madrasah.
Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan tenaga
kependidikan di sekolah di bidang administrasi sekolah yang meliputi :
1) administrasi kurikulum,
2) administrasi keuangan,
3) administrasi sarana prasarana/perlengkapan,
4) administrasi tenaga kependidikan,
5) administrasi kesiswaan,
6) administrasi hubungan/madrasah dan masyarakat, dan
7) administrasi persuratan dan pengarsipan.
Dalam melaksanakan supervisi manajerial, pengawas sekolah memiliki peranan
khusus sebagai :
1) konseptor yaitu menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah;
2) programer

yaitu

menyusun

program

kepengawasan

berdasarkan

visi,

misi,tujuan, dan program pendidikan di sekolah ;
3) komposer yaitu menyusun metode kerja dan instrumen kepengawasan yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas di sekolah ;
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 8
4) reporter yaitu melaporkan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk
perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah ;
5) builder yaitu :
(a) membina kepala sekolah/madrasah dalam pengelolaan (manajemen) dan
administrasi sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan
di sekolah dan
(b) membina guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan bimbingan konseling
di sekolah ;
6) supporter yaitu mendorong guru dan kepala sekolah/madrasah dalam
merefleksikan hasil-hasil yang dicapai untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah;
7) observer yaitu memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah;
dan
8) user yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan untuk membantu kepala
sekolah dalam menyiapkan akreditasi sekolah.
Pengawas sekolah selama ini menurut pengamatan sekilas di lapangan cenderung
lebih banyak melaksanakan supervisi manajerial daripada supervisi akademik.
Supervisi akademik misalnya seperti berkunjung ke kelas-kelas mengamati guru
yang sedang mengajar tanpa mengganggu. Hasil pengamatan dianalisis dan
didiskusikan dengan guru serta akhirnya dapat menjadi masukan guru dalam
memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, hasil belajar siswa
diharapkan akan meningkat.Komposisi kegiatan supervisi manajerial dengan
kegiatan supervisi akademik disarankan 25 % berbanding 75 % (Pokja Pengawas,
2006).
Istilah pengawasan dalam beberapa literatur asing sekurang – kurangnya dapat
dipahami dalam konteks: (1) inspection, (2) control, dan (3) supervision. Ketiga
istilah di atas memiliki makna berbeda. Inspection memiliki esensi membangun
legal complience, yaitu kepatuhan pada perundangan dan peraturan kelembagaan
yang mengikat. Control mempunyai esensi membangun managerial compliance,
yaitu kepatuhan pada kaidah manajerial, kepemimpinan, kebijakan, keputusan,
perencanaan dan program institusi yang telah ditetapkan. Supervision memiliki
esensi professional compliance, yaitu kepatuhan profesional dalam arti jaminan
bahwa

seorang

profesional

akan

menjalankan

tugasnya

didasarkan

atas

teori,konsep-konsep, hasil validasi empirik, dan kaidah-kaidah etik. Kontrol dan
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 9
inspeksi dalam praktek pengawasan satuan pendidikan hanya diperlukan dalam
batas-batas tertentu, sedangkan yang lebih utama terletak pada supervisi
pendidikan.Berdasarkan tuntutan profesionalisme, otonomi dan akuntabilitas
profesional;pengawasan

pendidikan

dikembangkan

dari

kajian

supervisi

pendidikan. Supervisi pendidikan merupakan fungsi yang ditujukan pada
penjaminan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Supervisi akademik sama
maksudnya dengan konsep supervisi pendidikan. Educational supervision sering
disebut pula sebagai Instructional Supervision atau Instructional Leadership.
Fokusnya utamanya adalah mengkaji, menilai, memperbaiki, meningkatkan, dan
mengembangkan mutu proses pembelajaran yang dilakukan bersama dengan guru
(perorangan atau kelompok) melalui pendekatan dialog, bimbingan, nasihat dan
konsultasi dalam nuansa kemitraan yang profesional. Merujuk pada konsep
supervisi pendidikan di atas, maka pengawas sekolah/madrasah pada hakekatnya
adalah supervisor (penyelia) pendidikan, sehingga tugas utamanya adalah
melaksanakan supervisi akademik yaitu membantu guru dalam meningkatkan
kualitas proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Di
luar tugas itu, pengawas sekolah/madrasah melaksanakan juga supervisi manajerial
yakni membantu kepala sekolah dan staf sekolah untuk mempertinggi kinerja
sekolah agar dapat meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang dibinanya.
Pengawasan pendidikan juga diartikan sebagai proses kegiatan monitoring dan
evaluasi untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan pendidikan di satuan pendidikan
terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk
mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan
mengganggu pencapaian tujuan (Robbins,1997). Pengawasan juga merupakan
fungsi manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja satuan pendidikan
atau unit-unit dalam suatu organisasi sekolah guna menetapkan kemajuan sekolah
sesuai dengan arah yang dikehendaki (Wagner dan Hollenbeck dalam
Mantja,2001). Oleh karena itu pengawasan pendidikan adalah fungsi manajemen
pendidikan yang harus diaktualisasikan, seperti halnya fungsi manajemen lainnya
(Mantja, 2001).
Dalam pendidikan, pengawasan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya
peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (2000) menegaskan bahwa
pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain adalah usaha memberikan layanan
kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu
Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 10
maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil
pembelajaran.
Atas dasar itu hakikat dari pengawasan pendidikan pada hakikat adalah bantuan
profesional kesejawatan kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang
ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan kualitas pembelajaran. Bantuan
profesional yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau
pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan
perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang
diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting,
sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran sehingga mampu
memperbaiki dan mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih bermutu dan
berdaya guna.
Atas dasar uraian di atas, maka kegiatan pengawasan pendidikan harus berfokus
pada : (1) standar dan prestasi yang harus diraih siswa, (2) kualitas layanan siswa di
sekolah (keefektivan belajar mengajar, kualitas program kegiatan sekolah dalam
memenuhi kebutuhan dan minat siswa, kualitas bimbingan siswa), serta (3)
kepemimpinan dan manajemen sekolah. Jadi, keutamaan supervisi adalah
membantu guru untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi siswa
sebagaimana yang diungkapkan oleh Wiles & Bondi (2007), “Supervision is first
about helping people grow and develop. It is the job of the supervisor in education
to work with others to provide an improved process for aiding the growth and
development of students.”
Menurut Staf Tenaga Kependidikan (2006) dalam Laporan Rapat Kordinasi
Pengembangan Tenaga Kependidikan, tugas pokok pengawas adalah :
(1) menyusun program kerja kepengawasan untuk setiap semester pada sekolah
binaannya;
(2) melaksanakan penilaian, pengolahan, dan analisis data hasil belajar/bimbingan
siswa dan kemampuan guru;
(3) mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses
pembelajaran/bimbingan, lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap
perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa;
(4) melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor sumber daya
pendidikan sebagai bahan untuk melakukan inovasi sekolah;

Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 11
(5) memberikan arahan, bantuan, dan bimbingan kepada guru tentang proses
pembelajaran/bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan
hasil belajar/bimbingan siswa;
(6) melaksanakan penilaian dan pemantauan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah/madrasah binaan mulai dari penerimaan siswa baru, pelaksanaan
pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai kepada pelepasan lulusan/pemberian
ijazah;
(7) menyusun laporan hasil pengawasan di sekolah/madrasah binaannya dan
melaporkannya kepada Dinas Pendidikan, Komite Sekolah, dan stakeholder
lainnya;
(8) melaksanakan penilaian hasil pengawasan seluruh sekolah/madrasah sebagai
bahan kajian untuk menetapkan program pengawasan semester berikutnya;
(9) memberikan bahan penilaian kepada kepala sekolah dalam rangka akreditasi
sekolah; dan
(10)

memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam

memecahkan masalah yang dihadapi sekolah berkaitan dengan penyelenggaraan
pendidikan.
(11)

Berdasarkan tugas pokok pengawas tersebut di atas, maka peranan

pengawas adalah sebagai: inspector, observer, reporter,coordinator, dan
performer leadership (Surya Dharma, 2006).

