Dokumen tersebut menceritakan kisah Raja Nebukadnezar dari Babilonia yang mendapat mimpi dari Allah. Daniel menafsirkan bahwa mimpi itu memperingatkan raja agar meninggalkan kesombongannya dan menerima otoritas Allah. Raja kemudian mengalami gangguan mental selama tujuh tahun, sampai akhirnya ia mengakui kesalahannya dan memuji Allah. Raja pun bertobat dan meninggalkan sikap sombongnya
1. DARI KESOMBONGAN KEPADA
KERENDAH HATIAN
“Betapa besarnya tanda-tanda-Nya dan betapa
hebatnya mujizat-mujizat-Nya! Kerajaan-Nya
adalah kerajaan yang kekal dan pemerintahan-
Nya turun-temurun” Daniel 4:3
Pelajaran 5 untuk 01 Februari 2020
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
2. YANG ALLAH PERINTAHKAN:
Tinggalkan Kesombongan!
Terimalah Otoritas ALLAH!.
Ikutilah Petunjuk Nabi!
YANG RAJA LAKUKAN:
Menerima Otoritas ALLAH.
Memberitakan Kemurahan ALLAH
Daniel 4 menceritakan mimpi kedua yang dikirim
ALLAH kepada raja Nebukadnezar.
Kali ini, topiknya bukan yang menyusahkan raja,
tetapi apa yang mengganggu ALLAH.
ALLAH peduli akan keselamatan semua orang. Ia
khawatir tentang keselamatan Nebukadnezar.
3. TINGGALKAN KESOMBONGAN!
“berkatalah raja: "Bukankah itu Babel yang besar itu,
yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan
kebesaranku telah kubangun menjadi kota kerajaan?’”
(Daniel 4:30)
Nebukadnezar kembali bermimpi tentang sebuah mimpi yang mengganggunya
Dia bisa mengingatnya mimpinya kali ini, tetapi orang-orang
bijak tidak mampu menafsirkannya. Daniel kemudian
dipanggil untuk menafsirkan mimpi tersebut.
Ada sebatang pohon yang sangat tinggi. Popn tersebut
memberi perlindungan bagi hewan dan burung yang juga
memakan buahnya. "seorang penjaga, seorang kudus,"
memerintahkan untuk memotongnya. Hanya tunggul yang
tersisa yang diikat dengan ikatan besi dan tembaga. Pohon
itu ditinggalkan bersama binatang buas selama tujuh tahun.
Daniel menjelaskan bahwa pohon itu melambangkan sang
raja sendiri. Seperti yang Daniel katakan kepadanya
sebelumnya: “Allah semesta langit telah (Mem)berikan
kerajaan, kekuasaan, kekuatan dan kemuliaan.” Tetapi raja
dengan sombongnya menyatakan bahwa keberhasilannya
adalah hasil usahanya sendiri.
4. TERIMALAH
OTORITAS
ALLAH!
“Titah ini adalah menurut putusan para penjaga dan
hal ini menurut perkataan orang-orang kudus, supaya
orang-orang yang hidup tahu, bahwa Yang Mahatinggi
berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, bahkan orang
yang paling kecil sekalipun dapat diangkat-Nya untuk
kedudukan itu.” (Daniel 4:17)
Hukuman Nebukadnezar untuk harga dirinya adalah
sejenis gangguan mental yang disebut Lycanthropy. Dia
mengira dirinya adalah seekor hewan dan mulai
bertingkah laku seperti hewan.
Dia sakit selama tujuh tahun, sampai ALLAH
mengembalikan akal budinya kembali kepadanya. ALLAH
ingin Nebukadnezar mengakui bahwa hanya Ia yang
"berkuasa atas kerajaan manusia ."
Nebukadnezar dijanjikan bahwa
kerajaannya akan tetap stabil
selama tujuh tahun itu.
Kita harus mengakui dan
menerima bahwa ALLAH Adalah
Sang Penjaga dan Penguasa atas
kehidupan kita.
5. IKUTILAH
PETUNJUK
NABI ALLAH!
