Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Berikut adalah deskripsi beserta gambaran mengenai cara-cara mengolah limbah cair rumah sakit.
Disertai dengan :
1 .Teknik-teknik yang umum digunakan
2. Karakteristik Limbah Rumah Sakit
3. Standar Baku Mutu Limbah Rumah Sakit
Untuk Konsultasi dan Pemasangan IPAL Bagi Rumah Sakit. Silahkan Langsung kontak ke :
Mr Anggi Nurbana
0878 7373 3767 / 0852 8832 5902 / 0857 1147 2834
anggi.kkei@gmail.com
Pentingnya penerapan hiygiene sanitasi di kantin sekolah. kantin sekolah merupakan sarana pemenuhan asupan gizi bagi para penerus bangsa. sehingga Higiene sanitasi sangat mutlak diperlukan dalam penerapannya.
Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
Berikut adalah deskripsi beserta gambaran mengenai cara-cara mengolah limbah cair rumah sakit.
Disertai dengan :
1 .Teknik-teknik yang umum digunakan
2. Karakteristik Limbah Rumah Sakit
3. Standar Baku Mutu Limbah Rumah Sakit
Untuk Konsultasi dan Pemasangan IPAL Bagi Rumah Sakit. Silahkan Langsung kontak ke :
Mr Anggi Nurbana
0878 7373 3767 / 0852 8832 5902 / 0857 1147 2834
anggi.kkei@gmail.com
Pentingnya penerapan hiygiene sanitasi di kantin sekolah. kantin sekolah merupakan sarana pemenuhan asupan gizi bagi para penerus bangsa. sehingga Higiene sanitasi sangat mutlak diperlukan dalam penerapannya.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
pelajaran geografi kelas 10
Geografi pada hakekatnya mempelajari permukaan bumi melalui pendekatan keruangan yang mengkaji keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan kewilayahannya. Pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan melalui media peta, hal ini karena peta merupakan media yang sangat penting dalam pem-belajaran geografi. Pembelajaran Geografi pada materi “Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi” merasa belum mampu mengoptimalkan aktivitas siswa khususnya kemampuan membaca peta sehingga ber-pengaruh pada perolehan hasil belajar. Guru merasa kesulitan mem-belajarkan konsep-konsep geografi pada siswa. Hasil identifikasi awal, ditemukan beberapa indikator penyebab diantaranya: (1) minimnya kemampuan siswa menunjukkan letak suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) kurangpahamnya siswa tentang orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3) minimnya kemampuan siswa dalam mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, dan (4) kemampuan siswa mengungkap informasi yang ada pada peta sangat kurang. Pelatihan melengkapi peta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca peta sehingga ada peningkatan pada hasil belajar geografi.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta. Kemampuan membaca peta tersebut meliputi: (1) kemampuan menunjukkan letak suatu tempat/ lokasi geografis tertentu, (2) kemampuan mengartikan/ membaca simbol-simbol yang ada pada peta, dan (3) kemampuan memahami orientasi peta (menentukan arah pada peta).
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis Taggart 1999. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus ”Gain Score” yaitu membandingkan data sebelum tindakan dengan data sesudah dilakukan tindakan. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan test. Instrumen penelitian adalah peneliti dan pedoman atau pengumpul data.
Hasil penelitian dalam tindakan siklus I, II, dan III pada pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) melalui pelatihan melengkapi peta setelah dilakukan refleksi, evaluasi serta analisis statistik deskriptif ternyata memperoleh peningkatan dalam hal; pertama, kemampuan membaca peta pada pra tindakan hanya memperoleh nilai 50% akan tetapi setelah dilakukan tindakan dalam setiap siklus ternyata mengalami peningkatan yaitu 56% (siklus I), 63% (siklus II), dan 72% (siklus III); kedua, proses pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rubaru melalui pelatihan melengkapi peta pada setiap siklus juga memperoleh peningkatan yaitu 63% (siklusI), 65% (siklus II), dan 70% (siklus III); ketiga, aktivitas belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu 50% (siklus I), 65% (siklus II), dan 75% (siklus III).
