analisis kesalahan dan perilaku yang dilakukan siswa kelas VII-C MTs darul huda pasuruan dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan mata pelajaran matematika
analisis kesalahan dan perilaku yang dilakukan siswa kelas VII-C MTs darul huda pasuruan dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan mata pelajaran matematika
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...NERRU
Mathematical communication ability is a important ability to have students. This is because by having these abilities, students are able to communicate ideas or mathematical ideas both orally and in writing. However, based on preliminary studies in the form of mathematical communication and class observation tests conducted by researchers in one class at SMP Negeri 8 Kota Tangerang Selatan showed that students' mathematical communication ability is still low. The efforts that can be done is to apply a model of learning that can train and cultivate students' mathematical communication ability by applying the learning cycle 5e model. The purpose of this study is to determine the whether average of improvement mathematical communication skills of students who get learning model learning cycle 5e higher than students who obtain conventional learning. This type of research is quasi experiment. The research design used is nonequivalent control group design. The population in this research are the students of class VII.1, VII.2, and VII.3 SMP Negeri 8 Kota Tangerang Selatan and the sample is the students of class VII.2 as the experimental class and class VII.3 as the control class.
The sampling technique used cluster random sampling. Hypothesis testing of research done by parametric test (t test). In this research, it can be concluded that the average of improvement mathematical communication ability of students who get learning cycle 5e model is higher than students who get conventional learning.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...NERRU
Mathematical communication ability is a important ability to have students. This is because by having these abilities, students are able to communicate ideas or mathematical ideas both orally and in writing. However, based on preliminary studies in the form of mathematical communication and class observation tests conducted by researchers in one class at SMP Negeri 8 Kota Tangerang Selatan showed that students' mathematical communication ability is still low. The efforts that can be done is to apply a model of learning that can train and cultivate students' mathematical communication ability by applying the learning cycle 5e model. The purpose of this study is to determine the whether average of improvement mathematical communication skills of students who get learning model learning cycle 5e higher than students who obtain conventional learning. This type of research is quasi experiment. The research design used is nonequivalent control group design. The population in this research are the students of class VII.1, VII.2, and VII.3 SMP Negeri 8 Kota Tangerang Selatan and the sample is the students of class VII.2 as the experimental class and class VII.3 as the control class.
The sampling technique used cluster random sampling. Hypothesis testing of research done by parametric test (t test). In this research, it can be concluded that the average of improvement mathematical communication ability of students who get learning cycle 5e model is higher than students who get conventional learning.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Metode penelitian
1. HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN
KEMAMPUAN SISWA PADA KOMPETENSI ELEKTRONIKA
DIGITAL DI SMK NEGERI 35 JAKARTA
Nama : Irman Maulana
No.Reg. : 5215080275
JURUSAN TEKNIK ELEKTRON FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2012
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia
dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan
merupakan hal memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya
kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu
terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Pendidikan mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang apabila
pendidikan tersebut mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga
mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupannya. Pendidikan harus
menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep
pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki
kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena konsep pendidikan tersebutakan
menjadi untuk menghadapi problea dalamkehidupan sehari-hari, saat ini maupun
masa mendatang.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan
kejuruan sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan Pasal 15 UU Sisdiknas,
merupakan pendidikan menengah guna mempersiapkan peserta didik terutama
untuk bekerja pada bidang tertentu. Perkembangan kurikulum selalu berubah-ubah
seiring dengan semakin berkembangnya tuntutan zaman. Dalam memenuhi tujuan
pendidikan nasional tadi maka kurikulum selalu berubah-ubah. Pada kurikulum
SMK edisi 2004 guru diberi hak dan kewajiban lebih kreatif dan inovatif dalam
3. pengembangan kurikulum seperti tercantum pada Undang Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 36 ayat (2)
“Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta
didik.”
