Metode geofisika gravitasi dapat digunakan untuk mengetahui struktur bawah permukaan bumi dengan mengukur variasi percepatan gravitasi akibat variasi distribusi massa di bawah permukaan. Data gravitasi melalui serangkaian koreksi dan pemisahan antara anomali regional dan residual untuk diinterpretasikan secara kuantitatif dan kualitatif guna memperoleh informasi struktur geologi di bawah permukaan.
Metode seismik merupakan salah satu metode geofisika pada ekplorasi bumi yang digunakan untuk mencari akuifer didalam permukaan bumi. Metode seismik juga merupakan metode yang sangat sedikit digunakan bukan karena kekurangannya tetapi mahalnya alat-alatnya.
Metode seismik merupakan salah satu metode geofisika pada ekplorasi bumi yang digunakan untuk mencari akuifer didalam permukaan bumi. Metode seismik juga merupakan metode yang sangat sedikit digunakan bukan karena kekurangannya tetapi mahalnya alat-alatnya.
2. Salah satu metode geofisika yang dapat
digunakan untuk mengetahui struktur bawah
permukaan bumi dengan cara mengamati
/mengukur variasi percepatan gravitasi bumi
yang diakibatkan oleh variasi distribusi nilai
rapat massa dari meterial dibawah permukaan
bumi.
3. • Gravitymeter lacoste & Romberg
• Barometer dan altimeter
• GPS
• Peta daerah survei
• Jam
• Kompas
• Alat pendukung lain seperti payung dan buku dll
4. 1. Galvanometer
2. Membaca reading counter
3. Nivo melintang
4. Perata
5. Kunci
6. Bacaan alat
7. Nomor dan type alat
8. Pemutar untuk galvanometer
10. Nivo memanjang
8. Menggunakan peta Geologi dan peta topografi yang
bertujuan menentukan lintasan pengukuran dan base station.
Dalam penentuan base station, ada beberapa hal yang harus di
perhatikan yaitu
1. Letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenal, dapat
di baca dalam peta
2. Lokasi titik pengukuran harus mudah dijangkau serta bebas
dari gangguan.
3. Lokasi titik pengukuran harus terbuka sehingga GPS dapat
menerima sinyal dari satelit dengan baik.
9. Pengambilan data lapangan dilakukan secara
looping, yaitu dimulai pada suatu titik yang telah
ditentukan dan berakhir pada titik tersebut.
Tujuan dari sistem looping
Dapat diperoleh koreksi alat (Drift)
10. Besar nilai bacaan yang ditunjukan oleh gravitymeter belum
mempunyai satuan sehingga harus di konversi dahulu ke harga
miligal dengan menggunakan tabel konversi yang diset untuk
masing-masing alat berbeda dengan yang lain tergantung
spesifikasi alat.
Satuan percepatan gravitasi :
12. Dalam proses pengolahan data gravity, data harus mengalami
beberapa koreksi :
1. Koreksi apungan alat (drift correction)
bentuk pengkoreksian terhadap pembacaan gravimeter
disuatu tempat yang disebabkan elastisitas pegass halus pada
alat, pengaruh suhu, waktu pengukuran, dan goncangan
13. KOREKSI DRIFT
KOREKSI DRIFT :
C = koreksi drift untuk stasiun n
P = waktu pembacaan di stasiun n
q = waktu pembacaan di stasiun awal
r = waktu pembacaan di stasiun akhir
X = nilai pembacaan di stasiun akhir
Y = nilai pembacaan di stasiun awal
14. Nilai gravity suatu tempat juga di pengaruhi oleh
pasang surut bumi yang disebabkan oleh gaya tarik
bulan dan matahari .
Koreksi pasang surut ini bertujuan untuk
menghilangkan perubahan dari nilai gravitasi akibat
pasang surut juga tergantung dari kedudukan bulan.
15. Cara lain utuk memperoleh koreksi harga pasang
surut adalah dengan memakai tabel dari EAES-dari
Geophysical Prospecting yang diterbitkan setiap
tahun, koreksi tidal ini bervariasi antara 0,3 mgal –
0.1 mgal
16. Pada data gravitasi diperlukan sebagai akibat dari rotasi bumi.
Rotasi bumi akan menyebabkan :
1. Bentuk bumi berubah pada ekuator dan kutub sehingga jari-jari di
ekuator lebih besar dari jari-jari di kutub
2. Akumulasi massa pada ekuator
3. Terjadi percepatan centrifugal yang maksimal terjadi di ekuator dan
minimal terjadi di kutub.
Hasil dari rotasi bumi tersebut akan menyebabkan perbedaan nilai
percepatan gravitasi di seluruh permukaan bumi, yaitu bervariasi dari
ekuator ke kutub atau bervariasi terhadap lintang
17. Koreksi yang disebabkan oleh karena pengaruh variasi
ketinggian (topografi) terhadap medan gravitasi bumi.
Koreksi ini dilakukan untuk menarik bidang
pengukuran (P) ke bidang datum yaitu bidang geoid
(Po)
18.
19. Koreksi ini sama dengan koreksi FAC namun pada koreksi ini
pengaruh massa batuan di perhitungkan.
