SlideShare a Scribd company logo
Logic and Psychology penngarang terhada
I have often wondered why teachers in training are usually taught So much psychology and
so little logic. One explanation is that psychology, the study of individual behavior, tells
teachers important things about how their students are likely to behave. Another explanation
is that, whereas psychologists always have been interested in education, Logicians, at any
rate since the Middle Ages, have generally ignored it. There is also third explanation.
Psychology studies the process of thinking is it actually occurs. Formal logic, on the other
hand, considers the forms taken by the ideas or arguments that thought produces. As a result,
formal logic has seemed less applicable to the problems of teachers at work. Nevertheless,
any notion the logic has little or nothing to say to the teacher in the classroom is profoundly
mistaken. This chapter will, I hope, show that the study of logic and of the logical use of
language has much to contribute to both the theory and the practice of education.
Saya sering bertanya-tanya mengapa pengajar dalam pelatihan biasanya mengajar
lebih banyak psikologi dan sedikit berlogika. Salah satu penjelasannya, bahwa psikologi
merupakan studi tentang perilaku individu, yang memberitahukan pengajar akan hal penting
tentang bagaimana kecenderungan perilaku siswa mereka. Penjelasan lainnya adalah
psikologi selalu telah tertarik dalam pendidikan, sedangkan ahli logika, sejak Abad
Pertengahan, umumnya mengabaikannya. Ada juga penjelasan ketiga lainnya, Psikologi
mempelajari proses berpikir yang benar-benar terjadi. Logika formal, di sisi lain,
mempertimbangkan bentuk-bentuk ide-ide atau argumen yang menghasilkan fikiran.
Akibatnya, logika formal kurang berlaku bagi masalah guru di tempat kerja. Bab ini akan
menunjukkan bahwa studi logika dan penggunaan logis dari bahasa memiliki banyak
kontribusi bagi teori dan praktik pendidikan.
Whereas psychology studies the actual process of thinking, formal logic supplies
rational forms for ordering the results of thought. Formal logic considers what sorts of
arguments are valid. How any person actually thinks in order to produce these arguments is
irrelevant to the logical validity of the arguments themselves. Admittedly, if a person is to
produce logical arguments, he must be motivated to do so. But whether or not he produces
them by intuition or slow calculation does not matter from a formal logical point of view.
What matters is that tie should wish to reach conclusions that are valid and should know
when he does so. To implant the wish and to cultivate the knowledge are tasks of teaching.
Ketika psikologi mempelajari proses berpikir yang sebenarnya, logika formal
memasok bentuk rasional untuk menghasilkan pemikiran. Logika formal mempertimbangkan
jenis argumen yang benar, bagaimana orang benar-benar berpikir dan menghasilkan argumen
yang logis dan relevan. Tidak dapat disangkal, jika seseorang bisa menghasilkan argumen
yang logis, ia harus termotivasi untuk bisa melakukannya. Tetapi, ya atau tidaknya ia
menghasilkan fikiran dengan intuisi atau dengan perhitungan yang lambat, itu tidak menjadi
masalah dari sudut pandang logika formal. Yang penting adalah bahwa dia harus memilki
keinginan untuk mencapai kesimpulan yang valid dan harus tahu kapan ia melakukannya.
Untuk menanamkan keinginan dan mengembangkan pengetahuan itulah merupakan tugas
dari pengajaran.
At first a teacher may reward a student for thinking logically, that is, for drawing
valid conclusions, and the student may for a while think logically in order to receive the
reward. Gradually, however, if he is properly taught, the student may find such thought
satisfying not only because it is rewarded but also because it is intellectually fruitful. He will
find that one valid conclusion begets another, whereas inconsistency leads nowhere. Thus the
habit of thinking logically can be cultivated by psychological means, that is, by specific
tactics of teaching based on an understanding of human behavior.
Pertama, seorang guru memberi penghargaan kepada siswa untuk logika berfikirnya,
yaitu, untuk menarik kesimpulan yang valid, dan siswanya mungkin untuk sementara waktu
berpikir logis untuk menerima hadiah tersebut. Namun, secara bertahap, jika ia belajar
dengan baik, siswa mungkin dapat menemukan kepuasan dalam berfikir, bukan hanya karena
penghargaan yang di dapat, tetapi juga karena buah dari intelektualnya. Dia akan
menemukan bahwa kesimpulan yang valid akan melahirkan sesuatu yang lain, dan
sebaliknya, pendirian yang tidak mantap akan menyebabkan kebuntuan. Dengan demikian
kebiasaan berpikir logis dapat dilatih dengan cara psikologis, yaitu dengan taktik khusus
pengajaran, berdasarkan pemahaman tentang perilaku manusia.
Indeed, a knowledge of and a training in logic can in themselves affect a person's
behavior. Other things being equal, a person who has studied logic will tend to be more
rational and more intellectually aware than one who has not. He will be more likely to
question his own prejudices and rationalizations.' He will be less influenced by the specious
