SlideShare a Scribd company logo
SEJARAH INDONESIA
Tentang
“FLAKES”
Disusun oleh :
ADITYA ISMARA
AMARA SALSABILA
FITRI DAMAYANTI
LIA MELIA
VIA MARLIANA
RIZKY SEPTIANI
X Administrasi Perkantoran 3
SMK NEGERI 1 BANJAR
Jl. DR. Husein Kartasasmita Telp. (0265) 741722 Banjar 46311
E-mail : smkn1banjar@gmail.com
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi penelitian ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi penelitian ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
kekurangan karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis tetap
berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu penulis
ucapkan terima kasih.
Banjar, November 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Pengertian Alat Serpih (Flake Tool) ............................................. 3
B. Peninggalan Alat Serpih (Flakes Tool) ......................................... 5
C. Perkembangan Alat Serpih (Flakes Tool) di Indonesia .................. 5
D. Macam-Macam Alat Serpih (Flakes Tool)..................................... 7
E. Bahan Pembuatan Alat Serpih (Flakes Tool)................................. 7
F. Cara Pembuatan Alat Serpih (Flaske Tool).................................... 11
G. Fungsi dan Kegunaan Alat Serpih (Flaske Tool)........................... 14
BAB III PENUTUP......................................................................................... 16
A. Kesimpulan .................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peninggalan sejarah merupakan benda-benda budaya manusia dari masa
yang telah lampau. Wujud peninggalan sejarah meliputi bangunan, peralatan,
perhiasan, dan lain-lain. Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut berupa
peralatan kerja seperti kepala batu (zaman prasejarah). Seperti halnya pada
Zaman Batu yaitu pada masa Paleolitikum (Zaman Batu Tua). Disebut demikian
sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah
atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencahariannya periode ini disebut
masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana.
Penemuan alat-alat batu di Indonesia menyebar di beberapa tempat, baik
di Pulau Jawa maupun di Pulau Indonesia lainnya. Di daerah luar Pulau Jawa
penemuan kapak perimbas antara lain di Lahat (Sumatra Selatan), Kalianda
(Lampung), Awang Bangka (Kalimantan Selantan), Cabenge (Sulawesi
Selatan), Sembiran-Trunyan (Bali), Wangka, Maumere (Flores), dan Atambua,
Kafanmanu (Timor Kupang). Tetapi penemuan yang terpenting ialah penemuan
yang terdapat di daerah Punung, Pacitan dan dikenal dengan nama kebudayaan
Pacitan.
Pembagian zaman prasejarah dalam bidang kebudayaan didasarkan atas
bukti-bukti arkeologis. Pembagian berdasarkan bukti-bukti arkeologis yaitu
pembagian yang didasarkan atas bahan yang berupa peninggalan dari
kebudayaan itu sendiri. Namun tentu saja benda buatan manusia pada masa
silam itu tidak seluruhnya yang sampai kepada kita, bahkan hanya sebagian
kecil saja yang sampai kepada kita terutama yang terbuat dari batu dann logam.
Zaman prasejarah hanya meninggalkan benda-benda atau alat-alat hasil
kebudayaan manusia. Peninggalan seperti itu disebut dengan artefak. Artefak
dari zaman prasejarah terbuat dari batu (Zaman batu atau teknologi zaman batu)
tanah liat dan perunggu.
2
Masa praaksara merupakan masa dimana manusia belum mengenal
tulisan. Peninggalan kebudayaan pada masa praaksara ini sangatlah banyak,
terutama pada zaman batu. Kebudayaan zaman batu terbagi lagi menjadi
kebudayaan zaman batu tua (palaeolithikum), kebudayaan batu madya
(mesolithikum), kebudayaan batu muda (neolithikum), dan kebudayaan batu
besar (megalithikum). Untuk lebih jelasnya mari kita simak peninggalan-
peninggalan kebudayaan apa saja yang ada di masa praaksara ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dalam makalah ini penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah alat serpih (flakes)?
2. Bagaimanakah peninggalan alat serpih (flakes)?
3. Bagaimana bahan pembuatan alat serpih (flakes)?
4. Bagaimana proses / cara pembuatan alat serpih (flakes)?
5. Apa fungsi alat-alat flakes bagi manusia pendukung pada masa
Mesolithikum?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alat Serpih (Flake Tool)
Zaman prasejarah hanya meninggalkan benda-benda atau alat-alat hasil
kebudayaan manusia. Peninggalan seperti itu disebut dengan artefak. Artefak
dari zaman prasejarah terbuat dari batu (Zaman batu atau teknologi zaman batu)
tanah liat dan perunggu.
Salah satu alat batu yang digunakan oleh manusia purba disebut alat
serpih (flakes). Alat serpih-bilah atau flakes adalah alat yang terbuat dari batu
dan berbentuk kecil-kecil. Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu
Chalcedon,yang dapat digunakan untuk mengupas makanan.
Alat serpih-bilah atau flakes adalah alat yang terbuat dari batu dan
berbentuk kecil-kecil. Teknik pembuatan alat-alatnya menunjukkan bahwa
masih melanjutkan cara-cara pembuatan alat pada masa sebelumnya. Namun
pada masa ini, pembuatan alat-alat serpih-bilah jika dilihat dari bentuknya
menunjukkan cara pembuatan yang lebih maju. Hal ini dikarenakan bentuk alat
serpih bilah yang semakin beragam coraknya dan fungsinya. Kadang –kadang
bentuknya kecil dan melalui teknik pemangkasan yang rumit, seperti alat-alat
mikrolit yang memiliki bentuk khas geometric (Soejono, 1984:139).
Pengerjaannya ada yang sudah mengalami pemangkasan sekunder.
Pemangkasan sekunder adalah pengerjaan serpih setelah dilepaskan dari batu
intinya. Biasanya teknik ini lebih menitik beratkan pada pemunculan bentuk
alatnya. Bahan batu yang digunakan untuk membuat alat ini adalah kalsedon,
batu gamping, andesit, dan sebagainya. Tradisi serpih-bilah ini terutama
berlangsung di kehidupan gua yang ada di Sulawesi Tenggara dan pulau-pulau
Nusa Tenggara Timur. Beberapa unsur alat serpih-bilah ada yang
dikembangkan lebih lanjut pada tingkat kemudian yang lebih modern lagi.
Tradisi serpih-bilah di masa yang akan datang berbentuk mata panah bersayap
atau bergerigi dan serpih-bilah yang khusus dibuat dari batu obsidian.
4
Teknik pembuatan alat-alatnya menunjukkan bahwa masih melanjutkan
cara-cara pembuatan alat pada masa sebelumnya. Namun pada masa ini,
pembuatan alat-alat serpih-bilah jika dilihat dari bentuknya menunjukkan cara
pembuatan yang lebih maju. Hal ini dikarenakan bentuk alat serpih bilah yang
semakin beragam coraknya dan fungsinya. Kadang –kadang bentuknya kecil
dan melalui teknik pemangkasan yang rumit, seperti alat-alat mikrolit yang
memiliki bentuk khas geometric (Soejono, 1984:139).
Sekitar dua juta tahun yang lalu, nenek moyang kita mulai membuat dan
menggunakan kapak sederhana dari sejenis kuarsa yang disebut batu api. Sejuta
tahun kemudian, hominid (manusia dini) dengan otak lebih besar yang dinamai
Homo erectus, membuat perkakas batu api yang lebih canggih, seperti belati
kecil dan mata panah untuk berburu. Kini, batuan tertentu banyak digunakan
dalam teknologi modern, sedangkan bor kuat yang menggali batuan untuk
mencari minyak memiliki ujung dari inta.
Gambar Alat Serpih (Flakes)
Peninggalan alat serpih prasejarah di Indonesia dan daerah-daerah
lainnya di sekitar Asia Tenggara sering kali ditemukan bersama-sama dengan
kapak perimbas atau alat batu masif lainnya. Alat serpih termasuk pada
peninggalan masa palaeolitikum atau zaman batu tua.
5
Dalam konteks perkembangan alat-alat batu tingkat Plestosen di
Indonesia dan daerah-daerah sekitar Asia Tenggara, alat serpih sering kali
ditemukan bersama-sama dengan kapak perimbas atau alat batu masif lainnya.
Di beberapa tempat alat serpih merupakan unsur yang dominan dan terkadang
merupakan unsur pokoknya. Alat serpih yang ditemukan di Gua Tabon
(Palawan) dan Gua Niah (Serawak) diperkirakan berlangsung sekitar 30-40 ribu
tahun lalu, yakni pada tingkat akhir Plestosen.
B. Peninggalan Alat Serpih (Flakes Tool)
Peninggalan alat serpih (flake tool) pada masa prasejarah di Indonesia
dan beberapa wilayah lainnya di kawasan Asia Tenggara diketemukan
bersamaan dengan kapak perimbas dan alat batu masif lainnya. Alat serpih
termasuk dalam kelompok alat yang digunakan pada masa palaeolitik atau
zaman batu tua dan terus berlanjut pada masa berikutnya. Alat serpih biasanya
terbuat dari batu walaupun dimungkinkan dibuat dari bahan lainnya. Termasuk
alat yang digunakan menggunakan tangan. Dibentuk dengan cara membelah
batu besar hingga menjadi serpihan yang kemudian dijadikan alat.
Di beberapa tempat penemuannya, alat serpih terkadang merupakan alat
yang paling banyak diketemukan di antara alat-alat batu lainnya. Di Gua Tabon
(Wilayah Kepulauan Palawan, Filipina) dan Gua Niah (di Taman Nasional
Niah, Serawak, Malaysia) temuan alat serpih diperkirakan telah digunakan pada
kurun waktu sekitar 40.000-30.000 tahun yang lalu atau pada tingkat Plestosen
akhir, sementara itu temuan di beberapa wilayah di Kepulauan Indonesia
menunjukan tingkat yang lebih tua lagi, yaitu pada tingkat Plestosen awal.
C. Perkembangan Alat Serpih (Flakes Tool) di Indonesia
Di wilayah Kepulauan Indonesia, tempat penemuan alat serpih yang
