Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi Penghitungan Kebutuhan Pendanaan SPMMuh Saleh
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi Penghitungan Kebutuhan Pendanaan SPM.
Untuk membantu pemerintah daerah dalam menyusun rencana dan anggaran SPM bidang kesehatan yang tepat sasaran dan berbasis bukti, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) telah membangun sebuah perangkat pembiayaan (costing tool) berbasis Microsoft Excel yang disebut dengan Sistem Costing Biaya Kesehatan (Siscobikes) sejak tahun 2018. Saat ini Siscobikes telah memasuki revisi versi ke-3 dengan sejumlah penyempurnaan termasuk dengan adanya menu pre-estimasi satuan harga barang yang dapat digunakan sesuai dengan lokasi daerah masing-masing di seluruh Kabupaten dan Kota di Indonesia.
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi Penghitungan Kebutuhan Pendanaan SPMMuh Saleh
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi Penghitungan Kebutuhan Pendanaan SPM.
Untuk membantu pemerintah daerah dalam menyusun rencana dan anggaran SPM bidang kesehatan yang tepat sasaran dan berbasis bukti, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) telah membangun sebuah perangkat pembiayaan (costing tool) berbasis Microsoft Excel yang disebut dengan Sistem Costing Biaya Kesehatan (Siscobikes) sejak tahun 2018. Saat ini Siscobikes telah memasuki revisi versi ke-3 dengan sejumlah penyempurnaan termasuk dengan adanya menu pre-estimasi satuan harga barang yang dapat digunakan sesuai dengan lokasi daerah masing-masing di seluruh Kabupaten dan Kota di Indonesia.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
Mi 3 pengelolaan logistik mdt pokok bahasan 2
1. Modul Pengelolaan Logistik MDT, LJJ P2 Kusta bagi Pengelola Program
Kusta di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
1
PENGELOLAAN LOGISTIK MDT
Pokok Bahasan 2
PERMINTAAN MDT
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan MDT agar tidak
terjadi kekurangan dan kelebihan :
a. Kebutuhan MDT dihitung dalam blister masing-masing menurut kategori: MB dewasa,
MB-anak, PB-dewasa, dan PB-anak. Perhitungan menggunakan blister ini selain untuk
memudahkan persediaan dan mengawasi penggunaannya, juga disesuaikan dengan
cara WHO menghitung kebutuhan MDT.
b. Untuk mengantisipasi keterlambatan pengiriman, tambahkan satu bulan persediaan
pada jumlah kebutuhan sesungguhnya di setiap tingkatan kabupaten dan
puskesmas/UPK, kecuali untuk propinsi dan daerah sulit ditambahkan 3 bulan
persediaan.
2. Modul Pengelolaan Logistik MDT, LJJ P2 Kusta bagi Pengelola Program
Kusta di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
2
c. Formulir standard permintaan MDT (formulir permintaan MDT 1,2,3,4) harus digunakan
untuk menghitung kebutuhan sesuai penjelasan di formulir. Propinsi : form 1, kabupaten
: form 2, Puskesmas : form 3, Daerah sulit : form 4.
d. Format baku digunakan untuk memonitor permintaan dan suplai propinsi oleh pusat
(formulir monitoring MDT 5).
e. Untuk memperlancar persediaan dan mengurangi jumlah obat yang terbuang, frekuensi
yang digunakan untuk permintaan dan pengiriman persediaan MDT adalah sebagai
berikut :
Propinsi : Per Semester
Kabupaten : Per Triwulan
Puskesmas/UPK : Per Triwulan
Daerah sulit : Per tahun
f. Propinsi perlu mengirimkan format permintaan mereka sedikitnya 3 bulan sebelumnya
ke subdit kusta untuk menghindari kekurangan dan memudahkan pengepakan serta
pengiriman agar sampai ke propinsi tepat waktu. Hal ini juga akan memudahkan
propinsi menyediakan obat ke kabupaten pada setiap awal triwulan.
Misalnya: kebutuhan untuk semester I (januari-juni 2006) harus disampaikan ke pusat
paling lambat awal oktober 2005. Ini akan menyediakan waktu yang cukup bagi pusat
untuk menyiapkan dan mengirimkan MDT paling akhir pertengahan Desember 2005.
g. Puskesmas dan rumah sakit yang mengobati penderita kusta harus mengikuti
standard definisi sesuai pedoman program pemberantasan kusta untuk menghitung
kebutuhan MDT, yaitu definisi kasus baru, jangka waktu pengobatan MDT (MB & PB),
pengeluaran dari register kasus yang sembuh (RFT), kasus default dan kasus yang
pindah.
h. Perkiraan kebutuhan MDT Nasional
Kebutuhan MDT secara nasional setiap tahunnya akan dihitung oleh WHO
menggunakan formula (rumus) khusus. Akan tetapi formula ini sulit dipakai untuk
menghitung kebutuhan di setiap propinsi. Subdit kusta akan mengirimkan informasi
yang diperlukan ke WHO-HQ (headquarters) sesuai format yang ditentukan.