Temuan penelitian ini mendukung teori perkembangan yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky bahwa pros
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
1. By Icih Sukasih, SKM
PELATIHAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES
UPELKES-DINKES PROPINSI JAWA BARAT
Bandung, 16 s.d 21 September 2019
TATA-TATA CARA
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT
B3 MEDIS DI FASYANKES
2. 2
oleh:
• ICIH SUKASIH, SKM
• Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan
• PUSAT MATA NASIONAL RS.MATA CICENDO BANDUNG
4. LATAR BELAKANG
4
▪ MENCEGAH TERJADINYA PENCEMARAN TERHADAP LINGKUNGAN
▪ MENCEGAH TERJADINYA PENULARAN PENYAKIT/INFEKSI DAN KECELAKAAN KERJA
▪ MENGHINDARI PENYALAHGUNAAN LIMBAH
▪ PENAATAN PROPER DARI KLHK
▪ PEMENUHAN STANDAR UNTUK AKREDITASI NASIONAL DAN INTERNASIONAL
MELAKSANAKAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 SESUAI
PERSYARATAN DAN REGULASI YANG BERLAKU
5.
6. 6
Pokok dan Sub Pokok Bahasan
1. Konsep Pengelolaan Limbah Medis
Padat Fasyankes
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Kuantitas Limbah Medis Padat
d. Sumber Limbah Medis Padat
e. Jenis Limbah Medis Padat
f. Karakteristik Limbah Medis Padat
g. Wadah Limbah Medis Padat
•Kategori,
•Kode Warna
•Symbol
7. 7
a.Tahapan dalam pengelolaan
•Pengurangan
•Pemilahan
•Pewadahan
•Pengumpulan limbah
•Pengangkutan
•Penyimpanan
▪ Pengolahan
b. Teknik pengelolaan limbah medis padat
•Penyusunan SPO tahapan pengelolaan limbah medis padat
•Cara pengelolaan limbah medis padat sesuai SPO yang disusun
2. Pengelolaan Limbah Medis Padat
Sesuai Prosedur
Pokok dan Sub Pokok Bahasan
8. 8
TUJUAN PELATIHAN
UMUM:
Mampu mengelola limbah medis padat
KHUSUS :
1. Menjelaskan konsep pengelolaan limbah medis padat
2. Melakukan Pengelolaan sesuai prosedur
9. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P.56/Menlhk-Setjen/2015
TENTANG : TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
9
DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH PADAT B3 MEDIS
FASYANKES :
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 101 TAHUN 2014
TENTANG : PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Undang-Undang RI No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
11. PENGERTIAN :
LIMBAH B3 (PP 101/2014, PERMENLHK 56/2015)
LIMBAH
BAHAN
BERBAHAYA
DAN
BERACUN
LIMBAH
BAHAN
BERBAHAYA
DAN
BERACUN
… yang selanjutnya disingkat B3 adalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan mahluk hidup lain
… adalah sisa suatu
usaha dan/atau
kegiatan
… yang selanjutnya disebut
limbah B3 adalah suatu
sisa usaha dan/atau
kegiatan yang
mengandung B3
12. 12
TUJUAN
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES
Untuk melindungi ..... petugas, pasien dan pengunjung
..... dari terjadinya gangguan kesehatan dan keselamatan kerja
serta menurunnya kualitas lingkungan fasyankes akibat limbah
medis yang hasilkan fasyankes.
