Dokumen tersebut membahas tentang alat serpih (flakes) pada zaman prasejarah di Indonesia. Alat serpih merupakan alat batu kecil yang dibuat dengan memecahkan batu besar. Peninggalan alat serpih ditemukan bersama alat batu lainnya. Perkembangan alat serpih di Indonesia terlihat dari penemuan di berbagai daerah seperti Punung, Ngandong, Sangiran.
Dokumen tersebut membahas tentang zaman Paleolitikum dan Mesolitikum di Indonesia. Zaman Paleolitikum merupakan zaman awal ketika manusia membuat alat-alat batu secara kasar dan berpindah-pindah. Manusia pada zaman Mesolitikum mulai memiliki tempat tinggal tetap meski masih berburu dan mengumpulkan makanan. Kedua zaman tersebut dapat diketahui melalui penemuan alat-alat batu dan fosil manusia
Dokumen ini membahas tentang double roll crusher, yang merupakan jenis crusher yang memiliki dua buah roller yang berputar dengan arah berlawanan untuk memecahkan material. Double roll crusher cocok digunakan untuk menghancurkan material menengah kekerasannya seperti batubara, batu kapur, dan kaolin. Dokumen ini juga menjelaskan prinsip kerja, komponen, dan perawatan dari double roll crusher.
BAB 4.3 PENGUATAN JATI DIRI KEINDONESIAAN.pptxcintaprasasti1
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pertama, dokumen tersebut membahas perkembangan organisasi dan gerakan politik pemuda serta wanita Indonesia pada masa perjuangan kemerdekaan. Kedua, dibahas pula berdirinya berbagai partai politik nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia secara revolusioner. Ketiga, dibentuknya gabungan partai politik dalam wadah Gabungan Politik Indonesia (GAPI) untuk memperk
Dokumen tersebut membahas tentang zaman Paleolitikum dan Mesolitikum di Indonesia. Zaman Paleolitikum merupakan zaman awal ketika manusia membuat alat-alat batu secara kasar dan berpindah-pindah. Manusia pada zaman Mesolitikum mulai memiliki tempat tinggal tetap meski masih berburu dan mengumpulkan makanan. Kedua zaman tersebut dapat diketahui melalui penemuan alat-alat batu dan fosil manusia
Dokumen ini membahas tentang double roll crusher, yang merupakan jenis crusher yang memiliki dua buah roller yang berputar dengan arah berlawanan untuk memecahkan material. Double roll crusher cocok digunakan untuk menghancurkan material menengah kekerasannya seperti batubara, batu kapur, dan kaolin. Dokumen ini juga menjelaskan prinsip kerja, komponen, dan perawatan dari double roll crusher.
BAB 4.3 PENGUATAN JATI DIRI KEINDONESIAAN.pptxcintaprasasti1
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pertama, dokumen tersebut membahas perkembangan organisasi dan gerakan politik pemuda serta wanita Indonesia pada masa perjuangan kemerdekaan. Kedua, dibahas pula berdirinya berbagai partai politik nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia secara revolusioner. Ketiga, dibentuknya gabungan partai politik dalam wadah Gabungan Politik Indonesia (GAPI) untuk memperk
Laporan praktikum ini membahas tentang analisis ayak yang dilakukan untuk memahami mekanisme pengayakan dan mengetahui berat tertahan material di tiap mesh. Metode analisis ayak digunakan untuk mengukur distribusi ukuran partikel dengan memisahkan material berdasarkan ukuran melalui lubang-lubang ayakan. Terdapat dua teknik pengayakan yaitu manual dan mekanik menggunakan alat seperti sieve shaker.
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -Isya Ansyari
Dokumen ini membahas tentang penyangga aktif pada tambang bawah tanah, termasuk jenis-jenis penyangga aktif seperti baut batuan, hydraulic props, dan powered roof support. Jenis penyangga aktif utama yang dijelaskan adalah baut batuan yang berfungsi memperkuat langsung batuan, hydraulic props untuk penyangga sementara, dan powered roof support yang digunakan pada tambang longwall untuk mendorong conveyor dan menyangga atap tambang.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Membahas fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional Jawa Barat
2) Terdiri dari empat zona fisiografi utama yaitu dataran pantai, Zona Bogor, Zona Bandung, dan pegunungan selatan
3) Menguraikan susunan batuan stratigrafi daerah penelitian yang terdiri dari formasi-formasi sedimen dan vulkanik
POLA INTERAKSI AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BEJI DI WILAYAH KABUPATEN M...Dasapta Erwin Irawan
Skripsi ini membahas pola interaksi antara air tanah dan air permukaan Sungai Beji di
Kabupaten Malang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola aliran air tanah,
menganalisis pola interaksi antara air tanah dan air sungai, serta menganalisis karakteristik
kimia air. Metode yang digunakan meliputi pengukuran parameter fisik air, analisis time
series, koefisien korelasi, PCA, klaster, dan pengujian laboratorium.
Dokumen tersebut membahas tentang phylum Mollusca, yang merupakan kelompok binatang invertebrata yang diwakili oleh lebih dari 150.000 jenis yang hidup dan ribuan jenis fosil. Mollusca terdiri dari 5 kelas yaitu Amphineura, Scaphopoda, Gastropoda, Pelecypoda dan Cephalopoda. Setiap kelas memiliki ciri khas berdasarkan bentuk dan struktur cangkangnya.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis sejarah pembentukan dan perbedaan genesa batuan di daerah Kendalisada dan Bandungan, Kabupaten Semarang. Batuan di daerah tersebut berasal dari erupsi Gunung Ungaran purba puluhan ribu tahun lalu yang melontarkan material vulkanik ke daerah sekitarnya. Batuan di Kendalisada terbentuk dari erupsi kaldera jenis strato, sedangkan di Bandungan terbentuk dari endapan material piroklastik
This document provides an overview of steel products and production from Krakatau Steel. It defines steel as an alloy of iron with carbon content between 0.008-2%, along with other alloying elements like manganese, silicon, and aluminum. It discusses the raw materials used in steelmaking like pig iron, direct reduced iron, and steel scrap. It also covers the properties and characteristics of steel like strength, toughness, hardness, weldability, heat treatability, and corrosion resistance. The document is intended to provide product knowledge for trainees on steel definitions, classifications, identifications, manufacturing processes, specifications and applications.
