Edukasi oleh kader di posyandu lansia bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien hipertensi dan prehipertensi. Penelitian ini mengkaji pengaruh edukasi terhadap variabel tersebut pada lansia di RW 05 Kelurahan Kebon Kosong I Jakarta Pusat. Hasilnya diharapkan membantu program kesehatan masyarakat dan menjadi dasar evaluasi.
1. PENGARUH EDUKASI OLEH KADER DI POSYANDU LANSIA
TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU
PASIEN LANSIA DENGAN PRE HIPERTENSI DAN HIPERTENSI
DI RW 05 KELURAHAN KEBON KOSONG I KEMAYORAN
JAKARTA PUSAT PERIODE 23 OKTOBER 2017 – 17 JANUARI 2018
Dokter Internship Kelompok 3
2. LATAR BELAKANG
PENDUDUK LANSIA
MENINGKAT
ANGKA HIPERTENSI TINGGI
PADA LANSIA(riskesdas, 2013)
BUTUH UPAYA PROMOTIF
PREVENTIF MELALUI
POSYANDU LANSIA (permenkes,
2010)
DATA DATA
HT PADA LANSIA DI KEL. KEBON
KOSONG 1 MENDUDUKI
PERINGKAT 2 (2016)
3. •Bagaimana pengaruh edukasi oleh kader di posyandu lansia
terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku pasien lansia dengan
prehipertensi dan hipertensi di RW 05 Kelurahan Kebon Kosong I?
Rumusan
Masalah
•H0: Tidak ada pengaruh bermakna terhadap pengetahuan, sikap,
dan perilaku pasien lansia prehipertensi dan hipertensi yang
mengikuti edukasi di posyandu lansia oleh kader.
•H1: Ada pengaruh bermakna terhadap pengetahuan, sikap, dan
perilaku pasien lansia prehipertensi dan hipertensi yang mengikuti
edukasi di posyandu lansia oleh kader.
Hipotesis
4. Tujuan
• Untuk mengetahui bagaimana
pengaruh edukasi oleh kader di
posyandu lansia terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku
pasien lansia pre hipertensi dan
hipertensi RW 05 Kelurahan
Kebon Kosong I.
• Mengetahui karakteristik
sosiodemografi pasien
lansia pre hipertensi dan
hipertensi RW 05 Kelurahan
Kebon Kosong I
5. MANFAAT BAGI
PUSKESMAS
• Membantu program
puskesmas dengan
adanya posyandu
Lansia
• Membantu pendataan
Puskesmas mengenai
jumlah lansia dan lansia
hipertensi
• Memperoleh penelitian
mengenai efektivitas
pembinaan kader
posyandu lansia
• Menjadi dasar bagi
evaluasi program
puskesmas
MANFAAT BAGI
MASYARAKAT
• Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat terhadap
penyakit hipertensi
• Meningkatkan
kesadaran
masyarakat untuk
mengontrol tekanan
darah
• Terbentuknya sarana
kesehatan
masyarakat serta
adanya kelompok
lansia
MANFAAT BAGI PENELITI
• Meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis dan analitik
• Meningkatkan
pengetahuan dan
pengalaman
melakukan penelitian
• Meningkatkan
pengetahuan
terutama mengenai
hipertensi
• Meningkatkan
kemampuan dalam
beinteraksi dan
berkomunikasi
dengan masyarakat
dan instansi terkait
7. PETA WILAYAH Kel. Kebon Kosong
Luas Kelurahan Kebon Kosong pada
saat ini adalah seluas 115,775 Ha.
Dengan Batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Bekas pagar Pelud
Kemayoran Kelurahan Pademangan
Timur
Sebelah Timur : Kelurahan Utan
Panjang, kelurahan Serdang, kelurahan
Sunter Jaya
Sebelah Barat : Jl. H. Benyamin Sueb,
kelurahan Gunung Sahari Selatan, jl.
Kemayoran Ketapang, jl. Kebon Kosong
Raya
Sebelah Selatan : Jl. Kalibaru Barat
kelurahan Utan Panjang
Jumlah Kepala Keluarga di
Wilayah Kelurahan Kebon
Kosong 9.767 KK.
Jumlah Penduduk Kelurahan
Kebon Kosong 36.481
jiwaTerdiri dari
- Laki-Laki: 18.370 Jiwa
- Perempuan: 18.111 Jiwa
8.
9.
10.
11.
12. Posyandu Lansia
• Posyandu lansia adalah pos
pelayanan terpadu untuk
masyarakat lansia di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati,
yang digerakkan oleh masyarakat
guna mendapatkan pelayanan
kesehatan.
• Tujuan umum Posyandu Lansia
adalah meningkatkan
kesejahteraan Lansia melalui
kegiatan Posyandu Lansia yang
mandiri dalam masyarakat
13. • Tujuan khusus Posyandu Lansia adalah :
– Meningkatnya kemudahan bagi lansia
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan.
