Industri pengolahan kripik singkong memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat melalui penciptaan lapangan kerja dan sumber pendapatan. Namun, industri ini menghadapi tantangan seperti kesulitan memenuhi permintaan besar dan pengolahan yang dipengaruhi cuaca. Dukungan pendampingan diperlukan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing industri kripik singkong.
1. PENDAHULUAN
Pada saat ini banyak orang yang ingin membuat acara atau kegiatan secara simpel dan
efisien. Contohnya dalam hal penyiapan makanan dan hidangan. Biasanya mereka lebih
memilih untuk memesan makanan dari pada membuatnya sendiri dengan alasan
pertimbangan waktu dan tenaga walaupun memang sedikit mahal.
Dalam memulai usaha dalam bidang apapun, maka yang pertama kali harus diketahui adalah
peluang pasar dan bagaimana menggaet order, Bagaimana peluang pasar yang hendak kita
masuki dalam bisnis kita dan bagaimana cara memperoleh order tersebut. Yang kedua adalah
kita harus mampu menganalisa keunggulan dan kelemahan pesaing kita dan sejauh mana
kemampuan kita untuk bersaing dengan mereka baik dari sisi harga, pelayanan maupun
kualitas. Yang ketiga adalah persiapkan mental dan keberanian memulai. Singkirkan
hambatan psikologis rasa malu, takut gagal dan perang batin antara berkeinginan dan
keraguan. Jangan lupa harus siap menghadapi resiko, dimana resiko bisnis adalah untung atau
rugi. Semakin besar untungnya maka resikonya pun semakin besar. Yang terpenting adalah
berani mencoba dan memulai. Lebih baik mencoba tetapi gagal dari pada gagal mencoba.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. 1. Deskripsi Industri Pengolahan Kripik Singkong
Industri pengolahan singkong yang sudah berkembang di beberapa wilayah di Kabupaten
Karanganyar adalah industri kripik singkong. Pada umumnya industri kripik singkong
dikelola sebagai industri rumah tangga. Sampai saat ini belum tersedia data yang pasti
tentang perkembangan jumlah dan produksi industri kripik singkong di kabupaten
Karanganyar.
Salah satu industri kripik singkong berada di Desa Padamara yang mulai beroperasi sejak
tahun 2003. Usaha pembuatan kripik singkong berdiri atas inisiatif sendiri dan dikelola oleh
kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 8 orang. Dalam proses produksinya, anggota
kelompok tersebut juga berperan sebagai tenaga kerja. Sejak mulai berproduksi, industri
kripik singkong di Desa Padamara sudah pernah memperoleh pembinaan dari instansi terkait.
Fasilitas alat pengolah yang digunakan masih sederhana, kecuali alat perajang singkong yang
dioperasikan dengan energi listrik.
1. 2. Ketersediaan Bahan Baku
Sumber pengadaan bahan baku singkong diperoleh dari pasar terdekat di luar kecamatan.
Bahan baku singkong dibeli dari pedagang pengumpul yang berfungsi sebagai pemasok tetap
(langganan).
Dilihat dari kontinuitas bahan baku, ketersediaan singkong fluktuatif sesuai dengan
musimnya. Ada waktu-waktu tertentu dimana produksi singkong berlimpah dan ada saat
dimana produksi singkong kurang. Pada musim hujan yaitu antara bulan November sampai
Maret, ketersediaan singkong di pasar cukup banyak. Dengan mulai turunnya hujan pada
bulan November, petani mulai melakukan panen singkong dan mempersiapkan lahannya
untuk komoditas utama di musim hujan. Kondisi ini berlangsung sampai dengan bulan Maret.
2. Sementara itu pada bulan April dan Mei, produksi singkong mulai berkurang. Pada bulan
Juni sampai Oktober, ketersediaan singkong relatif sedikit.