sangat penting adalah Punung dan Ngandong (Jawa Timur), Sangiran dan
Gombong (Jawa Tengah); Budaya Toalian (Sulawesi), Mengeruda (Flores),
juga di Sangadat dan Wilayah Gasi Liu (Timor). Selain itu alat ini juga
ditemukan di Lahat (Sumatra Selatan).
6
Tradisi alat serpih menghasilkan pekakas-pekakas yang berbentuk
sederhana dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas. Bahan batuan yang
umum digunakan untuk membuat alat ini adalah beberapa jenis batuan tufa dan
gamping kersikan serta batuan endap.
Alat serpih yang ditemukan bersama-sama pekakas masif dilembah kali
Baksoko, Gede, Sunglon, dan Sirikan di dekat Punung merupakan unsur yang
penting pula dari Budaya Pacitan. Terbukti dari kehadiran jenis perkakas ini
yang melebihi separuh dari jumlah alat-alat batu yang ditemukan. Alat serpih
dan bilah berukuran kecil dan besar (antara 4-10 cm), dan rata-rata menunjukan
kerucut pukul yang jelas. Hal ini karena temuan alat serpih yang hampir separuh
dari jumlah alat batu lain ditemukan. Baik alat serpih, kapak perimbas, kapak
genggam, dan kapak penetak dari budaya Pacitan ini memiliki kemiripan di
beberapa daerah lain sehingga dimungkinkan telah terjadi migrasi dari manusia
pembuatnya.
Sesuai dengan bentuk-bentuknya, alat-alat tersebut digunakan sebagai
penggaruk atau serut, gurdi, penusuk, dan pisau. Sebagian alat dan bilah
menunjukan teknik pembuatan yang telah maju. Penyiapan bentuk-bentuk alat
secara teliti dilakukan sebelum melepaskan batu intinya. Sehingga pada
sejumlah alat tampak faset-faset dari dataran pukulnya (teknik pseudo
Levallois). Di dalam konteks tradisi alat serpih tingkat Plestosen di Indonesia,
sebagian alat serpih-bilah dari Punung ini tergolong maju.
Di dalam konteks tradisi pada tingkat Plestosen, peralatan dari batu
termasuk di dalamnya alat serpih yang ditemukan di wilayah Pacitan
(Pacitanian) mungkin merupakan yang terbesar di Asia. Beberapa situs penting
lainnya di Asia selain di Goa Tabon dan Gua Niah terdapat juga di Fingnoian
(Thailand), Anyathian (Burma), Tampanian (Semenanjung Malaysia), di
Lembah Cagayan yang juga dikenal dengan sebutan Cabalwanian (Filipina),
situs Soanian di Lembah Soan (Pakistan), Chouckoutenian (Cina Utara) dan
juga terdapat di wilayah lainnya seperti di Eropa, Amerika, dan tentu saja juga
di Afrika.
7
D. Macam-Macam Alat Serpih (Flakes Tool)
1. Alat Batu Non-Masif
Alat batu non-masif adalah alat batu dengan ukuran kecil dan tipis.
Kategori alat batu ini terdiri dari :
a. Serpih besar
b. Serpih (flakes)
c. Bilah (blade)
d. Serut (scraper)
e. Serut fosil kayu
2. Alat Batu Masif
Alat batu masif adalah alat batu dengan ukuran besar dan tebal.
Kategori batu in terdiri dari :
a. Kapak perimbas (chopper)
b. Kapak penetak (chopping tool)
c. Proto kapak genggam
d. Bola batu
e. Limbah (sisa dari pembuatan alat batu yang tidak terpakai, terdiri dari
serpihan dan batu inti)
E. Bahan Pembuatan Alat Serpih (Flakes Tool)
“Beberapa Alat serpih yang Dibuat dan Digunakan Homo Sapiens pada Akhir
Paleolitikum”. Foto oleh Sémhur
8
Alat serpih yang diketemukan pada tingkat palaeolitikum atau zaman
batu tua mungkin telah digunakan oleh pithecantrhopus (Mojokertensis dan
Robustus) Meganthropus Paleojavanicus, Pekingnensis, Neanderthal, Cro-
magnon, hingga kemudian dilanjutkan oleh para Homo Sapiens yang muncul
belakangan.
Bahan batuan yang digunakan untuk membuat alat serpih yaitu jenis
batuan tuf (silicified tuff), batu gamping kersikan (silicifed limestone), serta
batuan endapan (sedimen). Jenis batuan tersebut digunakan sebagai bahan
utama dalam membuat alat serpih karena mengingat sifatnya yang keras tetapi
ketika dipukul akan terbelah (bukan hancur) sehingga memudahkan saat
pemrosesannya. Namun, di banyak daerah mungkin batuan tersebut tidak ada,
maka mereka menggunakan batu pasir, granit, quatrzites, kuarsa, batu vulkanik
obsidian, dan bahan lainnya yang tersedia.
Homo Erectus memiliki kecerdasan dalam memilih bahan untuk
pembuatan alat batu. Mereka menggunakan beberapa jenis batu dengan kadar
silika dan tingkat kekerasan tinggi sehingga apabila dipangkas akan
menghasilkan bagian tipis yang tajam. Adapan bahan dasar alat batu antara lain
sebagai berikut :
1. Kalsedon
Batu yang sekarang disebut kalsedon (Chalcedony) adalah kuarsa
jenis kriptokristalin (memiliki struktur kristal yang sangat halus) yang
transparan atau tembus cahaya, digunakan sebagai hiasan dan permata.
Kalsedon tidak sekeras kuarsa murni, dan terdapat dalam jumlah besar di
rongga-rongga batu vulkanis. Kalsedon yang biasa tidak sepenuhnya
transparan, tetapi memiliki bintik-bintik dan pusaran putih-susu. Warnanya
beragam, seperti putih, abu-abu, kuning, biru, dan cokelat.
Kalsedon merupakan batu yang umum dijadikan permata berukir
pada zaman dahulu. Namanya diambil dari nama sebuah kota Yunani kuno,
Kalsedon (di Asia Kecil), yang pernah menjadi sumber mineral tersebut.
Satu-satunya ayat Alkitab yang menyebutkan batu ini menyatakan bahwa
fondasi ketiga tembok Yerusalem Baru adalah kalsedon.
9
Banyak barang barang suci keagamaan yang terbuat dari batu
kalsedon ini seperti salib, jimat, perhiasan jubah, gelang atau kalung,
lambang lambang dan patung. Batu kalsedon dapat ditemukan di
Madagascar, India, Brazil, Burma, Amerika dan Mexico. Batu kalsedon ini
juga di temukan di Pacitan Jawa Timur (Indonesia) .
2. Tuff Kersikan (gamping kersikan)
Gambar gamping kersikan
Batu gamping kersikan dalam bahasa Jawa juga disebut dengan batu
rijang. Batu rijang termasuk dalam kelompok chert yang berwarna gelap.
Bahan baku ini meliputi batu kersika yang berkadar silika tinggi.
Pembedaan dapat dilakukan berdasarkan besar kecilnya tingkat kebeningan
pada tepian serpih. Batu yang kelihatan “kering” ini kurang elastis dan tetap
padat pada saat pemecahan. Batu ini memerlukan pemecahan langsung yang
cukup keras dengan batu pukul yang keras untuk melepaskan serpih,
khusunya untuk serpih pertama, atau sebagai serpih hasil penetakan.
Bongkahan-bongkahan rijang yang dijumpai mempunyai struktur
homogen dan pada umumnya berkualitas bagus. Terlihat sedikit dataran
dengan retakan multi arah. Warnanya kuning gading, abu-abu muda, coklat,
atau hitam dengan tepian bening (Hubert Forestier, 2007: 143).
10
3. Batu Kuarsa
Batu kuarsa ada dua macam walaupun secara kimia mereka
memiliki komposisi yang sama yaitu SiO2.
Batu kuarsa macrocrystalline, contoh batu-batunya adalah
aventurine, batu kecubung kasihan (batu amethyst), batu kuarsa biru, rose
quartz, citrine, batu mata garuda, batu mata kucing, batu kinyang asap
(smoky quartz), batu mata harimau dan prasiolite. Batu kuarsa macam ini
biasanya agak transparent sampai transparent total.
Batu kuarsa cryptocrystalline, contoh batu-batunya adalah batu
kalsedon (batu chalcedony), batu akik bawang (batu chrysoprase), batu akik,
batu darah, batu carnelian dan batu jasper. Batu kuarsa macam ini biasanya
sedikit transparent sampai buram alias susah tembus pandang.
Batu kuarsa paling murni adalah batu kuarsa yang jernih tidak
berwarna, transparent dan kadang agak bersusu. Berbeda dengan batu intan
atau berlian, batu kuarsa tidak memijar cahaya dan tidak seperti batu
aquamarine juga batu kuarsa tidak memancar berbagai cahaya yang
berlainan jika dilihat dari sudut berbeda. Batu kuarsa yang paling besar yang
pernah tercatat adalah berberat 48 ton dan panjangnya sekitar 610 cm. Batu
kuarsa diberi nama dari bangsa Slav yang artinya “keras”. Batunya awet,
tahan lama, indah dan tidak mudah rusak. Walaupun batunya banyak
ditemukan secara alami tetapi kebanyakan batu kuarsa yang digunakan
dalam kebutuhan industri adalah buatan manusia.
4. Obsidian
Obsidian merupakan batuan yang terbentuk oleh hasil kegiatan
erupsi gunung api bersusunan asam hingga basa yang pembekuannya sangat
cepat sehingga akan terbentuk gelas atau kaca daripada kristal dominan.
Obsidian adalah batuan yang disusun secara keseluruhan dari kaca amorf
dan sedikit kristal feldspar, mineral hitam dan kuarsa.
Massa Jenis : 2,36 – 2,5 gram/cm3
11
Warna : Warnanya bening seperti kaca dan warnanya kadang-
kadang hitam mulus, merah tua, agak hijau atau abu-
abu. Batu ini jarang yang berwarna kuning atau merah
putih atau biru. Batu obsidian sering ditemukan
dalam keadaan mengkilau mulus walaupun belum
dipoles. Batu obsidian terbuat dari 70% silicon
dioxide bahkan lebih dan jika tercampur mineral
mineral tertentu warnanya akan berubah.
Karakteristik lain : Batu obsidian mempunyai nilai keras 5-5.5
berdasarkan daftar keras Mohs dan termasuk batu
mulia tanggung.
F. Cara Pembuatan Alat Serpih (Flaske Tool)
Alat-alat batu yang tertua dibuat secara sederhana dengan
membenturkan batu dengan batu, sehingga sebagian dari batu itu pecah dan
meninggalkan bagian-bagian yang tajam. Bagian yang tajam itu lalu dapat
digunakan utuk berbagau keperluan baik memotong, menetak, mengiris,
ataupun menguliti. Secara umum, alat-alat batu dibedakan menjadi alat serpih
dan alat bantu inti. Pembedaan ini didasarkan pada bagian batu yang akan
dipergunakan untuk alat. Alat serpih dibuat dari pecahan atau serpihan batu
yang terlepas dari sisa batu induk yang telah mengalami penyerpihan. Karena