– Meningkatkan cakupan dan kualitas
pelayanan lansia, khususnya aspek
peningkatan dan pencegahan tanpa
mengabaikan aspek pengobatan dan
pemulihan
– Perkembangan Posyandu Lansia yang aktif
melaksanakan kegiatan dengan kualitas
yang baik secara berkesinambungan.
14. • Manfaat posyandu lansia
adalah meningkatkan
pengetahuan lansia yang
menjadi dasar
pembentukan sikap dan
dapat mendorong minat
atau motivasi mereka
untuk selalu mengikuti
kegaiatan posyandu
lansia sehingga lebih
percaya diri di hari
tuanya
15. • Sasaran Langsung :
– Kelompok pra lansia (45-59 tahun), kelompok lansia
(60 tahun keatas)
– Kelompok lansia dengan risiko tinggi (70 tahun keatas)
• Sasaran Tidak Langsung :
– Keluarga yang memiliki lansia, organisasi sosial yang
bergerak dalam pembinaan lansia, dan masyarakat
luas.
16. • Tingkat Perkembangan Posyandu Lansia dapat
digolongkan menjadi 4 tingkatan yaitu:
– Kelompok lansia pratama
– Kelompok lansia madya
– Kelompok lansia purna
– Kelompok lansia mandiri
17. Mekanisme pelaksanaan kegiatan posyandu lansia terdapat
5 tahapan:
– Meja 1 : Pencatatan/registrasi data demografi dan
data kesehatan lansia
– Meja 2 : Pemeriksaan status kesehtan dan indeks
massa tubuh lansia
– Meja 3 : Penilaian indeks katz/kemandirian lansia
– Meja 4 : Penyuluhan dan Pemberian Makananan
Tambahan Lansia
– Meja 5 : Pelayanan Kesehatan (Pengobatan) lansia
18. Pengorganisasian
• Penyelenggara kegiatan
posyandu ialah kader dan
koordinator kader yang telah
mendapatkan pelatihan
teknis.
• Pada prinsipnya pelatihan
dilaksanakan untuk
meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
individu, tim dan organisasi
19. Indikator Keberhasilan Posyandu Lansia
– Peningkatan sosialisasi masyarakat lansia dengan
berkembangnya jumlah organisasi masyarakat lansia
dengan berbagai aktivitas pengembangannya.
– Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah/swasta yang
memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia
– Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga
– Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi
lansia
– Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
pada lansia
20. Kader Posyandu
• Kader Posyandu adalah anggota masyarakat
yang bersedia, mampu dan memiliki waktu
untuk menyelenggarakan kegiatan
Posyandu secara sukarela
• Kriteria kader Posyandu:
– Anggota masyarakat setempat
– Bisa membaca dan menulis
– Dapat menggerakkan masyarakat
21. • Tugas dan tanggung
jawab kader:
– Sebelum hari H
pelaksanaan posyandu
– Saat hari H
pelaksanaan posyandu
– Setelah hari H
pelaksanaan posyandu
22. Hipertensi
Klasifikasi Tekanan
Darah
Tekanan Darah Sistolik
(mmHg)
Tekanan Darah Diatolik
(mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 -89
Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
23. Faktor Penyebab Hipertensi
• Faktor
keturunan
• Ras
• Usia
• Jenis Kelamin
• Stress psikis
• Obesitas
• Asupan garam Na
• Rokok
• Konsumsi alkohol
• Olahraga
25. Manifestasi Klinis
– Sakit kepala
– Kelelahan
– Jantung berdebar-debar
– Mual
– Muntah
– Sesak nafas
– Gelisah
– Pandangan menjadi kabur
– Telinga berdenging
– Sering buang air kecil terutama di malam hari.
28. Modifikasi Rekomendasi Penurunan potensial TD sistolik
Diet natrium Membatasi diet natrium tidak
lebih dari 2400 mg/hari atau 100
meq/hari
2-8 mmHg
Penurunan Berat Badan Menjaga berat badan normal; BMI
= 18,5-24,9 kg/
5-20 mmHg per 10 kg penururnan
berat badan
Olahraga aerobik Olahraga aerobik secara teratur,
bertujuan untuk melakukan
aerobik 30 menit
Latihan sehari-hari dalam
seminggu. Disarankan pasien
berjalan-jalan 1 mil per hari di
atas tingkat aktivitas saat ini
4-9 mmHg
Diet DASH Diet yang kaya akan buah-buahan,
sayuran, dan mengurangi jumlah
lemak jenuh dan total
4-14 mmHg
Membatasi konsumsi alkohol Pria ≤2 minum per hari, wanita ≤1
minum per hari
2-4 mmHg
Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi hipertensi
29. Edukasi
• Edukasi merupakan proses penyampaian
bahan atau materi kepada sasaran
pendidikan untuk mencapai tujuan, yaitu
perubahan perilaku
• Edukasi kelompok berbentuk diskusi
kelompok kecil pada beberapa penelitian
menunjukkan efektivitas terhadap
perubahan perilaku penyakit kronik.
