SlideShare a Scribd company logo
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN
MAKHLUK SOSIAL
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar
Disusun Oleh:
Dimas Triyuda Kusamah (142151221)
Dini Nur Hanifah (142151233)
Mutiara Sandra (142151208)
Rizki Ashgi (142151220)
Ronar Rizki Meisa (142151239)
2014 F
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas
rahmat dan hidayahnya penulis telah mampu menyelesaiakan sebuah makalah
yang berjudul “Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial.”
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Pendidikan
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari
kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang
membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari
berbagai individu. Bagaimana hakikat masyarakat dan makna manusia sebagai
mahluk sosial? Apa saja tugas dan fungsi manusia sebagai makhluk sosial? Apa
saja hak-hak dan kewajiban individu? Bagaimana cara meniadakan stereotip dan
prasangka serta diskriminatif akibat interaksi sosial? Hal inilah yang akan penulis
bahas daam makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini bisa membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman, dan dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih.
Makalah ini penulis akui masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam
hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga bermanfaat.
Tasikmalaya, September 2015 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia sebagai Makhluk Individu dan Anggota Masyarakat
....................................................................................................................3
B. Hakikat Masyarakat dan Makna Manusia sebagai Makhluk Sosial...........7
C. Fungsi dan Tugas Manusia sebagai Makhluk Sosial................................11
D. Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan ....................................12
E. Hak-hak dan Kewajiban Individu.............................................................15
F. Interaksi Sosial Memunculkan Berbagai Corak Stereotip dan Prasangka
yang Berakibat adanya Diskriminasi........................................................21
G. Cara Meniadakan Stereotip dan Prasangka serta Diskriminasi................26
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................................29
B. Saran.........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik,
berbeda antara yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia ingin
memenuhi kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin
dan mampu mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini
merupakan gambaran bahwa setiap individu akan berusaha untuk menemukan
jati dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin menjadi orang lain
sehingga dia akan selalu sadar akan keindividualitasannya.
Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah
bahwa dalam mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara
alamiah dengan sendirinya, tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan
manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya, tidak ada manusia yang mampu
hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia
hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu
dengan lainnya.
Dari kedua hal diatas, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial memiliki fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam
kehidupan. Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit
terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai
makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia
merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya
masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu
harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut.
Untuk itu, perlu kiranya penulis menulis sebuah makalah yang
mengemukakan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menginspirasi pembaca.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manusia sebagai individu dan anggota masyarakat?
2. Bagaimana hakikat masyarakat dan makna manusia sebagai makhluk
sosial?
3. Apa fungsi dan tugas manusia sebagai makhluk sosial?
4. Bagaimana peran manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam
bermasyarakat dalam berbagai jenis kehidupan?
5. Apa saja hak-hak dan kewajiban individu?
6. Bagaimana interaksi sosial bisa memunculkan berbagai corak stereotip
dan prasangka yang berakibat adanya diskriminasi?
7. Bagaimana cara meniadakan stereotip dan prasangka serta diskriminasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Apa pengertian manusia sebagai individu dan anggota masyarakat.
2. Untuk mengetahui bagaimana hakikat maasyarakat dan makna manusia
sebagai makhluk social.
3. Untuk mengetahui apa fungsi dan tugas manusia sebagai makhluk social.
4. Untuk mengetahui bagaimana peran manusia sebagai individu dan
makhluk sosial dalam bermasyarakat dalam berbagai jenis kehidupan.
5. Untuk mengetahui apa saja hak-hak dan kewajiban individu.
6. Untuk mengetahui bagaimana cara interaksi sosial bisa memunculkan
berbagai corak stereotip dan prasangka yang berakibat adanya
diskriminasi.
7. Untuk mengetahui bagaimana cara meniadakan stereotip dan prasangka
serta diskriminasi.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan bagi
penulis dan penbaca untuk mengetahui lebih dalam mengenai Manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia sebagai Individu dan Anggota Masyarakat
Manusia adalah makhluk individu. Sebagai makhluk individu berarti
makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara
jiwa dan raganya. Kata "individu" berasal dari kata latin individuum, artinya
tidak terbagi. Jadi, kata itu mengandung pengertian sebagai suatu sebutan
yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan
terbatas. Dalam ilmu sosial paham individu menyangkut tabiatnya dengan
kehidupan jiwanya yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan
hidup manusia. Individu bukan berarti menusia sebagai suatu keseluruhan
yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai
manusia perorangan, (Soelaeman, 2001:113).
Manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam arti makhluk
keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap orang itu
merupakan pribadi (individu) yang khas menurut corak kepribadiannya,
termasuk kecakapan-kecakapan serta kelemahan-kelemahannya. Individu
adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan yang khas di
dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga memiliki kepribadian serta pola
tingkah laku spesifik dirinya. Persepsi terhadap individu atau hasil
pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu ke-utuhan
ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek melekat pada dirinya, yaitu aspek
organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial kebersamaan.
Ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi, keguncangan pada satu aspek
akan membawa akibat pada aspek yang lainnya (Soelaeman, 2001:114).
Untuk menjadi suatu individu yang "mandiri" harus melalui proses yang
panjang. Tahap pertama, melalui proses pemantapan pergaulan yang
dilakukan di lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga ini secara
bertahap karakter yang khas akan terbentuk dan mengendap lewat sentuhan-
sentuhan interaksi: etika, estetika, dan moral agama. Sejak manusia
dilahirkan, ia membutuhkan proses pergaulan dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan batiniah dan lahiriah yang membentuk dirinya.
Menurut Sigmund Freud, super ego pribadi manusia sudah mulai terbentuk
pada saat manusia berumur 56 tahun (Gerungan, 1980:29).
Makna manusia menjadi individu apabila pola tingkah lakunya hampir
identik dengan tingkah laku masa yang bersangkutan. Proses yang
meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai menjadi dirinya
sendiri disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Individu dibebani
berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, maka muncul
struktur masyarakat yang akan menentukan kemantapan masyarakat. Individu
dalam bertingkah laku menurut pribadinya ada tiga kemungkinan:
menyimpang dari norma kolektif, kehilangan individualitasnya atau takhluk
terhadap kolektif, dan mempengaruhi masyarakat seperti adanya tokoh
pahlawan atau pengacau. Mencari titik optimum antara dua pola tingkah laku
(sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat) dalam situasi yang
senantiasa berubah, memberi konotasi "matang" atau "dewasa" dalam konteks
sosial. Sebutan "baik" atau "tidak baik" pengaruh individu terhadap
masyarakat adalah relatif (Soelaeman, 2001:114). Bertolak dari proses
penjabaran individualisasi manusia dalam masyarakat tersebut menunjukkan
bahwa manusia memiliki perilaku yang didorong oleh aspek individu dan
aspek sosial.
Manusia sebagai individu memiliki unsur jasmani dan rohani; unsur fisik
dan psikis; unsur jiwa dan raga. Seseorang dikatakan sebagai individu bila
unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Unsur-unsur yang terdapat
dalam diri manusia tersebut tidak dapat terbagi apalagi terpisahkan. Jika
unsur-unsur tersebut tidak dapat menyatu maka seseorang tidak dapat disebut
sebagai individu. Oleh sebab itu, orang yang sudah mati disebut "jasad" atau
"mayat" karena yang tinggal hanya raga, jiwanya sudah tidak ada. Raga tidak
dapat hidup sebagaimana manusia utuh selaku individu apabila tanpa jiwa.
Dengan kata lain, yang disebut manusia sebagai makhluk individu
mencerminkan adanya satuan terkecil yang tidak dapat terbagi lagi tetapi
memiliki unsur-unsur jasmani dan rohani atau fisik dan psikis, atau jiwa dan
raga yang utuh menyatu.
Meskipun semua manusia sebagai individu memiliki unsur jiwa dan raga
yang menyatu, tetapi antara satu orang dengan orang yang lainnya memiliki
perbedaan dan kekhasannya baik secara fisik dan psikis. Secara fisik
misalnya, ada yang berambut ikal tetapi juga ada yang berambut lurus, ada
yang gemuk atau kurus, tinggi atau pendek, dan seterusnya. Secara psikis
juga ada perbedaan, misalnya ada yang pemalu, pemarah, penyabar, periang,
dan lain-lain. Dengan kata lain, individu dapat dikenali dengan mudah
melalui aspek fisik maupun psikisnya.
Manusia selaku makhluk individu di samping memiliki keinginan-
keinginan atau motif-motif juga memiliki kebutuhan-kebutuhan secara
pribadi. Motif-motif yang melatarbelakangi manusia selaku individu berbuat
sesuatu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: bisa bersifat majemuk, berubah-
ubah, dan berbeda-beda, atau bahkan bisa jadi tidak disadari oleh individu.
Adapun manusia selaku individu juga membutuhkan berbagai kebutuhan,
antara lain: kebutuhan fisiologis (pakaian, pangan, tempat, seks, dan
kesejahteraan individu), yang kemudian disebut sebagai kebutuhan primer;
kebutuhan rasa aman; kebutuhan akan rasa afeksi (yaitu kebutuhan untuk
menjalin hubungan atau keakraban dengan orang lain); kebutuhan akan harga
diri (esteem needs); kebutuhan untuk mengetahui dan memahami (need to
know and understand); kebutuhan rasa estetika (aesthetic needs); kebutuhan
untuk aktualisasi diri (self actualization); kebutuhan transendence, yaitu
kebutuhan untuk mengetahui dan menyelami dunia di luar dirinya seperti
spiritualitas dan rasa religiusitas (berkeyakinan akan keberadaan Tuhan).
Dengan adanya kebutuhan pribadi itulah manusia selaku individu
mempunyai hubungan dengan dirinya sendiri, yaitu ada dorongan untuk
mengabdi kepada dirinya sendiri. Tindakan-tindakannya diarahkan untuk
memenuhi kepentingan pribadinya meskipun dalam kapasitasnya bisa jadi
menjadi bentuk perbuatan yang bernilai pengabdian kepada masyarakatriya.
Untuk itulah perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh motivasinya dalam
melakukan aktivitasnya. Motivasi atau dorongan perilaku tersebut memiliki
kekuatan yang berbeda-beda. Berbagai bentuk motivasi individu tersebut
berupa: kebutuhan untuk berbuat lebih baik dari orang lain (achievement);
kebutuhan untuk memuji, menyesuaikan diri, dan mengikuti pendapat orang
lain (defence); kebutuhan untuk membuat rencana secara teratur (order);
kebutuhan untuk menarik perhatian orang lain dan berusaha menjadi pusat
perhatian (exhibition); kebutuhan untuk mandiri, tidak mau tergantung orang
lain dan tidak mau diperintah orang lain (autonomy); kebutuhan untuk
menjalin persahabatan dengan orang lain, kesetiaan, berpartisipasi
(affiliation); kebutuhan untuk memahami perasaan dan mengetahui tingkah
laku orang lain (intraception); kebutuhan untuk mendapatkan simpati,
bantuan, dan kasih sayang orang lain (succorance); kebutuhan untuk bertahan
pada pendapatnya, menguasai, memimpin, menasehati orang lain
(dominance); kebutuhan akan rasa berdosa, salah, perlu diberi hukuman
(abasement); kebutuhan untuk membantu, menolong, dan simpati kepada
orang lain (nurturance); kebutuhan untuk melakukan perubahan-perubahan,
tidak menyukai rutinitas (channge); kebutuhan untuk bertahan pada suatu
pekerjaan; tidak suka diganggu (endurance); kebutuhan untuk aktivitas sosial
individu dalam mendekati lawan jenis, mencintai lawan jenis
(heterosexuality); kebutuhan untuk mengkritik, membantah, menyalahkan,
senang terhadap Semua perilaku individu yang didorong oleh keinginan
memenuhi kebutuhan primer dan motivasi yang melekat pada pribadinya
dapat menjadi tolak ukur kepribadian seseorang dalam aktivitas sosialnya.
Sinyalemen ini menjadi indikasi atau pertanda seberapa besar makna individu
tersebut berperan dalam kehidupan, sehingga eksistensinya sebagai manusia
individu dapat diakui memiliki makna, baik secara pribadi maupun terhadap
lingkungannya. Manusia sebagai individu akan memiliki arti bagi
kehidupannya apabila peran dirinya bermakna bagi orang lain, keluarga,
maupun masyarakat secara luas. Salah satu tanggung jawab manusia selaku
pribadi yaitu membawa dirinya ke jalan yang lurus, sehingga terpelihara iman
dan Islamnya, serta selalu ingat kepada Allah dan bersyukurlah karena nikmat
Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam alQur'an, Surat al-
Fatihah, ayat 5 dan 6; al-Baqarah, ayat 21, 152, dan 153, dan seterunya.
Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia (individu) yang telah
memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat-istiadat yang sama-sama
ditaati dalam lingkungannya.
Syarat-syarat suatu masyarakat:
1. Harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak.
2. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah
tertentu.
3. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk
menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
Menurut Ellwood, faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia hidup
bersama adalah:
1. Dorongan untuk mencari makan
2. Dorongan untuk mempertahankan diri terutama pada keadaan tertentu.
3. Dorongan untuk melangsungkan jenis.
B. Hakikat Masyarakat dan Makna Manusia sebagai Makhluk Sosial
1. Masyarakat
a. Pengertian masyarakat
Istilah masyarakat dalam bahasa inggrisnya society,yang berarti
kumpulan orang yang sudah lama terbentuk,memiliki sistem sosial atau
struktur sosial tersendiri dan memiliki kepercayaan,sikap,dan perilaku
yang dimiliki bersama.
Menurut Paul B. Horton & Hunt, Masyarakat merupakan kumpulan
manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang
cukup lama tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan
yang sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok
atau kumpulan manusia.
Unsur-unsur masyarakat antara lain:
1) Kumpulan orang
2) Sudah terbentuk dengan lama
3) Sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri
4) Memiliki kepercayaan(nilai), siap dan perilaku yang dimiliki
bersama
5) Adanya kesinambungan dan dan pertahanan diri
6) Memiliki kebudayaan
b. Hakikat nilai, moral dalam kehidupan di masyarakat
Dalam masyarakat ini.. manusia tidaklah dapat hidup sendiri.
Mereka hidup berinteraksi dengan orang lain.dalam interaksi itulah.
manusia harusnya memiliki suatu etika hidup bermasyarakat. Etika bisa
dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Nilai erat hubungannya dengan masyarakat,baik dalam bidang etika yang
mengatur kehidupan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.Manusia
sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai sebagai suatu yang
objektif,apabila ia memandang nilai itu ada tanpa ada yang
menilainya,tetapi ada sebagian sesuatu yang ada dan menuntun manusia
dan kehidupannya.jadi nilai nilai memang tidak akan ada dan tidak akan
hadir tanpa hadirnya penilaian.Oleh karena itu nilai melekat dengan
subjek penilaian.
c. Interaksi sosial dan pelapisan sosial
Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial yang
dinamakan proses sosial karena interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut orang perorangan
dengan sekelompok manusia.Apabila dua orang bertemu interaksi sosial
dimulai,pada saat itu mereka saling menegur,berjabat tangan bahkan
mungkin ada yang berkelahi.
1) Interaksi sosial
Interaksi adalah proses di mana orang berkomunikasi saling
memengaruhi dalam pikiran dan tindakan.Seperti kita ketahui bahwa
manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari hubungan yang