itu, alat serpih pada umumnya tipis dan berukuran kecil, sedangkan alat batu
inti cenderung berukuran cukup besar dan bentuknya tampak lebih masif.
Namun, tidak jarang penyerpihan batu berukuran besar akan menghasilkan
serpih tebal yang berukuran besar. Serpik seperti itu dapat diperlakukan sebagi
bahan batu yang selanjutnya dapat dibentuk menjadi alat batu inti.
Cara untuk membentuk alat sering dibedakan menjadi empat macam
teknik, yaitu:
1. Penyerpihan Paron
2. Penyerpihan Langsung
3. Penyerpihan Tidak Langsung
12
4. Penyerpihan Tekan
5. Penyerpihan Paron
Penyerpihan Paron diduga merupakan teknik yang paling tua untuk
membentuk alat batu sederhana, yaitu dengan cara memukulkan atau
menghempaskan batu yang hendak dibuat alat pada batu pelandas (paron). Alat
batu yang dihasilkan bentuknya cenderung tidak teratur, karena si pembuat
tidak dapat mengendalikan bentuk pecahan atau serpihan batunya. Bentuk alat
mungkin dianggap tidak terlalu penting, yang penting pecahan-pecahan batu itu
menghasilkan sisi-sisi tajam yang dapat digunakan untuk mengiris atau
menetak. Dalam perkembangan lebih lanjut, penyerpihan paron dapat juga
dikendalikan lebih baik dengan cara meletakkan batu yang hendak dibentuk
pada pelandas, kemudian dipukul langsung atau tidak langsung dengan alat
pukul, baik dari batu atau tulang yang dikeraskan. Cara ini disebut teknik
bipolar (dua kutub), karena menghasilkan alat yang seakan-akan diserpih dari
dua arah berlawanan secara bersamaan.
1. Penyerpihan Langsung
Penyerpihan langsung dilakukan dengan cara memukul batu yang akan
dibentuk dengan alat pemukul. Cara ini paling umum digunakan untuk
membuat alat-alat batu yang bentuknya agak kasar dengan faset-faset yang
cenderung lebar.
2. Penyerpihan Tidak Langsung
Untuk membuat alat batu yang lebih terpola bentuknya dengan faset-faset
yang lebih kecil dan rapi biasanya digunakan teknik penyerpihan tidak
langsung. Dalam hal ini, bahan batu tidak kontak langsung dengan alat
pukulnya, tetapi melalui alat perantara yang biasanya dibuat dari tulang
keras dengan ujung runcing. Dengan alat perantara yang runcing, si
pembuat dapat memilih titik-titik benturan secara lebih cermat, sehingga
arah pukul dan gaya yang diterapkan dapat dikendalikan lebih baik.
Hasilnya, bentuk penyerpihan atau cekungan yang terbentuk pada batu inti
akan lebih teratur. Cara ini dipakai antara lain untuk membuat bilah batu
(blade), yaitu alat serpih yang memanjang dengan bentuk sisi yang sejajar.
13
3. Penyerpihan Tekan
Penyerpihan tekan merupakan teknik pembentukan yang paling terkendali.
Untuk melepaskan serpihan atau membuat cekungan pada batu, batu yang
dibentuk tidak lagi dipukul, tetapi hanya ditekan kuat-kuat dengan alat
penekan yang runcing. Ketika diserpih, batu yang dibentuk biasanya
dipegang erat pada salah satu telapak tangan atau diletakkan di atas paha si
pembuat yang dilandasi kulit. Cara ini umumnya dipakai untuk membentuk
alau batu yang permukaannya berfaset-faset halus dan rapi, atau diterapkan
untuk memberikan sentuhan akhir pada alat batu yang bentuknya rumit.
Di Indonesia, pembuatan alat-alat batu yang tertua umumnya dilakukan
dengan cara penyerpihan langsung dan kadang kala teknik bipolar. Hal ini
terlihat dari temuan alat serpih tertua yang ditemukan di Situs Sangiran . di Situs
Sangiran, alat serpih ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald pada
formasi Kabuh yang terendapkan. Bahan alat-alat serpih itu biasanya dari batu
setengah mulia antara lain kaseldon dan jasper.
Tradisi alat serpih dimungkinkan ada karena alat-alat tersebut memang
sengaja diciptakan dan bukan sesuatu yang kebetulan. Alat-alat serpih yang
ditemukan biasanya memperlihatkan pemrosesan serta bentuk kerucut yang
jelas. Serpihan yang terjadi karena sebab-sebab alamiah biasanya “tidak jelas
bentuknya” misalnya pada bagian patahan yang tidak memiliki tanda riak
seperti yang dibuat oleh manusia.
Prinsip dasar dalam pembuatan alat-alat batu adalah menghilangkan
sebagian dari batu awal. Ini adalah cara untuk membuat berbagai alat batu, baik
itu kapak genggam, primbas, batu penetak, kapak persegi, atau kapak lonjong,
tapi alat serpih menunjukan karakteristik alat yang khusus dan bukan karena
bekas serpihan dari alat lainnya. Mungkin awalnya alat serpih memang tidak
sengaja ditemukan dari hasil pecahan batu lainnya, tapi karakteristik
selanjutnya menjunjukan alat serpih adalah bagian dari sebuah proses yang pasti
dan memang sengaja diciptakan.
Alat serpih dibuat dengan menghantam batu dengan kapak genggam
hingga didapat serpihan yang diinginkan (pemukulan langsung) atau bisa juga
14
dengan menggunakan kapak persegi yang telah diberi tangkai dari tulang atau
kayu untuk memisahkan serpihan dari batu intinya (pemukulan tidak langsung).
Dengan cara pemukulan tidak langsung, pembuatnya bisa mengontrol ukuran
dan bahkan bentuk yang diinginkan.
Beberapa alat serpih menunjukan teknik pembuatan yang telah maju
yang umumnya telah secara cermat terlepas dari batu intinya sehingga pada
sejumlah alat terlihat pola dataran pukulnya (teknikpseudo Levallois). Sering
juga ditemukan pola pangkasan yang dilakukan ke masing-masing sisi dan
bidangnya sehingga tercipta bentuk tajaman yang berliku.
G. Fungsi dan Kegunaan Alat Serpih (Flaske Tool)
Alat Serpih (flakes tool). Foto oleh Didier Descouens
Apa yang bisa dilakukan oleh sepotong batu kecil yang memiliki sisi-
sisi yang tajam?
Sesuai dengan bentuknya, alat serpih mungkin digunakan sebagai pisau,
alat serut, penghalus, gurdi, penyayat, pemotong, pengikis, pengeruk, pengerik,
penggores dan sebagainya. Tapi jika pertanyaannya untuk kegiatan apa saja alat
serpih itu digunakan, bisa jadi jawabannya berada di luar pikiran kita saat ini.
15
Kondisi alam dan kegiatan yang pada saat itu sering dilakukan, serta
informasi-informasi lainnya yang bersumber dari hasil uji laboratorium akan
menambah keakuratan tentang kegunaan dari alat serpih ini. Misalnya alat
serpih pada masa berburu, tentu akan bertambah kegunaannya ketika digunakan
oleh masyarakat yang sudah menetap dan melakukan usaha-usaha pertanian.
Akan tetapi, biasanya fungsi dasar tidak begitu jauh bergeser terutama jika
dilihat dari bentuk.
16
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di paparkan di atas, maka dapat kami
simpulkan bahwa Zaman prasejarah hanya meninggalkan benda-benda
kebudayaan manusia. Salah satu alat batu yang digunakan oleh manusia purba
disebut alat serpih (flakes). Alat serpih-bilah atau flakes adalah alat yang terbuat
dari batu dan berbentuk kecil-kecil.
Dominasi alat serpih menyebabkan sebutan yang terkenal yaitu
“Industri Serpih Sangiran” (Sangiran-Flakes Industry). Sangiran Flakes
Industry hingga kini masih menjadi perdebatan di antara para ahli. Koenigswald
mengemukakan teori ini setelah ia menemukan serpih-serpih batu berserakan di
permukaan bukit Ngebung 1934. Teori Koenigswald menemui buktinya,
bahkan berusia lebih tua dari yang diduga semula, yakni 0,8 juta tahun.
Macam-macam alat serpih dikelompokkan menjadi tiga yaitu: alat batu
non masif adalah alat batu dengan ukuran kecil dan tipis; alat batu masif adalah
alat batu dengan ukuran besar dan tebal; dan limbah adalah sisa pembuatan alat
batu yang tidak terpakai. Cara untuk membentuk alat sering dibedakan menjadi
empat macam teknik, yaitu: penyerpihan paron, langsung, tidak langsung, dan
penyerpihan tekan. Adapan bahan dasar alat batu antara lain kalsedon, tuff
kersikan ( gamping kersikan), batu kuarsa, obsidian.
B. Saran
Setelah memahami peninggalan kebudayaan manusia purba yang
berupa flakes, kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang
hal tersebut. Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Jadi kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun baik dari dosen maupun dari teman-teman semua. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan siapapun yang membacanya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Herimanto. 2012. Sejarah Indonesia Masa Praaksara. Yogyakarta : Ombak.
Paeni, Mukhlis. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.
Forestier, Hubert. 2007. Ribuan Gunung, Ribuan Alat Batu: Prasejarah Song
Keplek, Gunung Sewu, Jawa Timur. Jakarta : Gramedia.
Poesponegoro, Mawardi Djoened, dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah
Nasional Indonesia (Edisi Pemutakhiran). Jakarta : Balai Pustaka.
Bellwood, Petter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia edisi Revisi.
Terjemahan oleh T.W. Kamil. Jakarta : PT Gramedia
Soekmono. 1988. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta:
Kanisius
Soejono, R.P. 1985. Temuan baru alat-alat Paleolitik di Indonesia. Jakarta : Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional
Sujud P.J, Slamet. 2008. Fungsi Artefak Litik Masa Prasejarah (Kajian
Etnoarkeologi), 1 (1) : 31-38
Suprapta, Drs Blasius. 1991. Ikhtisar Prasejarah Indonesia: Pendekatan model
Konsepsi Teknologi. Malang : FPIPS Ikip Malang
Munoz, Paul Michel.2006. Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan
Semenanjung Malaysia.Yogyakarta:Mitra Abadi.