Dalam ekonomi berlaku hukum dimana pada saat suplai tinggi maka harga yang berlaku akan
rendah, dan sebaliknya. Hukum ekonomi ini berlaku juga untuk komoditi singkong, pada
bulan-bulan produksi singkong berlimpah akan menyebabkan harga singkong turun sampai
mencapai Rp 10.000/karung. Harga Singkong tertinggi yaitu Rp 25.000/karung terjadi pada
bulan Juni – Oktober. Dengan demikian harga singkong dapat digunakan sebagai indikator
ketersediaan singkong di pasaran
1. 3. Analisa Kelayakan Pengolahan Kripik Singkong
Kapasitas produksi pengolahan kripik singkong rata-rata 10 karung bahan baku per 5 hari,
atau sekitar 500 kg singkong. Dalam satu tahun, produksi singkong dilakukan selama 9 bulan,
3 bulan yaitu bulan Agustus – Oktober tidak berproduksi. Hal ini disebabkan pada bulan
Agustus – Oktober sedang musim panen tembakau dan semua tenaga kerja termasuk pembuat
kripik singkong ikut bekerja sebagai buruh rajang tembakau. Upah buruh rajang tembakau
relatif tinggi yaitu Rp 40.000/HOK, sehingga tenaga kerja lebih tertarik bekrja sebagai buruh
rajang tembakau.
Tabel 1 memperlihatkan analisa biaya dan keuntungan pengolahan kripik singkong selaam
satu bulan di Desa Padamara. Dalam sekali proses produksi dibutuhkan 50 karung bahan
baku singkong untuk menghasilkan 120 bal kripik singkong, dalam satu bulan rata-rata
dilakukan 5 kali proses produksi.
Biaya pengolahan kripik singkong terdiri dari penyusutan alat dan biaya variabel. Total biaya
yang dikeluarkan dalam satu bulan Rp 3.335.625 (Tabel 1). Pangsa biaya terbesar pembelian
bahan yang mencapai 56 persen. Total pendapatan yang diperoleh Rp 5.400.000. Dengan
demikian usaha pengolahan kripik singkong memperoleh keuntungan sebesar Rp
2.064.375/bulan. Usaha kripik singkong menguntungkan dan layak dilakukan dengan nilai
B/C sebesar 0,62.
Untuk melihat kemampuan usaha dalam mengembalikan atau menutupi seluruh modal yang
diinvestasikan digunakan ukuran ekonomi Pay Back Period. Dalam analisa ini diperoleh nilai
Pay Back Period 1,62 artinya untuk dapat menutup kembali biaya yang investasi yang
dikeluarkan adalah 1,62 periode produksi. Untuk mengukur kemampuan modal dalam
menghasilkan keuntungan bersih digunakan Rate of Return on Investment (ROI). Nilai ROI
yang diperoleh dalam usaha pengolahan kripik singkong 61,89 persen, artinya setiap Rp
100.000 modal yang diinvestasikan menhasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 61.890.