• Adanya interaksi serta saling membangun
motivasi merupakan keuntungan yang
didapatkan dari adanya edukasi kelompok.
30. • Penelitian Chu-hong et al (2015) yang
dilakukan terhadap 360 pasien hipertensi
mengenai efektivitas tipe edukasi
membagi subjek menjadi tiga kelompok.
• Kelompok pertama diberikan materi untuk
dibaca sendiri, kelompok kedua mendapat
edukasi secara individu sebulan sekali,
sedangkan kelompok ketiga mendapatkan
edukasi secara berkelompok dalam
bentuk workshop interaktif sebulan sekali
31. • Berdasarkan intervensi
yang dilakukan selama
2 tahun ersebut
didapatkan bahwa
kelompok ketiga
menghasilkan tekanan
darah yang lebih baik,
IMT dan penurunan
kadar lipid yang lebih
baik dibanding dua
kelompok lainnya.
32. Pengetahuan
• Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
• Terdapat enam tingkatan pengetahuan di dalam domain
kognitif, yaitu:
– Tahu (know)
– Memahami (comprehension)
– Aplikasi (applicaion))
– Analisis (analysis)
– Sintesis (synthesis)
– Evaluasi (evaluation)
33. • Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ialah
sebagai berikut:
– Pendidikan
– Informasi/media massa
– Pekerjaan
– Sosial, budaya, dan ekonomi
– Lingkungan
– Pengalaman
– Usia
34. Sikap
• Sikap ialah reaksi atau proses seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek.
• Sikap memiliki tingkatan sebagai berikut:
– Menerima (receiving)
– Memperhatikan stimulus yang diberikan.
– Merespon (responding)
– Memberikan jawaban, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
– Menghargai (valuing)
– Mengajak orang lain untku mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
– Bertanggung jawab (responsible)
– Memiliki tanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih dengan segala
risiko.
35. • Faktor-faktor yang dapat memengaruhi pembentukan
sikap ialah sebagai berikut:
– Pengalaman pribadi
– Kebudayaan
– Orang lain yang dianggap penting
– Media massa
– Institusi pendidikan dan agama
– Faktor emosi dalam diri
36. Perilaku
• Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia, yaitu
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
• Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh:
– Faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
– Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik.
– Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain.
37. Peran Edukasi Kader Terhadap Pengetahuan,
Sikap dan Prilaku
• Menurut Notoatmodjo dan Sarwono, terdapat tiga
macam cara mengubah perilaku, yaitu:21
– Menggunakan kekuasaan/kekuatan
– Memberikan informasi
– Diskusi dan partisipasi
• Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama
telah memiliki berbagai program sebagai misi perubahan
perilaku masyarakat, seperti dibentuknya posyandu,
terutama posyandu lansia.
38. • Posyandu lansia merupakan wujud
dari penggunaan kekuasaan
puskesmas sebagai
penanggungjawab kesehatan di
daerahnya dengan memanfaatkan
potensi masyarakat itu sendiri
sebagai pemberi informasi
(promotif dan preventif).
• Kader posyandu sebagai
perpanjangan tangan tenaga
kesehatan memiliki peranan yang
penting dalam keberlangsungan
posyandu lansia.
39. • Pada penelitian sebelumnya mengenai hubungan peran
kader kesehatan terhadap kualitas hidup lanjut usia
(Setyoadi, dkk 2013), didapatkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara peran kader dan
kualitas hidup lansia (p<0,05).
• Lebih lanjut dijelaskan bahwa kader memberikan
dukungan positif seperti memberikan bimbingan dan
pengawasan terhadap aktivitas sehari-hari, serta
memberikan edukasi kepada lansia untuk melakukan
pemeriksaan rutin ke posyandu dan puskesmas
40. • Penelitian yang dilakukan oleh
Arifin Z, 2015 menunjukkan bahwa
terdapat hubungan peran serta
kader posyandu dengan perawatan
hipertensi pada lansia.
• Peran kader yang dimaksud dalam
penelitian tersebut ialah aktif
mengajak lansia datang ke
posyandu, penjelasan mengenai
posyandu lansia, mengingatkan
jadwal posyandu, serta adanya
edukasi yang dilakukan oleh kader
terkait hipertensi.
