SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

TEKNIK PENGELOLAAN
PENGGELONDONGAN BANDENG

1.

PENDAHULUAN
Kegiatan penggelondongan nener merupakan mata rantai yang bertujuan salah
satunya adalah menekan mortalitas benih karenan pengelondongan nener
adalah masa awal pemeliharaan yang dianggap sebagai masa paling kritis.
Usaha penggelondongan nener bukan lagi sekedar usaha sambilan di samping
usaha pembesarannya tambak, melainkan sebagai usaha komersial yang harus
ditangani lebih serius dan hati-hati.
Oleh karena usaha penangkapan nener dari alam sulit dilakukan sedangkan
kebutuhan atau permintaan akan nener meningkat maka diharapkan teknik
pengelolaan penggelondongan dapat lebih dikembangkan. Salah satu metoda
dalam penggelondongan nener adalah penggelondongan di petakan tambak.
Usaha ini dilakukan dalam petakan tambak yang ukurannya relatif kecil (500 1.000 m2) atau dengan cara menyekat tambak dengan masa 3 minggu - 1
bulan.
Usaha penggelondongan telah banyak berkembang dibeberapa daerah di
Indonesia, antara lain di Jawa Timur, Jawa Tenah, Jawa Barat, Sulawesi
Selatan dan DI Aceh. Untuk itu diupayakan membahas teknik pengelolaan
penggelondongan pada tulisan ini. Tujuan tulisan ini adalah menginformasikan
kepada
petani
maupun
pengusaha
mengenai
teknik
mengelola
penggelondongan nener yang baik.

Hal. 1/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

2.

PEMILIHAN LOKASI
Pemilihan lokasi hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1) Mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan lokasi seperti tata
ruang, sumber air dan pengairan. Diusahakan tidak begitu jauh dari pantai
agar suhu udara yang ada dapat mendukung keberhasilan usaha
pemeliharaan benih bandeng. Suhu air pada tambak berkisar antara 30 330C.
2) Jarak lokasi ideal dari sumber benih/nener maksimal 12 jam. Perjalanan
selama dalam pengangkutan konsumen tidak melebihi 12 jam.
3) Salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kegagalan usaha
penggelondongan bandeng adalah persaingan penggunaan lahan antar
sesama pengusaha tambak.
4) Sarana transportasi.
Kelancaran sarana angkutan terutama jalan, sangat memegang peranan
penting dalam usaha penggelondongan nener ini. Oleh sebab itu dipilih
lokasi yang sarana lalu lintasnya dapat menjamin mutu nener tetap baik.
5) Jaringan listrik.
Sarana yang diperhatikan dalam memilih lokasi adalah yang dekat dengan
jaringan listrik negara (PLN).
Namun untuk usaha penggelondongan
bandeng kebutuhan listrik bisa diganti dengan alat-alat lain seperti genset.

3.

SISTEM PETAK PENENERAN
1) Petakan untuk nener.
Petakan untuk nener pada umumnya dangkal, luasnya berkisar antara 500 1.000 m2. Letak petakan nener dekat dengan sumber air tawar maupun air
asin.
2) Petakan untuk gelondongan.
Petakan gelondongan mempunyai areal lebih besar (luas) dan lebih dalam
(1.000 - 2.000) m2. Hal ini digunakan untuk menampung gelondongan dari
petakan peneneran tempat untuk menumbuhkan gelondonan kecil (pre
fingerling) atau untuk penyimpanan dan menahan gelondongan besar (post
fingerling).

Hal. 2/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

3) Petakan Aklimatisasi.
Petakan untuk aklimatisasi atau yang biasa disebut ipukan/baby box
merupakan petakan kecil yang terbuat dalam penggelondongan dan bersifat
hanya sementara. Ipukan ini dibatasi oleh pematang yang relatif kecil
(sempit dan rendah) dibangun berdekatan dengan saluran air, agar mutu
lebih baik dan memudahkan pengelolannya. Ukuran luasnya tergantung
kepada banyaknya nener yang akan ditebarkan (stock). Pada musim
kemarau temperatur udara dapat naik mencapai 330C, ipukan dapat
menampung 5.000 - 10.000 ekor per m2 selama 3 hari, meskipun dibawah
periode yang relatif tenang.
4) Tempat pengumpulan (tempat untuk panen)
Berupa petakan kecil untuk penangkapan atau kanal yang sempit atau
tempat untuk mengumpulkan gelondongan dalam waktu singkat. Ikan-ikan
dikumpulkan ke tempat pengumpulan dengan cara pengaturan aliran air, dari
air pada saat pasang atau air dari petakan lain yang telah disiapkan
sebelumnya.
Aerasi dapat diatur dengan aliran air dari tambak yang berdekatan atau dari
tambak yang lain, sehingga tidak terjadi efek yang merugikan karena
kekurangan oksigen, walaupun di dalam petakan tersebut padat dengan
ikan. Dalam petakan ini ikan-ikan tersebut mudah dijaring dan dipindahkan
ke petakan yang lain dengan cara mengunakan jaring untuk pemindahan
gelondongan. Hal ini dipermudah dengan sifat ikan bandeng yang senang
menentang arus.

Gambar 1. Letak Penggelondongan Komersial yang Lengkap.

Hal. 3/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Keterangan Gambar 1
A. Kanal utama
B. Kanal pembagi petakan
C. Petak penangkapan
D. Petak penggelondongan
5) Pintu dan gorong-gorong.
Petakan untuk nener, gelondongan dan penangkapan (pengumpulan)
dilengkapi dengan pintu-pintu atau gorong-gorong, yang dipasang rapi dan
diberi saringan. Yang terutama perlu diperhatikan ialah : petakan untuk
nener jangan sampai kemasukan telur-telur maupun larva predator misalnya
kakap, kerapu, belut dan lain sebagainya. Pada pintu perlu dipasang
saringan nylon yang halus atau bahan yang serupa. Bisa juga dipergunakan
saringan-saringan yang berbentuk kantong dari nylon yang halus, yang
dipasang pada ujung dari gorong-gorong selama persiapan petakan untuk
nener dan juga selama sepuluh hari pertama setelah penebaran nener.

4.

PENGELOLAAN PETAKAN PENGELONDONGAN
1) Persiapan petakan untuk aklimatisasi
Beberapa hari sebelum penebaran nener bandeng, petakan aklimatisasi
dipersiapkan dengan baik, pematang dilapisi dengan tanah yang lunak,
dilengkapi dengan atap yang dibuat dari kisi-kisi bambu. Pada kaki bagian
dalam pematang peneneran sebaiknya diberi berm, guna memudahkan
petugas tambak berada atau bertugas lebih dekat dengan perbatasan air.
Berm mempunyai 2 (dua) macam kegunaan yaitu merupakan tempat untuk
pembetulan bocoran-bocoran pada pematang dan menahan longsoranlongsoran tanah dari pematang.
Selanjutnya petakan dikeringkan dan perataan dasar petakan dikerjakan
denan kemiringan yang dibuat menuju arah pintu air selama tanah belum
keras (masih basah). Untuk perataan tanah dapat digunakan garu dari kayu,
dan dapat juga menggunakan papan yang agak panjang yang didorong oleh
dua atau tiga orang. Lubang bekas kaki ditutup, sebab kemungkinan dapat
dipakai tempat untuk sembunyi ikan-ikan liar atau telurnya yang dapat tahan
hidup selama pengeringan pada masa persiapan.

Hal. 4/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Gambar 2. Garu
Keterangan Gambar 2:
A. Papan garu
B. Tangkai dari kayu atau bambu
2) Kultur makanan alami
Makanan yang paling ideal bibit bandeng dan gelondongan adalah klekap,
yakni kumpulan diatome dasar, alga biru, inverterbrata tingkat rendah, 200
plankton, juga diperlukan untuk melengkapi nilai gizi makanan.
Gelondongan yang lebih besar dan berukuran panjang 80 mm, sudah dapat
memakan alga hijau benang atau lumut (chaetomorpha sp., Entormorpha
sp., dan Cladophora sp.).
3) Kultur klekap pada musim kemarau
Musim kemarau merupakan saat yang paling baik dan cocok untuk
menumbuhkan klekap sebagai makanan alami. Setelah petakan selesai
perataannya lalu dibiarkan kering sampai tanahnya retak-retak. Waktu
pengeringannya diperkirakan selama 2 - 3 minggu tergantung pada tenah
aslinya.
Keberhasilan atau kegagalan dalam menumbuhkan klekap yang baik dan
menahannya agar tetap menempel pada dasar tembak tergantung pada
derajat kekeringannya. Pengeringan yang tidak seimbang atau pengeringan
Hal. 5/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

