Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Studi kasus mengenai keahlian, independensi, dan kemampuan profesional auditor internal dalam mencegah fraud pada transaksi e-commerce di PT Kereta Api Indonesia. Wawancara dengan auditor internal menunjukkan bahwa mereka memiliki keahlian standar audit, independensi dengan tidak mengaudit unit asal, dan kemampuan profesional dengan merencanakan dan memutuskan hasil audit berdasarkan fakta.
Davia et al. mengelompokan fraud dalam ketiga kelompok sebagai berikut:
a. Fraud yang sudah ada tuntunan hukum (prosecution), tanpa memperhatikan bagamana keputusan pengadian.
b. Fraud yang ditemukan, tapi belum ada tuntunan hukum.
c. Fraud yang belum ditemukan.
Ini adalah sebuah resume dari buku Auditing and Assurance Services An Integrated Approach oleh Alvin Aren. I do not own the copyrights, it's only for educational purposes.
Davia et al. mengelompokan fraud dalam ketiga kelompok sebagai berikut:
a. Fraud yang sudah ada tuntunan hukum (prosecution), tanpa memperhatikan bagamana keputusan pengadian.
b. Fraud yang ditemukan, tapi belum ada tuntunan hukum.
c. Fraud yang belum ditemukan.
Ini adalah sebuah resume dari buku Auditing and Assurance Services An Integrated Approach oleh Alvin Aren. I do not own the copyrights, it's only for educational purposes.
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit . Oleh karena itu ada penulis yang menggunakan istilah teknik audit dan jenis bukti audit dalam makna yang sama. Cakupan dari berbagai teknik audit dalam berbagai audit investigatif, seperti teknik-teknik yang diterapkan dalam kejahatan perpajakan dan kejahatan terorganisasi (organized crime), Follow the Money dalam fraud dan tindak pidana pencucian uang, teknik pembuktian hukum, computer forensics, dan lain sebagainya.
Ada tujuh teknik yang di rinci dalam bentuk kata kerja bahasa indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung (kata benda bahasa inggris) yakni:
1.Memeriksa fisik (physical examination)
2.Meminta konfirmasi (confirmation)
3.Memeriksa dokumen (documentation)
4.Reviw analitikal (analytic review atau analitycal review)
5. Meminta informasi lisan atau dari audit (inquiries of the auditee)
6. Menghitung kembali (reperformance)
7. Mengamati (observation)
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiMuhammad Rafi Kambara
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Disusun oleh: Muhammad Rafi Kambara
Pengujian pengendalian merupakan pengujian terhadap kebijakan atau prosedur pengendalian internal instansi atas belanja subsidi untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan keuangan.
Bagaimana Cara Mencegah Tindakan Fraud dalam Perusahaan? by Nafisa Audrilia P...NafisaAudriliaParsa
Artikel ini saya buat sebagai persyaratan tugas mata kuliah Pengantar Audit dan Asuransi yang diampu oleh Bapak Dr. Muhammad Razikun. Di dalam artikel ini, saya menjelaskan mengenai bentuk tindakan kecurangan, faktor-faktornya, cara pencegahannya, dan masih banyak lagi.
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
1. Konsep Materialitas dan Penerapan Materialitas Terhadap Proses Audit
2. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
3. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut.
Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
4. MENGAPA KONSEP MATERIALITAS PENTING dalam AUDIT atas LAPORAN KEUANGAN ??
5. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini : (1) Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi. (2) Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. (3) Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
6. Dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor: (1) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. (2) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
7. Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
- Pertimbangan Kuantitatif : Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan.
- Pertimbangan Kualitatif : Berkaitan dengan penyebab salah saji.
8. Materialitas dibagi menjadi 2 golongan : (1) Materialitas pada tingkat laporan keuangan. (2) Materialitas pada tingkat saldo akun.
9. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit.
10. Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
11. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
12. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
13. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit . Oleh karena itu ada penulis yang menggunakan istilah teknik audit dan jenis bukti audit dalam makna yang sama. Cakupan dari berbagai teknik audit dalam berbagai audit investigatif, seperti teknik-teknik yang diterapkan dalam kejahatan perpajakan dan kejahatan terorganisasi (organized crime), Follow the Money dalam fraud dan tindak pidana pencucian uang, teknik pembuktian hukum, computer forensics, dan lain sebagainya.