pleading of others . and more competent in spotting fallacies and inconsistencies; in their
arguments.
Memang, pengetahuan dan pelatihan dalam berlogika yang terdapat dalam diri akan
mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam keadaan yang sama, seseorang yang telah
mempelajari logika akan cenderung lebih rasional dan menyadri intelek daripada yang belum.
Dia akan lebih cenderung mempertanyakan prasangka dan rasionalisasi. Dia akan kurang
dipengaruhi pembelaan argumen yang nampak bagus dari orang lain. dan lebih kompeten
ddalam menyampaikan argumen mereka.
In education the question is often asked: Is it better to introduce content on the basis
of an order present in the subject matter itself or according to the stage of development
reached by the learner? Should the study of physics, for example, always follow that of
algebra (logical order), or should these subjects be taught any time the learner is ready for
them (psychological order)?
Dalam pendidikan, pertanyaan yang sering diajukan adalah: manakah yang lebih baik
memperkenalkan konten materi pelajaran atau kesesuain tahap perkembangan yang dicapai
oleh peserta didik? Haruskah belajar fisika, misalnya, selalu mengikuti aljabar (urutan logis),
atau haruskah mata pelajaran diajarkan ketika mereka siap belajar (urutan psikologis)?
The logical presentation of subject matter is based on the theory that logical order
already is built into it. Such order is a part of nature, we hear, or is assumed to be. Algebra,
for example, has many components and we must know certain ones before we can understand
others. We can also grasp certain operations in physics only after we know algebra.
Presentasi logis (The logical presentation) dari materi pelajaran didasarkan pada teori
bahwa ururtan logis (logical order) sudah terbangun di dalamnya. Urutan tersebut merupakan
bagian dari alam, kita mendengar, atau kita mengasumsikannya. Aljabar, misalnya, memiliki
banyak komponen dan kita harus tahu orang-orang tertentu sebelum kita dapat memahami
orang lain. Kita juga dapat memahami operasi tertentu dalam fisika hanya setelah kita tahu
aljabar.
Those who hold this theory are confident that if a student masters knowledge in this
fashion, he will automatically think logically. The more extreme among them reject virtually
all psychological considerations that interfere with this approach. They maintain that one of
the chief purposes of learning subject matter is to give order to a mind that comes to it in a
state of disorder. It is folly, they say, to allow an unordered, untrained mind to dictate what
the order of Subject matter should be or how it should be learned.
Mereka yang memegang teori ini yakin bahwa pengetahuna “siswa atas” (student
masters) akan memiliki pengetahun logis secara otomatis.. Yang paling ekstrim, di antara
mereka menolak hampir semua pertimbangan psikologis yang mengganggu pendekatan ini.
Mereka mempertahankan bahwa salah satu tujuan utama mempelajari materi pelajaran adalah
untuk memberikan perintah kepada pikiran yang datang untuk itu dalam keadaan terganggu.
Mereka mengtakan Ini adalah kebodohan, memungkinkan pikiran, untuk mendikte urutan
pelajaran, harus atau bagaimana harus dipelajari.
Psychological order, on the other hand, relates subject matter to the aims, interests,
and experiences of the student. The learning process, astutely manipulated by the teacher, is
initiated by the learner; his interest is aroused; his reflective powers are challenged; and his
curiosity is gratified. The student and the subject matter "interact."
Di sisi lain Urutan psikologis berhubungan terhadap tujuan , kepentingan, dan
pengalaman siswa. Proses pembelajaran, cerdik dimanipulasi oleh guru, yang diprakarsai
oleh pelajar, minatnya terangsang, kekuatan reflektif nya ditantang, dan rasa ingin tahunya
yang memuaskan. Para siswa dan subyek "berinteraksi."
That logical and psychological order should not conflict but should go hand in hand
is a proposition supported by most observers. John Dewey identified the "psychological and
logical" with "process and product" respectively. The psychological process, he said,
becomes the means of understanding subject matter in its logical form. For the learner, the
latter is an ideal to be achieved and not a starting point from which to proceed? The
learning process is "the progressive development of what is already experienced into a fuller
and richer and more organized form, a form that gradually approximates the subject matter
presented to the skilled, mature person.
Urutan logis dan psikologis itu tidak boleh bertentangan tetapi harus berjalan seiring.
Proposisi ini didukung oleh sebagian besar pengamat. John Dewey mengidentifikasi
"psikologis dan logis" dengan "proses dan produk" masing-masing. Proses psikologis,
katanya, menjadi sarana untuk memahami materi pelajaran dalam bentuk logis. Untuk
pelajar, yang terakhir adalah yang ideal yang ingin dicapai dan bukan titik awal dari mana
untuk melanjutkan? Proses belajar adalah "perkembangan yang progresif dari pengalaman
menjadi bentuk terorganisir ang lebih lengkap dan lebih kaya, suatu bentuk yang secara
bertahap mendekati materi pelajaran.....