2. FUNGSI PENGAWAS SEKOLAH
Dengan mengacu pada Surat Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara
Republik Indonesia Nomor 118 tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
dan Angka Kreditnya, Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 03420/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi
Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1996 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas dan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 020/U/1998 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Jabatan fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, dapat
diketahui tentang fungsi pengawas sekolah adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan

penyelenggaraan

pendidikan

di

sekolah

sesuai

dengan

penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP dan SLTA.

Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 12
b. Peningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan hasil prestasi
belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Fungsi yang pertama merujuk pada pengawasan manajerial, sedangkan fungsi yang
kedua merujuk pada pengawasan akademik. Pengawasan manajerial pada dasarnya
berfungsi sebagai pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan kepada kepala
sekolah/madrasah dan seluruh tenaga kependidikan lainnya di sekolah/madrasah
dalam pengelolaan sekolah/madrasah untuk meningkatkan kinerja sekolah dan
kinerja kepala sekolah serta kinerja tenaga kependidikan lainnya.
Pengawasan

akademik

berkaitan

dengan

fungsi

pembinaan,

penilaian,

perbantuan,dan pengembangan kemampuan guru dalam meningkatkan kualitas
proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.
Sejalan dengan fungsi pengawas sekolah/madrasah di atas, maka kegiatan yang
harus dilaksanakan pengawas adalah :
a. melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah/madrasah, kinerja
sekolah/madrasah, kinerja kepala sekolah/madrasah,kinerja guru, dan kinerja
seluruh tenaga kependidikan di sekolah ;
b. melakukan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya;
c. melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah
secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah ;
Berdasarkan kajian tentang fungsi pengawas sekolah sebagaimana dikemukakan di
atas, maka perspektif ke depan fungsi umum pengawas sekolah melakukan : (1)
pemantauan,

(2)

penyeliaan,

(3)

pengevaluasian

pelaporan,

dan

(4)

penindaklanjutan hasil pengawasan. Fungsi pemantauan meliputi pemantauan
pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar siswa serta menganalisisnya
untuk memperbaiki mutu pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran yang relevan
di sekolah, pemantauan terhadap penjaminan/standar mutu pendidikan,pemantauan
terhadap pelaksanaan kurikulum, pemantauan terhadap penerimaan siswa baru,
pemantauan terhadap proses pembelajaran di kelas, pemantauan terhadap hasil
belajar siswa, pemantauan terhadap pelaksanaan ujian, pemantauan terhadap rapat
guru, pemantauan terhadap kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya di
sekolah, pemantauan terhadap hubungan sekolah dengan masyarakat, pemantauan
terhadap data statistik kemajuan sekolah, dan program-program pengembangan
sekolah.

Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 13
Fungsi penyeliaan meliputi penyeliaan terhadap: kinerja sekolah, kinerja kepala
sekolah, kinerja guru, kinerja tenaga kependidikan di sekolah, pelaksanaan
kurikulum/mata

pelajaran,

proses

pembelajaran,pemanfaatan

sumberdaya,

pengelolaan sekolah, dan unsur lainnya seperti : keputusan moral, pendidikan
moral, kerjasama dengan masyarakat. mensupervisi sumber-sumber daya sekolah
sumber daya manusia, material, kurikulum dan sebagainya, penyeliaan kegiatan
antar sekolah binaannya, kegiatan in service training bagi kepala sekolah, guru dan
tenaga kependidikan di sekolah lainnya, dan penyeliaan pelaksanaan kegiatan
inovasi sekolah.
Fungsi pengevaluasian pelaporan meliputi pengevaluasian pelaporan terhadap
kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap
berbagai komponen pendidikan di sekolah sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan, pelaporan perkembangan dan hasil pengawasan
kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Propinsi dan/atau Nasional,
pelaporan perkembangan dan hasil pengawasan ke sekolah binaannya, Komite
Sekolah

dan

stakeholder

lainnya.

Fungsi

penindaklanjutan

meliputi

penindaklanjutan terhadap laporan hasil pengawasan untuk perbaikan program
pengawasan berikutnya di sekolah; penindaklanjutan terhadap kelebihan-kelebihan
dan kekurangan sekolah hasil refleksi guru, kepala sekolah, dan tenaga
kependidikan lainnya; penindaklanjutan terhadap hasil - hasil pemantauan
pelaksanaan standar nasional untuk membantu kepala sekolah dalam menyiapkan
akreditasi sekolah; dan penindaklanjutan terhadap karya tulis ilmiah yang telah
dihasilkan oleh guru dan kepala sekolah.
Peranan tidak dapat dipisahkan (inherent) dengan fungsi seperti yang dinyatakan
Stoner & Freeman (2000), “For the purpose of managerial thinking, a role is the
behavioral pattern expected of someone within functional unit. Roles are thus
inherent in functions.” Sebagai konsekuensi dari pendapat Stoner & Freeman
tersebut, maka dapat dimaknai bahwa peranan adalah orang yang memainkan
fungsi, sedangkan fungsi adalah kegiatan atau proses yang harus dimainkan oleh
pemeran. Jadi, peranan harus berkaitan dengan fungsi atau sebaliknya fungsi
berkaitan dengan peranan.
Atas rasional tersebut, maka fungsi umum dan fungsi khusus pengawas sekolah
harus memiliki hubungan timbal balik dengan peranan umum dan peranan khusus

Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 14
seperti yang telah diutarakan di atas. Adapun fungsi umum dan fungsi khusus
pengawas sekolah seperti berikut ini :
a. Fungsi umum pengawas sekolah/madrasah adalah sebagai :
(1) pemantauan,(2) penyeliaan (supervision), (3) pengevaluasian pelaporan, dan (4)
penindaklanjutan hasil pengawasan.
b. Fungsi khusus pengawas sekolah/madrasah adalah sebagai : (1) persekutuan
(kemitraan),

(2)

pembaharuan,

(3)

pempeloporan,

(4)

konsultan,

(5)

pembimbingan, (6) pemotivasian, (7) pengonsepan, (8) pemegrograman, (9)
penyusunan, (10) pelaporan, (11) pembinaan, (12) pendorongan, (13)
pemantauan, (14) pemanfaatan, (15) pengawasan, (16) pengkoordinasian, dan
(17) pelaksanaan kepemimpinan.

Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 15
DAFTAR PUSTAKA
Getzels, J.W. 1967. Administration as a Social Process, in Administrative Theory
in Education. New York: Macmillan.
Lipham, J.M. & Hoeh, J.A. 1974. The Principalships: Foundations and
Functions.New York : Harper & Row, Publisher.
Mantja, W. 2001. Organisasi dan Hubungan Kerja Pengawas Pendidikan.
Makalah,disampaikan dalam Rapat Konsultasi Pengawasan antara
Inspektorat Jendral Departemen Pendidikan Nasional dengan Badan
Pengawasan Daerah di Solo,tanggal 24 s/d 28 September2001.
Pokja Tenaga Pengawas. 2006. Manajemen Pengembangan Tenaga Pengawas
Satuan Pendidikan. Jakarta : Direktorat Tenaga
Kependidikan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional.
Robins, S.P. 1984. Management : Concepts and Practices. Englewood Cliffs:
Prentice-Hall
Sahertian, P.A. 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Staf Tenaga Kependidikan, 2006. Laporan Rapat Kordinasi Pengembangan
Kebijakan Tenaga Kependidikan. Jakarta :
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan
Nasional.
Stoner, J.A.F. & Freeman, R.A. 2000. Management. Englewood Cliffs, New Jersey
: Prentice-Hall International Editions.
Surya Dharma. 2006. Kepemimpinan Pengawas Sekolah: Mengembangkan
Budaya Tanggung Jawab. Dalam Jurnal Tenaga
Kependidikan.Vol. 1, No. 2-Agustus, hal. 9.
Wiles, J. & Bondi. 2007. Supervision A Guide to Practice. Second Edition.
London:Charles E. Merril Publishing Company.Oleh :
Surya DharmaDirektur Tenaga Kependidikan (Dalam Jurnal
Tenaga Kependidikan Vol. 3, No. 1, April 2008)

Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan

Page 16

More Related Content

What's hot

RPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docx
RPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docxRPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docx
RPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docx
DianKurniawati19
 
AKSI NYATA LIMA POSISI KONTROL GURU.pptx
AKSI NYATA LIMA POSISI KONTROL GURU.pptxAKSI NYATA LIMA POSISI KONTROL GURU.pptx
AKSI NYATA LIMA POSISI KONTROL GURU.pptx
HenriFauzanAlfi
 
Persentasi profil sekolah
Persentasi profil sekolahPersentasi profil sekolah
Persentasi profil sekolahYANI RASMADI
 
SERTIFIKAT KOMUNITAS BELAJAR FIX UPLOAD.pdf
SERTIFIKAT KOMUNITAS BELAJAR FIX UPLOAD.pdfSERTIFIKAT KOMUNITAS BELAJAR FIX UPLOAD.pdf
SERTIFIKAT KOMUNITAS BELAJAR FIX UPLOAD.pdf
DOWENSAPETUASIMARMAT
 
4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf
4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf
4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf
syahrialade
 
SUPERVISI MANAJERIAL
SUPERVISI  MANAJERIALSUPERVISI  MANAJERIAL
SUPERVISI MANAJERIAL
Afdan Rojabi
 
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
Pristiadi Utomo
 
Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran SD
Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran SDKlasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran SD
Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran SD
dindinamuiz
 
makalah observasi sekolah
makalah observasi sekolahmakalah observasi sekolah
makalah observasi sekolah
Hildadp
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
CandraMegawati
 
Standar isi,standar proses, dan standar kompetensi lulusan pada jenjang smp
Standar isi,standar proses, dan standar kompetensi lulusan pada jenjang smpStandar isi,standar proses, dan standar kompetensi lulusan pada jenjang smp
Standar isi,standar proses, dan standar kompetensi lulusan pada jenjang smp
NYAK MAULANA
 
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulumLaporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulumJati Jakmania
 
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
Andina Aulia Rachma
 
Media pembelajaran berbasis lingkungan
Media pembelajaran berbasis lingkunganMedia pembelajaran berbasis lingkungan
Media pembelajaran berbasis lingkungannita junita
 
aksi nyata topik4 Melakukan Asesmen Awal Pembelajaran.pptx
aksi nyata topik4 Melakukan  Asesmen Awal  Pembelajaran.pptxaksi nyata topik4 Melakukan  Asesmen Awal  Pembelajaran.pptx
aksi nyata topik4 Melakukan Asesmen Awal Pembelajaran.pptx
Purmeidiantopurmeidi
 
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...Ummu Nihayah
 
KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM.ppt
KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM.pptKONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM.ppt
KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM.ppt
MENDOTV
 

What's hot (20)

RPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docx
RPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docxRPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docx
RPP BERDIFERENSIASI KELAS 5 (2).docx
 
AKSI NYATA LIMA POSISI KONTROL GURU.pptx
AKSI NYATA LIMA POSISI KONTROL GURU.pptxAKSI NYATA LIMA POSISI KONTROL GURU.pptx
AKSI NYATA LIMA POSISI KONTROL GURU.pptx
 
Persentasi profil sekolah
Persentasi profil sekolahPersentasi profil sekolah
Persentasi profil sekolah
 
SERTIFIKAT KOMUNITAS BELAJAR FIX UPLOAD.pdf
SERTIFIKAT KOMUNITAS BELAJAR FIX UPLOAD.pdfSERTIFIKAT KOMUNITAS BELAJAR FIX UPLOAD.pdf
SERTIFIKAT KOMUNITAS BELAJAR FIX UPLOAD.pdf
 
4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf
4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf
4_Lembar Rencana Pengembangan Diri ESTHI.pdf
 
Powerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaranPowerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaran
 
SUPERVISI MANAJERIAL
SUPERVISI  MANAJERIALSUPERVISI  MANAJERIAL
SUPERVISI MANAJERIAL
 
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
 
Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran SD
Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran SDKlasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran SD
Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran SD
 
makalah observasi sekolah
makalah observasi sekolahmakalah observasi sekolah
makalah observasi sekolah
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Standar isi,standar proses, dan standar kompetensi lulusan pada jenjang smp
Standar isi,standar proses, dan standar kompetensi lulusan pada jenjang smpStandar isi,standar proses, dan standar kompetensi lulusan pada jenjang smp
Standar isi,standar proses, dan standar kompetensi lulusan pada jenjang smp
 
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulumLaporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulum
 
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
 
Media pembelajaran berbasis lingkungan
Media pembelajaran berbasis lingkunganMedia pembelajaran berbasis lingkungan
Media pembelajaran berbasis lingkungan
 
aksi nyata topik4 Melakukan Asesmen Awal Pembelajaran.pptx
aksi nyata topik4 Melakukan  Asesmen Awal  Pembelajaran.pptxaksi nyata topik4 Melakukan  Asesmen Awal  Pembelajaran.pptx
aksi nyata topik4 Melakukan Asesmen Awal Pembelajaran.pptx
 
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
 
MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)
MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)
MBS (Manajemen Berbasis Sekolah)
 
Pembelajaran terpadu model connected
Pembelajaran terpadu model connectedPembelajaran terpadu model connected
Pembelajaran terpadu model connected
 
KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM.ppt
KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM.pptKONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM.ppt
KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM.ppt
 

