Berdasarkan dokumen tersebut, terdapat beberapa alternatif solusi yang diidentifikasi untuk mengatasi masalah kesulitan siswa dalam pembelajaran membaca kalimat beraksara Jawa dan menulis isi teks tembang, yaitu: (1) menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi seperti berbasis game, STAD, dan scramble; (2) menggunakan media pendukung seperti model pembelajaran discovery learning dan kooperatif tipe CIRC dan make a match.
LK 3.1 Menyusun Best Practices
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran
Lokasi SMP N 64 Bengkulu Utara
Lingkup Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
Tujuan yang ingin dicapai Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Berbicara (Speaking Skill) Siswa Dalam Bahasa Inggris
Penulis Siswati,S.Pd
Tanggal 27 Agustus 2022 dan 12 September 2022
Situasi:
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.
1. Latar Belakang Masalah:
Berdasarkan identifikasi masalah dan eksplorasi penyebab masalah dengan melakukan kajian literatur serta wawancara terhadap ahli, kepala sekolah, rekan sejawat dan siswa teridentifikasi masalah yang perlu penanganan segera yaitu rendahnya motivasi belajar dan kemampuan berbicara (Speaking Skill) siswa dalam Bahasa Inggris. Permasalahan tersebut terjadi karena beberapa faktor diantaranya:
A. Kondisi Siswa
1. Lemahnya kosa kata siswa.
2. Lemahnya literasi dan numerasi siswa.
3. Siswa sulit memahami materi yang diajarkan.
4. Siswa kurang percaya diri pada saat presentasi atua mengemukakan pendapat.
5. Siswa malas ketika mengerjakan tugas dari guru.
6. Siswa merasa bosan dengan pembelajaran.
7. Siswa sering ngobrol pada saat pembelajaran.
8. Siswa malas masuk kelas.
B. Kondisi Guru
1. Guru belum maksimal dalam merancang dan menerapkan model-model pembelajaran inovatif.
2. Guru belum maksimal dalam mempersiapkan media pembelajaran.
3. Guru masih mendominasi dari seluruh proses pembelajaran.
4. Guru kurang memberikan language exposure kepada siswa.
5. Guru belum memanfaatkan tekhnologi dalam pembelajaran (TPACK).
Ada beberapa model pembelajaran inovatif yang bisa diterapkan dalam pembelajaran diantaranya Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL).
Problem based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) sehingga melibatkan siswa untuk terlibat dalam kegiatan diskusi dalam memecahkan masalah dan siswa dapat lebih memahami isi pelajaran maupun menguasai materi yang diberikan karena pemecahan masalah yang mereka temukan sendiri sehingga lebih mudah dalam mengingat materi esensial yang sedang dipelajari. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) membantu siswa untuk memahami hakekat belajar sebagai cara berpikir bukan hanya sekedar mengerti pembelajaran dari guru berdasarkan buku teks. Model pembelajaran PBL membantu siswa mengembangkan pengetahuannya dan membantu siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri serta merangsang siswa untuk belajar secara berkelanjutan (continue).
Project Based Learning (PjBL) adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk memperdalam pengetahuannya sekaligus mengembangkan kegiatan melalui problem solving dan investigasi.
LK 3.1 Menyusun Best Practices
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran
Lokasi SMP N 64 Bengkulu Utara
Lingkup Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
Tujuan yang ingin dicapai Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Berbicara (Speaking Skill) Siswa Dalam Bahasa Inggris
Penulis Siswati,S.Pd
Tanggal 27 Agustus 2022 dan 12 September 2022
Situasi:
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.
