SlideShare a Scribd company logo
1 of 98
Download to read offline
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM
STRUKTUR DAN BAHAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK VI
INTAN PURNAMASARI 0723 1321 138
FARLI AGUSTIANTI ODE 0723 1311 041
M.KHADAM TH.SANGADJI 0723 1511 049
AFRISAL JAMAL 0723 1511 018
POPI YANTI SANGAJI 0723 1511 107
YULIANTI Y SAMSI 0723 1511 001
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
2017
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
i
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
ii
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
iii
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
iv
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Struktur dan Bahan ini dengan
semaksimal mungkin dan yang terbaik sesuai dengan apa yang kami praktek sebelumnya.
Laporan praktikum ini disusun setelah mengikuti praktikum Struktur dan Bahan
di laboratorium Struktur dan Bahan untuk melengkapi persyaratan akademik di Fakultas
Teknik Universitas Khairun Ternate.
Dalam pelaksanaan praktikum dan penyusun laporan ini tentu saja kami menemui
banyak kesulitan, namun berkat rahmat Allah SWT serta bantuan dan pengarahan dari
Dosen dan pengawas praktek, kami dapat menyelesaikan praktikum dan laporan ini. Oleh
sebab itu dengan tulus dan penuh kerendahan hati kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Bapak Chairul Anwar, ST.,MT Selaku Ketua Jurusan Sipil Fakultas Teknik
UNKHAIR Ternate.
2. Imran, ST., M.Eng Selaku Kepala Laboratorium Struktur dan Bahan Fakultas
Teknik UNKHAIR Ternate.
3. Imran, ST., M.Eng Selaku Asisten Tugas (Laporan) Laboratorium Struktur dan
Bahan Fakultas Teknik UNKHAIR Ternate.
4. Para Asisten Laboratorium Struktur dan Bahan Fakultas Teknik UNKHAIR
Ternate.
Besar harapan kami agar kiranya hasil praktikum ini akan bermanfat khususnya
bagi penyusun maupun pihak-pihak yang lain yang membutuhkan sebagai bahan
perbandingan.Penyusun menyadari bahwa setiap manusia ada keterbatasannya separti ada
pepatah “Tiada siapa paling pandai dan bodoh di dunia ini karena setiap yang pandai itu
boleh menjadi bodoh dan setiap yang bodoh itu boleh menjadi pandai “, maka kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bermanfaat dari para pembaca. Akhirnya
kami sampaikan banyak terima kasih.
Ternate, Juli 2017
Penyusun,
Kelompok. 06
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar asistensi
Lembar pengesahan
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I. Pendahuluan
1.1 Agregat ……………………………………………………….. 1
1.2 Air ……………………………………………………………….. 7
1.3 Beton ……………………………………………………….. 7
1.4 Semen ……………………………………………………….. 13
BAB II. Percobaan Agregat Halus
2.1 Analisa Saringan ……………………………………………….. 17
2.2 Berat Jenis dan Penyerapan Air ……………………………….. 22
2.3 Berat Volume ……………………………………………….. 26
2.4 Kadar Air ……………………………………………………….. 31
2.5 Kadar Lumpur ……………………………………………….. 34
BAB III. Percobaan Agregat Kasar
3.1 Analisa Saringan ……………………………………………….. 38
3.2 Berat Jenis dan Penyerapan Air ……………………………….. 43
3.3 Berat Volume ……………………………………………….. 47
3.4 Kadar Air ……………………………………………………….. 52
3.5 Kadar Lumpur ……………………………………………….. 55
3.6 Abrasi / Keausan ……………………………………………….. 58
BAB IV. Penggabungan Agregat
4.1 Cara Analitis ……………………………………………….. 62
4.2 Cara Grafis …………………………………………….…. 63
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
vi
BAB V.Pemeriksaan Beton
5.1 Pendahuluan …………………….…………………………. 65
5.2 Jenis-jenis Beton ……………………….………………………. 65
5.3 Tenik Pembuatan ……………………………………………..… 66
5.4 Kelas dan Mutu Beton ………………………………….……. 66
5.5 Sifat Pengerjaan Beton ……………………………………….. 67
5.6 Percobaan Cara Pengukuran Sifat Pengerjaan ……….………. 67
5.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Beton …….…. 67
5.8 Persiapan Pengujian …………………………….…………. 67
BAB VI.Rancangan Campuran Beton
BAB VII. Percobaan Beton
7.1 Beton Segar …………………….…………………………. 73
7.2 Nilai Slump ……………………….………………………. 76
7.3 Kuat Tekan Beton Keras ……………………………………..… 78
7.4 Kuat Tarik Belah Beton ………………………………….……. 85
BAB VIII. Percobaan Beton
8.1 Kesimpulan ……………………………………………….. 91
8.2 Saran ……………………………………………………….. 91
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 AGREGAT
Agregat untuk bahan campuran beton ada dua macam yaitu agregat halus
(pasir) dab agragat kasar (kerikil). Keduanya dapat diperoleh secara alamiah maupun
secara buatan (manual). Secara umum, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh agregat
beton antara lain :
☻ Butiran agregat harus anorganik
☻ Butiran agregat dapat diperoleh dari alam atau buatan (batu pecah).
Kegunaan agregat antara lain :
☻ Memberikan kekuatan pada beton
☻ Memperkecil penyusutan
☻ Memberi sifat tertentu pada beton.
Agregat diperoleh dari deposit alam seperti pasir dan kerikil alam ataupun penggalian.
Pasir alam lebih banyak dan ekonomis sebagai sumber deposit. Agregat dari sumber
alam dan batuan yang digunakan sebagai agregat antara lain :
1. Deposit aluvial
a. Deposit fluviatile
Terdapat di dasar sungai yang mutunya tergantung dari umur dan kondisi sungai
tersebut. Agregat dari sungai ini mempunyai umur sedang dan mempunyai
kualitas yang baik untuk beton.
b. Deposit fluviatile
Agregat ini terdapat di dalam atau di padang es yang telah hancur oleh arus dan
mempunyai kualitas yang baik karena telah mengalami abrasi.
c. Deposit fluviatile
Agregat ini terdapat di pinggiran es terdiri dari agregat yang heterogen dan tidak
baik digunakan untuk beton karena mengandung banyak lumpur.
2. Deposit marine
Agregat ini terdapat di pesisir pantai sebagai hasil dari kumpulan aliran pasang surut
muara sungai. Bentuknya bulat dan pasirnya halus.
Secara umum agregat yang baik haruslah agregat yang mempunyai bentuk yang
menyerupai kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil secara
kimiawi.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
2
Agregat yang digunakan untuk campuran beton, terdiri dari 60 % s/d 75 % dari volume
totalnya oleh karena itu sifat-sifatnya sangat mempengaruhi hasil beton. Pemakaian yang
agregat yang banyak dapat mengurangi penyusutan akibat mengerasnya
(mengeringnya) beton, dan dapat mempengaruhi koefisien expansi akibat panas.
Keuntungan digunakannya agregat :
 Murah
 Menimbulkan sifat volume yang stabil:
- mengurangi susut
- mengurangi rangkak
- memperkecil pengaruh suhu
Acuan yang Digunakan
Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu ketentuan berikut:
1. ASTM C 33, Spesifikasi agregat untuk beton.
2. SNI 03-2461-1991, Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur.
Klasifikasi Agregat
Berdasarkan ASTM C-33, agregat dibagi atas dua kelompok, yaitu :
AGREGAT KASAR ( KERIKIL )
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintergrasi dari batuan-
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dapr pecahan batu.
Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasat adalah agregat dengan besar
butir lebih dari 5 mm. Agregat harus terdiri dari butir-butir yang keras dan hanya
diperbolehkan mengandung butir-butir pipih sebesar 20 % dari agregat seluruhnya.
Sgregat kasar harus bersifat kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
Agregat
(ASTM C-33)
Kasar
Halus
Batas bawah pada ukuran 4.75
mm atau ukuran saringan no.4
(ASTM)
Batas bawah ukuran pasir =
0.075 mm (no. 200) Batas atas
ukuran pasir = 4.75 mm (no. 4)
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
3
Tidak boleh mengandung lempur lebih dari 1 % terhadap berat kering. Bila lebih dari 1 %
harus dicuci. Tidak diperkenankan mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat yang reaktif alkali. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa
dengan bejana penguji dari rudeloff fengan beban penguji 20 ton, dengan mana harus
dipenuhi syarat-syarat berikut :
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19 mm lebih dari 24 % berat.
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 – 30 mm lebih dari 22 % berat.
- Atau dengan mesin LOS ANGELES, dengan mana tidak boleh terjadi kehilangan
berat lebih dari 50 %.
Harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan
susunan ayakan ISO harus memenuhi syarat :
- Sisa diatas ayakan 31,50 mm, harus minimum 0 % berat.
- Sisa diatas ayakan 4,00 mm, harus berkisar antara 90 % dan 95 % berat.
- Selisih antara sisa-sisa komulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah max
60 % dan min 10 % berat.
Klasifikasi Bentuk dan Tekstur Agregat
Karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan
memegang peranan penting terhadap sifat beton segar dan yang sudah mengeras.
Menurut BS 812 : Part 1: 1975, bentuk partikel agregat dapat dibedakan atas:
- Rounded - Irregular
- Flaky - Angular
- Elongated - Flaky & Elongated
Bentuk Partikel Agregat Menurut BS 812 : Part 1: 1975
Rounded Irregular Angular Flaky Elongated
Flaky
and
Elongated
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
4
Partikel dengan ratio luas permukaan terhadap volume yang tinggi menurunkan
workability campuran beton (contoh partikel yang bentuknya flaky dan ellongated)
Menurut BS 812 : Part 1 : 1975, tekstur permukaan agregat dapat dibedakan atas:
- Glassy - Smooth
- Granular - Rough
- Crystalline - Honeycombed
Bentuk dan tekstur permukaan agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton
segar seperti kelecakan.