Similar to Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan

Makalah
MakalahMakalah
MakalahAyybee
 
Peranan bimbel
Peranan bimbelPeranan bimbel
Peranan bimbel
Ahmad Ramdani
 
Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02
Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02
Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02Slamet Suprihanto
 
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxTUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
ManajemenPendidikanI3
 
Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)
Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)
Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)Mulyati Rahman
 
83105 id-implementasi-supervisi-pendidikan-dalam
83105 id-implementasi-supervisi-pendidikan-dalam83105 id-implementasi-supervisi-pendidikan-dalam
83105 id-implementasi-supervisi-pendidikan-dalam
Vivii Charmeiliaa
 
PENGKAEDAHAN PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
PENGKAEDAHAN PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAMPENGKAEDAHAN PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
PENGKAEDAHAN PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
Syaza Mohd Sabri
 
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guruPeningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guruResti Ws
 
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guruPeningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guruResti Ws
 
MAKALAH KEWAJIBAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PTK).docx
MAKALAH KEWAJIBAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PTK).docxMAKALAH KEWAJIBAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PTK).docx
MAKALAH KEWAJIBAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PTK).docx
Alan Nevgan
 
Transformasi kepsek iklim guru
Transformasi kepsek  iklim guruTransformasi kepsek  iklim guru
Transformasi kepsek iklim guru
Chaing Saing
 
Rendahnya kualitas guru ppt.docx
Rendahnya kualitas guru ppt.docxRendahnya kualitas guru ppt.docx
Rendahnya kualitas guru ppt.docxikasaputri
 
5. mulyati ojl supervisii
5. mulyati ojl supervisii5. mulyati ojl supervisii
5. mulyati ojl supervisiiMulyati Rahman
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTONHeldy Eriston
 
PPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan Guru
PPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan GuruPPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan Guru
PPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan Guru
Inayah
 
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN Cescashinta
 
SISTEM KONTROL PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DAN KELUARGA
SISTEM KONTROL PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DAN KELUARGASISTEM KONTROL PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DAN KELUARGA
SISTEM KONTROL PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DAN KELUARGA
Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam
 

Similar to Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan (20)

Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Mulyati supervisi 1
Mulyati supervisi 1Mulyati supervisi 1
Mulyati supervisi 1
 
Peranan bimbel
Peranan bimbelPeranan bimbel
Peranan bimbel
 
Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02
Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02
Tesisbabis d-vdanlampiran1s-d-121113005251-phpapp02
 
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxTUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
 
Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)
Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)
Mulyati ojl 1 (Diklat Cakep Bab 1)
 
83105 id-implementasi-supervisi-pendidikan-dalam
83105 id-implementasi-supervisi-pendidikan-dalam83105 id-implementasi-supervisi-pendidikan-dalam
83105 id-implementasi-supervisi-pendidikan-dalam
 
Makalah supervisi pendidikan
Makalah supervisi pendidikanMakalah supervisi pendidikan
Makalah supervisi pendidikan
 
PENGKAEDAHAN PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
PENGKAEDAHAN PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAMPENGKAEDAHAN PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
PENGKAEDAHAN PENGAJARAN PENDIDIKAN ISLAM
 
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guruPeningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
 
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guruPeningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
 
MAKALAH KEWAJIBAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PTK).docx
MAKALAH KEWAJIBAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PTK).docxMAKALAH KEWAJIBAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PTK).docx
MAKALAH KEWAJIBAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PTK).docx
 
Transformasi kepsek iklim guru
Transformasi kepsek  iklim guruTransformasi kepsek  iklim guru
Transformasi kepsek iklim guru
 
Rendahnya kualitas guru ppt.docx
Rendahnya kualitas guru ppt.docxRendahnya kualitas guru ppt.docx
Rendahnya kualitas guru ppt.docx
 
5. mulyati ojl supervisii
5. mulyati ojl supervisii5. mulyati ojl supervisii
5. mulyati ojl supervisii
 
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTONPengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
Pengaruh sertifikasi Terhadap mutu pendidikan bab I by HELDY ERISTON
 
PPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan Guru
PPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan GuruPPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan Guru
PPT Kelompok 8 Profesi Kependidikan - Tugas Utama dan Tugas Tambahan Guru
 
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
 
SISTEM KONTROL PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DAN KELUARGA
SISTEM KONTROL PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DAN KELUARGASISTEM KONTROL PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DAN KELUARGA
SISTEM KONTROL PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DAN KELUARGA
 
Uas lpp
Uas lppUas lpp
Uas lpp
 

More from Jerry Makawimbang

Pentingnya disiplin bagi pns
Pentingnya disiplin bagi pnsPentingnya disiplin bagi pns
Pentingnya disiplin bagi pnsJerry Makawimbang
 
Teori organisasi dan kepemimpinan
Teori organisasi dan kepemimpinanTeori organisasi dan kepemimpinan
Teori organisasi dan kepemimpinanJerry Makawimbang
 
Teori belajar kuantum pada pendidikan anak usia dini
Teori belajar kuantum pada pendidikan anak usia diniTeori belajar kuantum pada pendidikan anak usia dini
Teori belajar kuantum pada pendidikan anak usia diniJerry Makawimbang
 
Penerapan teori belajar skiner pada anak sekolah minggu gereja
Penerapan teori belajar skiner pada anak sekolah minggu gerejaPenerapan teori belajar skiner pada anak sekolah minggu gereja
Penerapan teori belajar skiner pada anak sekolah minggu gerejaJerry Makawimbang
 
Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab
Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitabMoral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab
Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitabJerry Makawimbang
 
Perencanaan pendidikan berbasis sekolah
Perencanaan pendidikan berbasis sekolahPerencanaan pendidikan berbasis sekolah
Perencanaan pendidikan berbasis sekolahJerry Makawimbang
 
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...Jerry Makawimbang
 
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Jerry Makawimbang
 
Kepemimpinan berbasis kecerdasan emosional
Kepemimpinan berbasis kecerdasan emosionalKepemimpinan berbasis kecerdasan emosional
Kepemimpinan berbasis kecerdasan emosionalJerry Makawimbang
 
Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial
Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensialManajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial
Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensialJerry Makawimbang
 

More from Jerry Makawimbang (20)

Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuan
 
Materi.pengukuran
Materi.pengukuranMateri.pengukuran
Materi.pengukuran
 
Bahan ajar momentum
Bahan ajar momentumBahan ajar momentum
Bahan ajar momentum
 
Pentingnya disiplin bagi pns
Pentingnya disiplin bagi pnsPentingnya disiplin bagi pns
Pentingnya disiplin bagi pns
 
Kepemimpinan kristen
Kepemimpinan kristenKepemimpinan kristen
Kepemimpinan kristen
 
Teori organisasi dan kepemimpinan
Teori organisasi dan kepemimpinanTeori organisasi dan kepemimpinan
Teori organisasi dan kepemimpinan
 
Teori belajar kuantum pada pendidikan anak usia dini
Teori belajar kuantum pada pendidikan anak usia diniTeori belajar kuantum pada pendidikan anak usia dini
Teori belajar kuantum pada pendidikan anak usia dini
 
Penerapan teori belajar skiner pada anak sekolah minggu gereja
Penerapan teori belajar skiner pada anak sekolah minggu gerejaPenerapan teori belajar skiner pada anak sekolah minggu gereja
Penerapan teori belajar skiner pada anak sekolah minggu gereja
 
Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab
Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitabMoral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab
Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab
 
Motivasi dalam pekerjaan
Motivasi dalam pekerjaanMotivasi dalam pekerjaan
Motivasi dalam pekerjaan
 
Supervisi pendidikan
Supervisi pendidikanSupervisi pendidikan
Supervisi pendidikan
 
Kurikulum pendidikan
Kurikulum pendidikanKurikulum pendidikan
Kurikulum pendidikan
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 
Perencanaan pendidikan berbasis sekolah
Perencanaan pendidikan berbasis sekolahPerencanaan pendidikan berbasis sekolah
Perencanaan pendidikan berbasis sekolah
 
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
Peran komite sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah sebagai imp...
 
