Makalah ini membahas tentang manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, mendiskusikan hakikat kedua konsep tersebut, interaksi sosial dan proses sosialisasi, perbedaan masyarakat dan komunitas, serta dilema antara kepentingan individu dan kepentingan sosial."
Antropologi (makalah masyarakat dan kelompok sosial)tita_chubie
Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok sosial merupakan salah satu fokus perhatian dari pusat pemikiran sosiologi. Hal ini dikarenakan titik tolaknya adalah kehidupan bersama. Kita telah mengetahui bahwa semua manusia atau individu yang ada di dunia ini pada awalnya merupakan kelompok sosial yang bernama keluarga, kemudian berkembang ke dalam lingkungan masyarakat. Istilah kelompok sosial merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “sosial groups”, social berarti sosial/kemasyarakatan, sedangkan groups berarti kelompok.
Antropologi (makalah masyarakat dan kelompok sosial)tita_chubie
Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok sosial merupakan salah satu fokus perhatian dari pusat pemikiran sosiologi. Hal ini dikarenakan titik tolaknya adalah kehidupan bersama. Kita telah mengetahui bahwa semua manusia atau individu yang ada di dunia ini pada awalnya merupakan kelompok sosial yang bernama keluarga, kemudian berkembang ke dalam lingkungan masyarakat. Istilah kelompok sosial merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “sosial groups”, social berarti sosial/kemasyarakatan, sedangkan groups berarti kelompok.
Disajikan oleh Isti Yuliawati dan Dessy Indrisari, mahasiswi di Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Jakarta pada tahun 2014. Semoga bermanfaat :)
Disajikan oleh Isti Yuliawati dan Dessy Indrisari, mahasiswi di Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Jakarta pada tahun 2014. Semoga bermanfaat :)
1. MAKALAH
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
DAN MAKHLUK SOSIAL
Disusun oleh:
Nama : rendy yogi septiawan
Sutitik
Reti andini
Selfi
Kelas : B1
Prody : pendidikan EKONOMI
MK : Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2012
2. KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena
berkat rahmat, hidayahnya, penulis telasmampu menyelesaiakan sebuah makalah yang
berjudul Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Pendidikan Ilmu Sosial dan Budaya dasar.
Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari
kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang
membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai
individu. Dalam menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara
seimbang, maka setiap individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing
tersebut. Untuk itu, perlu kiranya penulis menulis sebuah makalah yang mengemukakan
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Semoga dengan adanya
makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih.
Makalahinibukanlahkarya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya semoga makalh ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................................................
..... i
DAFTAR ISI
........................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah
........................................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan Makalah
............................................................................................................ 2
3. D. Manfaat Penulisan Makalah ...........................................................................
................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial..................
...................................3
B. Interaksi Sosial dan Sosialisasi dalam Kehidupan Manusia sebagai Makhluk
Individu dan Makhluk
Sosial ...............................................................................................................................
...................6
C. Masyarakat dan
Komunitas............................................................................................................12
D. Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan
Sosial.............................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
....................................................................................................................................17
B. Saran...........................................................................................................................
..................17
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................................
19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda
antara yang satu dengan lainnya. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi
kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu
mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran
bahwa setiap individu akan berusaha untuk menemukan jati dirinya masing-masing,
tidak ada manusia yang ingin menjadi orang lain sehingga dia akan selalu sadar akan
keindividualitasannya.
Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa
dalam mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah dengan
sendirinya, tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam
kenyataannya, tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang lain.
4. Hal ini menunjukan bahwa manusia hidup saling ketergantungan dan saling
membutuhkan antara yang satu dengan lainnya.
Dari kedua hal diatas, manusiasebagaimakhlukindividudanmakhluksosial
memiliki fungsi masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan.
Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan
sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu
kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam
menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang,
maka setiap individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing
tersebut.Untukitu,perlukirany penulis menulis sebuah makalah yang mengemukakan
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat menginspirasi pembaca.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkanlatarbelakangmasalahdiatas, penulismerumuskanrumusanmasalahsebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial?
2. Bagaimana interaksi sosial dan sosial dalam kehidupan manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial ?
3. Bagaimana perbedaan antara masyarakat dan komunitas?
4. Bagaimana dilema antara kepentingan individu dan kepentingan sosial?
C. Tujuan Makalah
Sejalandenganrumusanmasalahdiatas,
makalahinidisusundengantujuanuntukmengetahuidanmendeskripsikan:
1. Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial;
2. Interkasi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial;
3. Masyarakat dan komunitas;
4. Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan sosial.