Ada tujuh teknik yang di rinci dalam bentuk kata kerja bahasa indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung (kata benda bahasa inggris) yakni:
1.Memeriksa fisik (physical examination)
2.Meminta konfirmasi (confirmation)
3.Memeriksa dokumen (documentation)
4.Reviw analitikal (analytic review atau analitycal review)
5. Meminta informasi lisan atau dari audit (inquiries of the auditee)
6. Menghitung kembali (reperformance)
7. Mengamati (observation)
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiMuhammad Rafi Kambara
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Disusun oleh: Muhammad Rafi Kambara
Pengujian pengendalian merupakan pengujian terhadap kebijakan atau prosedur pengendalian internal instansi atas belanja subsidi untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan keuangan.
Bagaimana Cara Mencegah Tindakan Fraud dalam Perusahaan? by Nafisa Audrilia P...NafisaAudriliaParsa
Artikel ini saya buat sebagai persyaratan tugas mata kuliah Pengantar Audit dan Asuransi yang diampu oleh Bapak Dr. Muhammad Razikun. Di dalam artikel ini, saya menjelaskan mengenai bentuk tindakan kecurangan, faktor-faktornya, cara pencegahannya, dan masih banyak lagi.
Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang untuk memberikan
keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji (mistatement) yang material
dan juga memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen atas aktiva
perusahaan. Salah saji itu terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan
(fraud). Fraud diterjemahkan dengan kecurangan sesuai Pernya- taan Standar Auditing (PSA)
No. 70, demikian pula error dan irregularities masing-masing diterjemahkan sebagai kekeliruan
dan ketidakberesan sesuai PSA sebelumnya yaitu PSA No. 32.
Menurut standar pengauditan, faktor yang membedakan kecurangan dan kekeliruan
adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan
keuangan, berupa tindakan yang sengaja atau tidak disengaja (IAI, 2001).
his research aims to reveal goal congruence for the financial statement fraud- based behavioral audit.
financial statement fraud. The agency relationship theory is a contract between the auditor (agent) and the principal (principal). Agency relationships arise when one or more principals employ another person
(agent) to provide a service and then delegate authority to decision making to the agent. This study was
conducted at KAP Benny and colleagues using qualitative research using phenomenology approach using
secondary data and primary data analyzed using interview and interview method using tools in the form
of recorder and manuscript aid and tested its validity. The result of this research is shown by case from
from 2015 to 2017. In 2015 there was 86.3% of cases, in 2016 there was 86.7% and down in 2017 by
3.68%. Auditors' perception of goal congruence can help in achieving the goal of information that is not synchronized with other information. For that in building a good goal congruence then we need to build the ethics of an auditor
Apa itu SP2DK Pajak?
SP2DK adalah singkatan dari Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pajak (KPP) kepada Wajib Pajak (WP). SP2DK juga sering disebut sebagai surat cinta pajak.
Apa yang harus dilakukan jika mendapatkan SP2DK?
Biasanya, setelah mengirimkan SPT PPh Badan, DJP akan mengirimkan SP2DK. Namun, jangan khawatir, dalam webinar ini, enforce A akan membahasnya. Kami akan memberikan tips tentang bagaimana cara menanggapi SP2DK dengan tepat agar kewajiban pajak dapat diselesaikan dengan baik dan perusahaan tetap efisien dalam biaya pajak. Kami juga akan memberikan tips tentang bagaimana mencegah diterbitkannya SP2DK.
Daftar isi enforce A webinar:
https://enforcea.com/
Dapat SP2DK,Harus Apa? enforce A
Apa Itu SP2DK? How It Works?
How to Response SP2DK?
SP2DK Risk Management & Planning
SP2DK? Surat Cinta DJP? Apa itu SP2DK?
How It Works?