41. BAB III (METODE PENELITIAN)
DESAIN PENELITIAN:
cross sectional
TEMPAT dan WAKTU :
23Oktober – 17Januari 2017
SUMBER DATA:
Data Primer dari data
sosiodemografi Kelurahan
POPULASI dan SAMPEL:
Semua pasien lansia
prehipertensi dan hipertensi di
RW 05 yang memenuhi kriteria
BESAR SAMPEL :
Total Sampling
Variabel
• Bebas: Edukasi
kader di posyandu
lansia kepada pasien
lansia prehipertensi
dan hipertensi RW 05
kelurahan Kebon
Kosong I
• Terikat:
Pengetahuan, sikap,
dan perilaku pasien
lansia prehipertensi
dan hipertensi
KRITERIA
• Inklusi: Warga tetap
RW 05 kelurahan
Kebon Kosong I
dengan hipertensi,
Laki – laki dan
perempuan usia ≥60
tahun, Bersedia
mengikuti penelitian
dan menandatangani
informed consent
• Eksklusi: Lanjut usia
pre hipertensi dan
hipertensi dengan
keterbatasan fisik,
mental, dan bahasa
yang dapat
mengganggu proses
wawancara
ANALISIS DATA
• Data dianalisis
menggunakan
software SPSS for
windows versi
20.0
• Pengolahan data
diklasifikasikan
menjadi
pengolahan data
deskriptif dan
analitik
• Data diolah
dengan uji
statistik X2.
42. DEFINISI
OPERASIONAL
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Hipertensi Tekanan darah sistolik
≥ 140mmHg atau
tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg
pada 2 kali
pemeriksaan selang
waktu 5 menit
(diukur dengan
menggunakan
spigmomanometer
manual)11
Anamnesis,
Pemeriksaan
Fisik
Ya
Tidak
Nominal
44. 3. Kader
posyandu
lansia
Kader posyandu
lansia adalah kader
yang bertugas di
posyandu lanjut
usia RW 5
Kelurahan Kebon
Kosong I dengan
kegiatan rutin
setiap bulannya
membantu petugas
kesehatan saat
pemeriksaan
kesehatan pasien
lansia.
- - Nominal
45. 4. Lansia Penduduk RW
05 Kelurahan
Kebon Kosong I
yang berusia 60
tahun ke atas
Anamnesis Lansia
Muda: 60-
69 tahun
Lansia
Madya:
70-79
tahun
Lansia Tua:
80 tahun
ke atas
ordinal
46. 5. Pengetahuan Penilaian pengetahuan
masyarakat mengenai
hipertensi yang meliputi
pengertian, gejala, akibat,
dan pencegahan.
*sesuai bab 2
Metode kuesioner
yang terdiri dari 10
pertanyaan dengan
2 pilihan jawaban
-jawaban yang
benar diberi skor 1
-jawaban yang
salah diberi skor 0
Kategori
penelititan dinilai
dengan
menggunakan
metode persentasi
scoring menurut
Arikunto, yaitu:
- Pengetahuan baik
bila >75%
pertanyaan
dijawab benar atau
total nilai 8-10
- Pengetahuan
cukup bila 56-75%
pertanyaan
dijawab benar atau
total nilai 5-7
- Pengetahuan
kurang bila <56%
pertanyaan
dijawab benar atau
total nilai <6
Ordinal
47. 6. Sikap Bentuk reaksi atau respon
masyarakat terhadap hipertensi.
Diukur menggunakan
skala guttman
Menggunakan
kuesioner, pertanyaan
diajukan sebanyak 10
pertanyaan dengan 2
pilihan jawaban
Untuk pertanyaan
positif (favorable)
diberi skor:
2: setuju (S)
1: tidak setuju (TS)
Untuk pertanyaan
negatif (unfavorable)
diberi skor:
1: setuju (S)
2: tidak setuju (TS)
Kategori penelitian
dinilai dengan
menggunakan metode
persentaasi scoring
menurut Arikunto
yaitu:
- Kategori baik, apabila
nilai total jawaban
>75% dari nilai
tertinggi yaitu >15
- Kategori cukup,
apabila nilai total
jawaban 56-75% dari
nilai tertinggi yaitu 12-
15
- Kategori kurang,
apabila nilai total
jawaban <56% dari
nilai tertinggi yaitu
<12
48. 7. Perilaku Respon masyarakat
dalam menghadapi
masalah hipertensi
yang dialaminya
Diukur dengan
skala guttman
Diukur dengan
kuesioner,
pertanyaan
diajukan
sebanyak 10
pertanyaan
dengan 2
pilihan
jawaban
Pemberian skor
seperti berikut:
- Tidak
dilakukan: 0
- Dilakukan: 1
- Baik >75%
Skor 8-10
- Cukup 56-75%
: 5-7
- Kurang: <56%
: 0-4
Ordinal
49. 8. Edukasi kader
di Posyandu
(edukasi