Pembahasan mengenai pentingnya memperhatikan dan sadar akan adanya
keragaman karakter dalam belajar pada siswa yaitu seperti tercantum pada prinsip
pembelajaran sesuai dengan kurikulum SMK 2009 yaitu Learning by doing dan
Individualized learning. Kurikulum SMK 2009 prinsip pembelajaran di SMK :
(1). Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata, yang memberikan
pengalaman belajar bermakna), dikembangkan
Menjadi pembelajaran berbasis produksi, (2). Individualized learning
(pembelajaran dengan memperhatikan keunikan setiap individu) dilaksanakan
dengan sistemmodular.
DePorter & Hernacki (Ary Nilandari, 2004:112) mengemukakan
pendapatnya mengenai gaya belajar, antara lain: “Gaya belajar dapat
dikelompokkan menjadi tiga diantaranya gaya belajar visual, gaya belajar
auditorial dan gaya belajar kinestetik”. Gaya belajar visual cenderung lebih
dominan dalam pengelihatannya dibanding dengan pendengaran dan gerakan-
gerakannya. Orang yang memiliki gaya belajar seperti ini cenderung lebih khusus
dalam belajar dengan selalu melihat pada fokus telaahannya. Gaya belajar
auditorial dalam proses belajar lebih memfokuskan pada apa yang mereka dengar,
sedangkan gaya belajar kinestetik dalam proses pembelajaran lebih banyak belajar
4. melalui melakukan sesuatu secara langsung.
Dari uraian latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti
adakah hubungan antara gaya belajar dengan kemampuan siswa dalam kompetensi
Elektronika Digital siswa kelas 1 TAV 1 SMK Negeri 35 Jakarta dan bila ada
berapa besarkah. Maka penulis memfokuskan penelitian ini dengan kajian
“Hubungan Antara Gaya Belajar Dengan Kemampuan Siswa Pada
Kompetensi Elektronika Digital di SMKN 35 Jakarta”
1.2 Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian terlebih dahulu harus dirumuskan masalah penelitian
secara jelas agar maksud dan tujuan dalam penelitian lebih terarah dan mudah
dalam menentukan metode yang cocok digunakan dalam pemecahan masalah
tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran umum gaya belajar siswa kelas 1 Program
Keahlian Teknik Audio Video (TAV) SMKN 35 Jakarta pada Kompetensi
ElektronikaDigital ?
2. Berapa besar tingkat kemampuan siswa kelas 1 Program Keahlian Teknik
Audio Video SMKN 35 Jakarta pada Kompetensi Elektronika Digital ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dalam penelitian, maka tujuan penelitian ini
diantaranya :
1. Untuk memperoleh data mengenai gambaran umum gaya belajar siswa
5. kelas 1 Program Keahlian Teknik Audio Video SMKN 35 Jakarta.
2. Untuk memperoleh data mengenai berapa besar tingkat kemampuan siswa
kelas 1 Program Teknik Audio Video SMKN 35 Jakarta pada kompetensi
elektronika digital.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini diantaranya :
1. Untuk mengukur gaya belajar siswa (variabel X), gaya belajar tersebut
diantaranya :
a. Gaya belajar visual
b. Gaya belajar kinestetik
2. Kemampuan belajar siswa pada kompetensi elektronika digital merupakan
variabel Y (terikat). Pokok bahasannya mencakup rangkaian sekuensial dan
rangkaian memori.
3. Penelitian ini untuk melihat seberapa besar pengaruh gaya belajar siswa
dengan kemampuan siswa pada kompetensi elektronika digital.
1.5 Metode Penelitian
6. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, yang meneliti
suatu kejadian yang sedang berlangsung untuk melihat keterkaitan antara gaya
belajar dengan kemampuan belajar siswa. Metode ini menekankan pada suatu studi
untuk memperoleh informasi mengenai gejala yang muncul pada saat penelitian
berlangsung.
Model penelitian ini adalah model korelasi kontingensi yaitu untuk
menentukan ada tidaknya pengaruh dua variabel, yaitu pengaruh gaya belajar yang
dianut siswa terhadap kemampuan belajar siswa pada kompetensi elektronika
digital. Dua kelompok nilai dari setiap anggota sampel yang dipilih, yaitu
kelompok gaya belajar siswa (variabel bebas) dan kelompok kemampuan belajar
pada kompetensi elektronika digital (variabel terikat), nilai untuk tiap variabel
bebas dan nilai untuk variabel terikat kemudian dikorelasikan hasilnya adalah
koefisien korelasi.