More Related Content

What's hot

MA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docx
MA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docxMA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docx
MA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docx
FikramMunandar
 
Pembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurusPembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurus
Indra Cecen
 
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -
Isya Ansyari
 
140710080104 2 1192
140710080104 2 1192140710080104 2 1192
140710080104 2 1192
kerong
 
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruckestimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
evamanroe
 
Point load
Point loadPoint load
POLA INTERAKSI AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BEJI DI WILAYAH KABUPATEN M...
POLA INTERAKSI AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BEJI DI WILAYAH KABUPATEN M...POLA INTERAKSI AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BEJI DI WILAYAH KABUPATEN M...
POLA INTERAKSI AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BEJI DI WILAYAH KABUPATEN M...
Dasapta Erwin Irawan
 
Batuan sedimen
Batuan sedimenBatuan sedimen
Batuan sedimen
Kartika Rahayu
 
Materi milling machine
Materi milling machineMateri milling machine
Materi milling machineAndi Anggriani
 
Moluska
MoluskaMoluska
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdanaJurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
Diponegoro University
 
PRODUCT KNOWLEDGE_LUTFI AMRULLAH (1).pdf
PRODUCT KNOWLEDGE_LUTFI AMRULLAH (1).pdfPRODUCT KNOWLEDGE_LUTFI AMRULLAH (1).pdf
PRODUCT KNOWLEDGE_LUTFI AMRULLAH (1).pdf
ThoriqWafa2
 
Tugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik MesinTugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik MesinAlekson Sihombing
 
Metamorfic Rocks
Metamorfic RocksMetamorfic Rocks
Metamorfic Rocks
Dedy Aslam
 
Tugas aircraft structure
Tugas aircraft structureTugas aircraft structure
Tugas aircraft structure
namakugilang
 
Nasionalisme mesir
Nasionalisme mesirNasionalisme mesir
Nasionalisme mesir
Luthfi Nk
 
Zaman logam
Zaman logamZaman logam
Zaman logam
Dwi Anom
 

What's hot (20)

MA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docx
MA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docxMA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docx
MA 3 NADIA MAKFIRA RAMADANI.docx
 
Pembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurusPembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurus
 
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -Penyanggaan  tambang bawah tanah - isya ansyari -
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -
 
140710080104 2 1192
140710080104 2 1192140710080104 2 1192
140710080104 2 1192
 
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruckestimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
estimasi bucket fill factor berdasarkan volume angkut DumpTruck
 
Point load
Point loadPoint load
Point load
 
POLA INTERAKSI AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BEJI DI WILAYAH KABUPATEN M...
POLA INTERAKSI AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BEJI DI WILAYAH KABUPATEN M...POLA INTERAKSI AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BEJI DI WILAYAH KABUPATEN M...
POLA INTERAKSI AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BEJI DI WILAYAH KABUPATEN M...
 
Batuan sedimen
Batuan sedimenBatuan sedimen
Batuan sedimen
 
Zaman batu
Zaman batuZaman batu
Zaman batu
 
Materi milling machine
Materi milling machineMateri milling machine
Materi milling machine
 
Moluska
MoluskaMoluska
Moluska
 
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdanaJurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
 
PRODUCT KNOWLEDGE_LUTFI AMRULLAH (1).pdf
PRODUCT KNOWLEDGE_LUTFI AMRULLAH (1).pdfPRODUCT KNOWLEDGE_LUTFI AMRULLAH (1).pdf
PRODUCT KNOWLEDGE_LUTFI AMRULLAH (1).pdf
 
Naskah teater
Naskah teaterNaskah teater
Naskah teater
 
Tugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik MesinTugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik Mesin
 
Proses shearing
Proses shearingProses shearing
Proses shearing
 
Metamorfic Rocks
Metamorfic RocksMetamorfic Rocks
Metamorfic Rocks
 
Tugas aircraft structure
Tugas aircraft structureTugas aircraft structure
Tugas aircraft structure
 
Nasionalisme mesir
Nasionalisme mesirNasionalisme mesir
Nasionalisme mesir
 
Zaman logam
Zaman logamZaman logam
Zaman logam
 

Viewers also liked

Periodesasi Kehidupan Manusia Purba
Periodesasi Kehidupan Manusia PurbaPeriodesasi Kehidupan Manusia Purba
Periodesasi Kehidupan Manusia Purba
didid
 
Kerajaan hindu di bali
Kerajaan hindu di baliKerajaan hindu di bali
Kerajaan hindu di bali
Krisma Mahendra
 
Homo sapiens
Homo sapiensHomo sapiens
Homo sapiens
agussy supri
 
Kebudayaan zaman pra-aksara
Kebudayaan zaman pra-aksaraKebudayaan zaman pra-aksara
Kebudayaan zaman pra-aksara
Nur Anisah
 
Homo sapiens presentation 6F
Homo sapiens presentation 6FHomo sapiens presentation 6F
Homo sapiens presentation 6F
alabarge17
 
Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Mulia Fathan
 
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
Deli Maulana Jabet
 

Viewers also liked (7)

Periodesasi Kehidupan Manusia Purba
Periodesasi Kehidupan Manusia PurbaPeriodesasi Kehidupan Manusia Purba
Periodesasi Kehidupan Manusia Purba
 
Kerajaan hindu di bali
Kerajaan hindu di baliKerajaan hindu di bali
Kerajaan hindu di bali
 
Homo sapiens
Homo sapiensHomo sapiens
Homo sapiens
 
Kebudayaan zaman pra-aksara
Kebudayaan zaman pra-aksaraKebudayaan zaman pra-aksara
Kebudayaan zaman pra-aksara
 
Homo sapiens presentation 6F
Homo sapiens presentation 6FHomo sapiens presentation 6F
Homo sapiens presentation 6F
 
Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
Sejarah - Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Tengah)
 
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...
 

Similar to Makalah sejarah indonesia (flake tool)

SJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptx
SJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptxSJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptx
SJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptx
nurulhidayat267738
 
PERKEMBANGAN_TEKNOLOGI.pptx
PERKEMBANGAN_TEKNOLOGI.pptxPERKEMBANGAN_TEKNOLOGI.pptx
PERKEMBANGAN_TEKNOLOGI.pptx
SolihinShaqiqcalonsa
 
sejarah "perkembangan teknologi"
sejarah "perkembangan teknologi"sejarah "perkembangan teknologi"
sejarah "perkembangan teknologi"
balqis18
 
Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesia
Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesiaPeriodisasi kehidupan awal manusia di indonesia
Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesia
Mentari Arsharanti
 
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesiaHasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
X-MIA5 SMANCIL
 
Pembabakan secara arkeologis
Pembabakan secara arkeologisPembabakan secara arkeologis
Pembabakan secara arkeologis
Dian Agustin
 
Perkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di Indonesia
Perkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di IndonesiaPerkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di Indonesia
Perkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di Indonesia
Rauda Nevilia
 
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesiaHasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
hanif dwi satria
 
Pembagian zaman berdasarkan benda hasil budaya atau arkeologi
Pembagian zaman berdasarkan benda hasil budaya atau arkeologiPembagian zaman berdasarkan benda hasil budaya atau arkeologi
Pembagian zaman berdasarkan benda hasil budaya atau arkeologi
rendrafauzi
 
Pembagian zaman pra aksara dan hasil budayanya.pptx
Pembagian zaman pra aksara dan hasil budayanya.pptxPembagian zaman pra aksara dan hasil budayanya.pptx
Pembagian zaman pra aksara dan hasil budayanya.pptx
trisumardiati1
 
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesiaHasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
X-MIA5 SMANCIL
 
Rivaldy arief & shaquel
Rivaldy arief & shaquelRivaldy arief & shaquel
Rivaldy arief & shaquel
X-MIA5 SMANCIL
 