Dokumen tersebut membahas tentang bagian-bagian utama pesawat terbang seperti fuselage, empennage, dan sayap. Fuselage berfungsi sebagai bagian utama yang menahan beban, empennage berperan menstabilkan pesawat, sedangkan sayap digunakan untuk menghasilkan gaya angkat.
Nasionalisme di Mesir tumbuh sebagai reaksi terhadap dominasi asing, terutama Inggris. Gerakan ini dipimpin tokoh-tokoh seperti Arabi Pasha dan Mustafa Kamil yang menuntut reformasi politik. Walaupun mengalami tekanan, semangat kemerdekaan terus berlanjut hingga akhirnya Mesir merdeka penuh pada 1936 di bawah Gamal Abdul Nasser.
Dokumen ini membahas sejarah peradaban manusia prasejarah di Indonesia, dimulai dari zaman Paleolitikum hingga Mesolitikum. Zaman Paleolitikum berlangsung kurang lebih 600.000 tahun lalu dan ditandai dengan alat batu yang kasar, sedangkan zaman Mesolitikum ditandai dengan permukiman tetap dan pengembangan teknik batu. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa budaya prasejarah di Indonesia seperti Pacitan dan Ngandong
Kerajaan Hindu di Bali didirikan oleh Raja Dharmodayana dan istrinya Ratu Gunapriya pada abad ke-8-14 M. Agama Hindu berkembang di bawah pengaruh Jawa Timur dan Kuturan memperkenalkan konsep tiga kahyangan. Bali mengalami keemasan pada masa Dalem Waturenggong di Gelgel pada abad ke-14, meskipun akhirnya jatuh ke Majapahit pada 1343 M.
Laporan praktikum ini membahas tentang analisis ayak yang dilakukan untuk memahami mekanisme pengayakan dan mengetahui berat tertahan material di tiap mesh. Metode analisis ayak digunakan untuk mengukur distribusi ukuran partikel dengan memisahkan material berdasarkan ukuran melalui lubang-lubang ayakan. Terdapat dua teknik pengayakan yaitu manual dan mekanik menggunakan alat seperti sieve shaker.
Penyanggaan tambang bawah tanah - isya ansyari -Isya Ansyari
Dokumen ini membahas tentang penyangga aktif pada tambang bawah tanah, termasuk jenis-jenis penyangga aktif seperti baut batuan, hydraulic props, dan powered roof support. Jenis penyangga aktif utama yang dijelaskan adalah baut batuan yang berfungsi memperkuat langsung batuan, hydraulic props untuk penyangga sementara, dan powered roof support yang digunakan pada tambang longwall untuk mendorong conveyor dan menyangga atap tambang.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Membahas fisiografi, stratigrafi, dan struktur geologi regional Jawa Barat
2) Terdiri dari empat zona fisiografi utama yaitu dataran pantai, Zona Bogor, Zona Bandung, dan pegunungan selatan
3) Menguraikan susunan batuan stratigrafi daerah penelitian yang terdiri dari formasi-formasi sedimen dan vulkanik
POLA INTERAKSI AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BEJI DI WILAYAH KABUPATEN M...Dasapta Erwin Irawan
Skripsi ini membahas pola interaksi antara air tanah dan air permukaan Sungai Beji di
Kabupaten Malang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola aliran air tanah,
menganalisis pola interaksi antara air tanah dan air sungai, serta menganalisis karakteristik
kimia air. Metode yang digunakan meliputi pengukuran parameter fisik air, analisis time
series, koefisien korelasi, PCA, klaster, dan pengujian laboratorium.
Dokumen tersebut membahas tentang phylum Mollusca, yang merupakan kelompok binatang invertebrata yang diwakili oleh lebih dari 150.000 jenis yang hidup dan ribuan jenis fosil. Mollusca terdiri dari 5 kelas yaitu Amphineura, Scaphopoda, Gastropoda, Pelecypoda dan Cephalopoda. Setiap kelas memiliki ciri khas berdasarkan bentuk dan struktur cangkangnya.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis sejarah pembentukan dan perbedaan genesa batuan di daerah Kendalisada dan Bandungan, Kabupaten Semarang. Batuan di daerah tersebut berasal dari erupsi Gunung Ungaran purba puluhan ribu tahun lalu yang melontarkan material vulkanik ke daerah sekitarnya. Batuan di Kendalisada terbentuk dari erupsi kaldera jenis strato, sedangkan di Bandungan terbentuk dari endapan material piroklastik
This document provides an overview of steel products and production from Krakatau Steel. It defines steel as an alloy of iron with carbon content between 0.008-2%, along with other alloying elements like manganese, silicon, and aluminum. It discusses the raw materials used in steelmaking like pig iron, direct reduced iron, and steel scrap. It also covers the properties and characteristics of steel like strength, toughness, hardness, weldability, heat treatability, and corrosion resistance. The document is intended to provide product knowledge for trainees on steel definitions, classifications, identifications, manufacturing processes, specifications and applications.
Dokumen tersebut membahas tentang bagian-bagian utama pesawat terbang seperti fuselage, empennage, dan sayap. Fuselage berfungsi sebagai bagian utama yang menahan beban, empennage berperan menstabilkan pesawat, sedangkan sayap digunakan untuk menghasilkan gaya angkat.
Nasionalisme di Mesir tumbuh sebagai reaksi terhadap dominasi asing, terutama Inggris. Gerakan ini dipimpin tokoh-tokoh seperti Arabi Pasha dan Mustafa Kamil yang menuntut reformasi politik. Walaupun mengalami tekanan, semangat kemerdekaan terus berlanjut hingga akhirnya Mesir merdeka penuh pada 1936 di bawah Gamal Abdul Nasser.
Dokumen ini membahas sejarah peradaban manusia prasejarah di Indonesia, dimulai dari zaman Paleolitikum hingga Mesolitikum. Zaman Paleolitikum berlangsung kurang lebih 600.000 tahun lalu dan ditandai dengan alat batu yang kasar, sedangkan zaman Mesolitikum ditandai dengan permukiman tetap dan pengembangan teknik batu. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa budaya prasejarah di Indonesia seperti Pacitan dan Ngandong
Kerajaan Hindu di Bali didirikan oleh Raja Dharmodayana dan istrinya Ratu Gunapriya pada abad ke-8-14 M. Agama Hindu berkembang di bawah pengaruh Jawa Timur dan Kuturan memperkenalkan konsep tiga kahyangan. Bali mengalami keemasan pada masa Dalem Waturenggong di Gelgel pada abad ke-14, meskipun akhirnya jatuh ke Majapahit pada 1343 M.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang Homo Sapiens, yaitu jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh sama dengan manusia modern. Homo Sapiens memiliki otak berkemampuan tinggi dan pikiran yang cerdas. Fosil Homo Sapiens ditemukan di berbagai daerah di Indonesia seperti Ngandong, Blora, Sangiran, dan Sambung Macan.