Garis Waktu Kewajiban Pajak
Indikator Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak
SP2DK adalah bagian dari kegiatan Pengawasan Kepatuhan Pajak
Penelitian Kepatuhan Formal
Penelitian Kepatuhan Material
Jenis Penelitian Kepatuhan Material
Penelitian Komprehensif WP Strategis
Data dan/atau Keterangan dalam Penelitian Kepatuhan Material
Simpulan Hasil Penelitian Kepatuhan Material Umum di KPP
Pelaksanaan SP2DK
Penelitian atas Penjelasan Wajib Pajak
Penerbitan dan Penyampaian SP2DK
Kunjungan Dalam Rangka SP2DK
Pembahasan dan Penyelesaian SP2DK
How DJP Get Data?
Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
Sumber Data SP2DK Ekualisasi
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Penghasilan PPh Badan vs DPP PPN
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Gaji , Bonus dll vs PPh Pasal 21
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/2 & 4 Ayat (2)/15
Sumber Data SP2DK Mirroring
Sumber Data SP2DK Benchmark
Laporan Hasil P2DK (LHP2DK)
Simpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut LHP2DK
Tindak lanjut SP2DK
Kaidah utama SP2DK
How to Response SP2DK?
Bagaimana Menyusun Tanggapan SP2DK yang Baik
SP2DK Risk Management & Planning
Bagaimana menghindari adanya SP2DK?
Kaidah Manajemen Perpajakan yang Baik
Tax Risk Management enforce A APPTIMA
Tax Efficiency : How to Achieve It?
Tax Diagnostic enforce A Discon 20 % Free 1 month retainer advisory (worth IDR 15 million)
Corporate Tax Obligations Review (Tax Diagnostic) 2023 enforce A
Last but Important…
Bertanya atau konsultasi Tax Help via chat consulting Apps enforce A
Materi ini telah dibahas di channel youtube EnforceA Konsultan Pajak https://youtu.be/pbV7Y8y2wFE?si=SBEiNYL24pMPccLe
3. GEJALA GUNUNG ES
Davia et al, memperkirakan bahwa dari fraud
universe, Kelompok I hanyalah 20%, sedangkan
kelompok II dan III, masing-masing 40%.
Kesimpulannya, lebih banyak yang tidak diketahui
daripada yang kita ketahui tentang fraud.
3
Place your screenshot here
FRAUD DAN FENOMENA GUNUNG ES
Pengalaman U.S
Investigasi dan
diselesaikan
20%
Diidentifikasi
sebagai
potensial fraud
40%
Tidak
terdeteksi 40%
I
• Fraud yang sudah ada tuntutan hukum
II
• Fraud yang ditemukan tapi belum ada tuntutan
hukum
III
• Fraud yang belum ditemukan
4. PELAJARAN DARI REPORT TO THE NATION
4
Anti Fraud Controls (AFC) % Terjemahan dari AFC
Surprise Audit 66.2 Audit dengan kunjungan mendadak
Job rotaion/ mandatory rotation 61.0 Alih tugas/wajib ambil cuti
Hotline 60.0 Saluran komunikasi khusus untuk melapor ketidakberesan
Employee support programs 56.0 Program dukungan bagi karyawan
Fraud training for manager/excecutives 55.9 Pelatihan mengenai fraud untuk manajer dan eksekutif
Internal Audit 52.8 Audit internal
Fraud training for employee 51.9 Pelatihan mengenai fraud untuk karyawan
Anti Fraud Policy 49.2 Kebijakan memberantas fraud
External Audit of ICOFR 47.8 Audit eksternal untuk pengendalian intern atas pelaporan
keuangan
Code of Conduct 45.7 Kode etik
Manajement review of IC 45.0 Tinjauan manajemen atas pengendalian intern
External Audit of FS 40.0 Audit eksternal atas Laporan Keuangan
Independent Audit Committe 31.5 Komite Audit Independen
Management Certification of FS 29.5 Sertifikasi kewajaran laporan keuangan
Rewards for whistleblowers 28.7 Imbalan bagi peniup peluit
Ringkasan dari laporan
AFCE (report to Nation
mengenai penerapan
perangkat kendali untuk
mencegah fraud dan
besaran kerugian yang
dapat dicegah (dalam %)
5. DEFINISI PENGENDALIAN INTERN
5
Definisi 1 (Sebelum September 1992)
• The condition sought by and/or resulting from, processes undertaken by an entity to prevent and
deter fraud
Definisi 2 (Sesudah Tahun 1992/ COSO)
• A process effected by an entity’s board of directors, management and other personel, designed to
provide reasonable assurance regarding the achievement of effectiveness and efficiency of
operations, reliability of financial reporting and compliance with applicable laws and regulations
Definisi 3 (AICPA 1988)
• For the purposes of an audit of financial statement balances, an entity’s internal control structure
consists of the following three elements: the control environment, the accounting system and
control procedures.
