Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
Catatan Kuliah Ilmu Ukur Tanah ini disusun secara ringkas dari beberapa referensi. Mencakup bahasan tentang pengertian survei, peta, pengukuran jarak, sudut, azimut, bearing, penggunaan pita ukur, theodolite, dan waterpas, perhitungan poligon, beda tinggi, luas dan volume. Disamping itu disertai pula contoh hitungan sederhana untuk memudahkan pemahaman dari setiap materi. Modul ini dapat dijadikan pegangan praktis dalam mempelajari survei dan pemetaan tingkat dasar.
Laporan rancangan perkerasan jalan raya i ,dimana merencanakan jalan yang hemat biaya antara 3 trase yang telah dibuata dipeta topografi dengan skala 1;2000
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
Catatan Kuliah Ilmu Ukur Tanah ini disusun secara ringkas dari beberapa referensi. Mencakup bahasan tentang pengertian survei, peta, pengukuran jarak, sudut, azimut, bearing, penggunaan pita ukur, theodolite, dan waterpas, perhitungan poligon, beda tinggi, luas dan volume. Disamping itu disertai pula contoh hitungan sederhana untuk memudahkan pemahaman dari setiap materi. Modul ini dapat dijadikan pegangan praktis dalam mempelajari survei dan pemetaan tingkat dasar.
Laporan rancangan perkerasan jalan raya i ,dimana merencanakan jalan yang hemat biaya antara 3 trase yang telah dibuata dipeta topografi dengan skala 1;2000
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
MAKALAH ANALISIS KASUS SOUTHWEST AIRLINE CORPORATIONSelfiya_
Disusun oleh Kelompok 3 :
1. Herlina Herman
2. Selfiya Andriyani
3. Husam Abdul Qoddus
Fakultas Ekonomi & Bisnis
Jurusan Manajemen
Kampus D Universitas Mercu Buana, Kranggan.
Analisis Kelayakan Geometri Fasilitas Sisi Udara Studi Kasus Bandara Pondok CabeHudanLinas
This study aims to determine the geometric conditions of the air side facilities at Pondok Cabe Airport nowadays, as well as analyzing the feasibility of the airport’s geometric air side facilities to the needs of planaircraft that is the Boeing 737-800NG. The analysis was performed by using the standards of the International Civil Aviation Organization (ICAO) and Federal Aviation Administration (FAA). The section of geometric air side facilities that are planned include runway, taxiway, and apron.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
Makalah lapter
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lapangan Terbang adalah salah satu hal yang paling bermanfaat dalam hal transportasi di zaman sekarang ini. Semua transportasi yang memerlukan jarak yang jauh dan waktu yang lama dapat dipersingkat waktu tempuhnya dengan menggunakan pesawat. Semua orang bisa dibilang sudah dapat menikmati kenyamanan terbang dengan pesawat terbang saat ini. Oleh karena itu, fasilitas yang menunjang untuk pesawat itu dapat terbang menjadi sangat penting. Fasilitas-fasilitas yang dimaksud diantaranya adalah Apron, Runway, Taxiway dan juga fasilitas penunjang-penunjang teknis lainnya yang menjadi pelengkap bagi bandara itu sendiri seperti drainase yang baik dan juga jalan masuk ke bandara yang dapat terjangkau dengan mudahnya. Dalam perancangan sebuah Lapangan Terbang juga tentunya tidak hanya bisa dilakukan oleh satu disiplin ilmu yaitu Teknik Sipil saja karena hal-hal lain yang ada dalam perancangan lapangan terbang tersebut juga membutuhkan bantuan-bantuan dari disiplin ilmu lain seperti saat elektrifikasi bandara dan juga perancangan desain bandara agar bandara tersebut tampak lebih bagus bentuknya.
Tetapi dalam makalah kali ini penulis akan fokus membahas tentang pengertian tentang Lapangan Terbang itu sendiri dan memfokukan pembahasan tentang Bandara Internasional Sultan Mahmud Badarudin II yang terletak di kota Palembang.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja pengembangan yang akan dilakukan pada Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang?