Dokumen ini membahas tentang pengertian zaman pra-aksara dan kebudayaan pada masa itu, meliputi zaman batu tua, batu madya, batu muda, dan batu besar. Peninggalan kebudayaan zaman tersebut berupa alat dari batu, tulang, dan logam yang digunakan untuk berburu, bercocok tanam, dan kegiatan lain. Dokumen ini juga membahas corak kehidupan masyarakat prasejarah yang terbagi menjadi masa
Homo sapiens originated in Africa and then spread throughout the world approximately 100,000 years ago. There are two theories for how this occurred - either Homo sapiens developed in Africa and migrated worldwide, or ancestors developed separately into Homo sapiens in different locations. Homo sapiens were able to inhabit all environments due to their omnivorous diet, bipedalism, and ability to use complex tools.
ALAT YANG DIGUNAKAN PADA ZAMAN BATU DAN ZAMAN LOGAM Kliping Oleh Nanda Elfira...Deli Maulana Jabet
Manusia pada zaman prasejarah menggunakan berbagai alat dari batu dan logam sesuai dengan perkembangan zamannya. Pada zaman batu awal manusia menggunakan alat batu sederhana, pada zaman neolitik alat batu menjadi lebih halus, dan di zaman logam alat mulai dibuat dari perunggu dan besi.
Teknologi batu mulai berkembang dari penggunaan batu sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan dan berfungsi secara serbaguna. Teknologi ini terus berkembang melalui zaman Paleolitikum, Misolitikum, dan Neolitikum hingga zaman perunggu dan besi.
Dokumen tersebut membahas periodesasi kehidupan manusia purba di Indonesia, dimulai dari Zaman Paleolitikum hingga Zaman Logam. Mencakup perkembangan alat batu, pola kehidupan, dan budaya yang berkembang pada setiap zamannya. Zaman Paleolitikum ditandai dengan alat batu yang sangat sederhana, berburu dan mengumpulkan makanan. Zaman Mesolitikum dan Neolitikum mengalami kemajuan dengan alat batu yang le
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesiaX-MIA5 SMANCIL
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang hasil budaya masyarakat praaksara di Indonesia, mulai dari zaman batu hingga zaman logam.
2. Pada zaman batu dibedakan menjadi zaman batu tua, batu madya, dan batu muda, dengan ciri khas penggunaan alat batu dan tulang.
3. Zaman logam ditandai dengan mampunya masyarakat mengolah logam untuk membuat al
Pembabakan secara Arkeologis membagi zaman prasejarah menjadi 4 zaman berdasarkan perkembangan alat batu yaitu Zaman Batu Tua, Zaman Batu Tengah, Zaman Batu Besar, dan Zaman Batu Muda. Zaman Logam terbagi menjadi Zaman Perunggu dan Zaman Besi berdasarkan penggunaan logam sebagai bahan baku alat. Masyarakat prasejarah hidup berpindah-pindah dan bergantung pada alam, namun secara
Perkembangan Teknologi Pada Zaman Praaksara di IndonesiaRauda Nevilia
Dokumen tersebut membahas perkembangan teknologi pada zaman praaksara di Indonesia, mulai dari zaman batu hingga zaman logam. Pada zaman batu, manusia mengembangkan alat-alat sederhana dari batu dan tulang, seperti kapak genggam. Zaman logam menandai pengenalan logam seperti perunggu dan besi untuk pembuatan alat-alat upacara. Berbagai situs arkeologi menunjukkan perkembangan teknologi ini.
Pembagian zaman berdasarkan benda hasil budaya atau arkeologirendrafauzi
Teks tersebut membahas pembagian zaman berdasarkan benda hasil budaya atau arkeologi. Zaman dibagi menjadi zaman batu (terdiri dari zaman batu tua, tengah, dan besar), zaman logam (tembaga, perunggu, dan besi), dan zaman neolitikum. Masing-masing zaman dikarakterisasi oleh jenis alat yang digunakan, gaya hidup, dan kemajuan teknologi manusia.
Dokumen ini membahas hasil budaya masyarakat pra-aksara di Indonesia, mulai dari zaman batu, zaman logam, hingga zaman megalitikum. Terdapat alat-alat batu, perunggu, dan besi dari berbagai zaman beserta penyebarannya.
Periodisasi jaman prasejarah smt2 2.11,2.1.2_deden98
Dokumen tersebut merangkum periode prasejarah di Indonesia, mulai dari Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, Megalitikum, zaman Besi, hingga zaman Perunggu. Dijelaskan ciri-ciri masyarakat dan artefak yang ditemukan pada setiap periode, seperti alat batu, budaya pemburu-pengumpul, pertanian, dan logam.
Dokumen tersebut membahas pembagian zaman praaksara berdasarkan arkeologi dan peninggalannya. Zaman praaksara dibagi menjadi zaman batu dan zaman logam, dimana zaman batu terbagi menjadi zaman batu tua, tengah, baru, dan besar, sedangkan zaman logam terbagi menjadi zaman tembaga dan perunggu. Dokumen ini juga menjelaskan ciri-ciri dan contoh peninggalan yang ditemukan pada masing-masing z
Zaman Paleolitikum (Batu Tua) kelas X SMA sem.1Aulia Safitri
Tugas sejarah Indonesia membahas zaman Paleolitikum atau Zaman Batu Tua antara 50.000-10.000 SM. Manusia Peking dan Jawa telah ada pada masa ini. Dokumen menjelaskan jenis manusia, kebudayaan, dan alat-alat pada zaman tersebut seperti kapak genggam, kapak perimbas, alat dari tulang binatang, dan flakes. Zaman Paleolitikum ditandai dengan gaya hidup berpindah-pindah dan ber
Tugas kelompok ini membahas hasil budaya masyarakat pada masa Pra-Aksara di Indonesia, meliputi zaman Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum. Pada zaman Paleolitikum ditemukan alat-alat batu seperti kapak genggam di berbagai daerah di Indonesia. Zaman Mesolitikum ditandai dengan ditemukannya bukit kerang dan alat-alat batu seperti kapak genggam dan serpih di Sumatra. Zaman
Tugas kelompok ini membahas hasil budaya masyarakat pada masa Pra-Aksara di Indonesia, meliputi zaman Paleolitikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum. Pada zaman Paleolitikum ditemukan alat-alat batu seperti kapak genggam di berbagai daerah di Indonesia. Zaman Mesolitikum ditandai dengan ditemukannya bukit kerang dan alat-alat batu seperti kapak genggam dan flakes. Zaman Megalitikum men
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Makalah sejarah indonesia (flake tool)
1. SEJARAH INDONESIA
Tentang
“FLAKES”
Disusun oleh :
ADITYA ISMARA
AMARA SALSABILA
FITRI DAMAYANTI
LIA MELIA
VIA MARLIANA
RIZKY SEPTIANI
X Administrasi Perkantoran 3
SMK NEGERI 1 BANJAR
Jl. DR. Husein Kartasasmita Telp. (0265) 741722 Banjar 46311
E-mail : smkn1banjar@gmail.com
2015
2. i
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi penelitian ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi penelitian ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
kekurangan karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis tetap
berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu penulis
ucapkan terima kasih.