yang kurang sempurna akan menghasilkan klekap yang mudah lepas dari
tanah dan akhirnya mengambang.
Bilamana terjadi sebaliknya, terlalu lama pengeringannya sehinga lapisan
permukaan tanah kekeringan, maka terjadi suatu kondisi yang sangat tidak
memungkinkan untuk pertumbuhan klekap. Pengeringan dianggap cukup
bilamana kandungan air dari lapisan tanah yang tebalnya sekitar 10 cm itu
kira-kira 18 - 20%. Suatu hal yang praktis untuk mengetahinya ialah dengan
jalan diatas tanah yang dikeringkan tersebut. Bilamana tanah tersebut cukup
kuat menahan orang sehingga hanya turun (tenggelam) sekitar 2 cm, berat
badan orang tersebut maka pengeringan tanah dianggap telah cukup.
Pupuk organik kemudian ditebarkan setelah tanah cukup mengeras.
Kwantitasnya tergantung kepada jumlah dari kemerosotan bahan organik
dalam tanah tambak yang akan dipupuk. Pada umumnya rata-rata tanah
memerlukan 500 - 1.000 kg bekatul atau bungkil jagung per hektar; 500 3.000 kg kotoran ternak untuk tiap hektar tambak. Pupuk anorganik segera
ditebarkan di tanah tambak, setelah tanah tambak tersebut digenangi air
pasang yang baru, sedalam kira-kira 10 cm dan pintu-pintu ditutup serta
diblok dengan tanah untuk menahan air tersebut. Beberapa petani tambak
menggunakan pupuk Urea atau Ammonium sulfate (ZA) sebanyak 50 kg
atau 100 kg per hektar untuk segera ditebarkan pada petak-petak agar lebih
mempercepat proses pembusukkan pupuk organik tersebut.
Air di dalam petakan dibiarkan menguap seluruhnya atau dialirkan keluar bila
sudah jernih sekali. Pada dasar petakan dikeringkan lagi seperti keadaan
pengeringan pertama sebelum ditebari pupuk organik. Pada akhirnya praktis
semua pupuk organik akan membusuk (mengurai).
Kegiatan berikutnya memasukkan air ke dalam petakan dengan cara hatihati, disaring melalui saringan halus yang berbentuk kantong dan diikatkan
pada pintu air kira-kira 10 cm dan sekali lagi petakan dipupuk dengan urea
sebanyak 45 kg ditambah 45 - 55 kg pupuk TSP untuk tiap hektar. Jikalau
klekap belum mulai tumbuh pada saat pengenangan air yang pertama, pada
saat ini akan mulai tumbuh dan menutupi semua permukaan dasar tambak.
Selanjutnya sedalaman di tambak secara bertahap sampai sekitar 20 cm dan
petakan siap untuk ditebari ikan (nener atau gelondongan bandeng).
4) Kultur klekap pada musim hujan.
Untuk menanggulangi pertumbuhan klekap pada musim hujan agak sulit.
Penurunan kadar garam menghalangi pertumbuhan dan kemungkinan
penyebab kerusakan total dari makanan bilamana terjadi perubahan
mendadak.
Oleh karena itu waktu (saat) yang penting dalam
mempersiapkan peneneran pada musim hujan. Paling sedikit diperlukan
waktu 1 minggu yang cuacanya baik secara terus menerus jikalau ingin
mencapai keberhasilan.
Hal. 6/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Petakan dikeringkan, diratakan dan dibiarkan paling sedikit 3 hari, kemudian
air dimasukkan dan dipupuk dengan pupuk organik yang kuantitasnya sama
dengan yang biasa digunakan pada pemupukan anorganis yang kedua di
musim kemarau. Pada saat itu juga ditambahkan bekatul sebanyak 200
kg/Ha.
Perlu diketahui klekap yang tumbuh pada musim hujan ini tidak sebanyak
yang tumbuh di musim kemarau dan cenderung mudah lepas dari tanah
dasar petakan yang kemudian mengapung, yang akhirnya mengelompok di
sisi-sisi petakan akibat dihembus oleh angin. Dalam hal demikian, klekap
tidak dapat dimanfaatkan oleh ikan yang dipelihara.
5) Kultur plankton
Disini harus kita perhatikan upaya untuk menumbuhkan plankton agar
mencapai hasil yang memuaskan (sukses) diperlukan air yang dalam serta
rendah kadar garamnya, terutama selama musim hujan.
Mula-mula petakan dikerjakan dan dibiarkan untuk 2 - 3 hari, kemudian
segera diisi (digenangi) dengan air pasang yang baru. Pupuk organik yang
diberikan harus cukup yang biasanya terdiri dari kombinasi antara Urea atau
Amonium sulfate (ZA) sebagai N (nitrogen) dan Superfosfate (TSP) sebagai
sumber P2O5 (fosfate) ditambah bekatul yang digunakan untuk membuat air
menjadi hijau warnanya, yang sebagian besarnya adalah phytoplankton.
Pada umumnya petani tambak memulai dengan dosis 6 gram N, 6 - 9 gram
P2O5 dan 50 - 100 gram bekatul untuk setiap m3 air yang kemudian dinaikkan
dosisnya sampai didapatkan hasil yang diinginkan. Blooming phytoplankton
akan terjadi dalam 48 jam pada cuaca yang memungkinkan. Petakan siap
ditebari ikan jikalau suatu obyek yang putih berada dalam air hilang (lenyap)
dari pandangan pada kedalaman kurang lebih 30 cm.

5.

PENEBARAN (PENANAMAN, STOCKING)
1) Persiapan petakan untuk aklimatisasi (ipukan).
Petakan untuk aklimatisasi (ipukan) perlu dibuat, atau bila telah ada perlu
disiapkan dengan baik. Pematangnya diplester (dilapisi) dengan tanah yang
lunak dan sekalian menutupi bocoran-bocoran. Atap diperlukan yang
biasanya dibuat dari kisi-kisi bambu (kere) untuk memberikan kesejukan kita
dapat memanfaatkan cabang-cabang dari pohon api-api yang baru dipotong,
seperti daun kelapa, daun nipah diletakkan di aasnya sebagai atap (dapat
digunakan daun nipah atau daun kelapa yang dibuat khusus untuk atap).
Ada juga yang ditancapkan pada keliling ipukan dapat, agar memberikan
Hal. 7/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

suasana kesejukan. Dengan cara demikian ipukan tidak menerima sinar
matahari lansung dan suhu menjadi rendah di dalamnya.
Untuk mengantisipasi adanya hujan turun, atap perlu dilapisi atau ditutup
dengan plastik (polyethelene sheet). Bila ipukan dibuat dengan 1 atau
dengan 2 pematang dari petakan sebagai sisinya, perlu adanya kanal
(saluran kecil) sepanjang berm untuk mengalirkan air hujan terutama dari
pematang petakan agar masuk ke petakan besar dan tidak masuk ke ipukan.
Semua pematang ipukan ditutupi dengan lembaran plastik. Air hujan
terutama yang mengalir dari pematang petakan dan masuk ke dalam ipukan
dapat menyebabkan kematian nener yang disimpan di ipukan dalam
keadaan padat.
Pada saat yang singkat sebelum nener datang semua air di dalam ipukan
dikuras keluar. Air tawar secukupnya dapat juga air sumur atau dari mata air
yang lain diisikan pada ipukan pelan-pelan, selanjutnya air dipasang yang
baru dilewatkan melalui saringan yang halus ditambahkan sampai kadar
garam mencapai 15 - 20 ppt. Air dibiarkan jernih, sedimen dibiarkan
mengendap dahulu dan semua kotoran-kotoran yang mengambang dibuang
(bisa juga diambili).

Gambar 3.
2) Penebaran Nener
Nener dibawa ke tambak dengan kantong plastik dan diberi oksigen.
Biasanya pada pengangkutan nener digunakan air yang kadar garamnya
antara 15 - 20 ppt. Hal inilah yang mengharuskan ipukan diisi air tawar agar
Hal. 8/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

kadar garam sesuai dengan air untuk pengangkutan nener. Pelepasan
nener biasanya dilaksanakan pada pagi atau sore hari, pada saat suhu udara
relatif lebih dingin (sejuk). Untuk mempermudah dalam aklimatisasi nener
terhadap suhu air maka kantong plastik dibiarkan mengambang di dalam
ipukan untuk satu atau dua jam lamanya sebelum dilepaskan. Dan di dalam
petakan penggelondongan diusahakan untuk kepadatan penebaran antara
40 - 50 ekor per m2.
Pelepasan nener secara langsung ke ipukan dapat juga dilakukan, akan
tetapi lebih aman kalau hal tersebut tidak dilakukan. Mula-mula nener
bersama airnya dituangkan ke dalam baskom plastik kemudian air dari
ipukan ditambahkan ke baskom sedikit demi sedikit sampai kira-kira sama
denan kondisinya dengan air ipukan itu sendiri. Setelah itu baskom secara
pelan-pelan dimiringkan dan dibiarkan nener itu berenang keluar. Pada
permukaan kolam nener akan berenang-renang di dekat permukaan air
tetapi setelah beradaptasi dan merasa segar lagi, mereka mulai makan
Benthic algae yang tipis di dasar. Untuk adaptasi nener sepenuhnya dalam
ipukan diperlukan waktu sekitar 12 jam.
Nener yang lemah kondisinya akan memerlukan waktu lebih lama untuk
adaptasi dan berenang-berenang di dekat permukaan air dalam ipukan.
Jika nener telah tampak aktif bergerak dan makan, maka pematang ipukan
dapat dipotong sedikit dan disisipkan saringan dengan bahan yang halus
ditempat tersebut.
Pematang yang dipotong ini dipergunakan untuk
memudahkan pertukaran air di dalam maupun di luar ipukan ( biasanya
kadar garam air di luar ipukan lebih dari 40 ppt) dan dalam sekitar 12 jam
sesudahnya, kadar garam akan sama atau yang di dalam ipukan akan lebih
rendah sedikit dari pada garam di petakan luar ( di luar ipukan).
Bilamana nener tampak mulai berkumpul disekitar saringan atau berenangrenang menentang arus yang melewati saringan, hal ini menunjukkan bahwa
nener ini telah cukup aklimatisasi terhadap kondisi garam dari petakan untuk
nener. Saringan telah dapat diambil dan nener dibiarkan berenang keluar.
Hal ini dikerjakan pada pagi hari atau sore hari ketika air di petakan rendah
suhunya.

Hal. 9/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Gambar 4.
Ipukan tidak diperlukan di saat musim hujan bila kadar garam di petakan
telah menjadi rendah. Nener dapat dilepaskan langsung ke dalam air
setelah cukup aklimatisasi di dalam baskom. Jikalau Nener Payus (Elops
sp.) belum terambil (belum diseleksi), nener hendaknya dilepaskan dalam
happa nylon (dengan ukuran mata jaring : 5 - 6 tiap cm) yang dipasang
dalam petakan. Nener Bandeng dapat lolos ke luar sedang di dalam happa
tertinggal Payus serta nener Bandeng yang agak besar sedikit ukurannya
dari mata happa nylon.
3) Pengaturan Air
Pada umumnya selama 7 - 10 hari sesudah pelepasan nener, tidak dilakukan
penggantian air. Selama itu nener tambah menjadi lebih besar dan perlu
adanya saringan di pintu yang dapat menahan nener keluar, akan tetapi
dapat memasukkan air ke dalam petakan. Penyegaran dapat dilakukan
dengan mengalirkan air ke luar kemudian diganti dengan air pasang yang
baru. Saringan perlu di cek setiap saat membuka pintu. Penutupan harus
dilakukan dengan hati-hati, terutama dalam pemasangan papan-papan pintu.
Petakan untuk Nener mempunyai dasar yang lebih tinggi dan rata bila
dibandingakn dengan petakan-petakan yang lain. Oleh karena itu perlu
adanya tindakan bila masih terjadi bocoran-bocoran pada waktu
pemasukkan air di saat pasang terakhir. Pilihan lain ialah perlu menyediakan
pompa air untuk pasang yang rendah bila tidak dapat mencapai petak
peneneran.
Nener tumbuh lebih cepat pada air yang berkadar garam agak rendah. Oleh
karena itu perlu pada musim kemarau dilakukan penyegaran dengan
Hal. 10/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

penggantian air. Penyegaran yang dilakukan pada musim hujan terutama
untuk menjaga (memelihara) klekap atau untuk memperbaiki kondisi air.
Jikalau plankton merupakan makanan utama diperlukan kadar garam yang
rendah dan sering ada hujan akan lebih bermanfaat.
4) Pakan
Pemberian makanan tambahan mengakibatkan bertambahnya input. Hal ini
hanya diberikan (dilaksanakan) jika makanan alami habis dan tidak ada
tempat yang layak atau yang siap untuk dipergunakan.
Pengusaha
gelondongan
bandeng
melaksanakan
penimbunan
(penahanan)
gelondongan dengan memberikan makanan tambahan, karena itu
pengusaha tersebut berani menggunakan padat penebaran yang tinggi pada
tambaknya.
Beberapa macam mkanan tambahan yang sering digunakan ialah :
a. Katul yang halus hasil sisa penggilingan padi yang baru berbentuk tepung
atau dijadikan pellet.
b. Tepung gandum (terigu), berbentuk tepung atau dijadikan pellet.
c. Bungkil jagung (bungkil dari lembaga jagung), berbentuk tepung atau
dijadikan pellet.
d. Bungkil kacang tanah, berbentuk tepung atau dijadikan pellet.
e. Bungkil kelapa berbentuk tepung atau dijadikan pellet.
f. Roti yang basi atau telah lama.
g. Kotoran kandang ternak atau lebih baik kotoran ayam.
Penambahan makanan sebaiknya habis dimakan dalam jangka waktu dua
sampai tiga jam. Bilamana tidak maka air akan mengalami pencemaran.
Setidak-tidaknya makanan diberikan tiga kali setiap hari atau cukup dua kali
(pagi dan sore hari). Makanan dapat diberikan dengan cara ditaburkan atau
ditempelkan pada suatu tempat tertentu yang berada di dalam kolam (di
petakan).
Kondisi gelondongan yang kurang baik (kurus) perlu diperbaiki sebagai
persiapan untuk pemindahannya ke tambak lain. Gelondongan yang kurus
mudah sekali mengalami tekanan.
Sisiknya mudah lepas walupun
diperlakukan biasa saja dan tempat yang tidak bersisik akan mudah
mengalami infeksi dari bakteri dan jamur.