kelompok)
Kegiatan
penyuluhan kader
posyandu lansia
kepada pasien lansia
prehipertensi dan
hipertensi saat
diadakannya
posyandu lansia di
RW 05 Kelurahan
Kebon Kosong I
(secara
berkelompok)
- Ya
Tidak
Nominal
53. HASIL
Karakteristik sosiodemografi pasien lansia hipertensi di RW 5
Kelurahan Kebon Kosong I baik yang mengikuti posyandu maupun
tidakmengikuti posyandu dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Variabel Datang posyandu
N=30
Tidak datang posyandu
n= 27
Jumlah Presentase % Jumlah Presentase %
Usia (Tahun)
60-69 tahun
70-79 tahun
≥ 80 tahun
22
8
0
73,3
26,7
0
20
5
2
74
18,5
7,5
Agama
Islam 30 100 27 100
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
16
10
1
3
0
53,4
33,3
3,3
10
0
8
12
4
2
1
29,6
44,5
14,8
7,4
3,7
Pekerjaan
Tidak Bekerja
Bekerja
21
9
70
30
20
7
74,1
26,9
Status Perkawinan
Kawin
Belum Kawin
Cerai Mati
Cerai Hidup
25
0
5
0
83,3
0
16,7
0
15
1
11
0
55,6
3,7
40,7
0
Kepemilikan
Jaminan Kesehatan
Ya
Tidak
27
3
90
10
24
3
88,9
11,1
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Frekuensi
RT
Distribusi Frekuensi Lansia Hipertensi per RT di RW 5 Kelurahan Kebon Kosong I
54. DISTRIBUSI FREKUENSI PSP
Variabel Datang posyandu
N=30
Tidak datang posyandu
n= 27
Jumlah Presentase % Jumlah Presentase %
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
27
3
0
90
10
0
3
17
7
11,1
63
25,9
Sikap
Baik
Cukup
Kurang
30
0
0
100
0
0
7
14
6
26
51,8
22,2
Perilaku
Baik
Cukup
Kurang
26
4
0
86,7
13,3
0
0
14
13
0
51,8
48,2
55. PENGARUH EDUKASI KADER DENGAN PSP
KETERANGAN PENGETAHUAN TOTAL
(%)
P
BAIK CUKUP KURANG
IKUT POSYANDU 27 3 0 52,6 0.00
TIDAK IKUT POSYANDU 3 17 7 47,4
TOTAL 30 20 7 100
terdapat perbedaan yang bermakna antara pasien lansia
pre hipertensi dan hipertensi yang mengikuti posyandu
lansia (diberikan edukasi oleh kader di posyandu lansia)
dengan yang tidak mengikuti posyandu lansia dengan
nilai p<0.05 (0.00) terhadap pengetahuan tentang
Hipertensi.
56. PENGARUH EDUKASI KADER DENGAN PSP
KETERANGAN SIKAP TOTAL
(%)
P
BAIK CUKUP KURANG
IKUT POSYANDU 30 0 0 52,6 0.00
TIDAK IKUT POSYANDU 7 14 6 47,4
TOTAL 37 14 6 100
diketahui bahwa sebanyak 100% pasien lansia
prehipertensi dan hipertensi yang mengikuti posyandu
lansia (mendapat edukasi oleh kader di posyandu lansia)
memiliki sikap yang baik terhadap penyakitnya.
Didapatkan p<0.05 (0,00) yang menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna.
57. PENGARUH EDUKASI KADER DENGAN PSP
KETERANGAN PERILAKU TOTAL
(%)
P
BAIK CUKUP KURANG
IKUT POSYANDU 26 4 0 52,6 0.00
TIDAK IKUT POSYANDU 0 14 13 47,4
TOTAL 26 18 13 100
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil
bahwa mayoritas perilaku pasien lansia pre hipertensi
dan hipertensi yang mengikuti posyandu lansia ialah baik.
Sedangkan, pasien yang tidak mengikuti posyandu lansia
memiliki perilaku yang kurang terhadap penyakitnya.
terdapat perbedaan yang bermakna terhadap
perilaku pasien lansia pre hipertensi dan
hipertensi yang mendapatkan edukasi oleh kader
di posyandu lansia dengan yang tidak mengikuti
posyandu lansia dengan nilai p<0,05 (0,00).
59. 1. Sebaran Karakteristik
• Sebaran karakteristik pasien lansia prehipertensi dan
hipertensi di RW 5 Kelurahan Kebon Kosong I periode
23 Oktober 2017 – 17 Januari 2018 mayoritas berada
pada kelompok usia 60-69 tahun, pendidikan rendah,
, tidak bekerja, beragama Islam dan memiliki jaminan
kesehatan
60. Perbandingan Penelitian Lain
• penelitian Darmanto J, et al (2015) dimana didapatkan
sebanyak 73,6% lansia hipertensi yang datang ke posyandu
lansia berada pada rentang usia 60-74 tahun. Sesuai .