More Related Content

What's hot

Proses Belajar Anak PPT
Proses Belajar Anak PPTProses Belajar Anak PPT
Proses Belajar Anak PPT
Andhika Pratama
 
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
nftama77
 
Proses Belajar
Proses BelajarProses Belajar
Proses Belajarmrwhy
 
Pembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitifPembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitif
zikriamri86
 
Teori Belajar dan Pembelajaran PAUD
Teori Belajar dan Pembelajaran PAUDTeori Belajar dan Pembelajaran PAUD
Teori Belajar dan Pembelajaran PAUD
fachrul rozie
 
4 9 Psikologi Belajar Model Model Pembelajaran
4 9 Psikologi Belajar Model Model Pembelajaran4 9 Psikologi Belajar Model Model Pembelajaran
4 9 Psikologi Belajar Model Model Pembelajaran
Haris Mansah ARH
 
Teori Kognitivistik
Teori KognitivistikTeori Kognitivistik
Teori Kognitivistik
3ry21
 
Makalah Teori belajar
Makalah Teori belajarMakalah Teori belajar
Makalah Teori belajar
Potpotya Fitri
 
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...Ahmad Adnan
 
Pendekatan saintifik ilmiah
Pendekatan saintifik ilmiahPendekatan saintifik ilmiah
Pendekatan saintifik ilmiah
Joe Zidane
 
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranTeori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
harjunode
 
Tugas ipa 2
Tugas ipa 2Tugas ipa 2
Tugas ipa 2
Deni SaFitri
 
3 9 PPD - Kognitif dan Proses Belajar
3 9 PPD - Kognitif dan Proses Belajar3 9 PPD - Kognitif dan Proses Belajar
3 9 PPD - Kognitif dan Proses Belajar
Haris Mansah ARH
 
Teori kognitif dalam pembelajaran
Teori kognitif dalam pembelajaranTeori kognitif dalam pembelajaran
Teori kognitif dalam pembelajaran
Retno Wahyuningsih
 