satu dengan yang lain.Ada beberapa pengertian interaksi yang ada di
masyarakat, di antaranya:
Menurut H. Booner, merumuskan interaksi sosial adalah
hubungan antara dua individu atau lebih,di mana kelakuan individu
yang satu memengaruhi,mengubah atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain atau sebaliknya
Menurut Gillin (1954) yang menyatakan bahwa interaksi sosial
adalah hubungan antara orang-orang secara individu,antar kelompok
dan orang perorangan dengan kelompok.
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu
dengan individu, antar kelompok dengan kelompok, antar individu
dengan kelompok.
Interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan
Ada pun faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi
sosial yaitu:
a) Faktor imitasi
Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam
proses interaksi sosial.Salah satu segi positifnya yaitu imitasi
dapat membawa kaidah-kaidah yang berlaku.
b) Faktor sugesti
Yang dimaksud sugesti di sini yaitu pengaruh psikis,baik
yang datang dari dirinya maupun dari orang lain,yang pada
umumnya diterima tanpa adanya daya kritik
c) Faktor identifikasi
Identifikasi dalam fisiologi berarti dorongan untuk menjadi
identik(sama) dengan orang lain.
d) Faktor simpati
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu
terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis
rasional,melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga
pada proses identifikasi. Bahkan orang akan tiba-tiba merasa
tertarik pada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan
cara-cara tingkah laku menarik baginya.
2. Makna Manusia sebagai makhluk sosial
Artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan
sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan
sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu
membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk
berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya.
Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk
sosial.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga di karenakan pada
diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang
lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok
dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan
atau teman.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk
sosial, karena beberapa alasan, yaitu :
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah
manusia
e. Manusia sebagai makhluk yang berhubungan dengan lingkungan
hidup
Hubungan antara manusia dengan alam, paling tidak ada tiga paham,
yaitu paham determinisme, paham posibilisme, dan paham optimisme
teknologi. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menjadi
dasar pesatnya kemajuan tekhnologi.
C. Fungsi dan Tugas Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk bermasyarakat. Dalam
bentuk konkretnya, manusia bergaul, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan
manusia lainnya.
1. Fungsi Manusia dalam Masyarakat
Dalam kehidupan masyarakat yang dinamis dan selalu berkembang
menuju kemajuan, individu-individu yang bergabung di dalamnya
mampu mengembangkan potensi dan kemampuan berkreasi serta
menemukan inovasi yang tidak sama antara satu sama lain.
2. Tugas Manusia dalam Masyarakat
Manusia di masyarakat bertugas sebagai pembentuk, pelaku, dan
pemakai masyarakat itu sendiri.
3. Masyarakat sebagai Wadah Pemanusiaan Individu
Di masyarakat, individu akan menjadi makhluk sosial. Jika individu
tidak hidup di masyarakat, dia tidak akan mengenali bahwa dirinya
makhluk sosial yang sangat bergantung pada orang lain.
4. Tugas Keluarga Membina Individu sebagai Makhluk Sosial
Keluarga bertugas menjadikan anak-anaknya sebagai wahana atau
tempat pembentuk kepribadian individu. Keluarga juga bertugas
mentransfer kebudayaan yang ada di masyarakat untuk diberikan kepada
keluarga. Sehingga individu-individu yang ada di keluarga tahu budaya
atau peraturan apa saja yang ada di masyarakat.
5. Individu sebagai Anggota Keluarga
Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki
oleh manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai adanya kerjasama
ekonomi.
6. Individu sebagai Anggota Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia (individu) yang telah
memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat-istiadat yang sama-sama
ditaati dalam lingkungannya.
D. Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan
Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan yang Meliputi Jenis-
Jenis Tatanan Hidup Berkelompok
1. Konsep Kelompok Sosial Budaya
a. Lingkungan Sosial Budaya adalah sejumlah manusia yang hidup
berkelompok dan saling berinteraksi secara teratur guna memenuhi
kepentingan bersama.
b. Bentuk Sosial Budaya artinya setiap kelompok sosial budaya
mempunyai batas-batas yang telah ditentukan.
c. Cara Hidup Sosial Budaya artinya sikap, perbuatan, dan tjuan serta
pencapaiannya sudah dipolakan oleh organisasi kelompok dalam
seperangkat tuntunan atau pedoman tertulis yang disebut Anggaran
Dasar dan Kode Etik.
d. Tujuan Sosial Budaya adalah setiap kelompok sosial budaya
mempunyai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam anggaran
dasar dan kode etik kelompok sosial budaya.
2. Kebutuhan Manusia
Sebagai makhluk budaya, manusia mempunyai berbagai kebutuhan
yang bervariasi. Kebutuhan manusia pada dasarnya meliputi tiga jenis
kebutuhan:
a. Kebutuhan Jasmani atau Fisik
b. Kebutuhan Rohani atau Kejiwaan
c. Kebutuhan Biologis
d. Pemenuhan Kebutuhan adalah apabila tiga kebutuhan diatas dapat
dipenuhi melalui masyarakat, berlakulah bahwa manusia adalah
makhluk sosial.
Sebagai masyarakat yang hidup berkelompok ada beberapa tahapan yang
harus kita ketahui untuk menjalankan hidup berkelompok, yaitu :Hakikat
Norma, Adat Istiadat dan Kebiasaan dalam bermasyarakat. Hakikat Norma
yang meliputi :
1. Norma Kesopanan yaitu Peraturan yang bersumber dari pergaulan hidup
dalam sekelompok manusia.
2. Norma Kesusilaan yaitu Peraturan yang bersumber dari suara batin / hati
nurani manusia yang diyakinin sebagai pedoman hidupnya.
3. Norma Agama yaitu Serangkaian peraturan yang bersumber dari Tuhan
Yang Maha Esa.
4. Norma Hukum yaitu Aturan yang dibuat oleh Negara ercantum secara
jelas dalam perundang – undangan.
Maka dari itu sebagai masyarakat kita wajib mentaati norma-norma
tersebut yang nantinya akan dibawa ke dalam sebuah Kelompok /
bermasyarakat .
Adat Istiadat yaitu dimana setiap orang mempunyai adat istiadat yang
berbeda – beda dari cara pelaksaannya maupun agama itu sendiri. Maka dari
itu setiap orang harus mempunyai sifat toleransi , saling menghormati, tidak
saling mencela, menjelek-jelekan satu sama lainnya karena kalau kita tidak
mempunyai sifat seperti itu maka dalam membangun sebuah kelompok akan
sangat sulit, akan cepat terpecah belah dan cepat diadu domba.
Kebiasaan yaitu Tata cara hidup yang dianut oleh setiap masyarakat
dalam waktu yang lama dan memberi pedoman bagi setiap masyarakat yang
bersangkutan untuk berpikir dan bersikap dalam menghadapi berbagai hal
yang terjadi dalam hidupnya.
Adapun Ciri-Ciri Kelompok Sosial : Adanya kesadaran pada tiap anggota
kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang
lain. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara
mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan
yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.
Kelompok Sosial dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu :
Kelompok Sosial Primer, Kelompok Sosial primer memiliki hubungan
yang bersifat personal dan akrab antara anggotanya.
Kelompok Sosial Sekunder, Kelompok Sosial Sekunder didefenisikan
sebagai Kelompok Sosial yang bersifat impersonal dan besar.
Kelompok Sosial In-Group dan Out-Group, Kelompok sosial merupakan
tempat di mana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai kami atau
kamu, kita atau mereka. “In-Group adalah kelompok sosial dimana seorang
individu mengidentifikasikan dirinya sebagai “kita” atau “kami”. Sedangkan
Out-Group adalah kelompok sosial di luar in group, atau di luar kita, di luar
kami. Kelompok di luar itu adalah mereka.
o Sikap Individu Setiap Tatanan Kelompok
ü Toleransi sebagai Nilai dan Norma
Toleransi dalam pengertian yang telah disampaikan, yang merupakan
keyakinan pokok (akidah) dalam beragama, dapat kita jadikan sebagai nilai
dan norma. Kita katakan sebagai nilai karena toleransi merupakan gambaran
mengenai apa yang kita inginkan, yang pantas, yang berharga, yang dapat
mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Dan nilai
(toleransi) akan sangat mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat. Demikian
juga toleransi, dapat kita jadikan suatu norma, yaitu suatu patokan perilaku
dalam suatu kelompok
tertentu. Norma memungkinkan seseorang menentukan terlebih dahulu
bagaimana tindakannya itu akan dinilai orang lain untuk mendukung atau
menolak perilaku seseorang.
ü Toleran dan Prinsip Hidup
Berinteraksi dengan jiwa toleran dalam setiap bentuk aktivitas, tidak
harus membuang prinsip hidup (beragama) yang kita yakini. Kehidupan yang
toleran justru akan menguatkan prinsip hidup (keagamaan) yang kita yakini.
Segalanya menjadi jelas dan tegas tatkala kita meletakkan sikap mengerti dan
memahami terhadap apapun yang nyata berbeda dengan prinsip yang kita
yakini. Kita bebas dengan keyakinan kita, sedangkan pihak yang berbeda
(yang memusuhi sekalipun) kita bebaskan terhadap sikap dan keyakinannya.
o Peranan Status Kepemimpinan Dalam Kelompok
Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak
dapat dipisahkan secara struktur maupun fungsional. Banyak muncul
pengertian – pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan. Ciri – ciri
Kepemimpinan yang ideal yaitu :
1. Memiliki pengetahuan umum yang luas
2. Kemampuan bertumbuh dan berkembang
3. Memiliki sifat Inkuisitif / Rasa ingin tahu
4. Memiliki Kemampuan Analitik
5. Memiliki daya ingat yang kuat
6. Keterampilan mendidik memiliki kemampuan menggunakan kesempatan
untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilaku
dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
7. Bertindak secara Objektive Pemimpin Visioner Kepemimpinan visioner
adalah kepemimpinan yang ditujukan untuk member arti pada kerja dan
usaha yang perlu dilakukan bersama – sama oleh para anggota
perusahaan dengan cara member arahan dan makna pada kerja dan usaha
yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas
E. Hak-hak dan Kewajiban Individu
1. Hak
Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan
penggunaannya tergantung kepada kita sendiri. Hak adalah kuasa untuk
menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan
melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.
Hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik,
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah
ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat.
Ada beberapa hak di masyarakat Indonesia, diantaranya sebagai berikut :
a. Hak Legal dan Hak Moral
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu
bentuk. Hak legal ini lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial.
Contoh kasus,mengeluarkan peraturan bahwa veteran perang
memperoleh tunjangan setiap bulan, maka setiap veteran yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan
tersebut.
Hak moral adalah didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja.
Hak moral lebih bersifat soliderisasi atau individu. Contoh kasus, jika
seorang majikan memberikan gaji yang rendah kepada wanita yang
bekerja di perusahaannya padahal prestasi kerjanya sama dengan pria
yang bekeja di perusahaannya. Dengan demikian majikan ini
melaksanakan hak legal yang dimilikinya tapi dengan melanggar hak
moral para wanita yang bekerja di perusahaannya. Dari contoh ini jelas
sudah bahwa hak legal tidak sama dengan hak moral.
T.L. Beauchamp berpendapat bahwa memang ada hak yang bersifat
legal maupun moral hak ini disebut hak-hak konvensional. Contoh jika
saya menjadi anggota klub futsal Indonesia, maka saya memperoleh
beberapa hak. Pada umumnya hak–hak ini muncul karena manusia
tunduk pada aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang disepakati
bersama. Hak konvensional berbeda dengan hak moral karena hak
tersebut tergantung pada aturan yang telah disepakati bersama anggota
yang lainnya. Dan hak ini berbeda dengan hak Legal karena tidak
tercantum dalam sistem hukum.
b. Hak Khusus dan Hak Umum
Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa
manusia atau karena fungsi khusus yang dimilki orang satu terhadap
orang lain. Contoh: jika kita meminjam Rp. 10.000 dari orang lain
dengan janji akan saya akan kembalikan dalam dua hari, maka orang lain
mendapat hak yang dimiliki orang lain.
Hak Umum dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi
tertentu, melainkan semata-mata karena ia manusia. Hak ini dimilki oleh
semua manusia tanpa kecuali. Di dalam Negara kita Indonesia ini disebut
dengan “ hak asasi manusia”.
c. Hak Individual dan Hak Sosial
Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah hak yang
dimiliki individu-individu terhadap Negara. Negara tidak boleh
menghindari atau mengganggu individu dalam mewujudkan hak-hak
yang ia milki. Contoh: hak beragama, hak mengikuti hati nurani, hak
mengemukakan pendapat, perlu kita ingat hak-hak individual ini
semuanya termasuk yang tadi telah kita bahas hak-hak negative.
Hak Sosial disini bukan hanya hak kepentingan terhadap Negara
saja, akan tetapi sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota-
anggota lain. Inilah yang disebut dengan hak sosial. Contoh: hak atas
pekerjaan, hak atas pendidikan, hak ata pelayanan kesehatan. Hak-hak ini
bersifat positif.
2. Kewajiban
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan
(sesuatu hal yang harus dilaksanakan). Ketika lahir, manusia secara
hakiki telah mempunyai hak dan kewajiban. Tiap manusia mempunyai
hak dan kewajiban yang berbeda, tergantung pada hal-hal tertentu
misalnya, jabatan atau kedudukan dalam masyarakat. K. Bertens dalam
bukunya yang berjudul Etika memaparkan bahwa dalam pemikiran
Romawi Kuno, kata ius-iurus (Latin: hak) hanya menunjukkan hukum
dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan
undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur
kehidupan masyarakat demi kepentingan umum (hukum dalam arti Law,
bukan right).
Kewajiban dibagi atas dua macam, yaitu kewajiban sempurna yang
selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban tidak sempurna
yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna
mempunyai dasar keadilan, sedangkan kewajiban tidak sempurna
berdasarkan moral.
3. Hak dan Kewajiban Pada Pasal 27 Sampai 34 UUD 1945
Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan
melaksanakan hak dan kewajiban kita dengan tertib. Hak dan kewajiban
warga negara tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD
1945. Pasal pasal itu diantaranya :
a. Hak dan kewajiban dalam bidang politik
Pasal 27 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Pasal ini menyatakan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban,
yaitu:
1) Hak untuk diperlakukan yang sama di dalam hukum dan
pemerintahan.
2) Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan.
Pasal 28 menyatakan, bahwa “Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Arti pesannya adalah:
1) Hak berserikat dan berkumpul.
2) Hak mengeluarkan pikiran (berpendapat).
3) Kewajiban untuk memiliki kemampuan beroganisasi dan
melaksanakan aturan-aturan lainnya, di antaranya: Semua organisasi
harus berdasarkan Pancasila sebagai azasnya, semua media pers
dalam mengeluarkan pikiran (pembuatannya selain bebas harus pula
bertanggung jawab dan sebagainya)
b. Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya
Pasal 31 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara
berhak mendapat pengajaran”.
Pasal 31 ayat (2) menyatakan bahwa “Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistim pengajaran nasional, yang diatur
dengan undang-undang”.
Pasal 32 menyatakan bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan
nasional Indonesia”.
Arti pesan yang terkandung adalah:
1) Hak memperoleh kesempatan pendidikan pada segala tingkat, baik
umum maupun kejuruan.
2) Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan
daerah.
3) Kewajiban mematuhi peraturan-peraturan dalam bidang
kependidikan.
4) Kewajiban memelihara alat-alat sekolah, kebersihan dan
ketertibannya.
5) Kewajiban ikut menanggung biaya pendidikan.
6) Kewajiban memelihara kebudayaan nasional dan daerah.
Selain dinyatakan oleh pasal 31 dan 32, Hak dan Kewajiban
warga negara tertuang pula pada pasal 29 ayat (2) yang menyatakan
bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu”. Arti pesannya adalah:
7) Hak untuk mengembangkan dan menyempurnakan hidup moral
keagamaannya, sehingga di samping kehidupan materiil juga
kehidupan spiritualnya terpelihara dengan baik.
8) Kewajiban untuk percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
c. Hak dan kewajiban dalam bidang Hankam
Pasal 30 menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”. Arti pesannya:
o bahwa setiap warga negara berhak dan wajib dalam usaha pembelaan
negara.
