SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
LEPTOSPIROSIS
KELOMPOK I
PUSKESMAS BERUNTUNG RAYA
PUSKESMAS DURIAN BUNGKUK
PUSKESMAS PAMUKAN II
Sumber dan cara penularan
Risiko manusia terinfeksi tergantung pada paparan terhadap faktor risiko.
Beberapa manusia memiliki risiko tinggi terpapar Leptospirosis karena
pekerjaannya, lingkungan dimana mereka tinggal atau gaya hidup. Kelompok
pekerjaan utama yang berisiko yaitu petani atau pekerja perkebunan, petugas
petshop, peternak, petugas pembersih saluran air, pekerja pemotongan hewan,
pengolah daging dan militer. Kelompok lain yang memiliki risiko tinggi terinfeksi
Leptospirosis yaitu bencana alam seperti banjir dan peningkatan jumlah manusia
yang melakukan olahraga rekreasi air. Manusia dapat terinfeksi Leptospirosis
karena kontak secara langsung atau tidak langsung dengan urine hewan yang
terinfeksi Leptospira.
TATA LAKSANA KASUS LEPTOSPIROSIS
Pengobatan dengan antibiotic yang sesuai
dilakukan sejak kasus suspek di tegakkan
secara klinis
1. Terapi untuk kasus ringan
2. Terapi untuk kasus berat
terapi untuk kasus leptospirosis ringan
Pilihan:
Doksisiklin 2x100mg selama7 (tujuh) hari kecuali pada anak, ibu hamil, atau bila ada kontraindikasi
Doksisiklin.
Alternatif (bila tidak dapat diberikan doksisiklin):
‐ Amoksisilin 3x500mg/hari pada orang dewasa
‐ atau 10-20mg/kgBB per 8 jam pada anak selama 7 (tujuh) hari.
‐ Bila alergi Amoksisilin dapat diberikan Makrolid
Terapi kasus Leptospirosis berat
• Ceftriaxon 1-2 gram iv selama7 (tujuh) hari.
• Penisilin Prokain 1.5 juta unit im per 6 jam selama7 (tujuh) hari
• Ampisilin 4 x 1 gram iv per hari selama7 (tujuh) hari
• Terapi suportif dibutuhkan bila ada komplikasi seperti gagal ginjal, perdarahan
• organ (paru, saluran cerna, saluran kemih, serebral), syok dan gangguan neurologi.
Pencegahan
• Melakukan kebersihan individu dan sanitasi lingkungan antara lain mencuci kaki, tangan dan
bagian tubuh lainnya setelah bekerja di sawah.
• Pembersihan tempat penyimpanan air dan kolam renang.
• Pendidikan kesehatan tentang bahaya, cara penularan penyakit dengan melindungi pekerja
beresiko tinggi dengan penggunaan sepatu bot dan sarung tangan, vaksinasi terhadap hewan
peliharaan dan hewan ternak.
• Pemeliharaan hewan yang baik untuk menghindari urine hewan-hewan tersebut terhadap
masyarakat.
• Sanitasi lingkungan dengan membersihkan tempat-tempat habitat sarang tikus.
• Pemberantasan rodent bila kondisi memungkinkan.
Mekanisme Pengawasan/Pemantauan Kasus
Leptospirosis
Mekanisme pengawasan dan pengendalian kasus leptospirosis terdiri dari 2 cara yaitu
pencegahan primer dan sekunder
1. Pencegahan primer bersifat promotif dan proteksi spesifik dengan cara vaksinasi
2. Pencegahan sekunder yang sasarannya adalah orang yang sudah sakit leptospirosis dicegah agar
terhindar dari komplikasi
Kegiatan pengendaliannya dilakukan pada sumber infeksi, pengendalian tikus seperti perbaikan
sanitasi lingkungan, pengendalian hewan reservoir hewan ternak seperti pemberian vaksin.
Melakukan pencatatan formulir dan pelaporan, memberi obat antibiotic dan obat penunjang lainnya
dan tersedianya rapid dikabupaten kota endemis leptospirosis.
Mekanisme rujukan pada kasus leptospirosis
Apabila menunjukan gejala Leptospirosis berat yaitu kasus
suspek dan kasus probabel yang disertai gejala/tanda klinis
ikterus, manifestasi perdarahan, anuria/oliguria, sesak nafas,
atau aritmia jantung. Leptospirosis berat harus
dirujuk/dirawat di Rumah Sakit terutama Rumah Sakit Dati II
atau Rumah Sakit Provinsi yang memiliki fasilitas ruang
perawatan intensif, dialisis dll untuk menangani komplikasi
gagal ginjal, ARDS, dan perdarahan paru.
1. Petugas melengkapi data pasien yang akan dirujuk (identitas, gejala penyakit, dan Riwayat perjalanan
penyakit)
2. Melakukan informed consent kepada keluarga dan menjelaskan tujuan dari dilakukannya rujukan ke RS.
Apabila keluarga setuju dan sudah mengisi form informed consent, lembar form dilampirkan sebagai
berkas rujukan
3. Melakukan komunikasi ke RS tujuan rujukan dengan menjelaskan secara singkat kondisi pasien, alasan
dirujuk, terapi yang akan diberikan selama perjalanan dan alat transportasi yang digunakan.
4. Menyiapkan berkas-berkas dokumen termasuk hasil pemeriksaan pasien
5. Petugas pendamping serta pengemudi ambulance menggunakan APD sederhana seperti masker dan
hanscoon.
6. Pada saat tiba di RS pasien dapat diturunkan melewati pintu IGD tanpa melewati jalur khusus Setelah itu
petugas membuang bekas hanscoon dan mencuci tangan 6 langkah serta mengganti masker jika
diperlukan.
Alur Rujukan