Erlawati Iia Pe
Erlawati Iia PeErlawati Iia Pe
Erlawati Iia Pe
64258
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
salamoon
 
Definisi belajar
Definisi belajarDefinisi belajar
Definisi belajar
Syamsul Umam
 

What's hot (20)

Proses Belajar Anak PPT
Proses Belajar Anak PPTProses Belajar Anak PPT
Proses Belajar Anak PPT
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
 
Proses Belajar
Proses BelajarProses Belajar
Proses Belajar
 
Pembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitifPembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitif
 
Kb2 teori kognitif
Kb2 teori kognitifKb2 teori kognitif
Kb2 teori kognitif
 
Teori Belajar dan Pembelajaran PAUD
Teori Belajar dan Pembelajaran PAUDTeori Belajar dan Pembelajaran PAUD
Teori Belajar dan Pembelajaran PAUD
 
4 9 Psikologi Belajar Model Model Pembelajaran
4 9 Psikologi Belajar Model Model Pembelajaran4 9 Psikologi Belajar Model Model Pembelajaran
4 9 Psikologi Belajar Model Model Pembelajaran
 
Teori Kognitivistik
Teori KognitivistikTeori Kognitivistik
Teori Kognitivistik
 
Makalah Teori belajar
Makalah Teori belajarMakalah Teori belajar
Makalah Teori belajar
 
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
94189348 bab-ii-skripsi-shirli-2012-hubungan-antara-apersepsi-dengan-hasil-be...
 
Pendekatan saintifik ilmiah
Pendekatan saintifik ilmiahPendekatan saintifik ilmiah
Pendekatan saintifik ilmiah
 
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranTeori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
 
Tugas ipa 2
Tugas ipa 2Tugas ipa 2
Tugas ipa 2
 
3 9 PPD - Kognitif dan Proses Belajar
3 9 PPD - Kognitif dan Proses Belajar3 9 PPD - Kognitif dan Proses Belajar
3 9 PPD - Kognitif dan Proses Belajar
 
Teori kognitif dalam pembelajaran
Teori kognitif dalam pembelajaranTeori kognitif dalam pembelajaran
Teori kognitif dalam pembelajaran
 
Erlawati Iia Pe
Erlawati Iia PeErlawati Iia Pe
Erlawati Iia Pe
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Teori Belajar Bruner
Teori Belajar BrunerTeori Belajar Bruner
Teori Belajar Bruner
 
Definisi belajar
Definisi belajarDefinisi belajar
Definisi belajar
 

Similar to Logic and psychology

4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
RogsBuck
 
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptxPembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
RozaqFathur
 
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFTEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
khairunnisa mulyana
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
WAKURSMKUMMA
 
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaranMakalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
sundelubek1
 
Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Yoshiie Srinita
 
Teori belajar gestalt
Teori belajar gestaltTeori belajar gestalt
Teori belajar gestalt
HAITAMY Muhammad Hasan
 
Kelompok 4 Psikolinguistik - Teori-teori Kognitif
Kelompok 4 Psikolinguistik - Teori-teori KognitifKelompok 4 Psikolinguistik - Teori-teori Kognitif
Kelompok 4 Psikolinguistik - Teori-teori Kognitif
Asep Subagya
 
Teori kognitif
Teori kognitif Teori kognitif
Teori kognitif
Heri Indra Gunawan
 
350827373 teori-pembelajaran-pak
350827373 teori-pembelajaran-pak350827373 teori-pembelajaran-pak
350827373 teori-pembelajaran-pak
arasi kovai
 
Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Perbandingan antara Piagetianisme dan AusubelianismePerbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Indah KumaLa
 