Banjar, November 2015
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Pengertian Alat Serpih (Flake Tool) ............................................. 3
B. Peninggalan Alat Serpih (Flakes Tool) ......................................... 5
C. Perkembangan Alat Serpih (Flakes Tool) di Indonesia .................. 5
D. Macam-Macam Alat Serpih (Flakes Tool)..................................... 7
E. Bahan Pembuatan Alat Serpih (Flakes Tool)................................. 7
F. Cara Pembuatan Alat Serpih (Flaske Tool).................................... 11
G. Fungsi dan Kegunaan Alat Serpih (Flaske Tool)........................... 14
BAB III PENUTUP......................................................................................... 16
A. Kesimpulan .................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peninggalan sejarah merupakan benda-benda budaya manusia dari masa
yang telah lampau. Wujud peninggalan sejarah meliputi bangunan, peralatan,
perhiasan, dan lain-lain. Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut berupa
peralatan kerja seperti kepala batu (zaman prasejarah). Seperti halnya pada
Zaman Batu yaitu pada masa Paleolitikum (Zaman Batu Tua). Disebut demikian
sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah
atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencahariannya periode ini disebut
masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana.
Penemuan alat-alat batu di Indonesia menyebar di beberapa tempat, baik
di Pulau Jawa maupun di Pulau Indonesia lainnya. Di daerah luar Pulau Jawa
penemuan kapak perimbas antara lain di Lahat (Sumatra Selatan), Kalianda
(Lampung), Awang Bangka (Kalimantan Selantan), Cabenge (Sulawesi
Selatan), Sembiran-Trunyan (Bali), Wangka, Maumere (Flores), dan Atambua,
Kafanmanu (Timor Kupang). Tetapi penemuan yang terpenting ialah penemuan
yang terdapat di daerah Punung, Pacitan dan dikenal dengan nama kebudayaan
Pacitan.
Pembagian zaman prasejarah dalam bidang kebudayaan didasarkan atas
bukti-bukti arkeologis. Pembagian berdasarkan bukti-bukti arkeologis yaitu
pembagian yang didasarkan atas bahan yang berupa peninggalan dari
kebudayaan itu sendiri. Namun tentu saja benda buatan manusia pada masa
silam itu tidak seluruhnya yang sampai kepada kita, bahkan hanya sebagian
kecil saja yang sampai kepada kita terutama yang terbuat dari batu dann logam.
Zaman prasejarah hanya meninggalkan benda-benda atau alat-alat hasil
kebudayaan manusia. Peninggalan seperti itu disebut dengan artefak. Artefak
dari zaman prasejarah terbuat dari batu (Zaman batu atau teknologi zaman batu)
tanah liat dan perunggu.
5. 2
Masa praaksara merupakan masa dimana manusia belum mengenal
tulisan. Peninggalan kebudayaan pada masa praaksara ini sangatlah banyak,
terutama pada zaman batu. Kebudayaan zaman batu terbagi lagi menjadi
kebudayaan zaman batu tua (palaeolithikum), kebudayaan batu madya
(mesolithikum), kebudayaan batu muda (neolithikum), dan kebudayaan batu
besar (megalithikum). Untuk lebih jelasnya mari kita simak peninggalan-
peninggalan kebudayaan apa saja yang ada di masa praaksara ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dalam makalah ini penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah alat serpih (flakes)?
2. Bagaimanakah peninggalan alat serpih (flakes)?
3. Bagaimana bahan pembuatan alat serpih (flakes)?
4. Bagaimana proses / cara pembuatan alat serpih (flakes)?
5. Apa fungsi alat-alat flakes bagi manusia pendukung pada masa
Mesolithikum?
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alat Serpih (Flake Tool)
Zaman prasejarah hanya meninggalkan benda-benda atau alat-alat hasil
kebudayaan manusia. Peninggalan seperti itu disebut dengan artefak. Artefak
dari zaman prasejarah terbuat dari batu (Zaman batu atau teknologi zaman batu)
tanah liat dan perunggu.
Salah satu alat batu yang digunakan oleh manusia purba disebut alat
serpih (flakes). Alat serpih-bilah atau flakes adalah alat yang terbuat dari batu
dan berbentuk kecil-kecil. Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu
Chalcedon,yang dapat digunakan untuk mengupas makanan.
Alat serpih-bilah atau flakes adalah alat yang terbuat dari batu dan
berbentuk kecil-kecil. Teknik pembuatan alat-alatnya menunjukkan bahwa
masih melanjutkan cara-cara pembuatan alat pada masa sebelumnya. Namun
pada masa ini, pembuatan alat-alat serpih-bilah jika dilihat dari bentuknya
menunjukkan cara pembuatan yang lebih maju. Hal ini dikarenakan bentuk alat
serpih bilah yang semakin beragam coraknya dan fungsinya. Kadang –kadang
bentuknya kecil dan melalui teknik pemangkasan yang rumit, seperti alat-alat
mikrolit yang memiliki bentuk khas geometric (Soejono, 1984:139).
Pengerjaannya ada yang sudah mengalami pemangkasan sekunder.
Pemangkasan sekunder adalah pengerjaan serpih setelah dilepaskan dari batu
intinya. Biasanya teknik ini lebih menitik beratkan pada pemunculan bentuk
alatnya. Bahan batu yang digunakan untuk membuat alat ini adalah kalsedon,
batu gamping, andesit, dan sebagainya. Tradisi serpih-bilah ini terutama
berlangsung di kehidupan gua yang ada di Sulawesi Tenggara dan pulau-pulau
Nusa Tenggara Timur. Beberapa unsur alat serpih-bilah ada yang
dikembangkan lebih lanjut pada tingkat kemudian yang lebih modern lagi.