6.

HAMBATAN PENGELOLAAN
Dalam usaha pengelolaan tambak sering dijumpai hal-hal yang menghambat
kelancaran usaha, di antaranya adalah sebagai berikut :
1) Kondisi nener yang jelek pada saat penebaran.
Hal. 11/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

Pedagang nener biasanya menampung dalam kondisi yang sangat padat
sambil menunggu pembeli.
Selama musim nener, pedagang nener
mengumpulkan hasil penangkapan tiap hari kemudian ditampung dan
dikumpulkan sampai cukup banyak jumlahnya untuk memenuhi pesanan dari
pembeli yang datang pertama. Sering pula terjadi bahwa nener tidak diberi
makan untuk beberapa hari, yang mengakibatkan lapar dan lemah
menyebabkan kondisi nener menjadi lamban geraknya dan mudah mendapat
tekanan (stress) waktu dalam penghitungan.
Bila diangkut dalam kondisi yang berjejal dalam kantong plastik, suhu tinggi,
terjadi pertukaran zat-zat dalam tubuhnya, eksresi, tekanan oksigen dan
jalanan yang kasar dapat menambah kelelahan nener.
Banyaknya
perlakuan di tambak dapat menambah makin lelah dan memberatkan situasi
dan tidak tahan terhadap kondisi dalam petakan yang sedikit kurang baik.
2) Aklimatisasi yang kurang cukup.
Dalam melepaskan nener ke petak peneneran diperlukan waktu yang cukup
untuk aklimatisasi, sehingga nener dapat menyesuaikan diri terhadap
keadaan atau kondisi lingkungan.
Penggantian air secara mendadak dengan perbedaan kadar garam atau
suhu yang besar dapat mengakibatkan yang kurang baik. Nener tidak cukup
waktu untuk menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap kondisi lingkungan dan
akhirnya menjadi lemah, bahkan dapat menyebabkan kematian.
3) Bocoran-bocoran.
Sifat naluri yang senang menentang arus air menyebabkan nener mudah
lolos melalui bocoran yang ada di pematang. Dasar pintu saringan-saringan
dan papan-papan penutup pintu yang tidak betul pemasangannya
memungkinkan nener dan gelondongan kecil dapat lolos ke luar. Hal
tersebut memungkinkan pula masuknya ikan-ikan buas yang masih kecil
yang akhirnya dapat memangsa nener dalam petakan.
4) Terjerat
Alga benang, klekap yang lebar-lebar dan lepa dari dasar tambak, kantongkantong telur dari cacing-cacing Polychaeta merupakan benda-benda yang
dapat menyebabkan nener di tambak terjerat. Nener terjerat (terbelit) oleh
alga benang atau terjebak dalam gelembung telur-telur Polychaeta. Pada
petakan yang dangkal, selapis klekap yang lebar tiba-tiba mengambang ke
permukaan akibat terkumpulnya gelembung-gelembung oksigen dari hasil
asimilasi komponen tumbuh-tumbuhan dapat menyebabkan nener yang
sedang makan atau berenang di atasnya ikut terangkat ke permukaan dan
akhirnya akan mati karenan terdampar tidak dapat kembali ke air.
Hal. 12/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

5) Keracunan
Oleh karena petakan untuk nener umumnya berukuran kecil, maka mudah
mengalami kontaminasi unsur-unsur yang beracun yang bersama air atau
dari sumber lain. Kematian secara besar-besaran kadang-kadang terjadi di
tambak yang mengalami air dari sungai yang mengalirkan sisaa-sisa dari
pabrik (sampah industri) dibuang. Hal tersebut juga sering terjadi pada
daerah-daerah yang dekat dengan daerah pertanian, terutama daerah sawah
yang sering menebari pestisida (untuk pemberantasan hama).
Kadang-kadang pematang tambak sendiri dapat menjadi asal (sumber)
material yang mempunyai daya racun yang tinggi. Banyak contoh kematian
total yang terjadi di peneneran begitu selesai hujan pertama yang lebat
setelah musim kemarau yang panjang. Kasus demikian juga sering terjadi di
tambak-tambak yang beru dibangun dari daerah rawa-rawa yang banyak
pohon bakaunya (mangrove).
Pematang dibuat dari tanah-tanah yang terdiri dari banyak akar-akaran yang
membusuk dan terkumpul bahan organik yang mengandung unsur racun
asam humus dan asam Sulfida (H2S) di lereng di atas pematang tersebut
digambarkan sebagai hasil penguapan dari pematang yang banyak
mengandung air (kadar air yang tinggi).
Senyawaan belerang dapat pula terbentuk dari pembusukkan akar yang
tampak di pematang-pematang.
Tetesan air hujan mencucinya dan
membawanya masuk ke tambak karena terbatasnya areal di peneneran,
unsur yang dikehendaki tersebut segera menyebar sehingga menyebabkan
nener maupun gelondongan banyak yang mati karena keracunan.
6) Penanganan yang salah.
Pengeringan yang mendadak disebabkan penutupan pintu kurang sempurna
adalah yang sering menyebabkan banyak nener dan gelondongan yang
hilang atau mati. Saringan-saringan yang rusak, yang robek atau kesalahan
dalam pemasangannya adalah faktor penyebab hilangnya nener pula. Sifat
masa bodoh dari manusia (penjaga) tidak dapat dianggap sepi begitu saja.
Penjaga yang sangat lelah kadang-kadang mudah (cepat) jatuh tertidur,
sedang periode pengeringan atau pengisian peneneran berlangsung pada
malam hari di saat terjadi surut yang rendah atau pasang yang tinggi, karena
tertidur maka penjaga tidak dapat mengontrol keadaan deangan baik, yang
mengakibatkan lingkungan pematang yang rusak.

Hal. 13/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

7.

ANALISA USAHA PENGGELONDONGAN BANDENG
Dalam pemeliharaan nener bandeng untuk gelondongan diperlukan waktu
pemeliharaan selama lebih dari 21 hari, pada usia tersebut ukuran telah
mencapai gelondongan yaitu panjang 2 - 3 cm dan berat rata-rata 2 - 3 gram.
Dengan kepadatan tebar 40 - 50 ekor/m2 @ Rp.50,- per ekor maka
kelangsungan hidup nener untuk mencapai gelondongan adalah 75% - 90%.
Harga jual perekor untuk ukuran gelondongan tersebut adalah Rp. 100,-.
Usaha penggelondongan tersebut dapat dilaksanakan di tambak luas 0,5 HA (4
petakan). Dalam satu tahun diperhitungkan dapat memelihara bandeng
tersebut sebanyak 6 periode selanjutnya pada tebar 200.000 ekor dengan SR
80%.
Hal inilah yang dapat memberikan harapan untuk dikembang usahakan sebagai
salah satu komoditas dalam agribisnis. Sebagai gambaran tentang analisis
keuntungan dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.
1) Biaya Investasi
No
1.
2.
3.
4.
5.

Penjelasan
Sewa 0,5 HA Tanah Tambak @ Rp. 500.000,Perbaikan Konstruksi Tambak (4 petak)
Pintu Air Empat Buah @ Rp. 125.000,Pompa Air Diesel 4'', 1 unit (Tahan 4 tahun)
Alat Panen, 1 set
Jumlah

Jumlah (Rp)
250.000,800.000,500.000,2.000.000,500.000,4.050.000,-

2) Biaya Operasional
a. Biaya Tidak Tetap
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Uraian
Persiapan Tambak
Nener 200.000 ekor @ Rp. 50,Kapur 1.000 kg @ Rp. 100,Saponin 100 kg @ Rp. 1.000,Pupuk Urea dan TSP 100 kg @ Rp. 400,Pupuk Kandang 500 kg @ Rp. 100,Pakan Buatan 400 kg @ Rp. 800,Upah Penan dan buruh
Eksploitasi pompa air
Total 1 periode
Total 1 tahun, 6 kali pemeliharaan

Jumlah (Rp)
300.000,10.000.000,100.000,100.000,40.000,50.000,320.000,300.000,50.000,11.260.000,67.560.000,-

Hal. 14/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

b. Biaya Tetap
No
Uraian
1.
Upah tenaga tetap: 1 or, 1 th :12 x Rp. 150.000,2.
Bunga 1 tahun :
Investasi 12 x 2% x Rp. 4.050.000,Modal kerja 12 x 2% x Rp. 11.260.000
3.
Penyusutan (pompa) 1 tahun
4.
Perawatan peralatan 1 tahun
Total 1 tahun

Biaya (Rp)
1.800.000,972.000,2.702.000,500.000,200.000,6.174.000,-

Total biaya tetap per musim Rp. 6.174.000,-/6 =Rp. 1.029.000,c. Total biaya operasional setahun (a + b)

Rp. 73.734.000,-

Produksi dan hasil Penjualan (6 kali pemeliharaan).
Produksi Gelondongan
Periode
Pemeliharaan
n
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Total 1 Tahun

Padat tebar
(Ekor)
160.000
160.000
200.000
200.000
200.000
200.000
1.120.000

Angka
Kehidupan
(%)
75
75
75
80
80
80

Produksi
(Ekor)

Biaya
Per periode
(Rp)
12.289.000,12.289.000,12.289.000,12.289.000,12.289.000,12.289.000,73.734.000,-

Pendapatan
(Rp)

120.000
120.000
150.000
160.000
160.000
160.000
870.000

Pendapatan
Produksi
Per periode
I : 120.000
II : 120.000
III : 150.000
IV : 160.000
V : 160.000
VI : 160.000
Total 1 Tahun

Harga jual
Per periode
(Rp)
12.000.000,12.000.000,15.000.000,16.000.000,16.000.000,16.000.000,87.000.000,-

- 289.000,- 289.000,+ 2.711.000,+ 3.711.000,+ 3.711.000,+ 3.711.000,13.266.000,-

Hal. 15/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
TTG BUDIDAYA PERIKANAN

8.

DAFTAR PUSTAKA
1) Lopez, Juan V., 1975. Bangos Nursery Operation in the Philippines. BFAR,
Intramuros, Manila (Mimeo, ZIPP).
2) Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, 1979.
Pengelolaan Peneneran Bandeng".

"Teknik

3) Balai Budidaya Air Payau, Direktorat Jenderal Perikanan, 1995. "Kumpulan
Paper Materi Latihan Pembenihan Bandeng Skala Rumah Tangga".
4) Djajadiredja, R., dan Sutarjo, 1967. Intensifikasi Pemeliharaan Nener
Gelondongan. Salah Satu Usaha Mengatasi Kekurangan Benih, Laporan
No, 28, Lembaga Penelitian Perikanan Darat, Bogor, 1967.
5) Soesono S., 1988. Budidaya Ikan dan Udang Dalam Tambak, 1988. PT.
Gramedia.
6) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan Jakarta, 1993. "Pedoman Teknis Pembenihan
Ikan Bandeng".