13. • Tingkat Aktifitas (Bed Occupancy Rate, Jumlah pasien per hari, Dan/atau jumlah petugas)
• Lokasi (Rural atau Urban)
• Tingkat pengembangan layanan (Penambahan jenis pelayanan)
• Jenis ruangan (Ruang Rawat Inap-Rawat Jalan, Ruang Operasi –tindakan invasif lain)
• Regulasi
• Praktek pemilahan
• Jenis kelas perawatan (VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III)
• Variasi temporer
13
KUANTITAS LIMBAH PADAT MEDIS
Faktor yang mempegaruhi kuntitas limbah:
14. LOG BOOK LIMBAH B3
MASUKNYA LIMBAH B3 KE TPS LB3 KELUARNYA LIMBAH B3 DARI TPS SISA DI
TPS
NO JENIS LB3
MASUK
KODE
LIMBAH
TGL
MASUK
LIMBAH
SUMBER LB3 JML LB3
MASUK
MAX
SIMPAN
(hari)
TGL
KELUAR
LIMBAH
JML
LIMBAH
KELUAR
TUJUAN NO
MANIFEST
SISA DI
TPS
1 LIMBAH KLINIS
INFEKSIUS
A337-1 04-05-2017 RUANG
OPERASI
KG 2 06-05-2017 PT. PPLi AA KG
2 FARMASI
KADALUARSA
A337-2 07-05-2017 RUANG OBAT KG 90 - - - - KG
3 BAHAN KIMIA
KADALUARSA
A337-3 LABORATORIU
M
KG 90 KG
4 PERALATAN
MEDIS LOGAM
BERAT
A337-5 RUANG
PEMERIKSAAN
KG KG
5 SLUDGE IPAL B337-2 FILTER PRESS
IPAL
KG KG
6 OLI BEKAS B105d BENGKEL KG KG
Ditindaklanjuti sendiri
atau
Oleh pihak ketiga
15. LIMBAH
FASYANKES
PADAT
CAIR
GAS LIMBAH B3
. B3 MEDIS
. B3 NON MEDIS
DOMESTIK
limbah infeksius,
limbah patologi,
limbah benda tajam,
Limbah farmasi,
limbah sitotoksis,
limbah kimiawi,
limbah radioaktif,
limbah tabung gas/kontainer
bertekanan, dan
limbah dari peralatan medis
dengan kandungan logam berat yang
tinggi
limbah padat dari dapur,
perkantoran, taman, dan halaman
yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya
semua air buangan termasuk
tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi
kesehatan
semua limbah yang berbentuk
gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit
seperti insinerator, dapur,
perlengkapan generator,
anastesi, dan pembuatan obat
citotoksik
Sumber: PERMENKES NO 7/2019
Kategori/
Jenis LB3
15
Limbah B3 dalam
PermenLHK No.56 Tahun 2015
16. 16
limbah infeksius,
limbah patologi dan Anatomi
limbah benda tajam,
Limbah farmasi berbahaya
limbah sitotoksis,
limbah kimia berbahaya
limbah dengan kandungan logam berat
yang tinggi
limbah kontainer bertekanan,
limbah yang sangat infeksius dan
limbah radioaktif,
KATEGORI/JENIS LIMBAH B3
MENURUT WHO/ORGANISASI
KESEHATAN DUNIA yaitu sebagai
berikut:
17. 17
JENIS DAN KARAKTERISTIK LIMBAH PADAT B3 MEDIS
JENIS LIMBAH
limbah infeksius,
limbah patologi dan Anatomi
limbah benda tajam,
Limbah farmasi berbahaya
limbah sitotoksis,
limbah kimia berbahaya
limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi
limbah kontainer bertekanan,
limbah radioaktif,
KARAKTERISTIK LIMBAH
Limbah yang mengandung Mikroorganisme
Patogen (bakteri,virus,parasit, jamur)
Limbah yang berasal dari cairan/jaringan tubuh
Contohnya jarum,peralatan infus, skatpel dll
Limbah yang mengandung bahan farmasi
limbah yang mengandung bahan yang bersifat
genotoksik (obat-obatan yang dipakai kemo terapi)
limbah yang mengandung bahan kimia (bahan
reaget di laboratorium)
Baterai, termometer pecah, alat ukur tekanan
darah
Tabung gas, gas cartridge,kaleng aerosol
limbah yang mengandung bahan radioaktif, (cairan
yang tidak di pakai dari terapi radioaktif
18. Wadah Limbah Medis Padat
18
Dalam melaksanakan Pemilahan minimal ada 3
wadah yang di letakkan di sumber penghasil yaitu
untuk limbah:
1. Jarum suntik (wadah yang tahan tusukan /SAFETY
BOX)
2. Infeksius (wadah tertutup, punya pedal injakan, di
lapisi plastik warna kuning)
3. Botol infus/plastik kemasan (wadah tertutup,
punya pedal injakan, di lapisi plastik warna bening)
23. Tahapan Kegiatan Pengelolaan Limbah
• Identifikasi seluruh kegiatan (sumber)
• Identifikasi limbah dan cemaran yang dihasilkan;
• Identifikasi apakah limbah yang dihasilkan dikategorikan limbah B3;
• Kelompokkan jenis limbah B3 yang dihasilkan;
• Tentukan kodifikasi untuk seluruh limbah B3 yang dihasilkan;
• Identifikasikan rencana dan tata cara pengelolaan atau pengolahan
atas semua limbah B3 yang dihasilkan (sendiri atau pihak ketiga).