Tradisi serpih-bilah di masa yang akan datang berbentuk mata panah bersayap
atau bergerigi dan serpih-bilah yang khusus dibuat dari batu obsidian.
7. 4
Teknik pembuatan alat-alatnya menunjukkan bahwa masih melanjutkan
cara-cara pembuatan alat pada masa sebelumnya. Namun pada masa ini,
pembuatan alat-alat serpih-bilah jika dilihat dari bentuknya menunjukkan cara
pembuatan yang lebih maju. Hal ini dikarenakan bentuk alat serpih bilah yang
semakin beragam coraknya dan fungsinya. Kadang –kadang bentuknya kecil
dan melalui teknik pemangkasan yang rumit, seperti alat-alat mikrolit yang
memiliki bentuk khas geometric (Soejono, 1984:139).
Sekitar dua juta tahun yang lalu, nenek moyang kita mulai membuat dan
menggunakan kapak sederhana dari sejenis kuarsa yang disebut batu api. Sejuta
tahun kemudian, hominid (manusia dini) dengan otak lebih besar yang dinamai
Homo erectus, membuat perkakas batu api yang lebih canggih, seperti belati
kecil dan mata panah untuk berburu. Kini, batuan tertentu banyak digunakan
dalam teknologi modern, sedangkan bor kuat yang menggali batuan untuk
mencari minyak memiliki ujung dari inta.
Gambar Alat Serpih (Flakes)
Peninggalan alat serpih prasejarah di Indonesia dan daerah-daerah
lainnya di sekitar Asia Tenggara sering kali ditemukan bersama-sama dengan
kapak perimbas atau alat batu masif lainnya. Alat serpih termasuk pada
peninggalan masa palaeolitikum atau zaman batu tua.
8. 5
Dalam konteks perkembangan alat-alat batu tingkat Plestosen di
Indonesia dan daerah-daerah sekitar Asia Tenggara, alat serpih sering kali
ditemukan bersama-sama dengan kapak perimbas atau alat batu masif lainnya.
Di beberapa tempat alat serpih merupakan unsur yang dominan dan terkadang
merupakan unsur pokoknya. Alat serpih yang ditemukan di Gua Tabon
(Palawan) dan Gua Niah (Serawak) diperkirakan berlangsung sekitar 30-40 ribu
tahun lalu, yakni pada tingkat akhir Plestosen.
B. Peninggalan Alat Serpih (Flakes Tool)
Peninggalan alat serpih (flake tool) pada masa prasejarah di Indonesia
dan beberapa wilayah lainnya di kawasan Asia Tenggara diketemukan
bersamaan dengan kapak perimbas dan alat batu masif lainnya. Alat serpih
termasuk dalam kelompok alat yang digunakan pada masa palaeolitik atau
zaman batu tua dan terus berlanjut pada masa berikutnya. Alat serpih biasanya
terbuat dari batu walaupun dimungkinkan dibuat dari bahan lainnya. Termasuk
alat yang digunakan menggunakan tangan. Dibentuk dengan cara membelah
batu besar hingga menjadi serpihan yang kemudian dijadikan alat.
Di beberapa tempat penemuannya, alat serpih terkadang merupakan alat
yang paling banyak diketemukan di antara alat-alat batu lainnya. Di Gua Tabon
(Wilayah Kepulauan Palawan, Filipina) dan Gua Niah (di Taman Nasional
Niah, Serawak, Malaysia) temuan alat serpih diperkirakan telah digunakan pada
kurun waktu sekitar 40.000-30.000 tahun yang lalu atau pada tingkat Plestosen
akhir, sementara itu temuan di beberapa wilayah di Kepulauan Indonesia
menunjukan tingkat yang lebih tua lagi, yaitu pada tingkat Plestosen awal.
C. Perkembangan Alat Serpih (Flakes Tool) di Indonesia
Di wilayah Kepulauan Indonesia, tempat penemuan alat serpih yang
sangat penting adalah Punung dan Ngandong (Jawa Timur), Sangiran dan
Gombong (Jawa Tengah); Budaya Toalian (Sulawesi), Mengeruda (Flores),
juga di Sangadat dan Wilayah Gasi Liu (Timor). Selain itu alat ini juga
ditemukan di Lahat (Sumatra Selatan).
9. 6
Tradisi alat serpih menghasilkan pekakas-pekakas yang berbentuk
sederhana dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas. Bahan batuan yang
umum digunakan untuk membuat alat ini adalah beberapa jenis batuan tufa dan
gamping kersikan serta batuan endap.
Alat serpih yang ditemukan bersama-sama pekakas masif dilembah kali
Baksoko, Gede, Sunglon, dan Sirikan di dekat Punung merupakan unsur yang
penting pula dari Budaya Pacitan. Terbukti dari kehadiran jenis perkakas ini
yang melebihi separuh dari jumlah alat-alat batu yang ditemukan. Alat serpih
dan bilah berukuran kecil dan besar (antara 4-10 cm), dan rata-rata menunjukan
kerucut pukul yang jelas. Hal ini karena temuan alat serpih yang hampir separuh
dari jumlah alat batu lain ditemukan. Baik alat serpih, kapak perimbas, kapak
genggam, dan kapak penetak dari budaya Pacitan ini memiliki kemiripan di
beberapa daerah lain sehingga dimungkinkan telah terjadi migrasi dari manusia
pembuatnya.
Sesuai dengan bentuk-bentuknya, alat-alat tersebut digunakan sebagai
penggaruk atau serut, gurdi, penusuk, dan pisau. Sebagian alat dan bilah
menunjukan teknik pembuatan yang telah maju. Penyiapan bentuk-bentuk alat
secara teliti dilakukan sebelum melepaskan batu intinya. Sehingga pada
sejumlah alat tampak faset-faset dari dataran pukulnya (teknik pseudo
Levallois). Di dalam konteks tradisi alat serpih tingkat Plestosen di Indonesia,
sebagian alat serpih-bilah dari Punung ini tergolong maju.