9.

SUMBER
Teknik Pengelolaan Penggelondongan Bandeng, Direktorat Bina Pembenihan,
Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1996

10. KONTAK HUBUNGAN
Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen
Pertanian, Jakarta

Jakarta, Maret 2001
Disadur oleh : Tarwiyah

KEMBALI KE MENU

Hal. 16/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Program Kerjasama Wirausaha
disajikan oleh team wartawirausaha.com
wartawirausaha.com adalah sebuah situs yang membahas tentang kewirausahaan. Sebagai bagian dari
masyarakat menyambut baik program pemerintah dalam upaya memberdayakan masyarakat secara
lebih maksimal demi peningkatan kualitas dan taraf hidup masyarakat sendiri melalui dunia wirausaha,
kami yang sejak lama bergerak dalam bidang kewirausahaan mencoba ber-inovasi dengan membuka
kesempatan bagi siapa saja yang tertarik dalam bidang Agrobisnis, Budidaya, Peternakan dan
perkebunan dengan untuk menjalin kerjasama kemitraan dalam bentuk Swakelola dan Investasi.
Kami memiliki team peternak dan lahan siap pakai, membutuhkan mitra investor untuk bekerjasama
dalam usaha agrobisnis dan peternakan dengan sistem bagi hasil yang saling menguntungkan.
Produk Program Kerjasama Kemitraan
Beberapa Produk Program Kemitraan yang kami kembangkan adalah:





Budidaya Cacing Lumbricus
Budidaya Jeruk Purut 
Budidaya Lebah Madu 
Ternak Perkutut Putih 


Kerjasama Kemitraan yang kami tawarkan adalah sebuah solusi bagi anda untuk mulai merintis bisnis
investasi dalam bidang agro, peternakan dan perkebunan. Dengan konsep ini kiranya program-program
kami dapat menjadi solusi anda dalam berinvestasi tanpa terkendala dengan rutinitas kesibukan anda
sehari-hari.

Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut dan permintaan Proposal Kerjasama:
Website:
Email:

www.wartawirausaha.com
info@wartawirausaha.com
wartawirausaha@gmail.com

Contact Person:
1. Achmad Cahyanto
Telp. 0812-2735-2007, Pin 2983.61D9, WA 0896-6259-4077
2. Harry Budiarto
Telp. 0857-1857-0095

More Related Content

What's hot

Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)rizky hadi
 
Lembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan Ancaman
Lembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan AncamanLembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan Ancaman
Lembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan AncamanPeople Power
 
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUTPELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUTAnnisaRangkuti
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIREDIS BLOG
 
03 bab 3 pengumpulan dan analisa data
03 bab 3 pengumpulan dan analisa data03 bab 3 pengumpulan dan analisa data
03 bab 3 pengumpulan dan analisa dataKhasan Rohman
 
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)usmansipil
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaNurul Aulia
 
rumpon/payous
rumpon/payousrumpon/payous
rumpon/payousbachrisb
 
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Purwandaru Widyasunu
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surutsobarputra
 
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanBondan the Planter of Palm Oil
 

What's hot (16)

Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
 
Presentasi iis
Presentasi iisPresentasi iis
Presentasi iis
 
Lembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan Ancaman
Lembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan AncamanLembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan Ancaman
Lembar Informasi 082003 Hutan Riau Exixting Dan Ancaman
 
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUTPELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
PELESTARIAN SUMBERDAYA LAHAN GAMBUT
 
Surjan 01
Surjan 01Surjan 01
Surjan 01
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIR
 
03 bab 3 pengumpulan dan analisa data
03 bab 3 pengumpulan dan analisa data03 bab 3 pengumpulan dan analisa data
03 bab 3 pengumpulan dan analisa data
 
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
 
rumpon/payous
rumpon/payousrumpon/payous
rumpon/payous
 
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
Hand-Out Kuliah Budidaya Tanaman Pangan D3-PSL UNSOED Bab 2 teknik budidaya t...
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
 
Sosialisasi pi indramayu 1
Sosialisasi pi indramayu 1Sosialisasi pi indramayu 1
Sosialisasi pi indramayu 1
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 

Viewers also liked

Motivasi Diri Dalam Bisnis
Motivasi Diri Dalam BisnisMotivasi Diri Dalam Bisnis
Motivasi Diri Dalam BisnisWarta Wirausaha
 
MyNetwork Academia Program Overview
MyNetwork Academia Program OverviewMyNetwork Academia Program Overview
MyNetwork Academia Program OverviewAndy Fine
 
Blackberry Messenger for Android
Blackberry Messenger for AndroidBlackberry Messenger for Android
Blackberry Messenger for AndroidWarta Wirausaha
 
Bay sem. ferra et al 2013
Bay sem. ferra et al 2013Bay sem. ferra et al 2013
Bay sem. ferra et al 2013Ferra Yanuar
 
Bloggers and writers meetup The Hague
Bloggers and writers meetup The HagueBloggers and writers meetup The Hague
Bloggers and writers meetup The HagueRenée Tentori
 
Panduan teknis Budidaya kodok
Panduan teknis Budidaya kodokPanduan teknis Budidaya kodok
Panduan teknis Budidaya kodokWarta Wirausaha
 
2015 The E-learning Explosion for WBII
2015 The E-learning Explosion for WBII2015 The E-learning Explosion for WBII
2015 The E-learning Explosion for WBIIRenée Tentori
 
2015 Elearning Explosion for Advatera (Vienna, Austria)
2015 Elearning Explosion for Advatera (Vienna, Austria)2015 Elearning Explosion for Advatera (Vienna, Austria)
2015 Elearning Explosion for Advatera (Vienna, Austria)Renée Tentori
 
Pedoman Teknis Budidaya Jambu air
Pedoman Teknis Budidaya Jambu airPedoman Teknis Budidaya Jambu air
Pedoman Teknis Budidaya Jambu airWarta Wirausaha
 
International Private Financing for Development in Africa
International Private Financing for Development in AfricaInternational Private Financing for Development in Africa
International Private Financing for Development in AfricaRhys Williams
 
The ABC Bullion Group
The ABC Bullion GroupThe ABC Bullion Group
The ABC Bullion GroupJordan Eliseo
 
2014 Expatica Job Fair: Using Social Media to further your career
2014 Expatica Job Fair: Using Social Media to further your career2014 Expatica Job Fair: Using Social Media to further your career
2014 Expatica Job Fair: Using Social Media to further your careerRenée Tentori
 
How Social Media can help expats survive – and thrive – in a new country
How Social Media can help expats survive – and thrive – in a new countryHow Social Media can help expats survive – and thrive – in a new country
How Social Media can help expats survive – and thrive – in a new countryRenée Tentori
 

Viewers also liked (20)

Motivasi Diri Dalam Bisnis
Motivasi Diri Dalam BisnisMotivasi Diri Dalam Bisnis
Motivasi Diri Dalam Bisnis
 
MyNetwork Academia Program Overview
MyNetwork Academia Program OverviewMyNetwork Academia Program Overview
MyNetwork Academia Program Overview
 
Report in ap ( irish nicole ) 1
Report in ap ( irish nicole ) 1Report in ap ( irish nicole ) 1
Report in ap ( irish nicole ) 1
 
Blackberry Messenger for Android
Blackberry Messenger for AndroidBlackberry Messenger for Android
Blackberry Messenger for Android
 
Pepaya
PepayaPepaya
Pepaya
 
Bay sem. ferra et al 2013
Bay sem. ferra et al 2013Bay sem. ferra et al 2013
Bay sem. ferra et al 2013
 
Bloggers and writers meetup The Hague
Bloggers and writers meetup The HagueBloggers and writers meetup The Hague
Bloggers and writers meetup The Hague
 
Panduan teknis Budidaya kodok
Panduan teknis Budidaya kodokPanduan teknis Budidaya kodok
Panduan teknis Budidaya kodok
 
2015 The E-learning Explosion for WBII
2015 The E-learning Explosion for WBII2015 The E-learning Explosion for WBII
2015 The E-learning Explosion for WBII
 
Sawo
SawoSawo
Sawo
 
H ow to create a blog
H ow to create a blogH ow to create a blog
H ow to create a blog
 
2015 Elearning Explosion for Advatera (Vienna, Austria)
2015 Elearning Explosion for Advatera (Vienna, Austria)2015 Elearning Explosion for Advatera (Vienna, Austria)
2015 Elearning Explosion for Advatera (Vienna, Austria)
 
Pedoman Teknis Budidaya Jambu air
Pedoman Teknis Budidaya Jambu airPedoman Teknis Budidaya Jambu air
Pedoman Teknis Budidaya Jambu air
 
International Private Financing for Development in Africa
International Private Financing for Development in AfricaInternational Private Financing for Development in Africa
International Private Financing for Development in Africa
 
The ABC Bullion Group
The ABC Bullion GroupThe ABC Bullion Group
The ABC Bullion Group
 
2014 Expatica Job Fair: Using Social Media to further your career
2014 Expatica Job Fair: Using Social Media to further your career2014 Expatica Job Fair: Using Social Media to further your career
2014 Expatica Job Fair: Using Social Media to further your career
 
Nangka
NangkaNangka
Nangka
 
Pala
PalaPala
Pala
 
Secnd show
Secnd showSecnd show
Secnd show
 
How Social Media can help expats survive – and thrive – in a new country
How Social Media can help expats survive – and thrive – in a new countryHow Social Media can help expats survive – and thrive – in a new country
How Social Media can help expats survive – and thrive – in a new country
 

Similar to Pedoman penggelondongan bandeng

Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Tiram
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Tiram Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Tiram
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Tiram Warta Wirausaha
 
Panduan Budidaya bekicot
Panduan Budidaya bekicotPanduan Budidaya bekicot
Panduan Budidaya bekicotWarta Wirausaha
 
Tambak kepiring bakau
Tambak kepiring bakauTambak kepiring bakau
Tambak kepiring bakaunitahabibah
 
Teknologi pemanfaatan gas dari tpa
Teknologi pemanfaatan gas dari tpaTeknologi pemanfaatan gas dari tpa
Teknologi pemanfaatan gas dari tpaOswar Mungkasa
 
Teknologi Pemanfaatan Gas dari TPA
Teknologi Pemanfaatan Gas dari TPATeknologi Pemanfaatan Gas dari TPA
Teknologi Pemanfaatan Gas dari TPAOswar Mungkasa
 
Analisa Bisnis Budidaya Belut
Analisa Bisnis Budidaya BelutAnalisa Bisnis Budidaya Belut
Analisa Bisnis Budidaya BelutWarta Wirausaha
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Mujair
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya MujairPedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Mujair
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya MujairWarta Wirausaha
 
Pedoman Teknis Sukses Bisnis Budidaya Ikan Baronang
Pedoman Teknis Sukses Bisnis Budidaya Ikan BaronangPedoman Teknis Sukses Bisnis Budidaya Ikan Baronang
Pedoman Teknis Sukses Bisnis Budidaya Ikan BaronangWarta Wirausaha
 