More Related Content

Similar to leptospirosis kelompok 1.pptx

PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptxPPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
kristyagaki
 
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptxPPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
kristyagaki
 
Kebijakan Flu Babi Dinkes Jateng
Kebijakan  Flu  Babi  Dinkes  Jateng Kebijakan  Flu  Babi  Dinkes  Jateng
Kebijakan Flu Babi Dinkes Jateng
Sutopo Patriajati
 
Jumlah data penderita tb paru kota sukabumi tahun
Jumlah data penderita tb paru kota sukabumi tahunJumlah data penderita tb paru kota sukabumi tahun
Jumlah data penderita tb paru kota sukabumi tahun
RIDKI
 

Similar to leptospirosis kelompok 1.pptx (20)

PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptxPPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
 
zoonotic disease Kota Marudu
zoonotic disease Kota Maruduzoonotic disease Kota Marudu
zoonotic disease Kota Marudu
 
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptxPPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx
 
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Sistem Kewaspadaan Dini KLBSistem Kewaspadaan Dini KLB
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
 
PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)
PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)
PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)
 
Konsep Kawalan Dan Pencegahan Penyakit Berjangkit
Konsep Kawalan Dan Pencegahan Penyakit BerjangkitKonsep Kawalan Dan Pencegahan Penyakit Berjangkit
Konsep Kawalan Dan Pencegahan Penyakit Berjangkit
 
Tatalaksana Isolasi Mandiri Pasien COVID-19
Tatalaksana Isolasi Mandiri Pasien COVID-19 Tatalaksana Isolasi Mandiri Pasien COVID-19
Tatalaksana Isolasi Mandiri Pasien COVID-19
 
Leptospirosis
LeptospirosisLeptospirosis
Leptospirosis
 
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptxBlok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
Blok 12 IMUNITAS DAN INFEKSI.pptx
 
Klasifikasi dan Terapi COVID-19.docx
Klasifikasi dan Terapi COVID-19.docxKlasifikasi dan Terapi COVID-19.docx
Klasifikasi dan Terapi COVID-19.docx
 
PPT.pptx
PPT.pptxPPT.pptx
PPT.pptx
 
Leptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi Kesihatan
Leptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi KesihatanLeptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi Kesihatan
Leptospirosis atau Kencing Tikus - Komunikasi Kesihatan
 