Prinsip
PrinsipPrinsip
Prinsip
Rizal Cardo
 
Makalah 3
Makalah 3Makalah 3
Makalah 3ayu01
 
Teori kognitif
Teori kognitif  Teori kognitif
Teori kognitif
PratiwiKartikaSari
 
PKP 1.pptx
PKP 1.pptxPKP 1.pptx
PKP 1.pptx
yuzi9
 
Macam macam teori belajar
Macam macam teori belajarMacam macam teori belajar
Macam macam teori belajarDei Al-faroby
 
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn KognitifMakalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
FAJAR MENTARI
 
B A B I V
B A B  I VB A B  I V
B A B I V
adedian anas
 
RESUME KB 1.pdf
RESUME KB 1.pdfRESUME KB 1.pdf
RESUME KB 1.pdf
kangifat
 

Similar to Logic and psychology (20)

4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
 
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptxPembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
 
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFTEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
 
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaranMakalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
 
Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)
 
Teori belajar gestalt
Teori belajar gestaltTeori belajar gestalt
Teori belajar gestalt
 
Kelompok 4 Psikolinguistik - Teori-teori Kognitif
Kelompok 4 Psikolinguistik - Teori-teori KognitifKelompok 4 Psikolinguistik - Teori-teori Kognitif
Kelompok 4 Psikolinguistik - Teori-teori Kognitif
 
Teori kognitif
Teori kognitif Teori kognitif
Teori kognitif
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 
350827373 teori-pembelajaran-pak
350827373 teori-pembelajaran-pak350827373 teori-pembelajaran-pak
350827373 teori-pembelajaran-pak
 
Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Perbandingan antara Piagetianisme dan AusubelianismePerbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
Perbandingan antara Piagetianisme dan Ausubelianisme
 
Prinsip
PrinsipPrinsip
Prinsip
 
Makalah 3
Makalah 3Makalah 3
Makalah 3
 
Teori kognitif
Teori kognitif  Teori kognitif
Teori kognitif
 
PKP 1.pptx
PKP 1.pptxPKP 1.pptx
PKP 1.pptx
 
Macam macam teori belajar
Macam macam teori belajarMacam macam teori belajar
Macam macam teori belajar
 
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn KognitifMakalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
 
