Klinik sanitasi penyakit leptospirosis membahas tentang penyakit yang disebabkan bakteri Leptospira sp, gejalanya, cara penularannya, dan upaya pencegahan melalui klinik sanitasi dalam dan luar gedung serta vaksinasi.
Dokumen tersebut membahas epidemiologi penyakit menular leptospirosis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menginfeksi hewan dan manusia, dan dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan gangguan organ internal. Penyakit ini lebih umum terjadi pada musim hujan dan di daerah dengan sanitasi yang buruk. Pencegahan meliputi mengendalikan populasi tikus, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghind
Ppt faktor faktor risiko yang berhubungan dengan tb paruarbianisa
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan tuberkulosis paru (TB paru) meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, lama kontak dengan penderita TB paru, pendapatan per kapita, dan kepadatan hunian. Dokumen ini juga menjelaskan hasil survei di sebuah puskesmas di Semarang yang menunjukkan adanya hubungan antara kepadatan hunian, lama kontak, dan rendahnya pendidikan dengan kejadian
Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB Paruarbianisa
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan tuberkulosis paru (TB paru) meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, lama kontak dengan penderita TB paru, pendapatan per kapita, dan kepadatan hunian. Dokumen ini juga menjelaskan hasil survei di sebuah puskesmas di Semarang yang menunjukkan adanya hubungan antara kepadatan hunian, lama kontak, dan pendidikan rendah dengan kejadian kasus
Dokumen tersebut membahas perencanaan program kesehatan untuk penanggulangan penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia. TBC merupakan masalah kesehatan besar di Indonesia dengan insidensi yang terus meningkat. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencegah TBC melalui penyuluhan, pencegahan, dan pengobatan yang tepat sasaran. Kegiatan utama program ini meliputi penyuluhan, deteksi dini, dan peng
Dokumen tersebut membahas program pemerintah dalam penanggulangan masalah kesehatan khususnya penyakit menular melalui Program Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) yang mencakup penyakit tuberkulosis, ISPA, dan HIV/AIDS beserta upaya pencegahannya.
Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan TB Paruarbianisa
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan tuberkulosis paru (TB paru) seperti umur, pendidikan, pengetahuan, lama kontak, pendapatan per kapita, kepadatan hunian, dan kebiasaan merokok. Dokumen ini juga menjelaskan metode penelitian yang dilakukan untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor risiko tersebut dengan kejadian kasus baru TB paru. Hasil analisis menunjukkan
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit tuberkulosis (TBC) dan upaya pemerintah Indonesia dalam menanggulanginya. TBC adalah penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menyerang paru-paru. Upaya pencegahan meliputi vaksinasi, isolasi, dan pengobatan. Pemerintah meluncurkan program TOSS TBC untuk menemukan, mengobati, dan menyembuhkan pasien TBC hingga penularannya di masyarak
Dokumen tersebut membahas epidemiologi penyakit menular leptospirosis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menginfeksi hewan dan manusia, dan dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan gangguan organ internal. Penyakit ini lebih umum terjadi pada musim hujan dan di daerah dengan sanitasi yang buruk. Pencegahan meliputi mengendalikan populasi tikus, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghind
Ppt faktor faktor risiko yang berhubungan dengan tb paruarbianisa
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan tuberkulosis paru (TB paru) meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, lama kontak dengan penderita TB paru, pendapatan per kapita, dan kepadatan hunian. Dokumen ini juga menjelaskan hasil survei di sebuah puskesmas di Semarang yang menunjukkan adanya hubungan antara kepadatan hunian, lama kontak, dan rendahnya pendidikan dengan kejadian
Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan dengan TB Paruarbianisa
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan tuberkulosis paru (TB paru) meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, lama kontak dengan penderita TB paru, pendapatan per kapita, dan kepadatan hunian. Dokumen ini juga menjelaskan hasil survei di sebuah puskesmas di Semarang yang menunjukkan adanya hubungan antara kepadatan hunian, lama kontak, dan pendidikan rendah dengan kejadian kasus
Dokumen tersebut membahas perencanaan program kesehatan untuk penanggulangan penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia. TBC merupakan masalah kesehatan besar di Indonesia dengan insidensi yang terus meningkat. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencegah TBC melalui penyuluhan, pencegahan, dan pengobatan yang tepat sasaran. Kegiatan utama program ini meliputi penyuluhan, deteksi dini, dan peng
Dokumen tersebut membahas program pemerintah dalam penanggulangan masalah kesehatan khususnya penyakit menular melalui Program Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) yang mencakup penyakit tuberkulosis, ISPA, dan HIV/AIDS beserta upaya pencegahannya.
Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan TB Paruarbianisa
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan tuberkulosis paru (TB paru) seperti umur, pendidikan, pengetahuan, lama kontak, pendapatan per kapita, kepadatan hunian, dan kebiasaan merokok. Dokumen ini juga menjelaskan metode penelitian yang dilakukan untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor risiko tersebut dengan kejadian kasus baru TB paru. Hasil analisis menunjukkan
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit tuberkulosis (TBC) dan upaya pemerintah Indonesia dalam menanggulanginya. TBC adalah penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menyerang paru-paru. Upaya pencegahan meliputi vaksinasi, isolasi, dan pengobatan. Pemerintah meluncurkan program TOSS TBC untuk menemukan, mengobati, dan menyembuhkan pasien TBC hingga penularannya di masyarak
Dokumen tersebut membahas tentang leptospirosis, termasuk sumber dan cara penularannya, tata laksana kasus ringan dan berat, pencegahan, mekanisme pengawasan, dan rujukan pasien.
1. Weil's disease merupakan manifestasi parah dari leptospirosis yang ditandai dengan demam, gagal ginjal, penyakit kuning, perdarahan, dan gangguan pernapasan.
2. Bakteri Leptospira merupakan penyebab penyakit ini yang menginfeksi melalui kontak langsung dengan urin hewan atau lingkungan yang terkontaminasi.
3. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium seperti mikroskopik
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang beberapa penyakit yang lazim terjadi pada anak beserta gejala, cara pencegahannya, dan penatalaksanaannya. Penyakit-penyakit tersebut antara lain campak, cacar, dengue, tifus, ISPA, dan TBC.
Spiroket (spirochete, spirochaeta)
adalah bakteri gram-negatif, motil, berbentuk ramping dan berlekuk-lekuk. Bakteri dengan morfologi unik ini banyak ditemukan di dalam lingkungan akuatik dan hewan.
spiroket tersusun atas protoplasma silinder yang ditutup dengan membran dan dinding sel. Bagian endoflagela dan protoplasma silinder akan dibungkus dengan berlapis-lapis membran (multilayer) yang bersifat fleksibel. Membran ini disebut sebagai lapisan terluar (bahasa Inggris: outer sheat).
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menginfeksi paru-paru. TBC merupakan masalah kesehatan besar di Indonesia dengan insidensi yang terus meningkat. Pencegahan dan pengobatan TBC sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit.
Demam tifoid, disentri, dan difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, yaitu Salmonella typhi, Shigella dysentriae, dan Corynebacterium diphtheriae. Ketiga penyakit ini menimbulkan gejala demam dan gangguan pencernaan serta dapat menular melalui kontak dengan orang atau benda terkontaminasi. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan isolasi bakteri, sementara pengobatannya meliputi
1. Dokumen tersebut membahas tentang penyakit kusta, epidemiologi penyakit kusta, dan peran dokter keluarga. Epidemiologi penyakit kusta dipengaruhi oleh agen penyebabnya (Mycobacterium leprae), inangnya (manusia), dan lingkungan yang mendukung penularan penyakit. Dokter keluarga memainkan peran penting dalam pencegahan dan penanganan awal kasus kusta melalui pendekatan keluarga dan komunitas.
Makalah ini membahas dua penyakit menular yaitu tuberculosis paru dan rabies. Tuberculosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan menular melalui udara ketika penderita batuk. Rabies disebabkan oleh virus yang menular melalui gigitan hewan atau kontak kulit dengan cairan tubuh hewan terinfeksi. Makalah ini juga membahas gejala, penyebab, pencegahan, dan penanganan dari kedua penyakit tersebut."
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
More Related Content
Similar to Ppt klinik sanitasi kelompok 3 new.pptx
Dokumen tersebut membahas tentang leptospirosis, termasuk sumber dan cara penularannya, tata laksana kasus ringan dan berat, pencegahan, mekanisme pengawasan, dan rujukan pasien.