2. 1.3 Tujuan Penelitian
Menjelaskan detail pengembangan yang akan dilakukan pada Bandara Internasional Sultan Mahmud Badarudin II Palembang
1.4 Manfaat Penelitian
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang Lapangan Terbang dan juga detail dari Lapangan Terbang tersebut yang nanti sehingga dapat bermanfaat saat akan melakukan perencanaan.
3. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bandar Udara Bandar udara atau bandara memiliki pengertian yang berasal dari kata "bandar" (tempat berlabuh) dan "udara". Bandar udara diartikan sebagai "suatu tempat di darat atau di air di mana pesawat udara dapat mendarat untuk menurunkan atau mengangkut penumpang dan barang, mengadakan perbaikan atau mengisi bahan bakar. Maka, arsitektur bandara dapat diartikan sebagai suatu wadah yang berfungsi menampung perpindahan orang atau barang dari suatu mode angkutan ke kendaraan udara atau sebaliknya. Di dalamnya menyangkut bangunan terminal (terminal building), tempat parkir pesawat terbang (apron), parkir kendaraan darat, jalan, jalur hijau. Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat". Berdasarkan klasifikasi atau status bandara, menurut pelayanannya sesuai dengan rute penerbangan dan peranan pemerintah dapat dibedakan atas: bandara internasional, bandara domestik, bandara internasional dan domestik. Status bandara berpengaruh pula terhadap panjang landasannya yang sesuai dengan jelajah pesawat terbangnya. Berdasarkan sumber (Ditjen Perhubungan Udara), panjang minimal landasan yang dimiliki bandara sesuai dengan klasifikasinya, yakni bandara internasional 2.350 m, bandara pusat utama 1.850 m, bandara propinsi 1.250 m, dan bandara perintis 750 m. Wujud dasar suatu bandara umumnya dikelompokkan menjadi dua bagian, sebagai berikut : 1. Terminal Building yang di dalamnya terdapat Bangunan terminal sebagai fasilitas wadah kegiatan penanganan penumpang dan barang, kegiatan airlines, pengelolaan dan kegiatan lain yang mendukungnya.
4. Hanggar dari pesawat sebagai wadah kegiatan pemeliharaan pesawat. Fasilitas pemeliharaan bandara, termasuk pemadam kebakaran Apron, untuk fasilitas bongkar muat barang dan penumpang serta juga wadah kegiatan pelayanan teknis pesawat. 2. Landasan pacu (runway) yang meliputi prinsip pengaturan tata letak runway yang dapat dibagi jadi 3 bagian, yakni: single runway, paralel runway dan divergent runway. Pengaturan ini dapat dikembangkan lebih lanjut yang dipengaruhi oleh kebutuhan panjangnya, jumlah dan arah runway. 2.2 Terminal Building Terminal Penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Dapat disimpulkan bahwa terminal penumpang bandar udara adalah prasarana transportasi di kawasan lapangan terbang di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang dan/atau pos, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi. 2.3 Fungsi Lapangan Terbang Lapangan Terbang berfungsi sebagai suatu tempat dengan segala perlengkapan beserta gedungnya, dipakai untuk pemberangkatan, pendaratan dan pelayanan bagi pesawat terbang dengan segala muatannya, berupa penumpang dan barang. Artinya, bandara merupakan tempat perpindahan dari sub sistem angkutan udara ke udara, udara ke darat atau udara ke air. Dewasa ini fungsi bandar udara telah banyak bergeser dibeberapa belahan dunia. Pergeseran dimaksud adalah pengelolaan bandar udara yang semula berfungsi sebagai tempat
