SlideShare a Scribd company logo
Sari Pustaka:
Weil’s Disease
Pembimbing
dr. Kurniyanto, Sp,PD
Disusun Oleh
Kristy Spica Gabriela Agaki
2165050089
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
PERIODE 29 MEI - 05 AGUSTUS 2023
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
1
Pendahuluan
Weil’s Disease
Fase ikterik leptospirosis secara klasik dikenal sebagai
penyakit Weil /Weil’s Disease.
Weil’s disease infeksi yang parah, dan manifestasinya
meliputi demam, gagal ginjal, penyakit kuning,
perdarahan, dan gangguan pernapasan.
Weil’s Disease
● Leptospirosis → terjadi ada
wilayah tropis dan subtropic
→ curah hujan tinggi.
● Terkait dengan paparan urin
hewan yang terinfeksi →
tanah, air yang terkontaminasi
oleh urin.
● Hewan yang adapt
menularkan leptospirosis →
tikus, sapi, babi, kuda, anjing.
WHO
memperkirakan ada
873.000 kasus setiap
tahunnya dengan
lebih dari 40.000
kematian
Weil’s Disease
Tahun 2019 di Indonesia → 122 kematian
→ Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, Maluku, Sulawesi Selatan dan
Kalimantan Utara
Tinjauan Pustaka
2
Definisi dan Etiologi
Infeksi berat pada leptospirosis
disebut Weil’s disease → ikterus,
disfungsi renal dan perdarahan
Weil’s Disease
Bakteri genus Leptospira
Famili Leptospiraceae
Ordo Spirochaetales
Etiologi
● Pertama kali ditemukan oleh
Adolf Weil tahun 1886
● Leptospirosis → penyakit
infeksi oleh bakteri
leptospira
Leptospirosis
Epidemiologi
● International Leptospirosis Society (ILS) → Indonesia menjadi negara
dengan peringkat ke 3 di dunia untuk insiden leptospirosis.
● Angka kematian (CFR) → 2,5%-16,45% ataupun rata - rata 7,1%
● Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020 → 8 provinsi (DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Kalimantan
Utara, dan Sulawesi Selatan) → melaporkan kasus leptospirosis → total
1.170 kasus dan 106 kematian (CFR 9,1%).
Patogenesis dan Patofisiologi
Leptospira dapat masuk melalui
luka di kulit atau menembus
jaringan mukosa
• Leptospira lisis  mengeluarkan
enzim, toksin, atau metabolit lain 
menimbulkan gejala klinis.
 Hemolisin yang bersirkulasi 
diserap oleh eritrosit  lisis
• Leptospira ditemukan di pembuluh
darah berukuran medium/besar dan
di kapiler berbagai organ.
Organ utama yang terkena adalah:
- Ginjal
- Paru
- Hati
Perjalanan infeksi di Ginjal
- Minggu ke-1 : edema/nekrosis sel epitel tubulus
- Minggu ke-2 : fokus nekrosis pada epitel tubulus
- Minggu ke-3 : infiltrasi sel radang ke seluruh ginjal
PATOGENESIS &
PATOFISIOLOGI
 Leptospira berkembang biak terutama di ginjal (tubulus konvoluta) dan diekskresi
melalui urin.
 Berada di urin sekitar 8 hari setelah infeksi hingga bertahun-tahun
 Pada fase ini, leptospira melepaskan toksin yang menyebabkan gangguan pada
beberapa organ
 Leptospira  kuman nefrofilik  invasi langsung  menyerang seluruh bagian ginjal
- Nefritis interstisial : infiltrasi sel mononuclear, dapat terjadi tanpa adanya
gangguan fungsi ginjal.
- Nekrosis tubuler  komplikasi acute kidney injury (AKI), disebut juga sindrom
pseudohepatorenal.
Penyebab ikterik pada leptospirosis :
 Kerusakan sel hati, gangguan ekskresi bilirubin pada ginjal
sehingga meningkatkan kadar bilirubin darah, terjadinya
perdarahan pada jaringan dan hemolisis intravaskuler yang