1.6 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1.6.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMKN 35 Jakarta JL. Kerajinan No.42 Jakarta
Barat
1.6.2 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini merupakan siswa kelas X kompetensi
keahlian Teknik Audio Video (TAV) SMK Negeri 6 Bandung pada tahun ajaran
2009/2010 dengan jumlah populasi keseluruhan 151 siswa.
7. 1.6.3 Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini meliputi siswa kelas X kompetensi keahlian Teknik
Audio Video (TAV) dengan sampel penelitian kelas X TAV 1 sebanyak 37 orang.
1.7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian pada penelitian ini diantaranya :
a. Teknik angket
Suharsimi Arikunto (1993 : 139) mengemukakan sebagai berikut : “Kuesioner atau
angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang
ia ketahui”. Teknik angket yang digunakan pada penelitian ini merupakan teknik
angket tertutup. Lembar untuk merespon pertanyaan telah disediakan oleh penulis,
sehingga responden hanya merespon item-item pertanyaan dan memilih alternatif
jawaban yang menggunakan skala sikap yaitu sangat setuju,setuju, tidak setuju,
sangat tidak setuju. Perolehan data digunakan sebagai skor variabel bebas (X)
yakni gaya belajar siswa di SMKN 35 Jakarta
b. Tes
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data utama dalam penelitian ini
merupakan tes kemampuan belajar. Bentuk tes berupa tes pilihan ganda dengan 5
alternatif jawaban. Tes tersebut tentunya harus memenuhi persyaratan sebuah tes
yang baik diantaranya valid, reliabel. Instrumen yang telah diujicobakan dianalisis
untuk menentukan validitas, realibilitas, derajat kesukaran, dan daya pembeda soal-
soal tersebut.
8. 1.10 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini memberi gambaran umum mengenai latar
belakang masalah, rumusan dan pembatasan masalah, asumsi, hipotesis, tujuan dan
kegunaan penelitian, metode penelitian serta lokasi, populasi dan sampel
penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI, merupakan teori-teori dasar yang melandasi
penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, yang berisi metode yang digunakan,
variabel dan paradigma penelitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, alat
pengumpul dan teknik pengolahan data
9. BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Gaya Belajar
DePorter & Hernacki (Ary Nilandari, 2004:110) menyatakan sebagai
berikut : ”Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana anda menyerap, dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi”.
Sedangkan Nasution (1995:94) mengemukakan :
“Gaya belajar adalah cara yang dilakukan seseorang dalam menangkap stimulus
atau informasi, cara mengingat berfikir dan memecahkan soal. Selanjutnya juga
dikatakan bahwa gaya belajar ini berhubungan dengan proses-proses kemampuan
yang dimiliki seseorang.”
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan gaya belajar
merupakan gaya konsisten yang ditunjukkan individu untuk menyerap informasi,
mengatur, mengolah informasi tersebut dengan mudah dalam proses penerimaan,
berfikir, mengingat, dan pemecahan masalah dalam menghadapi proses belajar
mengajar agar tercapai hasil maksimal sesuai dengan kemampuan, kepribadian,
dan sikapnya.
2.2 Model Gaya Belajar
Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, perubahan tersebut dapat
mengarah kepada tingkah laku lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah
kepada tingkah laku yang lebih buruk. Belajar merupakan suatu perubahan yang
terjadi melalui latihan dan pengalaman, maka perubahan disebabkan oleh
10. pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar. Menurut Iim
Sudarmi (2006:27) ciri-ciri orang yang telah melakukan
perbuatan belajar secara sederhana yaitu :
1. Orang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.
2. Orang yang tadinya tidak bisa menjadi bisa.
3. Orang yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti.
Dalam mencapai ketiga ciri-ciri belajar tersebut, dalam melakukan kegiatan
belajar, masing-masing orang mempunyai gaya belajar berbeda-beda sesuai dengan
kebiasaan dan seleranya. Menurut Iim Sudarmi (2006:27) berpendapat : “ada tiga
macam gaya belajar yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya
belajar kinestetik dengan masing-masing memiliki ciri berbeda”.
