SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
PASCA PRODUKSI
 Pengertian Umum tentang editing.
Sesuatu yang sangat penting sekali artinya yang diberikan oleh seorang
editor adalah unutk menyusun keseluruhan film.
Menurut Joseph M Bogs, film tak ubahnya bagaikan sebuah teta teki
jigsaw ( teka teki menyusun potongan-potongan gambar) yang ruwet,
sampai menjadi satu kesatuan yang terdiri dari berbagai ragam
komponen visual dan unsur suara.
Sutradara besar Rusia Pudovkin berpendapat bahwa editing adalah
dasar dari seni film.Menurut Pudovkin yang mengatakan film di shot
adalah “salah”, Film tidak di shot tapi dibangun dari potongan-potongan
seluloid yang terpisah-pisah yang merupakan bahan ramuannya.
Alfred Hitchcock memperkuat kedua pendapat diatas bahwa, layar harus
dapat bicara dalam bahasanya sendiri yang dibentuk baru dan itu tidak
akan mungkin bisa dilakukan kecuali setiap adegan diperlakukan
sebagai sepotong bahan baku yang harus dipecah-pecah, dipreteli
sebelum dapat dijalin disatukan menjadi sebuah pola yang ekspresif.
Menurut undang-undang perfilman, editor adalah karyawan film dan
televisi profesional yang bertindak sebagai penyunting rekaman gambar
(shot) dan rekaman suara pendukung (off line) untuk menjadi rangkaian
penuturan sinematik sampai siap cetak (on line) sebagai sebuah karya
film.
Terlepas dari berbagai pendapat tentang editing, secara sederhana
editing penyuntingan film adalah usaha merapikan dan membuat
sebuah tayangan film lebih berguna. Penyuntingan dapat dilakukan jika
bahan dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung suara.
Selain itu, dalam kegiatan editing seorang editor harus betul-betul
mampu merekontruksi (menata ulang) kembali potongan-potongan
gambar yang diambil.
Karena begitu pentingnya proses editing, maka peranan editor hampir
dapat disamakan dengan peranan sutradara. Pekerjaan penyuntingan
harus dengan kepekaan artistik, persepsi artistik dan pertimbangan
estetik, dengan rasa keterlibatan yang serius dalam subjek film dan
dengan memberikan pengertian yang jelas tentang tujuan yang
diinginkan oleh seorang sutradara.
 Tahap Persiapan
– Menganalisa skenario dan berkonsultasi dengan sutradara untuk
mencapai penyesuaian penafsiran atas skenario dan prinsip-prinsip
dasar mengenai penyuntingan film.
– Memilih shot yang dipakai (OK) dan yang tidak (NG) atau masih
perlu dipilih (Choose) sesuai dengan catatan shooting report atau
penjelasan langsung sutradara.
– Melakukan penyuntingan pendahuluan untuk mendapatkan
penyesuaian konkrit atas konsep dasar editing yang diinginkan
bersama sutradara.
– Menyiapkan bahan gambar yang siap dipergunakan untuk
pengisian suara/ rekaman susulan (post Synchronizing).
– Menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara lengkap
dengan penjelasan mengenai macam gambar, nomor reel,
informasi panjang film dalam feet dan panjang (footage) gamabr
(code number/ time code)
Tugas dan Kewajiban Editor.
 Tahap Pengerjaan/ Pembuatan.
– Berkonsultasi dengan sutradara dan penata suara
mengenai editing suara.
– Menyusun daftar jalur suara (cue Sheet) lengkap dengan
ukuran panjangnya, yang akan digunakan sebagai
pedoman mixing.
– Berkonsultasi dengan penata suara dalam melakukan
rekaman untuk melayani kebutuhan segala sesuatunya
atas gambar yang digunakan serta memberikan gagasan-
gagasan perekaman tersebut dalam hubungan dengan
penyuntingan.
– bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua
materi gambar dan suara yang diterimanya untuk
penyuntingan.
 Hak-Hak Editor.
– Mengajukan usul kepada sutradara untuk mengubah urutan
penuturan dari yang terdapat dalam skenario guna
mendapatkan konstruksi yang lebih baik.
– Mengajukan usul kepada sutradara untuk menambah bahan
materi gambar maupun suara yang kurang.
– Mengajukan koreksi kepada sutradara atas konsep pengadaan
unsur suara atas dasar kepentingan penyuntingan.
– Memilih ruang editing (editing room) yang akan digunakan dan
mendapatkan sarana kerja dan pembantu (asisten) yang
dibutuhkan berdasarkan kewajaran.
– Didengar pendapatnya atas perubahan penyuntingan pada copy
edar (release copy).
 Tanggung jawab Editor.
– Satuan dasar yang dipakai seorang editor adalah SHOT.
– Dengan jalan menyambung serentetan shot sehingga
keseluruhannya mengkomunikasikan suatu peran atau action
yang utuh yang berlangsung pada suatu tempat di suatu saat,
disini editor telah membentuk apa yang disebut dengan SCENE.
– Editor kemudian menyambung serentetan adegan (scene)
hingga membentuk suatu kesatuan yang disebut runtunan
(SQUENCE), yang merupakan bagian penting dari struktur
dramatik sebuah film.
 Seorang editor harus berhasil melakukan setiap fungsi
sebagai berikut:
– Selektifitas (pemilihan)
Memilih shot terbaik diantara sejumlah pengambilan gambar
(take) yang dibuat oleh sutradara. Memilih bagian yang memiliki
efek visual dan suara yang paling kuat, efektif atau penting dan
membuang hasil shot yang buruk, yang tidak perlu atau tidak
penting.
– Keterpaduan (coherence) dan Kesinambungan (continuity)
Editor juga bertanggung jawab untuk menyambung potongan-
potongan gambar hingga menjadi sesuatu yang padu dan
berkesinambungan.
 Transisi
Peralihan potongan gambar satu ke gambar berikutnya untuk
memberikan sambungan yang jelas antara bagian-bagian terpenting.
Transisi akan memberikan efek terhadap tempo film dan sifat transisi
yang terjadi. Beberapa efek transisi yang sering digunakan yaitu:
– Wife
Sebuah gambar baru dipisahkan dari gambar sebelumnya oleh
sebuah garis horisonta, vertikal atau diagonal yang bergerak
melintas layar untuk mendorong gambar yang ada diluar layar.
– Flipframe
Seluruh bingkai gambar seakan-akan terbalik dan
mengungkapkan adegan baru, sehingga kita memperoleh
efek seperti orang membalik halaman buku.
– Dissolve
Perpaduan bertahap dari akhir sebuah shot ke dalam awal hot
berikutnya, yang dihasilkan dengan jalan mendempetkan
(super impose) sebuah fade-out kedalam fade-in yang sama
panjang, atau dengan mendempetkan adegan yang satu ke
adegan yang lainnya.
– Fading
Fade-out Fade-in, gambar terakhir dari sekwen pertama
perlahan-lahan tenggelam dalam kegelapan untuk sesaat
kemudian disusul dengan semakij terangnya gambar sekwen
berikutnya.
– Cut to Cut
Sambungan langsung dari satu gambar ke gambar
berikutnya.
 Irama-irama, tempo dan pengendali waktu
Irama adalah hasil dari gabungan berbagai faktor yang terpisah-
pisah, objek secara fisik yang bergerak di layar, gerakan kamera,
musik, irama dialog dan flot film itu sendiri, kesemua ini diramu
menjadi sebuah irama yang berpadu menjadi satu bagian yang utuh.
Irama yang diciptakan akan mempengaruhi tempo film. Film dapat
bergerak dengan cepat atau lambat, ini semua dibangun
berdasarkan alur cerita yang telah dikemas.
 Penambahan waktu
Editing yang terampil dapat mengembangkan konsep waktu dengan
memasukan sejumlah shot detail yang saling berhubungan dalam
sebuah sekwen.
Misalnya adengan seseorang akan memasuki rumah, shot pertama
kedatangan seseorang, lalu membuka kunci pintu dengan shot
extrem close up ditangan, kemuadian secara perlahan mengangkat
gagang pintu, menggerakannya dan membuka pintu secara
perllahan. Contoh diatas memberikan gambaran bahwa
penambahan waktu ini merupakan satu cara untuk memperkuat
kesan dramatik sebuah film memperlambat adegan dengan
menambahkan detail actionnya.
 Pengurangan waktu
Memperpendek waktu kejadian yang berlangsung menjadi lebih
pendek, dengan cara memilh beberapa kejadian penting saja yang
akan ditampilkan. Contohnya kejadian dalam sebuah perjalanan dari
pagi hingga sore, di edit menjadi beberapa menit saja.
 Penjajaran Kreatif
Editor terpanggil untuk berkomunikasi secara kreatif dalam sebuah
film. Dengan memberikan simbol-simbol atau perlambangan visual
sebenarnya, ini disebut juga montage. Montage dibangun dari
gambar-gambar terpisah yang menghasilkan sebuah gambaran