Kebijakan Flu Babi Dinkes Jateng
Kebijakan  Flu  Babi  Dinkes  Jateng Kebijakan  Flu  Babi  Dinkes  Jateng
Kebijakan Flu Babi Dinkes Jateng
 
PPT PPI des 2023.pptx
PPT PPI des 2023.pptxPPT PPI des 2023.pptx
PPT PPI des 2023.pptx
 
PPI-1.pptx
PPI-1.pptxPPI-1.pptx
PPI-1.pptx
 
Sosialisasi tb
Sosialisasi tbSosialisasi tb
Sosialisasi tb
 
Jumlah data penderita tb paru kota sukabumi tahun
Jumlah data penderita tb paru kota sukabumi tahunJumlah data penderita tb paru kota sukabumi tahun
Jumlah data penderita tb paru kota sukabumi tahun
 
Jumlah data penderita tb paru kota sukabumi tahun
Jumlah data penderita tb paru kota sukabumi tahunJumlah data penderita tb paru kota sukabumi tahun
Jumlah data penderita tb paru kota sukabumi tahun
 
Implementasi ppi pada pesien covid 19
Implementasi ppi pada pesien covid 19Implementasi ppi pada pesien covid 19
Implementasi ppi pada pesien covid 19
 
Kebijakan Zoonosis.pptx
Kebijakan Zoonosis.pptxKebijakan Zoonosis.pptx
Kebijakan Zoonosis.pptx
 

Recently uploaded (8)

TUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdf
TUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdfTUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdf
TUGAS MANDIRI 3 _ SKETSA KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA.pdf
 
Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)
Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)
Bahasa Arab kelas 4 BAB 6 (kosa kata tentang perlengkapan yang ada di rumah)
 
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptxBiokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
 
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptxBiokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
 
Materi Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptx
Materi Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptxMateri Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptx
Materi Presentasi Dasar Perkembangan Tanaman.pptx
 
3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi
3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi
3_Kerangka Kompetensi Numerasi - M Ilhamul Qolbi
 
PENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.ppt
PENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.pptPENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.ppt
PENGEMBANGAN & PERBANYAKAN TRICHODERMA SP.ppt
 