2.2.1 Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual cenderung lebih dominan dalam penglihatannya
dibanding dengan pendengaran dan gerakan-gerakan. Gaya belajar visual
cenderung lebih khusus belajar melihat pada fokus telaahannya. Menurut Iim
Sudarmi (2006:27) ciri-ciri gaya belajar visual diantaranya :
1. Rapi dan teratur
2. Berbicara dengan cepat
3. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
4. Teliti dan mendetail
5. Mementingkan penampilan dan tulisan
6. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran
mereka
7. Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar
8. Mengingat dengan asosiasi visual
9. Biasanya tidak terganggu oleh keributan
10. Mengalami kesulitan mengingat instruksi verbal
11. Pembaca cepat dan tekun
11. 12. Mencoret-coret tanpa arti ketika menerima telepon atau selama mengikuti
pelajaran
13. Sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
14. Menjawab pertanyaan dengan singkat
15. Lebih suka berdemonstrasi daripada pidato
16. Lebih suka seni lukis, drama, tarian dan sejenisnya daripada musik
17. Sering kali tahu apa yang harus dilakukan tetapi tidak pandai memilih kata-kata
Ciri-ciri gaya belajar visual diatas, yang memegang peranan penting yaitu
mata/penglihatan (visual), dalam hal ini penggunaan metode pengajaran guru lebih
dititikberatkan pada peragaan atau media, ajak mereka ke obyek-obyek berkaitan
dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraga langsung
pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Gaya belajar visual harus
melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya supaya mengerti materi
pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan
jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar
lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku
pelajaran bergambar, video dan lebih suka mencatat sampai detil-detilnya dalam
mendapatkan informasi.
2.2.2 Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik memiliki gaya belajar dengan melakukan segala
sesuatu secara langsung melalui gerak dan sentuhan. Menurut Iim Sudarmi
(2006:29) ciri-ciri gaya belajar kinestetik diantaranya :
1. Berbicara dengan perlahan
2. Menanggapi perhatian fisik
3. Menyentuh orang untuk menarik perhatian mereka
4. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
5. Berorientasi pada fisik dan senang bergerak
6. Belajar melalui praktik
7. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat-lihat
8. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
9. Banyak menggunakan isyarat tubuh
10. Tidak dapat duduk dalam waktu lama
11. Menggunakan kata-kata yang mengandung arti
12. Membaca dengan menyertakan gerakan fisik sesuai dengan isi cerita
13. Kemungkinan tulisannya jelek
12. 14. Selalu ingin mempraktekan segala sesuatu
15. Suka permainan yang menyibukan
Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak,
menyentuh, dan melakukan. Siswa seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam
karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan bereksplorasi sangatlah kuat.
Sehingga gaya belajar seperti ini, proses belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Ketiga jenis gaya belajar tersebut memiliki ciri-ciri dominan dalam melakukan
suatu kegiatan. Begitu pula dengan gaya belajar siswa, terlihat adanya ciri-ciri
dominan dalam suatu proses kegiatan pembelajaran, sehingga dapat mencapai hasil
maksimal.