meningkatkan kadar bilirubin, serta proliferasi sel Kupffer
sehingga terjadi kolestatik intra-hepatik
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
• Kerusakan parenkim hati disebabkan karena penurunan hepatic flow dan toksin
yang dilepaskan oleh leptospira.
• Terjadi peningkatan sedang kadar transaminase dan peningkatan ringan kadar
alkali fosfatase.
Gejala pada paru bervariasi, mulai dari batuk,
dispneu, dan hemoptisis sampai dengan acute
respiratory distress syndrome (ARDS) dan
severe pulmonary haemorrhage syndrome
(SPHS).
PATOGENESIS &
PATOFISIOLOGI
• Kelainan paru dapat berupa kongesti septum paru, perdarahan
multifokal, dan infiltrasi sel mononuklear. Perdarahan dapat terjadi
pada pleura, alveoli, dan trakeobronkial. Efusi pleura mungkin
terjadi.
Manifestasi Klinis
Sindroma, Fase Gambaran Klinis Spesimen Laboratorium
Leptospirosis anikterik*
Fase leptospiremia
Fase imun
Demam tinggi, nyeri kepala,
mialgia, nyeri perut, mual,
muntah, conjunctival suffusion.
Demam ringan, nyeri kepala,
muntah, meningitis aseptik
Darah, LCS
Urin
Leptospirosis ikterik
Fase leptospiremia dan
fase imun (sering
overlapping)
Demam, nyeri kepala, mialgia,
ikterik, gagal ginjal, hipotensi,
manifestasi perdarahan,
pneumonitis hemorrargik,
leukositosis.
Darah, LCS (minggu 1) Urin
(minggu ke 2)
*antara fase leptospiremia dengan fase imun terdapat periode
asimtomatik (± 1-3 hari)
Diagnosis (i) Skor bagian A
atau bagian A +
bagian B = 26 atau
lebih;
(ii) Skor bagian A +
bagian B + bagian C
= 25 atau lebih.
Skor antara 20 dan
25 menunjukkan
kemungkinan
diagnosis
leptospirosis tetapi
belum terkonfirmasi
Pemeriksaan Penunjang
Tatalaksana Medikamentosa
Tatalaksana Weil’s Disease
Pasien membutuhkan rawat inap:
● Hitung darah lengkap, kreatinin, urea, elektrolit, transaminase hati, bilirubin,
laporan urin lengkap, tes koagulasi dan EKG, rontgen dada.
● Pemberian antibiotik intravena: penisilin G 1,5 juta unit setiap 6 jam, atau
ceftriaxone 1 g dua kali sehari selama 7 hari. Bagi mereka yang alergi
penisilin atau sefalosporin, doksisiklin atau makrolida (azithromycin atau
clarithromycin) dapat digunakan.
● Pantau asupan cairan dan output urin.
● Asupan cairan harus dipandu oleh penilaian klinis hidrasi.
 Pada orang dewasa, asupannya harus sekitar 2,0-2,5 L per 24 jam.
 Jika oliguria, asupan harian harus sama dengan output urin hari
sebelumnya  Jika keluaran hari sebelumnya tidak diketahui, asupan
per jam harus dihitung sebagai keluaran urin jam sebelumnya
ditambah 25 ml.
Tatalaksana Weil’s Disease
● Semua obat nefrotoksik dan hepatotoksik harus dihentikan.
● Pasien yang sakit kritis (yaitu pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik,
gangguan pernapasan, hemoptisis, penurunan kesadaran, atau tanda disfungsi
organ lainnya) perlu dirawat di unit ketergantungan tinggi atau unit perawatan
intensif.
● Dukungan ventilasi mekanis mungkin diperlukan, terutama pada perdarahan paru
dan sindrom gangguan pernapasan akut.
● Penggunaan kortikosteroid dosis tinggi untuk pengobatan leptospirosis tidak
didukung oleh bukti kualitas tinggi, dan penggunaan rutin tidak dianjurkan. Ada
laporan manfaat tambahan potensial dengan kortikosteroid dosis tinggi pada
pasien yang sakit parah.
Pencegahan