D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan, baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengetahuan
mengenai manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial , secara praktis
makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. penulis, sebagai penambah pengetahuan mengenai manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial.
2. pembaca , sebagai media informasi mengenai manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial.
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Pada dasarnya,manusia adalah makhluk individu manusia yang merupakan
bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial atau manusia sebagai makhluk sosial
yang membentuk suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari
berbagai individu. Adapun uraian lebih lanjut mengenai manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial adalah sebagai berikut:
1. Manusia sebagai Makhluk Individu
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. yang pada hakikatnya
mereka sebagai makhluk individu. Adapun yang dimaksud individu menurut(Effendi,
2010: 37) adalah berasal dari kata in dan divided. Dalam bahasa Inggris in mengandung
pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi
atau satu kesatuan. Dalam hal ini, artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu
merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani atau fisik dan psikologis, apabila kedua
aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai individu.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri khas masing-masing,
tidak ada manusia yang persis sama meskipun terlahir kembar. Secara fisik
mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan namun secara psikologis akan
banyak menunjukan perbedaan. Ciri khas dan perbedaan tersebut sering disebut
dengan kepribadian. Kepribadian seseorang akan sangan dipengaruhi oleh faktor
bawaan dan lingkungannya.
Menurut Nursid Sumaatmadja (Effendi, 2010:39) kepribadian adalah keseluruhan
perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal
(fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang
terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya jika
mendapat rangsangan dari lingkungan.Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan
(fenotip) ikut berperan dalam pembentukkan karakteristik yang khas dari
seseorang.Secara normal, setiap manusia memiliki potensi dasar mental yang
berkembang dan dapat dikembangkan yang meliputi (1) minat (sense of interest), (2)
dorongan ingin tahu (sense of curiousity), (3) dorongan ingin membuktikan kenyataan
(sense of reality) (4) dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry), (5) dorongan ingin
menemukan sendiri (sense of discovery). Potensi ini berkembang jika adanya
rangsangan, wadah dan suasana kondusif. Jika fenomena sosial di lingkungannya telah
tumbuh potensi-potensi mental yang normalnya akan terus berkembang.
Berawal dari potensi-potensi tersebut, manusia sebagai makhluk individu ingin
memenuhi kebutuhan dan kehendaknya masing masing, ingin merealisasikan dan
mengaktualisasikan dirinya. Dalam arti ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya. Setiap
6. individu akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya yang
berbeda dengan yang lainnya, tidak ada manusia yang betul-betul ingin menjadi orang
lain, dia tetap ingin menjadi dirinya sendiri sehingga dia selalu sadar akan
keindividualitasnya.
Menurut Zanti Arbi dan Syahrun (Sadulloh, 2009:81) menyatakan bahwa setiap
orang bertanggung jawab atas dirinya, atas pikiran, perasaan, pilihan, dan perilakunya.
Orang yang betul-betul manusia adalah orang yang bertanggung jawab penuh. Tidak
ada orang lain yang mengambil alih tanggung jawab dalam hidupnya. Kata hatinya
adalah kata hatinya sendiri.
Adapun dalam hal ini sebagai pendidik baik orang tua maupun guru kita harus
memahami bahwa anak memiliki potensi untuk berkembang yang ingin menjadi
pribadinya sendiri. Anak dalam perkembangannya akan memperoleh pengeruh dari luar,
baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, tetapi anak akan mengambil jarak
terhadap pengaruh-pengaruh tersebut. Dia akan memilihnya sendiri. Pengaruh tersebut
akan dia olah secara pribadi, sehingga apa yang dia terima akan merupakan bagian dari
dirinya sendiri sehingga anak menjadi pribadi individu yang berbeda dan tidak sama
dengan yang lainnya. Selain itu, pendidik harus sadar bahwa anak bukan satu satunya
manusia yang berhak untuk mendidik anak tersebut. pendidikan tidak boleh memaksa
anak untuk mengikuti atau menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada
suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.
2. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka juga
merupakan makhluk sosial. Adapun yang dimaksud Istilah sosial menurut adalah
”Sosial” berasal dari akar kata bahasa Latin Socius, yang artinya berkawan atau
masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dan dalam arti sempit
mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat. Adapun dalam hal ini yang
dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang hidup bermasyarakat,
dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak dapat lepas dari manusia lain. Dalam
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama
dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu
menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia
akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.Seperti kita ketahui bahwa sejak bayi
lahir sampa iusia tertentu manusia adalah mahkluk yang tidak berdaya, tanpa bantuan
orang orang disekitar iatidak dapat berbuat apa-apa dan untuk segala kebutuhan hidup
bayi sangat tergantung pada luar dirinya sepert iorang tuanya khususnya ibunya. Bagisi
bayi keluarga merupakan segitiga abadi yang menjadi kelompok sosial pertama
dikenalnya. Pada perjalanan hidup yang selanjutnya keluarga akan tetap menjadi
kelompok pertama tempat meletakan dasakepribadian dan proses pendewasaan yang
didalamnya selalu terjadi “sosialisi” untuk menjadi manusia yang mengetahui
pengetahuan dasar, nilai-nilai, normasosial dan etika-etika pergaulan.
7. Manusia dapat di katakan makluk sosial karena pada dirinya terdapat dorongan
untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dimana terdapat kebutuhan
untuk mencari berteman dengan orang lain yang sering di dasari atas kesamaan ciri
atau kepentingan masing-masing. Manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia
kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia
tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa
menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan
seluruh potensi kemanusiaannya. Makhluk sosial adalah makluk yang terdapat dalam
beragam aktivitas dan lingkungan sosial.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa anusia dikatakan sebagaimakhluksosial,
karenabeberapaalasan:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
B. Interaksi Sosial dan Sosialisasidalam Kehidupan Manusia
sebagai Makhluk individu dan Makhluk Sosial
Manusia sebagai mahkluk sosial dalam kehidupan sehari-harinya pasti
membutuhkan orang lain. Proses interaksi dan sosialisasi selalu terjadi kapan dan
dimanapun manusia itu berada. Dalam hal ini bentuk interaksi sosial sangat bermacam-macam.
Pola sosialisasi pun ada bermacam-macam.Untuk lebih jelasnya uraian
mengenai interaksi sosial dan sosialisasi adalah sebagai berikut.
1. Interaksi Sosial
Manusia dikenal sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Dikatakan
makhluk sosial karena manusia sebagai individu saling membutuhkan dan saling
berinteraksi dengan manusia atau individu lainnya. Oleh sebab itu manusia sebagai
makhluk sosial sangat membutuhkan orang lain pada hidupnya untuk saling memberi,
menolong, dan melengkapi satu sama lain.
Adapun pengertian interaksi sosial menurut Effendi (2010:46) adalah kata interaksi
berasaldari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling
mempengaruhi antar individu, kelompok social, dan masyarakat. Dalam hal ini berarti
bahwa manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari hubungan dengan
manusia lainnya.Interaksi juga berarti bahwa setiap manusia saling berkomunikasi dan
mempengaruhi bisa dalam pikiran maupun tindakan.
MenurutGillindanGillin (Effendi, 2010:46) menyatakan bahwa interaksi sosia adalah
hubungan-hubungan antara orang-orang secara individu, antar kelompok, orang, dan
8. orang perorangan dengan kelompok.Dalam hal ini interaksisosial bisa dilakukan oleh
orang perorangan, bisa oleh kelompok, juga bisa perorangan dengan kelompok.
Interaksisosial dimulai dari hal yang terkecil yaitu saling menegur, menyapa,
berjabatangan, saling berbicara dan lain-lain. Bahkan dalam pertengkaran atau
perkelahianpun termasu kinteraksisosial.
Faktor yang pertamaadalah imitasi, imitasi merupakan proses peniruan. Kita sebagai
makhluk sosial selalu membutuhkan orang lain termasuk dalam hal meniru perilaku
orang lain yang positif bagi kita. Peniruan sudah dilakukan pada rentan anak usia dini.
Anak usia dini merupakan peniru yang ulung, maka dari itu sikap dan perilaku setiap
orang dewasa perlu dijaga dan diperhatikan agar peniruan yang dilakukan anak usia dini
bersifat positif. Pada proses peniruan ini mudah berubah-ubah karena perkembangan
teknologi didunia ini berlangsung secara global dan sangat cepat.
Yang kedua yaitu Sugesti, sugesti adalah suatu proses dimana seorang individu
menerima pendapat atau pandangan dari orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu.