Sifat Mekanik Agregat
1. Gaya lekat (bond)
Semakin kasar tekstur, semakin besar daya lekat antara agregat dengan pasta
semen.
2. Mekanisme lekatan (bond) antara Agregat dan Pasta Semen.
Ikatan Fisik, Yaitu agregat yang mempunyai permukaan yang kasar dapat
mengembangkan ikatan yang baik dengan pasta semen.
Ikatan Kimia, Yaitu agregat yang mengandung silica (jenis slag) dapat
mengikat dengan pasta semen secara kimiawi (reaksi hidrasi
pada permukaan agregat).
3. Kekuatan
Informasi mengenai kekuatan partikel agregat harus diperoleh dari pengujian
tak langsung antara lain dari pengujian tekan sampel batuan, nilai crushing
tumpukan agregat atau performance agregat dalam beton.
4. Toughness
Didefinisikan sebagai daya tahan agregat terhadap kehancuran akibat beban
impact.
5. Hardness
Daya tahan terhadap keausan agregat, merupakan sifat yang penting bagi
beton yang digunakan untuk jalan atau permukaan lantai yang harus memikul
lalu lintas berat.
Sifat Fisik Agregat
1. Specific Gravity
2. Apparent Specific Gravity
3. Bulk Specifik Gravity (SSD)
4. Bulk Density
5. Porositas dan Absorpsi
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
5
Sifat-sifat fisik agregat di atas dibutuhkan dalam perhitungan proporsi agregat dalam
campuran beton
Sifat-Sifat Lainnya
1. Gradasi
Gradasi dan ukuran maksimum agregat sangat penting karena akan
mempengaruhi proporsi agregat dalam campuran, kebutuhan air, jumlah
semen, biaya produksi, sifat susut dan durabilitas beton.
2. Kandungan air
Perlu diketahui untuk mengontrol besarnya jumlah air didalam suatu campuran
beton.
AGREGAT HALUS ( PASIR)
Agregat halus merupakan pengisi (filler) berupa pasir. Ukurannya bervariasi
antara ukuran saringan no.4 sampai no. 100 (saringan standar Amerika). Agregat halus
yang baik harus bebas dari bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari
saringan no. 100 atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton.
Kebanyakan agregat masih memerlukan adanya pencucian karena terdapat lumpur dan
zat-zat organik didalamnya. Sebagian besar pasir di Indonesia masih banyak
mengandung butir-butir halus, sehingga harus dihilangkan dengan mengadakan
pencucian yang juga sekaligus untuk menghilangkan kotoran-kotoran lumpur, zat-zat
organik dan penyaringan di atas saringan 4,8 mm.
Pasir yang baik harus keras, bersih, tajam, kasar dan tidak mengandung bahan
organik. Diameter pasir antara 0,063 – 5,00 mm. Pasir yang baik bisa diperoleh dari
sungai, kali dan pasir buatan. Pasir buatan haruslah memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Butiran-butirannya tajam, tidak dapat dihancurkan dengan tangan
2. Tidak mudah dihancurkan oleh cuaca
3. Kandungan lumpur maksimum 5% terhadap berat kering, jika kandungan
lumpurnya
4. lebih besar dari 5% maka pasir harus dicuci.
5. Pasir tidak boleh terlalu banyak mengandung bahan organik, hal ini dapat
diketahui dengan percobaan Abrame Harder
6. Pasir harus memenuhi gradasi :
a. Sisa diatas ayakan 4 mm, minimal 2% dari berat kering.
b. Sisa diatas ayakan 1 mm, minimal 10% dari berat kering.
c. Sisa diatas ayakan 0,25 mm, minimal 80-95% dari berat kering
7. Pasir tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali
8. Apabila dicuci dengan larutan Natrium Sulfat, bagian yang hancur harus lebih
kecil dari 10%
9. Pasir laut tidak boleh dipakai, bila terpaksa harus melalui riset di laboratorium.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
6
Ada beberapa jenis pasir yang perlu diketahui, antara lain :
1. Pasir kali
Pasir kali tersusun dari bahan yang sama seperti batu kali. Perbedaannya terletak
pada ukuran butirnya, dimana pasir adalah fragmen-fragmen batuan yang berukuran
0,016 – 2 mm. Jika ukurannya kurang dari 0,016 mm, maka dinamakan lanau dan
demikian pula dengan pasir halus dan pasir kasar. Pasir kali baik digunakan untuk
campuran beton maupun untuk pekerjaan urugan.
1. Pasir kuarsa putih
Pasir ini sehari-hari kita kenal sebagai batu sedimen yang terbentuk dari pelapukan
batuan kuarsa dan batuan-batuan lain yang mengandung kristal-kristal kuarsa. Di
negara kita lazimnya bahan galian ditemuukan di tepian sungai, pantai dan dasar
laut. Kegunaan dari pasir jenis ini antara lain :
a. Untuk pembuatan berbagai macam gelas (kaca) sebagai bahan pokok
b. Untuk pembuatan semen Portland, dan lain-lain.
2. Pasir kuarsa hitam
Pasir ini dapat digunakan untuk bahan bangunan, yang sehari-hari dikenal dengan
warnanya yang kehitam-hitaman. Pasir ini terdiri dari kristal-kristal SiO2. Asal mula
terbentuknya sama dengan pasir kuarsa putih, yaitu dari berbagai macam kotoran
yang dapat terdiri dari oksida-oksida logam dan bahan-bahan organik. Kegunaan dari
pasir kuarsa hitam ini adalah :
a. Untuk adukan beton, spesi dan sebagainya
b. Untuk pembuatan batu cetak
c. Untuk meningkatkan daya tahan gesek rel kereta api
d. Untuk pembuatan jalan raya
e. Untuk bangunan basah, dan lain-lain.
Pada Laboratorium Struktur dan Bahan ini, dilakukan 6 percobaan agregat halus (pasir)
yaitu :
1. Analisa saringan / gradasi agregat halus (pasir)
2. Berat jenis dan penyerapan agregat halus (pasir)
3. Berat volume agregat halus (pasir)
4. Kadar air agregat halus (pasir)
5. Kadar lumpur dan lempung agregat halus (pasir)
6. Kadar bahan organik agregat halus (pasir)
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
7
1.2 AIR
Sebagai bahan yang berperan dalam proses hidrasi sehingga pasta mengeras.
Selain itu jumlah air per satuan volume beton akan mempengaruhi nilai slump yang
otomatis akan berpengaruh juga pada workability beton.
Kualitas Air
Kualitas air pencampur biasanya disyaratkan sebagai air yang dapat diminum,
tapi jika mengandung kadar sodium dan potasium yang tinggi (umum dijumpai pada air
tanah) akan menimbulkan bahaya reaksi alkali - agregat. Setiap air dengan pH (derajat
keasaman) antara 6.0 dan 8.0 dan rasanya tidak payau dapat digunakan untuk air
campuran beton. Air yang mengandung bahan organik (umum dijumpai pada air
permukaan) dapat menghambat proses pengerasan beton. Air laut meningkatkan risiko
perkaratan tulangan.
Air yang mengandung jamur jika digunakan sebagai air pencampur dapat meningkatkan
jumlah udara dalam campuran, sehingga dapat menimbulkan reduksi kekuatan beton. Air
yang cocok digunakan sebagai air campuran dapat digunakan sebagai air pembersih
concrete mixer.
1.3 BETON
Beton merupakan suatu campuran antara air, semen, agregat halus, agregat
kasar, dan bahan tambahan jika diperlukan.
Perbedaan material pembuat beton dalam :
- Semen adalah bahan ikat hidorlik
- Agregat campuran adalah bahan batu-batuan yang netral (tidak bereaksi) dan
merpakan bentuk sebagian besar beton (misalnya : pasir, kerikil, batu pecah,
basalt)
- Batuan Semen adalah Campuran antara semen dan air (pasta semen) yang
mengeras ;
- Spesi Mortar adalah Campuran antara semen, agegat halus dan air yang telah
mengeras ;
- Mortar adalah Campuran antar semen, agregat halus dan air yang telah
mengeras;
- Spesi Beton adalah Campuran antara semen, agregat campuran (halus dan
kasar) dan air yang belum mengeras ;
- Beton adalah Campuran antara semen, agregat campuran dan air air yang telah
mengeras ;
- Bahan Tambahan adalah Bahan kimia tambahan yang ditambahkan ke dalam
spesi beton dan/atau beton untuk mengubah sifat beton yang dihasilkan
(misalnya accelator, retarder dan sebagainya)
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
8
Dalam bidang bangunan, yang dimaksudkan dengan beton merupakan
campuran massa yang terbentuk dari agregat halus dan agregat kasar dan pasta semen
sebagai pasta pengikat agregat dengan perbandingan – perbandingan tertentu. Beton
juga dapat diartikan sebagai bahan bangunan dan konstruksi yang sifat – sifatnya dapat
ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan perencanaan dan pengawasan yang teliti
terhadap bahan – bahan yang diilih.
Beton sebagai bahan konstruksi mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
bahan konstruksi lainnya karena dibuat dalam campuran air maka dapat dibentuk sesuai
dengan cetakan dan setelah dingin memiliki nilai kekuatan yang besar. Campuran beton
dikatakan baik jika memenuhi syarat kekuatan, syarat keaweran, kedap air dan syarat
workability.