1. Latar Belakang Masalah:
Berdasarkan identifikasi masalah dan eksplorasi penyebab masalah dengan melakukan kajian literatur serta wawancara terhadap ahli, kepala sekolah, rekan sejawat dan siswa teridentifikasi masalah yang perlu penanganan segera yaitu rendahnya motivasi belajar dan kemampuan berbicara (Speaking Skill) siswa dalam Bahasa Inggris. Permasalahan tersebut terjadi karena beberapa faktor diantaranya:
A. Kondisi Siswa
1. Lemahnya kosa kata siswa.
2. Lemahnya literasi dan numerasi siswa.
3. Siswa sulit memahami materi yang diajarkan.
4. Siswa kurang percaya diri pada saat presentasi atua mengemukakan pendapat.
5. Siswa malas ketika mengerjakan tugas dari guru.
6. Siswa merasa bosan dengan pembelajaran.
7. Siswa sering ngobrol pada saat pembelajaran.
8. Siswa malas masuk kelas.
B. Kondisi Guru
1. Guru belum maksimal dalam merancang dan menerapkan model-model pembelajaran inovatif.
2. Guru belum maksimal dalam mempersiapkan media pembelajaran.
3. Guru masih mendominasi dari seluruh proses pembelajaran.
4. Guru kurang memberikan language exposure kepada siswa.
5. Guru belum memanfaatkan tekhnologi dalam pembelajaran (TPACK).
Ada beberapa model pembelajaran inovatif yang bisa diterapkan dalam pembelajaran diantaranya Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL).
Problem based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) sehingga melibatkan siswa untuk terlibat dalam kegiatan diskusi dalam memecahkan masalah dan siswa dapat lebih memahami isi pelajaran maupun menguasai materi yang diberikan karena pemecahan masalah yang mereka temukan sendiri sehingga lebih mudah dalam mengingat materi esensial yang sedang dipelajari. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) membantu siswa untuk memahami hakekat belajar sebagai cara berpikir bukan hanya sekedar mengerti pembelajaran dari guru berdasarkan buku teks. Model pembelajaran PBL membantu siswa mengembangkan pengetahuannya dan membantu siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri serta merangsang siswa untuk belajar secara berkelanjutan (continue).
Project Based Learning (PjBL) adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk memperdalam pengetahuannya sekaligus mengembangkan kegiatan melalui problem solving dan investigasi.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
1. NAMA : Moh Syaifur Rohman
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi
No
.
Masalah
terpilih yang
akan
diselesaikan
Akar Penyebab
masalah
Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
1. Siswa kesulitan
dalam
pembelajaran
membaca
kalimat
beraksara jawa
dengan
penerapan
sandangan dan
pasangan
Materi: maca
aksara Jawa
kelas 8
Guru belum
menerapkan model
pembelajaran yang
variatif,
menciptakan
suasana
pembelajaran yang
aktif dan kreatif
agar dapat
menumbuhkan
minat belajar siswa
dalam mengenal
dan menerapkan
p
a
s
a
n
g
a
n
Berdasarkan hasil kajian literatur,
alternatif solusi terhadap masalah
kesulitan siswa dalam menerapkan
pasangan panyigeg wanda pangku aksara
Jawaadalah:
1. Penerapan metode pembelajaran
berbasis game )
(Sumber Whinny Qori Fatima, dkk. 2020)
Metode Pembelajaran Berbasis Game
untuk Meningkatkan Ketrampilan
Membaca dan Menulis Aksara Jawa
Diakses dari:
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/int
eligensi/article/view/1766
Kelebihan menggunakan metode pembelajaran
berbasis game:
1. Peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran
2. Pembelajaran lebih menyenangkan
3. Penyampaian materi lebih mudah diterima
peserta didik
4. mendorong peserta didik lebih kompetitif dan
semangat untuk lebih maju.
Kekurangan:
3. Media permainan bersifat kompetisi jadi siswa
yang kurang cakap akan merasa kebingungan
dan lebih memilih menjawab dengan asal.
2. Berdasarkan hasil kajian
literatur, alternatif solusi:
1. Guru menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi
2. Menggunakan model pembelajaran
Student Teams Achievement Divisions
(STAD).