• Penelitian Rahayu et al (2010) menyatakan bahwa lansia yang
berusia 75 tahun ke atas tidak aktif mengikuti posyandu
dikarenakan adanya penurunan fungsi tubuh.23 Selain itu,
penelitian Pratiwo (2006) mengatakan lansia kelompok 60-74
tahun memiliki mobilitas, kemampuan ingatan, serta motivasi
berperilaku sehat yang lebih baik dibandingkan dengan
kelompok usia yang lebih tua >80 tahun Tidak ada pada
penelitian Kami
61. Dasar Pendekatan Lansia RW 5
• pendidikan rendah, , tidak bekerja, beragama Islam
dan memiliki jaminan kesehatan
• Menentukan Program yang akan diambil.
62. 2. Peran Edukasi
• Selain obat-obatan, salah satu pilar penting dalam
pengelolaan hipertensi adalah tatalaksana non
farmakologis. Dalam guideline JNC VII dibahas mengenai
modifikasi gaya hidup pada penderita hipertensi,
diantaranya adalah: penurunan berat badan, pola makan
DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension),
restriksi garam, serta aktivitas fisik. Edukasi mengenai
modifikasi gaya hidup dapat diberikan oleh tenaga
kesehatan atau pihak-pihak yang berperan, seperti kader
kesehatan yang telah mengikuti pelatihan.12
63. Metode edukasi yang dilakukan
pada penelitian ini ialah metode
edukasi berbasis komunitas.
Metode ini sependapat dengan Camphell
(2014) yang menyatakan bahwa upaya
intervensi harus berfokus pada
pemberdayaan masyarakat, dalam hal ini
melibatkan kader untuk mempengaruhi
gaya hidup pasien hipertensi terutama
kelompok rentan (misalnya lansia).32
Metode ini juga didukung oleh penelitian
lain seperti Fulton, Scheffler, Sparkes,
Auh, et al (2011) yang menyatakan
bahwa efektivitas peran kader dapat
menjadi alternatif kebijakan dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan.33
64. 3. Pengaruh Edukasi terhadap Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku
Thomas JA et al.37
melakukan penelitian
prospektif untuk
mengetahui efek
konseling terhadap
pengetahuan, sikap, dan
perilaku pasien
hipertensi.
Pasien diberikan edukasi
mengenai hipertensi,
tatalaksana, komplikasi,
modifikasi gaya hidup dan
kepatuhan berobat.
Selain itu, setiap pasien
memperoleh leaflet.
Kemudian, follow up
dilakukan setelah 3 bulan
dengan mengisi kuesioner
pengetahuan, sikap, dan
perilaku yang sama
seperti sebelum
mendapatkan edukasi.
Setelah intervensi
didapatkan peningkatan
nilai rerata ± simpangan
baku pengetahuan, sikap,
dan perilaku dari
11.76(SD±4.58);
5.14(SD±2.13);
9.26(SD±1.66) menjadi
14.29(SD±2.95);
5.74(SD±1.39);
10.32(SD±1.33).
65. FACT
1
Pada penelitian ini, secara garis
besar terdapat perbedaan nilai
pengetahuan, sikap, dan
perilaku pada kedua kelompok
penelitian. Pasien yang
mengikuti posyandu memiliki
nilai pengetahuan (90%), sikap
(100%), dan perilaku (86,7%)
yang baik. Sementara itu,
kelompok yang memperoleh
edukasi secara individu
mayoritas memiliki tingkat
pengetahuan, sikap, dan
perilaku cukup. Hasil uji
statistik untuk ketiga variabel
tersebut menunjukkan
perbedaan yang bermakna, p <
0,005.
FACT
2
Dari penelitian ini, perbedaan
yang dapat diidentifikasi jika
dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya adalah
metode pemberian edukasi.
Dalam penelitian ini, pasien
hanya memperoleh edukasi
secara verbal dalam satu
waktu. Selain itu, edukasi yang
diberikan di posyandu lansia
sifatnya kelompok, sedangkan
saat kunjungan rumah
bentuknya yaitu edukasi
personal. Hal tersebut menjadi
salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap
penelitian.
Penelitian
lain
Lu C et al.38 dilakukan 3 bentuk
edukasi mengenai hipertensi
pada kelompok pasien yang
berbeda selama 2 tahun.
Kelompok pertama
memperoleh edukasi dengan
metode self-learning, kelompok
kedua melalui penyuluhan
bulanan, sedangkan kelompok
ketiga menggunakan metode
edukasi workshop yang
interaktif
Hasilnya menunjukkan
bahwa dalam jangka waktu 2
tahun kelompok kedua dan
ketiga memiliki frekuensi
pasien dengan peningkatan
tekanan darah terkontrol lebih
banyak.
66. Kesimpulan
Ditemukan sebanyak 57 pasien lansia prehipertensi dan hipertensi di RW 5 Kelurahan Kebon Kosong I
menjadi konsen serius dalam melakukan aktif case finding secara berkala dalam optimalisasi kesehatan
pada lansia.