23
24. Identifikasi Limbah B3
NO LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN SUMBER DIHASILKAN
1 Infeksius dan Benda Tajam Sisa pelayanan medis
2 Sisa Kimia Kemoterapi dan antineoplastik Preparasi dan farmasi
3 formaldehid Patologi, otopsi, dialisis, unit keperawatan
4 Kimia fotografi (fixer dan developer) radiologi
5 Pelarut (solven) Patologi, histologi, laboratorium, engineering
6 Merkuri Seluruh area klinik (thermometer, pengukur tekanan
darah, tabung cantor, dll)
7 Gas Anastesi Ruang operasi
8 Etilen Oksida Pusat sterilisasi, terapi saluran pernafasan
9 Radio nuklida Onkologi radiasi
10 Larutan disinfektasi Seluruh rumah sakit, kantor, ruang operasi
11 Pelumas/olie bekas, pelarut pembersih, sisa cat,
lampu TL, degreaser, dll
Bengkel Tekhnik
24
25. 1. PENGURANGAN & PEMILAHAN
Menghindari penggunaan material yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun
apabila terdapat pilihan yang lain;
Melakukan tata kelola yang baik terhadap
setiap bahan atau material yang berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau
pencemaran terhadap lingkungan;
Melakukan tata kelola yang baik pengadaan
bahan kimia dan bahan farmasi untuk
menghindari terjadinya penumpukan dan
kedaluwarsa (First In First Out/FIFO);
Melakukan pencegahan dan perawatan berkala
terhadap peralatan.
25
26. 26
Kegiatan yang tidak dapat di
pisahkan dari Tahapan Pemilahan
yaitu :
1.Pewadahan
2.Pengumpulan/Pengemasan
3.Pengangkutan Internal
27. PEWADAHAN LIMBAH B3
27
WADAH DILENGKAPI DENGAN
PENUTUP
TERBUAT DARI BAHAN ANTI
TUSUKAN (PLASTIK PEJAL, LOGAM)
DAN ANTI BOCOR
DILENGKAPI DENGAN KANTONG
DAN SIMBOL SESUAI
KARAKTERISTIK LIMBAH
30. Pengangkutan Internal
30
1. Limbah yang telah dilakukan pemilahan dari sumber penghasil harus
segera di lakukan Pengangkutan Internal minimal 1x dalam sehari
atau jika limbah medis sudah memenuhi ¾ wadah
2. Petugas CS menyiapkan dokumen serah terima limbah medis
3. Petugas CS melaksanakanpengangkutan dari sumber penghasil ke TPS
dengan menggunakan troli berwarna kuning, simbol biohazard,
tertutup rapat dengan jalur yang telah di tetapkan
4. Troli yang di gunakan dibersihkan dan di desinfeksi setiap hari
5. Petugas cs menyerahkan limbah medis ke petugas TPS yang
sebelumnya di lakukan penimbangan dan pencatatan dalamdokumen
manifest
31. 2. PENYIMPANAN LIMBAH B3
Dilakukan dengan cara antara lain:
a. menyimpan Limbah B3 di fasilitas
Penyimpanan Limbah B3/ Cool
Storage;
b. menggunakan wadah Limbah B3
sesuai kelompok Limbah B3;
c. penggunaan warna pada setiap
kemasan dan/atau wadah Limbah
sesuai karakteristik Limbah B3; dan
d. pemberian simbol dan label Limbah
B3 pada setiap kemasan dan/atau
wadah Limbah B3 sesuai
karakteristik Limbah B3.
31
Tempat
Penyimpanan
limbah
Infeksius
33. PERSYARATAN PENYIMPANAN
Penyimpanan dalam Bangunan
penyimpanan Limbah B3 dapat
dilakukan pada fasilitas atau ruangan
khusus yang berada di dalam
bangunan:
1. kondisi tidak memungkinkan;
2. akumulasi volume limbah yang
dihasilkan relatif kecil; dan
3. limbah dilakukan pengolahan
lebih lanjut dalam waktu kurang
dari 48 sejak Limbah dihasilkan.