(Sumber Erni Ariyanti, 2015)
Penggunaan Media Kartu Pada Materi
Ajar Menulis dan Membaca Aksara Jawa
Dapat diakses dari:
http://rpp.com/index.php/didaktikum/article/vi
ew/205205-386-2-PB.pdf
.
Kelebihan menggunakan model pembelajaran STAD
(Student Teams Achievement Division):
1. Setiap anggota kelompok mendapat tugas
2. Adanya interaksi langsung antar peserta didik
dalam kelompok
3. Melatih peserta didik mengembangkan
keterampilan sosial (social skill)
4. Membiasakan peserta didik menghargai
pendapat orang lain
5. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan
akademiknya meningkat
6. Memberi peluang kepada peserta didik untuk
berani bertanya dan mengutarakan pendapat
7. Memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan
dan kesetiakawanan
8. Terlaksananya pembelajaan yang berpusat
pada peserta didik, sehingga waktu yang
tersedia hampir seluruhnya digunakan oleh
siswa untuk kegiatan pembelajaran
9. Memberi peluang munculnya sikap-sikap
positif peserta didik
Kekuranganya menggunakan model pembelajaran
STAD (Student Teams Achievement Division):
1. Dalam satu tim ada peserta didik yang
cenderung menggantungkan diri pada teman
lainnya.
2. Dalam mempersiapkannya guru membutuhkan
waktu yang lama
3. Dalam pelaksanaan di kelas, membutuhkan
waktu yang relatif lebih lama sehingga sulit
mencapai target kurikulum
3. Berdasarkan hasil kajian literatur,
alternatif solusi:
2. Guru menggunakan metode
pembelajaran Scrambel
(Sumber: Hesti Damayanti, Sodiqin,
Ahmad, and Nursyamsiar Tirtowarti 2015)
Dalam jurnalnya:
"Pengaruh Pembelajaran Kooperatif
Metode Scramble Terhadap Hasil Belajar
IPS Di Sekolah Dasar." Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Khatulistiwa 4.9
(2015).
Dapat diakses dari:
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpd
pb/article/viewFile/11268/10685
Kelebihan menggunakan metode pembelajaran
Scrambel:
1. Peserta didik lebih kreatif dalam belajar dan
berpikir, mempelajari materi secara lebih santai
dan tanpa tekanan karena model pembelajaran
scramble memungkinkan Peserta didik untuk
belajar sambil bermain.
2. Model pembelajaran scramble dapat
menumbuhkan rasa solidaritas diantara
anggota kelompoknya.
3. Materi yang diberikan menjadi mengesankan
dan selalu diingat siswa.
4. Model pembelajaran scramble juga mendorong
siswa lebih kompetitif dan semangat untuk
lebih maju.
Kekurangan menggunakan metode pembelajaran
Scrambel:
1. Memerlukan waktu yang panjang dalam
pengimplementasiannya, sehingga guru susah
menyesuaikan waktu yang sudah ditetapkan.
2. Model pembelajaran ini sulit
diimplementasikan apabila kriteria
keberhasilan belajar masih ditentukan oleh
kemampuan Peserta didik.
3. Karena menggunakan metode permainan,
4. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Kepala Sekolah (Bapak Ubabul Arief,
SE):
1. Guru harus mengkolaborasi materi
aksara Jawa dengan metode
pembelajaran yang tepat.
2. Proses pembelajaran fokus ke siswa,
siswa berperan aktif, guru sebagai
fasilitator
Berdasarkan hasil wawancara dengan
waka kurikulum (Bapak Solikul Huda, S.
Pd)
1. Guru harus menerapkan metode
pembelajaran yang menarik bagi
siswa.
2. Guru yang menentukan model
pembelajar yang sesuai dengan
kondisi siswa.
model pembelajaran ini sering menimbulkan
kegaduhan yang bisa mengganggu kelas
disebelahnya
4. Peserta didik kurang berfikir kritis.
5. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya.