Di dalam konteks tradisi pada tingkat Plestosen, peralatan dari batu
termasuk di dalamnya alat serpih yang ditemukan di wilayah Pacitan
(Pacitanian) mungkin merupakan yang terbesar di Asia. Beberapa situs penting
lainnya di Asia selain di Goa Tabon dan Gua Niah terdapat juga di Fingnoian
(Thailand), Anyathian (Burma), Tampanian (Semenanjung Malaysia), di
Lembah Cagayan yang juga dikenal dengan sebutan Cabalwanian (Filipina),
situs Soanian di Lembah Soan (Pakistan), Chouckoutenian (Cina Utara) dan
juga terdapat di wilayah lainnya seperti di Eropa, Amerika, dan tentu saja juga
di Afrika.
10. 7
D. Macam-Macam Alat Serpih (Flakes Tool)
1. Alat Batu Non-Masif
Alat batu non-masif adalah alat batu dengan ukuran kecil dan tipis.
Kategori alat batu ini terdiri dari :
a. Serpih besar
b. Serpih (flakes)
c. Bilah (blade)
d. Serut (scraper)
e. Serut fosil kayu
2. Alat Batu Masif
Alat batu masif adalah alat batu dengan ukuran besar dan tebal.
Kategori batu in terdiri dari :
a. Kapak perimbas (chopper)
b. Kapak penetak (chopping tool)
c. Proto kapak genggam
d. Bola batu
e. Limbah (sisa dari pembuatan alat batu yang tidak terpakai, terdiri dari
serpihan dan batu inti)
E. Bahan Pembuatan Alat Serpih (Flakes Tool)
“Beberapa Alat serpih yang Dibuat dan Digunakan Homo Sapiens pada Akhir
Paleolitikum”. Foto oleh Sémhur
11. 8
Alat serpih yang diketemukan pada tingkat palaeolitikum atau zaman
batu tua mungkin telah digunakan oleh pithecantrhopus (Mojokertensis dan
Robustus) Meganthropus Paleojavanicus, Pekingnensis, Neanderthal, Cro-
magnon, hingga kemudian dilanjutkan oleh para Homo Sapiens yang muncul
belakangan.
Bahan batuan yang digunakan untuk membuat alat serpih yaitu jenis
batuan tuf (silicified tuff), batu gamping kersikan (silicifed limestone), serta
batuan endapan (sedimen). Jenis batuan tersebut digunakan sebagai bahan
utama dalam membuat alat serpih karena mengingat sifatnya yang keras tetapi
ketika dipukul akan terbelah (bukan hancur) sehingga memudahkan saat
pemrosesannya. Namun, di banyak daerah mungkin batuan tersebut tidak ada,
maka mereka menggunakan batu pasir, granit, quatrzites, kuarsa, batu vulkanik
obsidian, dan bahan lainnya yang tersedia.
Homo Erectus memiliki kecerdasan dalam memilih bahan untuk
pembuatan alat batu. Mereka menggunakan beberapa jenis batu dengan kadar
silika dan tingkat kekerasan tinggi sehingga apabila dipangkas akan
menghasilkan bagian tipis yang tajam. Adapan bahan dasar alat batu antara lain
sebagai berikut :
1. Kalsedon
Batu yang sekarang disebut kalsedon (Chalcedony) adalah kuarsa
jenis kriptokristalin (memiliki struktur kristal yang sangat halus) yang
transparan atau tembus cahaya, digunakan sebagai hiasan dan permata.
Kalsedon tidak sekeras kuarsa murni, dan terdapat dalam jumlah besar di
rongga-rongga batu vulkanis. Kalsedon yang biasa tidak sepenuhnya
transparan, tetapi memiliki bintik-bintik dan pusaran putih-susu. Warnanya
beragam, seperti putih, abu-abu, kuning, biru, dan cokelat.
Kalsedon merupakan batu yang umum dijadikan permata berukir
pada zaman dahulu. Namanya diambil dari nama sebuah kota Yunani kuno,
Kalsedon (di Asia Kecil), yang pernah menjadi sumber mineral tersebut.
Satu-satunya ayat Alkitab yang menyebutkan batu ini menyatakan bahwa
fondasi ketiga tembok Yerusalem Baru adalah kalsedon.
12. 9
Banyak barang barang suci keagamaan yang terbuat dari batu
kalsedon ini seperti salib, jimat, perhiasan jubah, gelang atau kalung,
lambang lambang dan patung. Batu kalsedon dapat ditemukan di
Madagascar, India, Brazil, Burma, Amerika dan Mexico. Batu kalsedon ini
juga di temukan di Pacitan Jawa Timur (Indonesia) .
2. Tuff Kersikan (gamping kersikan)
Gambar gamping kersikan
Batu gamping kersikan dalam bahasa Jawa juga disebut dengan batu
rijang. Batu rijang termasuk dalam kelompok chert yang berwarna gelap.
Bahan baku ini meliputi batu kersika yang berkadar silika tinggi.
Pembedaan dapat dilakukan berdasarkan besar kecilnya tingkat kebeningan
pada tepian serpih. Batu yang kelihatan “kering” ini kurang elastis dan tetap
padat pada saat pemecahan. Batu ini memerlukan pemecahan langsung yang
cukup keras dengan batu pukul yang keras untuk melepaskan serpih,
khusunya untuk serpih pertama, atau sebagai serpih hasil penetakan.
Bongkahan-bongkahan rijang yang dijumpai mempunyai struktur
homogen dan pada umumnya berkualitas bagus. Terlihat sedikit dataran
dengan retakan multi arah. Warnanya kuning gading, abu-abu muda, coklat,
atau hitam dengan tepian bening (Hubert Forestier, 2007: 143).
13. 10
3. Batu Kuarsa
Batu kuarsa ada dua macam walaupun secara kimia mereka
memiliki komposisi yang sama yaitu SiO2.
Batu kuarsa macrocrystalline, contoh batu-batunya adalah
aventurine, batu kecubung kasihan (batu amethyst), batu kuarsa biru, rose
quartz, citrine, batu mata garuda, batu mata kucing, batu kinyang asap
(smoky quartz), batu mata harimau dan prasiolite. Batu kuarsa macam ini
biasanya agak transparent sampai transparent total.
Batu kuarsa cryptocrystalline, contoh batu-batunya adalah batu
kalsedon (batu chalcedony), batu akik bawang (batu chrysoprase), batu akik,
batu darah, batu carnelian dan batu jasper. Batu kuarsa macam ini biasanya
sedikit transparent sampai buram alias susah tembus pandang.
