Lingkungan pendidikan terdiri atas keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga membentuk dasar sikap manusia, sekolah memberikan keterampilan dan pengetahuan, sedangkan masyarakat mempraktikkan bekal dari keluarga dan sekolah serta mengembangkan kemampuan diri.
PPT Lingkungan Pendidikan Mata Kuliah Pengantar PendidikanErsa Nabela
Power Point Lingkungan Pendidikan Mata Kuliah Pengantar Pendidikan
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman, pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya.
Interaksi manusia dengan lingkunganya itu secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan.
Latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada lingkungan utama perndidikan yakni keluarga, sekolah dan masyarakat.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial dan budaya), utamanya berbagai sumberdaya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal.
Penataan lingkungan pendidikan itu terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berlangsung efisien dan efektif.
TRI PUSAT PENDIDIKAN
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan ketiganya disebut Tri Pusat pendidikan.
PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA TRIPUSAT PENDIDIKAN TERHADAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberi kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni :
1. Pembimbing dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
2. Pengajaran dalam uapaya penguasaan pengetahuan.
3. Pelatihan dalam upaya Pemahiran keterampilan.
Kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik diperlukan kerja sama yang erat dan harmonis antar Tripusat tersebut :
a. Di lingkungan keluarga telah diupayakan berbagai hal (perbaikan gizi, permainan edukatif, dll) yang menjadi landasan pengembangan selanjutnya di sekolah dan masyarakat
b. Di lingkungan Sekolah diupayakan berbagai hal yang lebih mendekatkan sekolah dengan orangtua siswa (organisasi orangtua siswa, kunjungan rumah oleh personel sekolah, dll). Sekolah juga mengupayakan agar programnya berkaitan erat dengan masyarakat di sekitarnya (siswa ke masyarakat, narasumber dari masyarakat ke sekolah dan sebagainya).
c. Lingkungan masyarakat mengusahakan berbagai kegiatan/program yang menunjang /program keluarga dan sekolah.
Dengan kontribusi tripusat pendidikan yang saling memperkuat dan saling melengkapi itu akan memberi peluang untuk mewujudkan sumber daya manusia terdidik yang bermutu.
PPT Lingkungan Pendidikan Mata Kuliah Pengantar PendidikanErsa Nabela
Power Point Lingkungan Pendidikan Mata Kuliah Pengantar Pendidikan
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman, pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya.
Interaksi manusia dengan lingkunganya itu secara efisien dan efektif itulah yang disebut dengan pendidikan.
Latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada lingkungan utama perndidikan yakni keluarga, sekolah dan masyarakat.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial dan budaya), utamanya berbagai sumberdaya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal.
Penataan lingkungan pendidikan itu terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berlangsung efisien dan efektif.
TRI PUSAT PENDIDIKAN
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan ketiganya disebut Tri Pusat pendidikan.
PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA TRIPUSAT PENDIDIKAN TERHADAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberi kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni :
1. Pembimbing dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
2. Pengajaran dalam uapaya penguasaan pengetahuan.
3. Pelatihan dalam upaya Pemahiran keterampilan.
Kontribusi setiap pusat pendidikan terhadap perkembangan peserta didik diperlukan kerja sama yang erat dan harmonis antar Tripusat tersebut :
a. Di lingkungan keluarga telah diupayakan berbagai hal (perbaikan gizi, permainan edukatif, dll) yang menjadi landasan pengembangan selanjutnya di sekolah dan masyarakat
b. Di lingkungan Sekolah diupayakan berbagai hal yang lebih mendekatkan sekolah dengan orangtua siswa (organisasi orangtua siswa, kunjungan rumah oleh personel sekolah, dll). Sekolah juga mengupayakan agar programnya berkaitan erat dengan masyarakat di sekitarnya (siswa ke masyarakat, narasumber dari masyarakat ke sekolah dan sebagainya).
c. Lingkungan masyarakat mengusahakan berbagai kegiatan/program yang menunjang /program keluarga dan sekolah.
Dengan kontribusi tripusat pendidikan yang saling memperkuat dan saling melengkapi itu akan memberi peluang untuk mewujudkan sumber daya manusia terdidik yang bermutu.
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar BiasaRoHim MohaMad
Untuk mengetahui secara langsung kondisi, keadaan dan bentuk layanan yang diberikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus, kita perlu turun langsung pada kondisi nyata di Sekolah Luar Biasa
Sejarah Guru dan Pendidikan Guru di Indonesia dari Zaman ke ZamanIwan Syahril
Pendidikan guru menentukan kualitas guru. Semakin baik pendidikan guru sebuah sistem, semakin baik kualitas guru-gurunya. Fondasi pendidikan guru di awal kemerdekaan Indonesia lebih kuat untuk guru sekolah dasar dibanding sekolah menengah. Sejumlah orang Indonesia, walaupun jumlahnya sangat kecil, mendapat pendidikan guru SD yang sangat baik di zaman Belanda. Namun hampir tdk ada yg mendapat pendidikan guru utk menjadi guru di sekolah menengah. Karena itu di awal kemerdekaan, Indonesia membentuk fondasi pendidikan guru utk sekolah menengah dengan visi yg sangat progresif untuk masa itu: pendidikan guru setingkat universitas. Berdirilah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) tahun 1954.