Batas Waktu Penyimpanan
Limbah infeksius, benda tajam,
dan/atau patologis : (Permen LHK
No 56 Tahun 2015)
▪ 2 (dua) hari pada temperatur
lebih besar dari 0O celcius ;
▪ 90 (sembilan puluh) hari pada
suhu sama dengan atau lebih
kecil dari 0O celcius (Cool
Storage) ;
33
34. PERSYARATAN LOKASI DAN FASILITAS PENYIMPANAN
PERSYARATAN LOKASI
• Persyaratan lokasi Penyimpanan
Limbah B3 meliputi:
• merupakan daerah bebas banjir
dan tidak rawan bencana alam,
atau yang direkayasa; dan
• jarak antara lokasi Pengelolaan
Limbah B3 dengan lokasi fasilitas
umum diatur dalam Izin
Lingkungan.
PERSYARATAN FASILITAS
• lantai kedap berdrainase serta mudah dibersihkan dan
dilakukan disinfeksi.
• tersedia sumber air untuk pembersihan.
• mudah diakses oleh yang berhak
• Memudahkan muat-bongkar untuk pengangkutan;
• terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir,
dan faktor lain yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
atau bencana kerja.
• tidak dapat diakses oleh hewan, serangga, dan burung.
• ventilasi dan pencahayaan yang baik dan memadai.
• jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan.
• peralatan pembersihan, pakaian pelindung, dan wadah atau
kantong limbah harus diletakkan sedekat mungkin dengan
lokasi fasilitas penyimpanan.
• dinding, lantai, dan langit-langit fasilitas penyimpanan
senantiasa dalam keadaan bersih, termasuk pembersihan
lantai setiap hari.
35. 3. Pengangkutan Limbah Padat B3 Medis di
FASYANKES
35
Apabila terjdi kecelakaan, hubungi
Telp. ..........................................
Dilakukan oleh:
a. Penghasil Limbah B3 terhadap
Limbah B3 yang dihasilkannya dari
lokasi Penghasil Limbah B3 ke:
1. tempat Penyimpanan Limbah B3
yang digunakan sebagai depo
pemindahan; atau
2. Pengolah Limbah B3 yang memiliki
izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Pengolahan Limbah B3;
atau
b. Pengangkut Limbah B3 yang memiliki
Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
Kegiatan Pengangkutan Limbah B3,
jika Pengangkutan Limbah B3
dilakukan di luar wilayah kerja
fasilitas pelayanan kesehatan.
37. 37
Bagian Pertama: diisi oleh
pengirim/penghasil LB3:
pengumpul, pemanfaat,
pengelola
Bagian Kedua: diisi oleh
pengangkut LB3
Bagian Ketiga: diisi oleh
penerima LB3: pengumpul,
pemanfaat, pengelola LB3
Dokumen Limbah B3
38. 4. PENGOLAHAN LIMBAH FASYANKES
PENGOLAHAN TERMAL
AUTOKLAF
MICROWAVE
IRADIASI
INSINERATOR
TEKNOLOGI LAIN SESUAI
PERKEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI.
PENGOLAHAN NONTERMAL
DISINFEKSI KIMIAWI
PROSES BIOLOGIS
ENKAPSULASI
INERTISASI
38
39. Kriteria Pemilihan Teknologi Pengolahan
Limbah Fasyankes
• efisiensi pengolahan;
• pertimbangan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan;
• reduksi volume dan masa (berat);
• jenis dan kuantitas Limbah yang diolah;
• infrastruktur dan ruang (area) yang diperlukan;
• biaya investasi dan operasional;
• ketersediaan fasilitas pembuangan atau penimbunan akhir;
• kebutuhan pelatihan untuk personil operasional (operator);
• pertimbangan operasi dan perawatan;
• lokasi dan/atau keadaan di sekitar lokasi pengolahan;
• akseptabilitas dari masyarakat sekitar; dan
• persyaratan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
39
40. 40
Pengoperasian Autoclaf tipe vakum dilakukan
dengan:
1. Temperatur lebih besar atau sama dengan 121
0C, Tekanan15 psi atau 1,02 atm, waktu tinggal
didalam autoclaf sekurang–kurangnya 45 menit.
2. Temperatur lebih besar atau sama dengan 135
0C, Tekanan 31 psi atau2,11 atm, waktu tinggal
didalam autoclaf sekurang–kurangnya3 0 menit.