Periodisasi jaman prasejarah smt2 2.11,2.1.2_
Periodisasi jaman prasejarah smt2 2.11,2.1.2_Periodisasi jaman prasejarah smt2 2.11,2.1.2_
Periodisasi jaman prasejarah smt2 2.11,2.1.2_
deden98
 
Praaksara yey.pptx
Praaksara yey.pptxPraaksara yey.pptx
Praaksara yey.pptx
salmairmasuryani1203
 
Perkembangan Tekhnologi di Zaman Prasejarah
Perkembangan Tekhnologi di Zaman PrasejarahPerkembangan Tekhnologi di Zaman Prasejarah
Perkembangan Tekhnologi di Zaman Prasejarah
Ruki
 
Zaman Paleolitikum (Batu Tua) kelas X SMA sem.1
Zaman Paleolitikum (Batu Tua) kelas X SMA sem.1Zaman Paleolitikum (Batu Tua) kelas X SMA sem.1
Zaman Paleolitikum (Batu Tua) kelas X SMA sem.1
Aulia Safitri
 
HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARA
HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARAHASIL BUDAYA MASA PRAAKSARA
HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARA
Rayhan Ilham
 
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARAHASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
Rayhan Ilham
 
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARAHASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARA
Rayhan Ilham
 
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksara
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksaraPerkembangan teknologi pada zaman pra aksara
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksara
Farhan Fattah
 

Similar to Makalah sejarah indonesia (flake tool) (20)

SJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptx
SJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptxSJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptx
SJP 10 PART 2 HASIL KEBUDAYAAN MANUSIA PURBA.pptx
 
PERKEMBANGAN_TEKNOLOGI.pptx
PERKEMBANGAN_TEKNOLOGI.pptxPERKEMBANGAN_TEKNOLOGI.pptx
PERKEMBANGAN_TEKNOLOGI.pptx
 
sejarah "perkembangan teknologi"
sejarah "perkembangan teknologi"sejarah "perkembangan teknologi"
sejarah "perkembangan teknologi"
 
Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesia
Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesiaPeriodisasi kehidupan awal manusia di indonesia
Periodisasi kehidupan awal manusia di indonesia
 
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesiaHasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
 
Pembabakan secara arkeologis
Pembabakan secara arkeologisPembabakan secara arkeologis
Pembabakan secara arkeologis
 
Perkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di Indonesia
Perkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di IndonesiaPerkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di Indonesia
Perkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di Indonesia
 
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesiaHasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
 
Pembagian zaman berdasarkan benda hasil budaya atau arkeologi
Pembagian zaman berdasarkan benda hasil budaya atau arkeologiPembagian zaman berdasarkan benda hasil budaya atau arkeologi
Pembagian zaman berdasarkan benda hasil budaya atau arkeologi
 
Pembagian zaman pra aksara dan hasil budayanya.pptx
Pembagian zaman pra aksara dan hasil budayanya.pptxPembagian zaman pra aksara dan hasil budayanya.pptx
Pembagian zaman pra aksara dan hasil budayanya.pptx
 
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesiaHasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
 
Rivaldy arief & shaquel
Rivaldy arief & shaquelRivaldy arief & shaquel
Rivaldy arief & shaquel
 
Periodisasi jaman prasejarah smt2 2.11,2.1.2_
Periodisasi jaman prasejarah smt2 2.11,2.1.2_Periodisasi jaman prasejarah smt2 2.11,2.1.2_
Periodisasi jaman prasejarah smt2 2.11,2.1.2_
 
Praaksara yey.pptx
Praaksara yey.pptxPraaksara yey.pptx
Praaksara yey.pptx
 
Perkembangan Tekhnologi di Zaman Prasejarah
Perkembangan Tekhnologi di Zaman PrasejarahPerkembangan Tekhnologi di Zaman Prasejarah
Perkembangan Tekhnologi di Zaman Prasejarah
 
Zaman Paleolitikum (Batu Tua) kelas X SMA sem.1
Zaman Paleolitikum (Batu Tua) kelas X SMA sem.1Zaman Paleolitikum (Batu Tua) kelas X SMA sem.1
Zaman Paleolitikum (Batu Tua) kelas X SMA sem.1
 
HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARA
HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARAHASIL BUDAYA MASA PRAAKSARA
HASIL BUDAYA MASA PRAAKSARA
 
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARAHASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA-AKSARA
 
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARAHASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARA
HASIL BUDAYA PADA MASA PRA AKSARA
 
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksara
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksaraPerkembangan teknologi pada zaman pra aksara
Perkembangan teknologi pada zaman pra aksara
 

Recently uploaded

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
SriWahyuni58535
 
Modul Ajar Fisika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Fisika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Fisika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Fisika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Modul Ajar Informatika Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Informatika Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Informatika Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Informatika Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdfTugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
SafaAgrita1
 
Panduan SKP PPPK GTK 2024 edit 31 Mei 2024 .pptx
Panduan SKP PPPK GTK 2024 edit 31 Mei 2024 .pptxPanduan SKP PPPK GTK 2024 edit 31 Mei 2024 .pptx
Panduan SKP PPPK GTK 2024 edit 31 Mei 2024 .pptx
Mughits Rifai
 
Kurangi Plastik Hidup Jadi Asyik_SD_SDN Klangrong I_PC. Kejayan.pdf
Kurangi Plastik Hidup Jadi Asyik_SD_SDN Klangrong I_PC. Kejayan.pdfKurangi Plastik Hidup Jadi Asyik_SD_SDN Klangrong I_PC. Kejayan.pdf
Kurangi Plastik Hidup Jadi Asyik_SD_SDN Klangrong I_PC. Kejayan.pdf
SamsulArifin441594
 
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah MingguMateri Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
BOWLNChannel
 
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Herry Prasetyo
 
MODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA KELAS 4 FASE B.docx
MODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA  KELAS 4 FASE B.docxMODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA  KELAS 4 FASE B.docx
MODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA KELAS 4 FASE B.docx
AtikIstikhomatin
 
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa IndonesiaPengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
sucibrooks86
 
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdfLAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
kompdua2
 
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
nengenok23
 
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi BencanaMateri Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
AyuniDwiLestari
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
vivi211570
 
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
AdeSutisna19
 
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.pptEpidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
yuanitaclara1
 
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
BAHTIARMUHAMAD
 
Modul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.pptKIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
WAYANDARSANA1
 
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptxAksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
dhenisarlini86
 

Recently uploaded (20)

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
 
Modul Ajar Fisika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Fisika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Fisika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Fisika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul Ajar Informatika Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Informatika Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Informatika Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Informatika Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdfTugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
 
Panduan SKP PPPK GTK 2024 edit 31 Mei 2024 .pptx
Panduan SKP PPPK GTK 2024 edit 31 Mei 2024 .pptxPanduan SKP PPPK GTK 2024 edit 31 Mei 2024 .pptx
Panduan SKP PPPK GTK 2024 edit 31 Mei 2024 .pptx
 
Kurangi Plastik Hidup Jadi Asyik_SD_SDN Klangrong I_PC. Kejayan.pdf
Kurangi Plastik Hidup Jadi Asyik_SD_SDN Klangrong I_PC. Kejayan.pdfKurangi Plastik Hidup Jadi Asyik_SD_SDN Klangrong I_PC. Kejayan.pdf
Kurangi Plastik Hidup Jadi Asyik_SD_SDN Klangrong I_PC. Kejayan.pdf
 
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah MingguMateri Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
 
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
 
MODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA KELAS 4 FASE B.docx
MODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA  KELAS 4 FASE B.docxMODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA  KELAS 4 FASE B.docx
MODUL AJAR BAB 1 - B. INDONESIA KELAS 4 FASE B.docx
 
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa IndonesiaPengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
Pengenalan Morfologi & Tata Bahasa Indonesia
 
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdfLAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
LAPORAN GUrU PIKET laporan piket lap.pdf
 
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docxUNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
UNIT 3 PB 1 MODUL AJAR PPKn KELAS 5 - modulguruku.com.docx
 
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi BencanaMateri Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
Materi Geografi Kelas 11 Mitigasi Bencana
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
 
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Peduli Sampah Selamatkan Generasi - F...
 
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.pptEpidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
 
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
(Fase B ) - Gaya Hidup Berkelanjutan (P5).docx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.pptKIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
KIAN karya ilmiah akhir ners keperawatan medikal bedah.ppt
 
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptxAksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
 

Makalah sejarah indonesia (flake tool)