dengan sebagian melalui keterpaduan dan penjajarannya akan
membangkitkan kesadaran dan perasaan penonton.
 Continuity Cutting
Metode ini merupakan metode penyuntingan film yang berisi
penyambungan dari dua buah adegan yang mempunyai
kesinambungan.
 DynamicCutting
Metode penyuntingan film yang berisi penyambungan dari dua buah
adegan yang tidak mempunyai kesinambungan.
Metode Editing
 Pararel Editing
Penyambungan dua buah adegan yang mempunyai persamaan
waktu, harus dirangkai silih berganti.
 Cross Cutting
Penyambungan gambar yang di selang atau penyilangan dari dua
buah adegan dalam waktu yang tidak bersamaan.
 Contras Editing
Susunan gambar yang memperlihatkan kontradiksi dua adegan
atau lebih.
 Montase Trope
Penyuntingan yang mempergunakan simbol atau perlambangan
sebagai pengganti visual yang sesungguhnya.
Teknik Editing Film
 Linear Editing (Analog & Digital)
Pada sistem linear editing, prosesnya dilakukan dengan cara
langsung dan apabila terdapat kekurangan dan kesalahan, akan
dilakukan pengulangan. Pada akhirnya editing sistem ini menuntut
peralatan yang besar dan berkualitas untuk menjaga kualitas hasil
yang sedang dikerjakan. Pada umumnya peralatan semacam ini
hanya dimiliki oleh kalangan tv penyiaran (broadcasting house) dan
production house (PH) skala besar. Jika hasilnya belum sempurna,
akan dilakukan pengulangan editing yang memakan cukup banyak
waktu dan biaya.
Dalam sistem seperti ini editor harus teliti dan cermat dalam
mengedit, jika terjadi kesalahan sedikit saja pekerjaan yang hampir
selesai bisa jadi harus di ulang dari awal.
Editing Video
Proses editing linear menggunakan format analog dan digital,
perbedaan ini terletak pada aspek teknologinya saja, sebelum dan
sesudah teknologi komputer dipakai. Proses editing video tape yang
sangat mendasar adalah proses pengalihan/ dubbing dari sumber
material (orginal tape) ke edit master (mater tape).
Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan editing, yaitu:
– Memilih gambar dan suara dari sumber materi dan tentukan
bagian-bagian mana yang akan ditranfer ke master tape.
– Temukan bagian yang harus ditempatkan pada master tape.
– Untuk mendapatkan squence yang tepat, tempatkan bagian
yang telah ditemukan pada kolom yang sesuai.
– Bagian-Bagian tersebut kemudian dialihkan/ dub dari
sumbernya ke master tape, scene by scene.
 Non Linear Editing
Sistem editing ini sering juga disebut Digital video editing.
Teknologinya sudah menggunakan komputer dengan sepenuhnya.
Sistem ini juga disebut Random Access video dan audio kedalam
suatu media rekam berupa disk (disk storage/ media storage) atau
hard disk. Dengan Non linear editing, editor dapat melakukan proses
penyuntingan berulang-ulang untuk bagian yang belum sempurna
disembarang tempat (random access) tanpa harus mengulang dari
awal.
Urutan Proses Editing untuk non linear editing adalah:
1. Logging
2. Digitizing
3. Editing Film
4. Redigitizing
 Logging
Artinya, pada sistem nonlinear editing yang dicatat adalah time code
in (angka perhitungan jalannya pita kaset) dan time code out dari
sebuah shot secara utuh, dari klip awal hingga sutradara
memutuskan cut pada sebuah shot. Pada umumnya, mesin non
linear editing jenis apapun memiliki keterbatasan dari hard disk yang
sangat berhubungan dengan daya simpan gambar. Dengan
keterbatasan ini, seorang editor harus betul-betul memilih shot yang
baik dan selection of action sudah dilakukan pada tahap logging ini.
Biasanya editor bekerja berdasarkan catatan-catatan laporan
shooting, sehingga editor bekerja dengan baik.
 Digitizing
Proses merekam gambar dan suara yang sudah di logging tadi
dengan hard disk pada komputer. Sebelum pekerjaan ini dilakukan,
kita harus memutuskan dahulu audio video resolution-nya (AVR)
sebelum merekamnya.AVR itu adalah pengaturan tingkat kualitas
gambar yang dibutuhkan dalam pekerjaan awal ini.
 Editing film
Pada tahap ini, editor biasanya melakukan off line edit dahulu untuk
mendapatkan gambaran keseluruhan dari program yang di edit.
Menyatukan potongan-potongan gambar, merekam voice over dan
musik. Dalam editing bisa juga editor menyatukan kegiatan off line
dan on line sekaligus asal didukung dengan hardware dan software
yang memadai.
 Redigitize
Kemudian editor melakukan on line mengisi semua materi yang
harus sudah disatukan visual dan audio, termasuk mengisi visual
effect. Untuk penggunaan mesin yang berbeda antara off line dan on
line, proses ini dilakukan dengan cara menggunakan edit decition list
(EDL), kita harus menggunakan EDL dari time line yang sudah ada
ketika membuat off line editing. Hal ini agar tidak terjadi perbedaan
AVR di dalam satu time line.
 Audio Sweetening
Film sebagai sebuah karya audio visual, harus bermutu bukan saja
dari segi visual tapi juga dari segi audio. Untuk itulah diperlukan
proses audio sweetening. Pada tahap ini, kualitas audio dari
gambar-gambar yang dihasilkan ketika syuting diperbaiki lagi
kualitasnya, bahkan kalau ada yang sudah tidak bisa diperbaiki,
maka diperlukan pengambilan ulang audionya saja atau dikenal
dengan istilah dubbing (sulih suara).
Audio yang direkam secara langsung (direct sound) diperbaiki lagi
kualitasnya. Di studio audio, audio yang telah direkam dengan DAT
(Digital Audio Tape) diperiksa dan diperbaiki lagi sehingga terdengar
jernih dan tidak menyakitkan telinga penonton dengan nuansa bunyi
yang tidak perlu.
 Audio Sweetening
Setelah kualitas audio diperbaiki, selanjutnya audio ditata ulang agar
semua elemen suara terdengar sinkron atau sesuai dengan rekaman
gambar dan suasana yang diinginkan. Proses sinkronisasi ini disebut
mixing. Dalam hal ini soundman banyak berdiskusi dengan editor,
untuk lebih menyelaraskan audio dengan gambar hasil editing.
 Visual Effect
Kebutuhan visual effect pada masing-masing film sangat tergantung
pada genre film yang bersangkutan. Semakin film yang dibuat
bersifat film laga (action) atau fantasi (science fiction), maka
kebutuhan visual effect akan semakin besar dibandingkan dengan
film drama atau komedi romantis.
Visual effect adalah penambahan efek-efek visual pada gambar
yang dihasilkan setelah syuting. Pemakaian visual efek digunakan
apabila dirasakan ada yang kurang pada gambar atau untuk
menambah kualitas gambar tersebut.
Ketika syuting berlangsung, kondisi langit sedang tidak terlalu cerah
dan kosong melompong. Dengan visual effect, yang dilakukan di
studio, maka langit itu pun dibuat lebih cerah dengan tambahan
kerlap kerlip bintang di kejauhan. Hasilnya, scene itu bukan saja
lebih hidup dan lebih indah, juga lebih puitis.
 Color correction
Proses ini sebenarnya merupakan bagian dari tahap visual effect.
Color correction adalah tahap perbaikan kualitas gambar dari segi
warna. “Misalnya kita ingin moodnya romantis, lalu semua warna
dibikin jadi warna warni romantis. Color correction juga diperlukan
untuk membuat agar tone dan color dan tiap-tiap scene sesuai
dengan cerita”.
Selain itu, pada tahap ini juga digunakan untuk mengoreksi kualitas
cahaya. Apakah ada yang berlebih (over) atau malah kurang
(under). Kecuali penambahan warna menjadi lebih cerah untuk
mendukung suasana film ini sebagai film komedi romantis remaja.
 Music
Musik dalam film digunakan untuk mempertegas sebuah
adegan supaya lebih kuat maknanya, dan secara garis
besarnya dibagi dua, ilustrasi musik dan theme song. Ilustrasi
musik bisa dihasilkan oleh alat musik atau lainnya. Ini
digunakan untuk memperkuat suasana. Departemen musik ini
biasanya dipimpin oleh seorang Music Director. Sama seperti
editing, meski musik adalah pasca produksi, namun
persiapannya tetap pra produksi. Departemen musik pada pra
produksi juga banyak berdiskusi dengan sutradara untuk
mengetahui musik jenis seperti apa saja yang dibutuhkan
dalam film tersebut. Apabila konsep sang music director
diterima maka ia akan membuat beberapa komposisi musik
yang dirasa cocok.