d. Hak dan kewajiban dalam bidang Ekonomi
Pasal 33 ayat (1), menyatakan, bahwa “Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan”.
Pasal 33 ayat (2), menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara”.
Pasal 33 ayat (3), menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Pasal 34 menyatakan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara”. Arti pesannya adalah:
1) Hak memperoleh jaminan kesejahteraan ekonomi, misalnya dengan
tersedianya barang dan jasa keperluan hidup yang terjangkau oleh
daya beli rakyat.
2) Hak dipelihara oleh negara untuk fakir miskin dan anak-anak
terlantar.
3) Kewajiban bekerja keras dan terarah untuk menggali dan mengolah
berbagai sumber daya alam.
4) Kewajiban dalam mengembangkan kehidupan ekonomi yang
berazaskan kekeluargaan, tidak merugikan kepentingan orang lain.
5) Kewajiban membantu negara dalam pembangunan misalnya
membayar pajak tepat waktu.
Penjabaran lanjut mengenai hak dan kewajiban warga negara
dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Contoh hal
dan kewajiban WNI dalam bidang pendidikan pada pasal 31 dijabarkan
kedalam UU No 20 tahun 2003 ttg Sisdiknas. Disamping adanya hak dan
kewajiban warga negara terhadap negara , dalam UUD 1945 hasil
amandemen I telah dicantumkan adanya hak asasi manusia dan
kewajiban dasar manusia yaitu pada pasal 28 I – J UUD 1945.
Selain itu ditentukan pula hak dan kewajiban yang dimiliki negara
terhadap warga negara. Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara
pada dasarnya merupakan kewajiban dan hak warga terhadap negara.
Beberapa contoh kewajiban negara adalah kewajiban negara untuk
menjamin sistem hukum yang adil, kewajiban negara untuk menjamin
hak asasi warga negara , kewajiban negara untuk mengembangkan sistem
pendidikan nasional untuk rakyat, kewajiban negara memberi jaminan
sosial, kewajiban negara memberi kebebasan beribadah. Beberapa contoh
hak negara adalah hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan, hak
negara untuk dibela, hak negara untuk menguasai bumi air dan kekeyaan
untuk kepentingan rakyat
F. Interaksi Sosial Memunculkan Berbagai Corak Stereotip dan Prasangka
yang Berakibat adanya Diskriminasi
Di dalam berinteraksi dengan orang lain kita terkadang tidak dapat lepas
dari apa yang disebut sebagai prasangka dan stereotipe. Prasangka menurut
Mar' at (1984) adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai ke arah negatif,
namun dapat pula dugaan tersebut bersifat positif. Dugaan tersebut umumnya
mengarah pada penilaian negatif yang diwarnai oleh perasaan yang muncul
sesaat. Di dalam interaksi sosial, prasangka memiliki relevansi dengan
komponen afektif yang bersifat negatif terutama bila dihubungkan dengan
kelompok minoritas dan kelompok etnis (Mar'at, 1984). Menurut Wolf
(dalam Mar' at, 1984) proses terbentuknya prasangka merupakan prasangka
sosial yang memiliki konotasi negara dalam hubungannya antara mayoritas
dan minoritas.
Oleh karena itu, Mar' at (1984) menjabarkan beberapa faktor penentu
prasangka, yaitu antara lain:
1. Kekuasaan faktual yang terlibat hubungan antara mayoritas dan minoritas
2. Fakta tentang perlakuan terhadap kelompok mayoritas dan minoritas
3. Fakta mengenai kesempatan usaha pada mayoritas dan minoritas
4. Fakta mengenai unsur geografis, dimana keluarga minoritas menduduki
daerah-daerah tertentu
5. Posisi dan peranan dari sosial ekonomi yang pada umumnya dikuasai
oleh kelompok minoritas
6. Potensi energi eksistensi dari kelompok minoritas dalam
mempertahankan hidupnya
Adapun beberapa hipotesa yag menjadi penyebab terjadinya prasangka antara
lain adalah:
1. Adanya ketegangan situasi yang senantiasa relatif dan bersifat individual
atau kelompok sentris
2. Dalam tiap-tiap kelompok akan selalu terdapat minoritas
3. Adanya persaingan yang menimbulkan prasangka
Kedua adalah stereotipe. Stereotipe adalah persepsi terhadap suatu objek
yang tidak dapat diubah atau kaku (Chaplin, 1995), yang sifatnya terlalu
umum dan seringkali keliru(Atkinson dkk., 1993). Dalam membahas baik
prasangka maupun stereotipe, kita tidak dapat lepas dari mentalset dan
konsep interaksi sosial. Permasalahan yang akan muncul dapat digolongkan
menjadidua, yaitu: image dan sikap (Mar' at, 1984) .Image menyangkut
persepsisosial sehingga tiap hubungan antar manusia, Antar kelompok, dan
antar bangsa telah ada suatu mental set tersendiri tentang opini, sistem nilai,
norma, konsep tertentu. Hubungan ini akan mengarah kepada komponen
emosional yang relevan dengan hubungan interaksi ini. Sikap terhadap
pengertian pengertian sinonim yang sebenarnya adalah prasangka dapat
diidentifikasikan dengan sikap yang merupakan predisposisi sosial. Di
samping prasangkatersebut dapat pula disamakan dengan opini atau
kepercayaan (belief).
o Gejolak Diskriminasi Dalam Interasi Sosial
Berbagai kerusuhan dan ketegangan sosial yang terjadi di tanah air dalam
dasa warsa sejak akhir 1980-an sampai pada tingkat tertentu menunjukkan
bahwa realitas bangsa Indonesia yang multi-etnik dan multi-agama ini belum
dapat dikelola dengan baik. Kerusuhan-kerusuhan tersebut mengisyaratkan
bahwa pendekatan dan strategi yang telah diterapkan, terutama selama
pemerintahan Orde Baru, tak lagi tepat untuk digunakan dalam konteks masa
kini. Oleh karena itu, seluruh komponen bangsi Indonesia, baik pemerintah,
perguruan tinggi, maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya perlu
berusaha menemukan cara-cara yang lebih tepat dalam mengelola keaneka-
ragaman masyarakat ini.
Di samping faktor politik, ekonomi, dan paham keagamaan, perbedaan
latar belakang etnik merupakan faktor yang sering mewarnai berbagai
kerusuhan selama ini, sebagaimana tercermin pada kerusuhan di Pontianak
(etnik Dayak melawan etnik Madura), Jakarta (etnik Jawa/Sunda melawan
etnik Cina), dan Surakarta (etnik Jawa melawan etnik Cina dan Arab). Dalam
beberapa kasus kerusuhan, factor faktor tersebut teranyam satu sama lain
sedemikian rupa, sehingga faktor yang satu sulit dipisahkan dari faktor
lainnya. Meskipun faktor perbedaan etnik sering dinafikan dalam berbagai
pernyataan resmi, kenyataan menunjukkan bahwa terdapat suatu kelompok
etnik tertentu yang menjadi sasaran dan sekaligus korban dominan di dalam
kerusuhan-kerusuhan tersebut.
Dalam kasus kerusuhan Mei 1988 di Jakarta dan Surakarta, misalnya,
pemicu-nya adalah faktor politik tetapi kemudian berkembang menjadi
sentimen etnik. Sementara itu, kerusuhan di Surakarta pada tahun 1980,
pemicunya adalah kecelakaan lalu-lintas antara dua pemuda, tetapi kemudian
berkembang menjadi kerusuhan anti-Cina. Kenyataan ini menyiratkan bahwa
perbedaan latar belakang etnik potensial untuk memicu kerusuhan, mengubah
inti persoalan kerusuhan, atau meningkatkan eskalasi kerusuhan. Surakarta
merupakan salah satu kota yang memiliki keanekaragaman etnik dan agama
serta memiliki sejarah kerusuhan yang berulang-ulang, sejak sebelum
kemerdekaan hingga akhir abad ke-20 dengan faktor pemicu yang berbeda-
beda.
Hasil penelitian Mulyadi dkk. (1999) tentang radikalisasi sosial
masyarakat Surakarta menunjukkan adanya pola keberulangan peristiwa
kerusuhan dan menyebutkanangkan frekuensi kejadian sedemikian tinggi
dalam sejarah kota Surakarta Kenyataan di atas menunjukkan betapa relasi
antaretnik di Surakarta merupakan konflik laten yang potensial meletus
sewaktu-waktu dalam bentuk kerusuhan. Konflik laten ini potensial untuk
berubah menjadi konflik manifes karena adanya bentuk-bentuk bias dalam
relasi antaretnik, baik dalam bentuk streotip (pendapat atau pandangan yang
menggeneralisasikan ciri-ciri seseorang atau sekelompok orang berdasarkan
keanggotaannya dalam kelompok tertentu), prasangka (atau sikap negatif
pada orang atau kelompok yang dicitrakan dalam streotip tertentu dalam
diskriminasi (perilaku nyata yang membedakan orang/kelompok secara tidak
adil) yang terlestarikan, baik secara sadar atau tak sadar, dalam kehidupan
nyata sehari-hari sebagian besar masyarakat Surakarta.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya rekayasa sosial yang
mampu mengeliminasi proses pelestarian stereotip, prasangka, dan
diskriminasi tersebut.Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk mengeliminasi
kesalahpahaman antar etnik di Surakarta, terutama antara masyarakat
keturunan Jawa dan masyarakat keturunanCina, melalui berbagai forum
semacam yang telah dilakukan oleh PWS (PaguyubanWong Solo) dan PMS
(Perkumpulan Masyarakat Surakarta). Akan tetapi, inisiatif-inisiatif tersebut
bisa dikatakan kurang memiliki agenda-agenda yang berkelanjutan, hanya
melibatkan orang-orang dewasa yang sibuk dan telah memiliki status sosial
ekonomi mapan, serta sebagian besar di antaranya adalah kaum pria.
Mengingat pentingnya relasi sosial yang harmonis lintas etnik dan agama
ini, upaya-upaya integrasi perlu dilakukan oleh berbagai pihak, secara
berkelanjutan, dan dilakukan secara lebih awal dengan melibatkan generasi
muda (remaja).Meskipun dalam konteks wacana publik dan di kalangan elit
organisasikemasyarakatan, persoalan keanekaragaman ini tidak dirasakan
sebagai masalah, kenyataan di tingkat akar-rumput menunjukkan bahwa
bentuk-bentuk stereotip, prasangka, dan diskriminasi merupakan sesuatu yang
nyata dan tak bisa dipungkiri. Ketika Pusat Studi Budaya dan Perubahan
Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta menyelenggarakan suatu
kegiatan yang melibatkan remaja lintas etnikdan agama, misalnya, stereotipe
dan prasangka tersebut terungkap secara eksplisit, baik dalam pernyataan
lisan maupun sikap peserta di awal kegiatan. Kenyataan itu menyiratkan
bahwa tatanan dan relasi sosial masyarakat Surakarta saat ini sebenarnya
mempunyai kontribusi pada pelestarian bentuk-bentuk stereotip dan
prasangka antaretnik, sehingga perlu upaya-upaya terpadu yang dapat
mengurangi atau bahkan menghilangkan bentuk-bentuk bias relasi sosial
tersebut.
Sebagaimana halnya keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan yang
ada di Indonesia, keberadaan kelompok etnik Cina di Indonesia juga menjadi
kontroversi dalam integrasi bangsa Indonesia. Kehadiran pemukim Cina di
Indonesia pertama kali diperkirakan terjadi pada abad V (Sa’dun, ed., 1999:
56; Taher, 1997a: 31). Para pemukim Cina pertama tersebut melakukan
perdagangan dengan membawa keramik, sutera, dan benang sutera; ketika
pulang mereka membawa kayu cendana, sarang burung, emas, dan lain
sebagainya (Sa’dun, ed., 1999: 56).Migrasi orang-orang Cina dalam jumlah
besar diperkirakan terjadi pada abadXVII, bersamaan denganmasuknya
bangsa Barat ke Nusantara, dan pada awalabad XX, setelah Perang Dunia I,
ketika orang-orang Cina tidak hanya datang ke Indonesia tetapi juga ke
negara-negara Asia Tenggara lainnya (Sa’dun, ed., 1999:56-61; Taher, 1997:
3169; Skinner, 1957: 28-29).
Di antara faktor penting penyebab kedua gelombang migrasi tersebut
adalah situasi dalam negeri Cina. Pada abad XVII, orang-orang Cina banyak
keluar dari negaranya karena negeri Cina sedang dilanda peperangan,
kekacauan, dan kelaparan yang disebabkan oleh pergolakan politik dalam
negeri, ketika Dinasti Ming runtuh dan digantikan oleh Dinasti Qing Manchu
(Sa’dun, ed., 1999: 57; Sukisman, 1992: 2-20). Begitu pula, migrasi orang-
orang Cina pada awal abad XX juga banyak disebabkan oleh kekacauan
dalam negeri Cina, ketika kaum nasionalis Cina di bawah kepemimpinan Sun
Yat Sen melakukan revolusi untuk meruntuhkan Dinasti Qing Manchu
(Sa’dun, ed., 1999: 61; Sukisman, 1992: 118-131; Clubb, 1964: 36-43).
Sejak awal kemerdekaan, masyarakat Indonesia menyadari bahwa
masalah hubungan antaretnik dapat menjadi potensi konflik sosial jika tidak
diatasi dengan baik. Cara-cara yang diusulkan untuk mengatasi persoalan
hubungan antar-etnik tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua
arus paham utama, yaitu: “integrasi” dan “asimilasi”.
Paham “integrasi”, yang dipelopori oleh Baperki (Badan
Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia), berpandangan bahwa
persoalan hubungan antaretnik dapat diatasi dengan memberikan pengakuan
sepenuhnya pada kelompok etnik Cina sebagai salah satu suku bangsa,
sebagaimana Jawa, Sunda, Dayak, dan suku-suku lain-lain di Indonesia
(Coppel, 1994: 91; Taher, 1997a: 124).
Sedangkan paham “asimilasi”, yang dipelopori oleh LPKB (Lembaga
Pembina Kesatuan Bangsa) dan Bakom-PKB (Badan Komunikasi
Penghayatan Kesatuan Bangsa) berpandangan bahwa persoalan hubungan
anteretnis dapat diatasi bila kelompok keturunan Cina membaur dan
mencairkan diri dengan masyarakat lokal (Coppel, 1994: 93; Taher, 1997a:
125). Salah satu bentuk pendidikan yang menyajikan pengalaman
berkehidupan bersama dan menghargai berbagai perbedaan adalah yang
selama ini disebut dengan pendidikan multikultural, atau pendidikan
toleransi, atau pendidikan perdamaian.
G. Cara Meniadakan Stereotip dan Prasangka serta Diskriminasi
1. Stereotipe:
a. Jangan hanya memandang suatu kelompok atau individu dari satu
sisi saja dan mengabaikan sisi lainnya yang merupakan sebuah
kelengkapan dalam diri objek dan dilewatkan. Kita harus
menyadari bahwa setiap individu terlahir dengan keunikan
tersendiri sehingga tidak perlu disamakan dengan individu yang
lain apalagi kelompok.
b. Menumbuhkan rasa saling menghargai terhadap perbedaan pada
suatu kelompok. Maka dari itu sudah saatnya masyarakat lebih
objektif dalam menerima sebuah stereotipe yang hadir di tengah
kehidupan bermasyarakat. Di antaranya menanamkan rasa toleransi
dalam merajut sebuah keberagaman yang dimuai sejak dini, hal ini
perlu dilakukan mengingat stereotipe dapat terus-menerus
dilestarikan melalui komunikasi yang beredar di kalangan
masyarakat, dan dapat diturunkan ke generasi berikutnya.
2. Prasangka:
a. Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci karena
dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan cara
mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk melatih anak
menjadi fanatik.
b. Berinteraksi langsung dengan kelompok berbeda: i) contact
hypothesis—pandangan bahwa peningkatan kontak antara anggota
dari berbagai kelompok sosial dapat efektif mengurangi prasangka
diantara mereka. Usaha-usaha tersebut tampaknya berhasil hanya
ketika kontak tersebut terjadi di bawah kondisi-kondisi tertentu. ii)
extended contact hypothesis—sebuah pandangan yang menyatakan
bahwa hanya dengan mengetahui bahwa anggota kelompoknya
sendiri telah membentuk persahabatan dengan anggota kelompok
out-group dapat mengurangi prasangka terhadap kelompok
tersebut.
c. Kategorisasi ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari
kategorisasi ulang ini, orang yang sebelumnya dipandang sebagai
anggota out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian dari
in-group.
d. Intervensi kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak
berprasangka, pelatihan (belajar untuk mengatakan “tidak” pada
stereotype).
e. Pengaruh sosial untuk mengurangi prasangka.
3. Diskriminasi
Untuk menghindari sikap diskriminasi seseorang harus mempunyai sikap
kebersamaan. sikap ini memiliki tujuan tentang adanya kesetaraan ,
kesamaan , keseimbangan , keselarasan , serta penghargaan terhadap
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan . menempatkan kesejajaran antar
sesama menghantarkan setiap orang memberikan yang terbaik pada
ketaqwaan yang tinggi. sehingga sikap kebersamaan menjadi jalan baru
untuk melakukan kebajikan dalam membangun kebersamaan untuk
kemaslahatan morlitas yang berkualitas.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial memiliki fungsi
masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai
makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari
kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial
yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan
dari berbagai individu. Kita sebagai manusia tidak dapat hidup sendiri karena
kita membutuhkan satu sama lain. satu sama lain.
B. Saran
Kita sebagai manusia memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
dan dilakukan dengan baik. Dalam Interaksi sosial pasti akan selalu muncul
yang namanya streotip, prasangka dan diskriminasi. Oleh karena itu kita
sebagai manusia harus bisa meminimalisirkan hal tersebut agar tidak terjadi
konflik diantara manusia
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Andika. (2014). Menghindari Sikap Diskriminasi. [Online]. Tersedia:
http://sikapdiskriminasi.blogspot.co.id/2014/05/menghindari-sikap
diskriminasi.html. [27 September 2015]
Avianti, Annisa. (2010). Prasangka Penyebab Dampak dan Cara Mengatasinya.
[Online].Tersedia:https://annisaavianti.wordpress.com/2010/07/27/prasangk
a-penyebab-dampak-dan-cara-mengatasinya/. [27 September 2015]
Setiyawat, Rina. (2013). Stereotipe dan Prasangka. [Online]. Tersedia:
http://klinikbk.blogspot.co.id/2013/07/.html. [27 September 2015]
Pratama, Rey. (2012). Fungsi Dan Peran Manusia Sebagai Individu Dan Mahkluk
Sosial. [Online]. Tersedia: http://freedomrez.blogspot.co.id/2012/04/fungsi-
dan-peran-manusia-sebagai.html. [27 September 2015]
Kelompok7_ISBD Akuntansi. (2012). Bab 4 Manusia sebagai Makhluk Individu
dan Sosial. [Online]. Tersedia: http://isbd7akt.blogspot.co.id/2012/04/bab-4-
manusia-sebagai-makhluk-individu.html. [27 September 2015]