Sayangnya, pendidikan guru terganggu dinamika politik, baik di masa Orde Lama & Orde Baru. Di masa Orde Lama, seperti halnya organisasi guru, pendidikan guru pun terpengaruh dinamika pro & anti komunis, sehingga terpecah dua. IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) adalah hasil kesepakatan penyatuan 2 aliran lembaga pendidikan guru tsb, yg difasilitasi oleh Presiden Sukarno. Data statistik menunjukkan sekitar 50% atau lebih sekolah guru beserta siswa & gurunya hilang karena revolusi 1960an. Akibatnya, di awal Orde Baru terjadi kekurangan guru & pendidik guru yg signifikan.
Di masa Orde Baru, Presiden Suharto melakukan depolitisasi dan menuntut mono-loyalitas semua guru & pendidik di sekolah guru. Semuanya harus masuk partai pemerintah Golongan Karya. Budaya PNS mulai menggantikan budaya profesional, sehingga terjadi de-profesionalisasi guru & pendidikan guru. Selain itu, pendidikan guru dilakukan serba darurat, super cepat utk memenuhi pemesanan rekrutmen massal ratusan ribu guru di sekolah dasar & sekolah menengah. Mutu pun semakin menurun, semakin menjauh dr budaya profesional dan budaya intelektual. Ini diperparah dengan proliferasi lembaga pendidikan guru swasta yg umumnya tdk bermutu baik.
Ketika SPG dihapus th 1989, menurut saya, terjadi pemutusan keahlian & legasi tradisi pendidikan keguruan yg baik dari zaman Belanda. Guru-guru SPG tdk langsung mendapat tempat di IKIP karena kualifikasi pendidikan mereka blm bisa menjadi dosen.
Sementara itu banyak kalangan menyangsikan kualitas lulusan IKIP terutama karena mereka tdk dianggap menguasai ilmu pelajaran yang diampunya. Sekolah pendidikan guru jg banyak menerapkan “kurikulum fleksibel” sejak tahun 1980an karena hanya 50%-60% lulusannya yg terserap menjadi guru. Di akhir tahun 1990an, mulailah IKIP menjadi universitas, dg harapan terjadi penguatan penguasaan konten dari calon-calon guru di IKIP. Sayangnya hingga sekarang, masalah ini tampaknya belum terselesaikan.
Orde reformasi dg desentralisasinya menuntut penataan ulang pengelolaan guru & pendidikan guru, & hingga saat ini masih perlu penyempurnaan di sana sini. Sertifikasi guru, sebuah terobosan masif & mahal utk peningkatan kualitas guru & pendidikan guru Indonesia, belum terlihat dampaknya terhadap kualitas pendidikan Indonesia.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Instrumen Observasi - Wawancara Sekolah Luar BiasaRoHim MohaMad
Untuk mengetahui secara langsung kondisi, keadaan dan bentuk layanan yang diberikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus, kita perlu turun langsung pada kondisi nyata di Sekolah Luar Biasa
Sejarah Guru dan Pendidikan Guru di Indonesia dari Zaman ke ZamanIwan Syahril
Pendidikan guru menentukan kualitas guru. Semakin baik pendidikan guru sebuah sistem, semakin baik kualitas guru-gurunya. Fondasi pendidikan guru di awal kemerdekaan Indonesia lebih kuat untuk guru sekolah dasar dibanding sekolah menengah. Sejumlah orang Indonesia, walaupun jumlahnya sangat kecil, mendapat pendidikan guru SD yang sangat baik di zaman Belanda. Namun hampir tdk ada yg mendapat pendidikan guru utk menjadi guru di sekolah menengah. Karena itu di awal kemerdekaan, Indonesia membentuk fondasi pendidikan guru utk sekolah menengah dengan visi yg sangat progresif untuk masa itu: pendidikan guru setingkat universitas. Berdirilah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) tahun 1954.
Sayangnya, pendidikan guru terganggu dinamika politik, baik di masa Orde Lama & Orde Baru. Di masa Orde Lama, seperti halnya organisasi guru, pendidikan guru pun terpengaruh dinamika pro & anti komunis, sehingga terpecah dua. IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) adalah hasil kesepakatan penyatuan 2 aliran lembaga pendidikan guru tsb, yg difasilitasi oleh Presiden Sukarno. Data statistik menunjukkan sekitar 50% atau lebih sekolah guru beserta siswa & gurunya hilang karena revolusi 1960an. Akibatnya, di awal Orde Baru terjadi kekurangan guru & pendidik guru yg signifikan.