2.3 Pengertian Belajar
Ada anggapan bahwa belajar yaitu mengumpulkan/menghafalkan fakta-
fakta tersaji pada materi pembelajaran, kemudian pada saat-saat tertentu objek
belajar mampu mengatakan/mengulang kembali hasil pembelajaran baik secara
Tulisan maupun tulisan. Disamping itu pendapat mengenai belajar merupakan
sebuah latihan, hasilnya tampak secara jasmaniah saja, tanpa merasa perlu
mengetahui arti, hakikat dan tujuan belajar. Misalnya, tampak pada proses latihan
membaca atau latihan menulis. Sebetulnya tujuan akhir dari proses pembelajaran
yaitu perubahan sikap atau tingkah laku pada seseorang. Abin Syamsudin Makmun
(1997:110) mendefinisikan ”Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
atau pribadi seseorang berdasarkan praktik/pengalaman tertentu”. Perubahan
perilaku dalam pengertian belajar divisualisasikan dalam
13. gambar berikut :
Perubahan mungkin merupakan suatu penemuan informasi atau penguasaan
suatu keterampilan baru sama sekali, seperti kasus perilaku X pada gambar.
Mungkin pula bersifat penambahan atau perkayaan dari informasi atau
pengetahuan atau keterampilan sudah ada seperti kasus Y pada gambar Bahkan
mungkin pula reduksi atau menghilangkan sifat kepribadian tertentu atau perilaku
tertentu yang dikehendaki (misalnya kebiasaan merokok, ekspresi marah, takut
dan sebaginya) seperti kasus perilaku atau sifat kepribadian Z pada gambar.
2.4 Unsur-Unsur Dalam Proses Belajar
Unsur-unsur mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar menurut
Cronbach (Surya, 1979:57) ada tujuh elemen, diantaranya :
1. Tujuan. Perbuatan belajar dimulai, karena ada tujuan ingin dicapai.
2. Kesiapan. Belajar akan berlangsung secara efisien, apabila anak didik memiliki
kesiapan fisik maupun mental.
3. Situasi. Situasi dapat diartikan sebagai keseluruhan objek (orang, benda atau
14. lambang) atau berbagai kemungkinan mempengaruhi tingkah laku individu.
4. Interprestasi. Dapat diartikan sebagai suatu proses pengarahan perhatian kepada
kegiatan-kegiatan situasi, menghubungkannya dengan pengalaman- pengalaman
masa lampau, kemudian meramalkan apa yangdapat dilaksanakan dalam
mencapai tujuan.
2.5 Prestasi Belajar
Prestasi belajar pada hakekatnya merupakan perubahan hasil belajar dalam
diri individu kedalam pola tingkah laku dan perbuatan, skill dan
pengetahuan.Makmun (1998:7) berpendapat “prestasi belajar merupakan indikator
dari perubahan dan perkembangan prilaku dalam teori kognitif (penalaran), afektif
(penghayatan) dan kognitif (keterampilan)”. Tingkat keberhasilan proses belajar
dengan kata lain prestasi belajar atau hasil belajar maksimal diperlukan rentang
waktu tertentu dan akan diperoleh setelah mempelajari materi pelajaran yang
diperlukan. Sedangkan menurut Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah
“kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni : kognitif,
afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika
seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga criteria tersebut”.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan prestasi belajar merupakan
tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar.
15. 2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Sifat dari proses belajar sangat kompleks karena banyak faktor
mempengaruhi kegiatan tersebut. Diantaranya yaitu faktor dari diri individu dan
faktor dari luar individu. Faktor yang lebih berperan dalam proses belajar yaitu
siswa itu sendiri. Sebagai subjek belajar, siswa memiliki kemampuan unik, karena
memiliki kapasitas mental berbeda untuk mencapai pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Selain itu faktor tujuan belajar dari siswa sangat mempengaruhi terhadap
proses belajarnya. Tujuan belajar itu sangat dipengaruhi tuntutan keluarga, sekolah
dan masyarakat.
2.7 Evaluasi Belajar
Evaluasi belajar merupakan usaha untuk mengukur tercapai atau tidaknya
tujuan pendidikan. Nana Sudjana (2004:111) berpendapat sebagai berikut :
“Evaluasi atau tindakan penilaian adalah usaha yang dilakukan untuk menentukan
tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan”. Evaluasi belajar merupakan salah satu
proses sangat penting dalam proses pembelajaran. Evaluasi belajar berfungsi untuk
mengetahui efektivitas dan keberhasilan proses belajar ketika telahdilakukan.