1. Weil's disease merupakan manifestasi parah dari leptospirosis yang ditandai dengan demam, gagal ginjal, penyakit kuning, perdarahan, dan gangguan pernapasan.
2. Bakteri Leptospira merupakan penyebab penyakit ini yang menginfeksi melalui kontak langsung dengan urin hewan atau lingkungan yang terkontaminasi.
3. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium seperti mikroskopik
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang beberapa penyakit yang lazim terjadi pada anak beserta gejala, cara pencegahannya, dan penatalaksanaannya. Penyakit-penyakit tersebut antara lain campak, cacar, dengue, tifus, ISPA, dan TBC.
Spiroket (spirochete, spirochaeta)
adalah bakteri gram-negatif, motil, berbentuk ramping dan berlekuk-lekuk. Bakteri dengan morfologi unik ini banyak ditemukan di dalam lingkungan akuatik dan hewan.
spiroket tersusun atas protoplasma silinder yang ditutup dengan membran dan dinding sel. Bagian endoflagela dan protoplasma silinder akan dibungkus dengan berlapis-lapis membran (multilayer) yang bersifat fleksibel. Membran ini disebut sebagai lapisan terluar (bahasa Inggris: outer sheat).
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menginfeksi paru-paru. TBC merupakan masalah kesehatan besar di Indonesia dengan insidensi yang terus meningkat. Pencegahan dan pengobatan TBC sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit.
Demam tifoid, disentri, dan difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, yaitu Salmonella typhi, Shigella dysentriae, dan Corynebacterium diphtheriae. Ketiga penyakit ini menimbulkan gejala demam dan gangguan pencernaan serta dapat menular melalui kontak dengan orang atau benda terkontaminasi. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan isolasi bakteri, sementara pengobatannya meliputi
1. Dokumen tersebut membahas tentang penyakit kusta, epidemiologi penyakit kusta, dan peran dokter keluarga. Epidemiologi penyakit kusta dipengaruhi oleh agen penyebabnya (Mycobacterium leprae), inangnya (manusia), dan lingkungan yang mendukung penularan penyakit. Dokter keluarga memainkan peran penting dalam pencegahan dan penanganan awal kasus kusta melalui pendekatan keluarga dan komunitas.
Makalah ini membahas dua penyakit menular yaitu tuberculosis paru dan rabies. Tuberculosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan menular melalui udara ketika penderita batuk. Rabies disebabkan oleh virus yang menular melalui gigitan hewan atau kontak kulit dengan cairan tubuh hewan terinfeksi. Makalah ini juga membahas gejala, penyebab, pencegahan, dan penanganan dari kedua penyakit tersebut."
Similar to Ppt klinik sanitasi kelompok 3 new.pptx (20)
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...
Ppt klinik sanitasi kelompok 3 new.pptx
1. KLINIK SANITASI PENYAKIT
LEPTOSPIROSIS
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :
Adinda Melinia Prasasti P07133322002
Bravi Ragazzi Mili Riski P07133322004
Vina Yuliana P07133322013
Bella Elsaday P07133322016
2. Leptospirosis
• Leptospirosis adalah penyakit menular zoonosis yang
disebabkan bakteri dari genus Leptospira sp.
• Perkiraan menunjukkan bahwa ada lebih dari 500.000
kasus leptospirosis setiap tahun di seluruh dunia.
• Leptospirosis merupakan penyakit yang berpotensi
mewabah, terutama setelah hujan deras atau banjir.
Pada
• Tahun 2021 ditemukan adanya 734 kasus
Leptospirosis di Indonesia yang dilaporkan oleh
delapan provinsi.
3. Manusia dapat terinfeksi melalui
beberapa cara berikut ini:
• Kontak dengan air, tanah dan lumpur
yang terdapat bakteri leptospira.
• Kontak dengan organ, darah, dan urin
hewan terinfeksi.
• Mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi.
4. Cara Penularan
• Melalui darah, urin atau
cairan tubuh
• Dari hewan ke manusia
• Dari manusia ke manusia
1. Penularan
langsung
• Terjadi melalui genangan
air, sungai, danau,
selokan saluran air dan
lumpur yang tercemar
urin hewan.