More Related Content

What's hot

Pertanyaan dan jawaban presentasi p kn
Pertanyaan dan jawaban presentasi p knPertanyaan dan jawaban presentasi p kn
Pertanyaan dan jawaban presentasi p knnatal kristiono
 
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesiasejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesiaElvarinna Permata
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
ACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Makalh pengaruh budaya asing terhadap remaja indonesia
Makalh pengaruh budaya asing terhadap remaja indonesiaMakalh pengaruh budaya asing terhadap remaja indonesia
Makalh pengaruh budaya asing terhadap remaja indonesia
Azharlina Rizqi Ardina
 
Makalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinanMakalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinan
Herlina _Navely
 
Makalah Lengkap Globalisasi
Makalah Lengkap GlobalisasiMakalah Lengkap Globalisasi
Makalah Lengkap GlobalisasiCici Cweety
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Susanti Susanti
 
Laporan praktikum golongan darah
Laporan praktikum golongan darahLaporan praktikum golongan darah
Laporan praktikum golongan darahZanne Arienta
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
chusnaqumillaila
 
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Syifa Nadia
 
PPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIA
PPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIAPPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIA
PPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIA
Hanifa Zulfitri
 
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaMAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaShally Rahmawaty
 
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
Hamida ID
 
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiKata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
Nuri Andhika Pratama
 
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIATugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
meikaa
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
taufiq99
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraMakalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Warnet Raha
 

What's hot (20)

Pertanyaan dan jawaban presentasi p kn
Pertanyaan dan jawaban presentasi p knPertanyaan dan jawaban presentasi p kn
Pertanyaan dan jawaban presentasi p kn
 
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesiasejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
 
Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"
 
Makalh pengaruh budaya asing terhadap remaja indonesia
Makalh pengaruh budaya asing terhadap remaja indonesiaMakalh pengaruh budaya asing terhadap remaja indonesia
Makalh pengaruh budaya asing terhadap remaja indonesia
 
Makalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinanMakalah kepemimpinan
Makalah kepemimpinan
 
Makalah Lengkap Globalisasi
Makalah Lengkap GlobalisasiMakalah Lengkap Globalisasi
Makalah Lengkap Globalisasi
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
 
Pertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasiPertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasi
 
Laporan praktikum golongan darah
Laporan praktikum golongan darahLaporan praktikum golongan darah
Laporan praktikum golongan darah
 
Materi kewarganegaraan
Materi kewarganegaraanMateri kewarganegaraan
Materi kewarganegaraan
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
 
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
 
PPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIA
PPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIAPPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIA
PPT DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIA
 
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaMAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
MAKALAH_Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
 
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiKata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
 
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIATugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
 
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraMakalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Makalah hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
 

Similar to Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

Makalah manusia sebagai makhluk sosial
Makalah manusia sebagai makhluk sosialMakalah manusia sebagai makhluk sosial
Makalah manusia sebagai makhluk sosial
Firman Putra Pratama
 
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individuMakalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
Firman Putra Pratama
 