Mutu beton sangat dipengaruhi oleh kwalitas bahan pembentuk, komposisi
campuran dan metode pelaksanaan. Mutu beton dinyatakan dalam bentuk Kp (PBI 1971)
yang berarti beton dengan karakteristik p kg/cm
2
, yaitu : kekuatan tekan , dimana dari
sejumlah besar hasil pemeriksaan benda uji kubus beton ukuran 15 x 15 x 15 cm
3
kemungkinan adanya kekuatan hancur yang kurang dari p kg/cm
2
itu terbatas sampai 5%
saja. Bentuk lain symbol mutu beton dinyatakan dalam bentuk f’c (SK SNI T-15-1991-03),
yaitu kuat tekan beton yang disyaratkan oleh perencanaan struktur (benda uji silinder
dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), dipakai dalam perencanaan struktur beton
dan dinyatakan dalam satuan Mpa (Mega Pascal).
Campuran untuk suatu mutu beton tertentu dapat diterntukan dalam bentuk
perbandingan berat atau volume, jika diinginkan campuran yang baik utamanya untuk
mutu beton tinggi, maka sebaiknya komposisi campuran dibuat dalam perbandingan
berat (takaran berat) untuk pelaksanaan. Metode yang sering digunakan untuk membuat
suatu rancangan campuran beton antara lain dengan metode Development of
Environment (DOE) dan metode PCA ACI.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
9
Ada beberapa sifat dasar beton sebagai berikut ;
Kekuatan Beton
Beton sangat tahan terhadap gaya tekan dibanding gaya-gaya lainnya, sehingga
kuat tekan merupakan ciri yang umum untuk menggambarkan kekuatan suatu beton.
Kuat tekan beton tergantung pada aktiva semen, water cement ratio, kualitas agregat,
waktu, kondisi pengerasan, dsb.
Semen yang memiliki aktiva tinggi sudah jelas menghasilkan beton yang lebih baik,
namun hal tersebut juga tergantung dengan jumlah air yang ditambahkan pada
campuran beton.
Bila kekuatan agregat semakin menurun maka kekuatan beton juga semakin rendah.
Kasarnya permukaan agregat juga mempengaruhi kekuatan beton.
Untuk mengetahui kekuatan beton biasanya dilakukan uji kuat tekan dengan beton
berbentuk:
1. Kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm
2. Silinder ukuran:
Diameter : 15 cm
Tinggi : 30 cm
Workability
Pengertian praktisnya adalah kemudahan dalam mengolah beton sejak masih berada
dalam proses pengadukan atau pencampuran sampai selesai dipadatkan.
Pengertian sebenarnya adalah sejumlah kerja internal yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat pemadatan yang penuh.
Kekuatan beton sangat dipengaruhi adanya void pada massa yang dipadatkan, jadi
sangat penting untuk mencapai densitas maksimumnya.
Hubungan Rasio Densitas dan Rasio Kekuatan
Sumber : Modul pelatihan teknologi beton (LSB), Beton Segar
Pentingnya tingkat pemadatan ditunjukkan pada grafik di atas, dimana ditunjukkan
hubungan pertumbuhan kekuatan dengan tingkat kepadatan beton.
Dari grafik tampak, bahwa adanya void dalam beton akan mengurangi tingkat kepadatan
dan kekuatan beton tersebut.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
10
Faktor yang Mempengaruhi Workability
1. Jumlah kandungan air
2. Tipe dan gradasi dari agregat
3. Perbandingan agregat dan semen
4. Kehalusan semen
5. Adanya bahan tambahan (admixtures)
6. Waktu dan Temperatur
Metoda pengukuran workability yang paling umum digunakan adalah uji slump.
Pengujian slump diatur dalam ASTM C-143-78
Kohesi dan Segregasi
Segregasi dapat didefinisikan sebagai pemisahan unsur-unsur campuran yang
heterogen sehingga distribusinya menjadi tidak seragam.
Pada beton, perbedaan ukuran partikel merupakan sebab utama terjadinya
segregasi, tetapi hal ini dapat dikontrol dengan cara pemilihan gradasi agregat dan
penanganan beton yang lebih hati-hati.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
workability
Bahan-bahan
campuran
Semen Air Additive Agregat
Ukuran
Maksimum
Bentuk Gradasi
Rasio
Kasar : Halus
Susunan
Permukaan
Absorpsi
Waktu
Kondisi
Lingkungan
Sekeliling
Suhu Kelembaban
Kecepatan
Angin
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
11
Kondisi Terjadinya Segregasi
1. Campuran kurus (kurang semen)
2. Campuran basah (terlalu banyak air)
3. Campuran “undersanded” (kurang pasir)
4. Gradasi agregat kurang baik
5. Agregat yang digunakan terlalu ringan atau berat
Bleeding
Salah satu bentuk segregasi dimana sejumlah air dari campuran cenderung naik ke
permukaan beton yang baru dicor.
Bleeding disebabkan ketidakmampuan dari partikel solid untuk memegang seluruh
air campuran ketika partikel tersebut mengendap.
Kecenderungan terjadinya bleeding dipengaruhi oleh :
1. Kandungan air dalam campuran
2. Rasio air-semen
3. Sifat semen
4. Suhu (meningkatkan laju bleeding)
Kecenderungan terjadinya bleeding menurun dengan penggunaan :
1. Semen yang mempunyai kandungan alkali yang tinggi atau kandungan C3A
yang tinggi.
2. Semen yang diberi tambahan kalsium klorida (CaCl2)
3. Campuran yang “rich” dari pada campuran yang “lean”
4. Pozzolan atau bubuk aluminium
5. “air entrainment agent”
Klasifikasi Beton
Beton dapat diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam kriteria, seperti
berdasarkan berat satuannya, kekuatannya, pemakaian, dan sebagainya.
Klasifikasi yang umum digunakan adalah berdasarkan berat satuannya dan
kekuatannya.
a. Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuannya
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
12
b. Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya
Klasifikasi
Beton
Berdasarkan
Berat
Satuannya
Beton
Ringan
Beton
Normal
Mempunyai berat satuan
2200 kg/m3
sampai 2500
kg/m3 dan dibuat
menggunakan agregat alam
yang dipecah atau tanpa
dipecah
Mengandung agregat ringan
dan mempunyai berat satuan
tidak lebih dari 1900 kg/m3
Klasifikasi Beton
Berdasarkan
Kekuatannya
Beton Mutu
Normal
(Normal Strength
Concrete)
Beton Mutu
Tinggi
(High Strength
Concrete)
Beton Mutu
Sangat Tinggi
(Very High
Strength
Concrete)
Memiliki kekuatan
200-500 kg/cm2
Memiliki kekuatan
> 800 kg/cm2
Memiliki kekuatan
> 800 kg/cm2
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
13
Material Pembentuk Beton
Secara umum komposisi unsur pembentuk beton adalah sebagai berikut:
Campuran material pembentuk beton harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga
terpenuhi syarat-syarat :
1. Kekenyalan tertentu yang memudahkan adukan beton ditempatkan pada
cetakan/bekisting (workability) dan kehalusan muka semen (finishability) beton
basah yang ditentukan dari:
a. Volume pasta adukan
b. Keenceran pasta adukan
c. Perbandingan campuran agregat halus dan kasar
2. Kekuatan Rencana dan ketahanan (durability) beton setelah mengeras
3. Ekonomis dan optimum dalam pemakaian semen
1.4 SEMEN
Semen Portland atau kadang disebut semen adalah bahan pengikat hidrolis
berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini
terutama terdiri dari silikat – silikat kalsium yang berdifat hidrolis), dengan batu gips
sebagai bahan tambahan. Bahan baku pembuatan semen adalah bahan – bahan yang
mengandung kapur, silica, alumina, oksida besi, dan oksida – oksida lainnya. Jika bubuk
halus tersebut dicampurkan dengan air, maka akan menjadi pasta dan dalam waktu
beberapa saat dapat menjadi keras. Jika pasta semen tersebut dicampurkan dengan
pasir, maka akan menghasilkan mortar semen.
Dari segi kekuatan yang dihasilkan pada beton, semen Portland dapat
digolongkan terhadap :
Unsur
Beton
Agregat Kasar
dan
Agregat Halus
Air
(14% - 21%)
Semen
(7% - 15%)
Udara
(1% - 8%)
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
14
a. Semen Portland mutu S-400, yaitu semen Portland dengan kuat tekan pada
umur 28 hari sebesar 400 kg/cm
2
b. Semen Portland mutu S-475, yaitu semen Portland dengan kuat tekan pada
umur 28 hari sebesar 475 kg/cm
2
c. Semen Portland mutu S-550, yaitu semen Portland dengan kuat tekan pada
umur 28 hari sebesar 550 kg/cm
2
d. Semen Portland mutu S-S, yaitu semen Portland dengan kuat tekan pada umur 1
hari sebesar 225 kg/cm
2
dan pada umur 7 hari sebesar 525 kg/cm
2
e. Ukuran kehalusan butir semen Portland mempengaruhi mutu semen Portland
tersebut.
Jika semen Portland diberi air, maka air akan berangsur – angsur mengadakan
persenyawaan dengan senyawa – senyawa semen. Sebagian dari senyawa semen akan
larut membentuk senyawa dengan air, yaitu membentuk gel (agar – agar). Suatu semen
yang baru saja bercampur dengan air (pasta semen), merupakan suatu massa plastis
yang terdiri dari butiran semen dan air. Setelah pasta semen mulai mengeras, tampaknya
bervolume tetap. Hasil pengerasan ini terdiri dari hidrat senyawa – senyawa semen yang
ada yang berupa agar – agar, Kristal – Kristal kapur padam, sedikit senyawa lain, dan
butiran semen yang tidak bersenyawa dengan air.