Nebukadnezar tidak harus menunggu hukumannya secara pasif. Bagaimana
dia bisa menghindarinya? Dengan mengikuti petunjuk nabi ALLAH:
Tinggalkan
dosa
Bertindak
adil Dia telah membangun Babel yang
agung dan taman-tamannya yang
indah dengan keringat orang-orang
yang tertindas.
Mengasihi dan menolong orang lain
adalah bagian dari jalan menuju
kebesaran.
Tinggalkan
kesalahan
Menunjukkan
belas kasihan
kepada yang
tertindas
“Jadi, ya raja, biarlah nasihatku berkenan pada hati
tuanku: lepaskanlah diri tuanku dari pada dosa
dengan melakukan keadilan, dan dari pada kesalahan
dengan menunjukkan belas kasihan terhadap orang
yang tertindas; dengan demikian kebahagiaan tuanku
akan dilanjutkan.” (Daniel 4:27)
6. MENERIMA OTORITAS ALLAH
“Tetapi setelah lewat waktu yang ditentukan, aku,
Nebukadnezar, menengadah ke langit, dan akal budiku
kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi
dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu,
karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan
kerajaan-Nya turun-temurun.” (Daniel 4:34)
"menengadah ke langit" digunakan sebagai sinonim
dari melihat sesuatu (Kej 13:10; 18:2; 22:13; 24:64),
atau sebagai sebuah tindakan ibadah (Ulangan 4:19;
Mzm 123:1; Yesaya 38:14).
ALLAH berbelas kasih kepada Nebukadnezar ketika ia
datang mencari ALLAH, ALLAH mengembalikan akal
budi kepadanya.
Sekarang raja sepenuhnya mengakui apa yang
dulunya ia akui sebagian: ALLAH adalah Raja yang
kekal; Dia satu-satunya Penguasa atas semua hal.
ALLAH terus-menerus memberi kita kesempatan
lain untuk menerima-Nya, sehingga kita dapat
menikmati hubungan yang dekat dengan-Nya.
7. MEMBERITAKAN
KEMURAHAN
ALLAH
“Jadi sekarang aku, Nebukadnezar, memuji,
meninggikan dan memuliakan Raja Sorga, yang
segala perbuatan-Nya adalah benar dan jalan-jalan-
Nya adalah adil, dan yang sanggup merendahkan
mereka yang berlaku congkak.” (Daniel 4:37)
Nebukadnezar telah mengakui Allah sebagai "Yang
menyingkapkan rahasia-rahasia" (Ul 2:47), dan
Oknum Yang "membebaskan hamba-hamba-Nya"
(Ul 3:28).
Kemudian, ia mengakui ALLAH Sebagai Yang telah
menjatuhkannya. Ia meninggalkan
kesombongannya dan menyatakan kemurahan
ALLAH karena ALLAH telah mengembalikan akal
budi dan tahtanya kembali.
Pertobatannya tulus. Hatinya telah
berubah. Ia tidak lagi sombong.
Kesaksiannya diakhiri dengan kata-kata
yang memuliakan ALLAH.
Pengalamannya adalah sebuah
pelajaran tentang betapa berbahayanya
kesombongan. Kita harus meneladani
tabiat Kristus dan hidup dengan rendah
hati (Filipi 2: 1-11).
8. “Perubahan yang pasti sangat diperlukan. Sudah
tiba waktunya bagi kita untuk merendahkan hati
yang sombong dan angkuh, dan mencari TUHAN
sementara Dia masih dapat ditemukan…
TUHAN sedang memanggil kita untuk memasuki
barisan. Hari sudah senja, malam sudah dekat.
Penghakiman Allah sudah terlihat, baik di darat
atau di laut. Tidak ada kesempatan kedua
diberikan kepada kita. Ini bukanlah waktunya
untuk membuat satu gerakan palsu. Biarlah
semua orang bersyukur kepada TUHAN karena
kita masih mempunyai kesempatan membentuk
tabiat untuk hidup kekal yang akan datang.”
E.G.W. (Counsels on Diet and Foods, cp. 1, p. 40)