  • 1. SEJARAH INDONESIA Tentang “FLAKES” Disusun oleh : ADITYA ISMARA AMARA SALSABILA FITRI DAMAYANTI LIA MELIA VIA MARLIANA RIZKY SEPTIANI X Administrasi Perkantoran 3 SMK NEGERI 1 BANJAR Jl. DR. Husein Kartasasmita Telp. (0265) 741722 Banjar 46311 E-mail : smkn1banjar@gmail.com 2015
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi penelitian ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi penelitian ini. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih. Banjar, November 2015 Penulis
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3 A. Pengertian Alat Serpih (Flake Tool) ............................................. 3 B. Peninggalan Alat Serpih (Flakes Tool) ......................................... 5 C. Perkembangan Alat Serpih (Flakes Tool) di Indonesia .................. 5 D. Macam-Macam Alat Serpih (Flakes Tool)..................................... 7 E. Bahan Pembuatan Alat Serpih (Flakes Tool)................................. 7 F. Cara Pembuatan Alat Serpih (Flaske Tool).................................... 11 G. Fungsi dan Kegunaan Alat Serpih (Flaske Tool)........................... 14 BAB III PENUTUP......................................................................................... 16 A. Kesimpulan .................................................................................... 16 B. Saran .............................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peninggalan sejarah merupakan benda-benda budaya manusia dari masa yang telah lampau. Wujud peninggalan sejarah meliputi bangunan, peralatan, perhiasan, dan lain-lain. Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut berupa peralatan kerja seperti kepala batu (zaman prasejarah). Seperti halnya pada Zaman Batu yaitu pada masa Paleolitikum (Zaman Batu Tua). Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencahariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Penemuan alat-alat batu di Indonesia menyebar di beberapa tempat, baik di Pulau Jawa maupun di Pulau Indonesia lainnya. Di daerah luar Pulau Jawa penemuan kapak perimbas antara lain di Lahat (Sumatra Selatan), Kalianda (Lampung), Awang Bangka (Kalimantan Selantan), Cabenge (Sulawesi Selatan), Sembiran-Trunyan (Bali), Wangka, Maumere (Flores), dan Atambua, Kafanmanu (Timor Kupang). Tetapi penemuan yang terpenting ialah penemuan yang terdapat di daerah Punung, Pacitan dan dikenal dengan nama kebudayaan Pacitan. Pembagian zaman prasejarah dalam bidang kebudayaan didasarkan atas bukti-bukti arkeologis. Pembagian berdasarkan bukti-bukti arkeologis yaitu pembagian yang didasarkan atas bahan yang berupa peninggalan dari kebudayaan itu sendiri. Namun tentu saja benda buatan manusia pada masa silam itu tidak seluruhnya yang sampai kepada kita, bahkan hanya sebagian kecil saja yang sampai kepada kita terutama yang terbuat dari batu dann logam. Zaman prasejarah hanya meninggalkan benda-benda atau alat-alat hasil kebudayaan manusia. Peninggalan seperti itu disebut dengan artefak. Artefak dari zaman prasejarah terbuat dari batu (Zaman batu atau teknologi zaman batu) tanah liat dan perunggu.
  • 5. 2 Masa praaksara merupakan masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Peninggalan kebudayaan pada masa praaksara ini sangatlah banyak, terutama pada zaman batu. Kebudayaan zaman batu terbagi lagi menjadi kebudayaan zaman batu tua (palaeolithikum), kebudayaan batu madya (mesolithikum), kebudayaan batu muda (neolithikum), dan kebudayaan batu besar (megalithikum). Untuk lebih jelasnya mari kita simak peninggalan- peninggalan kebudayaan apa saja yang ada di masa praaksara ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, dalam makalah ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah alat serpih (flakes)? 2. Bagaimanakah peninggalan alat serpih (flakes)? 3. Bagaimana bahan pembuatan alat serpih (flakes)? 4. Bagaimana proses / cara pembuatan alat serpih (flakes)? 5. Apa fungsi alat-alat flakes bagi manusia pendukung pada masa Mesolithikum?
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Alat Serpih (Flake Tool) Zaman prasejarah hanya meninggalkan benda-benda atau alat-alat hasil kebudayaan manusia. Peninggalan seperti itu disebut dengan artefak. Artefak dari zaman prasejarah terbuat dari batu (Zaman batu atau teknologi zaman batu) tanah liat dan perunggu. Salah satu alat batu yang digunakan oleh manusia purba disebut alat serpih (flakes). Alat serpih-bilah atau flakes adalah alat yang terbuat dari batu dan berbentuk kecil-kecil. Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon,yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Alat serpih-bilah atau flakes adalah alat yang terbuat dari batu dan berbentuk kecil-kecil. Teknik pembuatan alat-alatnya menunjukkan bahwa masih melanjutkan cara-cara pembuatan alat pada masa sebelumnya. Namun pada masa ini, pembuatan alat-alat serpih-bilah jika dilihat dari bentuknya menunjukkan cara pembuatan yang lebih maju. Hal ini dikarenakan bentuk alat serpih bilah yang semakin beragam coraknya dan fungsinya. Kadang –kadang bentuknya kecil dan melalui teknik pemangkasan yang rumit, seperti alat-alat mikrolit yang memiliki bentuk khas geometric (Soejono, 1984:139). Pengerjaannya ada yang sudah mengalami pemangkasan sekunder. Pemangkasan sekunder adalah pengerjaan serpih setelah dilepaskan dari batu intinya. Biasanya teknik ini lebih menitik beratkan pada pemunculan bentuk alatnya. Bahan batu yang digunakan untuk membuat alat ini adalah kalsedon, batu gamping, andesit, dan sebagainya. Tradisi serpih-bilah ini terutama berlangsung di kehidupan gua yang ada di Sulawesi Tenggara dan pulau-pulau Nusa Tenggara Timur. Beberapa unsur alat serpih-bilah ada yang dikembangkan lebih lanjut pada tingkat kemudian yang lebih modern lagi. Tradisi serpih-bilah di masa yang akan datang berbentuk mata panah bersayap atau bergerigi dan serpih-bilah yang khusus dibuat dari batu obsidian.
  • 7. 4 Teknik pembuatan alat-alatnya menunjukkan bahwa masih melanjutkan cara-cara pembuatan alat pada masa sebelumnya. Namun pada masa ini, pembuatan alat-alat serpih-bilah jika dilihat dari bentuknya menunjukkan cara pembuatan yang lebih maju. Hal ini dikarenakan bentuk alat serpih bilah yang semakin beragam coraknya dan fungsinya. Kadang –kadang bentuknya kecil dan melalui teknik pemangkasan yang rumit, seperti alat-alat mikrolit yang memiliki bentuk khas geometric (Soejono, 1984:139). Sekitar dua juta tahun yang lalu, nenek moyang kita mulai membuat dan menggunakan kapak sederhana dari sejenis kuarsa yang disebut batu api. Sejuta tahun kemudian, hominid (manusia dini) dengan otak lebih besar yang dinamai Homo erectus, membuat perkakas batu api yang lebih canggih, seperti belati kecil dan mata panah untuk berburu. Kini, batuan tertentu banyak digunakan dalam teknologi modern, sedangkan bor kuat yang menggali batuan untuk mencari minyak memiliki ujung dari inta. Gambar Alat Serpih (Flakes) Peninggalan alat serpih prasejarah di Indonesia dan daerah-daerah lainnya di sekitar Asia Tenggara sering kali ditemukan bersama-sama dengan kapak perimbas atau alat batu masif lainnya. Alat serpih termasuk pada peninggalan masa palaeolitikum atau zaman batu tua.
  • 8. 5 Dalam konteks perkembangan alat-alat batu tingkat Plestosen di Indonesia dan daerah-daerah sekitar Asia Tenggara, alat serpih sering kali ditemukan bersama-sama dengan kapak perimbas atau alat batu masif lainnya. Di beberapa tempat alat serpih merupakan unsur yang dominan dan terkadang merupakan unsur pokoknya. Alat serpih yang ditemukan di Gua Tabon (Palawan) dan Gua Niah (Serawak) diperkirakan berlangsung sekitar 30-40 ribu tahun lalu, yakni pada tingkat akhir Plestosen. B. Peninggalan Alat Serpih (Flakes Tool) Peninggalan alat serpih (flake tool) pada masa prasejarah di Indonesia dan beberapa wilayah lainnya di kawasan Asia Tenggara diketemukan bersamaan dengan kapak perimbas dan alat batu masif lainnya. Alat serpih termasuk dalam kelompok alat yang digunakan pada masa palaeolitik atau zaman batu tua dan terus berlanjut pada masa berikutnya. Alat serpih biasanya terbuat dari batu walaupun dimungkinkan dibuat dari bahan lainnya. Termasuk alat yang digunakan menggunakan tangan. Dibentuk dengan cara membelah batu besar hingga menjadi serpihan yang kemudian dijadikan alat. Di beberapa tempat penemuannya, alat serpih terkadang merupakan alat yang paling banyak diketemukan di antara alat-alat batu lainnya. Di Gua Tabon (Wilayah Kepulauan Palawan, Filipina) dan Gua Niah (di Taman Nasional Niah, Serawak, Malaysia) temuan alat serpih diperkirakan telah digunakan pada kurun waktu sekitar 40.000-30.000 tahun yang lalu atau pada tingkat Plestosen akhir, sementara itu temuan di beberapa wilayah di Kepulauan Indonesia menunjukan tingkat yang lebih tua lagi, yaitu pada tingkat Plestosen awal. C. Perkembangan Alat Serpih (Flakes Tool) di Indonesia Di wilayah Kepulauan Indonesia, tempat penemuan alat serpih yang sangat penting adalah Punung dan Ngandong (Jawa Timur), Sangiran dan Gombong (Jawa Tengah); Budaya Toalian (Sulawesi), Mengeruda (Flores), juga di Sangadat dan Wilayah Gasi Liu (Timor). Selain itu alat ini juga ditemukan di Lahat (Sumatra Selatan).