Sugesti merupakan pengaruh psikis yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain.
Orang akan mudah menerima sugesti dari orang lain ketika seseorang sedang ada pada
kondisi yang dilematis. Dalam hubungan interaksi sosial, arti Imitasi dan sugesti hampir
sama perbedaannya adalah dalm imitasi seseorang mengikuti atau meniru orang lain,
sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau pendapat menurut
dirinya dan diterima oleh orang lain.
Yang ketiga yaitu Identifikasi, dalam psikologis identifikasi berarti dorongan untuk
menjadi identik atau dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahir
maupun batin.
Faktor yang keempatyaitu simpati, simpati yaitu perasaaan yang timbul pada orang lain
atas dasar penilaian menurut perasaan didalam dirinya.
2. Bentuk Interaksi Sosial
Ada beberapa bentuk interaksi sosial yaitu:kerjasama (cooperation), persaingan
(competition), dan pertentangan (conflict). Menurut Gillin dan Gillin bentuk kerjasama
dibagi dalam dua proses yang didalamnya terdapat bentuk bentuk khusus. Yang
pertama yaitu proses Asosiatif terdiri dari 2 bentuk khusus yaitu akomodasi dan
asimilasi. Yang kedua yaitu proses Disosiatif, disosiatif terdiri dari tiga bentuk khusus
yaitu persaingan (competition), kontravnersi (contravention), dan pertentangan (conflict).
a. Bentuk Interaksi Asosiatif
1) Kerjasama (cooperation)
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang sering terjadi
dimasyarakat pada umumnya. Kerjasama menggambarkan sebagian besar bentuk
interaksi sosial. Dan setiap bentuk interaksi sosial dapat ditemukan pada setiap
kelompok manusia. Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap
kelompoknya atau kelompok yang lainnya.
Ada tiga bentuk kerjasama yang biasa dilaksanakan yaitu:
9. a) Bargaining, yaitu pelaksanaan kerjasama atau perjanjian antara dua organisasi
atau lebih mengenai pertukaran barang dan jasa.
b) Cooperation, yaitu penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau dalam
pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari
kegoncangan dalam stabilitas organisasi tersebut.
c) Coalition, yaitu kombinasi antar dua organisasi atau lebih yang mempunyai
pandangan dan tujuan yang sama.
2) Akomodasi (accomodation)
Dalam interaksi sosial, istilah akomodasi berarti suatu kenyataan adanya
keseimbangan dalam interaksi orang perorangan dan kelompok manusia sehubungan
dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat.
o Ada beberapa bentuk akomodasi, diantaranya:
a) Coertion adalah bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
suatu paksaan. Contohnya
b) Compromise adalah salah satu bentukakomodasi dimana pihak yang terlibat
perselisihan mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap
perselisihan tersebut. Contohnya
c) Arbitration adalah suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang
berselisih tidak sanggup untuk mencapainya sendiri. Contohnya
d) Mediation cara untuk mencapai penyelesaina dalam perselisihan dengan cara
menghadirkan orang ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Contohnya
dalam sidang perceraian.
e) Concilitation adalah usaha untuk mengabulkan atau mempertemukan keinginan
pihak yang berselisih agar tercapainya suatu persetujuan bersama. Contohnya
f) Tolerantion adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal. Contohnya
toleransi dalam beribadah.
g) Stelemate adalah suatu akomodasi dimana pihak pihak yang berkepentingan
mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya. Contohnya
h) Adjudication adalah perselisihan perkara atau sengketa dipengadilan.
b. Bentuk Interaksi Disosiatif
1) Persaingan (competition)
Persaingan merupakan bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk memperoleh keuntungan tertentu baik bagi dirinya maupun
kelompoknya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah
ada tanpa menggunakan kekersan.
2) Kontravensi (contravention)
Kontraversi adalah rperasaaan yang menggejolak yang ada pada diri seseorang yag
ditandai oleh adanya ketidakpastian dalam diri seseorang, perasaan tidak suka yang
disembunyikan dan kebencian terhadap orang lain. Tapi gejala-gejala tersebut tidak
sampai menimbulkan pertentangan atau pertikaian.
10. 3) Pertentangan (conflict)
Pertentangan merupakan suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang
berusaha utuk mencapai tujuannya dengan cara menentang pihak yang lain atau pihak
yang menghalangi dengan ancaman atau tindak kekerasan.
