SlideShare a Scribd company logo
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana
1
PENYAKIT CROHN’S
 Ciri khas crohn’s disease adalah inflamasi granulomatosa
setempat-setempat pada seluruh tebal dinding (transmural)
berhubungan dengan fisura, hipertrofineuromuskuler, striktur dan
fistula.
 Penyakit ini biasanya diderita oleh orang pada usia muda, wanita
sedikit lebih banyak menderita dibandingkan pria.
 Penyakit ini dapat terjadi di manapun dalam traktus
gastrointestinal mulai dari mulut sampai anus, tetapi lebih sering
terjadi pada ileum terminal, katup ileosekal dan sekum.
 Penyakit ini 40% terjadi hanya pada usus halus dan 30% terjadi pada
usus halus dan usus besar.
 Perjalanan penyakit ini kronik, ada saat eksaserbasi dan remisi
tidak selalu berhubungan dengan terapi.
 Etiologi dari penyakit tidak diketahui jelas, diperkirakan
multifaktor.
2
KOLITIS ULSERATIVA
 Penyakit peradangan yang terbatas pada kolon dan rektum yang
membaik dan kambuh berulang secara kronik.
 Etiologinya tidak diketahui jelas.
 Gejala klinisnya BAB mengeluarkan darah segar, mukus dan abses.
Kolitis uleserativa biasanya dimulai dari bagian distal, di rektum
(proktitis ulserativa) atau rektosigmoid (proktosigmoiditis), dan lesi
meluas tidak terputus, dan dapat sampai seluruh kolon (pankolitis)
dan sampai ileum terminal distal meskipun inflamasinya ringan
(backwash ileitis), penyakit ini kadang dapat mengenai apendik.
3
Penyakit Crohn’s Kolitis Ulserativa
 Seluruh bagian Ttaktus
gastrointestinal
 Jarang terjadi di rektum
 Penyakit perianal sering
 Inflamasi setempat-
setempat
 Inflamasi transmural
 Fistula dan stenosis sering
dijumpai sebagai
komplikasi
 Abses intraabdominal
 Ulkus dalam, cobblestoning
 Granulomas Lymphoid
follicle
 Perubahan terbatas pada
kolon
 Rektum tempat predileksi
 Penyakit perianal jarang
 Inflamasi meluas dari distal
ke proksimal
 Inflamasi mukosa
superfisial
 Fistula dan stenosis jarang
menjadi komplikasi
 Abses jarang terjadi
 Ulkus superfisial, rapuh
 Abses kripta, kerusakan
kripta
4
VII. Divertikulosis Kolon
 Divertikulum adalah kantong buntu yang
dimulai dari saluran cerna, dilapisi oleh
mukosa, dan berhubungan dengan lumen
usus.
 Divertikulum kongenital memiliki ketiga
lapisan dinding usus (mukosa, submukosa,
dan muskularis propria tebal).
 Contoh divertikulum kongenital adalah
divertikulum Meckel.
 Jenis divertikulum lainnya adalah
divertikulum didapat akibat suatu kelainan
tertentu.
5
Divertikulosis Kolon
 Ada dua faktor dalam pembentukan
tonjolan divertikulum:
(1) peningkatan kontraksi peristaltik disertai
peningkatan abnormal tekanan intralumen
(2) adanya defek fokal pada lapisan
muskularis kolon.
 Divertikulum didapat, memiliki kantong
herniasi yang hanya terdiri dari lapisan
mukosa dan submukosa tanpa atau hanya
sedikit lapisan muskularis propria.
6
Divertikulitis
 Divertikulitis memiliki arti proses inflamasi
pada divertikulum atau divertikula.
 Diperkirakan 10% - 25% divertikula akan
terinflamasi.
 Pasien yang menderita diverticulitis
menunjukkan gejala klinis nyeri kuadran
bawah, demam, dan pada pemeriksaan
darah rutin menunjukkan leukositosis.
 Selain itu juga menunjukkan konstipasi,
nausea, muntah, dan diare.
7
Divertikulitis
 Divertikula umumnya berupa struktur
