Dokumen tersebut membahas tentang anestesi umum pada pasien yang menjalani operasi tumor maksila. Terdapat penjelasan mengenai persiapan pre-anestesi seperti anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Juga dibahas mengenai teknik anestesi umum, obat-obat yang digunakan seperti narkotik, analgesik dan relaksan otot serta prosedur intubasi endotrakeal.
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...pjj_kemenkes
1. Dokumen tersebut membahas tentang penggolongan obat-obat yang bekerja pada sistem saraf pusat dan otonom serta antibiotika.
2. Obat-obat tersebut dikelompokkan menjadi penstimulasi atau penghambatan sistem saraf pusat, analgesik-antipiretik, antiepilepsi, psikofarmaka, obat sistem saraf otonom, dan antibiotika.
3. Jenis obat yang dijelaskan meliputi amfetamin, metilfenidat
1. Dokumen tersebut membahas tentang penggolongan obat ke dalam tiga kelompok utama yaitu obat sistem saraf pusat, obat sistem saraf otonom, dan antibiotika.
2. Obat sistem saraf pusat dibagi menjadi dua golongan yakni perangsang dan penekan, contohnya amfetamin, metilfenidat, kafein sebagai perangsang dan anestesi, hipnotik, sedatif sebagai penekan.
3. Jenis antibiot
Dokumen tersebut membahas tentang anestesi umum pada pasien yang menjalani operasi tumor maksila. Terdapat penjelasan mengenai persiapan pre-anestesi seperti anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Juga dibahas mengenai teknik anestesi umum, obat-obat yang digunakan seperti narkotik, analgesik dan relaksan otot serta prosedur intubasi endotrakeal.
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...pjj_kemenkes
1. Dokumen tersebut membahas tentang penggolongan obat-obat yang bekerja pada sistem saraf pusat dan otonom serta antibiotika.
2. Obat-obat tersebut dikelompokkan menjadi penstimulasi atau penghambatan sistem saraf pusat, analgesik-antipiretik, antiepilepsi, psikofarmaka, obat sistem saraf otonom, dan antibiotika.
3. Jenis obat yang dijelaskan meliputi amfetamin, metilfenidat
1. Dokumen tersebut membahas tentang penggolongan obat ke dalam tiga kelompok utama yaitu obat sistem saraf pusat, obat sistem saraf otonom, dan antibiotika.
2. Obat sistem saraf pusat dibagi menjadi dua golongan yakni perangsang dan penekan, contohnya amfetamin, metilfenidat, kafein sebagai perangsang dan anestesi, hipnotik, sedatif sebagai penekan.
3. Jenis antibiot
Rencana asuhan keperawatan ini membahas diagnosa dan tindakan untuk meningkatkan fungsi pernapasan dan mengurangi gangguan pertukaran gas, serta meningkatkan toleransi aktivitas dengan memberikan lingkungan yang mendukung dan menjelaskan proses penyakit untuk meningkatkan pemahaman pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang panduan manajemen nyeri di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok. Panduan ini disusun untuk menstandarisasi asesmen dan penanganan nyeri guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya penanganan nyeri. Dokumen ini juga membahas tentang definisi nyeri, ruang lingkup pelayanan, tatalaksana yang meliputi asesmen nyeri, dan pemeriksaan fisik pasien.
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem sarafnataliaayp
1. Dokumen tersebut membahas pengelompokan obat-obat sistem pencernaan dan sistem saraf berdasarkan cara kerja dan contohnya.
2. Juga dijelaskan mekanisme kerja, indikasi, efek samping dari beberapa jenis obat anestetik, hipnotik, sedative, dan psikofarmaka.
3. Informasi penting lainnya adalah persyaratan obat anestetik lokal dan obat hipnotik serta sedative.
Rangkuman tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada anak dan bayi:
- Kompresi dada 100 kali/menit dengan kedalaman 1/3-1/2 dada untuk anak dan 1,5-2,5 cm untuk bayi; ventilasi 1-1,5 detik
- Lokasi pemeriksaan nadi berbeda antara anak (nadi karotis) dan bayi (nadi brakialis)
- Tanda keberhasilan RJP
1. Pasien laki-laki usia 48 tahun dengan diagnosis ulkus diabetes pedis dan riwayat DM dan hipertensi akan menjalani operasi dengan anestesi umum total intravena.