 Music
Selain ilustrasi musik, ada theme song. Theme song adalah lagu
yang merupakan bagian dari identitas film tersebut. Theme song
bisa saja lagu yang ditulis khusus untuk film tersebut ataupun lagu
yang sudah popular. Dalam hal ini seorang Film Scorer sangat
berperan, meski ia tetap harus berdiskusi dengan sutradara dan
produser dalam pemilihan lagu-lagu untuk theme song dalam
filmnya.
 Frame Aspect Ratio
Aspect ratio adalah perbandingan antara lebar dan tinggi bingkai
gambar (frame). Rasio untuk tayangan televisi adalah 1,33:1, artinya
lebar frame yang muncul di televisi adalah 1,33 kali dari tinggi.
Aspect ratio ini dipilih sesuai dengan konsep visual yang ingin
ditampilkan. Film Hollywood kebanyakan diproduksi dengan aspect
ratio 1,85:1 sementara film-film Eropa kebanyakan bermain di aspect
ratio 1,66:1. Di Indonesia sendiri, kedua format ini cukup populer.
Sementara untuk format video, beberapa kamera menyediakan
feature untuk memilih aspect ratio sesuai dengan konsep visual yang
dikehendaki.
Aspect ratio ini menjadi penting untuk dipertimbangkan apabila film
yang tadinya diputar di bioskop ditayangkan di televisi. Gambar yang
muncul di televisi tampak pepat seperti seolah-olah terpotong, baik
di bagian kiri, kanan atau keduanya. Ini lantaran aspect ratio film
1,66:1 sementara aspect ratio televisi adalah 1,33:1.
 Format video berdasarkan Frame rate
Pengetahuan dasar tentang format video sudah menjadi tuntutan
dalam proses editing, setidaknya cobalah untuk mengenal format-
format video yang umum digunakan dalam video editing. Hal lain
yang perlu dipahami adalah bahwa format video sangat
berhubungan dengan kualitas dan ukuran file video serta tujuan
akhir output video yang akan dihasilkan. Berikut ini format video
berdasarkan kecepatan tampilan frame setiap detiknya.
– National Television Standards Commission (NTSC)
NTSC biasanya memiliki kecepatan tampilan gambar sebesar
29.97 frame per second (fps), standar ini digunakan oleh
Amerika Selatan, Jepang, Taiwan, dan beberapa negara
lainnya. Setting yang baik untuk NTSC adalah aspect ratio
sebesar 0.9 untuk ukuran frame video sebesar 720x480 atau
720x486. bila yang digunakan adalah NTSC Widescreen
(frame aspect ratio sebesar 16:9) maka sebaiknya digunakan
pixel aspect ratio sebesar 1.2.
– Phase Alternating Line (PAL)
PAL memiliki kecepatan tampilan gambar sebesar 25 frame per
second (fps). Ini berarti jika dilihat dari sisi kecepatan tampilan
gambar, NTSC memiliki kualitas gambar lebih baik dengan
selisih tampilan sekitar 4.97 frame setiap detiknya. Standar ini
digunakan di sebagian besar negara Eropa, Australia, New
Zeland, China, Thailand dan beberapa negara Asia.
Setting pixel aspect ratio yang tepat untuk PAL adalah sebesar
1.0666 dengan ukuran frame 720x576 dan frame aspect ratio
4:3 Jika menggunakan PAL Widescreen (frame aspect ratio
16:9) sebaiknya digunakan pixel aspect ratio sebesar 1.4222.
Setting pixel aspect ratio memang tidak akan ditemui pada software-
software video editing praktis dan hanya akan diperlukan dalam
software video editing professional. Akan tetapi kemampuan untuk
mengetahui jenis file video berdasarkan kecepatan tampilan frame
setiap detiknya tetap diperlukan dalam setiap proses video editing,
bahkan sejak pengambilan gambar dilakukan.
 Format video berdasarkan Kompresi
Pembagian format video yang juga popular adalah berdasarkan
kompresinya. Kompresi adalah metode pembentukan file video
melalui proses pengkodean ulang file video dengan menghilangkan
data sedudan untuk memperoleh ukuran file yang lebih kecil. Berikut
ini beberapa format video berdasarkan jenis kompresinya.
– Audio Video Interleaved (AVI)
AVI merupakan format file video buatan Microsoft. Format ini
merupakan salah satu format video tertua yang diperkenalkan
Mocrosoft sejak dirilisnya Windows 3.1. sebagian besar
camcorder (baik itu analog maupun digital) menjadikan format
ini sebagai format baku saat capture video. Dengan ukurannya
yang sangat besar, file ini seringkali dikatakan sebagai format
video yang belum terkompresi (padahal AVI merupakan salah
satu jenis kompresi video juga).
– Moving Picture Experts Group (MPEG)
MPEG (sering disebut sebagai MPG) saat ini menjadi standar
kompresi file digital video-audio. Format ini memiliki beberapa
jenis, berdasarkan pada kualitas gambar dan “lapisan” yang
digunakannya, yaitu MPEG-1 atau disebut MPEG layer 1, MPEG-2
atau MPEG layer 2, dan MPEG-4 atau MPEG layer 4.
MPEG-1 memiliki kualitas video yang rendah, bersolusi 352x240,
30 frames per detik. MPEG-1 menjadi standar sendiri yang kita
kenal sebagai Video Compact Disc (VCD). MPEG-2, memiliki
kualitas yang jauh lebih baik. Resolusinya mencapai 720x480
hingga 1280x720 dan berkecepatan 60 frames per detik dengan
disertai kualitas audio yang cukup baik. SVCD maupun DVD
menggunakan format ini. Format MPEG-4 mendukung transmisi
via jaringan dengan bandwith kecil karena ukurannya yang sangat
kecil. Salah satu format video yang menggunakan MPEG-4 adalah
DivX yang sudah mulai popular dan diprediksikan akan menjadi
format video standar untuk internet di masa depan.
– Video Compact Disc (VCD)
Saat ini format VCD masih menjadi format yang paling populer
digunakan di masyarakat kita meskipun format Digital Video
(DVD) semakin digemari. Format VCD memiliki struktur yang
agak “aneh”, yaitu tidak berdiri sendiri maupun memiliki
beberapa folder berisi file-file pendukung adar dapat diputar di
VCD player. File video dari format ini adalah file dengan
ekstensi .dat yang dapat dikatakan sebagai singkatan dari data
yang berada pada folder MPEG atau Video. File .dat adalah file
AVI yang dikompresi menjadi MPEG dan disesuaikan dalam
struktur VCD. Pada dasarnya VCD merupakan versi khusus
dari CD-ROM yang menggunakan MPEG-1 (MPEG Layer 1).
Kualitas VCD dapat dikatakan hampir setara dengan video
yang menggunakan VHS, namun kadang lebih baik. Format ini
dapat kita putar di CD-ROM, DVD-ROM, VCD Player atau DVD
Player.
– Super Video Compact Disc (SVCD)
SVCD sempat populer beberapa tahun lalu, namun
keberadaannya saat ini semakin langka. Semula format video
ini sempat diprediksikan akan menjadi populer dan
menggantikan VCD. Akan tetapi popularitasnya segera hilang
saat setelah munculnya format video DVD. SVCD sering
dikatakan sebagai perbaikan kualitas dari VCD. SVCD
menggunakan format MPEG-2 (MPEG layer 2). Kualitas SVCD
tentu saja lebih baik dari VCD, bahkan mendekati kualitas DVD.
Kita dapat memutar SVCD di CD-ROM atau DVD-ROM dengan
software SVCD, SVCD player, atau DVD player.
– Digital Video Disc (DVD)
DVD saat ini menjadi standar audio-visual kualitas tinggi.
Seperti halnya SVCD, DVD juga menggunakan format video
MPEG-2 (MPEG layer 2). Meskipun DVD ukuran memiliki
ukuran file yang jauh lebih besar dari VCD, namun sebuah
keeping DVD dapat ditulis secara bolak balik (jenis dual side)
serta dua lapisan (jenis dual layer) membuat sebuah keping
DVD dapat menyimpan file lebih dari delapan kali keping CD-
ROM yang biasa digunakan untuk menyimpan file VCD. DVD
dapat diputar pada DVD-ROM atau DVD player stand alone.
– Windows Media Video (WMV)
WMV adalah format standar Windows. Meskipun WMV
merupakan standar Windows yang mendominasi pasar system
operasi saat ini, format ini tidak banyak digunakan sebagai
standar video editing.
– DivX
Dikembangkan oleh DivXNetworks, format video kompresi
berbasis MPEG-4 ini memiliki ukuran yang sangat kecil, bahkan
dapat mencapai kurang dari seperdelapan ukuran MPEG-2
dengan kualitas yang tetap terjaga. Format ini sering disebut
“video MP3”.
Biasanya file video DivX memiliki ekstensi .divx, .mp4, atau
.avi. Ekstensi .avi milik DivX tentu berbeda dengan .avi standar.
Agar software player yang digunakan dapat memutar file
dengan format ini, harus ditambahkan adds-on atau DivX
Codec atau player khusus yang dapat diperoleh dari situs
www.divx.com.