Selain itu dimanfaatkan juga untuk membuat perencanaan lebih baik untuk proses
belajar ke depannya dengan melihat kelemahan-kelemahan pada proses belajar
tersebut.
Selain itu, Nana Sudjana (2004:111) berpendapat tentang tujuan dari
evaluasi belajar, diantaranya :
1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pendidikan, dalam hal ini
adalah tujuan instruksional khusus. Dengan fungsi ini dapat diketahui
16. tingkat penguasaan bahan pelajaran yang seharusnya dikuasai para siswa.
Dengan kata lain dapat diketahui hasil belajar siswa.
2. Untuk mengetahui keefektivan proses belajar-mengajar yang telah
dilakukan guru. Dengan fungsi ini guru dapat melihat berhasil atau
tidaknya ia mengajar. Rendahnya pencapaian hasil belajar siswa tidak
semata-mata disebabkan kemampuan siswa, tetapi juga bisa juga
disebabkan kurang berhasilnya guru dalam proses mengajar. Melalui
penilaian, berarti menilai guru itu sendiri dan hasilnya dapat dijadikan
bahan dalam memperbaiki usahanya, yakni tindakan mengajar berikutnya.
2.8.Hubungan antara Gaya Belajar dengan Kemampuan Siswa
Gaya belajar merupakan cara seseorang dalam menangkap stimulus atau
informasi, cara mengingat berfikir dan memecahkan soal. Macam-macam
gaya belajar diantaranya gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya
belajar kinestetik. Seseorang dengan mempunyai kecenderungan tertentu dari
tujuan kompetensi suatu mata pelajaran, maka orang tersebut akan lebih
terampil dalam menyikapi suatu masalah dalam belajar. Apabila seseorang
tahu apa jenis gaya belajar yang cocok, hingga dapat mengupayakan dan
memanfaatkan gaya belajarnya secara maksimal, maka akan mencapai hasil
lebih baik. Setiap siswa memiliki gaya belajarnya masing-masing, hal tersebut
dapat mempengaruhi pencapaian suatu hasil belajar. Sedangkan, apabila siswa
menggunakan gaya belajar kurang cocok dengan dirinya, maka akan
menyebabkan kurang berhasilnya dalam mencapai hasil belajar. Dengan
demikian, cukup beralasan apabila penulis menyatakan bahwa gaya belajar
masing-masing siswa dapat mempengaruhi pencapaian hasil dari proses
belajar, tetapi besar kecilnya pengaruh yang diberikan belum diketahui.
17. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan
masalah dalam proses penyelidikan. Metode merupakan cara seseorang dalam
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Metodologi penelitian adalah
penggunaan suatu cara oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitian.
Penentuan metode penelitian sangatlah penting, karena dapt membantu
mengarahkan peneliti dalam mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data
penelitian.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitik,
metode tersebut meneliti suatu kejadian sedang berlangsung untuk melihat
keterkaitan antara gaya belajar dengan kemampuan belajar siswa. Metode ini
menekankan pada suatu studi untuk memperoleh informasi mengenai munculnya
gejala pada saat penelitian berlangsung.
Moh. Nazir (1988:63) berpendapat mengenai metode deskriptif, yaitu
sebagai berikut “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Tujuan dari penelitian
deskriptif yaitu membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
18. 3.2 Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek penelitian atau suatu titik perhatian dalam
penelitian. Model penelitian ini yaitu model korelasi kontingensi, untuk
menentukan ada tidaknya pengaruh dua variabel, yaitu pengaruh gaya belajar yang
dimiliki siswa terhadap kemampuan belajar siswa pada kompetensi elektronika
digital. Dua kelompok nilai dari setiap anggota sampel, yaitu kelompok gaya
belajar siswa (variabel bebas) dan kelompok kemampuan belajar pada kompetensi
elektronika digital (variabel terikat), nilai untuk tiap variabel bebas dan nilai untuk
variabel terikat kemudian dikorelasikan hasilnya yaitu koefisien korelasi.