Makalah Sosialisasi
Makalah SosialisasiMakalah Sosialisasi
Makalah Sosialisasi
Esti Dyah
 
Wawasan Sosial Budaya. Hasnur
Wawasan Sosial Budaya. HasnurWawasan Sosial Budaya. Hasnur
Wawasan Sosial Budaya. Hasnur
firdayanti8
 
Wawasan Sosial Budaya Dasar Ardi Maward
Wawasan Sosial Budaya Dasar Ardi MawardWawasan Sosial Budaya Dasar Ardi Maward
Wawasan Sosial Budaya Dasar Ardi Maward
firdayanti8
 
Wawasan Sosial Budaya
Wawasan Sosial BudayaWawasan Sosial Budaya
Wawasan Sosial Budaya
ikaNurulFadhillah
 
Presentation2 wsbd ardi good
Presentation2 wsbd ardi goodPresentation2 wsbd ardi good
Presentation2 wsbd ardi good
tasinit
 
Hubungan antara perubahan sosial dan kebudayaan
Hubungan antara perubahan sosial dan kebudayaanHubungan antara perubahan sosial dan kebudayaan
Hubungan antara perubahan sosial dan kebudayaan
ambarpingki
 
Individu, keluarga, dan masyarakat
Individu, keluarga, dan masyarakatIndividu, keluarga, dan masyarakat
Individu, keluarga, dan masyarakat
Mochammad Taufik
 
Isbd manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Isbd manusia sebagai makhluk individu dan sosialIsbd manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Isbd manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Dini Nur Hanifah
 
Bab II hakikat manusia dan sosial
Bab II hakikat  manusia dan sosialBab II hakikat  manusia dan sosial
Bab II hakikat manusia dan sosial
Potpotya Fitri
 
Makala Masyarakat Desa Dan Kota
Makala Masyarakat Desa Dan KotaMakala Masyarakat Desa Dan Kota
Makala Masyarakat Desa Dan Kota
robiyanto
 
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Manusia sebagai makhluk individu dan sosialManusia sebagai makhluk individu dan sosial
Manusia sebagai makhluk individu dan sosialRochmad Putra
 
Manusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBD
Manusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBDManusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBD
Manusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBDMuhamad Yogi
 
BAB 3 IDENTITAS DIRI, TINDAKAN SOSIAL, dan HUB. SOSIAL.ppt
BAB 3  IDENTITAS DIRI, TINDAKAN SOSIAL, dan HUB. SOSIAL.pptBAB 3  IDENTITAS DIRI, TINDAKAN SOSIAL, dan HUB. SOSIAL.ppt
BAB 3 IDENTITAS DIRI, TINDAKAN SOSIAL, dan HUB. SOSIAL.ppt
aqildhawi10
 
Individu, keluarga, dan masyarakat
Individu, keluarga, dan masyarakatIndividu, keluarga, dan masyarakat
Individu, keluarga, dan masyarakat
Ayufaraparamitha
 
Tugas isd iii
Tugas isd iiiTugas isd iii
Tugas isd iiiRosminar
 
Proses sosial dan interaksi sosial
Proses sosial dan interaksi sosialProses sosial dan interaksi sosial
Proses sosial dan interaksi sosial
Mahad Alzaytun
 
Sosiologi, pendidikan, bimbingan & interelasinya
Sosiologi, pendidikan, bimbingan & interelasinyaSosiologi, pendidikan, bimbingan & interelasinya
Sosiologi, pendidikan, bimbingan & interelasinya
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Cirebon
 

Similar to Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial (20)

Makalah manusia sebagai makhluk sosial
Makalah manusia sebagai makhluk sosialMakalah manusia sebagai makhluk sosial
Makalah manusia sebagai makhluk sosial
 
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individuMakalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
 
Makalah Sosialisasi
Makalah SosialisasiMakalah Sosialisasi
Makalah Sosialisasi
 
Wawasan Sosial Budaya. Hasnur
Wawasan Sosial Budaya. HasnurWawasan Sosial Budaya. Hasnur
Wawasan Sosial Budaya. Hasnur
 
Wawasan Sosial Budaya Dasar Ardi Maward
Wawasan Sosial Budaya Dasar Ardi MawardWawasan Sosial Budaya Dasar Ardi Maward
Wawasan Sosial Budaya Dasar Ardi Maward
 
Wawasan Sosial Budaya
Wawasan Sosial BudayaWawasan Sosial Budaya
Wawasan Sosial Budaya
 
Presentation2 wsbd ardi good
Presentation2 wsbd ardi goodPresentation2 wsbd ardi good
Presentation2 wsbd ardi good
 
Hubungan antara perubahan sosial dan kebudayaan
Hubungan antara perubahan sosial dan kebudayaanHubungan antara perubahan sosial dan kebudayaan
Hubungan antara perubahan sosial dan kebudayaan
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Individu, keluarga, dan masyarakat
Individu, keluarga, dan masyarakatIndividu, keluarga, dan masyarakat
Individu, keluarga, dan masyarakat
 
Isbd manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Isbd manusia sebagai makhluk individu dan sosialIsbd manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Isbd manusia sebagai makhluk individu dan sosial
 
Bab II hakikat manusia dan sosial
Bab II hakikat  manusia dan sosialBab II hakikat  manusia dan sosial
Bab II hakikat manusia dan sosial
 
Makala Masyarakat Desa Dan Kota
Makala Masyarakat Desa Dan KotaMakala Masyarakat Desa Dan Kota
Makala Masyarakat Desa Dan Kota
 
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Manusia sebagai makhluk individu dan sosialManusia sebagai makhluk individu dan sosial
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial
 
Manusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBD
Manusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBDManusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBD
Manusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBD
 
BAB 3 IDENTITAS DIRI, TINDAKAN SOSIAL, dan HUB. SOSIAL.ppt
BAB 3  IDENTITAS DIRI, TINDAKAN SOSIAL, dan HUB. SOSIAL.pptBAB 3  IDENTITAS DIRI, TINDAKAN SOSIAL, dan HUB. SOSIAL.ppt
BAB 3 IDENTITAS DIRI, TINDAKAN SOSIAL, dan HUB. SOSIAL.ppt
 
Individu, keluarga, dan masyarakat
Individu, keluarga, dan masyarakatIndividu, keluarga, dan masyarakat
Individu, keluarga, dan masyarakat
 
Tugas isd iii
Tugas isd iiiTugas isd iii
Tugas isd iii
 
Proses sosial dan interaksi sosial
Proses sosial dan interaksi sosialProses sosial dan interaksi sosial
Proses sosial dan interaksi sosial
 
Sosiologi, pendidikan, bimbingan & interelasinya
Sosiologi, pendidikan, bimbingan & interelasinyaSosiologi, pendidikan, bimbingan & interelasinya
Sosiologi, pendidikan, bimbingan & interelasinya
 

Recently uploaded

VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 

Recently uploaded (20)

VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 

Makalah manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

  • 1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL MAKALAH Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Disusun Oleh: Dimas Triyuda Kusamah (142151221) Dini Nur Hanifah (142151233) Mutiara Sandra (142151208) Rizki Ashgi (142151220) Ronar Rizki Meisa (142151239) 2014 F PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2015
  • 2. KATA PENGANTAR Puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan hidayahnya penulis telah mampu menyelesaiakan sebuah makalah yang berjudul “Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial.” Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Pendidikan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Bagaimana hakikat masyarakat dan makna manusia sebagai mahluk sosial? Apa saja tugas dan fungsi manusia sebagai makhluk sosial? Apa saja hak-hak dan kewajiban individu? Bagaimana cara meniadakan stereotip dan prasangka serta diskriminatif akibat interaksi sosial? Hal inilah yang akan penulis bahas daam makalah ini. Harapan penulis, semoga makalah ini bisa membantu menambah pengetahuan dan pengalaman, dan dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih. Makalah ini penulis akui masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat. Tasikmalaya, September 2015 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1 B. Rumusan Masalah......................................................................................2 C. Tujuan Penulisan........................................................................................2 D. Manfaat Penulisan......................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manusia sebagai Makhluk Individu dan Anggota Masyarakat ....................................................................................................................3 B. Hakikat Masyarakat dan Makna Manusia sebagai Makhluk Sosial...........7 C. Fungsi dan Tugas Manusia sebagai Makhluk Sosial................................11 D. Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan ....................................12 E. Hak-hak dan Kewajiban Individu.............................................................15 F. Interaksi Sosial Memunculkan Berbagai Corak Stereotip dan Prasangka yang Berakibat adanya Diskriminasi........................................................21 G. Cara Meniadakan Stereotip dan Prasangka serta Diskriminasi................26 BAB III PENUTUP A. Simpulan ..................................................................................................29 B. Saran.........................................................................................................29 DAFTAR PUSTAKA
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran bahwa setiap individu akan berusaha untuk menemukan jati dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin menjadi orang lain sehingga dia akan selalu sadar akan keindividualitasannya. Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa dalam mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah dengan sendirinya, tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya, tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia hidup saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara yang satu dengan lainnya. Dari kedua hal diatas, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial memiliki fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka setiap individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut. Untuk itu, perlu kiranya penulis menulis sebuah makalah yang mengemukakan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menginspirasi pembaca. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian manusia sebagai individu dan anggota masyarakat?
  • 5. 2. Bagaimana hakikat masyarakat dan makna manusia sebagai makhluk sosial? 3. Apa fungsi dan tugas manusia sebagai makhluk sosial? 4. Bagaimana peran manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam bermasyarakat dalam berbagai jenis kehidupan? 5. Apa saja hak-hak dan kewajiban individu? 6. Bagaimana interaksi sosial bisa memunculkan berbagai corak stereotip dan prasangka yang berakibat adanya diskriminasi? 7. Bagaimana cara meniadakan stereotip dan prasangka serta diskriminasi? C. Tujuan Penulisan 1. Apa pengertian manusia sebagai individu dan anggota masyarakat. 2. Untuk mengetahui bagaimana hakikat maasyarakat dan makna manusia sebagai makhluk social. 3. Untuk mengetahui apa fungsi dan tugas manusia sebagai makhluk social. 4. Untuk mengetahui bagaimana peran manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam bermasyarakat dalam berbagai jenis kehidupan. 5. Untuk mengetahui apa saja hak-hak dan kewajiban individu. 6. Untuk mengetahui bagaimana cara interaksi sosial bisa memunculkan berbagai corak stereotip dan prasangka yang berakibat adanya diskriminasi. 7. Untuk mengetahui bagaimana cara meniadakan stereotip dan prasangka serta diskriminasi. D. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan bagi penulis dan penbaca untuk mengetahui lebih dalam mengenai Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manusia sebagai Individu dan Anggota Masyarakat Manusia adalah makhluk individu. Sebagai makhluk individu berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara jiwa dan raganya. Kata "individu" berasal dari kata latin individuum, artinya tidak terbagi. Jadi, kata itu mengandung pengertian sebagai suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu sosial paham individu menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu bukan berarti menusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan, (Soelaeman, 2001:113). Manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap orang itu merupakan pribadi (individu) yang khas menurut corak kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan serta kelemahan-kelemahannya. Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan yang khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga memiliki kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu ke-utuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek melekat pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial kebersamaan. Ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi, keguncangan pada satu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya (Soelaeman, 2001:114). Untuk menjadi suatu individu yang "mandiri" harus melalui proses yang panjang. Tahap pertama, melalui proses pemantapan pergaulan yang dilakukan di lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga ini secara bertahap karakter yang khas akan terbentuk dan mengendap lewat sentuhan- sentuhan interaksi: etika, estetika, dan moral agama. Sejak manusia
  • 7. dilahirkan, ia membutuhkan proses pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan batiniah dan lahiriah yang membentuk dirinya. Menurut Sigmund Freud, super ego pribadi manusia sudah mulai terbentuk pada saat manusia berumur 56 tahun (Gerungan, 1980:29). Makna manusia menjadi individu apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah laku masa yang bersangkutan. Proses yang meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai menjadi dirinya sendiri disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Individu dibebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, maka muncul struktur masyarakat yang akan menentukan kemantapan masyarakat. Individu dalam bertingkah laku menurut pribadinya ada tiga kemungkinan: menyimpang dari norma kolektif, kehilangan individualitasnya atau takhluk terhadap kolektif, dan mempengaruhi masyarakat seperti adanya tokoh pahlawan atau pengacau. Mencari titik optimum antara dua pola tingkah laku (sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat) dalam situasi yang senantiasa berubah, memberi konotasi "matang" atau "dewasa" dalam konteks sosial. Sebutan "baik" atau "tidak baik" pengaruh individu terhadap masyarakat adalah relatif (Soelaeman, 2001:114). Bertolak dari proses penjabaran individualisasi manusia dalam masyarakat tersebut menunjukkan bahwa manusia memiliki perilaku yang didorong oleh aspek individu dan aspek sosial. Manusia sebagai individu memiliki unsur jasmani dan rohani; unsur fisik dan psikis; unsur jiwa dan raga. Seseorang dikatakan sebagai individu bila unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Unsur-unsur yang terdapat dalam diri manusia tersebut tidak dapat terbagi apalagi terpisahkan. Jika unsur-unsur tersebut tidak dapat menyatu maka seseorang tidak dapat disebut sebagai individu. Oleh sebab itu, orang yang sudah mati disebut "jasad" atau "mayat" karena yang tinggal hanya raga, jiwanya sudah tidak ada. Raga tidak dapat hidup sebagaimana manusia utuh selaku individu apabila tanpa jiwa. Dengan kata lain, yang disebut manusia sebagai makhluk individu mencerminkan adanya satuan terkecil yang tidak dapat terbagi lagi tetapi
  • 8. memiliki unsur-unsur jasmani dan rohani atau fisik dan psikis, atau jiwa dan raga yang utuh menyatu. Meskipun semua manusia sebagai individu memiliki unsur jiwa dan raga yang menyatu, tetapi antara satu orang dengan orang yang lainnya memiliki perbedaan dan kekhasannya baik secara fisik dan psikis. Secara fisik misalnya, ada yang berambut ikal tetapi juga ada yang berambut lurus, ada yang gemuk atau kurus, tinggi atau pendek, dan seterusnya. Secara psikis juga ada perbedaan, misalnya ada yang pemalu, pemarah, penyabar, periang, dan lain-lain. Dengan kata lain, individu dapat dikenali dengan mudah melalui aspek fisik maupun psikisnya. Manusia selaku makhluk individu di samping memiliki keinginan- keinginan atau motif-motif juga memiliki kebutuhan-kebutuhan secara pribadi. Motif-motif yang melatarbelakangi manusia selaku individu berbuat sesuatu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: bisa bersifat majemuk, berubah- ubah, dan berbeda-beda, atau bahkan bisa jadi tidak disadari oleh individu. Adapun manusia selaku individu juga membutuhkan berbagai kebutuhan, antara lain: kebutuhan fisiologis (pakaian, pangan, tempat, seks, dan kesejahteraan individu), yang kemudian disebut sebagai kebutuhan primer; kebutuhan rasa aman; kebutuhan akan rasa afeksi (yaitu kebutuhan untuk menjalin hubungan atau keakraban dengan orang lain); kebutuhan akan harga diri (esteem needs); kebutuhan untuk mengetahui dan memahami (need to know and understand); kebutuhan rasa estetika (aesthetic needs); kebutuhan untuk aktualisasi diri (self actualization); kebutuhan transendence, yaitu kebutuhan untuk mengetahui dan menyelami dunia di luar dirinya seperti spiritualitas dan rasa religiusitas (berkeyakinan akan keberadaan Tuhan). Dengan adanya kebutuhan pribadi itulah manusia selaku individu mempunyai hubungan dengan dirinya sendiri, yaitu ada dorongan untuk mengabdi kepada dirinya sendiri. Tindakan-tindakannya diarahkan untuk memenuhi kepentingan pribadinya meskipun dalam kapasitasnya bisa jadi menjadi bentuk perbuatan yang bernilai pengabdian kepada masyarakatriya. Untuk itulah perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh motivasinya dalam
  • 9. melakukan aktivitasnya. Motivasi atau dorongan perilaku tersebut memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Berbagai bentuk motivasi individu tersebut berupa: kebutuhan untuk berbuat lebih baik dari orang lain (achievement); kebutuhan untuk memuji, menyesuaikan diri, dan mengikuti pendapat orang lain (defence); kebutuhan untuk membuat rencana secara teratur (order); kebutuhan untuk menarik perhatian orang lain dan berusaha menjadi pusat perhatian (exhibition); kebutuhan untuk mandiri, tidak mau tergantung orang lain dan tidak mau diperintah orang lain (autonomy); kebutuhan untuk menjalin persahabatan dengan orang lain, kesetiaan, berpartisipasi (affiliation); kebutuhan untuk memahami perasaan dan mengetahui tingkah laku orang lain (intraception); kebutuhan untuk mendapatkan simpati, bantuan, dan kasih sayang orang lain (succorance); kebutuhan untuk bertahan pada pendapatnya, menguasai, memimpin, menasehati orang lain (dominance); kebutuhan akan rasa berdosa, salah, perlu diberi hukuman (abasement); kebutuhan untuk membantu, menolong, dan simpati kepada orang lain (nurturance); kebutuhan untuk melakukan perubahan-perubahan, tidak menyukai rutinitas (channge); kebutuhan untuk bertahan pada suatu pekerjaan; tidak suka diganggu (endurance); kebutuhan untuk aktivitas sosial individu dalam mendekati lawan jenis, mencintai lawan jenis (heterosexuality); kebutuhan untuk mengkritik, membantah, menyalahkan, senang terhadap Semua perilaku individu yang didorong oleh keinginan memenuhi kebutuhan primer dan motivasi yang melekat pada pribadinya dapat menjadi tolak ukur kepribadian seseorang dalam aktivitas sosialnya. Sinyalemen ini menjadi indikasi atau pertanda seberapa besar makna individu tersebut berperan dalam kehidupan, sehingga eksistensinya sebagai manusia individu dapat diakui memiliki makna, baik secara pribadi maupun terhadap lingkungannya. Manusia sebagai individu akan memiliki arti bagi kehidupannya apabila peran dirinya bermakna bagi orang lain, keluarga, maupun masyarakat secara luas. Salah satu tanggung jawab manusia selaku pribadi yaitu membawa dirinya ke jalan yang lurus, sehingga terpelihara iman dan Islamnya, serta selalu ingat kepada Allah dan bersyukurlah karena nikmat
  • 10. Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam alQur'an, Surat al- Fatihah, ayat 5 dan 6; al-Baqarah, ayat 21, 152, dan 153, dan seterunya. Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia (individu) yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat-istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Syarat-syarat suatu masyarakat: 1. Harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak. 2. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah tertentu. 3. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama. Menurut Ellwood, faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia hidup bersama adalah: 1. Dorongan untuk mencari makan 2. Dorongan untuk mempertahankan diri terutama pada keadaan tertentu. 3. Dorongan untuk melangsungkan jenis. B. Hakikat Masyarakat dan Makna Manusia sebagai Makhluk Sosial 1. Masyarakat a. Pengertian masyarakat Istilah masyarakat dalam bahasa inggrisnya society,yang berarti kumpulan orang yang sudah lama terbentuk,memiliki sistem sosial atau struktur sosial tersendiri dan memiliki kepercayaan,sikap,dan perilaku yang dimiliki bersama. Menurut Paul B. Horton & Hunt, Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia. Unsur-unsur masyarakat antara lain: 1) Kumpulan orang 2) Sudah terbentuk dengan lama
  • 11. 3) Sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri 4) Memiliki kepercayaan(nilai), siap dan perilaku yang dimiliki bersama 5) Adanya kesinambungan dan dan pertahanan diri 6) Memiliki kebudayaan b. Hakikat nilai, moral dalam kehidupan di masyarakat Dalam masyarakat ini.. manusia tidaklah dapat hidup sendiri. Mereka hidup berinteraksi dengan orang lain.dalam interaksi itulah. manusia harusnya memiliki suatu etika hidup bermasyarakat. Etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Nilai erat hubungannya dengan masyarakat,baik dalam bidang etika yang mengatur kehidupan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai sebagai suatu yang objektif,apabila ia memandang nilai itu ada tanpa ada yang menilainya,tetapi ada sebagian sesuatu yang ada dan menuntun manusia dan kehidupannya.jadi nilai nilai memang tidak akan ada dan tidak akan hadir tanpa hadirnya penilaian.Oleh karena itu nilai melekat dengan subjek penilaian. c. Interaksi sosial dan pelapisan sosial Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial yang dinamakan proses sosial karena interaksi sosial merupakan hubungan- hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut orang perorangan dengan sekelompok manusia.Apabila dua orang bertemu interaksi sosial dimulai,pada saat itu mereka saling menegur,berjabat tangan bahkan mungkin ada yang berkelahi. 1) Interaksi sosial Interaksi adalah proses di mana orang berkomunikasi saling memengaruhi dalam pikiran dan tindakan.Seperti kita ketahui bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari hubungan yang