More Related Content

What's hot

Presentasi Animasi Multimedia
Presentasi Animasi MultimediaPresentasi Animasi Multimedia
Presentasi Animasi MultimediaFitria Hati
 
Dasar dasar sinematografi
Dasar dasar sinematografiDasar dasar sinematografi
Dasar dasar sinematografiruangbelajarku
 
Presentation pra produksi
Presentation pra produksiPresentation pra produksi
Presentation pra produksiFilmIndie
 
Elemen video dalam multimedia
Elemen video dalam multimediaElemen video dalam multimedia
Elemen video dalam multimediaToto Haryadi
 
Smartphone Foto & Video Production
Smartphone Foto & Video ProductionSmartphone Foto & Video Production
Smartphone Foto & Video Productionsuryokoco suryoputro
 
Elemen teks dalam multimedia
Elemen teks dalam multimediaElemen teks dalam multimedia
Elemen teks dalam multimediaToto Haryadi
 
01 Alur Proses produksi Multimedia.pptx
01 Alur Proses produksi Multimedia.pptx01 Alur Proses produksi Multimedia.pptx
01 Alur Proses produksi Multimedia.pptxWijayaMahathirAlbata
 

What's hot (20)

Presentasi Animasi Multimedia
Presentasi Animasi MultimediaPresentasi Animasi Multimedia
Presentasi Animasi Multimedia
 
Animasi 2D dan 3D KD : Memahami prinsip dasar pembuatan animasi 2 dimensi (ve...
Animasi 2D dan 3D KD : Memahami prinsip dasar pembuatan animasi 2 dimensi (ve...Animasi 2D dan 3D KD : Memahami prinsip dasar pembuatan animasi 2 dimensi (ve...
Animasi 2D dan 3D KD : Memahami prinsip dasar pembuatan animasi 2 dimensi (ve...
 
Video editing
Video editingVideo editing
Video editing
 
Dasar dasar sinematografi
Dasar dasar sinematografiDasar dasar sinematografi
Dasar dasar sinematografi
 
Animasi 2D dan 3D (KD: Menerapkan teknik pembuatan karakter sederhana menggun...
Animasi 2D dan 3D (KD: Menerapkan teknik pembuatan karakter sederhana menggun...Animasi 2D dan 3D (KD: Menerapkan teknik pembuatan karakter sederhana menggun...
Animasi 2D dan 3D (KD: Menerapkan teknik pembuatan karakter sederhana menggun...
 
Mengenal After Effect
Mengenal After EffectMengenal After Effect
Mengenal After Effect
 
Kameraman
KameramanKameraman
Kameraman
 
Presentation pra produksi
Presentation pra produksiPresentation pra produksi
Presentation pra produksi
 
PENULISAN NASKAH FILM
PENULISAN NASKAH FILMPENULISAN NASKAH FILM
PENULISAN NASKAH FILM
 
Elemen video dalam multimedia
Elemen video dalam multimediaElemen video dalam multimedia
Elemen video dalam multimedia
 
Smartphone Foto & Video Production
Smartphone Foto & Video ProductionSmartphone Foto & Video Production
Smartphone Foto & Video Production
 
Pert. 9 genre program televisi
Pert. 9 genre program televisiPert. 9 genre program televisi
Pert. 9 genre program televisi
 
Elemen teks dalam multimedia
Elemen teks dalam multimediaElemen teks dalam multimedia
Elemen teks dalam multimedia
 
EDITING VIDEO PRESENTASI
EDITING VIDEO PRESENTASI EDITING VIDEO PRESENTASI
EDITING VIDEO PRESENTASI
 
Teknik Video Editing dengan Smartphone
Teknik Video Editing dengan SmartphoneTeknik Video Editing dengan Smartphone
Teknik Video Editing dengan Smartphone
 
01 Alur Proses produksi Multimedia.pptx
01 Alur Proses produksi Multimedia.pptx01 Alur Proses produksi Multimedia.pptx
01 Alur Proses produksi Multimedia.pptx
 
Menulis Skenario
Menulis SkenarioMenulis Skenario
Menulis Skenario
 
Tv production
Tv productionTv production
Tv production
 
Basic Video Editing
Basic Video EditingBasic Video Editing
Basic Video Editing
 
Videografi 97
Videografi 97Videografi 97
Videografi 97
 

Similar to Pasca Produksi.ppt

Tajuk 5 Pasca penerbitan.pdf
Tajuk 5 Pasca penerbitan.pdfTajuk 5 Pasca penerbitan.pdf
Tajuk 5 Pasca penerbitan.pdfNajmQalbu
 
3. PPT J.591.200.008.01 Menyunting Audio _ atau Video.pptx
3. PPT J.591.200.008.01 Menyunting Audio _ atau Video.pptx3. PPT J.591.200.008.01 Menyunting Audio _ atau Video.pptx
3. PPT J.591.200.008.01 Menyunting Audio _ atau Video.pptxgenjrenglanang
 
Presentation post produksi
Presentation post produksiPresentation post produksi
Presentation post produksiFilmIndie
 
2012 09-05 asas penyuntingan video
2012 09-05 asas penyuntingan video2012 09-05 asas penyuntingan video
2012 09-05 asas penyuntingan videoHazrulAbdulHalim1
 
Deskripsi Editor Film.pdf
Deskripsi Editor Film.pdfDeskripsi Editor Film.pdf
Deskripsi Editor Film.pdfsuaranewstv
 
BL-Multimedia dan Aplikasinya dg Macromedia Director
BL-Multimedia dan Aplikasinya dg Macromedia DirectorBL-Multimedia dan Aplikasinya dg Macromedia Director
BL-Multimedia dan Aplikasinya dg Macromedia DirectorNurdin Al-Azies
 
Program Drama
Program DramaProgram Drama
Program DramaMila
 
Penyutradaraan Tv.Edit
Penyutradaraan Tv.EditPenyutradaraan Tv.Edit
Penyutradaraan Tv.Editmabukcinta
 
Cara membuat video
Cara membuat videoCara membuat video
Cara membuat videoverpra
 
Teknik editing, animasi dan multimedia part 6
Teknik editing, animasi dan multimedia part 6 Teknik editing, animasi dan multimedia part 6
Teknik editing, animasi dan multimedia part 6 Firdaus Azwar Ersyad
 
DIRECTING - FILM LANGUAGE
DIRECTING - FILM LANGUAGEDIRECTING - FILM LANGUAGE
DIRECTING - FILM LANGUAGEPere Sumbada
 
adobe premier Tutorial 2020
adobe premier Tutorial  2020adobe premier Tutorial  2020
adobe premier Tutorial 2020exchangemor
 
Tutorial adobe premier
Tutorial adobe premierTutorial adobe premier
Tutorial adobe premierpsychologica
 
VIDEO PEMBELAJARAN PASCA PRODUKSI.pptx
VIDEO PEMBELAJARAN PASCA PRODUKSI.pptxVIDEO PEMBELAJARAN PASCA PRODUKSI.pptx
VIDEO PEMBELAJARAN PASCA PRODUKSI.pptxfafafajar2
 
Presentation produksi
Presentation produksiPresentation produksi
Presentation produksiFilmIndie
 

Similar to Pasca Produksi.ppt (20)