Kualitas Semen
Semen harus memenuhi salah satu ketentuan berikut:
1. SNI-15-2049-1994, Semen portland
2. ASTM C 595, Spesifikasi semen blended hidrolis, kecuali tipe S dan SA yang
tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama beton
3. ASTM C 845, Spesifikasi semen hidrolis ekspansif
Penyimpanan semen di tempat lembab akan mengakibatkan penurunan kekuatan.
Sebaiknya menimbun karung semen rapat satu sama lain, diatas ganjalan-ganjalan kayu
dan tidak dirapatkan ke dinding. Penyimpanan yang lama seharusnya mempunyai tutup
kedap air.
Jenis-Jenis Semen
 Semen Tipe I (semen biasa/normal)
Kehalusan  350 - 400 m2/kg
Semen Tipe I
(Semen Biasa/Normal)
Penggunaan umum pada
semua jenis bangunan
dan konstruksi
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
15
 Semen Tipe II (semen panas sedang)
- Kehalusan  300 m2/kg
- Ketahanan terhadap sulfat cukup baik
- Panas hidrasi tidak tinggi
 Semen Tipe III (semen cepat mengeras)
- Kehalusan  500 m2/kg
- Laju pengerasan awal tinggi
- Untuk rasio air semen yang sama, penggunaan semen tipe III akan
menghasilkan kuat tekan 28 hari yang lebih rendah dibandingkan penggunaan
semen tipe I
- Tidak baik untuk beton mutu tinggi
 Semen Tipe IV (semen panas rendah)
- Kehalusan butirnya lebih kasar dari tipe I
- Digunakan bila menginginkan panas hidrasi yang rendah
 Semen Tipe V (semen tahan sulfat)
- Kehalusan  300 m2/kg
- Panas hidrasi rendah
- Ketahanan terhadap sulfat tinggi
- Laju pengerasan rendah
Semen Tipe II Digunakan untuk pencegahan
serangan sulfat dari lingkungan,
seperti sistem drainase dengan sifat
kadar konsentrasi sulfat tinggi di
dalam air tanah
Semen Tipe III Digunakan pada aplikasi yang memerlukan
kekuatan awal beton yang tinggi, misalnya
pada pembukaan bekisting yang
dipercepat, pekerjaan perbaikan dan lain-
lain
Semen Tipe IV Digunakan pada aplikasi yang membatasi
peningkatan temperatur yang tinggi untuk
menghindari timbulnya tegangan termal pada
beton, contoh pada pengecoran masal dan
pengecoran dalam cuaca yang panas
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
16
Semen Tipe V Pada bangunan yang membutuhkan
ketahanan sulfat yang tinggi, seperti pada
bangunan laut atau bangunan yang
berada di atas tanah yang mengandung
sulfat
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
17
BAB II
PERCOBAAN AGREGAT HALUS ( PASIR )
PERCOBAAN 2.1.
ANALISA SARINGAN / GRADASI
AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui susunan butir agregat dari yang besar sampai halus untuk
keperluan desain beton.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker)
2. Saringan untuk agregat halus dengan ukuran;
no. 4, no. 8, no. 16, no. 30, no. 50, no. 100 dan no. 200
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven
6. Pasir 2000 gram
Gambar satu set analisa saringan
C. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Persiapan Bahan
1. Ambil contoh agregat halus dengan cara perempat sebanyak 500 gram
2. Oven selama 24 jam.
3. Timbang pasir kering oven sebanyak 500 gr. Kondisi suhu kamar.
Agregat sebelum dioven Agregat dikeringkan dengan oven
pada suhu (110+5)0
C sampai berat
menjadi tetap
Memasukkan
agregat ke dalam
talam
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
18
b. Analisis Saringan
1. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan. Mulai
dari pan, lubang saringan terkecil dan seterusnya sampai lubang saringan
terbesar.
2. Masukkan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang saringan
pada mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama 15 menit.
3. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu mengendap.
4. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan beserta
isinya.
5. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.
6. Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapatkan faktor
kehalusan.
7. Hitung persentase lolos.
8. Plot ke dalam grafik hasil perhitungan lolos.
9. Finess Modulus adalah jumlah kumulatif persen dari suatu perhitungan
analisa ayakan agregat pada seri lubang #0,15 mm, #0,30 mm, #0,60 mm
sampai dengan # saringan maksimum pada seri ayakan berbanding 1:2
dibagi dengan 100.
D. ANALISA PERHITUNGAN
% tinggal kumulatif
Fpasir =
100
dimana : Fpasir = modulus kehalusan pasir
Menyiapkan
perangkat saringan
agregat yang
sudah disusun
berdasarkan no.
saringan
Memasukkan benda
uji yang sudah dioven
ke dalam saringan
(berat contoh harus
sesuai dengan tabel
saringan)
Saringan + benda
uji digoyang
dengan mesin
selama 15 menit
Benda uji yang
tertahan pada tiap
no. saringan
dituangkan ke
talam Benda uji + talam
ditimbang, lalu
dihitung berat
benda uji tersebut
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
19
UkuranSaringan
Berat
tertahan
tiap
saringan
Kumulatif(A)
Berat
tertahan
tiap
saringan
Kumulatif(B) Rata-rata Spesifikasi
A & B
ASTM (mm) (gr) Tertahan(gr) % Tertahan % Lolos (gr) Tertahan(gr)% Tertahan % Lolos % Lolos
No. 4 4,760 0,0 0,00 0,00 100,00 0,0 0,00 0,00 100,00 100,00 100
No. 8 2,360 35,0 35,00 7,00 93,00 40,0 40,00 8,00 92,00 92,50 90-100
No. 16 1,190 50,0 85,00 17,00 83,00 70,0 110,00 22,00 78,00 80,50 85-100
No. 30 0,525 85,0 170,00 34,00 66,00 75,0 185,00 37,00 63,00 64,50 75-100
No. 50 0,300 175,0 345,00 69,00 31,00 60,0 245,00 49,00 51,00 41,00 60-79
No. 100 0,150 105,0 450,00 90,00 10,00 220,0 465,00 93,00 7,00 8,50 12-40
Pan - 50,0 500,00 100,00 0,00 35,0 500,00 100,00 0,00 0,00 0-10
500,00 317,00 383,00 500,00 309,00 391,00 387,00Jumlah
Modulus Kehalusan(F)contohA =
317-100
=
Rata-rata = 2,13%
100
Modulus Kehalusan(F)contohB =
309-100
= 2,09%
100
2,17%
E. DATA PENGAMATAN
Tabel Analisa Saringan Agregat Halus
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
20
GRAFIK ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
ZONA –III
F. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan kami nilai modulus kehalusan pasir adalah 2,13 %. Maka nilai
ini masuk dalam spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu 1,50% – 3,80%.
Mengetahui,
Asisten Laboratori
ZULHAM S LAMBADO
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
21
G. DOKUMENTASI
PERCOBAAN 2.2.
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT HALUS (PASIR)
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
22
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bulk apparent spesific gravity dan
absorbsi dari agregat halus (pasir) menurut ASTM C-127. Nilai ini diperlukan untuk
menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam adukan beton
B. ALAT DAN BAHAN
1. Pasir 1500 gram
2. Talang (wadah)
3. Aquades
4. Piknometer dengan kapasitas 500 gram
5. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram yang mempunyai kapasitas minimum
sebesar 1000 gram
6. Oven
7. Cetakan Kerucut kuningan
8. Penumbuk
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang pasir seberat 1500 gram.
2. Rendam selama ± 24 jam.
3. Setelah direndam ± 24 jam, keringkan pasir hingga mencapai keadaan kering
permukaan (SSD). Untuk mengetahui kondisi SSD tercapai, ambil kerucut
kuningan tempatkan di tempat yang rata kemudian masukkan sampel 1/3
bahagian, gunakan penumbuk untuk memadatkan tumbuk 8 kali dengan tinggi
jatuh kurang lebih 5 cm. Untuk lapis kedua ditumbuk 8 kali dan lapis ketiga 7 kali.
4. Timbang kondisi SSD sebanyak 500 gr, ambil 2 sampel.
5. Timbang piknometer (dalam keadaan kosong).
6. Isi piknometer dengan aquades, lalu timbang piknometer yang berisi aquades
tersebut, tuangkan kembali aquades apabila sudah ditimbang.
7. Masukkan pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram tadi ke dalam piknometer, lalu
tambahkan aquades, kocok selama ± 5 menit.
8. Diamkan selama 24 jam untuk mengeluarkan gelembung udara didalamnya.
9. Setelah 24 jam, timbang piknometer + pasir + aquades.
10. Timbang talang (wadah) kosong
11. Tuangkan pasir dari piknometer ke dalam talang (wadah) tersebut lalu oven
selama 24 jam.
12. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan berat
kering.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
23
Dilakukan seperti gambar dibawah ini ;
D. ANALISA PERHITUNGAN
E
Apparent spesific gravity =
E + D – C
E
Bulk spesific gravity on dry basic =
B + D – C
B
Bulk spesific gravity SSD basic =
B + D – C
B – E
Absorption (penyerapan) = X 100%
E
Dimana :
A = berat flask (gram)
B = berat contoh kondisi SSD di udara (gram)
C = berat flask + air + contoh SSD (gram)
D = berat flask + air (standar)
E = berat contoh kering di udara (gram)
Mengeringkan agregat
halus sampai kondisi
tercurah dengan baik
Sebagian dari contoh dimasukan dalam metal
sand cone mold. Benda uji dipadatkan dengan
tongkat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan
adalah 25 kali. Kondisi SSD diperoleh, jika
cetakan diangkat, butir-butir pasir longsor/runtuh
Mengisi piknometer
dengan air, kemudian
menimbangnya
Sebanyak 500 gr pasir dalam
kondisi SSD dimasukkan dalam
piknometer berisi air
digoyangkan lalu didiamkan
selama 24 jam
Menimbang berat
pikno+contoh
Memisahkan
benda uji dari
piknometer
Mengeringkan
benda uji pada
suhu (213-230)
F dalam waktu
24 jam Menimbang
benda uji yang
telah
dikeringkan
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
24
E. DATA PENGAMATAN
Tabel Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus
Nomor contoh 1 2
Berat Picnometer A 180 180
Berat contoh jenuh air, kering permukaan (SSD) B 500 500
Berat picnometr + Air + Contoh SSD C 950 955
Berat picnometer + Air D 670 655
Berat contoh kering oven E 490 495
Berat jenis Bulk Kering Oven E/(B+D-C) 2,227 2,475
rata-rata 2,351
Berat jenis bulk jenuh air, kering permukaan B/(B+D-C) 2,273 2,500
rata-rata 2,386
E/(E+D-C) 2,333 2,538
rata-rata
(B-E)/E x 100% 2,041 1,010
rata-rata 1,525
berat jenis semu
2,436
penyerapan air
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
25
F. KESIMPULAN
Jadi dari hasil perhitungan di atas, berat jenis dan penyerapan agregat halus
berturut –turut adalah 2,351 ; 2,386 ; 2,436 ; 1,525.
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
ZULHAM S LAMBADO
G. DOKUMENTASI
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
26
PERCOBAAN 2.3.
BERAT VOLUME AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan berat isi/volume agregat halus (pasir) baik dalam kondisi lepas
maupun kondisi padat.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Agregat halus (pasir)
2. Kontainer/wadah baja
3. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % dari berat contoh
4. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat
dari baja tahan karat
C. PROSEDUR PERCOBAAN
☻ Kondisi Lepas
1. Ukur volume kontainer.
2. Timbang kontainer dalam keadaan kosong.
3. Isi kontainer dengan pasir sampai penuh.
4. Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata.
5. Timbang berat kontainer + pasir.
☻ Kondisi Padat
1. Ukur volume kontainer.
2. Timbang berat kontainer
3. Masukkan agregat halus (pasir) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian lalu tumbuk
dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
4. Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2.
5. Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan atas
kontainer lalu tusuk kembali sebanyak 25 kali.
6. Ratakan permukaannya dengan alat perata.
7. Timbang berat kontainer + pasir.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
27
Lakukan prosedur percobaan diatas seperti gambar dibawah ini ;
 Persiapan bahan
 Berat isi dalam kondisi lepas
SSSS
 Berat isi dalam kondisi Padat
Siapkan agregat
secukupnya
Masukkan Agregat ke
dalam talam
Talam diisi agregat
sebanyak kapasitas
wadah baja silinder
Agregat dikeringkan dengan oven
pada suhu (110+5) C sampai
berat menjadi tetap
Menyiapkan
wadah baja
kosong
Wadah ditimbang
pada timbangan
dengan ketelitian
0.1% (W1)
Benda uji yang sudah di
oven dimasukkan kedalam
wadah dengan hati-hati
agar tidak terjadi
pemisahan butiran, dari
ketinggian 5 cm di atas
wadah sampai penuh
Meratakan
benda uji
dengan mistar
perata
Menimbang berat
wadah + benda uji
(W2), jadi didapat
berat benda uji
(W3=W2-W1)
Menyiapkan
wadah baja
kosong
Wadah ditimbang
pada timbangan
dengan ketelitian
0.1% (W1)
Mengisi wadah dengan
benda uji dengan 3
lapis yang sama tebal.
Setiap lapis dipadatkan
dengan tongkat
pemadat, ditusukkan
25 kali secara merata
setiap lapisnya
Meratakan
benda uji
dengan mistar
perata
Wadah telah
terisi oleh 3
lapis benda uji
yang masing-
masing telah
ditumbuk 25
kali
Menimbang berat
wadah + benda uji
(W2), jadi didapat berat
benda uji (W3=W2-W1)
1/3 h
wadah
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
28
D. ANALISA PERHITUNGAN
W2 - W1
Berat volume agregat =
V
Dimana :
W1 = berat kontainer (kg) V = volume kontainer (cm
3
)
W2 = berat kontainer + pasir (kg)
E. DATA PENGAMATAN
Tabel hasil pemeriksaan berat volume agregat halus
Halus kondisi lepas
JENIS SAMPEL 1 2
Berat slinder kosong ( gram) A 10,545 10,545
berat slinder + Agregat (gram) B 19,945 19,955
Volume slinder (ltr) C = 1/4 ( 3,144)(t)(d^2) 5,300 5,300
Berat sampel ( gram) D = ( B-A ) 9,40 9,41
Berat Volume (gr/ltr) E =D/C 1,774 1,775
RATA-RATA 1,775
Halus kondisi padat
JENIS SAMPEL 1 2
Berat slinder kosong ( gram) A 10,545 10,545
berat slinder + Agregat (gram) B 19,960 19,975
Volume slinder (ltr) C = 1/4 ( 3,144)(t)(d^2) 5,300 5,300
Berat sampel ( gram) D = ( B-A ) 9,42 9,43
Berat Volume (gr/ltr) E =D/C 1,776 1,779
RATA-RATA 1,778
Berat Volume Rata-Rata:
Kondisi Lepas = 1,775
Kondisi Padat = 1,778
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
29
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan berat volume pasir, dalam kondisi lepas dan kondisi padat
digabungkan (dirata-ratakan) maka diperoleh berat volume pasir adalah 1,78 kg/ltr,
dapat memenuhi spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu 1,6 – 1,9 kg/liter.
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
ZULHAM S LAMBADO
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
30
G. DOKUMENTASI
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
31
PERCOBAAN 2.4.
KADAR AIR AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar air agregat halus (pasir) dengan cara pengeringan. Kadar
air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dalam
keadaan kering. Percobaan ini digunakan untuk menyesuaikan berat kadar air beton
apabila terjadi perubahan kadar kelembaban beton.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Pasir 2000 gram
2. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % dari berat contoh
3. Talang (wadah)
4. Oven
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang talang kosong yang digunakan.
2. Pasir ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan).
3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100
0
C.
4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan berat
kering.
Dilakukan percobaan seperti gambar dibawah ini ;
Menimbang dan
mencatat berat
talam (W1)
Memasukan
benda uji ke
dalam talam yang
telah ditimbang
(W2)
Hitung berat
benda uji
(W3=W2-W1)
Benda uji dioven
sampai mencapai
bobot tetap Setelah kering
benda uji
ditimbang (W4)
lalu dihitung berat
kering (W5)
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
32
D. ANALISA PERHITUNGAN
C – D
Kadar air (%) = X 100%
C
Dimana :
C = berat basah (kondisi lapangan)
D = berat kering (setelah dioven)
E. DATA PENGAMATAN
Tabel hasil Pemeriksaan kadar air agregat halus
JENIS SAMPEL 1 2
Berat contoh pasir ( gram) A 500 500
Berat contoh kering oven ( gram) B 485 480
Kadar air (%) ( A-B)/A .100 % 3 4
RATA-RATA 3,5
F. KESIMPULAN
Dari Hasil pengamatan kadar air agregat halus sebesar 3,5 %, maka dapat
memenuhi spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu 3% - 5%.
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
ZULHAM S LAMBADO
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
33
G. DOKUMENTASI
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
34
PERCOBAAN 2.5.
KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kadar lumpur (lempung) pada pasir dengan cara pencucian.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Pasir dengan berat kering 1000 gram
2. Talang (wadah)
3. Oven
4. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % dari berat contoh
5. Aquades
6. Saringan no. 200
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Oven pasir sebanyak 1000 gram selama 24 jam.
2. Setelah 24 jam timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat kering.
3. Setelah ditimbang cucilah pasir dengan cara :
a. Masukkan kedalam saringan no. 200 dan diberi air pencuci secukupnya,
sehingga benda uji terendam.
b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit.
c. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih (lumpur
hilang).
4. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu 100
o
C.
5. Setelah dioven, timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
(A – B)
Kadar lumpur = X 100%
B
Dimana :
A = berat kering sebelum dicuci (gram)
B = berat kering setelah dicuci (gram)
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
35
E. DATA PENGAMATAN
Tabel hasil pemeriksaan kadar lumpur agregat halus
JENIS SAMPEL 1 2
Berat contoh kering sebelum dicuci ( gram) A 500 500
berat contoh kering setelah dicuci (gram) B 480 470
Kadar lumpur (%) C = ( A-B)/A . 100% 4 6
RATA-RATA 5
F. KESIMPULAN
Dari Hasil pengamatan kadar lumpur agregat halus (pasir) yaitu 5%, maka dapat
memenuhi spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu maksimal 5,0%.