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
 
Kepemimpinan berbasis kecerdasan emosional
Kepemimpinan berbasis kecerdasan emosionalKepemimpinan berbasis kecerdasan emosional
Kepemimpinan berbasis kecerdasan emosional
 
Model model pembelajaran
Model   model pembelajaranModel   model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Penjumlahan vektor
Penjumlahan vektorPenjumlahan vektor
Penjumlahan vektor
 
Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial
Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensialManajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial
Manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial
 

Pelaksanaan supervisi dalam rangka efisien dan efektivitas pendidikan

  • 1. Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan I. 1. Mengemlompokan Masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan Supervisi Pelaksanaan kewenangan dibidang Pendidikan Sesuai dengan PP No. 25 Tahun 2000, kewenangan bidang pendidikan terbagi atas (1) kewenangan pemerintah pusat, (2) kewenangan propinsi, dan (3) kewenangan kabupaten/kota. Dilihat dari tingkat kewenangannya, kewenangan kabupaten/kota jauh lebih besar daripada kewenangan propinsi dan kewenangan pemerintah pusat. Adanya tiga macam level kewenangan tersebut berdampak pada timbulnya berbagai masalah terkait dengan implementasi kebijakan yang menyangkut penjaminan mutu (quality assurance). Supervisi pendidikan yang sekarang ini berlaku tidak lain adalah masalah kepengawasan dan akreditasi sekolah, yang menjadi faktor utama dalam penjaminan mutu pendidikan di suatu kabupaten/kota. Beragamnya kekuatan dan potensi kabupaten/kota cenderung menimbulkan ketimpangan antar kabupaten/kota. Sementara itu, kewenangan propinsi yang `dibatasi` cenderung mengakibatkan pelayanan pendidikan lintas kabupaten/kota menjadi kurang tertangani dengan baik. 2. Pentingnya Pengembangan Sumber Daya Guru dengan Supervisi Hal – hal yang berkaitan dengan pengembangan Sumber Daya guru, yaitu : Pertama, jabatan guru diumpamakan dengan sumber air. Sumber air itu harus terus menerus bertambah, agar sungai itu dapat mengalirkan air terus-menerus. Bila tidak, maka sumber air itu akan kering. Demikianlah bila seorang guru tidak pernah membaca informasi yang baru, tidak menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka ia tidak mungkin memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan kepada peserta didik. Kedua, jabatan guru diumpamakan dengan sebatang pohon buahbuahan. Pohon itu tidak akan berbuah lebat, bila akar induk pohon tidak menyerap zat-zat makanan yang berguna bagi pertumbuhan pohon itu. Begitu juga dengan jabatan guru yang perlu bertumbuh dan berkembang. Baik itu pertumbuhan pribadi guru maupun pertumbuhan profesi guru. Setiap guru perlu menyadari bahwa pertumbuhan dan pengembangan profesi merupakan suatu keharusan untuk menghasilkan output pendidikan berkualitas. Itulah sebabnya guru perlu belajar terus menerus, membaca informasi terbaru Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 1
  • 2. dan mengembangkan ide-ide kreatif dalam pembelajaran agar suasana belajar mengajar menggairahkan dan menyenangkan baik bagi guru apalagi bagi peserta didik. Peningkatan sumber daya guru bisa dilaksanakan dengan bantuan supervisor, yaitu orang ataupun instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru. Perlunya bantuan supervisi terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan masyarakat. 3. Upaya Pendidikan Didalam Membina Ketahanan Moral Anak Perkembangan zaman diera modernisasi saat ini membawa banyak dampak dalam kehidupan manusia, dampak tersebut ternyata masuk dalam dunia pendidikan terutama pada peserta didik. Dampak perkembangan modernisasi membawa pergeseran terhadap moral anak (peserta didik) yang mengakibatkan semakin menurunnya moral anak didik disekolah. Sebagai contoh yang ada yaitu rendahnya rasa hormat peserta didik kepada orang tua dan guru. Sopan santun berbahasa, serta segala bentuk kesalahan moral yang ada dalam masyarakat. Pembelajaran di sekolah, pada materi – materi pelajaran tertentu justru enggan mengikut sertakan nilai-nilai moral yang mesti tentunya disampaikan melalui materi pelajaran tersebut. Maksudnya guru hanya memberikan materi sesuai dengan bidang studi yang ada tanpa mengikutkan nilai – nilai moral kepada anak didik. 4. Struktur Organisasi Pengawas sekolah Jika dilihat secara mikro, pada dasarnya struktur organisasi pengawas sekolah yang sudah berjalan selama ini bukan merupakan sumber munculnya permasalahan dalam kepengawasan pendidikan. Namun, apabila dilihat secara makro, masih terdapat beberapa hal yang perlu ditinjau kembali. Hal tersebut akan nampak antara lain jika dikaitkan dengan bidang-bidang kepengawasan yang juga dilakukan lembaga lain, misalnya LPI, LPMP, Inspektorat Jenderal Depdiknas, BPKP, dan sebagainya. Inilah yang kemudian memunculkan upaya pencerahan melalui ”kue” pengawasan pendidikan di sekolahsekolah.Kondisi yang masih dirasakan oleh para guru dan kepala sekolah adalah bahwa jabatan pengawas seolah-olah “senioritas”, memiliki kekuasaan lebih. Sebaliknya masih ada sebagian yang beranggapan bahwa pengawas lebih rendah dari pada Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Pengajaran. Oleh karena itu, mereka menginginkan keberadaan pengawas hendaknya ditempatkan sesuai dengan struktur yang benar, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. 5. Pola pengawasan dari pengawas sekolah yang ada saat ini Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 2
  • 3. Sebagian besar guru menyatakan bahwa pola pengawasan yang dianut saat ini masih kurang memuaskan, karena masih ada pengawas yang masih kurang sesuai dengan bidangnya, kurang memahami tugasnya, dan kurang menguasai materi, Tidak berbeda dengan pandangan para guru, kepala sekolah juga menyatakan bahwa pola pengawasan saat ini masih kurang memuaskan. 6. Kesejahteraan Pengawas sekolah Jabatan pengawas sekolah atau biasa dikenal dengan istilah supervisor kurang diminati atau boleh dikata bahwa menjadi seorang supervisor tidak sejahterah. Jabatan sebagai supervisor hanya menjadi jabatan “buangan” atau sebagai “Pelarian” sehingga kompetensi supervisor masih belum berkualitas. Perhatian pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan supervisor dalam hal pemberian tunjangan khusus atau penghasilan tambahan bagi supervisor masih rendah karenaa belum adanya peraturan pemerintah mengenai tunjangan khusus tersebut. 7. Kinerja Pengawasan dilapangan Masih banyak pengawas yang belum menguasai tugasnya secara menyeluruh, belum melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan fungsinya, serta kurang mampu memberikan solusi dan kurang menguasai manajemen sekolah. Kinerja pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas pengawasan masih belum menyentuh kebutuhan guru. Pengawas masih lalai melaksanakan kerja yang diemban guna peningkatan profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. 8. Cara Pembinaan Supervisor terhadap guru Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 3), supervisi adalah melihat bagaimana dari kegiatan di sekolah yang masih negatif diupayakan menjadi positif, dan melihat mana yang sudah positif untuk dapat ditingkatkan menjadi lebih positif lagi, yang penting pembinaan. Dari pengertian tersebut jelas bahwa supervisi pada hakikatnya merupakan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru dan staf sekolah lainnya agar mampu bekerja lebih baik. Supervisi yang baik pada dasarnya lebih didasarkan pada upaya bagaimana membina para guru dalam rangka memperbaiki kinerjanya yang masih kurang, memecahkan hambatan dalam mengerjakan tugasnya serta meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Dalam pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah harus memperlakukan guru sebagai orang yang berpotensi untuk maju dan berkembang lebih Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 3