ekstramural dan inflamasi sering diawali
pada apek dan jarang mengenai
mukosa proksimal dari leher kantong,
inflamasi hanya terjadi pada daerah
perikolik dan lemak mesenterium.
8
Divertikulitis
 Divertikula terinflamasi karena massa
feses yang masuk ke dalam kantong
tidak dapat dikeluarkan dengan gerakan
peristaltik melewati leher kantong
divertikula, sehingga terbentuk faecolith
dan mengabrasi mukosa kantong
divertikula menyebabkan inflamasi
kronik ringan.
9
Divertikulitis
 Jaringan limfoid mukosa mengalami
hyperplasia dan tanda- tanda paling
awal dari inflamasi sering ditemukan
dalam jaringan limfoid pada apek
divertikula.
 Biasanya hanya satu divertikula yang
terinflamasi jarang sampai melibatkan
tiga atau empat divertikula.
10
Divertikulitis
 Karena tebal dinding divertikula tipis,
inflamasi meluas ke lemak perikolik dan
menyebabkan peritonitis local;
kemudian perforasi dan akhirnya isi
divertikula masuk ke dalam rongga
peritoneum yang menyebabkan
perlengketan kolon dengan organ lain
seperti usus kecil atau vasika urinaria
dengan akibat pembentukan fistula.
11
VIII. Hemoroid
 Hemoroid terjadi pada 5% populasi dan
menyebabkan peningkatan tekanan vena
pleksus hemoroidalis yang menetap.
 Peningkatan tekanan pembuluh darah
vena tersebut menyebabkan dilatasi
pembuluh darah vena pleksus
hemoroidalis yang terletak di anus dan peri
anal, karena terbukanya pembuluh darah
yang berjalinan dengan sistem vena porta
dan vena kava, yang semula tertutup.
12
Hemoroid
 Semakin bertambahnya usia, jaringan
ikat dan jaringan otot yang menjadi
tempat melekatnya pembuluh darah
menjadi renggang dan menipis,
sehingga memungkinkan vena
hemoroidalis keluar dari dalam dinding
anus masuk ke dalam kanalis anus yang
menyebabkan pembuluh vena tersebut
mengalami kongesti, perdarahan dan
prolaps.
13
Hemoroid
 Faktor predisposisi yang paling sering
adalah feses yang keras karena konstipasi
dan stasis vena yang terjadi dalam
kehamilan, diare kronik, diet rendah serat,
spasme sfingter anal, dan tumor.
 Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan
letaknya yatu hemoroid interna yang
terletak di atas linea dentate dan ditutupi
mukosa rectum dan hemoroid eksterna
yang terletak di bawah linea dentate dan
ditutupi mukosa epitel skuamosa dari kulit
perianal.
14
IX. Adenoma
 Adenoma adalah polip neoplastik yang
berkisar dari tumor kecil yang sering
bertangkai hingga lesi besar yang
biasanya sessile.
 Polip adenomatosa atau adenoma
dibagi menjadi tiga subtipe berdasarkan
struktur epitelnya yaitu adenoma tubuler,
adenoma vilosa, dan adenoma
tubulovilosa.
15
Adenoma
 Risiko keganasan untuk suatu polip adenomatosa
berkaitan dengan tiga faktor independen yaitu
ukuran polip, arsitektur histologik, dan keparahan
displasia epitel.
 Diantara variabel ini diameter maksimum
merupakan penentu utama risiko terjadinya
karsinoma.
 Kanker jarang terjadi pada adenoma tubuler yang
garis tengahnya krang dari 1 cm, sedangkan pada
adenoma vilosa sessile dengan garis tangah lebih
dari 4 cm hampir 40% didapatkan fokus
karsinoma.
 Selain itu displasia berat juga merupakan faktor
risiko terjadinya karsinoma.
16
X. Adenokarsinoma
 Sebagian besar (98%) kanker di usus
besar adalah adenokarsinoma.
 Kanker ini menjadi salah satu tantangan