Tajuk 5 Pasca penerbitan.pdf
Tajuk 5 Pasca penerbitan.pdfTajuk 5 Pasca penerbitan.pdf
Tajuk 5 Pasca penerbitan.pdf
 
3. PPT J.591.200.008.01 Menyunting Audio _ atau Video.pptx
3. PPT J.591.200.008.01 Menyunting Audio _ atau Video.pptx3. PPT J.591.200.008.01 Menyunting Audio _ atau Video.pptx
3. PPT J.591.200.008.01 Menyunting Audio _ atau Video.pptx
 
Presentation post produksi
Presentation post produksiPresentation post produksi
Presentation post produksi
 
2012 09-05 asas penyuntingan video
2012 09-05 asas penyuntingan video2012 09-05 asas penyuntingan video
2012 09-05 asas penyuntingan video
 
Deskripsi Editor Film.pdf
Deskripsi Editor Film.pdfDeskripsi Editor Film.pdf
Deskripsi Editor Film.pdf
 
Pengurus production Film Menjadi Manusia
Pengurus production Film Menjadi ManusiaPengurus production Film Menjadi Manusia
Pengurus production Film Menjadi Manusia
 
Produksi Part 1
Produksi Part 1Produksi Part 1
Produksi Part 1
 
Tahapan editing
Tahapan editingTahapan editing
Tahapan editing
 
BL-Multimedia dan Aplikasinya dg Macromedia Director
BL-Multimedia dan Aplikasinya dg Macromedia DirectorBL-Multimedia dan Aplikasinya dg Macromedia Director
BL-Multimedia dan Aplikasinya dg Macromedia Director
 
Program Drama
Program DramaProgram Drama
Program Drama
 
Penyutradaraan Tv.Edit
Penyutradaraan Tv.EditPenyutradaraan Tv.Edit
Penyutradaraan Tv.Edit
 
Cara membuat video
Cara membuat videoCara membuat video
Cara membuat video
 
Teknik editing, animasi dan multimedia part 6
Teknik editing, animasi dan multimedia part 6 Teknik editing, animasi dan multimedia part 6
Teknik editing, animasi dan multimedia part 6
 
DIRECTING - FILM LANGUAGE
DIRECTING - FILM LANGUAGEDIRECTING - FILM LANGUAGE
DIRECTING - FILM LANGUAGE
 
adobe premier Tutorial 2020
adobe premier Tutorial  2020adobe premier Tutorial  2020
adobe premier Tutorial 2020
 
Tutorial adobe premier
Tutorial adobe premierTutorial adobe premier
Tutorial adobe premier
 
Sinematografi
SinematografiSinematografi
Sinematografi
 
Pembuatan film aco 1
Pembuatan film aco 1Pembuatan film aco 1
Pembuatan film aco 1
 
VIDEO PEMBELAJARAN PASCA PRODUKSI.pptx
VIDEO PEMBELAJARAN PASCA PRODUKSI.pptxVIDEO PEMBELAJARAN PASCA PRODUKSI.pptx
VIDEO PEMBELAJARAN PASCA PRODUKSI.pptx
 
Presentation produksi
Presentation produksiPresentation produksi
Presentation produksi
 

More from HermanHidayat17

2. Materi 1 Kebijakan Kurikulum.pptx
2. Materi 1 Kebijakan Kurikulum.pptx2. Materi 1 Kebijakan Kurikulum.pptx
2. Materi 1 Kebijakan Kurikulum.pptxHermanHidayat17
 
Indikator khas SMK dalam RP dan PBD_versi 24 Maret (1).pptx
Indikator khas SMK dalam RP dan PBD_versi 24 Maret (1).pptxIndikator khas SMK dalam RP dan PBD_versi 24 Maret (1).pptx
Indikator khas SMK dalam RP dan PBD_versi 24 Maret (1).pptxHermanHidayat17
 
Merancang Pembelajaran Bagian 1 Menyusun TP dan ATP (SMK).pptx
Merancang Pembelajaran Bagian 1 Menyusun TP dan ATP (SMK).pptxMerancang Pembelajaran Bagian 1 Menyusun TP dan ATP (SMK).pptx
Merancang Pembelajaran Bagian 1 Menyusun TP dan ATP (SMK).pptxHermanHidayat17
 
P5 PRINSIP DESAIN GRAFIS.pdf
P5 PRINSIP DESAIN GRAFIS.pdfP5 PRINSIP DESAIN GRAFIS.pdf
P5 PRINSIP DESAIN GRAFIS.pdfHermanHidayat17
 
Penguatan Pemahaman Kurikulum Merdeka.pptx
Penguatan Pemahaman Kurikulum Merdeka.pptxPenguatan Pemahaman Kurikulum Merdeka.pptx
Penguatan Pemahaman Kurikulum Merdeka.pptxHermanHidayat17
 
ORIENTASI DIKLAT BELAJAR MERDEKA.pptx
ORIENTASI DIKLAT BELAJAR MERDEKA.pptxORIENTASI DIKLAT BELAJAR MERDEKA.pptx
ORIENTASI DIKLAT BELAJAR MERDEKA.pptxHermanHidayat17
 
KOMUIKASI DESAIN GRAFIS.pptx
KOMUIKASI DESAIN GRAFIS.pptxKOMUIKASI DESAIN GRAFIS.pptx
KOMUIKASI DESAIN GRAFIS.pptxHermanHidayat17
 

More from HermanHidayat17 (11)

2. Materi 1 Kebijakan Kurikulum.pptx
2. Materi 1 Kebijakan Kurikulum.pptx2. Materi 1 Kebijakan Kurikulum.pptx
2. Materi 1 Kebijakan Kurikulum.pptx
 
Indikator khas SMK dalam RP dan PBD_versi 24 Maret (1).pptx
Indikator khas SMK dalam RP dan PBD_versi 24 Maret (1).pptxIndikator khas SMK dalam RP dan PBD_versi 24 Maret (1).pptx
Indikator khas SMK dalam RP dan PBD_versi 24 Maret (1).pptx
 
Merancang Pembelajaran Bagian 1 Menyusun TP dan ATP (SMK).pptx
Merancang Pembelajaran Bagian 1 Menyusun TP dan ATP (SMK).pptxMerancang Pembelajaran Bagian 1 Menyusun TP dan ATP (SMK).pptx
Merancang Pembelajaran Bagian 1 Menyusun TP dan ATP (SMK).pptx
 
PPT CANVA.pdf
PPT CANVA.pdfPPT CANVA.pdf
PPT CANVA.pdf
 
P5 PRINSIP DESAIN GRAFIS.pdf
P5 PRINSIP DESAIN GRAFIS.pdfP5 PRINSIP DESAIN GRAFIS.pdf
P5 PRINSIP DESAIN GRAFIS.pdf
 
Penguatan Pemahaman Kurikulum Merdeka.pptx
Penguatan Pemahaman Kurikulum Merdeka.pptxPenguatan Pemahaman Kurikulum Merdeka.pptx
Penguatan Pemahaman Kurikulum Merdeka.pptx
 
ORIENTASI DIKLAT BELAJAR MERDEKA.pptx
ORIENTASI DIKLAT BELAJAR MERDEKA.pptxORIENTASI DIKLAT BELAJAR MERDEKA.pptx
ORIENTASI DIKLAT BELAJAR MERDEKA.pptx
 
SEMINAR BUDAYA POSITIF
SEMINAR BUDAYA POSITIFSEMINAR BUDAYA POSITIF
SEMINAR BUDAYA POSITIF
 
KOMUIKASI DESAIN GRAFIS.pptx
KOMUIKASI DESAIN GRAFIS.pptxKOMUIKASI DESAIN GRAFIS.pptx
KOMUIKASI DESAIN GRAFIS.pptx
 
k 9.pdf
k 9.pdfk 9.pdf
k 9.pdf
 
k 10.pdf
k 10.pdfk 10.pdf
k 10.pdf
 

Recently uploaded

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxPutriAriatna
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 

Recently uploaded (12)