Bentuk-bentuk pertentangan dibagi beberapa macam, antara lain:
a) Pertentangan pribadi, yaitu pertentangan yang dilakuakan oleh antar individu.
b) Pertentangan rasional, yaitu pertentangan yang ditimbulkan oleh adanya
perbedaan ras.
c) Pertentangan kelas sosial, yaitu perbedaan yang ditimbulkan karena adanya
perbedaan kepentingan antar kelas sosial.
d) Pertentangan politik, yaitu pertentangan yang biasanya terjadi diantara partai-partai
polotik untuk mencapai keinginannya.
3. Sosialisasi
Sosialisasi sangat erat kaitannya terhadap manusia sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial kita harus senantiasa hidup bersosial dengan orang lain agar
dapat saling membantu, melengkapi, dan mencapai tujuan hidup kita. Menurut Berger
(Effendi, 2010:49) mendefinisika sosialisasi sebagai “a process by which a child learns
to be a participant member of society” yaitu suatu proses dimana seorang anak belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dalam hal ini jelas
dikatakan bahwa proses sosialisasi dimulai dari sejak anak usia dini hingga usia
seseorang berakhir. Proses sosialisasi terus dilakukan selama kita masih hidup dan
masih membutuhkan orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses dimana seseorang dapat
berinteraksi dan berpartisipasi dengan masyarakat yang ada disekitarnya.
Setiap orang harus mempelajari peranan-peranan yang ada dalam masyarakat.
Seseorang belajar memahami apa peranan dirinya yang harus dijalankan dalam
masyarakat dan apa peranan orang lain yang harus dijalankan dalam masyarakat.
Dengan mengetahui peranan yang ada didalam masyarakat maka timbullah proses
interaksi sosial dengan orang lain. Menurut teori George Herbert Mead menjelaskan
bahwa tahapan-tahapan pengembangan diri manusia dalam berinteraksi dibagi dalam
beberapa tahap yaitu: play stage, game stage, dan tahap generalized other.
Tahap pertama yaitu play stage terjadi pada anak usia dini. Pada tahap ini anak
mulai menirukan apa yang dilakukan oleh orang disekelilingnya terutama orang tuanya.
Ia mulai menirukan apa yang biasa dilihatnya sehari-hari. Contohnya dalam bermain
anak terkadang bermain peran yang dijalankan sebagai ibu atau ayah dalam kehidupan
sehari-hari. Namun pada tahap ini anak belum mengerti memahami peranan-peranan
yang ditirunya. Tahap kedua yaitu game stage, pada tahap ini anak sudah mengetahui
peranan yang harus dijalankannya dan juga anak telah mengetahui peranan yang haru
dijalankan oleh orang lain. Contohnya dalam pertandingan sepak bola. Ketika anak
menjadi kiper ia mengetahui tugasnya adalah menjaga agar gawangnya tidak termasuki
11. bola oleh lawannya. Dan ia juga mengetahui peran teman-temannya dan peran tim
lawan. Ia juga mengetahui peran wasit, hakim garis, pelatih dan lain sebagainya. Tahap
ketiga yaitu generalized other, pada tahap ini seseorang sudah mampu mengambil
peranan peranan yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Ia telah mampu
berinteraksi dengan orang lain dan memahami dengan siapa ia berhadapan dan
berinteraksi. Contohnya ketika ia menjadi seorang anak ia mampu memahami peran
yang dijalankan orang tuanya. Ketika ia jadi siswa ia mampu memahami peran yang
dijalankan oleh gurunya. Ketika ia jadi karyawan ia mampu memahami peran yang
dilakukan atsannya dan laun sebagainya. Dari ketiga tahap tersebut terlihat jelas bahwa
diri seseorang terbentik karena adanya interaksi sosial.
Setiap makhluk hidup pasti sangat membutuhkan proses sosialisasi, baik itu
dimulai dari anak usia dini sampai dewasa bahkan sosialisasi berjalan seumur
hidup.apa yang terjadi jika sejak usia dini anak tidak mengalami sosialisasi ? pasti anak
tidak akan menjadi manusia seutuhnya, karenan kemampuan seseorang untuk berperan
sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada proses sosialisasi. Ketika
seseorang tidak mengalami sosialisasi maka yang terjadi adalah orang itu tidak dapat
berinteraksi dengan orang lain. Contohnya banyak ditemuakan anak anak yang terlantar
dihutan dan dibesarkan oleh hewan atau yang disekap oleh orang tuanya sejak kecil.