besar bagi profesi kedokteran, karena
kanker ini hampir selalu timbul dari polip
adenomatosa yang secara umum dapat
disembuhkan dengan reseksi.
17
 Faktor lingkungan, terutama kebiasaan makan
berhubungan dengan peningkatan kanker kolorektal.
 Faktor makanan yang paling banyak mendapat
perhatian adalah
(1) rendahnya kandungan serat sayuran yang tidak
dapat diserap,
(2) tingginya kandungan karbohidrat yang
dimurnikan,
(3) tingginya kandungan lemak (dari daging), dan
(4) berkurangnya asupan mikronutrien protektif,
seperti vitamin A, C, dan E.
Adenokarsinoma
18
 Proses perkembangan dari kolon normal
menjadi karsinoma (karsinogenesis
kolorektal), mencakup abnormalitas
genetik dan epigenetik. Merupakan
kumpulan mutasi gen APC, SMAD4, K-
RAS, p53 dan DNA mismatch repair
selama bertahun- tahun.
Adenokarsinoma
19
 Adenokarsinoma dapat dibagi menjadi tiga
derajat berdasarkan pada banyaknya sel- sel
tumor yang tersusun tubuler.
Derajat I (diferensiasi baik) adenokarsinoma
hampir seluruhnya disusun oleh sel- sel tumor
berbentuk tubuler.
Derajat II (diferensiasi sedang)
adenokarsinoma tersusun oleh sel- sel tumor
dengan struktur tubuler dengan bagian padat.
Derajat III (diferensiasi buruk)
adenokarsinoma tersusun oleh sel- sel tumor
dengan struktur padat.
Adenokarsinoma
20
XI. Hepatitis B
 Virus Hepatitis B (HBV) menyebabkan (1)
hepatitis akut dengan pemulihan diikuti
pemusnahan virus, (2) hepatitis kronis
nonprogresif (3) penyakit kronik yang
progresif, berakhir sirosis, (4) hepatitis
fulminan dengan nekrosis liver massif dan
(5) suatu kondisi karier.
 Penyakit liver kronik yang disebabkan oleh
HBV merupakan prekursor penting
terjadinya hepatocellular carcinoma.
21
 Virus Hepatitis C adalah penyebab
utama penyakit hati di dunia, dengan
sekitar 170 juta orang yang terjangkit.
Umumnya penderita penyakit hepatitis C
akan menjadi kronis, dan sirosis hepatis
terjadi pada 20%- 30% penderita
hepatitis C kronik.
Hepatitis C
22
Hepatitis C
 Berdasarkan data dari USA Centers for
DiseaseControl faktor risiko yang
sering menyebabkan infeksi HCV
adalah penyalahgunaan obat intra vena,
berganti- ganti pasang seksual,
menjalani operasi dalam waktu 6 bulan
terakhir, cedera karena jarum suntik,
kontak berulang dengan penderita
infeksi HCV, tenaga kesehatan medis
atau kesehatan gigi.
23
Sirosis Hepatis
 Sirosis hepatis akan berkembang dalam
waktu 5- 20 tahun setelah infeksi akutt
pada 20%- 30% pasien dengan infeksi
yang persisten.
24
XII. Adenoma Pleomorfik
 Tumor ini membentuk lebih dari 90% tumor
kelenjar liur.
 Tumor ini tumbuh lambat, berbatas tegas,
tampak berkapsul, dan ukuran terbesarnya
jarang melebihi 6 cm.
 Tumor ini yang umumnya terbentuk di
parotis superfisial, menyebabkan
pembengkakan tak nyeri dari sudut rahang
dan mudah diraba sebagai massa diskret.
 Tumor ini sudah ada bertahun- tahun
sebelum dibawa ke dokter.
25
XIII. Tumor Whartin
 Tumor jinak yang jarang ini terbentuk
hampir hanya di regio kelenjar parotis
dan diperkirakan mencerminkan kelejar
liur yang heterotopik yang terperangkap
di dalam kelenjar getah bening regional
saat embriogenesis.
26
Laporan Praktikum
1. Definisi
2. Patogenesis
3. Gejala Klinis
4. Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan penunjang
6. Makroskopis
7. Mikroskopis
27
28