  • 12. satu dengan yang lain.Ada beberapa pengertian interaksi yang ada di masyarakat, di antaranya: Menurut H. Booner, merumuskan interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih,di mana kelakuan individu yang satu memengaruhi,mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya Menurut Gillin (1954) yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara orang-orang secara individu,antar kelompok dan orang perorangan dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu dengan individu, antar kelompok dengan kelompok, antar individu dengan kelompok. Interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan Ada pun faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu: a) Faktor imitasi Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam proses interaksi sosial.Salah satu segi positifnya yaitu imitasi dapat membawa kaidah-kaidah yang berlaku. b) Faktor sugesti Yang dimaksud sugesti di sini yaitu pengaruh psikis,baik yang datang dari dirinya maupun dari orang lain,yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik c) Faktor identifikasi Identifikasi dalam fisiologi berarti dorongan untuk menjadi identik(sama) dengan orang lain. d) Faktor simpati Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional,melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Bahkan orang akan tiba-tiba merasa
  • 13. tertarik pada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara tingkah laku menarik baginya. 2. Makna Manusia sebagai makhluk sosial Artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga di karenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman. Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu : a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia e. Manusia sebagai makhluk yang berhubungan dengan lingkungan hidup Hubungan antara manusia dengan alam, paling tidak ada tiga paham, yaitu paham determinisme, paham posibilisme, dan paham optimisme teknologi. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menjadi dasar pesatnya kemajuan tekhnologi.
  • 14. C. Fungsi dan Tugas Manusia sebagai Makhluk Sosial Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk bermasyarakat. Dalam bentuk konkretnya, manusia bergaul, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan manusia lainnya. 1. Fungsi Manusia dalam Masyarakat Dalam kehidupan masyarakat yang dinamis dan selalu berkembang menuju kemajuan, individu-individu yang bergabung di dalamnya mampu mengembangkan potensi dan kemampuan berkreasi serta menemukan inovasi yang tidak sama antara satu sama lain. 2. Tugas Manusia dalam Masyarakat Manusia di masyarakat bertugas sebagai pembentuk, pelaku, dan pemakai masyarakat itu sendiri. 3. Masyarakat sebagai Wadah Pemanusiaan Individu Di masyarakat, individu akan menjadi makhluk sosial. Jika individu tidak hidup di masyarakat, dia tidak akan mengenali bahwa dirinya makhluk sosial yang sangat bergantung pada orang lain. 4. Tugas Keluarga Membina Individu sebagai Makhluk Sosial Keluarga bertugas menjadikan anak-anaknya sebagai wahana atau tempat pembentuk kepribadian individu. Keluarga juga bertugas mentransfer kebudayaan yang ada di masyarakat untuk diberikan kepada keluarga. Sehingga individu-individu yang ada di keluarga tahu budaya atau peraturan apa saja yang ada di masyarakat. 5. Individu sebagai Anggota Keluarga Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai adanya kerjasama ekonomi. 6. Individu sebagai Anggota Masyarakat Masyarakat adalah suatu kelompok manusia (individu) yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat-istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
  • 15. D. Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan yang Meliputi Jenis- Jenis Tatanan Hidup Berkelompok 1. Konsep Kelompok Sosial Budaya a. Lingkungan Sosial Budaya adalah sejumlah manusia yang hidup berkelompok dan saling berinteraksi secara teratur guna memenuhi kepentingan bersama. b. Bentuk Sosial Budaya artinya setiap kelompok sosial budaya mempunyai batas-batas yang telah ditentukan. c. Cara Hidup Sosial Budaya artinya sikap, perbuatan, dan tjuan serta pencapaiannya sudah dipolakan oleh organisasi kelompok dalam seperangkat tuntunan atau pedoman tertulis yang disebut Anggaran Dasar dan Kode Etik. d. Tujuan Sosial Budaya adalah setiap kelompok sosial budaya mempunyai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar dan kode etik kelompok sosial budaya. 2. Kebutuhan Manusia Sebagai makhluk budaya, manusia mempunyai berbagai kebutuhan yang bervariasi. Kebutuhan manusia pada dasarnya meliputi tiga jenis kebutuhan: a. Kebutuhan Jasmani atau Fisik b. Kebutuhan Rohani atau Kejiwaan c. Kebutuhan Biologis d. Pemenuhan Kebutuhan adalah apabila tiga kebutuhan diatas dapat dipenuhi melalui masyarakat, berlakulah bahwa manusia adalah makhluk sosial. Sebagai masyarakat yang hidup berkelompok ada beberapa tahapan yang harus kita ketahui untuk menjalankan hidup berkelompok, yaitu :Hakikat Norma, Adat Istiadat dan Kebiasaan dalam bermasyarakat. Hakikat Norma yang meliputi :
  • 16. 1. Norma Kesopanan yaitu Peraturan yang bersumber dari pergaulan hidup dalam sekelompok manusia. 2. Norma Kesusilaan yaitu Peraturan yang bersumber dari suara batin / hati nurani manusia yang diyakinin sebagai pedoman hidupnya. 3. Norma Agama yaitu Serangkaian peraturan yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. 4. Norma Hukum yaitu Aturan yang dibuat oleh Negara ercantum secara jelas dalam perundang – undangan. Maka dari itu sebagai masyarakat kita wajib mentaati norma-norma tersebut yang nantinya akan dibawa ke dalam sebuah Kelompok / bermasyarakat . Adat Istiadat yaitu dimana setiap orang mempunyai adat istiadat yang berbeda – beda dari cara pelaksaannya maupun agama itu sendiri. Maka dari itu setiap orang harus mempunyai sifat toleransi , saling menghormati, tidak saling mencela, menjelek-jelekan satu sama lainnya karena kalau kita tidak mempunyai sifat seperti itu maka dalam membangun sebuah kelompok akan sangat sulit, akan cepat terpecah belah dan cepat diadu domba. Kebiasaan yaitu Tata cara hidup yang dianut oleh setiap masyarakat dalam waktu yang lama dan memberi pedoman bagi setiap masyarakat yang bersangkutan untuk berpikir dan bersikap dalam menghadapi berbagai hal yang terjadi dalam hidupnya. Adapun Ciri-Ciri Kelompok Sosial : Adanya kesadaran pada tiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. Kelompok Sosial dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu : Kelompok Sosial Primer, Kelompok Sosial primer memiliki hubungan yang bersifat personal dan akrab antara anggotanya.
  • 17. Kelompok Sosial Sekunder, Kelompok Sosial Sekunder didefenisikan sebagai Kelompok Sosial yang bersifat impersonal dan besar. Kelompok Sosial In-Group dan Out-Group, Kelompok sosial merupakan tempat di mana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai kami atau kamu, kita atau mereka. “In-Group adalah kelompok sosial dimana seorang individu mengidentifikasikan dirinya sebagai “kita” atau “kami”. Sedangkan Out-Group adalah kelompok sosial di luar in group, atau di luar kita, di luar kami. Kelompok di luar itu adalah mereka. o Sikap Individu Setiap Tatanan Kelompok ü Toleransi sebagai Nilai dan Norma Toleransi dalam pengertian yang telah disampaikan, yang merupakan keyakinan pokok (akidah) dalam beragama, dapat kita jadikan sebagai nilai dan norma. Kita katakan sebagai nilai karena toleransi merupakan gambaran mengenai apa yang kita inginkan, yang pantas, yang berharga, yang dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Dan nilai (toleransi) akan sangat mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat. Demikian juga toleransi, dapat kita jadikan suatu norma, yaitu suatu patokan perilaku dalam suatu kelompok tertentu. Norma memungkinkan seseorang menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang. ü Toleran dan Prinsip Hidup Berinteraksi dengan jiwa toleran dalam setiap bentuk aktivitas, tidak harus membuang prinsip hidup (beragama) yang kita yakini. Kehidupan yang toleran justru akan menguatkan prinsip hidup (keagamaan) yang kita yakini. Segalanya menjadi jelas dan tegas tatkala kita meletakkan sikap mengerti dan memahami terhadap apapun yang nyata berbeda dengan prinsip yang kita yakini. Kita bebas dengan keyakinan kita, sedangkan pihak yang berbeda (yang memusuhi sekalipun) kita bebaskan terhadap sikap dan keyakinannya. o Peranan Status Kepemimpinan Dalam Kelompok
  • 18. Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktur maupun fungsional. Banyak muncul pengertian – pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan. Ciri – ciri Kepemimpinan yang ideal yaitu : 1. Memiliki pengetahuan umum yang luas 2. Kemampuan bertumbuh dan berkembang 3. Memiliki sifat Inkuisitif / Rasa ingin tahu 4. Memiliki Kemampuan Analitik 5. Memiliki daya ingat yang kuat 6. Keterampilan mendidik memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilaku dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi. 7. Bertindak secara Objektive Pemimpin Visioner Kepemimpinan visioner adalah kepemimpinan yang ditujukan untuk member arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama – sama oleh para anggota perusahaan dengan cara member arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas E. Hak-hak dan Kewajiban Individu 1. Hak Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada kita sendiri. Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Ada beberapa hak di masyarakat Indonesia, diantaranya sebagai berikut : a. Hak Legal dan Hak Moral
  • 19. Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak legal ini lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial. Contoh kasus,mengeluarkan peraturan bahwa veteran perang memperoleh tunjangan setiap bulan, maka setiap veteran yang telah memenuhi syarat yang ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan tersebut. Hak moral adalah didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja. Hak moral lebih bersifat soliderisasi atau individu. Contoh kasus, jika seorang majikan memberikan gaji yang rendah kepada wanita yang bekerja di perusahaannya padahal prestasi kerjanya sama dengan pria yang bekeja di perusahaannya. Dengan demikian majikan ini melaksanakan hak legal yang dimilikinya tapi dengan melanggar hak moral para wanita yang bekerja di perusahaannya. Dari contoh ini jelas sudah bahwa hak legal tidak sama dengan hak moral. T.L. Beauchamp berpendapat bahwa memang ada hak yang bersifat legal maupun moral hak ini disebut hak-hak konvensional. Contoh jika saya menjadi anggota klub futsal Indonesia, maka saya memperoleh beberapa hak. Pada umumnya hak–hak ini muncul karena manusia tunduk pada aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang disepakati bersama. Hak konvensional berbeda dengan hak moral karena hak tersebut tergantung pada aturan yang telah disepakati bersama anggota yang lainnya. Dan hak ini berbeda dengan hak Legal karena tidak tercantum dalam sistem hukum. b. Hak Khusus dan Hak Umum Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia atau karena fungsi khusus yang dimilki orang satu terhadap orang lain. Contoh: jika kita meminjam Rp. 10.000 dari orang lain dengan janji akan saya akan kembalikan dalam dua hari, maka orang lain mendapat hak yang dimiliki orang lain. Hak Umum dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi tertentu, melainkan semata-mata karena ia manusia. Hak ini dimilki oleh
  • 20. semua manusia tanpa kecuali. Di dalam Negara kita Indonesia ini disebut dengan “ hak asasi manusia”. c. Hak Individual dan Hak Sosial Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah hak yang dimiliki individu-individu terhadap Negara. Negara tidak boleh menghindari atau mengganggu individu dalam mewujudkan hak-hak yang ia milki. Contoh: hak beragama, hak mengikuti hati nurani, hak mengemukakan pendapat, perlu kita ingat hak-hak individual ini semuanya termasuk yang tadi telah kita bahas hak-hak negative. Hak Sosial disini bukan hanya hak kepentingan terhadap Negara saja, akan tetapi sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota- anggota lain. Inilah yang disebut dengan hak sosial. Contoh: hak atas pekerjaan, hak atas pendidikan, hak ata pelayanan kesehatan. Hak-hak ini bersifat positif. 2. Kewajiban Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan). Ketika lahir, manusia secara hakiki telah mempunyai hak dan kewajiban. Tiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda, tergantung pada hal-hal tertentu misalnya, jabatan atau kedudukan dalam masyarakat. K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika memaparkan bahwa dalam pemikiran Romawi Kuno, kata ius-iurus (Latin: hak) hanya menunjukkan hukum dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat demi kepentingan umum (hukum dalam arti Law, bukan right). Kewajiban dibagi atas dua macam, yaitu kewajiban sempurna yang selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban tidak sempurna yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna mempunyai dasar keadilan, sedangkan kewajiban tidak sempurna berdasarkan moral.
  • 21. 3. Hak dan Kewajiban Pada Pasal 27 Sampai 34 UUD 1945 Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan melaksanakan hak dan kewajiban kita dengan tertib. Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945. Pasal pasal itu diantaranya : a. Hak dan kewajiban dalam bidang politik Pasal 27 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Pasal ini menyatakan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu: 1) Hak untuk diperlakukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan. 2) Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan. Pasal 28 menyatakan, bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Arti pesannya adalah: 1) Hak berserikat dan berkumpul. 2) Hak mengeluarkan pikiran (berpendapat). 3) Kewajiban untuk memiliki kemampuan beroganisasi dan melaksanakan aturan-aturan lainnya, di antaranya: Semua organisasi harus berdasarkan Pancasila sebagai azasnya, semua media pers dalam mengeluarkan pikiran (pembuatannya selain bebas harus pula bertanggung jawab dan sebagainya) b. Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya Pasal 31 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Pasal 31 ayat (2) menyatakan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistim pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”.
  • 22. Pasal 32 menyatakan bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”. Arti pesan yang terkandung adalah: 1) Hak memperoleh kesempatan pendidikan pada segala tingkat, baik umum maupun kejuruan. 2) Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah. 3) Kewajiban mematuhi peraturan-peraturan dalam bidang kependidikan. 4) Kewajiban memelihara alat-alat sekolah, kebersihan dan ketertibannya. 5) Kewajiban ikut menanggung biaya pendidikan. 6) Kewajiban memelihara kebudayaan nasional dan daerah. Selain dinyatakan oleh pasal 31 dan 32, Hak dan Kewajiban warga negara tertuang pula pada pasal 29 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Arti pesannya adalah: 7) Hak untuk mengembangkan dan menyempurnakan hidup moral keagamaannya, sehingga di samping kehidupan materiil juga kehidupan spiritualnya terpelihara dengan baik. 8) Kewajiban untuk percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. c. Hak dan kewajiban dalam bidang Hankam Pasal 30 menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”. Arti pesannya: o bahwa setiap warga negara berhak dan wajib dalam usaha pembelaan negara. d. Hak dan kewajiban dalam bidang Ekonomi Pasal 33 ayat (1), menyatakan, bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan”.