Pembukaan Lahan.pptx
Pembukaan Lahan.pptxPembukaan Lahan.pptx
Pembukaan Lahan.pptxssuserc1e9cb
 
Pedoman Budidaya jangkrik
Pedoman Budidaya jangkrikPedoman Budidaya jangkrik
Pedoman Budidaya jangkrikWarta Wirausaha
 
Peluang usaha budidaya patin
Peluang usaha budidaya patinPeluang usaha budidaya patin
Peluang usaha budidaya patinWarta Wirausaha
 
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIEFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIRepository Ipb
 
Penjernihan air saring2
Penjernihan air saring2Penjernihan air saring2
Penjernihan air saring2myusup
 
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surutTeknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surutdianaeureka1
 

Similar to Pedoman penggelondongan bandeng (20)

Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Tiram
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Tiram Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Tiram
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Tiram
 
Sagu
SaguSagu
Sagu
 
Panduan Budidaya bekicot
Panduan Budidaya bekicotPanduan Budidaya bekicot
Panduan Budidaya bekicot
 
Belut
BelutBelut
Belut
 
Tambak kepiring bakau
Tambak kepiring bakauTambak kepiring bakau
Tambak kepiring bakau
 
Teknologi pemanfaatan gas dari tpa
Teknologi pemanfaatan gas dari tpaTeknologi pemanfaatan gas dari tpa
Teknologi pemanfaatan gas dari tpa
 
Teknologi Pemanfaatan Gas dari TPA
Teknologi Pemanfaatan Gas dari TPATeknologi Pemanfaatan Gas dari TPA
Teknologi Pemanfaatan Gas dari TPA
 
Analisa Bisnis Budidaya Belut
Analisa Bisnis Budidaya BelutAnalisa Bisnis Budidaya Belut
Analisa Bisnis Budidaya Belut
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Mujair
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya MujairPedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Mujair
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Mujair
 
Pedoman Teknis Sukses Bisnis Budidaya Ikan Baronang
Pedoman Teknis Sukses Bisnis Budidaya Ikan BaronangPedoman Teknis Sukses Bisnis Budidaya Ikan Baronang
Pedoman Teknis Sukses Bisnis Budidaya Ikan Baronang
 
Pembukaan Lahan.pptx
Pembukaan Lahan.pptxPembukaan Lahan.pptx
Pembukaan Lahan.pptx
 
Pedoman Budidaya jangkrik
Pedoman Budidaya jangkrikPedoman Budidaya jangkrik
Pedoman Budidaya jangkrik
 
Mangga
ManggaMangga
Mangga
 
Peluang usaha budidaya patin
Peluang usaha budidaya patinPeluang usaha budidaya patin
Peluang usaha budidaya patin
 
Lokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambakLokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambak
 
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMIEFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
EFEKTIFITAS EMBUNG UNTUK IRIGASI TANAMAN HORTIKULTURA DI CIKAKAK SUKABUMI
 
Penjernihan air saring2
Penjernihan air saring2Penjernihan air saring2
Penjernihan air saring2
 
Talas
TalasTalas
Talas
 
Makalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
Makalah_63 Makalah agroforestry alley croppingMakalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
Makalah_63 Makalah agroforestry alley cropping
 
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surutTeknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
Teknologi produksi padi pada lahan rawa pasang surut
 

More from Warta Wirausaha

Analisa usaha budidaya ayam bangkok
Analisa usaha budidaya ayam bangkokAnalisa usaha budidaya ayam bangkok
Analisa usaha budidaya ayam bangkokWarta Wirausaha
 
Analisa Usaha Budidaya Jahe Merah
Analisa Usaha Budidaya Jahe MerahAnalisa Usaha Budidaya Jahe Merah
Analisa Usaha Budidaya Jahe MerahWarta Wirausaha
 
Analisa Usaha Budidaya Pembibitan Udang Vaname
Analisa Usaha Budidaya Pembibitan Udang VanameAnalisa Usaha Budidaya Pembibitan Udang Vaname
Analisa Usaha Budidaya Pembibitan Udang VanameWarta Wirausaha
 
Budidaya kakao dan perhitungan analisa usaha
Budidaya kakao dan perhitungan analisa usahaBudidaya kakao dan perhitungan analisa usaha
Budidaya kakao dan perhitungan analisa usahaWarta Wirausaha
 
Motivasi Diri Dalam Bisnis
Motivasi Diri Dalam Bisnis Motivasi Diri Dalam Bisnis
Motivasi Diri Dalam Bisnis Warta Wirausaha
 
Peluang usaha budidaya nila
Peluang usaha budidaya nilaPeluang usaha budidaya nila
Peluang usaha budidaya nilaWarta Wirausaha
 
Pedoman saponin basmi hama udang
Pedoman saponin basmi hama udangPedoman saponin basmi hama udang
Pedoman saponin basmi hama udangWarta Wirausaha
 
Pedoman pijah ikan cangkringan
Pedoman pijah ikan cangkringanPedoman pijah ikan cangkringan
Pedoman pijah ikan cangkringanWarta Wirausaha
 
Pedoman penyakit ikan laut
Pedoman penyakit ikan lautPedoman penyakit ikan laut
Pedoman penyakit ikan lautWarta Wirausaha
 
Pedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikanPedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikanWarta Wirausaha
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Mas
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan MasPedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Mas
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan MasWarta Wirausaha
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan lele
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan lelePedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan lele
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan leleWarta Wirausaha
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Gurame
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan GuramePedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Gurame
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan GurameWarta Wirausaha
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuh
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuhPedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuh
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuhWarta Wirausaha
 
Pedoman Sukses Usaha Budidaya ikan kakap putih
Pedoman Sukses Usaha Budidaya ikan kakap putihPedoman Sukses Usaha Budidaya ikan kakap putih
Pedoman Sukses Usaha Budidaya ikan kakap putihWarta Wirausaha
 
Analisis Bisnis Budidaya Buah Naga Super Red
Analisis Bisnis Budidaya Buah Naga Super RedAnalisis Bisnis Budidaya Buah Naga Super Red
Analisis Bisnis Budidaya Buah Naga Super RedWarta Wirausaha
 
Blackberry Messenger for iPhone
Blackberry Messenger for iPhoneBlackberry Messenger for iPhone
Blackberry Messenger for iPhoneWarta Wirausaha
 

More from Warta Wirausaha (20)

Analisa usaha budidaya ayam bangkok
Analisa usaha budidaya ayam bangkokAnalisa usaha budidaya ayam bangkok
Analisa usaha budidaya ayam bangkok
 
Analisa Usaha Budidaya Jahe Merah
Analisa Usaha Budidaya Jahe MerahAnalisa Usaha Budidaya Jahe Merah
Analisa Usaha Budidaya Jahe Merah
 
Analisa Usaha Budidaya Pembibitan Udang Vaname
Analisa Usaha Budidaya Pembibitan Udang VanameAnalisa Usaha Budidaya Pembibitan Udang Vaname
Analisa Usaha Budidaya Pembibitan Udang Vaname
 
Budidaya kakao dan perhitungan analisa usaha
Budidaya kakao dan perhitungan analisa usahaBudidaya kakao dan perhitungan analisa usaha
Budidaya kakao dan perhitungan analisa usaha
 
Motivasi Diri Dalam Bisnis
Motivasi Diri Dalam Bisnis Motivasi Diri Dalam Bisnis
Motivasi Diri Dalam Bisnis
 
Peluang usaha budidaya nila
Peluang usaha budidaya nilaPeluang usaha budidaya nila
Peluang usaha budidaya nila
 
Pedoman saponin basmi hama udang
Pedoman saponin basmi hama udangPedoman saponin basmi hama udang
Pedoman saponin basmi hama udang
 
Pedoman pijah ikan cangkringan
Pedoman pijah ikan cangkringanPedoman pijah ikan cangkringan
Pedoman pijah ikan cangkringan
 
Pedoman penyakit ikan laut
Pedoman penyakit ikan lautPedoman penyakit ikan laut
Pedoman penyakit ikan laut
 
Pedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikanPedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikan
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Mas
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan MasPedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Mas
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Mas
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan lele
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan lelePedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan lele
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan lele
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Gurame
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan GuramePedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Gurame
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Ikan Gurame
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuh
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuhPedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuh
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuh
 
Pedoman Sukses Usaha Budidaya ikan kakap putih
Pedoman Sukses Usaha Budidaya ikan kakap putihPedoman Sukses Usaha Budidaya ikan kakap putih
Pedoman Sukses Usaha Budidaya ikan kakap putih
 
Analisis Bisnis Budidaya Buah Naga Super Red
Analisis Bisnis Budidaya Buah Naga Super RedAnalisis Bisnis Budidaya Buah Naga Super Red
Analisis Bisnis Budidaya Buah Naga Super Red
 
Blackberry Messenger for iPhone
Blackberry Messenger for iPhoneBlackberry Messenger for iPhone
Blackberry Messenger for iPhone
 