3.3. Alur Berpikir Penelitian
Alur berpikir penelitian merupakan pola pikir yang dikembangkan
olehpeneliti antara variabel satu dengan lainnya yang digambarkan dalam bentuk
model.
Adapun alur berpikir penelitian yang ditempuh sebagai berikut :
19. 3.4. Sumber data Penelitian
Sumber data penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2002:107)
sebagaiberikut “sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data
diperoleh”.Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan
datanya, maka sumber data disebut responden yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis atau pertanyaan
lisan. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah
yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatan merupakan objek penelitian atau
peubah penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sumber data dalam
penelitian ini yaitu siswa kelas I SMKN 6 Bandung Program Keahlian Teknik
Audio Video (TAV).
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1. Populasi Penelitian
Data penelitian didapatkan dari sumber data berasal dari sampel populasi.Populasi
secara singkat dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto (1993:102) bahwa “Populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
tingkat I Program keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 6 Bandung pada
tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah keseluruhan 151 siswa.
20. 3.5.2 Sampel Penelitian
Sugiyono (2001:57) mendefinisikan “Sampel adalah sebagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi”. Dalam pengambilan sampel berpedomanpada
pendapat Suharsimi Arikunto (2002:112) menyatakan sebagai berikut :
“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, untuk lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil 10-15 % atau 20-25 % atau lebih”.
Menurut pernyataan-pernyataan mengenai sampel, dapat disimpulkan bahwa tidak
ada ketentuan baku dan rumus pasti, sebab keabsahan sampel terletak pada
karakteristiknya, mendekati populasi atau tidak, bukan jumlah atau banyaknya.
Berdasarkan pengertian penulis terhadap pendapat di atas, penulis mengambil
sampel penelitian sebanyak 37 siswa dari kelas X TAV 1.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan informasi
dalamsuatu penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2001:153) “Secara garis
besar,penelitian instrumen pengumpul data dipengaruhi oleh beberapa hal, antara
lain tujuan penelitian, sampel penelitian, lokasi penelitian, waktu dan data”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi dokumentasi
21. Studi ini digunakan untuk memperoleh informasi atau data berkaitan dengan
masalah yang diteliti berupa jumlah siswa, kurikulum serta
kemampuanakademik siswa yaitu melalui nilai perolehan siswa sebelumnya.
2. Studi literature
Studi ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang teori atau
pendekatan erat hubungannya dengan permasalahan pada penelitian.
3. Teknik angket
Suharsimi Arikunto (2002:128) mengemukakan sebagai berikut “Kuesioner
atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,
atau hal-hal yang ia ketahui”. Teknik angket pada penelitian ini menggunakan
teknik angket tertutup. Lembar untuk merespon pertanyaan telah disediakan
oleh penulis, sehingga responden hanya merespon item-item pertanyaan dan
memilih alternatif jawaban menggunakan skala sikap yaitu sangat setuju sekali,
sangat setuju, setuju, kurang setuju, sangat kurang setuju. Perolehan
data digunakan sebagai skor variabel bebas (X) yakni gaya belajar siswa di
SMKN 35 Jakarta.
4. Tes
Suharsimi Arikunto (2002:127) mengemukakan sebagai berikut : “Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untukmengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau
bakatyang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes dalam penelitian ini
adalahtes kemampuan belajar, berupa tes pilihan ganda dengan 5 alternatif
22. jawaban.
Langkah-langkah pengambilan data tersebut meliputi :
1) Menyiapkan kisi-kisi dan menyusun instrumen sebagai alat pengumpul data
2) Menghubungi dosen pembimbing untuk membahas instrumen, agar layak
diberikan kepada responden
3) Melaksanakan tes uji coba instrumen kepada 30 orang responden.
4) Mengumpulkan lembar jawaban responden.
5) Memeriksa dan memberi skor pada setiap item soal jawaban responden.
6) Menganalisa skor-skor perolehan siswa dari hasil tes. Apabila hasil uji coba
ada item-item soal tidak valid, maka item soal tersebut dibuang.
7) Menganalisa skor-skor perolehan responden dari hasil tes tersebut.