Massa batuan yang mengisi ketinggian menambah gaya gravitasi,
sehingga perlu dikoreksi . Selain itu, juga diasumsikan topografinya
flat ( yang jika tidak flat akan di perlu dikoreksi dengan koreksi
terrain)
20. Koreksi medan atau topografi dilakukan untuk mengoreksi
adanya pengaruh penyebaran massa yang tidak teratur
disekitar titik pengukuran. Dalam koreksi bouguer diasumsikan
bahwa titik pengukuran dilapangan berada pada suatu bidang datar
yang sangat luas. Sedangkan seringkali kenyataan di lapangan
memiliki topografi yang berundulasi seperti adanya lembah dan
gunung. Maka jika hanya dilakukan koreksi bouguer saja hasilnya
akan kurng sempurna.
Cara perhitungan koreksi topografi dapat dilakukan dengan
menggunakan Hammer Chart.
Hammer Chart membagi area kedalam beberapa zona dan
kompartemen (segmen).
21. Hammer Chart
Hammer chart dikelompokkan
berdasarkan besarny radius dari
titik pengukuran gravitasi yaitu :
1. Inner Zone
memiliki radius yang tidak
terlalu besar sehingga bisa
didapatkan dari pengamatan
langsung dilapangan.
2. Outer Zone
memiliki radius yang cukup
jauh, sehingga biasanya
perbedaan ketinggian dengan
titik pengukuran gravitasi
menggunakan analisa peta
kontur
23. Anomali Bouguer merupakan selisih dari harga percepatan gravitasi
observasi dengan harga normalnya.
gobs merupakan nilai gravitasi yang terbaca pada gravitimeter setelah
dikoreksi terhadap apungan pegas alat (driftcorrection) dan pengaruh
pasang surut bumi (tide correction). Sedangkan gN merupakan gabungan
koreksi lintang, elevasi dan bouguer, topografi (medan). Anomali Bouguer
dapat bernilai positif ataupun negatif.
24. Nilai anomali gravitasi atau anomali Bouguer yang diperoleh pada dasarnya mengandung dua
komponen informasi anomali, yaitu :
1. Anomali residual yang mengadung informasi geologi permukaan daerah penelitian.
Diindikasikan sebagai anomali yang berfrekuensi tinggi dan digunakan untuk
mendapatkan informasi geologi bawah permukaan yang relatif dangkal lebih dekat
kepermukaan bumi.
2. Anomali regional yang mencerminkan informasi geologi batuan dasar (basement).
Dicirikan sebagai anomali yang berfrekuensi rendah dan biasanya digunakan untuk
mendapatkan informasi geologi bawah permukaan yang sangat dalam.
Anomali yang berfrekuensi rendah sering berhubungan dengan struktur regional
seperti geosinklin atau gejala tektonik atau gejala tektonik global, sedangkan anomali
berfrekuensi tinggi berhubungan dengan struktur setempat yang sering disebut dengan
struktur geologi lokasi/sisa (residual). Untuk dapat dilihat dan ditafsirkan, maka anomali
residual ini perlu dipisahkan dari efek regionalnya.
Terdapat 2 cara untuk memisahkan anomali regional dan residual pada anomali bouguer,
yaitu dengan cara grafis dan komputasi. Pada dasarnya pemisahan tersebut memenuhi
hubungan bahwa anomali residual sama dengan nilai anomali bouguer dikurangi dengan
nilai anomali regional
25. a. Metode smoothing
Metode smoothing merupakan metode yang menggunakan cara
grafis. Anomali regional memiliki tendensi lebih halus
dibandingkan dengan anomali Bouguer.
Jika kita menggunakan cara smoothing garis menerus yang
menunjukan anomali bouguer dikurangi anomali regional yang
ditunjukan garis putus-putus akan menghasilkan selisih antara
nilai anomali bouguer dan regional selisih ini yang disebut
anomali regional/lokal
26. Penafsiran terhadap data gravity dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu :
1. Kuantitif dan,
2. Kualitatif.
Tujuannya adalah untuk menafsirkan informasi
geologi yang ada dan terjadi dibawah permukaan
pada daerah penelitian seperti struktur geologi dan
jenis batuan.
27. Dapat dilakukan dengan cara menginterprestasi
secara langsung pada peta anomali bouguer, peta
anomali redional dan peta anomali residual
Kuantitatif
Penafsiran secara kuantitatif dilakukan untuk
memberi gambaran secara matematis mengenai
geometri dari benda penyebab anomali.
28. Ada 2 macam proses pemodelan, yaitu :
1. Pemodelan ke depan (forward modeling)
dan,
2. Pemodelan inversi(inverse modeling)
29.
30. Forward modelling biasa digunakan untuk
menyatakan pemodelan yang dilakukan dengan
proses trial and error (coba-coba). Proses ini
merupakan kebalikan dari proses inverse dimana
dilakukan simulasi atau proses trial and error untuk
harga parameter model (densitas) hingga diperoleh
data teoritik yang cocok dengan data pengamatan.
Jika respon model cocok (fit) dengan data maka
model yang digunakan untuk memperoleh respon
tersebut dapat dianggap mewakili kondisi bawah
permukaan tempat data diukur.