Tanaman perkebunan
Tanaman perkebunanTanaman perkebunan
Tanaman perkebunan
 
Stroberi
StroberiStroberi
Stroberi
 
Singkong
SingkongSingkong
Singkong
 

Pedoman penggelondongan bandeng

  • 1.
  • 2. TTG BUDIDAYA PERIKANAN TEKNIK PENGELOLAAN PENGGELONDONGAN BANDENG 1. PENDAHULUAN Kegiatan penggelondongan nener merupakan mata rantai yang bertujuan salah satunya adalah menekan mortalitas benih karenan pengelondongan nener adalah masa awal pemeliharaan yang dianggap sebagai masa paling kritis. Usaha penggelondongan nener bukan lagi sekedar usaha sambilan di samping usaha pembesarannya tambak, melainkan sebagai usaha komersial yang harus ditangani lebih serius dan hati-hati. Oleh karena usaha penangkapan nener dari alam sulit dilakukan sedangkan kebutuhan atau permintaan akan nener meningkat maka diharapkan teknik pengelolaan penggelondongan dapat lebih dikembangkan. Salah satu metoda dalam penggelondongan nener adalah penggelondongan di petakan tambak. Usaha ini dilakukan dalam petakan tambak yang ukurannya relatif kecil (500 1.000 m2) atau dengan cara menyekat tambak dengan masa 3 minggu - 1 bulan. Usaha penggelondongan telah banyak berkembang dibeberapa daerah di Indonesia, antara lain di Jawa Timur, Jawa Tenah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan DI Aceh. Untuk itu diupayakan membahas teknik pengelolaan penggelondongan pada tulisan ini. Tujuan tulisan ini adalah menginformasikan kepada petani maupun pengusaha mengenai teknik mengelola penggelondongan nener yang baik. Hal. 1/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 3. TTG BUDIDAYA PERIKANAN 2. PEMILIHAN LOKASI Pemilihan lokasi hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : 1) Mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan lokasi seperti tata ruang, sumber air dan pengairan. Diusahakan tidak begitu jauh dari pantai agar suhu udara yang ada dapat mendukung keberhasilan usaha pemeliharaan benih bandeng. Suhu air pada tambak berkisar antara 30 330C. 2) Jarak lokasi ideal dari sumber benih/nener maksimal 12 jam. Perjalanan selama dalam pengangkutan konsumen tidak melebihi 12 jam. 3) Salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kegagalan usaha penggelondongan bandeng adalah persaingan penggunaan lahan antar sesama pengusaha tambak. 4) Sarana transportasi. Kelancaran sarana angkutan terutama jalan, sangat memegang peranan penting dalam usaha penggelondongan nener ini. Oleh sebab itu dipilih lokasi yang sarana lalu lintasnya dapat menjamin mutu nener tetap baik. 5) Jaringan listrik. Sarana yang diperhatikan dalam memilih lokasi adalah yang dekat dengan jaringan listrik negara (PLN). Namun untuk usaha penggelondongan bandeng kebutuhan listrik bisa diganti dengan alat-alat lain seperti genset. 3. SISTEM PETAK PENENERAN 1) Petakan untuk nener. Petakan untuk nener pada umumnya dangkal, luasnya berkisar antara 500 1.000 m2. Letak petakan nener dekat dengan sumber air tawar maupun air asin. 2) Petakan untuk gelondongan. Petakan gelondongan mempunyai areal lebih besar (luas) dan lebih dalam (1.000 - 2.000) m2. Hal ini digunakan untuk menampung gelondongan dari petakan peneneran tempat untuk menumbuhkan gelondonan kecil (pre fingerling) atau untuk penyimpanan dan menahan gelondongan besar (post fingerling). Hal. 2/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 4. TTG BUDIDAYA PERIKANAN 3) Petakan Aklimatisasi. Petakan untuk aklimatisasi atau yang biasa disebut ipukan/baby box merupakan petakan kecil yang terbuat dalam penggelondongan dan bersifat hanya sementara. Ipukan ini dibatasi oleh pematang yang relatif kecil (sempit dan rendah) dibangun berdekatan dengan saluran air, agar mutu lebih baik dan memudahkan pengelolannya. Ukuran luasnya tergantung kepada banyaknya nener yang akan ditebarkan (stock). Pada musim kemarau temperatur udara dapat naik mencapai 330C, ipukan dapat menampung 5.000 - 10.000 ekor per m2 selama 3 hari, meskipun dibawah periode yang relatif tenang. 4) Tempat pengumpulan (tempat untuk panen) Berupa petakan kecil untuk penangkapan atau kanal yang sempit atau tempat untuk mengumpulkan gelondongan dalam waktu singkat. Ikan-ikan dikumpulkan ke tempat pengumpulan dengan cara pengaturan aliran air, dari air pada saat pasang atau air dari petakan lain yang telah disiapkan sebelumnya. Aerasi dapat diatur dengan aliran air dari tambak yang berdekatan atau dari tambak yang lain, sehingga tidak terjadi efek yang merugikan karena kekurangan oksigen, walaupun di dalam petakan tersebut padat dengan ikan. Dalam petakan ini ikan-ikan tersebut mudah dijaring dan dipindahkan ke petakan yang lain dengan cara mengunakan jaring untuk pemindahan gelondongan. Hal ini dipermudah dengan sifat ikan bandeng yang senang menentang arus. Gambar 1. Letak Penggelondongan Komersial yang Lengkap. Hal. 3/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 5. TTG BUDIDAYA PERIKANAN Keterangan Gambar 1 A. Kanal utama B. Kanal pembagi petakan C. Petak penangkapan D. Petak penggelondongan 5) Pintu dan gorong-gorong. Petakan untuk nener, gelondongan dan penangkapan (pengumpulan) dilengkapi dengan pintu-pintu atau gorong-gorong, yang dipasang rapi dan diberi saringan. Yang terutama perlu diperhatikan ialah : petakan untuk nener jangan sampai kemasukan telur-telur maupun larva predator misalnya kakap, kerapu, belut dan lain sebagainya. Pada pintu perlu dipasang saringan nylon yang halus atau bahan yang serupa. Bisa juga dipergunakan saringan-saringan yang berbentuk kantong dari nylon yang halus, yang dipasang pada ujung dari gorong-gorong selama persiapan petakan untuk nener dan juga selama sepuluh hari pertama setelah penebaran nener. 4. PENGELOLAAN PETAKAN PENGELONDONGAN 1) Persiapan petakan untuk aklimatisasi Beberapa hari sebelum penebaran nener bandeng, petakan aklimatisasi dipersiapkan dengan baik, pematang dilapisi dengan tanah yang lunak, dilengkapi dengan atap yang dibuat dari kisi-kisi bambu. Pada kaki bagian dalam pematang peneneran sebaiknya diberi berm, guna memudahkan petugas tambak berada atau bertugas lebih dekat dengan perbatasan air. Berm mempunyai 2 (dua) macam kegunaan yaitu merupakan tempat untuk pembetulan bocoran-bocoran pada pematang dan menahan longsoranlongsoran tanah dari pematang. Selanjutnya petakan dikeringkan dan perataan dasar petakan dikerjakan denan kemiringan yang dibuat menuju arah pintu air selama tanah belum keras (masih basah). Untuk perataan tanah dapat digunakan garu dari kayu, dan dapat juga menggunakan papan yang agak panjang yang didorong oleh dua atau tiga orang. Lubang bekas kaki ditutup, sebab kemungkinan dapat dipakai tempat untuk sembunyi ikan-ikan liar atau telurnya yang dapat tahan hidup selama pengeringan pada masa persiapan. Hal. 4/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 6. TTG BUDIDAYA PERIKANAN Gambar 2. Garu Keterangan Gambar 2: A. Papan garu B. Tangkai dari kayu atau bambu 2) Kultur makanan alami Makanan yang paling ideal bibit bandeng dan gelondongan adalah klekap, yakni kumpulan diatome dasar, alga biru, inverterbrata tingkat rendah, 200 plankton, juga diperlukan untuk melengkapi nilai gizi makanan. Gelondongan yang lebih besar dan berukuran panjang 80 mm, sudah dapat memakan alga hijau benang atau lumut (chaetomorpha sp., Entormorpha sp., dan Cladophora sp.). 3) Kultur klekap pada musim kemarau Musim kemarau merupakan saat yang paling baik dan cocok untuk menumbuhkan klekap sebagai makanan alami. Setelah petakan selesai perataannya lalu dibiarkan kering sampai tanahnya retak-retak. Waktu pengeringannya diperkirakan selama 2 - 3 minggu tergantung pada tenah aslinya. Keberhasilan atau kegagalan dalam menumbuhkan klekap yang baik dan menahannya agar tetap menempel pada dasar tembak tergantung pada derajat kekeringannya. Pengeringan yang tidak seimbang atau pengeringan Hal. 5/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 7. TTG BUDIDAYA PERIKANAN yang kurang sempurna akan menghasilkan klekap yang mudah lepas dari tanah dan akhirnya mengambang. Bilamana terjadi sebaliknya, terlalu lama pengeringannya sehinga lapisan permukaan tanah kekeringan, maka terjadi suatu kondisi yang sangat tidak memungkinkan untuk pertumbuhan klekap. Pengeringan dianggap cukup bilamana kandungan air dari lapisan tanah yang tebalnya sekitar 10 cm itu kira-kira 18 - 20%. Suatu hal yang praktis untuk mengetahinya ialah dengan jalan diatas tanah yang dikeringkan tersebut. Bilamana tanah tersebut cukup kuat menahan orang sehingga hanya turun (tenggelam) sekitar 2 cm, berat badan orang tersebut maka pengeringan tanah dianggap telah cukup. Pupuk organik kemudian ditebarkan setelah tanah cukup mengeras. Kwantitasnya tergantung kepada jumlah dari kemerosotan bahan organik dalam tanah tambak yang akan dipupuk. Pada umumnya rata-rata tanah memerlukan 500 - 1.000 kg bekatul atau bungkil jagung per hektar; 500 3.000 kg kotoran ternak untuk tiap hektar tambak. Pupuk anorganik segera ditebarkan di tanah tambak, setelah tanah tambak tersebut digenangi air pasang yang baru, sedalam kira-kira 10 cm dan pintu-pintu ditutup serta diblok dengan tanah untuk menahan air tersebut. Beberapa petani tambak menggunakan pupuk Urea atau Ammonium sulfate (ZA) sebanyak 50 kg atau 100 kg per hektar untuk segera ditebarkan pada petak-petak agar lebih mempercepat proses pembusukkan pupuk organik tersebut. Air di dalam petakan dibiarkan menguap seluruhnya atau dialirkan keluar bila sudah jernih sekali. Pada dasar petakan dikeringkan lagi seperti keadaan pengeringan pertama sebelum ditebari pupuk organik. Pada akhirnya praktis semua pupuk organik akan membusuk (mengurai). Kegiatan berikutnya memasukkan air ke dalam petakan dengan cara hatihati, disaring melalui saringan halus yang berbentuk kantong dan diikatkan pada pintu air kira-kira 10 cm dan sekali lagi petakan dipupuk dengan urea sebanyak 45 kg ditambah 45 - 55 kg pupuk TSP untuk tiap hektar. Jikalau klekap belum mulai tumbuh pada saat pengenangan air yang pertama, pada saat ini akan mulai tumbuh dan menutupi semua permukaan dasar tambak. Selanjutnya sedalaman di tambak secara bertahap sampai sekitar 20 cm dan petakan siap untuk ditebari ikan (nener atau gelondongan bandeng). 