More Related Content

Similar to Overview Praktikum Patologi Anatomi Lower GIT Blok 2C.pptx

Tumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedhaTumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedhaRiedha Poenya
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
SaniaJunianti
 
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
ririaja1
 
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas namaTumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
RFFooraa
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
Hilda Lamtia
 
Patofisilogi
PatofisilogiPatofisilogi
Patofisilogi
Krissna Krissna
 
Patologi anatomi- CARCINOMA SERVIKS
Patologi anatomi- CARCINOMA SERVIKSPatologi anatomi- CARCINOMA SERVIKS
Patologi anatomi- CARCINOMA SERVIKSVrilisda Sitepu
 
Saluran gastrointestindal
Saluran gastrointestindalSaluran gastrointestindal
Saluran gastrointestindal
Andry Natanel
 
Asuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalAsuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalRizky maulana
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis Ulseratif
Sri Nala
 
Tumor paru
Tumor paruTumor paru
Tumor paru
M Ikromi
 
Makalah Gangguan Sistem Pencernaan
Makalah Gangguan Sistem PencernaanMakalah Gangguan Sistem Pencernaan
Makalah Gangguan Sistem Pencernaan
yohanes meor
 

Similar to Overview Praktikum Patologi Anatomi Lower GIT Blok 2C.pptx (20)

Tumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedhaTumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedha
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
 
Askep ca. colorektal
Askep ca. colorektalAskep ca. colorektal
Askep ca. colorektal
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Dd
DdDd
Dd
 
Askepefusipleura
AskepefusipleuraAskepefusipleura
Askepefusipleura
 
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
 
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas namaTumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
Tumor Appendiks koas tahun 2019/2020 atas nama
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
 
Patofisilogi
PatofisilogiPatofisilogi
Patofisilogi
 
Patologi anatomi- CARCINOMA SERVIKS
Patologi anatomi- CARCINOMA SERVIKSPatologi anatomi- CARCINOMA SERVIKS
Patologi anatomi- CARCINOMA SERVIKS
 
Servisitis
ServisitisServisitis
Servisitis
 
Saluran gastrointestindal
Saluran gastrointestindalSaluran gastrointestindal
Saluran gastrointestindal
 
Asuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalAsuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektal
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis Ulseratif
 
Tumor paru
Tumor paruTumor paru
Tumor paru
 
Askep kanker serviks
Askep kanker serviksAskep kanker serviks
Askep kanker serviks
 
Makalah Gangguan Sistem Pencernaan
Makalah Gangguan Sistem PencernaanMakalah Gangguan Sistem Pencernaan
Makalah Gangguan Sistem Pencernaan
 
Liza
LizaLiza
Liza
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 

Recently uploaded

1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
zakkimushoffi41
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
Rismawati408268
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
arianferdana
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
ppgpriyosetiawan43
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
VenyHandayani2
 
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptxPERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
TeukuEriSyahputra
 

Recently uploaded (20)

1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
 
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptxPERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
PERSENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pptx
 