2. Anestesi umum total intravena melibatkan pemberian obat hipnotik, analgesik dan relaksan otot secara intravena seperti propofol, fentanyl dan ketamin.
3. Teknik anestesi ini dianggap aman karena tidak mengganggu jalan nafas dan mudah dilakukan.
PEMAKAIAN ANTIHISTAMIN SECARA RASIONAL
Erwanto Budi W
RS dr H Marzoeki Mahdi Bogor
Heru S, Iris Rengganis
Divisi Alergi Imunologi Klinik Dept I Penyakit Dalam FKUI
2013
Dokumen tersebut memberikan informasi penting tentang kondisi medis seperti alergi, pengobatan, diabetes, serangan jantung, stroke, meningitis, dan asma beserta tindakan dasar yang harus diambil untuk merawat pasien.
Rencana asuhan keperawatan ini membahas diagnosa dan tindakan untuk meningkatkan fungsi pernapasan dan mengurangi gangguan pertukaran gas, serta meningkatkan toleransi aktivitas dengan memberikan lingkungan yang mendukung dan menjelaskan proses penyakit untuk meningkatkan pemahaman pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang panduan manajemen nyeri di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok. Panduan ini disusun untuk menstandarisasi asesmen dan penanganan nyeri guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya penanganan nyeri. Dokumen ini juga membahas tentang definisi nyeri, ruang lingkup pelayanan, tatalaksana yang meliputi asesmen nyeri, dan pemeriksaan fisik pasien.
126990 penggolongan obat sistem pencernaan & sistem sarafnataliaayp
1. Dokumen tersebut membahas pengelompokan obat-obat sistem pencernaan dan sistem saraf berdasarkan cara kerja dan contohnya.
2. Juga dijelaskan mekanisme kerja, indikasi, efek samping dari beberapa jenis obat anestetik, hipnotik, sedative, dan psikofarmaka.
3. Informasi penting lainnya adalah persyaratan obat anestetik lokal dan obat hipnotik serta sedative.
Rangkuman tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada anak dan bayi:
- Kompresi dada 100 kali/menit dengan kedalaman 1/3-1/2 dada untuk anak dan 1,5-2,5 cm untuk bayi; ventilasi 1-1,5 detik
- Lokasi pemeriksaan nadi berbeda antara anak (nadi karotis) dan bayi (nadi brakialis)
- Tanda keberhasilan RJP
1. Pasien laki-laki usia 48 tahun dengan diagnosis ulkus diabetes pedis dan riwayat DM dan hipertensi akan menjalani operasi dengan anestesi umum total intravena.
2. Anestesi umum total intravena melibatkan pemberian obat hipnotik, analgesik dan relaksan otot secara intravena seperti propofol, fentanyl dan ketamin.
3. Teknik anestesi ini dianggap aman karena tidak mengganggu jalan nafas dan mudah dilakukan.
PEMAKAIAN ANTIHISTAMIN SECARA RASIONAL
Erwanto Budi W
RS dr H Marzoeki Mahdi Bogor
Heru S, Iris Rengganis
Divisi Alergi Imunologi Klinik Dept I Penyakit Dalam FKUI
2013
Dokumen tersebut memberikan informasi penting tentang kondisi medis seperti alergi, pengobatan, diabetes, serangan jantung, stroke, meningitis, dan asma beserta tindakan dasar yang harus diambil untuk merawat pasien.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. Sedasi
Definisi
Merupakan tindakan yang menimbulkan efek
depresi kesadaran sehingga menimbulkan rasa
kantuk/tidur dan menghilangkan kecemasan
dengan atau tanpa kehilangan komunikasi
verbal. Biasanya prosedur sedasi disertai dengan
pemberian analgesi untuk memfasilitasi
prosedur/tindakan baik diagnostik maupun
terapetik
2
3. Tingkat sedasi
1. Sedasi minimal
Tingkat sedasi dengan menggunakan obat
dimana penderita masih dapat melakukan
respon secara normal dan perintah lisan,
meskipun fungsi kognitif dan koordinasi
sudah menurun namun fungsi respirasi dan
kardiovaskular tidak dipengaruhi
3
4. Tingkat sedasi
2. Sedasi sedang