Definisi 4 (Khusus untuk Mencegah Fraud)
• A system of "special purpose" processes and procedures designed and practicated for the primary if
not sole purpose of preventing or deterring fraud.
6. FRAUD-SPECIFIC INTERNAL CONTROL
6
Fraud Spesific Internal Control
Pengendalian Intern
Pengendalian Internal Aktif
Pengendalian Internal Pasif
Dalam pengendalian intern aktif, hal ini dilakukan dengan membuat barikade-barikade,
bermacam-macam lapisan pengamanan, sebelum pelaku fraud bisa menembusi
pertahanan.
Dalam pengendalian intern pasif, dari permukaan kelihatan tidak ada pengamanan, namun
ada peredaan yang membuat pelanggar atau pelaku fraud akan jera. Peredam ini
diumumkan secara luas, dan sistemnya memastikan hal ini.
7. PENGENDALIAN INTERN AKTIF
7
Tanda tangan counter
Password and PIN
Pemisahan Tugas
Pengendalian Aset Fisik
Real-time Inventory Control
Pagar, Gembok dan semua bangunan penghalang fisik
Pencocokan dokumen dan pre numbered accountable forms
10. “Jika pengendalian intern dirancang dan dilaksanakan dengan
baik, pegawai dilatih dengan baik dan jika pegawai melakukan
tugasnya dengan baik maka pengendalian intern dapat
diandalkan untuk melindungi diri dari fraud.
Internal contol custodian dan semua yang merupakan mata
rantai pengendalian intern, wajib memahami dan mengantisipasi
fraud. Harus ada fraud awareness, kesadaran mengenai bahaya
fraud yang mengintai.
11. “
▸Contoh Studi Kasus dalam Pencegahan Fraud
KEAHLIAN, INDEPENDENSI, DAN KEMAHIRAN PROFESIONAL
AUDITOR INTERNAL DALAM PENCEGAHAN FRAUD
PADA TRANSAKSI E-COMMERCE
Ruang lingkup penelitian dilakukan di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan
melakukan wawancara kepada pihak auditor internal dimana di PT Kereta Api
Indonesia (Persero) disebut dengan Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan Unit
Pemasaran dan Penjualan Angkutan Penumpang. Wawancara tersebut berkaitan
dengan transaksi e commerce yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero),
penilaian terhadap pihak auditor internal, serta pencegahan fraud yang dilakukan.
Keahlian auditor internal
Setiap anggota SPI PT Kereta Api Indonesia
(Persero) dari auditor junior hingga Kepala SPI
diharuskan untuk memahami Standar Audit
Internal yang berlaku. Semua kegiatan audit
mengacu pada standar tersebut dan Kepala SPI
sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk
menilai pelaksanaan audit tersebut.
Independensi auditor internal
Pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk menjaga
independensi auditor intenal, anggota SPI yang baru
bergabung tidak diberikan izin untuk melakukan audit
pada unit asalnya selama satu tahun. Hubungan akrab
dengan rekan kerja antar unit diperlukan untuk
menjalankan fungsi consulting dari SPI, selama
kedekatan tersebut tidak menimbulkan conflict of
interest dan independensi sebagai anggota SPI.
Anggota SPI harus tetap bersikap independen sesuai
dengan standar.
Penelitian ini berbentuk penelitian
kualitatif menggunakan model Miles
dan Huberman dengan tiga macam
kegiatan dalam menganalisis data,
yaitu reduksi data, model data, dan
penarikan kesimpulan.
Kemahiran profesional auditor internal
SPI PT Kereta Api Indonesia (Persero)
merencanakan dan memutuskan hasil audit
berdasarkan fakta yang ditemukan dalam proses
pemeriksaan melalui diskusi dan juga konfirmasi
dengan pihak terkait. Kemudian melaporkan hasil
tersebut kepada direktur utama dan unit tersebut.