● Pengendalian populasi rodent pada daerah perumahan.
● Mencegah kontaminasi urin binatang terhadap sumber penampungan
air atau makanan
● Imunisasi binatang rumah/peliharaan
● Memakai pakaian pelindung misal untuk pekerja RPH, pembersih
selokan, petani (sepatu boot) dll
● Penyuluhan lewat media masa tentang peningkatan kasus
leptospirosis pada situasi tertentu (banjir dll)
● Pengendalian banjir secara komperehensif
● Memasang papan peringatan tentang bahaya terinfeksi leptospirosis
pada daerah rawan banjir atau genangan air, kemunginan besar
terkontaminasi urin binatang
● Terapi segera luka dengan antiseptik
● Antibiotik pencegahan (doxycycline) untuk risiko tinggi.
Pencegahan
3
Kesimpulan
● Leptospirosis merupakan penyakit dari zoonosis aktibat bakteri
leptospira.
● Penyakit ini termasuk dalam penyakit yang self-limited dengan
tanda dan gejala tidak spesifik.
● Leptospirosis yang berat dikenal dengan Weil’s Disease dengan
gejala ikterus, disfungsi renal bahkan perdarahan.
● Diagnosis dini dan pengobatan segera dengan antibiotik sangat
penting untuk mencegah morbiditas dan mortalitas.
● Pemeriksaan baku emas leptospirosis dengan Microscopic
Agglutination Test. Diagnosis dini dan penatalaksanaan yang
cepat akan mencegah perjalanan penyakit yang berat.
● Terapi yang diberikan medika-mentosa dengan antibiotik dan
suportif apabila dibutuhkan.
● Pencegahan dini terhadap yang memiliki faktor resiko terinfeksi,
diharapkan dapat melindungi dari serangan leptospirosis.
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
Terima
Kasih
Daftar Pustaka
1. Wang S, et al. Leptospirosis. National Library Of Medicine. 2022
2. World Health Organization. Leptospirosis prevention and control in Indonesia South-East Asia Indonesia. 2020
3. Muacevic A, Adler J R. Weil’s Diase: a rare cause of jaundice. National Library Of Medicine. 2020
4. Allan KJ, Halliday JE, Cleaveland S. Renewing the momentum for leptospirosis research in Africa. Trans R Soc Trop Med
Hyg. 2015
5. Ginting G K R B. Indrajo S. Lingkungan, perilaku personal hygiene, dan pemakaian APD terhadap kejadian leptospirosis.
Higeaia journal of public health research and development. 2022
6. Uswah. Marak kasus leptospirosis di Jawa Timur, dosen UM Surabaya paparkan gejala dan penangannya. Artikel
Universitas Muhammadiyah Surabaya. 2023
7. Harly P R, Sitanggang R H, Makoen T T. Laporan kasus: Weil’s Disease dengan perdarahan pulmonal. Departemen
anestesiologi dan terapi intesif fakultas kedokteran universitas padjajaran. 2016
8. Rampengan N H. Leptospirosis. Jurnal Biomedik (JBM).2016
9. Amin L Z. Leptospirosis. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016
10. Samudyatha U C, et al. Restructuring the modified Faine’s Criteria for the diagnosis of leptospirosis in monsoon: A
study from south Gujarat. 2020
11. World Health Organization Regional Office for Suth-East Asia. Buku Petunjuk Teknis Pengendalian Leptospirosis. 2014
12. CDC. Leptospirosis Fact Sheetfor Clinicians. Departement of health and human services USA. 2018
13. Rajapakse. Clinical aspect of Leptospirosis. Royal College of Physicians Clinic Medical. 2022
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8813018/
PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx

More Related Content

Similar to PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx

194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid
FELIXDEO
 
Makalah isk
Makalah iskMakalah isk
Makalah isk
Putra Samuda
 
Makalah sistem pernapasan 2
Makalah sistem pernapasan 2Makalah sistem pernapasan 2
Makalah sistem pernapasan 2
Photo Setudio Planet solo grand mall
 
PPT Sistem Ekskresi Pertemuan 3 dan ke 4.pptx
PPT Sistem Ekskresi Pertemuan 3 dan ke 4.pptxPPT Sistem Ekskresi Pertemuan 3 dan ke 4.pptx
PPT Sistem Ekskresi Pertemuan 3 dan ke 4.pptx
SiskaPane
 
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptxMalaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Faishal39
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
ErdinataKusuma1
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
rialdi aldi
 
128114958 lp-febris
128114958 lp-febris128114958 lp-febris
128114958 lp-febris
Oktianasari Oktianasari
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
Warnet Raha
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
Warnet Raha
 
1. askep thipoid
1. askep  thipoid1. askep  thipoid
1. askep thipoid
EllyeUtami
 
Askep thipoid
Askep  thipoidAskep  thipoid
Askep thipoid
Sumadin1112
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3
ardiners
 

Similar to PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx (20)

Syok septik pure
Syok septik pureSyok septik pure
Syok septik pure
 
Etiologi isk
Etiologi iskEtiologi isk
Etiologi isk
 
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid
 
Makalah isk
Makalah iskMakalah isk
Makalah isk
 
Makalah sistem pernapasan 2
Makalah sistem pernapasan 2Makalah sistem pernapasan 2
Makalah sistem pernapasan 2
 
PPT Sistem Ekskresi Pertemuan 3 dan ke 4.pptx
PPT Sistem Ekskresi Pertemuan 3 dan ke 4.pptxPPT Sistem Ekskresi Pertemuan 3 dan ke 4.pptx
PPT Sistem Ekskresi Pertemuan 3 dan ke 4.pptx
 
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptxMalaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
Malaria, Leptospirosis, dan Toxoplasma.pptx
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
Etiologi isk AKPER PEMKAB MUNA
 
Etiologi isk
Etiologi iskEtiologi isk
Etiologi isk
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
Isk
IskIsk
Isk
 
128114958 lp-febris
128114958 lp-febris128114958 lp-febris
128114958 lp-febris
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
 
1. askep thipoid
1. askep  thipoid1. askep  thipoid
1. askep thipoid
 
Askep thipoid
Askep  thipoidAskep  thipoid
Askep thipoid
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3
 

Recently uploaded

UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 

Recently uploaded (20)

UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 

PPT_SARPUS_IKA_YANG_BARU(2).pptx

  • 1. Sari Pustaka: Weil’s Disease Pembimbing dr. Kurniyanto, Sp,PD Disusun Oleh Kristy Spica Gabriela Agaki 2165050089 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM PERIODE 29 MEI - 05 AGUSTUS 2023 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA
  • 3. Weil’s Disease Fase ikterik leptospirosis secara klasik dikenal sebagai penyakit Weil /Weil’s Disease. Weil’s disease infeksi yang parah, dan manifestasinya meliputi demam, gagal ginjal, penyakit kuning, perdarahan, dan gangguan pernapasan.
  • 4. Weil’s Disease ● Leptospirosis → terjadi ada wilayah tropis dan subtropic → curah hujan tinggi. ● Terkait dengan paparan urin hewan yang terinfeksi → tanah, air yang terkontaminasi oleh urin. ● Hewan yang adapt menularkan leptospirosis → tikus, sapi, babi, kuda, anjing.
  • 5. WHO memperkirakan ada 873.000 kasus setiap tahunnya dengan lebih dari 40.000 kematian Weil’s Disease Tahun 2019 di Indonesia → 122 kematian → Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Maluku, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Utara
  • 7. Definisi dan Etiologi Infeksi berat pada leptospirosis disebut Weil’s disease → ikterus, disfungsi renal dan perdarahan Weil’s Disease Bakteri genus Leptospira Famili Leptospiraceae Ordo Spirochaetales Etiologi ● Pertama kali ditemukan oleh Adolf Weil tahun 1886 ● Leptospirosis → penyakit infeksi oleh bakteri leptospira Leptospirosis
  • 8. Epidemiologi ● International Leptospirosis Society (ILS) → Indonesia menjadi negara dengan peringkat ke 3 di dunia untuk insiden leptospirosis. ● Angka kematian (CFR) → 2,5%-16,45% ataupun rata - rata 7,1% ● Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020 → 8 provinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Selatan) → melaporkan kasus leptospirosis → total 1.170 kasus dan 106 kematian (CFR 9,1%).
  • 9. Patogenesis dan Patofisiologi Leptospira dapat masuk melalui luka di kulit atau menembus jaringan mukosa • Leptospira lisis  mengeluarkan enzim, toksin, atau metabolit lain  menimbulkan gejala klinis.  Hemolisin yang bersirkulasi  diserap oleh eritrosit  lisis • Leptospira ditemukan di pembuluh darah berukuran medium/besar dan di kapiler berbagai organ. Organ utama yang terkena adalah: - Ginjal - Paru - Hati
  • 10. Perjalanan infeksi di Ginjal - Minggu ke-1 : edema/nekrosis sel epitel tubulus - Minggu ke-2 : fokus nekrosis pada epitel tubulus - Minggu ke-3 : infiltrasi sel radang ke seluruh ginjal PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI  Leptospira berkembang biak terutama di ginjal (tubulus konvoluta) dan diekskresi melalui urin.  Berada di urin sekitar 8 hari setelah infeksi hingga bertahun-tahun  Pada fase ini, leptospira melepaskan toksin yang menyebabkan gangguan pada beberapa organ  Leptospira  kuman nefrofilik  invasi langsung  menyerang seluruh bagian ginjal - Nefritis interstisial : infiltrasi sel mononuclear, dapat terjadi tanpa adanya gangguan fungsi ginjal. - Nekrosis tubuler  komplikasi acute kidney injury (AKI), disebut juga sindrom pseudohepatorenal.
  • 11. Penyebab ikterik pada leptospirosis :  Kerusakan sel hati, gangguan ekskresi bilirubin pada ginjal sehingga meningkatkan kadar bilirubin darah, terjadinya perdarahan pada jaringan dan hemolisis intravaskuler yang meningkatkan kadar bilirubin, serta proliferasi sel Kupffer sehingga terjadi kolestatik intra-hepatik PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI • Kerusakan parenkim hati disebabkan karena penurunan hepatic flow dan toksin yang dilepaskan oleh leptospira. • Terjadi peningkatan sedang kadar transaminase dan peningkatan ringan kadar alkali fosfatase.
  • 12. Gejala pada paru bervariasi, mulai dari batuk, dispneu, dan hemoptisis sampai dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan severe pulmonary haemorrhage syndrome (SPHS). PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI • Kelainan paru dapat berupa kongesti septum paru, perdarahan multifokal, dan infiltrasi sel mononuklear. Perdarahan dapat terjadi pada pleura, alveoli, dan trakeobronkial. Efusi pleura mungkin terjadi.
  • 13. Manifestasi Klinis Sindroma, Fase Gambaran Klinis Spesimen Laboratorium Leptospirosis anikterik* Fase leptospiremia Fase imun Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, nyeri perut, mual, muntah, conjunctival suffusion. Demam ringan, nyeri kepala, muntah, meningitis aseptik Darah, LCS Urin Leptospirosis ikterik Fase leptospiremia dan fase imun (sering overlapping) Demam, nyeri kepala, mialgia, ikterik, gagal ginjal, hipotensi, manifestasi perdarahan, pneumonitis hemorrargik, leukositosis. Darah, LCS (minggu 1) Urin (minggu ke 2) *antara fase leptospiremia dengan fase imun terdapat periode asimtomatik (± 1-3 hari)
  • 14.