  • 4. baik, sehingga tidak terkesan pelaksanaan supervisi hanya mencari kesalahan-kesalahan guru dalam melaksanakan tugas tetapi lebih diarahkan pada proses pembinaan. 9. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih „murah‟. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati. Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik. Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih rendah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan. Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut. Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 4
  • 5. pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang. Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga membutuhkan uang lebih. Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik. 10. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia, Masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP). 11. Demokrasi Pendidikan Pelaksanaan demokrasi pendidikan ternyata tidak hanya terbatas pada pemberian kesempatan belajar, tetapi juga menyediakan dan mencukupkan fasilitas – fasilitas pendidikan sesuai jenis dan jenjang pendidikan yang dibutuhkan masyarakat dengan tetap berorientasi pada peningkatan mutu, relevansi pendidikan atau keserasian antara pendidikan dengan lapangan kerja. Demokrasi pendidikan diIndonesia sekarang ini, dalam memenuhi tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang layak sudah dapat dikatakan mencapai puncaknya, yang menjadi permasalahan yang ditemukan dilapangan adalah di satu pihak sulitnya mencukupkan sarana dan sarana pendidikan dan di pihak lain Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 5
  • 6. masih ada masyarakat yang masih belum mengerti dengan sistem pendidikan, yang menyeleksi peserta didik atas dasar spesifikasi, sehingga kita masih melihat ada orang tua yang memaksakan kehendaknya, yang mengakibatkan tidak seragamnya siswa di sekolah, sehingga menyulitkan proses belajar mengajar. Misalnya bergabungnya anak cacat di sekolah - sekolah normal, mereka masih enggan memasukkan anak mereka di SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa). Lemahnya sistem seleksi penerimaan siswa baru, baik oleh tekniknya maupun kebijaksanaan yang menyertainya, juga menambah heterogennya murid-murid di sekolah, yang sama masalah dengan persoalan di atas. Dengan adanya komite sekolah juga menambah demokrasi pendidikan semakin terbuka akan kehadiran masyarakat untuk ikut dalam pengelolaan sekolah khususnya pelaksanaan tugas pokok guru. II. Peranan dan Fungsi Pengawas Sekolah guna perbaikan pendidikan 1. Peranan Pengawas Sekolah Peranan menurut Getzels (1967), “That roles are defined in terms of role expectations-the normative rights and duties that define within limits what a person should or should not do under various circumtances while he is the incumbent a particular role within an intitution.” Dari pendapat Getzels tersebut, maka perananperanan dapat didefinisikan dalam terminologi harapan-harapan peranan yang bersifat kebenaran normatif dan menetapkan batasan-batasan kewajibankewajiban apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan seseorang secara khusus di dalam suatu organisasi. Oleh sebab itu, setiap kita berbicara tentang peranan seseorang di dalam suatu organisasi termasuk juga organisasi sekolah/madrasah tentunya, selalu berupa peranan-peranan yang normatif atau yang ideal - ideal saja. Peranan adalah aspek dinamis yang melekat pada posisi atau status seseorang di dalam suatu organisasi seperti yang dinyatakan oleh Lipham & Hoeh (1974), “We indicate that a role is a dynamis aspect of a position, office, or status in institution.”.Karena peranan bersifat dinamis, maka ia berkembang terus sesuai dengan tuntutan kebutuhan organisasi. Peranan pengawas sekolah menurut Wiles & Bondi (2007), “The role of the supervisor is to help teachers and other education leaders understand issues and make wise decisions affecting student education.” Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 6
  • 7. Bertitik tolak dari pendapat Wiles & Bondi tersebut, maka peranan pengawas sekolah adalah membantu guru – guru dan pemimpin – pemimpin pendidikan untuk memahami isu – isu dan membuat keputusan yang bijak yang mempengaruhi pendidikan siswa. Untuk membantu guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun peranan umum pengawas sekolah adalah sebagai : a. observer (pemantau), b. supervisor (penyelia), c. evaluator (pengevaluasi) pelaporan, dan d. successor (penindak lanjut hasil pengawasan). Apa saja yang dilakukan setiap peranan akan dibahas pada subbab fungsi pengawas sekolah/madrasah di bawah ini. Dalam praktiknya, orang sering menyamakan antara arti pengevaluasian dengan penilaian. Pada hal, arti pengevaluasian berbeda dengan penilaian. Pengevaluasian pendidikan ialah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang,dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan penilaian ialah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa Peranan sebagai penyelia adalah melaksanakan supervisi. Supervisi meliputi : (1) supervisi akademik, dan (2) supervisi manajerial. Kedua supervisi ini harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas sekolah/madrasah. Sasaran supervisi akademik antara lain adalah untuk membantu guru dalam hal : a. merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan, b. melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan, c. menilai proses dan hasil pembelajaran/bimbingan, d. memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pembelajaran/bimbingan, e. memberikan umpan balik secara tepat dan teratur dan terus menerus pada peserta didik, f. melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, g. memberikan bimbingan belajar pada peserta didik, h. menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 7
  • 8. i. mengembangkan dan memanfaatkan alat bantu dan media pembelajaran dan atau bimbingan, j. memanfaatkan sumber – sumber belajar, k. mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode, strategi, teknik, model, dan pendekatan) yang tepat dan berdaya guna, l. melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran/bimbingan, dan m. mengembangkan inovasi pembelajaran/bimbingan. Dalam melaksanakan supervisi akademik, pengawas sekolah hendaknya memiliki peranan khusus sebagai : a. patner (mitra) guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan di sekolah binaannya, b. inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan bimbingan di sekolah binaannya, c. konsultan pendidikan dan pembelajaran di sekolah binaannya, d. konselor bagi guru dan seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan e. motivator untuk meningkatkan kinerja guru dan semua tenaga kependidikan di sekolah/madrasah. Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan tenaga kependidikan di sekolah di bidang administrasi sekolah yang meliputi : 1) administrasi kurikulum, 2) administrasi keuangan, 3) administrasi sarana prasarana/perlengkapan, 4) administrasi tenaga kependidikan, 5) administrasi kesiswaan, 6) administrasi hubungan/madrasah dan masyarakat, dan 7) administrasi persuratan dan pengarsipan. Dalam melaksanakan supervisi manajerial, pengawas sekolah memiliki peranan khusus sebagai : 1) konseptor yaitu menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah; 2) programer yaitu menyusun program kepengawasan berdasarkan visi, misi,tujuan, dan program pendidikan di sekolah ; 3) komposer yaitu menyusun metode kerja dan instrumen kepengawasan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawas di sekolah ; Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 8