6. Mematikan kreatifitas peserta didik.
7. Peserta didik tinggal menerima bahan mentah
Kelebihan:
1. Peserta didik antusias dan peansaran dengan
metode pembelajaran yang baru mereka
peroleh
2. Peserta didik berperan aktif dalam
pembelajaran
Kekurangan:
1. Peserta didik kesulitan memahami teknik dari
metode yang baru dikenalnya
2. Kalau tidak paham peserta didik acuh atau
tidak menghiraukan penjelasan guru.
Kelebihan:
1. Siswa antusias dengan membelajaran yang
menyenangkan
2. Materi lebih mudah dipahami
3. Pesertaa didik di kelas menjadi aktif
Kekurangan:
1. Kelas gaduh terkadang mengganggu kelas
sebelah yang memerlukan ketenangan
2. Guru senantiasa mengontrol jalannya
pemebelajaran supaya fokus kemateri yang
diajarkan tidak melebar
5. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Pengawas Sekolah (Ibu Estuningsih, M.
Pd)
1. Guru kurang inovatif mengunakan
metode pembelajaran yang sesuai.
2. Guru melakukan asesmen diagnotik
(untuk mendapatkan informasi
tentang karakter siswa) kemudian
guru baru menentukan metode
pembelajaran yang sesuai
3. Memberikan pertanyaan pemantik
kepada siswa. Proses pembelajaran
fokus kepada siswa artinya siswa
terlibat langsung dalam pembelajaran
dengan konteks yang sesuai pada
lingkungan yang langsung dihadapi
siswa. Dalam hal ini peran guru hanya
sebagai fasilitator (mendorong siswa
aktif dalam pembelajaran.
Kelebihan:
1. Guru menjadi kreatif dalam mengembangkan
metode pemebelajaran yang inovatif
2. Guru lebih peka terhadap kemampuan peserta
didik terhadap materi yang akan diajrkan dari
hasil asesmen diagnotik
3. Guru lebih cakap dala memberikan pertanyaan
pemantik kepada peserta didik
Kekurangan
4. Peserta didik dituntut siap menjawab
pertanyaan dari pemantik dari guru, banyak
peserta didik yang diam karena takut
menjawab dengan jawaban salah.
2 Siswa kesulitan
dalam
pembelajaran
menulis isi teks
tembang
kinanthi
Materi: Serat
Wulangreh
pupuh kinanthi
kelas 8
Guru belum
menggunakan
media pendukung
pembelajaran yang
tepat dalam materi
memahami isi
tembang macapat
serat Wedharama
pupuh Pangkur
Berdasarkan hasil kajian literatur,
alternatif solusi terhadap masalah
kesulitan siswa dalam memahami isi
teks tembang macapat serat Wedharama
pupuh gambuh adalah:
5. Guru menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning
(Sumber: Effendi 2012)
" Jurnal Imiah Pendidikan dan
Pembelajaran 2.1 (2018).
Sumber:
http://seminar.uny.ac.id/semnasmatema
tika/sites/seminar.uny.ac.id.semnasmate
matika/files/banner/PM-127.pdf
Kelebihan menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning:
1. Mendukung partisipasi aktif belajar dalam
proses pembelajaran.
2. Menumbuhkan rasa ingin tahu pembelajar
3. Memungkinkan perkembangan keterampilan-
keterampilan belajar sepanjang hayat dari
pembelajar.
4. Membuat pengalaman belajar menjadi lebih
bersifat personal
5. Membuat pembelajar memiliki motivasi yang
tinggi karena memberikan kesempatan kepada
mereka untuk melakukan eksperimen dan
6. menemukan sesuatu untuk diri mereka
sendiri.
6. Membangun pengetahuan berdasarkan pada
pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh
pembelajar sehingga mereka dapat memiliki
pemahaman yang lebih mendalam.