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
ZULHAM S LAMBADO
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
36
G. DOKUMENTASI
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
37
REKAPITULASI HASIL PENGAMATAN
AGREGAT HALUS
NO
Karakterisik
Interval
Hasil
Keterangan
Agregat Pengamatan
1 Kadar Lumpur Max - 5% 5 Memenuhi
3 Kadar air 3 - 5 % 3,5 Memenuhi
4 Berat volume
a. Kondisi padat 1,6-1,9 kg/liter 1,778 Memenuhi
b. kondisi lepas 1,6-1,9 kg/liter 1,775 Memenuhi
5 Penyerapan (Absorption) 3% 1,525 Memenuhi
6 Berat jenis spesifik
a. Berat jenis semu Min - 2,5 2,436 Memenuhi
b. Berat jenis kering oven Min - 2,5 2,351 Memenuhi
c. Berat jenis kering
permukaan Min - 2,5 2,386 Memenuhi
7 Modulus kehalusan 1,5-3,8 2,13 Memenuhi
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
ZULHAM S LAMBADO
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
38
BAB III
PERCOBAAN AGREGAT KASAR ( KERIKIL )
PERCOBAAN 3.1.
ANALISA SARINGAN / GRADASI
AGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui susunan butir agregat kasar dari yang besar sampai halus untuk
keperluan desain beton.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker)
2. Saringan untuk agregat kasar dengan ukuran; 37,5; 25,4; 19,05; 9,60; 4,75.
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven
6. Kerikil 1000 gram
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil contoh agregat dengan cara perempat sebanyak 1000 gram.
2. Oven selama 24 jam.
3. Timbang agregat kering oven sebanyak 1000 gr. Kondisi suhu kamar.
4. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan. Mulai dari
pan, lubang saringan terkecil dan seterusnya sampai lubang saringan terbesar.
5. Masukkan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang saringan
pada mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama 15 menit.
6. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu mengendap.
7. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan beserta
isinya.
8. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.
9. Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapatkan faktor
kehalusan.
10. Hitung persentase lolos.
11. Plot ke dalam grafik hasil perhitungan lolos.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
39
Prosedur pelaksanaan seperti gambar dibawah ini ;
D. ANALISA PERHITUNGAN
% tinggal kumulatif ≥ saringan 0,15 mm
Fkerikil =
100
dimana : Fkerikil = modulus kehalusan kerikil
Agregat sebelum dioven Agregat dikeringkan dengan oven
pada suhu (110+5)0
C sampai berat
menjadi tetap
Memasukkan
agregat ke dalam
talam
Menyiapkan
perangkat saringan
agregat yang
sudah disusun
berdasarkan no.
saringan
Memasukkan benda
uji yang sudah dioven
ke dalam saringan
(berat contoh harus
sesuai dengan tabel
saringan)
Saringan + benda
uji digoyang
dengan mesin
selama 15 menit
Benda uji yang
tertahan pada tiap
no. saringan
dituangkan ke
talam
Benda uji + talam
ditimbang, lalu
dihitung berat
benda uji tersebut
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
40
Rata-rata
A & B
Tertahan % % Tertahan % % %
(gr) Tertahan Lolos (gr) Tertahan Lolos Lolos
1' 25,400 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00 100
3/4" 19,050 180,00 180,00 36,00 64,00 150,00 150,00 30,00 70,00 67,00 90-100
3/8" 9,525 200,00 380,00 76,00 24,00 225,00 375,00 75,00 25,00 24,50 20-55
No. 4 4,760 110,00 490,00 98,00 2,00 115,00 490,00 98,00 2,00 2,00 0-10
Pan - 10,00 500,00 100,00 0,00 10,00 500,00 100,00 0,00 0,00 0
500,00 310,00 190,00 500,00 303,00 197,00 193,50
Rata-rata = 7,07%
100
Modulus Kehalusan(F )contohB =
203+ 500
7,03%
100
7,10%
Jumlah
Modulus Kehalusan(F )contohA =
210+ 500
Spesifikasi
ASTM (mm) (gr) (gr)
UkuranSaringan
Berat
tertahan
Kumulatif(A)
Berat
tertahan
Kumulatif(B)
E. DATA PENGAMATAN
Tabel hasil pemeriksaan anlisa saringan agregat kasar.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
41
Grafik Analisa Saringan Agregat Kasar
Zona –II
F, KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan nilai modulus kehalusan kerikil adalah 7,07 %. Nilai ini masuk
dalam spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu 5% – 8%.
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
4,75 25199,5
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
42
ZULHAM S LAMBADO
G . DOKUMENTASI
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
43
PERCOBAAN 3.2.
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bulk apparent spesific gravity dan
absorbsi dari agregat kasar (kerikil) menurut ASTM C-128.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Kerikil 1500 gram
2. Talang (wadah)
3. Aquades
4. Piknometer berkapasitas 500 mililiter
5. Lap kain
6. Timbangan
7. Keranjang besi
8. Oven
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil kerikil sebanyak 1500 gram.
2. Rendam selama ± 24 jam.
3. Setelah ± 24 jam, keringkan kerikil hingga mencapai keadaan kering permukaan
(SSD).
4. Timbang kondisi SSD sebanyak 1500 gram di udara.
5. Timbang keranjang kosong dalam air.
6. Timbang keranjang + sampel SSD dalam air.
7. Keluarkan sampel dari keranjang lalu dikeringkan permukaan sampel (agregat
kasar) dengan kain lap dan oven selama ± 24 jam.
8. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan berat
kering.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
44
Percobaan dilakukan seperti gambar dibawah ini ;
D. ANALISA PERHITUNGAN
C
Apparent spesific gravity =
C - B
C
Bulk spesific gravity on dry basic =
A - B
A
Bulk spesific gravity SSD basic =
A - B
A - C
Absorption (penyerapan) = X 100%
C
Dimana :
A = berat contoh kondisi SSD di udara (gram)
B = berat contoh kondisi SSD dalam air (gram)
C = berat contoh kering di udara (gram)
Menyiapkan
benda uji
berupa agregat
kasar
Merendam
benda uji
selama 24 jam,
setelah itu
keringkan
benda uji
dengan
handuk dan
ditimbang
Menghitung
berat benda uji
di dalam air
Keringkan
benda uji di
oven pada
temp (212-
130) F
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
45
1 2
Berat contoh kering oven A 1000 1000
Berat contoh jenuh air, kering permukaan B 1020 1025
Berat contoh dalam air C 632 632
A/(B-C) 2,577 2,545
rata-rata
B/(B-C) 2,629 2,608
rata-rata
A/(A-C) 2,717 2,717
rata-rata
(B-A)/A x 100% 2,000 2,500
rata-rata
Berat jenis semu
2,717
Penyerapan air
2,250
berat jenis bulk jenuh air, kering permukaan
2,619
Nomor contoh
berat jenis bulk kering oven
2,561
E. DATA PENGAMATAN
Tabel hasil pengamatan berat jenis agregat kasar
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan berat jenis agregat kasar sebagai berikut ;
Berat jenis bulk kering oven = 2,561 %
Berat jenis bulk, kering permukaan = 2,619 %
Berat jenis semu = 2,717 %
Absorption (penyerapan) = 2.250 %
Dari hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa agregat tersebut dapat memenuhi
spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu 1.6 – 1,9 % sedangkan untuk
penyerapan adalah maksimal 3 %
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
ZULHAM S LAMBADO
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
46
G. DOKUMENTAS
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
47
PERCOBAAN 3.3.
BERAT VOLUME AGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan berat isi / volume agregat kasar (kerikil) baik dalam kondisi lepas
maupun kondisi padat.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Agregat kasar (kerikil)
2. Kontainer
3. Timbangan
4. Tongkat pemadat
C. PROSEDUR PERCOBAAN
☻ Kondisi Lepas
1. Ukur volume kontainer.
2. Timbang kontainer dalam keadaan kosong.
3. Isi kontainer dengan kerikil sampai penuh.
4. Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata.
5. Timbang berat kontainer + kerikil.
☻ Kondisi Padat
1. Ukur volume kontainer.
2. Timbang berat kontainer
3. Masukkan agregat kasar (kerikil) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian lalu
tumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
4. Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2.
5. Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan atas
kontainer lalu tusuk kembali sebanyak 25 kali.
6. Ratakan permukaannya dengan alat perata.
7. Timbang berat kontainer + kerikil.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
48
Prosedur pekerjaan dilakukan seperti gambar dibawah ini;
a. Pada Kondisi Lepas
b. Pada Kondisi Padat
D. ANALISA PERHITUNGAN
W2 - W1
Berat volume agregat =
V
Dimana :
W1 = berat kontainer (kg) V = volume kontainer (cm
3
)
W2 = berat kontainer + kerikil (kg)
E. DATA PENGAMATAN
Tabel hasil pengamatan berat volume agregat kasar
kasar kondisi lepas
Menyiapkan
wadah baja
kosong
Wadah ditimbang
pada timbangan
dengan ketelitian
0.1% (W1)
Benda uji yang sudah di
oven dimasukkan kedalam
wadah dengan hati-hati
agar tidak terjadi
pemisahan butiran, dari
ketinggian 5 cm di atas
wadah sampai penuh
Meratakan
benda uji
dengan mistar
perata
Menimbang berat
wadah + benda uji
(W2), jadi didapat
berat benda uji
(W3=W2-W1)
Menyiapkan
wadah baja
kosong
Wadah ditimbang
pada timbangan
dengan ketelitian
0.1% (W1)
Mengisi wadah dengan
benda uji dengan 3
lapis yang sama tebal.