  • 9. 4) reporter yaitu melaporkan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah ; 5) builder yaitu : (a) membina kepala sekolah/madrasah dalam pengelolaan (manajemen) dan administrasi sekolah berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah dan (b) membina guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah ; 6) supporter yaitu mendorong guru dan kepala sekolah/madrasah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapai untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah; 7) observer yaitu memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan di sekolah; dan 8) user yaitu memanfaatkan hasil-hasil pemantauan untuk membantu kepala sekolah dalam menyiapkan akreditasi sekolah. Pengawas sekolah selama ini menurut pengamatan sekilas di lapangan cenderung lebih banyak melaksanakan supervisi manajerial daripada supervisi akademik. Supervisi akademik misalnya seperti berkunjung ke kelas-kelas mengamati guru yang sedang mengajar tanpa mengganggu. Hasil pengamatan dianalisis dan didiskusikan dengan guru serta akhirnya dapat menjadi masukan guru dalam memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.Komposisi kegiatan supervisi manajerial dengan kegiatan supervisi akademik disarankan 25 % berbanding 75 % (Pokja Pengawas, 2006). Istilah pengawasan dalam beberapa literatur asing sekurang – kurangnya dapat dipahami dalam konteks: (1) inspection, (2) control, dan (3) supervision. Ketiga istilah di atas memiliki makna berbeda. Inspection memiliki esensi membangun legal complience, yaitu kepatuhan pada perundangan dan peraturan kelembagaan yang mengikat. Control mempunyai esensi membangun managerial compliance, yaitu kepatuhan pada kaidah manajerial, kepemimpinan, kebijakan, keputusan, perencanaan dan program institusi yang telah ditetapkan. Supervision memiliki esensi professional compliance, yaitu kepatuhan profesional dalam arti jaminan bahwa seorang profesional akan menjalankan tugasnya didasarkan atas teori,konsep-konsep, hasil validasi empirik, dan kaidah-kaidah etik. Kontrol dan Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 9
  • 10. inspeksi dalam praktek pengawasan satuan pendidikan hanya diperlukan dalam batas-batas tertentu, sedangkan yang lebih utama terletak pada supervisi pendidikan.Berdasarkan tuntutan profesionalisme, otonomi dan akuntabilitas profesional;pengawasan pendidikan dikembangkan dari kajian supervisi pendidikan. Supervisi pendidikan merupakan fungsi yang ditujukan pada penjaminan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Supervisi akademik sama maksudnya dengan konsep supervisi pendidikan. Educational supervision sering disebut pula sebagai Instructional Supervision atau Instructional Leadership. Fokusnya utamanya adalah mengkaji, menilai, memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan mutu proses pembelajaran yang dilakukan bersama dengan guru (perorangan atau kelompok) melalui pendekatan dialog, bimbingan, nasihat dan konsultasi dalam nuansa kemitraan yang profesional. Merujuk pada konsep supervisi pendidikan di atas, maka pengawas sekolah/madrasah pada hakekatnya adalah supervisor (penyelia) pendidikan, sehingga tugas utamanya adalah melaksanakan supervisi akademik yaitu membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Di luar tugas itu, pengawas sekolah/madrasah melaksanakan juga supervisi manajerial yakni membantu kepala sekolah dan staf sekolah untuk mempertinggi kinerja sekolah agar dapat meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang dibinanya. Pengawasan pendidikan juga diartikan sebagai proses kegiatan monitoring dan evaluasi untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan pendidikan di satuan pendidikan terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan (Robbins,1997). Pengawasan juga merupakan fungsi manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja satuan pendidikan atau unit-unit dalam suatu organisasi sekolah guna menetapkan kemajuan sekolah sesuai dengan arah yang dikehendaki (Wagner dan Hollenbeck dalam Mantja,2001). Oleh karena itu pengawasan pendidikan adalah fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan, seperti halnya fungsi manajemen lainnya (Mantja, 2001). Dalam pendidikan, pengawasan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (2000) menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain adalah usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 10
  • 11. maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Atas dasar itu hakikat dari pengawasan pendidikan pada hakikat adalah bantuan profesional kesejawatan kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan kualitas pembelajaran. Bantuan profesional yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran sehingga mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih bermutu dan berdaya guna. Atas dasar uraian di atas, maka kegiatan pengawasan pendidikan harus berfokus pada : (1) standar dan prestasi yang harus diraih siswa, (2) kualitas layanan siswa di sekolah (keefektivan belajar mengajar, kualitas program kegiatan sekolah dalam memenuhi kebutuhan dan minat siswa, kualitas bimbingan siswa), serta (3) kepemimpinan dan manajemen sekolah. Jadi, keutamaan supervisi adalah membantu guru untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi siswa sebagaimana yang diungkapkan oleh Wiles & Bondi (2007), “Supervision is first about helping people grow and develop. It is the job of the supervisor in education to work with others to provide an improved process for aiding the growth and development of students.” Menurut Staf Tenaga Kependidikan (2006) dalam Laporan Rapat Kordinasi Pengembangan Tenaga Kependidikan, tugas pokok pengawas adalah : (1) menyusun program kerja kepengawasan untuk setiap semester pada sekolah binaannya; (2) melaksanakan penilaian, pengolahan, dan analisis data hasil belajar/bimbingan siswa dan kemampuan guru; (3) mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses pembelajaran/bimbingan, lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa; (4) melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor sumber daya pendidikan sebagai bahan untuk melakukan inovasi sekolah; Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 11
  • 12. (5) memberikan arahan, bantuan, dan bimbingan kepada guru tentang proses pembelajaran/bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar/bimbingan siswa; (6) melaksanakan penilaian dan pemantauan penyelenggaraan pendidikan di sekolah/madrasah binaan mulai dari penerimaan siswa baru, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai kepada pelepasan lulusan/pemberian ijazah; (7) menyusun laporan hasil pengawasan di sekolah/madrasah binaannya dan melaporkannya kepada Dinas Pendidikan, Komite Sekolah, dan stakeholder lainnya; (8) melaksanakan penilaian hasil pengawasan seluruh sekolah/madrasah sebagai bahan kajian untuk menetapkan program pengawasan semester berikutnya; (9) memberikan bahan penilaian kepada kepala sekolah dalam rangka akreditasi sekolah; dan (10) memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sekolah berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan. (11) Berdasarkan tugas pokok pengawas tersebut di atas, maka peranan pengawas adalah sebagai: inspector, observer, reporter,coordinator, dan performer leadership (Surya Dharma, 2006). 2. FUNGSI PENGAWAS SEKOLAH Dengan mengacu pada Surat Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 118 tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya, Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 03420/O/1996 dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 020/U/1998 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, dapat diketahui tentang fungsi pengawas sekolah adalah sebagai berikut : a. Pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP dan SLTA. Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 12