Mereka tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Mereka cenderung bagaimana berprilaku
seperti hewan, mereka tidak dapat berbicara, tidak dapat berpakaian bahkan tidak dapat
tertawa atau menangis. Ketika anak-anak itu diselamatkan dan diberi terapi seperti
manusia umumnya, mereka mungkin bisa menerima sedikit demi sedikit perubahan
pada diri mereka untuk menjadi manusia seutuhnya namun kemampuan mereka tidak
akan mampu menyamai kemampuan anak lain yang sebaya dengannya, karena
kemampuan kemampuan tertentu hanya dapat diajarkan pada periode tertentu
dikehidupan anak. Bila proses sosialisasinya terlambat, maka proses tersebut tidak
akan berhasil atau hanya berhasil untuk sebagian kecil saja. Mereka juga tidak akan
menjadi manusia seutuhnya karena mereka tidak pernah tersosialisasi secara wajar dan
mereka cenderung meninggal dengan usia muda.
Sosialisasi dilakukan oleh semua individu yang bersosial. Ada beberapa pihak
yang membantu melaksanakan sosialisasi yaitu keluarga, kelompok bermain media
massa dan sistem pendidikan. Peran agen utama yaitu orangtua merupakan peran
penting bagi anak untuk bersosialisasi. Orang tua merupaka awal dimana kita
melakukan interaksi dengan dunia pertama kita. Keluarga merupakan pendidik yang
pertama dan yang paling utama dalam hal pertumbuhan dan perkembangan anak
begitupun dengan perkembangan sosialisasi mereka. Maka orang tua hendaknya
mengoptimalkan proses sosialisasi pertama untuk anak. Kelompok bermain juga tidak
kalah pentingnya dengan orang tua. Melalui kelompok bermain anak mulai bisa belajar
bersosialisasi secara umum. Bagaimana ia berinteraksi dengan teman sebayanya,
bagaimana ia menyelesaikan suatu permasalahan dalam berinteraksi dengan temannya
dan juga bagaimana ia bisa memilih teman yang sejalan dengannya. Agen yang ketiga
12. yaitu media massa. Media masa sangat erat kaitannya dengan teknologi yang makin
maju dan berkembang. Media masa pun sangat penting untuk sosialisasi dengan hal-hal
yang terjadi disekitar kita
4. Bentuk dan Pola Sosialisasi
a. Bentuk-bentuk sosialisasi
sosialisasi merupakan salah satu bentuk manusia dalam mempertahankan interaksi
dengan lingkungannya. Proses ini berlangsung sepanjang hidup manusia.
Bentuk sosialisasi dibedakan menjadi dua yaitu sosialisasi primer dan sekunder.
Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dilakukan oleh seluruh individu sejak
ia kecil. Sosialisasi primer tidak ada proses identifikasi dan pada masa inilah dumia
pertama anak terbentuk. Sosialisasi primer berakhir ketika konsep tentang orang lain
pada umumnya telah terbentuk dan tertanam dalam kesadaran individu. Pada titik ini ia
merupakan anggaota efektif masyarakat.
Yang kedua yaitu sosialisasi sekunder, sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya
yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia
objek masyarakat. Apabila sosialisasi ini tidak berjalan maka akan menimbulkan
dampak yaitu pengetahuan yang dimiliki akan sangat sederhana.
b. pola sosialisasi
pada dasarnya ada dua pola sosialisasi, yaitu pola represi (kekerasan/hukuman)
dan pola partisipasi. Sosialisasi menggunakan pola represi menekankan pada
penggunaan hukuman atau kekerasan apabila terdapat dan melakukan kesalahan.
Adapun ciri-ciri lain dalam penggunaan prose represi yaitu penggunaan materi dalam
hukuman dan imbalan, penekanan terhadap orang tua, penekanan terhadap komunikasi
satu arah non verbal dan berisi perintah, sosialisasi terhadap orang tua dan keinginan
orangtua dan lain-lain.
Sosialisasi secara partisipasi merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan
ketika ia berlaku baik , hukuman dan imbalan berupa simbol, anak diberi kebebasan,
komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, kebutuhan dianggap sangat
penting dal=n lain sebagainya.