Overview Praktikum Patologi Anatomi Lower GIT Blok 2C.pptx

  • 2. PENYAKIT CROHN’S  Ciri khas crohn’s disease adalah inflamasi granulomatosa setempat-setempat pada seluruh tebal dinding (transmural) berhubungan dengan fisura, hipertrofineuromuskuler, striktur dan fistula.  Penyakit ini biasanya diderita oleh orang pada usia muda, wanita sedikit lebih banyak menderita dibandingkan pria.  Penyakit ini dapat terjadi di manapun dalam traktus gastrointestinal mulai dari mulut sampai anus, tetapi lebih sering terjadi pada ileum terminal, katup ileosekal dan sekum.  Penyakit ini 40% terjadi hanya pada usus halus dan 30% terjadi pada usus halus dan usus besar.  Perjalanan penyakit ini kronik, ada saat eksaserbasi dan remisi tidak selalu berhubungan dengan terapi.  Etiologi dari penyakit tidak diketahui jelas, diperkirakan multifaktor. 2
  • 3. KOLITIS ULSERATIVA  Penyakit peradangan yang terbatas pada kolon dan rektum yang membaik dan kambuh berulang secara kronik.  Etiologinya tidak diketahui jelas.  Gejala klinisnya BAB mengeluarkan darah segar, mukus dan abses. Kolitis uleserativa biasanya dimulai dari bagian distal, di rektum (proktitis ulserativa) atau rektosigmoid (proktosigmoiditis), dan lesi meluas tidak terputus, dan dapat sampai seluruh kolon (pankolitis) dan sampai ileum terminal distal meskipun inflamasinya ringan (backwash ileitis), penyakit ini kadang dapat mengenai apendik. 3
  • 4. Penyakit Crohn’s Kolitis Ulserativa  Seluruh bagian Ttaktus gastrointestinal  Jarang terjadi di rektum  Penyakit perianal sering  Inflamasi setempat- setempat  Inflamasi transmural  Fistula dan stenosis sering dijumpai sebagai komplikasi  Abses intraabdominal  Ulkus dalam, cobblestoning  Granulomas Lymphoid follicle  Perubahan terbatas pada kolon  Rektum tempat predileksi  Penyakit perianal jarang  Inflamasi meluas dari distal ke proksimal  Inflamasi mukosa superfisial  Fistula dan stenosis jarang menjadi komplikasi  Abses jarang terjadi  Ulkus superfisial, rapuh  Abses kripta, kerusakan kripta 4
  • 5. VII. Divertikulosis Kolon  Divertikulum adalah kantong buntu yang dimulai dari saluran cerna, dilapisi oleh mukosa, dan berhubungan dengan lumen usus.  Divertikulum kongenital memiliki ketiga lapisan dinding usus (mukosa, submukosa, dan muskularis propria tebal).  Contoh divertikulum kongenital adalah divertikulum Meckel.  Jenis divertikulum lainnya adalah divertikulum didapat akibat suatu kelainan tertentu. 5
  • 6. Divertikulosis Kolon  Ada dua faktor dalam pembentukan tonjolan divertikulum: (1) peningkatan kontraksi peristaltik disertai peningkatan abnormal tekanan intralumen (2) adanya defek fokal pada lapisan muskularis kolon.  Divertikulum didapat, memiliki kantong herniasi yang hanya terdiri dari lapisan mukosa dan submukosa tanpa atau hanya sedikit lapisan muskularis propria. 6
  • 7. Divertikulitis  Divertikulitis memiliki arti proses inflamasi pada divertikulum atau divertikula.  Diperkirakan 10% - 25% divertikula akan terinflamasi.  Pasien yang menderita diverticulitis menunjukkan gejala klinis nyeri kuadran bawah, demam, dan pada pemeriksaan darah rutin menunjukkan leukositosis.  Selain itu juga menunjukkan konstipasi, nausea, muntah, dan diare. 7
