Dokumen tersebut membahas tentang leptospirosis, termasuk sumber dan cara penularannya, tata laksana kasus ringan dan berat, pencegahan, mekanisme pengawasan, dan rujukan pasien.
2. Sumber dan cara penularan
Risiko manusia terinfeksi tergantung pada paparan terhadap faktor risiko.
Beberapa manusia memiliki risiko tinggi terpapar Leptospirosis karena
pekerjaannya, lingkungan dimana mereka tinggal atau gaya hidup. Kelompok
pekerjaan utama yang berisiko yaitu petani atau pekerja perkebunan, petugas
petshop, peternak, petugas pembersih saluran air, pekerja pemotongan hewan,
pengolah daging dan militer. Kelompok lain yang memiliki risiko tinggi terinfeksi
Leptospirosis yaitu bencana alam seperti banjir dan peningkatan jumlah manusia
yang melakukan olahraga rekreasi air. Manusia dapat terinfeksi Leptospirosis
karena kontak secara langsung atau tidak langsung dengan urine hewan yang
terinfeksi Leptospira.
3. TATA LAKSANA KASUS LEPTOSPIROSIS
Pengobatan dengan antibiotic yang sesuai
dilakukan sejak kasus suspek di tegakkan
secara klinis
1. Terapi untuk kasus ringan
2. Terapi untuk kasus berat
4. terapi untuk kasus leptospirosis ringan
Pilihan:
Doksisiklin 2x100mg selama7 (tujuh) hari kecuali pada anak, ibu hamil, atau bila ada kontraindikasi
Doksisiklin.
Alternatif (bila tidak dapat diberikan doksisiklin):
‐ Amoksisilin 3x500mg/hari pada orang dewasa
‐ atau 10-20mg/kgBB per 8 jam pada anak selama 7 (tujuh) hari.
‐ Bila alergi Amoksisilin dapat diberikan Makrolid
5. Terapi kasus Leptospirosis berat
• Ceftriaxon 1-2 gram iv selama7 (tujuh) hari.
• Penisilin Prokain 1.5 juta unit im per 6 jam selama7 (tujuh) hari
• Ampisilin 4 x 1 gram iv per hari selama7 (tujuh) hari
• Terapi suportif dibutuhkan bila ada komplikasi seperti gagal ginjal, perdarahan
• organ (paru, saluran cerna, saluran kemih, serebral), syok dan gangguan neurologi.
6. Pencegahan
• Melakukan kebersihan individu dan sanitasi lingkungan antara lain mencuci kaki, tangan dan
bagian tubuh lainnya setelah bekerja di sawah.
• Pembersihan tempat penyimpanan air dan kolam renang.
• Pendidikan kesehatan tentang bahaya, cara penularan penyakit dengan melindungi pekerja
beresiko tinggi dengan penggunaan sepatu bot dan sarung tangan, vaksinasi terhadap hewan
peliharaan dan hewan ternak.
• Pemeliharaan hewan yang baik untuk menghindari urine hewan-hewan tersebut terhadap
masyarakat.
• Sanitasi lingkungan dengan membersihkan tempat-tempat habitat sarang tikus.
• Pemberantasan rodent bila kondisi memungkinkan.
7. Mekanisme Pengawasan/Pemantauan Kasus
Leptospirosis
Mekanisme pengawasan dan pengendalian kasus leptospirosis terdiri dari 2 cara yaitu
pencegahan primer dan sekunder
1. Pencegahan primer bersifat promotif dan proteksi spesifik dengan cara vaksinasi
2. Pencegahan sekunder yang sasarannya adalah orang yang sudah sakit leptospirosis dicegah agar
terhindar dari komplikasi
Kegiatan pengendaliannya dilakukan pada sumber infeksi, pengendalian tikus seperti perbaikan
sanitasi lingkungan, pengendalian hewan reservoir hewan ternak seperti pemberian vaksin.
Melakukan pencatatan formulir dan pelaporan, memberi obat antibiotic dan obat penunjang lainnya
dan tersedianya rapid dikabupaten kota endemis leptospirosis.
8. Mekanisme rujukan pada kasus leptospirosis
Apabila menunjukan gejala Leptospirosis berat yaitu kasus
suspek dan kasus probabel yang disertai gejala/tanda klinis
ikterus, manifestasi perdarahan, anuria/oliguria, sesak nafas,
atau aritmia jantung. Leptospirosis berat harus
dirujuk/dirawat di Rumah Sakit terutama Rumah Sakit Dati II
atau Rumah Sakit Provinsi yang memiliki fasilitas ruang
perawatan intensif, dialisis dll untuk menangani komplikasi
gagal ginjal, ARDS, dan perdarahan paru.
9. 1. Petugas melengkapi data pasien yang akan dirujuk (identitas, gejala penyakit, dan Riwayat perjalanan
penyakit)
2. Melakukan informed consent kepada keluarga dan menjelaskan tujuan dari dilakukannya rujukan ke RS.
Apabila keluarga setuju dan sudah mengisi form informed consent, lembar form dilampirkan sebagai
berkas rujukan
3. Melakukan komunikasi ke RS tujuan rujukan dengan menjelaskan secara singkat kondisi pasien, alasan
dirujuk, terapi yang akan diberikan selama perjalanan dan alat transportasi yang digunakan.
4. Menyiapkan berkas-berkas dokumen termasuk hasil pemeriksaan pasien
5. Petugas pendamping serta pengemudi ambulance menggunakan APD sederhana seperti masker dan
hanscoon.
6. Pada saat tiba di RS pasien dapat diturunkan melewati pintu IGD tanpa melewati jalur khusus Setelah itu
petugas membuang bekas hanscoon dan mencuci tangan 6 langkah serta mengganti masker jika
diperlukan.
Alur Rujukan