Tingkat sedasi dengan menggunakan
obat dimana kesadaran menurun
dengan respon terhadap perintah lisan
dan rangsang taktil sudah menurun
namun tidak membutuhkan intervensi
lebih lanjut untuk menjaga patensi jalan
nafas dan ventilasi spontan yang cukup
4
5. Tingkat sedasi
3. Sedasi dalam/anestesi umum
Tingkat sedasi dengan menggunakan obat
dimana tingkat kesadaran menurun sehingga
penderita tidak memberikan respon terhadap
perintah lisan namun berespon setelah rangsang
nyeri berulang. Kemampuan untuk menjaga
ventilasi secara spontan mungkin akan menurun
sehingga membutuhkan bantuan ventilasi dan
membuka jalan nafas
5
7. Indikasi
Sebagai manajemen cemas, nyeri dan kontrol aktivitas untuk
tindakan:
1. Lumbar puncture pada pediatrik
2. Biopsi/FNAB pada pediatrik
3. Diagnostik/evaluasi radiologis
4. Pemasangan intravena
5. Prosedur lain yang menimbukan rasa nyeri dan cemas
contoh: kuretase, endoskopi
7
8. Kontra Indikasi
– Tanda vital/hemodinamik yang tidak
stabil
– Penderita dengan kemungkinan
kesulitan untuk dilakukan bantuan
resusitasi
8
9. Target Sedasi
– Keamanan dan keselamatan penderita
– Minimalisir rasa nyeri dan tidak nyaman
– Mengontrol kecemasan, meminimalisir trauma psikologis
dan memaksimalkan efek amnesia
– Mengontrol pergerakan untuk memudahkan tindakan
prosedur
– Mengembalikan penderita ke dalam keadaan aman
setelah dilakukan tindakan sedasi baik dari monitoring
hemodinamik maupun kriteria lain
9
11. Evaluasi
Pasien yang akan menjalani sedasi harus dievaluasi
sebelumnya dokumentasi
Anamnesis, PF, penunjang
– Riwayat pengobatan dan anestesi sebelumnya apakah ada
masalah?
– Makan minum terakhir
– Penyakit sebelumnya asma, HT, DM, CHF
– Pengobatan yang dipakai
– Riwayat alergi
– Riwayat infeksi aktif
11
14. Persiapan Preoperatif
1. Persetujuan tindakan
kedokteran/anestesi/sedasi setelah
penjelasan mengenai prosedur
anestesi, penjelasan tentang risiko
tindakan anestesi dan penyulit
yang mungkin terjadi terhadap
penderita kepada penderita, orang
tua atau wali
14
16. Persiapan Preoperatif
2. Persiapan puasa
Intake Waktu Puasa
Cairan Jernih, air putih, juice buah tanpa
ampas, minuman berkarbonasi, teh
2 jam
ASI 4 jam
Sufor/Susu hewan 6 jam
Makanan padat 6-8 jam
16
17. Persiapan Preoperatif
3. Persiapan bila terjadi komplikasi
4. Persiapan alat dan obat(khususnya alat jalan nafas, dan obat
darurat) troli EMG
– Oksigen
– Suction
– Alat tatalaksana jalan nafas OPA, NPA, laringoskop, ETT
– Face mask, ambu bag/jackson reese
– Obat resusitasi
– Obat analgesi dan sedasi
– Alat untuk pemasangan iv line
– Cairan resusitasi
17
18. Pelaksanaan
– Pasien telah dipasang infus dengan nomor besar
sebelumnya lancar
– Penggunaan suplemen oksigen nasal kanul
– Titrasi dan monitoring agent sedasi dan analgetik
– Monitoring kesadaran, fungsi vital secara terus menerus
– Dokumentasi tanda vital setiap 15 menit untuk sedasi
sedang dan setiap 5 menit untuk sedasi dalam
– Dokumentasi penggunaan obat dan waktu pemberian
18
20. Perawatan Pulih Sadar
Setelah penatalaksanaan sedasi penderita
hendaknya dirawat diruang pulih sadar
dengan monitoring tanda vital sampai tidak
ada gangguan depresi pernafasan dan
kardiovaskular
20
21. Perawatan Pulih Sadar
Kriteria umum untuk pemulihan di ruang pulih sadar/RR:
a) Perbedaan tanda vital kurang dari 15% dari tanda
vital pada saat sebelum tindakan
b) Mobilisasi sesuai umur , tanpa bantuan
c) Mampu melakukan intake oral
d) Beberapa agen anestesi seperti ketamin dapat
memberikan efek samping afasia selama 12-24 jam
pada anak aktivitas sebaiknya dibatasi untuk
menghindarkan terjadinya trauma
21