  • 13. b. Peningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan hasil prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Fungsi yang pertama merujuk pada pengawasan manajerial, sedangkan fungsi yang kedua merujuk pada pengawasan akademik. Pengawasan manajerial pada dasarnya berfungsi sebagai pembinaan, penilaian dan bantuan/bimbingan kepada kepala sekolah/madrasah dan seluruh tenaga kependidikan lainnya di sekolah/madrasah dalam pengelolaan sekolah/madrasah untuk meningkatkan kinerja sekolah dan kinerja kepala sekolah serta kinerja tenaga kependidikan lainnya. Pengawasan akademik berkaitan dengan fungsi pembinaan, penilaian, perbantuan,dan pengembangan kemampuan guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa. Sejalan dengan fungsi pengawas sekolah/madrasah di atas, maka kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas adalah : a. melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah/madrasah, kinerja sekolah/madrasah, kinerja kepala sekolah/madrasah,kinerja guru, dan kinerja seluruh tenaga kependidikan di sekolah ; b. melakukan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya; c. melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah ; Berdasarkan kajian tentang fungsi pengawas sekolah sebagaimana dikemukakan di atas, maka perspektif ke depan fungsi umum pengawas sekolah melakukan : (1) pemantauan, (2) penyeliaan, (3) pengevaluasian pelaporan, dan (4) penindaklanjutan hasil pengawasan. Fungsi pemantauan meliputi pemantauan pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar siswa serta menganalisisnya untuk memperbaiki mutu pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran yang relevan di sekolah, pemantauan terhadap penjaminan/standar mutu pendidikan,pemantauan terhadap pelaksanaan kurikulum, pemantauan terhadap penerimaan siswa baru, pemantauan terhadap proses pembelajaran di kelas, pemantauan terhadap hasil belajar siswa, pemantauan terhadap pelaksanaan ujian, pemantauan terhadap rapat guru, pemantauan terhadap kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya di sekolah, pemantauan terhadap hubungan sekolah dengan masyarakat, pemantauan terhadap data statistik kemajuan sekolah, dan program-program pengembangan sekolah. Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 13
  • 14. Fungsi penyeliaan meliputi penyeliaan terhadap: kinerja sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, kinerja tenaga kependidikan di sekolah, pelaksanaan kurikulum/mata pelajaran, proses pembelajaran,pemanfaatan sumberdaya, pengelolaan sekolah, dan unsur lainnya seperti : keputusan moral, pendidikan moral, kerjasama dengan masyarakat. mensupervisi sumber-sumber daya sekolah sumber daya manusia, material, kurikulum dan sebagainya, penyeliaan kegiatan antar sekolah binaannya, kegiatan in service training bagi kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan di sekolah lainnya, dan penyeliaan pelaksanaan kegiatan inovasi sekolah. Fungsi pengevaluasian pelaporan meliputi pengevaluasian pelaporan terhadap kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan di sekolah sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan, pelaporan perkembangan dan hasil pengawasan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Propinsi dan/atau Nasional, pelaporan perkembangan dan hasil pengawasan ke sekolah binaannya, Komite Sekolah dan stakeholder lainnya. Fungsi penindaklanjutan meliputi penindaklanjutan terhadap laporan hasil pengawasan untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah; penindaklanjutan terhadap kelebihan-kelebihan dan kekurangan sekolah hasil refleksi guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya; penindaklanjutan terhadap hasil - hasil pemantauan pelaksanaan standar nasional untuk membantu kepala sekolah dalam menyiapkan akreditasi sekolah; dan penindaklanjutan terhadap karya tulis ilmiah yang telah dihasilkan oleh guru dan kepala sekolah. Peranan tidak dapat dipisahkan (inherent) dengan fungsi seperti yang dinyatakan Stoner & Freeman (2000), “For the purpose of managerial thinking, a role is the behavioral pattern expected of someone within functional unit. Roles are thus inherent in functions.” Sebagai konsekuensi dari pendapat Stoner & Freeman tersebut, maka dapat dimaknai bahwa peranan adalah orang yang memainkan fungsi, sedangkan fungsi adalah kegiatan atau proses yang harus dimainkan oleh pemeran. Jadi, peranan harus berkaitan dengan fungsi atau sebaliknya fungsi berkaitan dengan peranan. Atas rasional tersebut, maka fungsi umum dan fungsi khusus pengawas sekolah harus memiliki hubungan timbal balik dengan peranan umum dan peranan khusus Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 14
  • 15. seperti yang telah diutarakan di atas. Adapun fungsi umum dan fungsi khusus pengawas sekolah seperti berikut ini : a. Fungsi umum pengawas sekolah/madrasah adalah sebagai : (1) pemantauan,(2) penyeliaan (supervision), (3) pengevaluasian pelaporan, dan (4) penindaklanjutan hasil pengawasan. b. Fungsi khusus pengawas sekolah/madrasah adalah sebagai : (1) persekutuan (kemitraan), (2) pembaharuan, (3) pempeloporan, (4) konsultan, (5) pembimbingan, (6) pemotivasian, (7) pengonsepan, (8) pemegrograman, (9) penyusunan, (10) pelaporan, (11) pembinaan, (12) pendorongan, (13) pemantauan, (14) pemanfaatan, (15) pengawasan, (16) pengkoordinasian, dan (17) pelaksanaan kepemimpinan. Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 15
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Getzels, J.W. 1967. Administration as a Social Process, in Administrative Theory in Education. New York: Macmillan. Lipham, J.M. & Hoeh, J.A. 1974. The Principalships: Foundations and Functions.New York : Harper & Row, Publisher. Mantja, W. 2001. Organisasi dan Hubungan Kerja Pengawas Pendidikan. Makalah,disampaikan dalam Rapat Konsultasi Pengawasan antara Inspektorat Jendral Departemen Pendidikan Nasional dengan Badan Pengawasan Daerah di Solo,tanggal 24 s/d 28 September2001. Pokja Tenaga Pengawas. 2006. Manajemen Pengembangan Tenaga Pengawas Satuan Pendidikan. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Robins, S.P. 1984. Management : Concepts and Practices. Englewood Cliffs: Prentice-Hall Sahertian, P.A. 2000. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Staf Tenaga Kependidikan, 2006. Laporan Rapat Kordinasi Pengembangan Kebijakan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Stoner, J.A.F. & Freeman, R.A. 2000. Management. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall International Editions. Surya Dharma. 2006. Kepemimpinan Pengawas Sekolah: Mengembangkan Budaya Tanggung Jawab. Dalam Jurnal Tenaga Kependidikan.Vol. 1, No. 2-Agustus, hal. 9. Wiles, J. & Bondi. 2007. Supervision A Guide to Practice. Second Edition. London:Charles E. Merril Publishing Company.Oleh : Surya DharmaDirektur Tenaga Kependidikan (Dalam Jurnal Tenaga Kependidikan Vol. 3, No. 1, April 2008) Pelaksanaan Supervisi dalam rangka Efisien dan efektifitas Pendidikan Page 16