  • 8. Divertikulitis  Divertikula umumnya berupa struktur ekstramural dan inflamasi sering diawali pada apek dan jarang mengenai mukosa proksimal dari leher kantong, inflamasi hanya terjadi pada daerah perikolik dan lemak mesenterium. 8
  • 9. Divertikulitis  Divertikula terinflamasi karena massa feses yang masuk ke dalam kantong tidak dapat dikeluarkan dengan gerakan peristaltik melewati leher kantong divertikula, sehingga terbentuk faecolith dan mengabrasi mukosa kantong divertikula menyebabkan inflamasi kronik ringan. 9
  • 10. Divertikulitis  Jaringan limfoid mukosa mengalami hyperplasia dan tanda- tanda paling awal dari inflamasi sering ditemukan dalam jaringan limfoid pada apek divertikula.  Biasanya hanya satu divertikula yang terinflamasi jarang sampai melibatkan tiga atau empat divertikula. 10
  • 11. Divertikulitis  Karena tebal dinding divertikula tipis, inflamasi meluas ke lemak perikolik dan menyebabkan peritonitis local; kemudian perforasi dan akhirnya isi divertikula masuk ke dalam rongga peritoneum yang menyebabkan perlengketan kolon dengan organ lain seperti usus kecil atau vasika urinaria dengan akibat pembentukan fistula. 11
  • 12. VIII. Hemoroid  Hemoroid terjadi pada 5% populasi dan menyebabkan peningkatan tekanan vena pleksus hemoroidalis yang menetap.  Peningkatan tekanan pembuluh darah vena tersebut menyebabkan dilatasi pembuluh darah vena pleksus hemoroidalis yang terletak di anus dan peri anal, karena terbukanya pembuluh darah yang berjalinan dengan sistem vena porta dan vena kava, yang semula tertutup. 12
  • 13. Hemoroid  Semakin bertambahnya usia, jaringan ikat dan jaringan otot yang menjadi tempat melekatnya pembuluh darah menjadi renggang dan menipis, sehingga memungkinkan vena hemoroidalis keluar dari dalam dinding anus masuk ke dalam kanalis anus yang menyebabkan pembuluh vena tersebut mengalami kongesti, perdarahan dan prolaps. 13
  • 14. Hemoroid  Faktor predisposisi yang paling sering adalah feses yang keras karena konstipasi dan stasis vena yang terjadi dalam kehamilan, diare kronik, diet rendah serat, spasme sfingter anal, dan tumor.  Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan letaknya yatu hemoroid interna yang terletak di atas linea dentate dan ditutupi mukosa rectum dan hemoroid eksterna yang terletak di bawah linea dentate dan ditutupi mukosa epitel skuamosa dari kulit perianal. 14
  • 15. IX. Adenoma  Adenoma adalah polip neoplastik yang berkisar dari tumor kecil yang sering bertangkai hingga lesi besar yang biasanya sessile.  Polip adenomatosa atau adenoma dibagi menjadi tiga subtipe berdasarkan struktur epitelnya yaitu adenoma tubuler, adenoma vilosa, dan adenoma tubulovilosa. 15
  • 16. Adenoma  Risiko keganasan untuk suatu polip adenomatosa berkaitan dengan tiga faktor independen yaitu ukuran polip, arsitektur histologik, dan keparahan displasia epitel.  Diantara variabel ini diameter maksimum merupakan penentu utama risiko terjadinya karsinoma.  Kanker jarang terjadi pada adenoma tubuler yang garis tengahnya krang dari 1 cm, sedangkan pada adenoma vilosa sessile dengan garis tangah lebih dari 4 cm hampir 40% didapatkan fokus karsinoma.  Selain itu displasia berat juga merupakan faktor risiko terjadinya karsinoma. 16
  • 17. X. Adenokarsinoma  Sebagian besar (98%) kanker di usus besar adalah adenokarsinoma.  Kanker ini menjadi salah satu tantangan besar bagi profesi kedokteran, karena kanker ini hampir selalu timbul dari polip adenomatosa yang secara umum dapat disembuhkan dengan reseksi. 17