Uji validasi: harus mampu membunuh spora
Bacillus stearothermophilus
1. Pengoperasian Gelombang Mikro dilakukan
dengan temperatur 1000C, waktu tinggal paling
singkat 30 menit
Pengoperasian Autoclaf tipe alir gravitasi
dilakukan dengan:
1. Temperatur lebih besar atau sama dengan
121 0C, Tekanan 15 psi atau 1,02 atm,
waktu tinggal didalam autoclaf sekurang–
kurangnya 60 menit
2. Temperatur lebih besar atau sama dengan
135 0C, Tekanan 31 psi atau2,11 atm,
waktu tinggal didalam autoclaf sekurang–
kurangnya 45 menit
3. Temperatur lebih besar atau sama dengan
149 0C, Tekanan 52 psi atau 3,54 atm,
waktu tinggal didalam autoclaf sekurang–
kurangnya 30 menit.
Pengolahan limbah medis dengan Autoklaf dan Gelombang Mikro
47. • Efisiensi pembakaran > 99,95%;
• Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) minimum 800 oC
(temperatur operasional);
• Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber) minimum 1000
oC (temperatur operasional), dengan waktu tinggal minimum 2 (dua)
detik;
• Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet scrubber);
• Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan tanah; dan
• Memenuhi baku mutu emisi.
• Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada temperatur 1200 oC.
47
INSINERATOR
49. ✓ Di musnahkan dalam INCENERATOR, atau
KERJASAMA dengan Pihak ke 3 berijin
✓ Pewadahannya dengan KRESEK KUNING
✓ Jarum suntik+spluit dan benda tajam di tampung
dalam Safety Box
✓ Pengangkutan limbah B3 Medis setiap 2 hari
sekali
Pengelolaan Limbah Padat B3 Medis
(Limbah Infeksius dan sangat Infeksius,
Patologi dan Anatomi, Farmasi,
Sitotoksik)
50. Pengelolaan Limbah Padat
B3 Non Medis (Lampu
bekas, Batu baterai bekas, Olie
bekas, Accu bekas,
Sludge/Lumpur IPAL)
• Bekerja sama dengan Pihak yang
berijin
51. •Pilih vendor/ perusahaan pengolah yang memiliki ijin
dari KLHK untuk mengolah limbah B3 sesuai dengan
karakteristik limbah B3 yang dihasilkan
•Pastikan transporter memiliki ijin dari KLHK sebagai
transporter dan kendaraan pengangkut memiliki ijin
dari Dinas Perhubungan
•Pengirim, pengangkut, dan pengolah harus memiliki
manifest elektronik (festronik)
51
Kerjasama pengolahan limbah
52. 52
Pratama Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kimia / disinfeksi:
a) Jenis disinfektan
b) Jenis mikroorganisme
c) Konsentrasi disinfektan dan waktu kontak natrium hipoklorit lama kontak
desinfeksi antara 15 -30 menit
d) Derajat keasaman (pH)
e) Suhu
f) Fisika dan kimia pada proses
PROSES KIMIA
54. 54
ENKAPSULASI
1. Enkapsulasi adalah salah satu proses solidifikasi untuk mengurangi potensi
racun dan kandungan limbah B3 melalui upaya memperkecil/membatasi
daya larut, pergerakan/penyebaran dan daya racunnya sebelum limbah B3
tersebut dibuang ke tempat penimbunan akhir
2. Enkapsulasi dilakukan dengan cara memasukkan limbah sebanyak 2/3 dari
volume wadah dan selanjutya di tambahkan material immobilisasi (berupa
pasir bituminus dan atau semen) sampai penuh sebelum wadahnya di
tutup dan dikunkung
3. Jenis limbah yang dapat dilakukan enkapsulasi antara lain : Limbah benda
tajam, limbah farmasi, abu terbang dan atau abu dasar dari Insinerator
4. Penerpan Enkapsilasi harus mendapat persetujuan dari DLH Kota sesuai
dengan PP No 101 tahun 2014
55. 55
1. Inertisasi adalah salah satu proses solidifikasi untuk mengurangi potensi racun dan
kandungan limbah B3 melalui upaya memperkecil/membatasi daya larut,
pergerakan/penyebaran dan daya racunnya sebelum limbah B3 tersebut dibuang
ke tempat penimbunan akhir
2. Inertisasi dilakukan dengan cara limbah dicampur dengan pasir dan semen
menggunakan sekop dengan perbandingan limbah, pasir dan semen 3:2:1, hasil
pencampuran selanjutnya di tuangkan dalam sebuah cetakan dengan uk dimensi
min 40 cm x 40 cm x 40 cm, setelah cetakan tersebut sebelumnya telah dilapisi
dengan plastik sehingga dapat mengungkung campuran limbah. Hasil
pencampuran biarkan selama 5 hari agar prosenya sempurna.