C. Masyarakat dan Komunitas
Dalam kehidupan sebagai makluk individu dan sosial, manusia selalu
berhubungan dan tidak dapat lepas dengan masyarakat dan komunitas. Sering kali
penggunaan kedua istilah tersebut tertukar dalam penggunaannya, padahal pada
hakikatnya kedua istilah tersebut tidaklah sama. Terdapat perbedaan mendasar antara
kedua konsep tersebut, dan untuk mengetahui lebih lanjut, berikut akan penulis sajikan
beberapa devinisi masyarakat dan komunitas menurut para ahli sebagai berikut.
1. Masyarakat
Krech, Crutchfield, dan Ballachey (Effendi, 2010: 59) mengemukakan devinisi
masyarakat sebagai ”a society is that it is an organized collectivity of interacting people
whose actives become centered around a set of common goals, and who tend to share
13. common beliefs, attitudes, and of action.” Dari devinisi tersebut dapat ditarik kesimpulan
unsur-unsur yanga ada dalam masyarakat adalah kolektivitas interaksi manusia yang
terorganisasi, kegiatannya yang terarah pada sejumlah tujuan yang sama, memilikin
kecenderungan untuk memiliki keyakinan, sikap, dan bentuk tindakan yang sama.
Dalam hal ini, interkasi dan tindakan itu tentu saja interaksi serta tindakan sosial.
Menurut konsep di atas, karakteristik dari masyarakat itu adalah adanya
sekelompok manusia yang menunjukan perhatian bersama secara mendasar,
pemeliharaan kekekalan bersama, perwakilan menusia menurut sejenisnya yang
berhubungan satu sama lain secara berkesinambungan. Dengan demikian, relasi
manusia sebagai suatu bentuk masyarakat itu tidak terjadi dalam waktu yang singkat,
melainkan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif cukup lama.
Dari beberapa devinisi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan
kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan hubungan, bersifat kekal,
berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta melakukan jalinan secara
berkesinambungan dalam wkatu yang relatif lama yang menempati kawasan tertentu.
2. Masyarakat Setempat/ Komunitas
Masyarakat setempat atau komunitas merupakan bagian kelompok dari masyarakat
dalam lingkup yang lebih kecil, serta ikatan kebersamaannya yang kuat dan lebih terikat
oleh tempat.
Adapun menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto (Effendi, 2010: 62) istilah
community dapat diterjemahkan sebgai masyarakat setempat, istilah ini menunjuk pada
warga-warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu bangsa. Apabila anggota-anggota
suatu kelompok hidup bersam sedemikian rupa sehingga mereka merasakan
bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama,
maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin
hubungan sosial.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah
kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan social yang tertentu. Jadi
dasar-dasr dari masyarakat setempat adalah lokalitas atau wilayah, perasaan
sepenanggungan dan hubungan sosial tertentu yang merupakan perasaan saling
ketergantungan .
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa devinisi masyarakat dengan masyarakat
setempat/ komunitas. Devinisi masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas,
sedangkan devinisi masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh area
kawasan serta sejumlah warganya. Ditinjau dari aktivitas hubungannya dan persatuan
lebih erat masyarakat setempat dibandingkan dengan masyarakat.
Lebih lanjut dalam kehidupan masyarakat, Ferdinand Tonnies (Effendi, 2010: 65)
mengemukakan pemnbagian masyarakat dengan sebutan masyarakat gemainchaft dan
geselshaft. Masyarakat gemainchaft atau disebut juga paguyuban adalah kelompok
masyarakat dimana anggotanya sangat terikat secara emosional dengan yang lainnya
dan biasanya cenderung sebagai refleksi masyarakat pedesaan. Sedangkan
14. masyarakat geselshaft atau patembeyan ikatan-ikatan diantara anggota anggotanya
kurang kuat dan bersifat rasional, biasanya cenderung sebagai refleksi masyarakat
perkotaan.
D. Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Sosial
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu terdiri dari dua
kepentingan, yaitu ke pentingan individu yang termasuk kepentingan keluarga,
kelompok atau golongan dan kepentingan masyarakat yang termasukke pentingan
rakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak dapat
dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri manusia, akan
terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu kepentingan, jika
kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya, jika kepentingan
masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah kemasyarakatan
contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau dilema manusia jika
mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan
masyarakat.Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini
memunculkan dua pandangan yang berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi
yang dipegang oleh suatu kelompok masyarakat. Adapun Ariska mengemukakan dua
pandangan yaitu pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Untuk
mengetahui lebih lanjut, berikut kami sajikan uraian berikut.
1. Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah
makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi
yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme
berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi
sentral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya.
Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut juga
ideologi individualisme liberal.
Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme)
pada abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas
Hobben, John Locke, Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang
dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut.
a. Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya
berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial, Mementingkan diri
sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan.
b. Pemberian kebebasan penuh pada individu. Persaingan bebas untuk mencapai
kepentingannya masing-masing.Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri
bisa menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham
liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum.
Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam
15. rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup
bersama.
2. Pandangan Sosialisme
Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi
Blanc, dan Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah
yang diutamakan. Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut
pandangan sosialis, hak-hak individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul
karena keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang
adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan
alat-alat produksi. Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara
keseluruhan terutama yang tersisih oleh system liberalisme, mendapat keadilan,
kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan
bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang
lebih luas. Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara untuk
meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat
produksi oleh perorangan. Paham marxisme/komunisme dipelopori oleh Karl Marx
(1818-1883).
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam
memandang hakikat manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776,
orientasinya lebih ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang
bebas merdeka, manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur.
Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat
menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham ini
manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk
kepentingan negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing.
Individualisme liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak
manusiawi, imperialisme, dan kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi
kehidupan politik, tetapi tidak dalam lapangan ekonomi dan sosial. Sosialisme dalam
bentuk yang ekstrem, tidak menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa
merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin terjadi kemakmuran,
tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.
Negara indonesia yang berfilsafahkan pancasila, hakikat manusia dipandang
memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut filsafat pancasila,
manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, yang secara hakikat bahwa
kedudukan manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Bangsa
indonesia memiliki prinsip penempatan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi
dan golongan. Demi kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan hak-hak dasar
setiap warga negara
16. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan antara
jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila kedua unsur tersebut
menyatu dalam dirinya.
2. Selain sebagai makhluk individu juga, manusia adalah makhluk sosial. Salah
satunya dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan atau
berinteraksi dengan orang lain yang satu sama lain saling membutuhkan. Untuk menjadi
pribadi yang bermakhluk sosial setiap individu dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu
suatu proses dimana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi
dalam masyarakat.
3. Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan
masyarakat. Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang masyarakat
setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh kawasan tertentu. Namun ditinjau dari
aktivitas hubungannya dan persatuannya lebih erat pada masyarakat setempat
dibandingkan dengan masyrakat.
4. Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan oleh dua
kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan pengutamaan kepentingan
individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang berkembang yaitu
pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Sebetulnya kedua kepentingan
tersebut tidak dapat dipisahkan dan bukanlah pilihan.
.
B. Saran
Sejalandengankesimpulandiatas, penulismerumuskan saran sebagaiberikut.
1. Setiap individu hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial, sehingga mereka mampu menghargai satu sama lain dalam arti
tidak mengambil hak orang lain ketika bertindak sebagai makhluk sosial dan sebaliknya.
2. Dalam upaya pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati
keindividualitasan, karakteristik, keunikan dan kepribadian anak. pendidikan tidak boleh
memaksa anak untuk mengikuti dan menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri
anak ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya
sendiri.
3. Pembentukan proses sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial hendaknya harus
didukung oleh semua pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat juga tenaga pendidik
harus membantu menstimulasinya.
4. Kesempatan berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam bersosialisasi
dengan orang lain. Hendaknya kita sebagai calon guru dan calon ibu harus sadar bahwa
pemberitahuan, pemberian contoh dan pembiasaan sangat penting dan dibutuhkan
dalam bersosialisasi dengan orang lain dimasyarakat.
17. DAFTAR PUSTAKA
Ariska, I. (2013). Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. [Online].
Tersedia: (http://iraars-meandmyself.blogspot.com /2012/03/manusia-sebagai-mahluk-individu-
dan.html). [6 Februari 2013]
Effendi, R. dan Setiadi, E.M. (2010). Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya dan
Teknologi. Bandung: UPI Press.
Kappara. (). Pengertian Sosial dan Politik. [Online]. Tersedia: (http://id.shvoong.com/law-and-
politics/politics/2234715-pengertian-sosial-dan-politik/#ixzz2KfDPhVhf). [11 Februari
2013].
Sadulloh, U. (2003). Pengantar Filsafal Pendidikan. Bandung: Alfabeta.