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
 

leptospirosis kelompok 1.pptx

  • 1. LEPTOSPIROSIS KELOMPOK I PUSKESMAS BERUNTUNG RAYA PUSKESMAS DURIAN BUNGKUK PUSKESMAS PAMUKAN II
  • 2. Sumber dan cara penularan Risiko manusia terinfeksi tergantung pada paparan terhadap faktor risiko. Beberapa manusia memiliki risiko tinggi terpapar Leptospirosis karena pekerjaannya, lingkungan dimana mereka tinggal atau gaya hidup. Kelompok pekerjaan utama yang berisiko yaitu petani atau pekerja perkebunan, petugas petshop, peternak, petugas pembersih saluran air, pekerja pemotongan hewan, pengolah daging dan militer. Kelompok lain yang memiliki risiko tinggi terinfeksi Leptospirosis yaitu bencana alam seperti banjir dan peningkatan jumlah manusia yang melakukan olahraga rekreasi air. Manusia dapat terinfeksi Leptospirosis karena kontak secara langsung atau tidak langsung dengan urine hewan yang terinfeksi Leptospira.
  • 3. TATA LAKSANA KASUS LEPTOSPIROSIS Pengobatan dengan antibiotic yang sesuai dilakukan sejak kasus suspek di tegakkan secara klinis 1. Terapi untuk kasus ringan 2. Terapi untuk kasus berat
  • 4. terapi untuk kasus leptospirosis ringan Pilihan: Doksisiklin 2x100mg selama7 (tujuh) hari kecuali pada anak, ibu hamil, atau bila ada kontraindikasi Doksisiklin. Alternatif (bila tidak dapat diberikan doksisiklin): ‐ Amoksisilin 3x500mg/hari pada orang dewasa ‐ atau 10-20mg/kgBB per 8 jam pada anak selama 7 (tujuh) hari. ‐ Bila alergi Amoksisilin dapat diberikan Makrolid
  • 5. Terapi kasus Leptospirosis berat • Ceftriaxon 1-2 gram iv selama7 (tujuh) hari. • Penisilin Prokain 1.5 juta unit im per 6 jam selama7 (tujuh) hari • Ampisilin 4 x 1 gram iv per hari selama7 (tujuh) hari • Terapi suportif dibutuhkan bila ada komplikasi seperti gagal ginjal, perdarahan • organ (paru, saluran cerna, saluran kemih, serebral), syok dan gangguan neurologi.
  • 6. Pencegahan • Melakukan kebersihan individu dan sanitasi lingkungan antara lain mencuci kaki, tangan dan bagian tubuh lainnya setelah bekerja di sawah. • Pembersihan tempat penyimpanan air dan kolam renang. • Pendidikan kesehatan tentang bahaya, cara penularan penyakit dengan melindungi pekerja beresiko tinggi dengan penggunaan sepatu bot dan sarung tangan, vaksinasi terhadap hewan peliharaan dan hewan ternak. • Pemeliharaan hewan yang baik untuk menghindari urine hewan-hewan tersebut terhadap masyarakat. • Sanitasi lingkungan dengan membersihkan tempat-tempat habitat sarang tikus. • Pemberantasan rodent bila kondisi memungkinkan.
  • 7. Mekanisme Pengawasan/Pemantauan Kasus Leptospirosis Mekanisme pengawasan dan pengendalian kasus leptospirosis terdiri dari 2 cara yaitu pencegahan primer dan sekunder 1. Pencegahan primer bersifat promotif dan proteksi spesifik dengan cara vaksinasi 2. Pencegahan sekunder yang sasarannya adalah orang yang sudah sakit leptospirosis dicegah agar terhindar dari komplikasi Kegiatan pengendaliannya dilakukan pada sumber infeksi, pengendalian tikus seperti perbaikan sanitasi lingkungan, pengendalian hewan reservoir hewan ternak seperti pemberian vaksin. Melakukan pencatatan formulir dan pelaporan, memberi obat antibiotic dan obat penunjang lainnya dan tersedianya rapid dikabupaten kota endemis leptospirosis.
  • 8. Mekanisme rujukan pada kasus leptospirosis Apabila menunjukan gejala Leptospirosis berat yaitu kasus suspek dan kasus probabel yang disertai gejala/tanda klinis ikterus, manifestasi perdarahan, anuria/oliguria, sesak nafas, atau aritmia jantung. Leptospirosis berat harus dirujuk/dirawat di Rumah Sakit terutama Rumah Sakit Dati II atau Rumah Sakit Provinsi yang memiliki fasilitas ruang perawatan intensif, dialisis dll untuk menangani komplikasi gagal ginjal, ARDS, dan perdarahan paru.
  • 9. 1. Petugas melengkapi data pasien yang akan dirujuk (identitas, gejala penyakit, dan Riwayat perjalanan penyakit) 2. Melakukan informed consent kepada keluarga dan menjelaskan tujuan dari dilakukannya rujukan ke RS. Apabila keluarga setuju dan sudah mengisi form informed consent, lembar form dilampirkan sebagai berkas rujukan 3. Melakukan komunikasi ke RS tujuan rujukan dengan menjelaskan secara singkat kondisi pasien, alasan dirujuk, terapi yang akan diberikan selama perjalanan dan alat transportasi yang digunakan. 4. Menyiapkan berkas-berkas dokumen termasuk hasil pemeriksaan pasien 5. Petugas pendamping serta pengemudi ambulance menggunakan APD sederhana seperti masker dan hanscoon. 6. Pada saat tiba di RS pasien dapat diturunkan melewati pintu IGD tanpa melewati jalur khusus Setelah itu petugas membuang bekas hanscoon dan mencuci tangan 6 langkah serta mengganti masker jika diperlukan. Alur Rujukan