  • 15. Diagnosis (i) Skor bagian A atau bagian A + bagian B = 26 atau lebih; (ii) Skor bagian A + bagian B + bagian C = 25 atau lebih. Skor antara 20 dan 25 menunjukkan kemungkinan diagnosis leptospirosis tetapi belum terkonfirmasi
  • 18. Tatalaksana Weil’s Disease Pasien membutuhkan rawat inap: ● Hitung darah lengkap, kreatinin, urea, elektrolit, transaminase hati, bilirubin, laporan urin lengkap, tes koagulasi dan EKG, rontgen dada. ● Pemberian antibiotik intravena: penisilin G 1,5 juta unit setiap 6 jam, atau ceftriaxone 1 g dua kali sehari selama 7 hari. Bagi mereka yang alergi penisilin atau sefalosporin, doksisiklin atau makrolida (azithromycin atau clarithromycin) dapat digunakan. ● Pantau asupan cairan dan output urin. ● Asupan cairan harus dipandu oleh penilaian klinis hidrasi.  Pada orang dewasa, asupannya harus sekitar 2,0-2,5 L per 24 jam.  Jika oliguria, asupan harian harus sama dengan output urin hari sebelumnya  Jika keluaran hari sebelumnya tidak diketahui, asupan per jam harus dihitung sebagai keluaran urin jam sebelumnya ditambah 25 ml.
  • 19. Tatalaksana Weil’s Disease ● Semua obat nefrotoksik dan hepatotoksik harus dihentikan. ● Pasien yang sakit kritis (yaitu pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik, gangguan pernapasan, hemoptisis, penurunan kesadaran, atau tanda disfungsi organ lainnya) perlu dirawat di unit ketergantungan tinggi atau unit perawatan intensif. ● Dukungan ventilasi mekanis mungkin diperlukan, terutama pada perdarahan paru dan sindrom gangguan pernapasan akut. ● Penggunaan kortikosteroid dosis tinggi untuk pengobatan leptospirosis tidak didukung oleh bukti kualitas tinggi, dan penggunaan rutin tidak dianjurkan. Ada laporan manfaat tambahan potensial dengan kortikosteroid dosis tinggi pada pasien yang sakit parah.
  • 20. Pencegahan ● Pengendalian populasi rodent pada daerah perumahan. ● Mencegah kontaminasi urin binatang terhadap sumber penampungan air atau makanan ● Imunisasi binatang rumah/peliharaan ● Memakai pakaian pelindung misal untuk pekerja RPH, pembersih selokan, petani (sepatu boot) dll ● Penyuluhan lewat media masa tentang peningkatan kasus leptospirosis pada situasi tertentu (banjir dll) ● Pengendalian banjir secara komperehensif ● Memasang papan peringatan tentang bahaya terinfeksi leptospirosis pada daerah rawan banjir atau genangan air, kemunginan besar terkontaminasi urin binatang ● Terapi segera luka dengan antiseptik ● Antibiotik pencegahan (doxycycline) untuk risiko tinggi.
  • 23. ● Leptospirosis merupakan penyakit dari zoonosis aktibat bakteri leptospira. ● Penyakit ini termasuk dalam penyakit yang self-limited dengan tanda dan gejala tidak spesifik. ● Leptospirosis yang berat dikenal dengan Weil’s Disease dengan gejala ikterus, disfungsi renal bahkan perdarahan. ● Diagnosis dini dan pengobatan segera dengan antibiotik sangat penting untuk mencegah morbiditas dan mortalitas. ● Pemeriksaan baku emas leptospirosis dengan Microscopic Agglutination Test. Diagnosis dini dan penatalaksanaan yang cepat akan mencegah perjalanan penyakit yang berat.
  • 24. ● Terapi yang diberikan medika-mentosa dengan antibiotik dan suportif apabila dibutuhkan. ● Pencegahan dini terhadap yang memiliki faktor resiko terinfeksi, diharapkan dapat melindungi dari serangan leptospirosis.
  • 25. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik Terima Kasih
  • 26. Daftar Pustaka 1. Wang S, et al. Leptospirosis. National Library Of Medicine. 2022 2. World Health Organization. Leptospirosis prevention and control in Indonesia South-East Asia Indonesia. 2020 3. Muacevic A, Adler J R. Weil’s Diase: a rare cause of jaundice. National Library Of Medicine. 2020 4. Allan KJ, Halliday JE, Cleaveland S. Renewing the momentum for leptospirosis research in Africa. Trans R Soc Trop Med Hyg. 2015 5. Ginting G K R B. Indrajo S. Lingkungan, perilaku personal hygiene, dan pemakaian APD terhadap kejadian leptospirosis. Higeaia journal of public health research and development. 2022 6. Uswah. Marak kasus leptospirosis di Jawa Timur, dosen UM Surabaya paparkan gejala dan penangannya. Artikel Universitas Muhammadiyah Surabaya. 2023 7. Harly P R, Sitanggang R H, Makoen T T. Laporan kasus: Weil’s Disease dengan perdarahan pulmonal. Departemen anestesiologi dan terapi intesif fakultas kedokteran universitas padjajaran. 2016 8. Rampengan N H. Leptospirosis. Jurnal Biomedik (JBM).2016 9. Amin L Z. Leptospirosis. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016 10. Samudyatha U C, et al. Restructuring the modified Faine’s Criteria for the diagnosis of leptospirosis in monsoon: A study from south Gujarat. 2020 11. World Health Organization Regional Office for Suth-East Asia. Buku Petunjuk Teknis Pengendalian Leptospirosis. 2014 12. CDC. Leptospirosis Fact Sheetfor Clinicians. Departement of health and human services USA. 2018 13. Rajapakse. Clinical aspect of Leptospirosis. Royal College of Physicians Clinic Medical. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8813018/