7. Mengembangkan kemandirian dan otonomi
pada diri pembelajar
8. Membuat pembelajar bertanggungjawab
terhadap kesalahan-kesalahan dan hasil-hasil
yang mereka buat selama proses belajar
9. Merupakan cara belajar kebanyakan orang
dewasa pada pekerjaan dan situasi kehidupan
nyata
10. Merupakan suatu alasan untuk mencatat
prosedur-prosedur dan temuan-temuan -
seperti mengulang kesalahan-kesalahan,
sebagai suatu cara untuk menganalisis apa
yang telah terjadi, dan suatu cara untuk
mencatat atau merekam temuan yang luar
biasa.
11. Mengembangkan keterampilan-keterampilan
kreatif dan pemecahan masalah
12. Menemukan hal-hal baru yang menarik yang
belum terbayang sebelumnya setelah
pengumpulan informasi dan proses belajar
yang dilakukan
Kekurangan menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning:
1. kadangkala terjadi kebingungan pada para
pembelajar ketika tidak disediakan semacam
kerangka kerja, dan semacamnya.
7. Berdasarkan hasil kajian literatur,
alternatif solusi:
6. Guru menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC
(Cooperative Integrated Reading and
Composition)
(Sumber: Slavin dalam Nur, 2005:12)
"Penerapan Model Kooperatif Tipe CIRC
Dalam Pembelajaran Menulis Narasi
Siswa Kelas VII SMP NEGERI 2 LEMBAH
GUMANTI. Sumatra Barat." Jurnal
Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
V3. i1 27 (2018): 42
2. terbentuknya miskonsepsi
3. pembelajar yang lemah mempunyai
kecenderungan untuk belajar di bawah standar
yang diinginkan, dan guru seringkali gagal
mendeteksi pembelajar semacam ini (bahwa
mereka membutuhkan remedi dan scaffolding)
Kelebihan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading
and Composition)
1. CIRC “Cooperative Integrated Reading and
Composition” sangat tepat untuk meningkatkan
ketrampilan peserta didik dalam menyelesaikan
soal cerita.
2. Dominasi guru dalam proses pembelajaran
berkurang.
3. Pelaksanaan program sederhana sehingga
mudah diterapkan.
4. Peserta didik termotivasi pada hasil secara
teliti, karena belajar dalam kelompok.
5. Para peserta didik dapat memahami makna
soal dan saling mengecek pekerjaannya.
6. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam
menyelesaikan soal cerita.
7. Peserta didik yang lemah dapat terbantu dalam
menyelesaikan masalahnya.
8. Berdasarkan hasil kajian literatur,
alternatif solusi:
7. Guru menggunakan model
pembelajaran Kooperatif Teknik
Make a Match
(Sumber: Berti Dyah Permatasari, Lies
Lestari, Joko Daryanto, 2015)
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Make a Match untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep
Tembang Macapat
Diakses dari:
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/
pgsdsolo/article/view/5832/5278
Kekurangan Model Pembelajaran CIRC:
1. Metode ini kurang tepat jika diterapkan pada
peserta didik yang kurang bisa membaca akan
kesulitan.
2. Jika diterapkan terlalu sering peserta didik
akan merasa bosan.
3. Peserta didik merasa jenuh dan lelah jika
diminta untuk membaca terlalu banyak.
Kelebihan menggunakan model pembelajaran
Kooperatif Teknik Make a Match:
1. Peserta didik mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan.
2. Tehnik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan bisa digunakan untuk semua
usia.
3. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam
proses pembelajaran
4. Kerjasama Peserta didik akan terwujud dengan
dinamis
5. Munculnya dinamika gotong royong seluruh
Peserta didik yang merata.
Kekurangan menggunakan model pembelajaran
Kooperatif Teknik Make a Match:
1. Memerlukan bimbingan dari guru untuk
melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan
sampai peserta didik terlalu banyak bermain-
main dalam proses pembelajaran.
9. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Kepala sekolah:
(Bapak Rahmat Taufiq Isnaeni, S. Pd)
- Model pembelajaran kurang menarik,
guru dituntut kreatif
mengembangkan model pembelajaran
yang spesifik mengacu pada materi
yang diajarkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Pengawas sekolah:
(Bapak Drs. Harmanto, S. Pd, M.Pd):
1. Guru harus meningkatkan
kemampuan dalam pengembangan
dirinya.
2. Menggunakan inovasi pembelajaran
yang menyenangkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Pakar
(Bapa Sunarya, S.S., M.Hum. Dosen
UPGRIS Semarang)
1. Guru dan siswa perlu untuk
menciptakan suasana belajar yang
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang
memadai
4. Akan tercipta kegaduhan dan keramaian yang
tidak terkendali
Kelebihan:
- Guru bisa memilih model pembelajaran yang
tepat untuk materi yang diajarkan.
Kekurangan:
- Kebanyakan guru belum mengetahui dan
menerapkan model pembelajaran inovatif
Kelebihan:
1. Guru antusian dengan pelatihan
pengembangan diri
2. Wawasan guru bertambah
3. Guru lebih mengenal model pembelajar yang
inovatif
Kekurangan
1. Jarang ada pelatihan secara khusus tentang
pemanfaatan inovasi pembelajaran:
2. Kondisi dilapangan baik SDM ataupun
lingkungan sekolah kurang mendukung dalam
penerapan model pembelajaran tersebut.
Kelebihan:
Guru dan peserta didik saling berkolaborasi
menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan
10. menyenangkan.
2. Ajak siswa berperan aktif nembang
bersama-sama.
3. Media audio video sebagai media
penunjang
Kekurangan:
Siswa malu menembangkan tembang macapat
3. Kesulitan guru
merancang
metode
pembelajaran
berbasis HOTS
(Higher Order
Thinking Skills)
dalam materi
menelaah teks
eksposisi tentang
tradisi
adat mantu.
Guru masih
melaksanakan
pembelajaran
LOTS (Lower
Order Thinking
Skills) dan
MOTS (Middle
Order Thinking
Skills) belum
menerapkan
metode
pembelajaran
berbasis HOTS
(Higher Order
Thinking Skills)
dalam materi
menelaah teks
eksposisi tentang
tradisi
adat mantu.
Guru belum
pemanfaatan
media
pembelajaran
yang menarik.
Berdasarkan hasil kajian literatur,
alternatif solusi terhadap masalah:
kesulitan guru merancang metode
pembelajaran berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skills) dalam materi
menelaah teks eksposisi tentang tradisi
adat mantu adalah:
- Guru terampil dalam pengembangan
pembelajaran berbasis HOTS (higher
order thinking skill) Penelitian ini
mengguakan model prototipe. Teknik
pengumpulan data yang digunakan
adalah angket dan tes
(Sumber: Fanani, A., & Kusmaharti, D.
(2018).
Pengembangan pembelajaran berbasis
HOTS (higher order thinking skill) di
sekolah dasar kelas V. Jurnal Pendidikan
Dasar, 9(1), 1-11.
Berdasarkan hasil kajian literatur,
alternatif solusi:
3. Penggunaan strategi pembelajaran
yang berorientasi pada siswa aktif,
sehingga siswa memiliki kesempatan
untuk mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengkomunikasikan.
Kelebihan:
1. Biasanya lebih fokus pada satu materi. Dalam
LOTS sering memakai metode mengingat yang
artinya berfokus pada hafalan, sehingga siswa di
fokuskan menghafal dan membaca rangkuman
satu materi, baru lanjut ke materi lainnya.
2. Lebih memudahkan untuk berpikir hal-hal yang
bersifat eksplisit.
3. Memiliki referensi belajar yang terarah. Ini karena
siswa belajar mengikuti arahan atau materi
kurikulum yang diberikan guru.