• Sebaran karakteristik pasien lansia
prehipertensi dan hipertensi di RW 5
Kelurahan Kebon Kosong I periode 23
Oktober 2017 – 17 Januari 2018 mayoritas
berada pada kelompok usia 60-69 tahun,
pendidikan rendah, beragama Islam, tidak
bekerja dan memiliki jaminan kesehatan
menjadi dasar dalam penanganan lansia
seperti pendekatan berbasis kegiatan
agama Islam dengan metode sederhana
dan waktu yang lebih fleksibel dalam
usaha peningkatan kesehatan lansia.
• Terdapat pengaruh yang bermakna
positif dimana pasien prehipertensi
dan hipertensi yang ikut posyandu
lansia memiliki pengetahuan, sikap,
dan perilaku lebih tinggi yang
memiliki potensi kecenderungan
keberhasilan dalam pencegahan
dan keberhasilan terapi pada
pasien hipertensi.
67. Saran
• Menambah periode penelitian, sehingga dengan periode
yang lebih panjang maka diharapkan desain penelitian
seperti kasus-kontrol, kohort, atau eksperimen dapat
digunakan sehingga dapat lebih menggambarkan
hubungan sebab-akibat.
• Menambah variabel penelitian, seperti diet dan aktivitas
fisik, serta tekanan darah. Apabila penelitian selanjutnya
menggunakan desain eksperimental, dapat diukur pula
variabel seperti gaya hidup pada pasien hipertensi.
• Memperluas sampel penelitian. Diharapkan penelitian
selanjutnya tidak hanya dalam lingkup RW, tetapi bagi
pasien lansia pre hipertensi dan hipertensi yang
berdomisili di Kelurahan Kebon Kosong I atau lingkup
yang lebih luas.
Keterbatasan
• Penelitian ini dilakukan dengan
beberapa keterbatasan penelitian
yang dengan keterbatasan tersebut
dapat berpengaruh terhadap hasil
penelitian. Keterbatasan yang ada
dalam penelitian ini ialah periode
penelitian yang digunakan hanya 3
bulan (keterbatasan waktu) dan
sumber daya manusia yang ada.
68. penelitian ini dapat berimplikasi bagi:
•Bagi Pemerintah, penelitian ini dapat membantu untuk evaluasi peraturan
pemerintahan mengenai posyandu lansia dan kader posyandu lansia. Dengan
diketahuinya pengaruh edukasi oleh kader posyandu lansia, pemerintah dapat
menegaskan pentingnya peran kader posyandu ataupun memberikan kebijakan
terhadap penatalaksanaan penyakit kronis, dalam hal ini hipertensi pada lansia.
•Bagi Puskesmas, penelitian ini dapat membantu dalam hal pendataan pasien
lansia dengan prehipertensi dan hipertensi, serta evaluasi program posyandu
lansia. Penelitian ini dapat menjadi dasar guna mengoptimalkan peran kader
posyandu lansia dan posyandu lansia itu sendiri.
•Bagi Masyarakat, khususnya kader, penelitian ini dapat membantu terhadap
peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader mengenai hipertensi. Bagi
masyarakat umum, penelitian ini dapat menjadi motivasi agar rajin datang ke
posyandu lansia. Penelitian ini juga dapat menjadi motivasi bagi kader
posyandu lansia untuk mengoptimalkan perannya kepada masyarakat.
69. DAFTAR PUSTAKA
1. Hipertensi/Tekanan Darah Tinggi. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013.h.88
2. Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014: Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional;
2014
3. Kementrian Kesehatan RI. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan 2015-2019; 2015.
4. Riset Kesehatan Dasar Nasional. Kementrian Kesehatan Indonesia, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan; 2013.
5. Abidin AY, Ahsan, Setyoadi. Hubungan Peran Kader Kesehatan Dengan Tingkat Kualitas Hidup
Lanjut Usia. Jurnal Ilmu Keperawatan (1):2;2013.
6. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.
7. Depkes RI. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas Kesehatan I. Jakarta; 2005.
8. Peraturan Dalam Negri Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial
Dasar di Pos Pelayanan Terpadu.
9. Maryam, siti, et al. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta:Salemba Medika; 2008.
10. Komisi Nasional Lanjut Usia. Profil Penduduk Lansia; 2010.
11. Alexander M, Gordon NP, Davis CC, Chen RS. (2003). Patient Knowledge and Awareness of
Hypertension Is Suboptimal : Result From a Large Health Maintenance Organization. The Journal Of
Clinical Hypertension. 5 (4) : 254-260.
12. Martin J. (2008). Hypertension Guidelines: Revisiting The JNC 7 Recommendations. The Journal of
Lancaster General Hospital. 3 (3) : 91-97
13. Rosamond W, Flegal K, Furie K, et al. Heart Disease and Stroke Statistics 2008 Update: A Report
from the American Heart Association Statistics Committee and Stroke Statistics Subcommittee.