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 

Pasca Produksi.ppt

  • 1. PASCA PRODUKSI  Pengertian Umum tentang editing. Sesuatu yang sangat penting sekali artinya yang diberikan oleh seorang editor adalah unutk menyusun keseluruhan film. Menurut Joseph M Bogs, film tak ubahnya bagaikan sebuah teta teki jigsaw ( teka teki menyusun potongan-potongan gambar) yang ruwet, sampai menjadi satu kesatuan yang terdiri dari berbagai ragam komponen visual dan unsur suara. Sutradara besar Rusia Pudovkin berpendapat bahwa editing adalah dasar dari seni film.Menurut Pudovkin yang mengatakan film di shot adalah “salah”, Film tidak di shot tapi dibangun dari potongan-potongan seluloid yang terpisah-pisah yang merupakan bahan ramuannya. Alfred Hitchcock memperkuat kedua pendapat diatas bahwa, layar harus dapat bicara dalam bahasanya sendiri yang dibentuk baru dan itu tidak akan mungkin bisa dilakukan kecuali setiap adegan diperlakukan sebagai sepotong bahan baku yang harus dipecah-pecah, dipreteli sebelum dapat dijalin disatukan menjadi sebuah pola yang ekspresif.
  • 2. Menurut undang-undang perfilman, editor adalah karyawan film dan televisi profesional yang bertindak sebagai penyunting rekaman gambar (shot) dan rekaman suara pendukung (off line) untuk menjadi rangkaian penuturan sinematik sampai siap cetak (on line) sebagai sebuah karya film. Terlepas dari berbagai pendapat tentang editing, secara sederhana editing penyuntingan film adalah usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan film lebih berguna. Penyuntingan dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung suara. Selain itu, dalam kegiatan editing seorang editor harus betul-betul mampu merekontruksi (menata ulang) kembali potongan-potongan gambar yang diambil. Karena begitu pentingnya proses editing, maka peranan editor hampir dapat disamakan dengan peranan sutradara. Pekerjaan penyuntingan harus dengan kepekaan artistik, persepsi artistik dan pertimbangan estetik, dengan rasa keterlibatan yang serius dalam subjek film dan dengan memberikan pengertian yang jelas tentang tujuan yang diinginkan oleh seorang sutradara.
  • 3.  Tahap Persiapan – Menganalisa skenario dan berkonsultasi dengan sutradara untuk mencapai penyesuaian penafsiran atas skenario dan prinsip-prinsip dasar mengenai penyuntingan film. – Memilih shot yang dipakai (OK) dan yang tidak (NG) atau masih perlu dipilih (Choose) sesuai dengan catatan shooting report atau penjelasan langsung sutradara. – Melakukan penyuntingan pendahuluan untuk mendapatkan penyesuaian konkrit atas konsep dasar editing yang diinginkan bersama sutradara. – Menyiapkan bahan gambar yang siap dipergunakan untuk pengisian suara/ rekaman susulan (post Synchronizing). – Menyusun daftar gambar yang memerlukan efek suara lengkap dengan penjelasan mengenai macam gambar, nomor reel, informasi panjang film dalam feet dan panjang (footage) gamabr (code number/ time code) Tugas dan Kewajiban Editor.
  • 4.  Tahap Pengerjaan/ Pembuatan. – Berkonsultasi dengan sutradara dan penata suara mengenai editing suara. – Menyusun daftar jalur suara (cue Sheet) lengkap dengan ukuran panjangnya, yang akan digunakan sebagai pedoman mixing. – Berkonsultasi dengan penata suara dalam melakukan rekaman untuk melayani kebutuhan segala sesuatunya atas gambar yang digunakan serta memberikan gagasan- gagasan perekaman tersebut dalam hubungan dengan penyuntingan. – bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua materi gambar dan suara yang diterimanya untuk penyuntingan.
  • 5.  Hak-Hak Editor. – Mengajukan usul kepada sutradara untuk mengubah urutan penuturan dari yang terdapat dalam skenario guna mendapatkan konstruksi yang lebih baik. – Mengajukan usul kepada sutradara untuk menambah bahan materi gambar maupun suara yang kurang. – Mengajukan koreksi kepada sutradara atas konsep pengadaan unsur suara atas dasar kepentingan penyuntingan. – Memilih ruang editing (editing room) yang akan digunakan dan mendapatkan sarana kerja dan pembantu (asisten) yang dibutuhkan berdasarkan kewajaran. – Didengar pendapatnya atas perubahan penyuntingan pada copy edar (release copy).
  • 6.  Tanggung jawab Editor. – Satuan dasar yang dipakai seorang editor adalah SHOT. – Dengan jalan menyambung serentetan shot sehingga keseluruhannya mengkomunikasikan suatu peran atau action yang utuh yang berlangsung pada suatu tempat di suatu saat, disini editor telah membentuk apa yang disebut dengan SCENE. – Editor kemudian menyambung serentetan adegan (scene) hingga membentuk suatu kesatuan yang disebut runtunan (SQUENCE), yang merupakan bagian penting dari struktur dramatik sebuah film.
  • 7.  Seorang editor harus berhasil melakukan setiap fungsi sebagai berikut: – Selektifitas (pemilihan) Memilih shot terbaik diantara sejumlah pengambilan gambar (take) yang dibuat oleh sutradara. Memilih bagian yang memiliki efek visual dan suara yang paling kuat, efektif atau penting dan membuang hasil shot yang buruk, yang tidak perlu atau tidak penting. – Keterpaduan (coherence) dan Kesinambungan (continuity) Editor juga bertanggung jawab untuk menyambung potongan- potongan gambar hingga menjadi sesuatu yang padu dan berkesinambungan.
  • 8.  Transisi Peralihan potongan gambar satu ke gambar berikutnya untuk memberikan sambungan yang jelas antara bagian-bagian terpenting. Transisi akan memberikan efek terhadap tempo film dan sifat transisi yang terjadi. Beberapa efek transisi yang sering digunakan yaitu: – Wife Sebuah gambar baru dipisahkan dari gambar sebelumnya oleh sebuah garis horisonta, vertikal atau diagonal yang bergerak melintas layar untuk mendorong gambar yang ada diluar layar. – Flipframe Seluruh bingkai gambar seakan-akan terbalik dan mengungkapkan adegan baru, sehingga kita memperoleh efek seperti orang membalik halaman buku.
  • 9. – Dissolve Perpaduan bertahap dari akhir sebuah shot ke dalam awal hot berikutnya, yang dihasilkan dengan jalan mendempetkan (super impose) sebuah fade-out kedalam fade-in yang sama panjang, atau dengan mendempetkan adegan yang satu ke adegan yang lainnya. – Fading Fade-out Fade-in, gambar terakhir dari sekwen pertama perlahan-lahan tenggelam dalam kegelapan untuk sesaat kemudian disusul dengan semakij terangnya gambar sekwen berikutnya. – Cut to Cut Sambungan langsung dari satu gambar ke gambar berikutnya.
  • 10.  Irama-irama, tempo dan pengendali waktu Irama adalah hasil dari gabungan berbagai faktor yang terpisah- pisah, objek secara fisik yang bergerak di layar, gerakan kamera, musik, irama dialog dan flot film itu sendiri, kesemua ini diramu menjadi sebuah irama yang berpadu menjadi satu bagian yang utuh. Irama yang diciptakan akan mempengaruhi tempo film. Film dapat bergerak dengan cepat atau lambat, ini semua dibangun berdasarkan alur cerita yang telah dikemas.
  • 11.  Penambahan waktu Editing yang terampil dapat mengembangkan konsep waktu dengan memasukan sejumlah shot detail yang saling berhubungan dalam sebuah sekwen. Misalnya adengan seseorang akan memasuki rumah, shot pertama kedatangan seseorang, lalu membuka kunci pintu dengan shot extrem close up ditangan, kemuadian secara perlahan mengangkat gagang pintu, menggerakannya dan membuka pintu secara perllahan. Contoh diatas memberikan gambaran bahwa penambahan waktu ini merupakan satu cara untuk memperkuat kesan dramatik sebuah film memperlambat adegan dengan menambahkan detail actionnya.
  • 12.  Pengurangan waktu Memperpendek waktu kejadian yang berlangsung menjadi lebih pendek, dengan cara memilh beberapa kejadian penting saja yang akan ditampilkan. Contohnya kejadian dalam sebuah perjalanan dari pagi hingga sore, di edit menjadi beberapa menit saja.  Penjajaran Kreatif Editor terpanggil untuk berkomunikasi secara kreatif dalam sebuah film. Dengan memberikan simbol-simbol atau perlambangan visual sebenarnya, ini disebut juga montage. Montage dibangun dari gambar-gambar terpisah yang menghasilkan sebuah gambaran dengan sebagian melalui keterpaduan dan penjajarannya akan membangkitkan kesadaran dan perasaan penonton.