Kekurangan:
1. Permasalah dengan waktu yang dialokasikan.
Apabila guru dan siswa belum begitu terbiasa
menerapkan pembelajaran HOTS, maka ada
kemungkinan besar waktu tidak diatur dengan
baik.
2. Open ended (terbuka) dan berbasis problem
solving (pemecahan masalah) bisa saja akan
memakan waktu lama bahkan jauh lebih lama
ketimbang jika guru langsung memberi tahu
siswa tentang informasi tersebut.
3. Godaan kepada guru untuk segera memberitahu
akan mengakibatkan pembelajaran HOTS yang
diterapkannya menjadi tidak tepat berfungsi
dengan baik.
11. (Sumber: Fanani, A.,& Kusmaharti, D.
2018)
“Pembelajaran yang memicu siswa untuk
berfikir tingkat tinggi menuntut.
Berdasarkan hasil kajian literatur,
alternatif solusi:
4. Memecahkan permasalahan dari
situasi yang membingungkan. HOTS
sendiri terdiri dari penilaian atas
berpikir kritis (critical thingking),
pemecahan masalah (problem solving),
membuat keputusan (decision
masking), dan berpikir kreatif (creative
thingking).
(Sumber: Lewis& Smith Firdausa, 2019)
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Waka kurikulum:
( Bapak Soliku Huda S, Pd )
- Banyaknya beban mengajar guru
menyebabkan guru tidak sempat
membuat model pembelajaran yang
berbasis HOTS.
- Kurangnya pemahaman
pembelajaran berbasis HOTS.
- Kurangnya pelatihan dalam
merancang pembelajaran berbasis
HOTS.
Wawancara dengan Pengawas sekolah:
(Ibu Estuningsih, M.Pd):
1. Pemanfaatan teknologi/inovasi dalam
4. Pembelajaran HOTS yang dilakukan oleh siswa
dapat melenceng arahnya dari tujuan semula
karena mereka belum terbiasa melakukannya.
Seringkali siswa justru mengumpulkan informasi
yang tidak berhubungan dan tidak begitu penting.
Oleh karena itu, peranan guru sebagai fasilitator
pembelajaran yang handal sangat diperlukan.
5. Pada akhir suatu pembelajaran HOTS bisa saja
setelah segala upaya dan kerja keras yang
dilakukan oleh siswa dan kelompoknya ternyata
membuahkan hasil yang slaah, keliru, kurang
lengkap, atau kurang bagus. Ini bisa jadi akan
dapat menurunkan motivasi belajar mereka.
Kelebihan:
- Guru lebih kreatif mengembangakan soal
dengan model HOTS
Kekurangan:
- Banyak guru yang belum piawai dalam
penerapan HOTS
Kelebihan:
1. Guru antusian dengan pelatihan
pengembangan diri
12. pembelajaran.
2. Perlunya deferensiasi model
pembelajaran
3. Perlunya sarana yang memberi daya
dukung terhadap kebutuhan
pembelajaran di sekolah, termasuk
pengembangan minat bakat siswa
sesuai kebutuhan.
2. Wawasan guru bertambah
3. Guru lebih mengenal model pembelajar yang
inovatif
Kekurangan
1. Jarang ada pelatihan secara khusus tentang
pemanfaatan inovasi pembelajaran:
2. Kondisi dilapangan baik SDM ataupun
lingkungan sekolah kurang mendukung dalam
penerapan model pembelajaran tersebut.
Kelebihan penyediaanya sarana pembelajaran untuk
penunjang media pembelajaran
1. Memudahkan penyampaian materi terhadap
peserta didik
2. Peserta didik lebih antusian karena tertarik
dengan model yang digunakan
Kekurangan:
1. Sarana dan prasarana di sekolah terbatas,
seperti harus bergantian dengan guru lain
dalam penggunaan salindia
2. Alokasi waktu kurang terpenuhi
3. Guru lebih kreatif mengembangakan soal
dengan model HOTS