Setiap lapis dipadatkan
dengan tongkat
pemadat, ditusukkan
25 kali secara merata
setiap lapisnya
Meratakan
benda uji
dengan mistar
perata
Wadah telah
terisi oleh 3
lapis benda uji
yang masing-
masing telah
ditumbuk 25
kali
Menimbang berat
wadah + benda uji
(W2), jadi didapat berat
benda uji (W3=W2-W1)
1/3 h
wadah
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
49
JENIS SAMPEL 1 2
Berat slinder kosong ( gram) A 10,545 10,545
berat slinder + Agregat (gram) B 19,500 19,000
Volume slinder (ltr) C = 1/4 ( 3,144)(t)(d^2) 5,300 5,300
Berat sampel ( gram) D = ( B-A ) 8,96 8,46
Berat Volume (gr/ltr) E =D/C 1,69 1,60
RAT-RATA 1,642
kasar kondisi padat
JENIS SAMPEL 1 2
Berat slinder kosong ( gram) A 10,545 10,545
berat slinder + Agregat (gram) B 19,700 19,800
Volume slinder (ltr) C = 1/4 ( 3,144)(t)(d^2) 5,30 5,30
Berat sampel ( gram) D = ( B-A ) 9,16 9,26
Berat Volume (gr/ltr) E =D/C 1,73 1,75
RAT-RATA 1,737
Berat volume rata-rata :
Kondisi lepas = 1,642 (Kg/liter)
Kondisi padat = 1,737 (Kg/liter)
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
50
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan berat volume kerikil dalam kondisi lepas dan kondisi padat dirata-
ratakan maka didapat hasil sebesar 1.69 kg/liter maka dapat memenuhi spesifikasi
agregat beton menurut SNI yaitu 1,60 – 1,90 kg/liter.
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
ZULHAM S LAMBADO
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
51
G. DOKUMENTASI
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
52
PERCOBAAN 3.4.
KADAR AIR AGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar air agregat kasar (kerikil) dengan cara pengeringan. Kadar
air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dalam
keadaan kering. Percobaan ini digunakan untuk menyesuaikan berat kadar air beton
apabila terjadi perubahan kadar kelembaban beton.
B. ALAT DAN BAHAN`
1. Kerikil 2000 gram
2. Timbangan
3. Talang (wadah)
4. Oven
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang talang kosong yang digunakan.
2. Kerikil ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan).
3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100
o
C.
4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan berat
kering.
Prosedur pelaksanaannya seperti gambar dibawah ini ;
Menimbang dan
mencatat berat
talam (W1)
Memasukan
benda uji ke
dalam talam yang
telah ditimbang
(W2)
Hitung berat
benda uji
(W3=W2-W1)
Benda uji dioven
sampai mencapai
bobot tetap Setelah kering
benda uji
ditimbang (W4)
lalu dihitung berat
kering (W5)
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
53
D. ANALISA PERHITUNGAN
C – D
Kadar air (%) = X 100%
C
Dimana :
C = berat basah (kondisi lapangan)
D = berat kering (setelah dioven)
E. DATA PENGAMATAN
Tabel hasil pemeriksaan kadar air agregat kasar
JENIS SAMPEL 1 2
Berat contoh ( gram) A 1000 1000
Berat contoh kering oven ( gram) B 975 980
Kadar air (%) C = ( A-B) /A . 100% 2,5 2
RATA-RATA 2,25
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan kadar air rata-rata agregat kasar sebesar 2,25 %, dapat
memenuhi spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu 0,5% - 2,0%.
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
ZULHAM S LAMBADO
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
54
G. DOKUMENTASI
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
55
PERCOBAAN 3.5.
KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kadar lumpur ( lempung ) pada agregat kasar ( kerikil ).
B. ALAT DAN BAHAN
1. Kerikil 500 gram
2. Talang (wadah)
3. Oven
4. Timbangan
5. Aquades
6. Saringan no.4 dan no. 200
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Oven kerikil sebanyak 500 gram selama 24 jam.
2. Setelah 24 jam, timbang kembali kerikil tersebut untuk mendapatkan berat
kering.
3. Setelah ditimbang cucilah kerikil dengan cara :
a. Masukkan kedalam saringan no. 4 dan no. 200 dan diberi air pencuci
secukupnya, sehingga benda uji terendam.
b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit.
c. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih (lumpur
hilang).
4. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu 100
o
C.
5. Setelah dioven, timbang kembali kerikil tersebut untuk mendapatkan berat
kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
(A – B)
Kadar lumpur = X 100%
A
Dimana :
A = berat kering sebelum dicuci (gram)
B = berat kering setelah dicuci (gram)
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
56
E. DATA PENGAMATAN
Tabel hasi pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar
JENIS SAMPEL 1 2
Berat contoh kering sebelum dicuci ( gram) A 500 500
berat contoh kering setelah dicuci (gram) B 496 495
Kadar lumpur (%) C = ( A-B)/A . 100% 0,8 1
RATA-RATA 0,9
F. KESIMPULAN
Dari Hasil pengamatan didapat kadar lumpur agregat kasar yaitu 0,9%, sesuai
dengan spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu maksimal 1,0%, maka kadar
lumpur agregat kasar (kerikil) dapat memenuhi spesifikasi agregat beton.
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
ZULHAM S LAMBADO
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
57
G. DOKUMENTASI
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
58
PERCOBAAN 3.6
PEMERIKSAAN ABRASI/KEAUSAN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui keausan agregat kasar ( kerikil ) yang diakibatkan oleh faktor-
faktor mekanis.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Mesin Los Angeles Abrassion Machine
2. Talang (wadah)
3. Bola baja 8 buah
4. Pan
5. Saringan no. 12
6. Kerikil 5000 gr
7. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % dari berat contoh
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil benda uji (kerikil) yang akan diperiksa, lalu cuci sampai bersih.
2. Keringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 110
o
C.
3. Ambil sampel sebanyak 5000 gram.
4. Masukkan sampel pada drum abrasi beserta bola baja.
5. Tutup kembali drum abrasi.
6. Atur angka pada counter sesuai jumlah putaran yang diinginkan.
7. Tekan tombol start, sehingga drum berputar.
8. Setelah drum berhenti, pasang talang dibawah drum.
9. Buka tutup tekan tombol inching sehingga drum terbalik, sehingga agregat dan
bola baja tertampung pada talang.
10. Saring agregat dengan saringan no. 12 dan agregat yang tertahan dicuci sampai
bersih.
11. Keringkan dengan oven selama 24 jam.
12. Timbang berat keringnya.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
59
D. ANALISA PERHITUNGAN
(A – B)
Keausan = X 100%
A
Dimana :
A = berat kering setelah dicuci (gram)
B = berat kering setelah abrassion test (gram)
E. DATA PENGAMATAN
Tabel hasil pemeriksaan keausan agregat kasar
Ukuran Saringan Contoh
ASTM ( mm )
Berat Tertahan
(gr)
Sebelum
1 1/2" - 1" 1250
1" - 3/4" 1250
3/4" - ½ 1250
1/2 - 3/8" 1250
Jumlah Berat (gr) 5000
Berat Tertahan No.12 3415
K e a u s a n (%) 31,700
F. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan didapat Keausan/abrasi dari agregat kasar sebesar 31,7 %,
maka dapat memenuhi spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu <40%.
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
ZULHAM S LAMBADO
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
60
G. DOKUMENTASI
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
61
REKAPITULASI HASIL PENGAMATAN
AGREGAT KASAR
NO
Karakterisik
Interval
Hasil
Keterangan
Agregat Pengamatan
1 kadar lumpur Max - 1% 0,900 Memenuhi
2 Kadar air 0,5-2% 0,650 Memenuhi
3 Berat volume
a. Kondisi padat 1,6-1,9 kg/liter 1,737 Memenuhi
b. kondisi lepas 1,6-1,9 kg/liter 1,642 Memenuhi
4 Abrasi/ keausan Agregat <40% 31,7 Memenuhi
5 Penyerapan (Absorption) Max - 3% 2,250 Memenuhi
6 Berat jenis spesifik
a. Berat jenis semu Min - 2,5 2,717 Memenuhi
b. Berat jenis kering oven Min - 2,5 2,561 Memenuhi
c. Berat jenis kering permukaan Min - 2,5 2,619 Memenuhi
7 Modulus kehalusan 5-8 % 7,290 Memenuhi
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
ZULHAM S LAMBADO
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
62
BAB IV
PENGGABUNGAN AGREGAT
Umumnya agregat alam maupun batu pecah, gradasinya tidak masuk dalam
spesifikasi untuk campuran beton, sehingga diperlukan suatu kombinasi dari beebrapa
agregat untuk mendapatkan agregat beton yang gradasinya memenuhi spesifikasi. Ada
beberapa cara untuk mendapatkan prosentase masing-masing agregat sehingga
membentuk agregat yang gradasinya memenuhi standar (persyaratan) antara lain :
☻ Cara analitis
☻ Cara grafik
Umumnya lengkung gradasi agregat yang belum dikombinasi bersifat cembung
sedangkan yang dikehendaki adalah cekung. Untuk mendapatkan hasil kombinasi yang
gradasi gabungannya bersifat cekung maka digunakan standar gabungan yang bersifat
cekung.