B A B I V
B A B  I VB A B  I V
B A B I V
 
RESUME KB 1.pdf
RESUME KB 1.pdfRESUME KB 1.pdf
RESUME KB 1.pdf
 

Logic and psychology

  • 1. Logic and Psychology penngarang terhada I have often wondered why teachers in training are usually taught So much psychology and so little logic. One explanation is that psychology, the study of individual behavior, tells teachers important things about how their students are likely to behave. Another explanation is that, whereas psychologists always have been interested in education, Logicians, at any rate since the Middle Ages, have generally ignored it. There is also third explanation. Psychology studies the process of thinking is it actually occurs. Formal logic, on the other hand, considers the forms taken by the ideas or arguments that thought produces. As a result, formal logic has seemed less applicable to the problems of teachers at work. Nevertheless, any notion the logic has little or nothing to say to the teacher in the classroom is profoundly mistaken. This chapter will, I hope, show that the study of logic and of the logical use of language has much to contribute to both the theory and the practice of education. Saya sering bertanya-tanya mengapa pengajar dalam pelatihan biasanya mengajar lebih banyak psikologi dan sedikit berlogika. Salah satu penjelasannya, bahwa psikologi merupakan studi tentang perilaku individu, yang memberitahukan pengajar akan hal penting tentang bagaimana kecenderungan perilaku siswa mereka. Penjelasan lainnya adalah psikologi selalu telah tertarik dalam pendidikan, sedangkan ahli logika, sejak Abad Pertengahan, umumnya mengabaikannya. Ada juga penjelasan ketiga lainnya, Psikologi mempelajari proses berpikir yang benar-benar terjadi. Logika formal, di sisi lain, mempertimbangkan bentuk-bentuk ide-ide atau argumen yang menghasilkan fikiran. Akibatnya, logika formal kurang berlaku bagi masalah guru di tempat kerja. Bab ini akan menunjukkan bahwa studi logika dan penggunaan logis dari bahasa memiliki banyak kontribusi bagi teori dan praktik pendidikan. Whereas psychology studies the actual process of thinking, formal logic supplies rational forms for ordering the results of thought. Formal logic considers what sorts of arguments are valid. How any person actually thinks in order to produce these arguments is irrelevant to the logical validity of the arguments themselves. Admittedly, if a person is to produce logical arguments, he must be motivated to do so. But whether or not he produces them by intuition or slow calculation does not matter from a formal logical point of view. What matters is that tie should wish to reach conclusions that are valid and should know when he does so. To implant the wish and to cultivate the knowledge are tasks of teaching. Ketika psikologi mempelajari proses berpikir yang sebenarnya, logika formal memasok bentuk rasional untuk menghasilkan pemikiran. Logika formal mempertimbangkan
  • 2. jenis argumen yang benar, bagaimana orang benar-benar berpikir dan menghasilkan argumen yang logis dan relevan. Tidak dapat disangkal, jika seseorang bisa menghasilkan argumen yang logis, ia harus termotivasi untuk bisa melakukannya. Tetapi, ya atau tidaknya ia menghasilkan fikiran dengan intuisi atau dengan perhitungan yang lambat, itu tidak menjadi masalah dari sudut pandang logika formal. Yang penting adalah bahwa dia harus memilki keinginan untuk mencapai kesimpulan yang valid dan harus tahu kapan ia melakukannya. Untuk menanamkan keinginan dan mengembangkan pengetahuan itulah merupakan tugas dari pengajaran. At first a teacher may reward a student for thinking logically, that is, for drawing valid conclusions, and the student may for a while think logically in order to receive the reward. Gradually, however, if he is properly taught, the student may find such thought satisfying not only because it is rewarded but also because it is intellectually fruitful. He will find that one valid conclusion begets another, whereas inconsistency leads nowhere. Thus the habit of thinking logically can be cultivated by psychological means, that is, by specific tactics of teaching based on an understanding of human behavior. Pertama, seorang guru memberi penghargaan kepada siswa untuk logika berfikirnya, yaitu, untuk menarik kesimpulan yang valid, dan siswanya mungkin untuk sementara waktu berpikir logis untuk menerima hadiah tersebut. Namun, secara bertahap, jika ia belajar dengan baik, siswa mungkin dapat menemukan kepuasan dalam berfikir, bukan hanya karena penghargaan yang di dapat, tetapi juga karena buah dari intelektualnya. Dia akan menemukan bahwa kesimpulan yang valid akan melahirkan sesuatu yang lain, dan sebaliknya, pendirian yang tidak mantap akan menyebabkan kebuntuan. Dengan demikian kebiasaan berpikir logis dapat dilatih dengan cara psikologis, yaitu dengan taktik khusus pengajaran, berdasarkan pemahaman tentang perilaku manusia. Indeed, a knowledge of and a training in logic can in themselves affect a person's behavior. Other things being equal, a person who has studied logic will tend to be more rational and more intellectually aware than one who has not. He will be more likely to question his own prejudices and rationalizations.' He will be less influenced by the specious pleading of others . and more competent in spotting fallacies and inconsistencies; in their arguments. Memang, pengetahuan dan pelatihan dalam berlogika yang terdapat dalam diri akan mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam keadaan yang sama, seseorang yang telah mempelajari logika akan cenderung lebih rasional dan menyadri intelek daripada yang belum. Dia akan lebih cenderung mempertanyakan prasangka dan rasionalisasi. Dia akan kurang