2. Penularan
tidak
lansung
5. Slide Title
Masa Inkubasi
• Masa inkubasi penyakit
Leptospirosis antara 2-30
hari biasanya rata-rata 7-
10 hari.
Tanda dan Gejala
• Demam biasanya dengan
menggigil
• Sakit kepala yang berat
• Nyeri otot
• Muntah-muntah
• Kuning kulit dan putih mata
• Mata merah
• Nyeri perut
• Diare dan bercak merah pada
kulit
6. • Faktor risiko Leptospirosis adalah kondisi yang melekat pada
individu seperti riwayat, usia, jenis kelamin, dan keluarga serta
kebiasaan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan.
Secara epidemiologi, penyakit dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu
1. Faktor agent penyakit (bakteri leptospira)
2. Faktor host (pejamu/penderita)
3. Faktor lingkungan fisik (selokan tidak terawat, banyak genangan air),
lingkungan biologi (banyaknya populasi tikus di dalam atau sekitar rumah,
hewan piaraan sebagai hospes perantara), lingkungan sosial ekonomi
(jumlah pendapatan) dan lingkungan budaya.
7. Klinik Sanitasi
• Merupakan suatu wahana masyarakat untuk
mengatasi masalah kesehatan lingkungan-
pemberantasan penyakit denan bimbingan,
penyuluhan dan bantuan teknis darl petugas
puskesmas.
• Kegiatan Klinik Sanitasi : Dalam Gedung dan Luar
Gedung
8. 1. Klinik sanitasi dalam gedung yaitu melakukan
konseling dan pencatatan pasien leptospirosis yang
di arahkan ke ruangan sanitarian dan mengatur
penjadwalan rumah pasien untuk dikunjungi dan
memberikan penyuluhan agar pasien dapat
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemampuan
dan perilaku pasien untuk mewujudkan lingkungan
sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat.
9. 2. Klinik sanitasi luar gedung yaitu melakukan
kunjungan dan intervensi sesuai dengan hasil
pelayanan klinik sanitasi dalam gedung yang
memenuhi target penyakit leptospirosis, membentuk
dan mendampingi kader dari masing-masing
kelurahan puskesmas palapa untuk dapat
memberikan penyuluhan tentang leptospirosis ke
masyarakat berupa konten media edukasi.
10. Pengendalian Leptospirosis
terdiri dari 2 cara yaitu
• Pencegahan Primer adalah
perlindungan terhadap
orang sehat agar terhindar
dari Leptospirosis, sehingga
kegiatannya bersifat
promotif, dan proteksi
spesifik dengan cara
vaksinasi
• Pencegahan sekunder
adalah orang yang sudah
sakit Leptospirosis, dicegah
agar orang tersebut
terhindar dari komplikasi
yang nantinya akan
menyebabkan kematian.
11. 3. Infeksi pada manusia.
Pengendalian infeksi/penyakit pada manusia
dengan antibiotik
Usaha promotif untuk penghendalian
Leptospirosis dilakukan dengan cara edukasi
2. Pemutusan Alur Penularan antara sumber infeksi dan manusia
Pemberian Desinfeksi Penampungan Air dan
Badan Air
Pengelolahan tanah yang terkontaminasi
bakteri Leptospirosis patogen.
1. Sumber infeksi
Pengendalian Tikus
Kegiatan pengendalian faktor risiko Leptospirosis dilakukan pada:
12. Kesimpulan
• Leptospirosis adalah penyakit yang bersumber dari binatang (zoonosis)
yang bersifat akut, disebabkan oleh bakteri Leptospira sp yang hidup pada
ginjal dan urin tikus.
• Manusia dapat terinfeksi Leptospirosis karena kontak secara lansung atau
tidak langsung dengan urin hewan yang terinfeksi bakteri Leptospira.
• Masa inkubasi penyakit Leptospirosis rata-rata 7-10 hari dengan gejala dan
tanda yang timbul tergantung kepada berat ringannya infeksi.
• Klinik sanitasi dilakukan dengan klinik sanitasi dalam dan klinik sanitasi luar.
• Pengendalian Leptospirosis terdiri dari 2 cara yaitu pencegahan primer
adalah perlindungan terhadap orang sehat dan pencegahan sekunder
adalah pencegahan orang yang sudah sakit agar tidak menjadi lebih parah.