4) Kultur klekap pada musim hujan. Untuk menanggulangi pertumbuhan klekap pada musim hujan agak sulit. Penurunan kadar garam menghalangi pertumbuhan dan kemungkinan penyebab kerusakan total dari makanan bilamana terjadi perubahan mendadak. Oleh karena itu waktu (saat) yang penting dalam mempersiapkan peneneran pada musim hujan. Paling sedikit diperlukan waktu 1 minggu yang cuacanya baik secara terus menerus jikalau ingin mencapai keberhasilan. Hal. 6/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 8. TTG BUDIDAYA PERIKANAN Petakan dikeringkan, diratakan dan dibiarkan paling sedikit 3 hari, kemudian air dimasukkan dan dipupuk dengan pupuk organik yang kuantitasnya sama dengan yang biasa digunakan pada pemupukan anorganis yang kedua di musim kemarau. Pada saat itu juga ditambahkan bekatul sebanyak 200 kg/Ha. Perlu diketahui klekap yang tumbuh pada musim hujan ini tidak sebanyak yang tumbuh di musim kemarau dan cenderung mudah lepas dari tanah dasar petakan yang kemudian mengapung, yang akhirnya mengelompok di sisi-sisi petakan akibat dihembus oleh angin. Dalam hal demikian, klekap tidak dapat dimanfaatkan oleh ikan yang dipelihara. 5) Kultur plankton Disini harus kita perhatikan upaya untuk menumbuhkan plankton agar mencapai hasil yang memuaskan (sukses) diperlukan air yang dalam serta rendah kadar garamnya, terutama selama musim hujan. Mula-mula petakan dikerjakan dan dibiarkan untuk 2 - 3 hari, kemudian segera diisi (digenangi) dengan air pasang yang baru. Pupuk organik yang diberikan harus cukup yang biasanya terdiri dari kombinasi antara Urea atau Amonium sulfate (ZA) sebagai N (nitrogen) dan Superfosfate (TSP) sebagai sumber P2O5 (fosfate) ditambah bekatul yang digunakan untuk membuat air menjadi hijau warnanya, yang sebagian besarnya adalah phytoplankton. Pada umumnya petani tambak memulai dengan dosis 6 gram N, 6 - 9 gram P2O5 dan 50 - 100 gram bekatul untuk setiap m3 air yang kemudian dinaikkan dosisnya sampai didapatkan hasil yang diinginkan. Blooming phytoplankton akan terjadi dalam 48 jam pada cuaca yang memungkinkan. Petakan siap ditebari ikan jikalau suatu obyek yang putih berada dalam air hilang (lenyap) dari pandangan pada kedalaman kurang lebih 30 cm. 5. PENEBARAN (PENANAMAN, STOCKING) 1) Persiapan petakan untuk aklimatisasi (ipukan). Petakan untuk aklimatisasi (ipukan) perlu dibuat, atau bila telah ada perlu disiapkan dengan baik. Pematangnya diplester (dilapisi) dengan tanah yang lunak dan sekalian menutupi bocoran-bocoran. Atap diperlukan yang biasanya dibuat dari kisi-kisi bambu (kere) untuk memberikan kesejukan kita dapat memanfaatkan cabang-cabang dari pohon api-api yang baru dipotong, seperti daun kelapa, daun nipah diletakkan di aasnya sebagai atap (dapat digunakan daun nipah atau daun kelapa yang dibuat khusus untuk atap). Ada juga yang ditancapkan pada keliling ipukan dapat, agar memberikan Hal. 7/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 9. TTG BUDIDAYA PERIKANAN suasana kesejukan. Dengan cara demikian ipukan tidak menerima sinar matahari lansung dan suhu menjadi rendah di dalamnya. Untuk mengantisipasi adanya hujan turun, atap perlu dilapisi atau ditutup dengan plastik (polyethelene sheet). Bila ipukan dibuat dengan 1 atau dengan 2 pematang dari petakan sebagai sisinya, perlu adanya kanal (saluran kecil) sepanjang berm untuk mengalirkan air hujan terutama dari pematang petakan agar masuk ke petakan besar dan tidak masuk ke ipukan. Semua pematang ipukan ditutupi dengan lembaran plastik. Air hujan terutama yang mengalir dari pematang petakan dan masuk ke dalam ipukan dapat menyebabkan kematian nener yang disimpan di ipukan dalam keadaan padat. Pada saat yang singkat sebelum nener datang semua air di dalam ipukan dikuras keluar. Air tawar secukupnya dapat juga air sumur atau dari mata air yang lain diisikan pada ipukan pelan-pelan, selanjutnya air dipasang yang baru dilewatkan melalui saringan yang halus ditambahkan sampai kadar garam mencapai 15 - 20 ppt. Air dibiarkan jernih, sedimen dibiarkan mengendap dahulu dan semua kotoran-kotoran yang mengambang dibuang (bisa juga diambili). Gambar 3. 2) Penebaran Nener Nener dibawa ke tambak dengan kantong plastik dan diberi oksigen. Biasanya pada pengangkutan nener digunakan air yang kadar garamnya antara 15 - 20 ppt. Hal inilah yang mengharuskan ipukan diisi air tawar agar Hal. 8/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 10. TTG BUDIDAYA PERIKANAN kadar garam sesuai dengan air untuk pengangkutan nener. Pelepasan nener biasanya dilaksanakan pada pagi atau sore hari, pada saat suhu udara relatif lebih dingin (sejuk). Untuk mempermudah dalam aklimatisasi nener terhadap suhu air maka kantong plastik dibiarkan mengambang di dalam ipukan untuk satu atau dua jam lamanya sebelum dilepaskan. Dan di dalam petakan penggelondongan diusahakan untuk kepadatan penebaran antara 40 - 50 ekor per m2. Pelepasan nener secara langsung ke ipukan dapat juga dilakukan, akan tetapi lebih aman kalau hal tersebut tidak dilakukan. Mula-mula nener bersama airnya dituangkan ke dalam baskom plastik kemudian air dari ipukan ditambahkan ke baskom sedikit demi sedikit sampai kira-kira sama denan kondisinya dengan air ipukan itu sendiri. Setelah itu baskom secara pelan-pelan dimiringkan dan dibiarkan nener itu berenang keluar. Pada permukaan kolam nener akan berenang-renang di dekat permukaan air tetapi setelah beradaptasi dan merasa segar lagi, mereka mulai makan Benthic algae yang tipis di dasar. Untuk adaptasi nener sepenuhnya dalam ipukan diperlukan waktu sekitar 12 jam. Nener yang lemah kondisinya akan memerlukan waktu lebih lama untuk adaptasi dan berenang-berenang di dekat permukaan air dalam ipukan. Jika nener telah tampak aktif bergerak dan makan, maka pematang ipukan dapat dipotong sedikit dan disisipkan saringan dengan bahan yang halus ditempat tersebut. Pematang yang dipotong ini dipergunakan untuk memudahkan pertukaran air di dalam maupun di luar ipukan ( biasanya kadar garam air di luar ipukan lebih dari 40 ppt) dan dalam sekitar 12 jam sesudahnya, kadar garam akan sama atau yang di dalam ipukan akan lebih rendah sedikit dari pada garam di petakan luar ( di luar ipukan). Bilamana nener tampak mulai berkumpul disekitar saringan atau berenangrenang menentang arus yang melewati saringan, hal ini menunjukkan bahwa nener ini telah cukup aklimatisasi terhadap kondisi garam dari petakan untuk nener. Saringan telah dapat diambil dan nener dibiarkan berenang keluar. Hal ini dikerjakan pada pagi hari atau sore hari ketika air di petakan rendah suhunya. Hal. 9/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 11. TTG BUDIDAYA PERIKANAN Gambar 4. Ipukan tidak diperlukan di saat musim hujan bila kadar garam di petakan telah menjadi rendah. Nener dapat dilepaskan langsung ke dalam air setelah cukup aklimatisasi di dalam baskom. Jikalau Nener Payus (Elops sp.) belum terambil (belum diseleksi), nener hendaknya dilepaskan dalam happa nylon (dengan ukuran mata jaring : 5 - 6 tiap cm) yang dipasang dalam petakan. Nener Bandeng dapat lolos ke luar sedang di dalam happa tertinggal Payus serta nener Bandeng yang agak besar sedikit ukurannya dari mata happa nylon. 3) Pengaturan Air Pada umumnya selama 7 - 10 hari sesudah pelepasan nener, tidak dilakukan penggantian air. Selama itu nener tambah menjadi lebih besar dan perlu adanya saringan di pintu yang dapat menahan nener keluar, akan tetapi dapat memasukkan air ke dalam petakan. Penyegaran dapat dilakukan dengan mengalirkan air ke luar kemudian diganti dengan air pasang yang baru. Saringan perlu di cek setiap saat membuka pintu. Penutupan harus dilakukan dengan hati-hati, terutama dalam pemasangan papan-papan pintu. Petakan untuk Nener mempunyai dasar yang lebih tinggi dan rata bila dibandingakn dengan petakan-petakan yang lain. Oleh karena itu perlu adanya tindakan bila masih terjadi bocoran-bocoran pada waktu pemasukkan air di saat pasang terakhir. Pilihan lain ialah perlu menyediakan pompa air untuk pasang yang rendah bila tidak dapat mencapai petak peneneran. Nener tumbuh lebih cepat pada air yang berkadar garam agak rendah. Oleh karena itu perlu pada musim kemarau dilakukan penyegaran dengan Hal. 10/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 12. TTG BUDIDAYA PERIKANAN penggantian air. Penyegaran yang dilakukan pada musim hujan terutama untuk menjaga (memelihara) klekap atau untuk memperbaiki kondisi air. Jikalau plankton merupakan makanan utama diperlukan kadar garam yang rendah dan sering ada hujan akan lebih bermanfaat. 4) Pakan Pemberian makanan tambahan mengakibatkan bertambahnya input. Hal ini hanya diberikan (dilaksanakan) jika makanan alami habis dan tidak ada tempat yang layak atau yang siap untuk dipergunakan. Pengusaha gelondongan bandeng melaksanakan penimbunan (penahanan) gelondongan dengan memberikan makanan tambahan, karena itu pengusaha tersebut berani menggunakan padat penebaran yang tinggi pada tambaknya. Beberapa macam mkanan tambahan yang sering digunakan ialah : a. Katul yang halus hasil sisa penggilingan padi yang baru berbentuk tepung atau dijadikan pellet. b. Tepung gandum (terigu), berbentuk tepung atau dijadikan pellet. c. Bungkil jagung (bungkil dari lembaga jagung), berbentuk tepung atau dijadikan pellet. d. Bungkil kacang tanah, berbentuk tepung atau dijadikan pellet. e. Bungkil kelapa berbentuk tepung atau dijadikan pellet. f. Roti yang basi atau telah lama. g. Kotoran kandang ternak atau lebih baik kotoran ayam. Penambahan makanan sebaiknya habis dimakan dalam jangka waktu dua sampai tiga jam. Bilamana tidak maka air akan mengalami pencemaran. Setidak-tidaknya makanan diberikan tiga kali setiap hari atau cukup dua kali (pagi dan sore hari). Makanan dapat diberikan dengan cara ditaburkan atau ditempelkan pada suatu tempat tertentu yang berada di dalam kolam (di petakan). Kondisi gelondongan yang kurang baik (kurus) perlu diperbaiki sebagai persiapan untuk pemindahannya ke tambak lain. Gelondongan yang kurus mudah sekali mengalami tekanan. Sisiknya mudah lepas walupun diperlakukan biasa saja dan tempat yang tidak bersisik akan mudah mengalami infeksi dari bakteri dan jamur. 