  • 23. Pasal 33 ayat (2), menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”. Pasal 33 ayat (3), menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Pasal 34 menyatakan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Arti pesannya adalah: 1) Hak memperoleh jaminan kesejahteraan ekonomi, misalnya dengan tersedianya barang dan jasa keperluan hidup yang terjangkau oleh daya beli rakyat. 2) Hak dipelihara oleh negara untuk fakir miskin dan anak-anak terlantar. 3) Kewajiban bekerja keras dan terarah untuk menggali dan mengolah berbagai sumber daya alam. 4) Kewajiban dalam mengembangkan kehidupan ekonomi yang berazaskan kekeluargaan, tidak merugikan kepentingan orang lain. 5) Kewajiban membantu negara dalam pembangunan misalnya membayar pajak tepat waktu. Penjabaran lanjut mengenai hak dan kewajiban warga negara dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Contoh hal dan kewajiban WNI dalam bidang pendidikan pada pasal 31 dijabarkan kedalam UU No 20 tahun 2003 ttg Sisdiknas. Disamping adanya hak dan kewajiban warga negara terhadap negara , dalam UUD 1945 hasil amandemen I telah dicantumkan adanya hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia yaitu pada pasal 28 I – J UUD 1945. Selain itu ditentukan pula hak dan kewajiban yang dimiliki negara terhadap warga negara. Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan kewajiban dan hak warga terhadap negara. Beberapa contoh kewajiban negara adalah kewajiban negara untuk menjamin sistem hukum yang adil, kewajiban negara untuk menjamin
  • 24. hak asasi warga negara , kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat, kewajiban negara memberi jaminan sosial, kewajiban negara memberi kebebasan beribadah. Beberapa contoh hak negara adalah hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan, hak negara untuk dibela, hak negara untuk menguasai bumi air dan kekeyaan untuk kepentingan rakyat F. Interaksi Sosial Memunculkan Berbagai Corak Stereotip dan Prasangka yang Berakibat adanya Diskriminasi Di dalam berinteraksi dengan orang lain kita terkadang tidak dapat lepas dari apa yang disebut sebagai prasangka dan stereotipe. Prasangka menurut Mar' at (1984) adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai ke arah negatif, namun dapat pula dugaan tersebut bersifat positif. Dugaan tersebut umumnya mengarah pada penilaian negatif yang diwarnai oleh perasaan yang muncul sesaat. Di dalam interaksi sosial, prasangka memiliki relevansi dengan komponen afektif yang bersifat negatif terutama bila dihubungkan dengan kelompok minoritas dan kelompok etnis (Mar'at, 1984). Menurut Wolf (dalam Mar' at, 1984) proses terbentuknya prasangka merupakan prasangka sosial yang memiliki konotasi negara dalam hubungannya antara mayoritas dan minoritas. Oleh karena itu, Mar' at (1984) menjabarkan beberapa faktor penentu prasangka, yaitu antara lain: 1. Kekuasaan faktual yang terlibat hubungan antara mayoritas dan minoritas 2. Fakta tentang perlakuan terhadap kelompok mayoritas dan minoritas 3. Fakta mengenai kesempatan usaha pada mayoritas dan minoritas 4. Fakta mengenai unsur geografis, dimana keluarga minoritas menduduki daerah-daerah tertentu 5. Posisi dan peranan dari sosial ekonomi yang pada umumnya dikuasai oleh kelompok minoritas
  • 25. 6. Potensi energi eksistensi dari kelompok minoritas dalam mempertahankan hidupnya Adapun beberapa hipotesa yag menjadi penyebab terjadinya prasangka antara lain adalah: 1. Adanya ketegangan situasi yang senantiasa relatif dan bersifat individual atau kelompok sentris 2. Dalam tiap-tiap kelompok akan selalu terdapat minoritas 3. Adanya persaingan yang menimbulkan prasangka Kedua adalah stereotipe. Stereotipe adalah persepsi terhadap suatu objek yang tidak dapat diubah atau kaku (Chaplin, 1995), yang sifatnya terlalu umum dan seringkali keliru(Atkinson dkk., 1993). Dalam membahas baik prasangka maupun stereotipe, kita tidak dapat lepas dari mentalset dan konsep interaksi sosial. Permasalahan yang akan muncul dapat digolongkan menjadidua, yaitu: image dan sikap (Mar' at, 1984) .Image menyangkut persepsisosial sehingga tiap hubungan antar manusia, Antar kelompok, dan antar bangsa telah ada suatu mental set tersendiri tentang opini, sistem nilai, norma, konsep tertentu. Hubungan ini akan mengarah kepada komponen emosional yang relevan dengan hubungan interaksi ini. Sikap terhadap pengertian pengertian sinonim yang sebenarnya adalah prasangka dapat diidentifikasikan dengan sikap yang merupakan predisposisi sosial. Di samping prasangkatersebut dapat pula disamakan dengan opini atau kepercayaan (belief). o Gejolak Diskriminasi Dalam Interasi Sosial Berbagai kerusuhan dan ketegangan sosial yang terjadi di tanah air dalam dasa warsa sejak akhir 1980-an sampai pada tingkat tertentu menunjukkan bahwa realitas bangsa Indonesia yang multi-etnik dan multi-agama ini belum dapat dikelola dengan baik. Kerusuhan-kerusuhan tersebut mengisyaratkan bahwa pendekatan dan strategi yang telah diterapkan, terutama selama pemerintahan Orde Baru, tak lagi tepat untuk digunakan dalam konteks masa kini. Oleh karena itu, seluruh komponen bangsi Indonesia, baik pemerintah,
  • 26. perguruan tinggi, maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya perlu berusaha menemukan cara-cara yang lebih tepat dalam mengelola keaneka- ragaman masyarakat ini. Di samping faktor politik, ekonomi, dan paham keagamaan, perbedaan latar belakang etnik merupakan faktor yang sering mewarnai berbagai kerusuhan selama ini, sebagaimana tercermin pada kerusuhan di Pontianak (etnik Dayak melawan etnik Madura), Jakarta (etnik Jawa/Sunda melawan etnik Cina), dan Surakarta (etnik Jawa melawan etnik Cina dan Arab). Dalam beberapa kasus kerusuhan, factor faktor tersebut teranyam satu sama lain sedemikian rupa, sehingga faktor yang satu sulit dipisahkan dari faktor lainnya. Meskipun faktor perbedaan etnik sering dinafikan dalam berbagai pernyataan resmi, kenyataan menunjukkan bahwa terdapat suatu kelompok etnik tertentu yang menjadi sasaran dan sekaligus korban dominan di dalam kerusuhan-kerusuhan tersebut. Dalam kasus kerusuhan Mei 1988 di Jakarta dan Surakarta, misalnya, pemicu-nya adalah faktor politik tetapi kemudian berkembang menjadi sentimen etnik. Sementara itu, kerusuhan di Surakarta pada tahun 1980, pemicunya adalah kecelakaan lalu-lintas antara dua pemuda, tetapi kemudian berkembang menjadi kerusuhan anti-Cina. Kenyataan ini menyiratkan bahwa perbedaan latar belakang etnik potensial untuk memicu kerusuhan, mengubah inti persoalan kerusuhan, atau meningkatkan eskalasi kerusuhan. Surakarta merupakan salah satu kota yang memiliki keanekaragaman etnik dan agama serta memiliki sejarah kerusuhan yang berulang-ulang, sejak sebelum kemerdekaan hingga akhir abad ke-20 dengan faktor pemicu yang berbeda- beda. Hasil penelitian Mulyadi dkk. (1999) tentang radikalisasi sosial masyarakat Surakarta menunjukkan adanya pola keberulangan peristiwa kerusuhan dan menyebutkanangkan frekuensi kejadian sedemikian tinggi dalam sejarah kota Surakarta Kenyataan di atas menunjukkan betapa relasi antaretnik di Surakarta merupakan konflik laten yang potensial meletus sewaktu-waktu dalam bentuk kerusuhan. Konflik laten ini potensial untuk
  • 27. berubah menjadi konflik manifes karena adanya bentuk-bentuk bias dalam relasi antaretnik, baik dalam bentuk streotip (pendapat atau pandangan yang menggeneralisasikan ciri-ciri seseorang atau sekelompok orang berdasarkan keanggotaannya dalam kelompok tertentu), prasangka (atau sikap negatif pada orang atau kelompok yang dicitrakan dalam streotip tertentu dalam diskriminasi (perilaku nyata yang membedakan orang/kelompok secara tidak adil) yang terlestarikan, baik secara sadar atau tak sadar, dalam kehidupan nyata sehari-hari sebagian besar masyarakat Surakarta. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya rekayasa sosial yang mampu mengeliminasi proses pelestarian stereotip, prasangka, dan diskriminasi tersebut.Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk mengeliminasi kesalahpahaman antar etnik di Surakarta, terutama antara masyarakat keturunan Jawa dan masyarakat keturunanCina, melalui berbagai forum semacam yang telah dilakukan oleh PWS (PaguyubanWong Solo) dan PMS (Perkumpulan Masyarakat Surakarta). Akan tetapi, inisiatif-inisiatif tersebut bisa dikatakan kurang memiliki agenda-agenda yang berkelanjutan, hanya melibatkan orang-orang dewasa yang sibuk dan telah memiliki status sosial ekonomi mapan, serta sebagian besar di antaranya adalah kaum pria. Mengingat pentingnya relasi sosial yang harmonis lintas etnik dan agama ini, upaya-upaya integrasi perlu dilakukan oleh berbagai pihak, secara berkelanjutan, dan dilakukan secara lebih awal dengan melibatkan generasi muda (remaja).Meskipun dalam konteks wacana publik dan di kalangan elit organisasikemasyarakatan, persoalan keanekaragaman ini tidak dirasakan sebagai masalah, kenyataan di tingkat akar-rumput menunjukkan bahwa bentuk-bentuk stereotip, prasangka, dan diskriminasi merupakan sesuatu yang nyata dan tak bisa dipungkiri. Ketika Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta menyelenggarakan suatu kegiatan yang melibatkan remaja lintas etnikdan agama, misalnya, stereotipe dan prasangka tersebut terungkap secara eksplisit, baik dalam pernyataan lisan maupun sikap peserta di awal kegiatan. Kenyataan itu menyiratkan bahwa tatanan dan relasi sosial masyarakat Surakarta saat ini sebenarnya
  • 28. mempunyai kontribusi pada pelestarian bentuk-bentuk stereotip dan prasangka antaretnik, sehingga perlu upaya-upaya terpadu yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan bentuk-bentuk bias relasi sosial tersebut. Sebagaimana halnya keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan yang ada di Indonesia, keberadaan kelompok etnik Cina di Indonesia juga menjadi kontroversi dalam integrasi bangsa Indonesia. Kehadiran pemukim Cina di Indonesia pertama kali diperkirakan terjadi pada abad V (Sa’dun, ed., 1999: 56; Taher, 1997a: 31). Para pemukim Cina pertama tersebut melakukan perdagangan dengan membawa keramik, sutera, dan benang sutera; ketika pulang mereka membawa kayu cendana, sarang burung, emas, dan lain sebagainya (Sa’dun, ed., 1999: 56).Migrasi orang-orang Cina dalam jumlah besar diperkirakan terjadi pada abadXVII, bersamaan denganmasuknya bangsa Barat ke Nusantara, dan pada awalabad XX, setelah Perang Dunia I, ketika orang-orang Cina tidak hanya datang ke Indonesia tetapi juga ke negara-negara Asia Tenggara lainnya (Sa’dun, ed., 1999:56-61; Taher, 1997: 3169; Skinner, 1957: 28-29). Di antara faktor penting penyebab kedua gelombang migrasi tersebut adalah situasi dalam negeri Cina. Pada abad XVII, orang-orang Cina banyak keluar dari negaranya karena negeri Cina sedang dilanda peperangan, kekacauan, dan kelaparan yang disebabkan oleh pergolakan politik dalam negeri, ketika Dinasti Ming runtuh dan digantikan oleh Dinasti Qing Manchu (Sa’dun, ed., 1999: 57; Sukisman, 1992: 2-20). Begitu pula, migrasi orang- orang Cina pada awal abad XX juga banyak disebabkan oleh kekacauan dalam negeri Cina, ketika kaum nasionalis Cina di bawah kepemimpinan Sun Yat Sen melakukan revolusi untuk meruntuhkan Dinasti Qing Manchu (Sa’dun, ed., 1999: 61; Sukisman, 1992: 118-131; Clubb, 1964: 36-43). Sejak awal kemerdekaan, masyarakat Indonesia menyadari bahwa masalah hubungan antaretnik dapat menjadi potensi konflik sosial jika tidak diatasi dengan baik. Cara-cara yang diusulkan untuk mengatasi persoalan
  • 29. hubungan antar-etnik tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua arus paham utama, yaitu: “integrasi” dan “asimilasi”. Paham “integrasi”, yang dipelopori oleh Baperki (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia), berpandangan bahwa persoalan hubungan antaretnik dapat diatasi dengan memberikan pengakuan sepenuhnya pada kelompok etnik Cina sebagai salah satu suku bangsa, sebagaimana Jawa, Sunda, Dayak, dan suku-suku lain-lain di Indonesia (Coppel, 1994: 91; Taher, 1997a: 124). Sedangkan paham “asimilasi”, yang dipelopori oleh LPKB (Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa) dan Bakom-PKB (Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa) berpandangan bahwa persoalan hubungan anteretnis dapat diatasi bila kelompok keturunan Cina membaur dan mencairkan diri dengan masyarakat lokal (Coppel, 1994: 93; Taher, 1997a: 125). Salah satu bentuk pendidikan yang menyajikan pengalaman berkehidupan bersama dan menghargai berbagai perbedaan adalah yang selama ini disebut dengan pendidikan multikultural, atau pendidikan toleransi, atau pendidikan perdamaian. G. Cara Meniadakan Stereotip dan Prasangka serta Diskriminasi 1. Stereotipe: a. Jangan hanya memandang suatu kelompok atau individu dari satu sisi saja dan mengabaikan sisi lainnya yang merupakan sebuah kelengkapan dalam diri objek dan dilewatkan. Kita harus menyadari bahwa setiap individu terlahir dengan keunikan tersendiri sehingga tidak perlu disamakan dengan individu yang lain apalagi kelompok. b. Menumbuhkan rasa saling menghargai terhadap perbedaan pada suatu kelompok. Maka dari itu sudah saatnya masyarakat lebih objektif dalam menerima sebuah stereotipe yang hadir di tengah kehidupan bermasyarakat. Di antaranya menanamkan rasa toleransi dalam merajut sebuah keberagaman yang dimuai sejak dini, hal ini
  • 30. perlu dilakukan mengingat stereotipe dapat terus-menerus dilestarikan melalui komunikasi yang beredar di kalangan masyarakat, dan dapat diturunkan ke generasi berikutnya. 2. Prasangka: a. Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci karena dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Dengan cara mencegah orang tua dan orang dewasa lainnya untuk melatih anak menjadi fanatik. b. Berinteraksi langsung dengan kelompok berbeda: i) contact hypothesis—pandangan bahwa peningkatan kontak antara anggota dari berbagai kelompok sosial dapat efektif mengurangi prasangka diantara mereka. Usaha-usaha tersebut tampaknya berhasil hanya ketika kontak tersebut terjadi di bawah kondisi-kondisi tertentu. ii) extended contact hypothesis—sebuah pandangan yang menyatakan bahwa hanya dengan mengetahui bahwa anggota kelompoknya sendiri telah membentuk persahabatan dengan anggota kelompok out-group dapat mengurangi prasangka terhadap kelompok tersebut. c. Kategorisasi ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari kategorisasi ulang ini, orang yang sebelumnya dipandang sebagai anggota out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian dari in-group. d. Intervensi kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak berprasangka, pelatihan (belajar untuk mengatakan “tidak” pada stereotype). e. Pengaruh sosial untuk mengurangi prasangka. 3. Diskriminasi Untuk menghindari sikap diskriminasi seseorang harus mempunyai sikap kebersamaan. sikap ini memiliki tujuan tentang adanya kesetaraan , kesamaan , keseimbangan , keselarasan , serta penghargaan terhadap manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan . menempatkan kesejajaran antar
  • 31. sesama menghantarkan setiap orang memberikan yang terbaik pada ketaqwaan yang tinggi. sehingga sikap kebersamaan menjadi jalan baru untuk melakukan kebajikan dalam membangun kebersamaan untuk kemaslahatan morlitas yang berkualitas.
  • 32. BAB III PENUTUP A. Simpulan Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial memiliki fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Kita sebagai manusia tidak dapat hidup sendiri karena kita membutuhkan satu sama lain. satu sama lain. B. Saran Kita sebagai manusia memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan dilakukan dengan baik. Dalam Interaksi sosial pasti akan selalu muncul yang namanya streotip, prasangka dan diskriminasi. Oleh karena itu kita sebagai manusia harus bisa meminimalisirkan hal tersebut agar tidak terjadi konflik diantara manusia
  • 33. DAFTAR PUSTAKA Putra, Andika. (2014). Menghindari Sikap Diskriminasi. [Online]. Tersedia: http://sikapdiskriminasi.blogspot.co.id/2014/05/menghindari-sikap diskriminasi.html. [27 September 2015] Avianti, Annisa. (2010). Prasangka Penyebab Dampak dan Cara Mengatasinya. [Online].Tersedia:https://annisaavianti.wordpress.com/2010/07/27/prasangk a-penyebab-dampak-dan-cara-mengatasinya/. [27 September 2015] Setiyawat, Rina. (2013). Stereotipe dan Prasangka. [Online]. Tersedia: http://klinikbk.blogspot.co.id/2013/07/.html. [27 September 2015] Pratama, Rey. (2012). Fungsi Dan Peran Manusia Sebagai Individu Dan Mahkluk Sosial. [Online]. Tersedia: http://freedomrez.blogspot.co.id/2012/04/fungsi- dan-peran-manusia-sebagai.html. [27 September 2015] Kelompok7_ISBD Akuntansi. (2012). Bab 4 Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial. [Online]. Tersedia: http://isbd7akt.blogspot.co.id/2012/04/bab-4- manusia-sebagai-makhluk-individu.html. [27 September 2015]