Circulation 2008;117;e25-e146.
14. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Hypertension
2003;42;1206-1252.
15.Lee, J.K. (2013). Evaluation of a Medication Self Management Education Program for
Elderly with Hypertension Living in the Community. J. Korean Acad Nurs. 43 (2): 267-275.
16.Eugene V, Bourne PA. (2013). Hypertensive Patients: Knowledge, Self-care Management
practice and Challenges. J Behav Health. 2 (3) : 259- 268.
17.Allibe M, Babici D, Chantrel YF, Lesquerbault B, Dubau M, Fickl R, et al. (2016). Appraisal
of The Knowledge of Hypertensive Patients Regarding Blood Pressure Control and
Comordities: Results of a French Regional Survey. High Blood Press Cardiovasc Prev. 23
(4) : 365-372.
18.Ragot S, Sosner P, Bouche G, Guillemain J, Herpin D. (2005). Appraisal of The Knowledge
of Hypertensive Patients and Assessment of The Role of The Pharmacists In The
Management of Hypertension: Result of a Regional Survey. Journal of Human
Hypertension. 577-584.
19.Kumar S. Hypertension Management Through Patient Education. The University of
Fransisco. Master’s Projects and Capstones. 2015.
20.Lu CH, et al. Community-based interventions in hypertensive patients: a comparison of
three health education strategies. BMC Public Health 15(33);2015.
21.Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
cipta;2012.
22.Darmanto J, Arneliawati, Woferst R. Hubungan Kinerja Kader Posyandu Lansia dengan
Motivasi Lansia Mengunjungi Posyandu Lansia. Jom 2(1);2015.
23.Rahayu S, Urwanta, Hajanto D. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakaktifan lanjut
usia ke posyandu lansia di puskesmas gebongan salatiga. Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan 6(0);2010.
24.Pratiwo, Suryo, et al. Analisis pengaruh faktor nilai hidup, kemandirian, dan dukungan
keluarga terhadap perilaku sehat lansia di kelurahan Medono kota Pekalongan. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia 1(2);2006.
25.Setyoadi, Ahsan, Abidin AY. Hubungan Peran Kader Kesehatan Dengan Tingkat Kualitas
Hidup Lanjut Usia. Jurnal Ilmu Keperawatan 1(2);2013.
26.World Health Organization. Adherence to long-term therapies. Geneva: WHO; 2003.
27.Khoshdel A, Jafari SMS, Heydari ST, Abtahi F, Ardekani A, Lak FJ. The Prevalence of
Cardiovascular Disease Risk Factors, and Metabolic Syndrome among Iranian Military
Parachutists. International cardiovascular research journal. 2012;6(2).
28.Weir MR, Maibach EW, Bakris GL, Black HR, Chawla P, Messerli FH, et al. Implications of a health
lifestyle and medication analysis for improving hypertension control. Archives of internal
medicine. 2000;160(4):481-90.
29.Chiu CW, Wong FK. Effects of 8 weeks sustained follow-up after a nurse consultation on
hypertension: a randomised trial. International journal of nursing studies. [Randomized
Controlled TrialResearch Support, Non-U.S. Gov’t]. 2010;47(11):1374-82.
30.Ostovan MA, Zibaeenezhad MJ, Keshmiri H, Shekarforoush S. The impact of education on weight
loss in overweight and obese adults. International cardiovascular research journal. 2013;7(3):79-
82.
31.Wang YR, Alexander GC, Stafford RS. Outpatient hypertension treatment, treatment
intensification, and control in Western Europe and the United States. Archives of internal
medicine. [Comparative StudyResearch Support, N.I.H., ExtramuralResearch Support, Non- U.S.
Gov’tResearch Support, U.S. Gov’t, P.H.S.]. 2007;167(2):141-7.
32.Camphell, ES. Empowerment as A Management Strategy in Hypertensive African American
Women. European Journal of Research in Social Sciences 2(1);2014.
33.Fulton BD, Schelffler RM, Sparkes SP, Auh EY, et al. Health Workforce Skill Mix and Task
Shifting in Low Income Countries: A Review of Recent Evidence. Hum Resour Health 9(1);2011.
34.Mubarak W. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika;2012.
35.Ribeiro CD, Resqueti VR, Lima I, Dias FAL, Glynn L, Fregonezi. Educational interventions for
improving control of blood pressure in patients with hypertension: a systematic review protocol.
BMJ Open. 2015;5:1-5.
36.Magadza C, Radloff SE, Srinivas SC. The effect of an educational intervention on patients’
knowledge about hypertension, beliefs about medicines, and adherence. Res Soc Adme Pharm.
2009;5:363–75.
37.Thomas JA, Snigdha KS, Karanath PM, Swaroop AM. Impact of patient counselling on
knowledge, attitude, and practice of hypertensive patients in a tertiary care hospital. Int J Pharm
Sci. 2017;9:122-5