Editor's Notes

  1. Disebut juga sebagai Weil disease, Canicola fever, Hemorrhagic jaundice, Mud fever, atau Swineherd disease
  2. Tikus wirok (Rattus norvegicus) dan tikus rumah (Rattus diardii) Hospes perantara penularan adalah hewan peliharaan Kucing, anjing, kelinci, kambing, sapi, kerbau, dan babi Disebut juga sebagai Weil disease, Canicola fever, Hemorrhagic jaundice, Mud fever, atau Swineherd disease Leptospira merupakan organisme fleksibel, tipis, berlilit padat, dengan panjang 5-15     µm, disertai spiral halus yang lebarnya 0,1-0,2 µm. Memiliki ciri umum yang membedakan dengan bakteri lainnya, sel bakteri ini dibungkus oleh membrane luar yang terdiri dari 3-5 lapis. Dibawah membrane luar ada lapisan peptidoglikan yang fleksibel dan helical.  Optimal hidup di wilayah lembab (tropis)  Berdasarkan spesifitas biokimia dan serologi leptospira sp dibagi menjadi leptospirra interrorgans (pathogen) dan leptospira biflexa (tidak pathogen/saprofit)
  3. Pemantauan yang ketat terhadap intake dan output diperlukan.  Kateterisasi pasien tidak selalu diperlukan, tetapi hal ini disarankan jika terdapat AKI. Jika oliguria, asupan harian harus sama dengan output urin hari sebelumnya ditambah perkiraan insensible loss (biasanya sekitar 500 ml). Jika keluaran hari sebelumnya tidak diketahui, asupan per jam harus dihitung sebagai keluaran urin jam sebelumnya ditambah 25 ml.
  4. Antikoagulan dan obat antiplatelet mungkin perlu dihentikan jika ada manifestasi perdarahan. Mereka yang membutuhkan perawatan intensif harus dikelola sesuai dengan protokol dan pedoman manajemen perawatan kritis standar.