  • 9. 6 Tradisi alat serpih menghasilkan pekakas-pekakas yang berbentuk sederhana dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas. Bahan batuan yang umum digunakan untuk membuat alat ini adalah beberapa jenis batuan tufa dan gamping kersikan serta batuan endap. Alat serpih yang ditemukan bersama-sama pekakas masif dilembah kali Baksoko, Gede, Sunglon, dan Sirikan di dekat Punung merupakan unsur yang penting pula dari Budaya Pacitan. Terbukti dari kehadiran jenis perkakas ini yang melebihi separuh dari jumlah alat-alat batu yang ditemukan. Alat serpih dan bilah berukuran kecil dan besar (antara 4-10 cm), dan rata-rata menunjukan kerucut pukul yang jelas. Hal ini karena temuan alat serpih yang hampir separuh dari jumlah alat batu lain ditemukan. Baik alat serpih, kapak perimbas, kapak genggam, dan kapak penetak dari budaya Pacitan ini memiliki kemiripan di beberapa daerah lain sehingga dimungkinkan telah terjadi migrasi dari manusia pembuatnya. Sesuai dengan bentuk-bentuknya, alat-alat tersebut digunakan sebagai penggaruk atau serut, gurdi, penusuk, dan pisau. Sebagian alat dan bilah menunjukan teknik pembuatan yang telah maju. Penyiapan bentuk-bentuk alat secara teliti dilakukan sebelum melepaskan batu intinya. Sehingga pada sejumlah alat tampak faset-faset dari dataran pukulnya (teknik pseudo Levallois). Di dalam konteks tradisi alat serpih tingkat Plestosen di Indonesia, sebagian alat serpih-bilah dari Punung ini tergolong maju. Di dalam konteks tradisi pada tingkat Plestosen, peralatan dari batu termasuk di dalamnya alat serpih yang ditemukan di wilayah Pacitan (Pacitanian) mungkin merupakan yang terbesar di Asia. Beberapa situs penting lainnya di Asia selain di Goa Tabon dan Gua Niah terdapat juga di Fingnoian (Thailand), Anyathian (Burma), Tampanian (Semenanjung Malaysia), di Lembah Cagayan yang juga dikenal dengan sebutan Cabalwanian (Filipina), situs Soanian di Lembah Soan (Pakistan), Chouckoutenian (Cina Utara) dan juga terdapat di wilayah lainnya seperti di Eropa, Amerika, dan tentu saja juga di Afrika.
  • 10. 7 D. Macam-Macam Alat Serpih (Flakes Tool) 1. Alat Batu Non-Masif Alat batu non-masif adalah alat batu dengan ukuran kecil dan tipis. Kategori alat batu ini terdiri dari : a. Serpih besar b. Serpih (flakes) c. Bilah (blade) d. Serut (scraper) e. Serut fosil kayu 2. Alat Batu Masif Alat batu masif adalah alat batu dengan ukuran besar dan tebal. Kategori batu in terdiri dari : a. Kapak perimbas (chopper) b. Kapak penetak (chopping tool) c. Proto kapak genggam d. Bola batu e. Limbah (sisa dari pembuatan alat batu yang tidak terpakai, terdiri dari serpihan dan batu inti) E. Bahan Pembuatan Alat Serpih (Flakes Tool) “Beberapa Alat serpih yang Dibuat dan Digunakan Homo Sapiens pada Akhir Paleolitikum”. Foto oleh Sémhur
  • 11. 8 Alat serpih yang diketemukan pada tingkat palaeolitikum atau zaman batu tua mungkin telah digunakan oleh pithecantrhopus (Mojokertensis dan Robustus) Meganthropus Paleojavanicus, Pekingnensis, Neanderthal, Cro- magnon, hingga kemudian dilanjutkan oleh para Homo Sapiens yang muncul belakangan. Bahan batuan yang digunakan untuk membuat alat serpih yaitu jenis batuan tuf (silicified tuff), batu gamping kersikan (silicifed limestone), serta batuan endapan (sedimen). Jenis batuan tersebut digunakan sebagai bahan utama dalam membuat alat serpih karena mengingat sifatnya yang keras tetapi ketika dipukul akan terbelah (bukan hancur) sehingga memudahkan saat pemrosesannya. Namun, di banyak daerah mungkin batuan tersebut tidak ada, maka mereka menggunakan batu pasir, granit, quatrzites, kuarsa, batu vulkanik obsidian, dan bahan lainnya yang tersedia. Homo Erectus memiliki kecerdasan dalam memilih bahan untuk pembuatan alat batu. Mereka menggunakan beberapa jenis batu dengan kadar silika dan tingkat kekerasan tinggi sehingga apabila dipangkas akan menghasilkan bagian tipis yang tajam. Adapan bahan dasar alat batu antara lain sebagai berikut : 1. Kalsedon Batu yang sekarang disebut kalsedon (Chalcedony) adalah kuarsa jenis kriptokristalin (memiliki struktur kristal yang sangat halus) yang transparan atau tembus cahaya, digunakan sebagai hiasan dan permata. Kalsedon tidak sekeras kuarsa murni, dan terdapat dalam jumlah besar di rongga-rongga batu vulkanis. Kalsedon yang biasa tidak sepenuhnya transparan, tetapi memiliki bintik-bintik dan pusaran putih-susu. Warnanya beragam, seperti putih, abu-abu, kuning, biru, dan cokelat. Kalsedon merupakan batu yang umum dijadikan permata berukir pada zaman dahulu. Namanya diambil dari nama sebuah kota Yunani kuno, Kalsedon (di Asia Kecil), yang pernah menjadi sumber mineral tersebut. Satu-satunya ayat Alkitab yang menyebutkan batu ini menyatakan bahwa fondasi ketiga tembok Yerusalem Baru adalah kalsedon.
  • 12. 9 Banyak barang barang suci keagamaan yang terbuat dari batu kalsedon ini seperti salib, jimat, perhiasan jubah, gelang atau kalung, lambang lambang dan patung. Batu kalsedon dapat ditemukan di Madagascar, India, Brazil, Burma, Amerika dan Mexico. Batu kalsedon ini juga di temukan di Pacitan Jawa Timur (Indonesia) . 2. Tuff Kersikan (gamping kersikan) Gambar gamping kersikan Batu gamping kersikan dalam bahasa Jawa juga disebut dengan batu rijang. Batu rijang termasuk dalam kelompok chert yang berwarna gelap. Bahan baku ini meliputi batu kersika yang berkadar silika tinggi. Pembedaan dapat dilakukan berdasarkan besar kecilnya tingkat kebeningan pada tepian serpih. Batu yang kelihatan “kering” ini kurang elastis dan tetap padat pada saat pemecahan. Batu ini memerlukan pemecahan langsung yang cukup keras dengan batu pukul yang keras untuk melepaskan serpih, khusunya untuk serpih pertama, atau sebagai serpih hasil penetakan. Bongkahan-bongkahan rijang yang dijumpai mempunyai struktur homogen dan pada umumnya berkualitas bagus. Terlihat sedikit dataran dengan retakan multi arah. Warnanya kuning gading, abu-abu muda, coklat, atau hitam dengan tepian bening (Hubert Forestier, 2007: 143).
  • 13. 10 3. Batu Kuarsa Batu kuarsa ada dua macam walaupun secara kimia mereka memiliki komposisi yang sama yaitu SiO2. Batu kuarsa macrocrystalline, contoh batu-batunya adalah aventurine, batu kecubung kasihan (batu amethyst), batu kuarsa biru, rose quartz, citrine, batu mata garuda, batu mata kucing, batu kinyang asap (smoky quartz), batu mata harimau dan prasiolite. Batu kuarsa macam ini biasanya agak transparent sampai transparent total. Batu kuarsa cryptocrystalline, contoh batu-batunya adalah batu kalsedon (batu chalcedony), batu akik bawang (batu chrysoprase), batu akik, batu darah, batu carnelian dan batu jasper. Batu kuarsa macam ini biasanya sedikit transparent sampai buram alias susah tembus pandang. Batu kuarsa paling murni adalah batu kuarsa yang jernih tidak berwarna, transparent dan kadang agak bersusu. Berbeda dengan batu intan atau berlian, batu kuarsa tidak memijar cahaya dan tidak seperti batu aquamarine juga batu kuarsa tidak memancar berbagai cahaya yang berlainan jika dilihat dari sudut berbeda. Batu kuarsa yang paling besar yang pernah tercatat adalah berberat 48 ton dan panjangnya sekitar 610 cm. Batu kuarsa diberi nama dari bangsa Slav yang artinya “keras”. Batunya awet, tahan lama, indah dan tidak mudah rusak. Walaupun batunya banyak ditemukan secara alami tetapi kebanyakan batu kuarsa yang digunakan dalam kebutuhan industri adalah buatan manusia. 4. Obsidian Obsidian merupakan batuan yang terbentuk oleh hasil kegiatan erupsi gunung api bersusunan asam hingga basa yang pembekuannya sangat cepat sehingga akan terbentuk gelas atau kaca daripada kristal dominan. Obsidian adalah batuan yang disusun secara keseluruhan dari kaca amorf dan sedikit kristal feldspar, mineral hitam dan kuarsa. Massa Jenis : 2,36 – 2,5 gram/cm3
  • 14. 11 Warna : Warnanya bening seperti kaca dan warnanya kadang- kadang hitam mulus, merah tua, agak hijau atau abu- abu. Batu ini jarang yang berwarna kuning atau merah putih atau biru. Batu obsidian sering ditemukan dalam keadaan mengkilau mulus walaupun belum dipoles. Batu obsidian terbuat dari 70% silicon dioxide bahkan lebih dan jika tercampur mineral mineral tertentu warnanya akan berubah. Karakteristik lain : Batu obsidian mempunyai nilai keras 5-5.5 berdasarkan daftar keras Mohs dan termasuk batu mulia tanggung. F. Cara Pembuatan Alat Serpih (Flaske Tool) Alat-alat batu yang tertua dibuat secara sederhana dengan membenturkan batu dengan batu, sehingga sebagian dari batu itu pecah dan meninggalkan bagian-bagian yang tajam. Bagian yang tajam itu lalu dapat digunakan utuk berbagau keperluan baik memotong, menetak, mengiris, ataupun menguliti. Secara umum, alat-alat batu dibedakan menjadi alat serpih dan alat bantu inti. Pembedaan ini didasarkan pada bagian batu yang akan dipergunakan untuk alat. Alat serpih dibuat dari pecahan atau serpihan batu yang terlepas dari sisa batu induk yang telah mengalami penyerpihan. Karena itu, alat serpih pada umumnya tipis dan berukuran kecil, sedangkan alat batu inti cenderung berukuran cukup besar dan bentuknya tampak lebih masif. Namun, tidak jarang penyerpihan batu berukuran besar akan menghasilkan serpih tebal yang berukuran besar. Serpik seperti itu dapat diperlakukan sebagi bahan batu yang selanjutnya dapat dibentuk menjadi alat batu inti. Cara untuk membentuk alat sering dibedakan menjadi empat macam teknik, yaitu: 1. Penyerpihan Paron 2. Penyerpihan Langsung 3. Penyerpihan Tidak Langsung