10.Perkiraan kasus baru
Jika tidak ada kecenderungan menurun maka perhitungan penemuan kasus baru
adalah sejumlah penemuan di tahun ini. Bahkan jika ada pola kecenderungan
3. Modul Pengelolaan Logistik MDT, LJJ P2 Kusta bagi Pengelola Program
Kusta di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
3
meningkat daerah dapat menentukan perhitungan penderita baru sesuai persentase
trend peningkatan tersebut.
Semester atau triwulan
Kasus baru yang ditemukan setiap semester/triwulan tidaklah sama dalam satu tahun.
Indonesia menunjukkan adanya variasi musiman tersebut. Untuk mengakomodasi
variasi musiman tersebut, dipakai perhitungan kesesuaian kasus baru di daerah
tersebut.
Kegiatan khusus seperti LEC, RVS dan pemeriksaan kontak yang direncanakan pada
waktu tertentu harus menjadi pertimbangan pada waktu menghitung kebutuhan MDT.
Jika tidak ada data kelompok umur dan dewasa pada penderita tipe PB dan MB, maka
kebutuhan masing-masing kategori dihitung menggunakan proporsi dari data yang ada
atau berdasarkan laporan sebelumnya.
4. Modul Pengelolaan Logistik MDT, LJJ P2 Kusta bagi Pengelola Program Kusta di
Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
4
Form-form permintaan MDT sebagai berikut :
a. Form Permintaan MDT 1 : Propinsi
Penanggung jawab program di propinsi akan mengisi format ini dua kali setahun (tiap semester)
dan mengirimkannya ke Subdit kusta selambatnya 3 bulan sebelum permulaan semester
berikutnya.
Idealnya, kebutuhan propinsi dihitung berdasarkan permintaaan kabupaten (Form permintaan MDT
2). Untuk menghindari keterlambatan memperoleh MDT dari pusat dan pendistribusian ke
kabupaten, maka kebutuhan dihitung berdasarkan laporan triwulan terakhir yang tersedia dari
semua kabupaten di propinsi itu.
Misalnya :
Kebutuhan untuk semester 1 (januari-juni) 2007 harus disampaikan ke pusat paling lambat
permulaan oktober 2006. Perhitungan didasarkan pada laporan triwulan III (september) atau
triwulan II (juni 2006) tergantung laporan terakhir yang ada. Perhitungan kebutuhan ini mungkin
tidak tepat, akan tetapi adanya persediaan cadangan tiga bulan setiap semester akan
mengatasi hal tersebut.
Penyesuaian perlu dilakukan setelah menerima semua laporan dari kabupaten sebelum
mengirimkan formulir permintaan MDT semester berikutnya untuk menghindari kekurangan atau
kelebihan MDT.
b. Form Permintaan MDT 2 : Kabupaten
Kebutuhan MDT di kabupaten harus siap sebelum permulaan triwulan untuk didistribusikan ke
UPK (Puskesmas/RS). Penanggung jawab program harus melengkapi form permintaan MDT
triwulan sebelumnya untuk menghindari keterlambatan penyediaan dan pendistribusian. Misalnya :
Untuk menyediakan MDT ke Puskesmas pada triwulan III 2006 (juli-september), kebutuhan MDT
harus diperoleh dari propinsi pada akhir juni (akhir triwulan 2). Untuk tujuan tersebut, penanggung
jawab program harus melengkapi form permintaan ini berdasarkan data yang tersedia.
5. Modul Pengelolaan Logistik MDT, LJJ P2 Kusta bagi Pengelola Program Kusta di
Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
5
Penyesuaian harus dilaksanakan setelah menerima semua laporan dari semua Puskesmas
sebelum mengirimkan formulir permintaan MDT triwulan berikutnya untuk menghindari
kekurangan dan kelebihan MDT.
c. Form Permintaan MDT 3 : UPK (Puskesmas/Rumah Sakit)
Form ini diisi oleh penanggung jawab program setiap triwulan dan disampaikan sewaktu
mengirimkan salinan register kohort ke kabupaten sekaligus mengambil MDT yang dibutuhkan.
Permintaan kebutuhan puskesmas untuk tiap tribulannya harus disampaikan ke kabupaten paling
lambat 1 bulan sebelum tribulan permintaan.
Satu bulan stok akan mengatasi keterlambatan pengadaan. Untuk penderita di daerah sulit dapat
diberikan sekaligus 1 paket MDT. (Accompanied MDT).
d. Form Permintaan MDT 4 : Kabupaten/Puskesmas Daerah Sulit
Daerah-daerah yang secara geografis sulit dijangkau karena mahal dan sulitnya transportasi akan
memakai form ini. Kebutuhan akan dikirimkan sekali setahun.
Tiga bulan persediaan stok akan mengatasi keterlambatan pengadaan. Dan pemberian paket
pada penderita adalah berdasarkan paket (Accompanied MDT).
Catatan pada setiap halaman form permintaan MDT bertujuan untuk mencatat setiap informasi
dan penjelasan yang mungkin dibutuhkan.
e. Form Monitoring MDT 5 : Pusat
Form ini digunakan untuk memantau permintaan dan penyediaan bagi masing-masing propinsi.
Kadang, persediaan di pusat tidak 100% mampu memenuhi kebutuhan seluruh propinsi karena
tergantung pengiriman oleh WHO. Monitoring ini akan membantu pusat mengatur penyediaan
yang diperlukan.