Batu kuarsa paling murni adalah batu kuarsa yang jernih tidak
berwarna, transparent dan kadang agak bersusu. Berbeda dengan batu intan
atau berlian, batu kuarsa tidak memijar cahaya dan tidak seperti batu
aquamarine juga batu kuarsa tidak memancar berbagai cahaya yang
berlainan jika dilihat dari sudut berbeda. Batu kuarsa yang paling besar yang
pernah tercatat adalah berberat 48 ton dan panjangnya sekitar 610 cm. Batu
kuarsa diberi nama dari bangsa Slav yang artinya “keras”. Batunya awet,
tahan lama, indah dan tidak mudah rusak. Walaupun batunya banyak
ditemukan secara alami tetapi kebanyakan batu kuarsa yang digunakan
dalam kebutuhan industri adalah buatan manusia.
4. Obsidian
Obsidian merupakan batuan yang terbentuk oleh hasil kegiatan
erupsi gunung api bersusunan asam hingga basa yang pembekuannya sangat
cepat sehingga akan terbentuk gelas atau kaca daripada kristal dominan.
Obsidian adalah batuan yang disusun secara keseluruhan dari kaca amorf
dan sedikit kristal feldspar, mineral hitam dan kuarsa.
Massa Jenis : 2,36 – 2,5 gram/cm3
14. 11
Warna : Warnanya bening seperti kaca dan warnanya kadang-
kadang hitam mulus, merah tua, agak hijau atau abu-
abu. Batu ini jarang yang berwarna kuning atau merah
putih atau biru. Batu obsidian sering ditemukan
dalam keadaan mengkilau mulus walaupun belum
dipoles. Batu obsidian terbuat dari 70% silicon
dioxide bahkan lebih dan jika tercampur mineral
mineral tertentu warnanya akan berubah.
Karakteristik lain : Batu obsidian mempunyai nilai keras 5-5.5
berdasarkan daftar keras Mohs dan termasuk batu
mulia tanggung.
F. Cara Pembuatan Alat Serpih (Flaske Tool)
Alat-alat batu yang tertua dibuat secara sederhana dengan
membenturkan batu dengan batu, sehingga sebagian dari batu itu pecah dan
meninggalkan bagian-bagian yang tajam. Bagian yang tajam itu lalu dapat
digunakan utuk berbagau keperluan baik memotong, menetak, mengiris,
ataupun menguliti. Secara umum, alat-alat batu dibedakan menjadi alat serpih
dan alat bantu inti. Pembedaan ini didasarkan pada bagian batu yang akan
dipergunakan untuk alat. Alat serpih dibuat dari pecahan atau serpihan batu
yang terlepas dari sisa batu induk yang telah mengalami penyerpihan. Karena
itu, alat serpih pada umumnya tipis dan berukuran kecil, sedangkan alat batu
inti cenderung berukuran cukup besar dan bentuknya tampak lebih masif.
Namun, tidak jarang penyerpihan batu berukuran besar akan menghasilkan
serpih tebal yang berukuran besar. Serpik seperti itu dapat diperlakukan sebagi
bahan batu yang selanjutnya dapat dibentuk menjadi alat batu inti.
Cara untuk membentuk alat sering dibedakan menjadi empat macam
teknik, yaitu:
1. Penyerpihan Paron
2. Penyerpihan Langsung
3. Penyerpihan Tidak Langsung
15. 12
4. Penyerpihan Tekan
5. Penyerpihan Paron
Penyerpihan Paron diduga merupakan teknik yang paling tua untuk
membentuk alat batu sederhana, yaitu dengan cara memukulkan atau
menghempaskan batu yang hendak dibuat alat pada batu pelandas (paron). Alat
batu yang dihasilkan bentuknya cenderung tidak teratur, karena si pembuat
tidak dapat mengendalikan bentuk pecahan atau serpihan batunya. Bentuk alat
mungkin dianggap tidak terlalu penting, yang penting pecahan-pecahan batu itu
menghasilkan sisi-sisi tajam yang dapat digunakan untuk mengiris atau
menetak. Dalam perkembangan lebih lanjut, penyerpihan paron dapat juga
dikendalikan lebih baik dengan cara meletakkan batu yang hendak dibentuk
pada pelandas, kemudian dipukul langsung atau tidak langsung dengan alat
pukul, baik dari batu atau tulang yang dikeraskan. Cara ini disebut teknik
bipolar (dua kutub), karena menghasilkan alat yang seakan-akan diserpih dari
dua arah berlawanan secara bersamaan.
1. Penyerpihan Langsung
Penyerpihan langsung dilakukan dengan cara memukul batu yang akan
dibentuk dengan alat pemukul. Cara ini paling umum digunakan untuk
membuat alat-alat batu yang bentuknya agak kasar dengan faset-faset yang
cenderung lebar.
2. Penyerpihan Tidak Langsung
Untuk membuat alat batu yang lebih terpola bentuknya dengan faset-faset
yang lebih kecil dan rapi biasanya digunakan teknik penyerpihan tidak
langsung. Dalam hal ini, bahan batu tidak kontak langsung dengan alat
pukulnya, tetapi melalui alat perantara yang biasanya dibuat dari tulang
keras dengan ujung runcing. Dengan alat perantara yang runcing, si
pembuat dapat memilih titik-titik benturan secara lebih cermat, sehingga
arah pukul dan gaya yang diterapkan dapat dikendalikan lebih baik.
Hasilnya, bentuk penyerpihan atau cekungan yang terbentuk pada batu inti
akan lebih teratur. Cara ini dipakai antara lain untuk membuat bilah batu
(blade), yaitu alat serpih yang memanjang dengan bentuk sisi yang sejajar.
16. 13
3. Penyerpihan Tekan
Penyerpihan tekan merupakan teknik pembentukan yang paling terkendali.
Untuk melepaskan serpihan atau membuat cekungan pada batu, batu yang
dibentuk tidak lagi dipukul, tetapi hanya ditekan kuat-kuat dengan alat
penekan yang runcing. Ketika diserpih, batu yang dibentuk biasanya
dipegang erat pada salah satu telapak tangan atau diletakkan di atas paha si
pembuat yang dilandasi kulit. Cara ini umumnya dipakai untuk membentuk
alau batu yang permukaannya berfaset-faset halus dan rapi, atau diterapkan
untuk memberikan sentuhan akhir pada alat batu yang bentuknya rumit.
Di Indonesia, pembuatan alat-alat batu yang tertua umumnya dilakukan
dengan cara penyerpihan langsung dan kadang kala teknik bipolar. Hal ini
terlihat dari temuan alat serpih tertua yang ditemukan di Situs Sangiran . di Situs
Sangiran, alat serpih ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald pada
formasi Kabuh yang terendapkan. Bahan alat-alat serpih itu biasanya dari batu
setengah mulia antara lain kaseldon dan jasper.