Tabel 1. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Kripik Singkong per Bulan di Desa
Padamara Kabupaten Karanganyar, 2012
No Uraian Satuan Volume
Harga/satuan
(Rp)
Nilai
(Rp)
Persen
I. Penyusutan Alat
Perajang singkong Buah 1 21.667 21.667 0,40
3. Bak Buah 4 625 2.500 0,05
Tenggok Buah 2 833 1.667 0,03
Wajan Buah 3 1.458 4.375 0,08
Saringan minyak Buah 2 417 833 0,02
Plastik karung Lembar 2 1.250 2.500 0,05
Pisau Buah 3 417 1.250 0,02
Tungku tanah Buah 1 8.333 8.333 0,15
43.125 0,80
II. Biaya Variabel
1. Bahan :
Singkong Karung 10 10.000 500.000 9,26
Minyak goreng Liter 300 4.900 1.470.000 27,22
Garam Bungkus 5 1.000 5.000 0,09
Margarin Bungkus 15 6.000 90.000 1,67
Plastik pengemas Pak 20 13.500 270.000 5,00
Plastik bal Pak 5 28.000 140.000 2,59
Logo Lembar 375 100 37.500 0,69
Kayu bakar Ikat 100 5.000 500.000 9,26
3.012.500 55,79
2. Tenaga Kerja :
Mengupas HOK 10 7.000 70.000 1,30
Merajang HOK 5 7.000 35.000 0,65
Menggoreng HOK 5 7.000 35.000 0,65
Pengemasan HOK 20 7.000 140.000 2,59
280.000 5,19
JumlahBiaya Variabel 3.292.500 60,97
III. Total biaya 3.335.625 61,77
IV. Produksi Bal 600 9.000 5.400.000 100,00
Keuntungan 2.064.375 38,23
B/C Ratio 0,62
Payback period 1,62
ROI 61,89
Sumber : Data primer diolah, 2012
Titik impas (BEP) dicapai pada saat keuntungan sama dengan nol atau total biaya sama
dengan total penerimaan atau nilai produksi. Analisis titik impas dapat dilakukan untuk
mengetahui titik impas produksi maupun titik impas harga. Hasil analisis diperoleh titik
impas produksi sebesar 370 bal/bulan, sedangkan titik impas harga sebesar Rp 5.559/bal.
Artinya pada tingkat harga kripik singkong Rp 9000/bal, selama produksi berada di atas 370
bal/bulan maka usaha kripik singkong layak dilakukan. Sebaliknya pada tingkat produksi 600
bal/bulan, selama harga berada di atas Rp 5.559/bal maka usaha pengolahan kripik singkong
layak dilakukan.
1. 4. Aspek Pemasaran
Pemasaran kripik singkong dari Desa Padamara masih terbatas pada pemasaran dalam desa
dan daerah di luar kecamatan dalam kabupaten yang sama. Lembaga yang terlibat dalam
4. pemasaran kripik singkong adalah agen penyalur dalam hal ini dilakukan oleh tukang ojek
dan kios pengecer. Tukang ojek sebagai penyalur masing-masing mempunyai wilayah
pemasaran dan pengecer langganan. Kegiatan ini merupakan pekerjaan sampingan tukang
ojek dan memberikan pendapatan tambahan.
Produsen
kripik singkong
Penyalur /
tukang ojek
Pengecer
Konsumen
Rantai pemasaran kripik singkong dari produsen ke konsumen relatif pendek (Gambar 1).
Dari gambar ini ditunjukkan bahwa produsen menjual kripik kepada kios melalui penyalur,
dan selanjutnya kios menjual kripik kepada konsumen.
Gambar 1. Rantai Pemasaran Kripik Singkong dari Produsen di Desa Padamara sampai
Konsumen di Kabupaten Karanganyar, 2012
Marjin pemasaran merupakan salah satu indikator untuk menelaah efisiensi pemasaran.
Satuan transaksi yang digunakan dalam analisa marjin pemasaran seperti disajikan dalam
Tabel 2 adalah bal. Harga yang diterima produsen sebesar Rp 9.000/bal kripik atau 60 persen
dari harga konsumen. Total marjin pemasaran sebesar 40 persen merupakan biaya pemasaran
dan keuntungan lembaga pemasaran masing-masing sebesar 0,67 persen dan 39,33 persen.
Dari Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa pemasaran kripik singkong efisien terlihat pangsa
harga produsen (60%) yang lebih tinggi dibandingkan pangsa marjin pemasaran (40%).