  • 3. dipengaruhi pembelaan argumen yang nampak bagus dari orang lain. dan lebih kompeten ddalam menyampaikan argumen mereka. In education the question is often asked: Is it better to introduce content on the basis of an order present in the subject matter itself or according to the stage of development reached by the learner? Should the study of physics, for example, always follow that of algebra (logical order), or should these subjects be taught any time the learner is ready for them (psychological order)? Dalam pendidikan, pertanyaan yang sering diajukan adalah: manakah yang lebih baik memperkenalkan konten materi pelajaran atau kesesuain tahap perkembangan yang dicapai oleh peserta didik? Haruskah belajar fisika, misalnya, selalu mengikuti aljabar (urutan logis), atau haruskah mata pelajaran diajarkan ketika mereka siap belajar (urutan psikologis)? The logical presentation of subject matter is based on the theory that logical order already is built into it. Such order is a part of nature, we hear, or is assumed to be. Algebra, for example, has many components and we must know certain ones before we can understand others. We can also grasp certain operations in physics only after we know algebra. Presentasi logis (The logical presentation) dari materi pelajaran didasarkan pada teori bahwa ururtan logis (logical order) sudah terbangun di dalamnya. Urutan tersebut merupakan bagian dari alam, kita mendengar, atau kita mengasumsikannya. Aljabar, misalnya, memiliki banyak komponen dan kita harus tahu orang-orang tertentu sebelum kita dapat memahami orang lain. Kita juga dapat memahami operasi tertentu dalam fisika hanya setelah kita tahu aljabar. Those who hold this theory are confident that if a student masters knowledge in this fashion, he will automatically think logically. The more extreme among them reject virtually all psychological considerations that interfere with this approach. They maintain that one of the chief purposes of learning subject matter is to give order to a mind that comes to it in a state of disorder. It is folly, they say, to allow an unordered, untrained mind to dictate what the order of Subject matter should be or how it should be learned. Mereka yang memegang teori ini yakin bahwa pengetahuna “siswa atas” (student masters) akan memiliki pengetahun logis secara otomatis.. Yang paling ekstrim, di antara mereka menolak hampir semua pertimbangan psikologis yang mengganggu pendekatan ini. Mereka mempertahankan bahwa salah satu tujuan utama mempelajari materi pelajaran adalah untuk memberikan perintah kepada pikiran yang datang untuk itu dalam keadaan terganggu. Mereka mengtakan Ini adalah kebodohan, memungkinkan pikiran, untuk mendikte urutan pelajaran, harus atau bagaimana harus dipelajari.
  • 4. Psychological order, on the other hand, relates subject matter to the aims, interests, and experiences of the student. The learning process, astutely manipulated by the teacher, is initiated by the learner; his interest is aroused; his reflective powers are challenged; and his curiosity is gratified. The student and the subject matter "interact." Di sisi lain Urutan psikologis berhubungan terhadap tujuan , kepentingan, dan pengalaman siswa. Proses pembelajaran, cerdik dimanipulasi oleh guru, yang diprakarsai oleh pelajar, minatnya terangsang, kekuatan reflektif nya ditantang, dan rasa ingin tahunya yang memuaskan. Para siswa dan subyek "berinteraksi." That logical and psychological order should not conflict but should go hand in hand is a proposition supported by most observers. John Dewey identified the "psychological and logical" with "process and product" respectively. The psychological process, he said, becomes the means of understanding subject matter in its logical form. For the learner, the latter is an ideal to be achieved and not a starting point from which to proceed? The learning process is "the progressive development of what is already experienced into a fuller and richer and more organized form, a form that gradually approximates the subject matter presented to the skilled, mature person. Urutan logis dan psikologis itu tidak boleh bertentangan tetapi harus berjalan seiring. Proposisi ini didukung oleh sebagian besar pengamat. John Dewey mengidentifikasi "psikologis dan logis" dengan "proses dan produk" masing-masing. Proses psikologis, katanya, menjadi sarana untuk memahami materi pelajaran dalam bentuk logis. Untuk pelajar, yang terakhir adalah yang ideal yang ingin dicapai dan bukan titik awal dari mana untuk melanjutkan? Proses belajar adalah "perkembangan yang progresif dari pengalaman menjadi bentuk terorganisir ang lebih lengkap dan lebih kaya, suatu bentuk yang secara bertahap mendekati materi pelajaran.....