Tradisi alat serpih dimungkinkan ada karena alat-alat tersebut memang
sengaja diciptakan dan bukan sesuatu yang kebetulan. Alat-alat serpih yang
ditemukan biasanya memperlihatkan pemrosesan serta bentuk kerucut yang
jelas. Serpihan yang terjadi karena sebab-sebab alamiah biasanya “tidak jelas
bentuknya” misalnya pada bagian patahan yang tidak memiliki tanda riak
seperti yang dibuat oleh manusia.
Prinsip dasar dalam pembuatan alat-alat batu adalah menghilangkan
sebagian dari batu awal. Ini adalah cara untuk membuat berbagai alat batu, baik
itu kapak genggam, primbas, batu penetak, kapak persegi, atau kapak lonjong,
tapi alat serpih menunjukan karakteristik alat yang khusus dan bukan karena
bekas serpihan dari alat lainnya. Mungkin awalnya alat serpih memang tidak
sengaja ditemukan dari hasil pecahan batu lainnya, tapi karakteristik
selanjutnya menjunjukan alat serpih adalah bagian dari sebuah proses yang pasti
dan memang sengaja diciptakan.
Alat serpih dibuat dengan menghantam batu dengan kapak genggam
hingga didapat serpihan yang diinginkan (pemukulan langsung) atau bisa juga
17. 14
dengan menggunakan kapak persegi yang telah diberi tangkai dari tulang atau
kayu untuk memisahkan serpihan dari batu intinya (pemukulan tidak langsung).
Dengan cara pemukulan tidak langsung, pembuatnya bisa mengontrol ukuran
dan bahkan bentuk yang diinginkan.
Beberapa alat serpih menunjukan teknik pembuatan yang telah maju
yang umumnya telah secara cermat terlepas dari batu intinya sehingga pada
sejumlah alat terlihat pola dataran pukulnya (teknikpseudo Levallois). Sering
juga ditemukan pola pangkasan yang dilakukan ke masing-masing sisi dan
bidangnya sehingga tercipta bentuk tajaman yang berliku.
G. Fungsi dan Kegunaan Alat Serpih (Flaske Tool)
Alat Serpih (flakes tool). Foto oleh Didier Descouens
Apa yang bisa dilakukan oleh sepotong batu kecil yang memiliki sisi-
sisi yang tajam?
Sesuai dengan bentuknya, alat serpih mungkin digunakan sebagai pisau,
alat serut, penghalus, gurdi, penyayat, pemotong, pengikis, pengeruk, pengerik,
penggores dan sebagainya. Tapi jika pertanyaannya untuk kegiatan apa saja alat
serpih itu digunakan, bisa jadi jawabannya berada di luar pikiran kita saat ini.
18. 15
Kondisi alam dan kegiatan yang pada saat itu sering dilakukan, serta
informasi-informasi lainnya yang bersumber dari hasil uji laboratorium akan
menambah keakuratan tentang kegunaan dari alat serpih ini. Misalnya alat
serpih pada masa berburu, tentu akan bertambah kegunaannya ketika digunakan
oleh masyarakat yang sudah menetap dan melakukan usaha-usaha pertanian.
Akan tetapi, biasanya fungsi dasar tidak begitu jauh bergeser terutama jika
dilihat dari bentuk.
19. 16
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di paparkan di atas, maka dapat kami
simpulkan bahwa Zaman prasejarah hanya meninggalkan benda-benda
kebudayaan manusia. Salah satu alat batu yang digunakan oleh manusia purba
disebut alat serpih (flakes). Alat serpih-bilah atau flakes adalah alat yang terbuat
dari batu dan berbentuk kecil-kecil.
Dominasi alat serpih menyebabkan sebutan yang terkenal yaitu
“Industri Serpih Sangiran” (Sangiran-Flakes Industry). Sangiran Flakes
Industry hingga kini masih menjadi perdebatan di antara para ahli. Koenigswald
mengemukakan teori ini setelah ia menemukan serpih-serpih batu berserakan di
permukaan bukit Ngebung 1934. Teori Koenigswald menemui buktinya,
bahkan berusia lebih tua dari yang diduga semula, yakni 0,8 juta tahun.
Macam-macam alat serpih dikelompokkan menjadi tiga yaitu: alat batu
non masif adalah alat batu dengan ukuran kecil dan tipis; alat batu masif adalah
alat batu dengan ukuran besar dan tebal; dan limbah adalah sisa pembuatan alat
batu yang tidak terpakai. Cara untuk membentuk alat sering dibedakan menjadi
empat macam teknik, yaitu: penyerpihan paron, langsung, tidak langsung, dan
penyerpihan tekan. Adapan bahan dasar alat batu antara lain kalsedon, tuff
kersikan ( gamping kersikan), batu kuarsa, obsidian.
B. Saran
Setelah memahami peninggalan kebudayaan manusia purba yang
berupa flakes, kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang
hal tersebut. Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Jadi kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun baik dari dosen maupun dari teman-teman semua. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan siapapun yang membacanya.
20. 17
DAFTAR PUSTAKA
Herimanto. 2012. Sejarah Indonesia Masa Praaksara. Yogyakarta : Ombak.
Paeni, Mukhlis. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.
Forestier, Hubert. 2007. Ribuan Gunung, Ribuan Alat Batu: Prasejarah Song
Keplek, Gunung Sewu, Jawa Timur. Jakarta : Gramedia.
Poesponegoro, Mawardi Djoened, dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah
Nasional Indonesia (Edisi Pemutakhiran). Jakarta : Balai Pustaka.
Bellwood, Petter. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia edisi Revisi.
Terjemahan oleh T.W. Kamil. Jakarta : PT Gramedia
Soekmono. 1988. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta:
Kanisius
Soejono, R.P. 1985. Temuan baru alat-alat Paleolitik di Indonesia. Jakarta : Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional
Sujud P.J, Slamet. 2008. Fungsi Artefak Litik Masa Prasejarah (Kajian
Etnoarkeologi), 1 (1) : 31-38
Suprapta, Drs Blasius. 1991. Ikhtisar Prasejarah Indonesia: Pendekatan model
Konsepsi Teknologi. Malang : FPIPS Ikip Malang
Munoz, Paul Michel.2006. Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan
Semenanjung Malaysia.Yogyakarta:Mitra Abadi.