Tabel 2. Marjin Pemasaran Kripik Singkong dari Produsen sampai Konsumen di Kabupaten
Kabupaten Karanganyar, 2012
No. Uraian
Harga/Biaya
(Rp)
Persentase1)
(%)
Harga jual produsen2)
9.000 60,00
Penyalur/tukang ojek
1. Harga beli 9.000 60,00
2. Biaya pemasaran 100 0,67
3. Keuntungan penyalur 900 6,00
4. Marjin pemasaran 1.000 6,67
5. Harga jual 10.000 66,67
5. Kios makanan/pengecer 2)
1. Harga beli 10.000 66,67
2. Biaya pemasaran 0 0,00
3. Keuntungan pengumpul kabupaten 5.000 33,33
4. Marjin pemasaran 5.000 33,33
5. Harga jual/harga beli konsumen 15.000 100,00
Volume pemasaran/bulan3)
600
Total keuntungan pedagang/bulan4)
3.540.000
Sumber : Data primer diolah, 2012
Keterangan :
1. Persentase dari harga jual pengecer/harga beli konsumen
2. Per bal kripik singkong
3. Satuan volume pemasaran adalah bal
4. Total keuntungan penyalur dan pengecer selama sebulan
1. 5. Fungsi Industri Pengolahan
Rantai agribisnis terdiri dari beberapa komponen berupa sub-sistem yang saling terkait dan
merupakan suatu kesatuan yang satu sama lain saling mempengaruhi. Salah satu sub-sistem
tersebut adalah pengolahan hasil.Sebagai bagian dari sistem agribisnis, pengolahan hasil
secara langsung terkait dengan sub-sistem produksi, sub-sistem pemasaran dan sub-sistem
jasa angkutan. Adanya industri pengolahan akan menggerakkan sub-sistem terkait tersebut
dan secara tidak langsung menggerakkan sub-sistem lainnya seperti sub-sistem saprodi.
Sebaliknya keberadaan industri pengolahan tergantung kepada sub-sistem yang lain.
Industri pengolahan khususnya pengolahan kripik singkong mempunyai peran dalam
penyediaan lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan masyarakat maupun wilayah.
Tenaga kerja yang terserap dalam pengolahan singkong mulai dari petani, ibu rumahtangga,
pedagang makanan dan kios makanan. Pendapatan yang diperoleh produsen, tukang ojek dan
kios makanan per bulan dari industri kripik singkong masing-masing sebesar Rp 2.064.375;
Rp 3.000.000 dan Rp 540.000.
1. 6. Hal-Hal lain yang mendukung pendampingan perusahaan kripik singkong.
a) Hambatan
1.Sering mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan konsumen untuk jumlah yang
besar.
6. 2.Kesulitan dalam pengolahan dikarenakan cuaca yang tidak menentu.
3.Pengolahan yang memerlukan waktu yang panjang.
4.Pesaing yang terlalu banyak.
b) Manfaat yang saya peroleh
1. Dapat mengetahui bagaiman usaha pembuatan kripik singkong bahkan sampai dengan cara
pemasarannya.
2. Dapat mengetahui cara-cara menark konsumen.
3. Menambah pelajaran saya tentang dunia bisnis dimana dalam kita melakukan dunia bisnis
kita harus sabar, ulet dan harus ada rasa saling percaya karena itu merupakan modal yang
berarti dalam menjalankan suatu usaha atau bisnis
c) Saran
1. Menambah jenis menu untuk meningkatkan variasi menu yang ada
2. Menambah modal dengan meminjam di koperasi atau bank
3. Menambah jumlah karyawan sehingga mempermudah saat ada pesanan dalam jumlah
besar.
Kesimpulan
1. Dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku dan potensi sumber daya manusia
yang ada, usaha pengolahan kripik singkong layak dilakukan
2. Dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi daerah, industri pengolahan kripik singkong
telah memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat di pedesaan baik dalam penyediaan
bahan baku, proses produksi maupun pemasaran.
3. Peningkatan pendapatan rumahtangga dari pengolahan kripik singkong sebesar Rp
2.064.375 per bulan. Disamping itu industri pengolahan mampu meningkatkan pendapatan
lembaga pelaku pemasaran seperti tukang ojek dan kios makanan.