6. HAMBATAN PENGELOLAAN Dalam usaha pengelolaan tambak sering dijumpai hal-hal yang menghambat kelancaran usaha, di antaranya adalah sebagai berikut : 1) Kondisi nener yang jelek pada saat penebaran. Hal. 11/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 13. TTG BUDIDAYA PERIKANAN Pedagang nener biasanya menampung dalam kondisi yang sangat padat sambil menunggu pembeli. Selama musim nener, pedagang nener mengumpulkan hasil penangkapan tiap hari kemudian ditampung dan dikumpulkan sampai cukup banyak jumlahnya untuk memenuhi pesanan dari pembeli yang datang pertama. Sering pula terjadi bahwa nener tidak diberi makan untuk beberapa hari, yang mengakibatkan lapar dan lemah menyebabkan kondisi nener menjadi lamban geraknya dan mudah mendapat tekanan (stress) waktu dalam penghitungan. Bila diangkut dalam kondisi yang berjejal dalam kantong plastik, suhu tinggi, terjadi pertukaran zat-zat dalam tubuhnya, eksresi, tekanan oksigen dan jalanan yang kasar dapat menambah kelelahan nener. Banyaknya perlakuan di tambak dapat menambah makin lelah dan memberatkan situasi dan tidak tahan terhadap kondisi dalam petakan yang sedikit kurang baik. 2) Aklimatisasi yang kurang cukup. Dalam melepaskan nener ke petak peneneran diperlukan waktu yang cukup untuk aklimatisasi, sehingga nener dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan atau kondisi lingkungan. Penggantian air secara mendadak dengan perbedaan kadar garam atau suhu yang besar dapat mengakibatkan yang kurang baik. Nener tidak cukup waktu untuk menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap kondisi lingkungan dan akhirnya menjadi lemah, bahkan dapat menyebabkan kematian. 3) Bocoran-bocoran. Sifat naluri yang senang menentang arus air menyebabkan nener mudah lolos melalui bocoran yang ada di pematang. Dasar pintu saringan-saringan dan papan-papan penutup pintu yang tidak betul pemasangannya memungkinkan nener dan gelondongan kecil dapat lolos ke luar. Hal tersebut memungkinkan pula masuknya ikan-ikan buas yang masih kecil yang akhirnya dapat memangsa nener dalam petakan. 4) Terjerat Alga benang, klekap yang lebar-lebar dan lepa dari dasar tambak, kantongkantong telur dari cacing-cacing Polychaeta merupakan benda-benda yang dapat menyebabkan nener di tambak terjerat. Nener terjerat (terbelit) oleh alga benang atau terjebak dalam gelembung telur-telur Polychaeta. Pada petakan yang dangkal, selapis klekap yang lebar tiba-tiba mengambang ke permukaan akibat terkumpulnya gelembung-gelembung oksigen dari hasil asimilasi komponen tumbuh-tumbuhan dapat menyebabkan nener yang sedang makan atau berenang di atasnya ikut terangkat ke permukaan dan akhirnya akan mati karenan terdampar tidak dapat kembali ke air. Hal. 12/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 14. TTG BUDIDAYA PERIKANAN 5) Keracunan Oleh karena petakan untuk nener umumnya berukuran kecil, maka mudah mengalami kontaminasi unsur-unsur yang beracun yang bersama air atau dari sumber lain. Kematian secara besar-besaran kadang-kadang terjadi di tambak yang mengalami air dari sungai yang mengalirkan sisaa-sisa dari pabrik (sampah industri) dibuang. Hal tersebut juga sering terjadi pada daerah-daerah yang dekat dengan daerah pertanian, terutama daerah sawah yang sering menebari pestisida (untuk pemberantasan hama). Kadang-kadang pematang tambak sendiri dapat menjadi asal (sumber) material yang mempunyai daya racun yang tinggi. Banyak contoh kematian total yang terjadi di peneneran begitu selesai hujan pertama yang lebat setelah musim kemarau yang panjang. Kasus demikian juga sering terjadi di tambak-tambak yang beru dibangun dari daerah rawa-rawa yang banyak pohon bakaunya (mangrove). Pematang dibuat dari tanah-tanah yang terdiri dari banyak akar-akaran yang membusuk dan terkumpul bahan organik yang mengandung unsur racun asam humus dan asam Sulfida (H2S) di lereng di atas pematang tersebut digambarkan sebagai hasil penguapan dari pematang yang banyak mengandung air (kadar air yang tinggi). Senyawaan belerang dapat pula terbentuk dari pembusukkan akar yang tampak di pematang-pematang. Tetesan air hujan mencucinya dan membawanya masuk ke tambak karena terbatasnya areal di peneneran, unsur yang dikehendaki tersebut segera menyebar sehingga menyebabkan nener maupun gelondongan banyak yang mati karena keracunan. 6) Penanganan yang salah. Pengeringan yang mendadak disebabkan penutupan pintu kurang sempurna adalah yang sering menyebabkan banyak nener dan gelondongan yang hilang atau mati. Saringan-saringan yang rusak, yang robek atau kesalahan dalam pemasangannya adalah faktor penyebab hilangnya nener pula. Sifat masa bodoh dari manusia (penjaga) tidak dapat dianggap sepi begitu saja. Penjaga yang sangat lelah kadang-kadang mudah (cepat) jatuh tertidur, sedang periode pengeringan atau pengisian peneneran berlangsung pada malam hari di saat terjadi surut yang rendah atau pasang yang tinggi, karena tertidur maka penjaga tidak dapat mengontrol keadaan deangan baik, yang mengakibatkan lingkungan pematang yang rusak. Hal. 13/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 15. TTG BUDIDAYA PERIKANAN 7. ANALISA USAHA PENGGELONDONGAN BANDENG Dalam pemeliharaan nener bandeng untuk gelondongan diperlukan waktu pemeliharaan selama lebih dari 21 hari, pada usia tersebut ukuran telah mencapai gelondongan yaitu panjang 2 - 3 cm dan berat rata-rata 2 - 3 gram. Dengan kepadatan tebar 40 - 50 ekor/m2 @ Rp.50,- per ekor maka kelangsungan hidup nener untuk mencapai gelondongan adalah 75% - 90%. Harga jual perekor untuk ukuran gelondongan tersebut adalah Rp. 100,-. Usaha penggelondongan tersebut dapat dilaksanakan di tambak luas 0,5 HA (4 petakan). Dalam satu tahun diperhitungkan dapat memelihara bandeng tersebut sebanyak 6 periode selanjutnya pada tebar 200.000 ekor dengan SR 80%. Hal inilah yang dapat memberikan harapan untuk dikembang usahakan sebagai salah satu komoditas dalam agribisnis. Sebagai gambaran tentang analisis keuntungan dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini. 1) Biaya Investasi No 1. 2. 3. 4. 5. Penjelasan Sewa 0,5 HA Tanah Tambak @ Rp. 500.000,Perbaikan Konstruksi Tambak (4 petak) Pintu Air Empat Buah @ Rp. 125.000,Pompa Air Diesel 4'', 1 unit (Tahan 4 tahun) Alat Panen, 1 set Jumlah Jumlah (Rp) 250.000,800.000,500.000,2.000.000,500.000,4.050.000,- 2) Biaya Operasional a. Biaya Tidak Tetap No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Uraian Persiapan Tambak Nener 200.000 ekor @ Rp. 50,Kapur 1.000 kg @ Rp. 100,Saponin 100 kg @ Rp. 1.000,Pupuk Urea dan TSP 100 kg @ Rp. 400,Pupuk Kandang 500 kg @ Rp. 100,Pakan Buatan 400 kg @ Rp. 800,Upah Penan dan buruh Eksploitasi pompa air Total 1 periode Total 1 tahun, 6 kali pemeliharaan Jumlah (Rp) 300.000,10.000.000,100.000,100.000,40.000,50.000,320.000,300.000,50.000,11.260.000,67.560.000,- Hal. 14/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 16. TTG BUDIDAYA PERIKANAN b. Biaya Tetap No Uraian 1. Upah tenaga tetap: 1 or, 1 th :12 x Rp. 150.000,2. Bunga 1 tahun : Investasi 12 x 2% x Rp. 4.050.000,Modal kerja 12 x 2% x Rp. 11.260.000 3. Penyusutan (pompa) 1 tahun 4. Perawatan peralatan 1 tahun Total 1 tahun Biaya (Rp) 1.800.000,972.000,2.702.000,500.000,200.000,6.174.000,- Total biaya tetap per musim Rp. 6.174.000,-/6 =Rp. 1.029.000,c. Total biaya operasional setahun (a + b) Rp. 73.734.000,- Produksi dan hasil Penjualan (6 kali pemeliharaan). Produksi Gelondongan Periode Pemeliharaan n 1. 2. 3. 4. 5. 6. Total 1 Tahun Padat tebar (Ekor) 160.000 160.000 200.000 200.000 200.000 200.000 1.120.000 Angka Kehidupan (%) 75 75 75 80 80 80 Produksi (Ekor) Biaya Per periode (Rp) 12.289.000,12.289.000,12.289.000,12.289.000,12.289.000,12.289.000,73.734.000,- Pendapatan (Rp) 120.000 120.000 150.000 160.000 160.000 160.000 870.000 Pendapatan Produksi Per periode I : 120.000 II : 120.000 III : 150.000 IV : 160.000 V : 160.000 VI : 160.000 Total 1 Tahun Harga jual Per periode (Rp) 12.000.000,12.000.000,15.000.000,16.000.000,16.000.000,16.000.000,87.000.000,- - 289.000,- 289.000,+ 2.711.000,+ 3.711.000,+ 3.711.000,+ 3.711.000,13.266.000,- Hal. 15/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 17. TTG BUDIDAYA PERIKANAN 8. DAFTAR PUSTAKA 1) Lopez, Juan V., 1975. Bangos Nursery Operation in the Philippines. BFAR, Intramuros, Manila (Mimeo, ZIPP). 2) Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, 1979. Pengelolaan Peneneran Bandeng". "Teknik 3) Balai Budidaya Air Payau, Direktorat Jenderal Perikanan, 1995. "Kumpulan Paper Materi Latihan Pembenihan Bandeng Skala Rumah Tangga". 4) Djajadiredja, R., dan Sutarjo, 1967. Intensifikasi Pemeliharaan Nener Gelondongan. Salah Satu Usaha Mengatasi Kekurangan Benih, Laporan No, 28, Lembaga Penelitian Perikanan Darat, Bogor, 1967. 5) Soesono S., 1988. Budidaya Ikan dan Udang Dalam Tambak, 1988. PT. Gramedia. 6) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Jakarta, 1993. "Pedoman Teknis Pembenihan Ikan Bandeng". 9. SUMBER Teknik Pengelolaan Penggelondongan Bandeng, Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta, 1996 10. KONTAK HUBUNGAN Direktorat Bina Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta Jakarta, Maret 2001 Disadur oleh : Tarwiyah KEMBALI KE MENU Hal. 16/ 16 Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
  • 18. Program Kerjasama Wirausaha disajikan oleh team wartawirausaha.com wartawirausaha.com adalah sebuah situs yang membahas tentang kewirausahaan. Sebagai bagian dari masyarakat menyambut baik program pemerintah dalam upaya memberdayakan masyarakat secara lebih maksimal demi peningkatan kualitas dan taraf hidup masyarakat sendiri melalui dunia wirausaha, kami yang sejak lama bergerak dalam bidang kewirausahaan mencoba ber-inovasi dengan membuka kesempatan bagi siapa saja yang tertarik dalam bidang Agrobisnis, Budidaya, Peternakan dan perkebunan dengan untuk menjalin kerjasama kemitraan dalam bentuk Swakelola dan Investasi. Kami memiliki team peternak dan lahan siap pakai, membutuhkan mitra investor untuk bekerjasama dalam usaha agrobisnis dan peternakan dengan sistem bagi hasil yang saling menguntungkan. Produk Program Kerjasama Kemitraan Beberapa Produk Program Kemitraan yang kami kembangkan adalah:     Budidaya Cacing Lumbricus Budidaya Jeruk Purut  Budidaya Lebah Madu  Ternak Perkutut Putih   Kerjasama Kemitraan yang kami tawarkan adalah sebuah solusi bagi anda untuk mulai merintis bisnis investasi dalam bidang agro, peternakan dan perkebunan. Dengan konsep ini kiranya program-program kami dapat menjadi solusi anda dalam berinvestasi tanpa terkendala dengan rutinitas kesibukan anda sehari-hari. Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut dan permintaan Proposal Kerjasama: Website: Email: www.wartawirausaha.com info@wartawirausaha.com wartawirausaha@gmail.com Contact Person: 1. Achmad Cahyanto Telp. 0812-2735-2007, Pin 2983.61D9, WA 0896-6259-4077 2. Harry Budiarto Telp. 0857-1857-0095