  • 18.  Faktor lingkungan, terutama kebiasaan makan berhubungan dengan peningkatan kanker kolorektal.  Faktor makanan yang paling banyak mendapat perhatian adalah (1) rendahnya kandungan serat sayuran yang tidak dapat diserap, (2) tingginya kandungan karbohidrat yang dimurnikan, (3) tingginya kandungan lemak (dari daging), dan (4) berkurangnya asupan mikronutrien protektif, seperti vitamin A, C, dan E. Adenokarsinoma 18
  • 19.  Proses perkembangan dari kolon normal menjadi karsinoma (karsinogenesis kolorektal), mencakup abnormalitas genetik dan epigenetik. Merupakan kumpulan mutasi gen APC, SMAD4, K- RAS, p53 dan DNA mismatch repair selama bertahun- tahun. Adenokarsinoma 19
  • 20.  Adenokarsinoma dapat dibagi menjadi tiga derajat berdasarkan pada banyaknya sel- sel tumor yang tersusun tubuler. Derajat I (diferensiasi baik) adenokarsinoma hampir seluruhnya disusun oleh sel- sel tumor berbentuk tubuler. Derajat II (diferensiasi sedang) adenokarsinoma tersusun oleh sel- sel tumor dengan struktur tubuler dengan bagian padat. Derajat III (diferensiasi buruk) adenokarsinoma tersusun oleh sel- sel tumor dengan struktur padat. Adenokarsinoma 20
  • 21. XI. Hepatitis B  Virus Hepatitis B (HBV) menyebabkan (1) hepatitis akut dengan pemulihan diikuti pemusnahan virus, (2) hepatitis kronis nonprogresif (3) penyakit kronik yang progresif, berakhir sirosis, (4) hepatitis fulminan dengan nekrosis liver massif dan (5) suatu kondisi karier.  Penyakit liver kronik yang disebabkan oleh HBV merupakan prekursor penting terjadinya hepatocellular carcinoma. 21
  • 22.  Virus Hepatitis C adalah penyebab utama penyakit hati di dunia, dengan sekitar 170 juta orang yang terjangkit. Umumnya penderita penyakit hepatitis C akan menjadi kronis, dan sirosis hepatis terjadi pada 20%- 30% penderita hepatitis C kronik. Hepatitis C 22
  • 23. Hepatitis C  Berdasarkan data dari USA Centers for DiseaseControl faktor risiko yang sering menyebabkan infeksi HCV adalah penyalahgunaan obat intra vena, berganti- ganti pasang seksual, menjalani operasi dalam waktu 6 bulan terakhir, cedera karena jarum suntik, kontak berulang dengan penderita infeksi HCV, tenaga kesehatan medis atau kesehatan gigi. 23
  • 24. Sirosis Hepatis  Sirosis hepatis akan berkembang dalam waktu 5- 20 tahun setelah infeksi akutt pada 20%- 30% pasien dengan infeksi yang persisten. 24
  • 25. XII. Adenoma Pleomorfik  Tumor ini membentuk lebih dari 90% tumor kelenjar liur.  Tumor ini tumbuh lambat, berbatas tegas, tampak berkapsul, dan ukuran terbesarnya jarang melebihi 6 cm.  Tumor ini yang umumnya terbentuk di parotis superfisial, menyebabkan pembengkakan tak nyeri dari sudut rahang dan mudah diraba sebagai massa diskret.  Tumor ini sudah ada bertahun- tahun sebelum dibawa ke dokter. 25
  • 26. XIII. Tumor Whartin  Tumor jinak yang jarang ini terbentuk hampir hanya di regio kelenjar parotis dan diperkirakan mencerminkan kelejar liur yang heterotopik yang terperangkap di dalam kelenjar getah bening regional saat embriogenesis. 26
  • 27. Laporan Praktikum 1. Definisi 2. Patogenesis 3. Gejala Klinis 4. Pemeriksaan fisik 5. Pemeriksaan penunjang 6. Makroskopis 7. Mikroskopis 27
  • 28. 28