  • 13.  Continuity Cutting Metode ini merupakan metode penyuntingan film yang berisi penyambungan dari dua buah adegan yang mempunyai kesinambungan.  DynamicCutting Metode penyuntingan film yang berisi penyambungan dari dua buah adegan yang tidak mempunyai kesinambungan. Metode Editing
  • 14.  Pararel Editing Penyambungan dua buah adegan yang mempunyai persamaan waktu, harus dirangkai silih berganti.  Cross Cutting Penyambungan gambar yang di selang atau penyilangan dari dua buah adegan dalam waktu yang tidak bersamaan.  Contras Editing Susunan gambar yang memperlihatkan kontradiksi dua adegan atau lebih.  Montase Trope Penyuntingan yang mempergunakan simbol atau perlambangan sebagai pengganti visual yang sesungguhnya. Teknik Editing Film
  • 15.  Linear Editing (Analog & Digital) Pada sistem linear editing, prosesnya dilakukan dengan cara langsung dan apabila terdapat kekurangan dan kesalahan, akan dilakukan pengulangan. Pada akhirnya editing sistem ini menuntut peralatan yang besar dan berkualitas untuk menjaga kualitas hasil yang sedang dikerjakan. Pada umumnya peralatan semacam ini hanya dimiliki oleh kalangan tv penyiaran (broadcasting house) dan production house (PH) skala besar. Jika hasilnya belum sempurna, akan dilakukan pengulangan editing yang memakan cukup banyak waktu dan biaya. Dalam sistem seperti ini editor harus teliti dan cermat dalam mengedit, jika terjadi kesalahan sedikit saja pekerjaan yang hampir selesai bisa jadi harus di ulang dari awal. Editing Video
  • 16. Proses editing linear menggunakan format analog dan digital, perbedaan ini terletak pada aspek teknologinya saja, sebelum dan sesudah teknologi komputer dipakai. Proses editing video tape yang sangat mendasar adalah proses pengalihan/ dubbing dari sumber material (orginal tape) ke edit master (mater tape). Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan editing, yaitu: – Memilih gambar dan suara dari sumber materi dan tentukan bagian-bagian mana yang akan ditranfer ke master tape. – Temukan bagian yang harus ditempatkan pada master tape. – Untuk mendapatkan squence yang tepat, tempatkan bagian yang telah ditemukan pada kolom yang sesuai. – Bagian-Bagian tersebut kemudian dialihkan/ dub dari sumbernya ke master tape, scene by scene.
  • 17.  Non Linear Editing Sistem editing ini sering juga disebut Digital video editing. Teknologinya sudah menggunakan komputer dengan sepenuhnya. Sistem ini juga disebut Random Access video dan audio kedalam suatu media rekam berupa disk (disk storage/ media storage) atau hard disk. Dengan Non linear editing, editor dapat melakukan proses penyuntingan berulang-ulang untuk bagian yang belum sempurna disembarang tempat (random access) tanpa harus mengulang dari awal. Urutan Proses Editing untuk non linear editing adalah: 1. Logging 2. Digitizing 3. Editing Film 4. Redigitizing
  • 18.  Logging Artinya, pada sistem nonlinear editing yang dicatat adalah time code in (angka perhitungan jalannya pita kaset) dan time code out dari sebuah shot secara utuh, dari klip awal hingga sutradara memutuskan cut pada sebuah shot. Pada umumnya, mesin non linear editing jenis apapun memiliki keterbatasan dari hard disk yang sangat berhubungan dengan daya simpan gambar. Dengan keterbatasan ini, seorang editor harus betul-betul memilih shot yang baik dan selection of action sudah dilakukan pada tahap logging ini. Biasanya editor bekerja berdasarkan catatan-catatan laporan shooting, sehingga editor bekerja dengan baik.
  • 19.  Digitizing Proses merekam gambar dan suara yang sudah di logging tadi dengan hard disk pada komputer. Sebelum pekerjaan ini dilakukan, kita harus memutuskan dahulu audio video resolution-nya (AVR) sebelum merekamnya.AVR itu adalah pengaturan tingkat kualitas gambar yang dibutuhkan dalam pekerjaan awal ini.  Editing film Pada tahap ini, editor biasanya melakukan off line edit dahulu untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari program yang di edit. Menyatukan potongan-potongan gambar, merekam voice over dan musik. Dalam editing bisa juga editor menyatukan kegiatan off line dan on line sekaligus asal didukung dengan hardware dan software yang memadai.
  • 20.  Redigitize Kemudian editor melakukan on line mengisi semua materi yang harus sudah disatukan visual dan audio, termasuk mengisi visual effect. Untuk penggunaan mesin yang berbeda antara off line dan on line, proses ini dilakukan dengan cara menggunakan edit decition list (EDL), kita harus menggunakan EDL dari time line yang sudah ada ketika membuat off line editing. Hal ini agar tidak terjadi perbedaan AVR di dalam satu time line.
  • 21.  Audio Sweetening Film sebagai sebuah karya audio visual, harus bermutu bukan saja dari segi visual tapi juga dari segi audio. Untuk itulah diperlukan proses audio sweetening. Pada tahap ini, kualitas audio dari gambar-gambar yang dihasilkan ketika syuting diperbaiki lagi kualitasnya, bahkan kalau ada yang sudah tidak bisa diperbaiki, maka diperlukan pengambilan ulang audionya saja atau dikenal dengan istilah dubbing (sulih suara). Audio yang direkam secara langsung (direct sound) diperbaiki lagi kualitasnya. Di studio audio, audio yang telah direkam dengan DAT (Digital Audio Tape) diperiksa dan diperbaiki lagi sehingga terdengar jernih dan tidak menyakitkan telinga penonton dengan nuansa bunyi yang tidak perlu.
  • 22.  Audio Sweetening Setelah kualitas audio diperbaiki, selanjutnya audio ditata ulang agar semua elemen suara terdengar sinkron atau sesuai dengan rekaman gambar dan suasana yang diinginkan. Proses sinkronisasi ini disebut mixing. Dalam hal ini soundman banyak berdiskusi dengan editor, untuk lebih menyelaraskan audio dengan gambar hasil editing.
  • 23.  Visual Effect Kebutuhan visual effect pada masing-masing film sangat tergantung pada genre film yang bersangkutan. Semakin film yang dibuat bersifat film laga (action) atau fantasi (science fiction), maka kebutuhan visual effect akan semakin besar dibandingkan dengan film drama atau komedi romantis. Visual effect adalah penambahan efek-efek visual pada gambar yang dihasilkan setelah syuting. Pemakaian visual efek digunakan apabila dirasakan ada yang kurang pada gambar atau untuk menambah kualitas gambar tersebut. Ketika syuting berlangsung, kondisi langit sedang tidak terlalu cerah dan kosong melompong. Dengan visual effect, yang dilakukan di studio, maka langit itu pun dibuat lebih cerah dengan tambahan kerlap kerlip bintang di kejauhan. Hasilnya, scene itu bukan saja lebih hidup dan lebih indah, juga lebih puitis.
  • 24.  Color correction Proses ini sebenarnya merupakan bagian dari tahap visual effect. Color correction adalah tahap perbaikan kualitas gambar dari segi warna. “Misalnya kita ingin moodnya romantis, lalu semua warna dibikin jadi warna warni romantis. Color correction juga diperlukan untuk membuat agar tone dan color dan tiap-tiap scene sesuai dengan cerita”. Selain itu, pada tahap ini juga digunakan untuk mengoreksi kualitas cahaya. Apakah ada yang berlebih (over) atau malah kurang (under). Kecuali penambahan warna menjadi lebih cerah untuk mendukung suasana film ini sebagai film komedi romantis remaja.
  • 25.  Music Musik dalam film digunakan untuk mempertegas sebuah adegan supaya lebih kuat maknanya, dan secara garis besarnya dibagi dua, ilustrasi musik dan theme song. Ilustrasi musik bisa dihasilkan oleh alat musik atau lainnya. Ini digunakan untuk memperkuat suasana. Departemen musik ini biasanya dipimpin oleh seorang Music Director. Sama seperti editing, meski musik adalah pasca produksi, namun persiapannya tetap pra produksi. Departemen musik pada pra produksi juga banyak berdiskusi dengan sutradara untuk mengetahui musik jenis seperti apa saja yang dibutuhkan dalam film tersebut. Apabila konsep sang music director diterima maka ia akan membuat beberapa komposisi musik yang dirasa cocok.