3. Jenis limbah yang dapat dilakukan enkapsulasi antara lain : Limbah benda tajam,
limbah farmasi, abu terbang dan atau abu dasar dari Insinerator
4. Penerpan Enkapsilasi harus mendapat persetujuan dari DLH Kota sesuai dengan PP
No 101 tahun 2014
INERTISASI
56. 5. PENGUBURAN
Hanya untuk Limbah Patologis dan benda tajam;
Lokasi penguburan dan fasilitas penguburan
limbah medis wajib memiliki/mendapatkan
persetujuan dari BLH kabupaten/kota.
Persyaratan Kegiatan:
▪ Tidak ada fasilitas insinerator di
wilayah tsb;
▪ Pada kondisi darurat, dan setelah
disinfektasi atas limbah;
▪ Dilakukan oleh penghasil
Persyaratan teknis:
◆lokasi kuburan harus bebas banjir, kedap air dan berjarak
sekurang-kurangnya 200 m (lima puluh meter) dari sumur,
perumahan, fasilitas umum, dan kawasan lindung;
◆kedalaman kuburan sekurang-kurangnya 2 (dua) meter,
diisi dengan limbah medis sebanyak-banyaknya setengah
dari jumlah volume total, dan ditutup dengan kapur
dengan ketebalan sekurang-kurangnya 50 cm (lima puluh
sentimeter) sebelum ditutup dengan tanah;
◆kuburan harus dilengkapi pagar pengaman;
◆apabila dilakukan penambahan limbah kedalam kuburan,
tanah dengan ketebalan sekurang-kurangnya 10 cm
(sepuluh sentimeter) ditambahkan pada setiap lapisan
limbah;
◆penguburan harus dilakukan dalam pengawasan yang
ketat; dan
◆kuburan wajib dirawat dan dicatat oleh usaha dan/atau
kegiatan yang melakukan penguburan.
56
57. 6. PENIMBUNAN
57
a. Abu terbang insinerator; dan
b. Slag/abu dasar insinerator.
a. penimbunan saniter;
b. penimbunan terkendali;
dan/atau
c. Penimbunan akhir
Limbah B3 yang memiliki
Izin Pengelolaan LB
Persertujuan dari Provinsi atau Kabupaten/Kota
58. 58
TEKNIK PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT
1. Penyedian sarana dan prasarana sesuai dengan ketentuan teknis yang di persyaratkan:
a. Kantong plastik limbah dengan pembedaan warna sesuai dengan jenis limbah berdasarkan ketentuan yang
beraku
b. Kontainer/tempat sampah termasuk Safety Box
c. Label sesuai dengan jenis-jenis limbah
d. Wheelbin/troli untuk pengangkutan libah dari ruangan ke TPS
e. Timbangan
f. TPS sampah medis
g. Alat pemusnah limbah (MOU dengan pihak pengolah yang berijin)
2. Tersedianya dan di gunakannya APD (sepatu, sarung tangan, apron, masker, topi) oleh petugas dalam setiap tahap
pengolahannya
3. Terimplementasinya kegiatan pengelolaan limbah baik oleh petugas ruangan, petugas CS dan petugas TPS
4. Terlaksananya pengawasan oleh tenaga sanitarian dalam upaya mencegah terjadinya kesalahan maupun
penyalahgunaan yang tidak di harapkan
5. Tersusunya SPO dari kegiatan pengolahan limbah medis padat
59. PERLINDUNGAN PERSONEL PENGELOLAAN LIMBAH B3
• Higiene perorangan: fasilitas
mencuci tangan (dengan air
mengalir, sabun, dan alat
pengering) atau cairan antiseptik;.
• Imunisasi: Hepatitis B dan Tetanus.
• Penerapan Praktik penanganan:
• Pemeriksaan medis khusus
(medical check-up) minimal dua
tahun sekali.
• Makanan tambahan bagi petugas
pengelola limbah.
59