5. tujuan (destination airport) berubah atau bertambah menjadi tempat transit (transit airport) yang sekaligus merupakan kawasan bisnis (aerometropolitan). 2.4 Jenis Terminal Terminal penumpang menurut jenisnya terdiri dari : Terminal penumpang umum, yaitu terminal penumpang yang menampung kegiatan-kegiatan operasional, komersial dan administrasi bagi pelayanan penumpang, baik dengan penerbangan berjadwal maupun tidak berjadwal. Terminal penumpang khusus yaitu terminal penumpang yang diperuntukan bagi penumpang umum dengan pelayanan khusus dan hanya dimanfaatkan pada waktu-waktu tertentu antara lain : o Terminal haji yaitu terminal penumpang yang diperuntukan bagi kegiatan pelayanan jemaah haji dan barang bawaannya Dalam pemrosesan penumpang berangkat, maka pemeriksaan calon haji dan bagasi kabinnya sesuai dengan persyaratan keselamatan operasi penerbangan harus dilakukan pemeriksaan security oleh petugas di asrama/karantina haji, sedangkan pemeriksaan dokumen dilakukan oleh terminal penumpang. o Terminal VIP yaitu terminal penumpang yang diperuntukan bagi kegiatan pelayanan tertentu sebagai pejabat tinggi negara dan tamu negara. Pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan pada penumpang umum. Perencanaan bangunan terminal VIP dapat terpisah atau menyatu dengan bangunan terminal penumpang umum. o Terminal TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yaitu terminal penumpang yang diperuntukan bagi kegiatan pelayanan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dan barang bawaannya. Pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan pada penumpang umum. Perencanaan bangunan terminal TKI
6. dapat terpisah atau menyatu dengan bangunan terminal penumpang umum. Menurut kegiatannya daerah-daerah bangunan dapat dibagi dalam: Daerah Gedung Terminal : Merupakan pust dari segala kegiatan pengelolaan manusia, barang dan pesawat. Perlu diperhatikan hubungan-hubungan (langsung dan tidak langsung) antara kegiatan-kegiatan di daerah bangunan lainnya. Di termiunal penumpang terjadi transisi penumpangm, bagasi, pos, barang, makanan, bahan bakar antara angkutan darat dan udara. Daerah Penerbangan Umum dan Lokal (Commercial fixed base operations areas). : Untuk kegiatan jual beli dan sewa pesawat ringan, parkir, perawatan dan perbaikan, charter, penyemprotan, helicopter, pendidikan, dsb. Hubungan dengan kegiatan lain di pelabuhan udara perlu dipertimbangkan dalam perencanaan daerah bangunan lapangan terbang. Daerah Hangar : Untuk persiapan-persiapan pesawatnya terdiri dari : Daereah dekat tempat bongkar muat pesawat untuk peralatan dan bahan ringan pelayanan pesawat Daerah dekat parkir apron pesawat untuk perawatan diantara jadwal terbangnya. Daerah hangar dan sekitarnya untuk perawatan berat pesawat lengkap. Luas daerah ini diperngaruhi oleh sifat dan ruang lingkup perawatan. Yang terakhir ini tergantung dari pola jaringan udaranya dan fasilitas besat diperlukan di tempat penernbangan-penerbangan asal, tujuan dan membalik (originating/ mulai, ending/berakhir dan turn- around points). Kemungkinan perluasan harus diperhitungkan dalam perencanaannya.
7. Daerah Cargo : Luasnya tergantung dari sistem pengelolaan dan banyaknya muatan yang ditangani supaya bisa berjalan efisien. Bisa menyatu dengan gedung terminal dan bisa mencakup pos, daerah pengelolaan pos dan kiriman barang ringan (paket pos) bisa direncanakan dekat daerah kargo atau dekat / menjadi satu dengan daerah gedung terminal penumpang sesuai intensitas kegiatan pos. Daerah Parkir Pesawat (Parking Apron) : Untuk perawatan yang perlu waktu di tanah agak lama. Sebaiknya disediakan parking apron terpisah untuk pesawat- pesawat type executive general aviation. Daerah Khusus : Untuk peralatan yang akan dipakai dalam keadaan darurat yang harus bisa mencapai langsung semua daerah sekeliling lapangan udara. Demikian juga diperlukan daerah khusus untuk peralatan yang akan dipakai untuk perawatan umum pelabuhan udara. Jadi sebaiknnya didekat fasilitas pendaratan seperti landasan dan taxiway dan jalan masuk lapangan udara, tetapi tidak perlu berdekatan dengan gedung terminal penumpang ataupun daerah bongkar muat barang.
8. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Bandara Sultan Mahmud Badarudin II 3.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian yaitu pada hari Senin, 18 November 2014 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Studi Lapangan 3.4 Teknik Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dikelola melalui metode pengamatan lapangan
9. BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Penjelasan Singkat Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang
Menurut wikipedia.com (2014), Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II (kode IATA: PLM) adalah bandar udara internasional yang melayani kota Palembang, Sumatera Selatan dan sekitarnya. Bandara ini terletak di wilayah KM.10 Kecamatan Sukarame. Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dioperasikan oleh PT Angkasa Pura 2. Nama bandara ini diambil dari nama Sultan Mahmud Badaruddin II (1767-1862), seorang Pahlawan Nasional Indonesia melawan VOC-Belanda yang pernah memimpin Kesultanan Palembang Darussalam (1803-1819). Panjang landasan pacu (run way) Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II sehingga menjadi 13/31 berukuran 3.571 kali 45 ms (11,716 × 148 kaki), lebar 45 meter diatas permukaan Beton sejak September 2014.
Gambar 3.1.1: Tampak Atas Runway Bandara SMB II
Sumber: https://citralautanteduh.wordpress.com
10. Menurut penjelasan dari Kepala Bidang Teknis Sultan Mahmud
Badarudin II, Bandara Sultan Mahmud Badarudin II adalah Bandara yang
mempunyai fasilitas yang cukup lengkap dibandingkan dengan bandara-bandara
yang ada di Indonesia sekarang ini. Kapasitas Runway dan juga
Taxiway yang sudah cukup memadai adalah keunggulan lain dari bandara
Sultan Mahmud Badarudin II Palembang.
Menurutnya, Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang Cukup
Menjadi favorit bagi pesawat-pesawat yang mengalami trouble dalam
perjalanannya dan menjadi tempat divert bagi pesawat-pesawat yang harus
landing di kota terdekat. Oleh karena itu, fasilitas-fasilitas yang ada pada
bandara Sultan Mahmud Badarudin II teruslah ditingkatkan dari tahun ke
tahun sesuai dengan Masterplan yang telah dirancang oleh Kementrian
Perhubungan pada tahun 2010.
Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang dapat dikategorikan
sebagai Bandara Internasional karena panjang Runwaynya mencapai 3.000
meter sedangkan batas minimum bahwa sebuah bandara dapat disebut sebagai
bandara Internasional adalah panjang Runway 2.350 meter
4.2 Rencana Pembangunan (Masterplan) Sultan Mahmud Badarudin II
Palembang
11. Dari Masterplan yang didapatkan dari website Kementrian Perhubungan
Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang mempunyai 3 (tiga) tahap
pengembangan yang menitik beratkan pada pengembangan Terminal
Penumpang Domestik sehingga Bandara Sultan Mahmud Badarudin II
Palembang dapat menampung lebih banyak penumpang yang datang maupun
pergi. Menurut Kepala Bidang Teknis dari bandara Sultan Mahmud Badarudin
II Palembang, Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang ditargetkan
dapat mengangkut 3.000.000 (Tiga Juta) Penumpang pada akhir 2014. Sampai
pada Bulan November 2014 Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang
telah melampaui setengah dari target yang diberikan dengan mencapai
2.600.000 (Dua Juta Enam Ratus Ribu) Penumpang. Tentu saja ini adalah
pencapaian target yang baik dan akan terus naik sampai akhir tahun 2014.
12. Seperti halnya dengan fasilitas, target Perkembangan Lalu Lintas
Angkutan Udara pada Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang juga
dibagi menjadi tiga tahap.
Pada Akhir tahun 2014 Perkembangan Tahap II dengna target hampir 3
juta kemungkinan dapat dicapai.
13. BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan :
Berdasarkan pada pembahasan yang ada di atas, dapat disimpulkan hal sebagai berikut ini :
Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang adalah Bandara yang mempunyai fasilitas yang cukup lengkap dan bertaraf internasional berdasarkan berbagai aspek yang dimiliki oleh bandara tersebut.
Masterplan Perancangan Bandara Sultan Mahmud Badarudin II yang telah dibuat sangat memenuhi standar dan cukup untuk menjadikan Bandara Sultan Mahmud Badarudin II Palembang sebagai Bandara kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan dan Palembang.
5.2 Saran :
Penambahan panjang Runway atau jumlah Runway jika memungkinkan akan sangat bagus agar dapat menampung trafic udara yang lebih banyak lagi. Sehingga pemenuhan target penumpang dalam satu tahun dapat dicapai dengan lebih cepat.