  • 15. 12 4. Penyerpihan Tekan 5. Penyerpihan Paron Penyerpihan Paron diduga merupakan teknik yang paling tua untuk membentuk alat batu sederhana, yaitu dengan cara memukulkan atau menghempaskan batu yang hendak dibuat alat pada batu pelandas (paron). Alat batu yang dihasilkan bentuknya cenderung tidak teratur, karena si pembuat tidak dapat mengendalikan bentuk pecahan atau serpihan batunya. Bentuk alat mungkin dianggap tidak terlalu penting, yang penting pecahan-pecahan batu itu menghasilkan sisi-sisi tajam yang dapat digunakan untuk mengiris atau menetak. Dalam perkembangan lebih lanjut, penyerpihan paron dapat juga dikendalikan lebih baik dengan cara meletakkan batu yang hendak dibentuk pada pelandas, kemudian dipukul langsung atau tidak langsung dengan alat pukul, baik dari batu atau tulang yang dikeraskan. Cara ini disebut teknik bipolar (dua kutub), karena menghasilkan alat yang seakan-akan diserpih dari dua arah berlawanan secara bersamaan. 1. Penyerpihan Langsung Penyerpihan langsung dilakukan dengan cara memukul batu yang akan dibentuk dengan alat pemukul. Cara ini paling umum digunakan untuk membuat alat-alat batu yang bentuknya agak kasar dengan faset-faset yang cenderung lebar. 2. Penyerpihan Tidak Langsung Untuk membuat alat batu yang lebih terpola bentuknya dengan faset-faset yang lebih kecil dan rapi biasanya digunakan teknik penyerpihan tidak langsung. Dalam hal ini, bahan batu tidak kontak langsung dengan alat pukulnya, tetapi melalui alat perantara yang biasanya dibuat dari tulang keras dengan ujung runcing. Dengan alat perantara yang runcing, si pembuat dapat memilih titik-titik benturan secara lebih cermat, sehingga arah pukul dan gaya yang diterapkan dapat dikendalikan lebih baik. Hasilnya, bentuk penyerpihan atau cekungan yang terbentuk pada batu inti akan lebih teratur. Cara ini dipakai antara lain untuk membuat bilah batu (blade), yaitu alat serpih yang memanjang dengan bentuk sisi yang sejajar.
  • 16. 13 3. Penyerpihan Tekan Penyerpihan tekan merupakan teknik pembentukan yang paling terkendali. Untuk melepaskan serpihan atau membuat cekungan pada batu, batu yang dibentuk tidak lagi dipukul, tetapi hanya ditekan kuat-kuat dengan alat penekan yang runcing. Ketika diserpih, batu yang dibentuk biasanya dipegang erat pada salah satu telapak tangan atau diletakkan di atas paha si pembuat yang dilandasi kulit. Cara ini umumnya dipakai untuk membentuk alau batu yang permukaannya berfaset-faset halus dan rapi, atau diterapkan untuk memberikan sentuhan akhir pada alat batu yang bentuknya rumit. Di Indonesia, pembuatan alat-alat batu yang tertua umumnya dilakukan dengan cara penyerpihan langsung dan kadang kala teknik bipolar. Hal ini terlihat dari temuan alat serpih tertua yang ditemukan di Situs Sangiran . di Situs Sangiran, alat serpih ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald pada formasi Kabuh yang terendapkan. Bahan alat-alat serpih itu biasanya dari batu setengah mulia antara lain kaseldon dan jasper. Tradisi alat serpih dimungkinkan ada karena alat-alat tersebut memang sengaja diciptakan dan bukan sesuatu yang kebetulan. Alat-alat serpih yang ditemukan biasanya memperlihatkan pemrosesan serta bentuk kerucut yang jelas. Serpihan yang terjadi karena sebab-sebab alamiah biasanya “tidak jelas bentuknya” misalnya pada bagian patahan yang tidak memiliki tanda riak seperti yang dibuat oleh manusia. Prinsip dasar dalam pembuatan alat-alat batu adalah menghilangkan sebagian dari batu awal. Ini adalah cara untuk membuat berbagai alat batu, baik itu kapak genggam, primbas, batu penetak, kapak persegi, atau kapak lonjong, tapi alat serpih menunjukan karakteristik alat yang khusus dan bukan karena bekas serpihan dari alat lainnya. Mungkin awalnya alat serpih memang tidak sengaja ditemukan dari hasil pecahan batu lainnya, tapi karakteristik selanjutnya menjunjukan alat serpih adalah bagian dari sebuah proses yang pasti dan memang sengaja diciptakan. Alat serpih dibuat dengan menghantam batu dengan kapak genggam hingga didapat serpihan yang diinginkan (pemukulan langsung) atau bisa juga
  • 17. 14 dengan menggunakan kapak persegi yang telah diberi tangkai dari tulang atau kayu untuk memisahkan serpihan dari batu intinya (pemukulan tidak langsung). Dengan cara pemukulan tidak langsung, pembuatnya bisa mengontrol ukuran dan bahkan bentuk yang diinginkan. Beberapa alat serpih menunjukan teknik pembuatan yang telah maju yang umumnya telah secara cermat terlepas dari batu intinya sehingga pada sejumlah alat terlihat pola dataran pukulnya (teknikpseudo Levallois). Sering juga ditemukan pola pangkasan yang dilakukan ke masing-masing sisi dan bidangnya sehingga tercipta bentuk tajaman yang berliku. G. Fungsi dan Kegunaan Alat Serpih (Flaske Tool) Alat Serpih (flakes tool). Foto oleh Didier Descouens Apa yang bisa dilakukan oleh sepotong batu kecil yang memiliki sisi- sisi yang tajam? Sesuai dengan bentuknya, alat serpih mungkin digunakan sebagai pisau, alat serut, penghalus, gurdi, penyayat, pemotong, pengikis, pengeruk, pengerik, penggores dan sebagainya. Tapi jika pertanyaannya untuk kegiatan apa saja alat serpih itu digunakan, bisa jadi jawabannya berada di luar pikiran kita saat ini.
  • 18. 15 Kondisi alam dan kegiatan yang pada saat itu sering dilakukan, serta informasi-informasi lainnya yang bersumber dari hasil uji laboratorium akan menambah keakuratan tentang kegunaan dari alat serpih ini. Misalnya alat serpih pada masa berburu, tentu akan bertambah kegunaannya ketika digunakan oleh masyarakat yang sudah menetap dan melakukan usaha-usaha pertanian. Akan tetapi, biasanya fungsi dasar tidak begitu jauh bergeser terutama jika dilihat dari bentuk.
  • 19. 16 BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah di paparkan di atas, maka dapat kami simpulkan bahwa Zaman prasejarah hanya meninggalkan benda-benda kebudayaan manusia. Salah satu alat batu yang digunakan oleh manusia purba disebut alat serpih (flakes). Alat serpih-bilah atau flakes adalah alat yang terbuat dari batu dan berbentuk kecil-kecil. Dominasi alat serpih menyebabkan sebutan yang terkenal yaitu “Industri Serpih Sangiran” (Sangiran-Flakes Industry). Sangiran Flakes Industry hingga kini masih menjadi perdebatan di antara para ahli. Koenigswald mengemukakan teori ini setelah ia menemukan serpih-serpih batu berserakan di permukaan bukit Ngebung 1934. Teori Koenigswald menemui buktinya, bahkan berusia lebih tua dari yang diduga semula, yakni 0,8 juta tahun. Macam-macam alat serpih dikelompokkan menjadi tiga yaitu: alat batu non masif adalah alat batu dengan ukuran kecil dan tipis; alat batu masif adalah alat batu dengan ukuran besar dan tebal; dan limbah adalah sisa pembuatan alat batu yang tidak terpakai. Cara untuk membentuk alat sering dibedakan menjadi empat macam teknik, yaitu: penyerpihan paron, langsung, tidak langsung, dan penyerpihan tekan. Adapan bahan dasar alat batu antara lain kalsedon, tuff kersikan ( gamping kersikan), batu kuarsa, obsidian. B. Saran Setelah memahami peninggalan kebudayaan manusia purba yang berupa flakes, kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang hal tersebut. Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Jadi kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun baik dari dosen maupun dari teman-teman semua. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan siapapun yang membacanya.
  • 20. 17 DAFTAR PUSTAKA Herimanto. 2012. Sejarah Indonesia Masa Praaksara. Yogyakarta : Ombak. Paeni, Mukhlis. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers. Forestier, Hubert. 2007. Ribuan Gunung, Ribuan Alat Batu: Prasejarah Song Keplek, Gunung Sewu, Jawa Timur. Jakarta : Gramedia. Poesponegoro, Mawardi Djoened, dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia (Edisi Pemutakhiran). Jakarta : Balai Pustaka. Bellwood, Petter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia edisi Revisi. Terjemahan oleh T.W. Kamil. Jakarta : PT Gramedia Soekmono. 1988. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta: Kanisius Soejono, R.P. 1985. Temuan baru alat-alat Paleolitik di Indonesia. Jakarta : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Sujud P.J, Slamet. 2008. Fungsi Artefak Litik Masa Prasejarah (Kajian Etnoarkeologi), 1 (1) : 31-38 Suprapta, Drs Blasius. 1991. Ikhtisar Prasejarah Indonesia: Pendekatan model Konsepsi Teknologi. Malang : FPIPS Ikip Malang Munoz, Paul Michel.2006. Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia.Yogyakarta:Mitra Abadi.