Di masa Orde Baru, Presiden Suharto melakukan depolitisasi dan menuntut mono-loyalitas semua guru & pendidik di sekolah guru. Semuanya harus masuk partai pemerintah Golongan Karya. Budaya PNS mulai menggantikan budaya profesional, sehingga terjadi de-profesionalisasi guru & pendidikan guru. Selain itu, pendidikan guru dilakukan serba darurat, super cepat utk memenuhi pemesanan rekrutmen massal ratusan ribu guru di sekolah dasar & sekolah menengah. Mutu pun semakin menurun, semakin menjauh dr budaya profesional dan budaya intelektual. Ini diperparah dengan proliferasi lembaga pendidikan guru swasta yg umumnya tdk bermutu baik.
Ketika SPG dihapus th 1989, menurut saya, terjadi pemutusan keahlian & legasi tradisi pendidikan keguruan yg baik dari zaman Belanda. Guru-guru SPG tdk langsung mendapat tempat di IKIP karena kualifikasi pendidikan mereka blm bisa menjadi dosen.
Sementara itu banyak kalangan menyangsikan kualitas lulusan IKIP terutama karena mereka tdk dianggap menguasai ilmu pelajaran yang diampunya. Sekolah pendidikan guru jg banyak menerapkan “kurikulum fleksibel” sejak tahun 1980an karena hanya 50%-60% lulusannya yg terserap menjadi guru. Di akhir tahun 1990an, mulailah IKIP menjadi universitas, dg harapan terjadi penguatan penguasaan konten dari calon-calon guru di IKIP. Sayangnya hingga sekarang, masalah ini tampaknya belum terselesaikan.
Orde reformasi dg desentralisasinya menuntut penataan ulang pengelolaan guru & pendidikan guru, & hingga saat ini masih perlu penyempurnaan di sana sini. Sertifikasi guru, sebuah terobosan masif & mahal utk peningkatan kualitas guru & pendidikan guru Indonesia, belum terlihat dampaknya terhadap kualitas pendidikan Indonesia.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
4. SO... LINGKUNGAN PENDIDIKAN dapat
diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap praktek
pendidikan sehingga lingkungan pendidikan
juga sebagai lingkungan tempat
berlangsungnya proses pendidikan, yang
merupakan bagian dari lingkungan sosial.
5. JENIS – JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Lingkungan
Keluarga
Lingkungan
Masyarakat
Lingkungan
Sekolah
6. Lingkungan Keluarga (informal)
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua,
bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh
anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati.
Orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat,
melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan
berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga disebut
pendidikan utama karena di dalam lingkungan ini segenap
potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian
dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang telah
berkembang dalam pendidikan keluarga
7. Lingkungan Sekolah (formal)
Sekolah adalah tempat yang sengaja
dirancang untuk melaksanakan pendidikan,
karena kemajuan zaman menyebabkan
ketidakmungkinan keluarga untuk
memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi
generasi muda terhadap iptek.
Sekolah juga diharapkan mampu
melaksanakan fungsi pendidikan secara
optimal yakni mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia
indonesia dalam rangka mewujudkan
tujuan nasional.
8. Lingkungan Masyarakat (non formal)
Dalam konteks pendidikan, masyarakat
merupakan lingkungan keluarga dan sekolah.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami dalam
masyarakat ini, meliputi segala bidang, baik
pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan
pengertian-pengertian (pengetahuan), sikap dan
minat maupun pembentukan kesusilaan dan
keagamaan.
10. Fungsi Lingkungan Kelurga (informal)
1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2. Menjamin kehidupan emosional anak
3. Menanamkan dasar pendidikan moral anak
4. Memberikan dasar pendidikan sosial
5. Meletakan dasar-dasar pendidikan agama
6. Bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong
keberhasilan anak
7. Menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan
nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
8. Memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan
memberikan pendidikan agama sesuai perintah Tuhan,
sebagai tujuan akhir manusia.
11. Fungsi lingkungan sekolah (formal)
1. Sekolah membantu orang tua mengarjakan kebiasaan-
kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang
baik.
2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di
dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan
di rumah.
3. Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-
kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung,
menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika,
membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.
12. Fungsi lingkungan masyarakat (non formal)
1) Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain.
2) Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas.
3) Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat orang dewasa.
4) Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan
diri dari pengaruh kekuatan otoritas.
5) Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan
pada prinsip persamaan hak.
6) Memberikan pengetahuan yang tidak bisa dibrikan oleh keluarga secara
memuaskan (pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis
tingkah laku tertentu, dan lain-lain).
7) Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang
lebih kompleks.
13. Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses
Pendidikan Manusia
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang
memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga
kegiatan pendidikan, yakni:
a. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi
yang berbudaya
b. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
c. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah
membantu peserta didik dalam interaksi dengan
berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai
sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat
mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Terdapat
hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara
lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
14. KESIMPULAN
Lingkungan pendidikan terdiri dari keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Dimana lingkungan
keluarga sebagai dasar pembentukan sikap
dan sifat manusia. Lingkungan sekolah
sebagai bekal keterampilan dan ilmu
pengetahuan, sedangkan lingkungan
masyarakat merupakan tempat praktek dari
bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah
sekaligus sebagai tempat pengembangan
kemampuan diri.