  • 26.  Music Selain ilustrasi musik, ada theme song. Theme song adalah lagu yang merupakan bagian dari identitas film tersebut. Theme song bisa saja lagu yang ditulis khusus untuk film tersebut ataupun lagu yang sudah popular. Dalam hal ini seorang Film Scorer sangat berperan, meski ia tetap harus berdiskusi dengan sutradara dan produser dalam pemilihan lagu-lagu untuk theme song dalam filmnya.
  • 27.  Frame Aspect Ratio Aspect ratio adalah perbandingan antara lebar dan tinggi bingkai gambar (frame). Rasio untuk tayangan televisi adalah 1,33:1, artinya lebar frame yang muncul di televisi adalah 1,33 kali dari tinggi. Aspect ratio ini dipilih sesuai dengan konsep visual yang ingin ditampilkan. Film Hollywood kebanyakan diproduksi dengan aspect ratio 1,85:1 sementara film-film Eropa kebanyakan bermain di aspect ratio 1,66:1. Di Indonesia sendiri, kedua format ini cukup populer. Sementara untuk format video, beberapa kamera menyediakan feature untuk memilih aspect ratio sesuai dengan konsep visual yang dikehendaki. Aspect ratio ini menjadi penting untuk dipertimbangkan apabila film yang tadinya diputar di bioskop ditayangkan di televisi. Gambar yang muncul di televisi tampak pepat seperti seolah-olah terpotong, baik di bagian kiri, kanan atau keduanya. Ini lantaran aspect ratio film 1,66:1 sementara aspect ratio televisi adalah 1,33:1.
  • 28.  Format video berdasarkan Frame rate Pengetahuan dasar tentang format video sudah menjadi tuntutan dalam proses editing, setidaknya cobalah untuk mengenal format- format video yang umum digunakan dalam video editing. Hal lain yang perlu dipahami adalah bahwa format video sangat berhubungan dengan kualitas dan ukuran file video serta tujuan akhir output video yang akan dihasilkan. Berikut ini format video berdasarkan kecepatan tampilan frame setiap detiknya. – National Television Standards Commission (NTSC) NTSC biasanya memiliki kecepatan tampilan gambar sebesar 29.97 frame per second (fps), standar ini digunakan oleh Amerika Selatan, Jepang, Taiwan, dan beberapa negara lainnya. Setting yang baik untuk NTSC adalah aspect ratio sebesar 0.9 untuk ukuran frame video sebesar 720x480 atau 720x486. bila yang digunakan adalah NTSC Widescreen (frame aspect ratio sebesar 16:9) maka sebaiknya digunakan pixel aspect ratio sebesar 1.2.
  • 29. – Phase Alternating Line (PAL) PAL memiliki kecepatan tampilan gambar sebesar 25 frame per second (fps). Ini berarti jika dilihat dari sisi kecepatan tampilan gambar, NTSC memiliki kualitas gambar lebih baik dengan selisih tampilan sekitar 4.97 frame setiap detiknya. Standar ini digunakan di sebagian besar negara Eropa, Australia, New Zeland, China, Thailand dan beberapa negara Asia. Setting pixel aspect ratio yang tepat untuk PAL adalah sebesar 1.0666 dengan ukuran frame 720x576 dan frame aspect ratio 4:3 Jika menggunakan PAL Widescreen (frame aspect ratio 16:9) sebaiknya digunakan pixel aspect ratio sebesar 1.4222. Setting pixel aspect ratio memang tidak akan ditemui pada software- software video editing praktis dan hanya akan diperlukan dalam software video editing professional. Akan tetapi kemampuan untuk mengetahui jenis file video berdasarkan kecepatan tampilan frame setiap detiknya tetap diperlukan dalam setiap proses video editing, bahkan sejak pengambilan gambar dilakukan.
  • 30.  Format video berdasarkan Kompresi Pembagian format video yang juga popular adalah berdasarkan kompresinya. Kompresi adalah metode pembentukan file video melalui proses pengkodean ulang file video dengan menghilangkan data sedudan untuk memperoleh ukuran file yang lebih kecil. Berikut ini beberapa format video berdasarkan jenis kompresinya. – Audio Video Interleaved (AVI) AVI merupakan format file video buatan Microsoft. Format ini merupakan salah satu format video tertua yang diperkenalkan Mocrosoft sejak dirilisnya Windows 3.1. sebagian besar camcorder (baik itu analog maupun digital) menjadikan format ini sebagai format baku saat capture video. Dengan ukurannya yang sangat besar, file ini seringkali dikatakan sebagai format video yang belum terkompresi (padahal AVI merupakan salah satu jenis kompresi video juga).
  • 31. – Moving Picture Experts Group (MPEG) MPEG (sering disebut sebagai MPG) saat ini menjadi standar kompresi file digital video-audio. Format ini memiliki beberapa jenis, berdasarkan pada kualitas gambar dan “lapisan” yang digunakannya, yaitu MPEG-1 atau disebut MPEG layer 1, MPEG-2 atau MPEG layer 2, dan MPEG-4 atau MPEG layer 4. MPEG-1 memiliki kualitas video yang rendah, bersolusi 352x240, 30 frames per detik. MPEG-1 menjadi standar sendiri yang kita kenal sebagai Video Compact Disc (VCD). MPEG-2, memiliki kualitas yang jauh lebih baik. Resolusinya mencapai 720x480 hingga 1280x720 dan berkecepatan 60 frames per detik dengan disertai kualitas audio yang cukup baik. SVCD maupun DVD menggunakan format ini. Format MPEG-4 mendukung transmisi via jaringan dengan bandwith kecil karena ukurannya yang sangat kecil. Salah satu format video yang menggunakan MPEG-4 adalah DivX yang sudah mulai popular dan diprediksikan akan menjadi format video standar untuk internet di masa depan.
  • 32. – Video Compact Disc (VCD) Saat ini format VCD masih menjadi format yang paling populer digunakan di masyarakat kita meskipun format Digital Video (DVD) semakin digemari. Format VCD memiliki struktur yang agak “aneh”, yaitu tidak berdiri sendiri maupun memiliki beberapa folder berisi file-file pendukung adar dapat diputar di VCD player. File video dari format ini adalah file dengan ekstensi .dat yang dapat dikatakan sebagai singkatan dari data yang berada pada folder MPEG atau Video. File .dat adalah file AVI yang dikompresi menjadi MPEG dan disesuaikan dalam struktur VCD. Pada dasarnya VCD merupakan versi khusus dari CD-ROM yang menggunakan MPEG-1 (MPEG Layer 1). Kualitas VCD dapat dikatakan hampir setara dengan video yang menggunakan VHS, namun kadang lebih baik. Format ini dapat kita putar di CD-ROM, DVD-ROM, VCD Player atau DVD Player.
  • 33. – Super Video Compact Disc (SVCD) SVCD sempat populer beberapa tahun lalu, namun keberadaannya saat ini semakin langka. Semula format video ini sempat diprediksikan akan menjadi populer dan menggantikan VCD. Akan tetapi popularitasnya segera hilang saat setelah munculnya format video DVD. SVCD sering dikatakan sebagai perbaikan kualitas dari VCD. SVCD menggunakan format MPEG-2 (MPEG layer 2). Kualitas SVCD tentu saja lebih baik dari VCD, bahkan mendekati kualitas DVD. Kita dapat memutar SVCD di CD-ROM atau DVD-ROM dengan software SVCD, SVCD player, atau DVD player.
  • 34. – Digital Video Disc (DVD) DVD saat ini menjadi standar audio-visual kualitas tinggi. Seperti halnya SVCD, DVD juga menggunakan format video MPEG-2 (MPEG layer 2). Meskipun DVD ukuran memiliki ukuran file yang jauh lebih besar dari VCD, namun sebuah keeping DVD dapat ditulis secara bolak balik (jenis dual side) serta dua lapisan (jenis dual layer) membuat sebuah keping DVD dapat menyimpan file lebih dari delapan kali keping CD- ROM yang biasa digunakan untuk menyimpan file VCD. DVD dapat diputar pada DVD-ROM atau DVD player stand alone. – Windows Media Video (WMV) WMV adalah format standar Windows. Meskipun WMV merupakan standar Windows yang mendominasi pasar system operasi saat ini, format ini tidak banyak digunakan sebagai standar video editing.
  • 35. – DivX Dikembangkan oleh DivXNetworks, format video kompresi berbasis MPEG-4 ini memiliki ukuran yang sangat kecil, bahkan dapat mencapai kurang dari seperdelapan ukuran MPEG-2 dengan kualitas yang tetap terjaga. Format ini sering disebut “video MP3”. Biasanya file video DivX memiliki ekstensi .divx, .mp4, atau .avi. Ekstensi .avi milik DivX tentu berbeda dengan .avi standar. Agar software player yang digunakan dapat memutar file dengan format ini, harus ditambahkan adds-on atau DivX Codec atau player khusus yang dapat diperoleh dari situs www.divx.com.