4.1. CARA ANALITIS
Cara menggabung agregat dengan cara analitis adalah dengan
menggunakan rumus penggabungan sebagai berikut :
Ygabungan = a . Ypasir + b . Ykerikil
Dimana :
Ygabungan = prosentase lolos gabungan yang sesuai standar spesifikasi
a = prosentase gabungan dari pasir
b = prosentase gabungan dari kerikil (100% - a)
Ypasir = prosentase lolos pasir dari analisa saringan (laboratorium)
Ykerikil = prosentase lolos pasir dari analisa saringan (laboratorium)
Untuk penggabungan tiga macam agregat A, B dan C, maka rumus
penggabungan :
Ygabungan = a . YA + b . YB + c . YC
Dimana :
a + b + c = 100% = 1
Gabungan antara agregat kasar dengan agregat halus pada umumnya
dilakukan dengan batu pecah antara fraksi-fraksi tertentu. Untuk menggunakan
rumus diatas, maka dicari nilai a pada tiap lobang ayakan yang standar, disini ada
dua nilai yaitu a1 dan a2, dimana :
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
63
a1 = nilai prosentase untuk batas atas dari spesifikasi
a2 = nilai prosentase untuk batas bawah dari spesifikasi
Nilai a1 dan a2 dapat digambarkan secara barchart seperti contoh berikut :
Gambar 2.1 Barchart nilai a1 dan a2
Sebagai nilai a diambil rata-rata dari a :
akn + akr
a =
2
b = 100% - a%
4.2. CARA GRAFIS
Mencari prosentase gabungan dengan cara grafis hasilnya agak kasar jika
dibandingkan dengan cara analitis. Cara penggambarannya dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Gambarkan lengkung gradasi semua agregat yang akan digabungkan, misalnya
agregat A dan B seperti gambar 2.2 berikut ini :
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
64
0,15 0 8
0,3 4 20
0,6 14 35
1,2 16 48
2,4 22 60
4,75 39 75
9,6 94 100
GRAFIK GRADASI AGREGAT
0
20
40
60
80
100
120
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,75 9,6
Ukuran saringan (mm)
%lolos
Agregat A Agregat B
x
x
A
A
B
Gambar 2.2 Grafik penentuan persentase agregat gabungan dengan cara grafis
2. Tarik garis vertikal A-A sedemikian sehingga jarak antara nilai axis y maksimum
dan grafik atas sama dengan jarak antara nilai axis y minimum (sumbu X) dan
grafik bawah sama panjang.
3. Tarik garis diagonal grafik.
4. Tarik garis horisontal dari perpotongan antara garis vertikal A-A dan garis
diagonal hingga membagi dua sumbu Y.
5. Bagian bawah dari sumbu Y adalah nilai a dan bagian atas adalah nilai b.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
65
BAB V
PEMERIKSAAN BETON
(Tinjauan Umum Mix Design)
5.1. PENDAHULUAN
Beton ialah suatu campuran yang terdiri dari aggregat alam seperti pasir,
batu pecah, dan semen. Sebagai alternatif lain dapat juga digunakan aggregat
buatan seperti trak sebagai hasil sampingan dari peleburan baja, apabila memang
cocok untuk keadaan yang kita hadapi.
Bahan utama campuran lainnya ialah bahan pengikat, yang mengikat
butiran-butiran aggregat menjadi satu dan akhirnya menjadi bahan yang keras.
Bahan yang biasa digunakan ialah bahan yang merupakan hasil reaksi kimia antara
semen dan air. Bahan pengikat lainnya digunakan dalam skala yang lebih kecil
untuk beton khusus, di mana semen dan air yang biasa digunakan, diganti
seluruhnya atau sebagian saja oleh bahan-bahan yang dikenal sebagai epoxy atau
polyester.
Beton yang telah mengeras bagaikan batu karang dengan kekuatan tinggi
(tekan), karena beton dalam keadaan segar dapat dibuat dalam bermacam-macam
bentuk maka keuntungan ini dapat dipakai untuk tujuan arsitektur.
Beton mempunyai kekuatan tarik yang rendah dibandingkan dengan
kekuatan tekannya, sehingga untuk pelaksanaannya biasa dipasang tulangan tarik
dari baja untuk menahan gaya tarik. Beton yang demikian disebut beton bertulang.
Jenis yang lain biasa disebut beton pratekan karena pada betonnya diberi gaya
tekan lebih dulu untuk mengimbangi gaya tarik yang bekerja kemudian.
5.2. JENIS-JENIS BETON
Beton dapat disebut sebagai batu buatan, terdiri dari aggregat yang diikat
menjadi satu oleh pasta semen. Selama masih dapat dikerjakan, beton itu dianggap
masih segar. Beton yang baru dituangkan dan segera dipadatkan disebut beton
hijau, sedangkan bila mencapai kekerasannya yaitu setelah 12 jam selesai
pengecoran disebut beton muda.
a. Beton berat
Beton ini mempunyai berat volume lebih besar dari 2,8 ton/m
3
dipakai untuk
pelindung terhadap sinar gamma. Beton ini dipakai untuk reaktor.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
66
b. Beton normal/biasa
Dipakai untuk konstruksi tempat tinggal biasa dengan berat volume 1,8 - 2,8
ton/m
3
. Jenis aggregatnya antara lain : pasir, batu pecah, atau batu pecah.
c. Beton ringan
Berat volumenya antara 0,6 - 1,8 ton/m
3
, dipakai untuk bangunan pemikul
beban ringan. Aggregat yang digunakan ialah batu lempung expended clay,
verum culie.
5.3. TEKNIK PEMBUATAN
Berdasarkan teknik pembuatannya, beton dapat dibagi atas beberapa jenis :
a. Beton biasa
Beton ini langsung dibuat dalam keadaan plastis, dan cara pembuatannya
berdasarkan atas :
- beton siap pakai (Ready Mix Concrete)
- beton dibuat di lapangan.
b. Beton precast
Beton ini dibuat dalam bentuk elemen-elemen yang merupakan bagian dari
suatu konstruksi. Bagian yang akan dibuat menjadi beton ini dipasang dalam
keadaan mengeras.
c. Beton prestress
Beton ini dibuat dengan memberi tegangan dalam pada beton sebelum
mendapat beban luar.
5.4. KELAS DAN MUTU BETON
a. Beton kelas I
Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktural yang
pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus.
Mutu beton kelas I dinyatakan dengan B0.
b. Beton kelas II
Beton kelas II ialah beton untuk pekerjaan struktural secara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan
pengawasan oleh tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar
yaitu B1, K125, K175, K225.
c. Beton kelas III
Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum di mana dipakai mutu beton dengan kekuatan tekan lebih tinggi dari
K225. Dalam pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan laboratorium
dengan peralatan yang lengkap.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
67
5.5. SIFAT PENGERJAAN BETON
Sifat pengerjaan beton belum didefinisikan secara tepat, namun untuk
tujuan-tujuan praktek pengertiannya memudahkan kita untuk mengolah beton sejak
masih berada dalam pengadukan sampai selesai dipadatkan.
Tiga karakteristik utama dalam pengerjaan beton :
- kekentalannya,
- kemudahannya mengalir,
- kemudahannya dipadatkan.
Kekentalan atau konsistensi beton merupakan suatu ukuran untuk
menunjukkan keadaan basah beton yang bersangkutan.
5.6. PERCOBAAN CARA PENGUKURAN SIFAT PENGERJAAN
Ada tiga cara percobaan pengukuran sifat pengerjaan beton yang telah
digunakan secara luas :
- percobaan Slump
- percobaan penentuan faktor pemadatan,
- percobaan dengan menggunakan alat pengukur konsistensi.
5.7. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN BETON
1. Kekuatan tekan beton
Kekuatan tekan beton ialah muatan tekan maksimum yang dapat dipikul
persatuan luas. Kekuatan tekan beton yang dapat dicapai ialah 1000 kg/cm
2
.
2. Kekuatan tarik beton
Kekuatan tarik beton adalah sangat penting dalam merencanakan jalan raya,
landasan pesawat. Komponen-komponen disyaratkan untuk menahan
tegangan-tegangan tarik.
5.8. PERSIAPAN PENGUJIAN
Benda uji yang akan diperiksa dikeluarkan dari bak perendaman dan
dibersihkan, lalu tentukan berat dan ukuran benda uji tersebut.
Khusus benda uji silinder, permukaan dan lapisan bawahnya diberi lapis
dengan mortar belerang dengan cara sebagai berikut :
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
68
Mortar belerang dilelehkan dalam pot peleleh sampai suhu 130ºC. Tuangkan
belerang cair ini ke dalam cetakan pelapis yang dilapisi dengan gemuk tipis
dalamnya. Kemudian letakkan benda uji tegak lurus pada cetakan pelapis sampai
belerang cair menjadi keras.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
69
BAB VI
RANCANGAN CAMPURAN BETON
Pada konstruksi mutu beton tinggi,dituntut untuk dapat merancang
komposisi campuran beton yang tepat. Pembuatan beton dengan menggunakan
perbandingan berat yang biasa dipakai 1 semen : 2 pasir : 3 krikil untuk beton
biasa dan campuran 1 semen : 1 1
/2 pasir dan 2 ½
kerikil untuk beton kedap air
sudah kurang memuaskan lagi, karena dapat menghasilkan kuat desak beton yang
beragam (bervariasi). Dalam konsep Pedoman Beton tahun 1989, perbandingan
campuran seperti ini hanya boleh dilakukan untuk beton dengan mutu kurang dari
10 MPa, dan dengan slump yang tidak lebih dari 100 mm.
Di Indonesia metode yang sering digunakan untuk membuat rancangan
campuran beton / Job Mix Formula (JMF) yaitu cara Inggris atau lebih dikenal
dengan metode Development of Environtment (DoE) yang dipakai sebagai
standar perencanaan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan dibuat dalam buku
standar SK-SNI. T-15-1990-03. Perencanaan dengan cara ini menggunakan table-
tabel dan grafik.
Langkah-langkah pokok dalam metode ini adalah sebagai berikut :
1. Penetapan kuat desak beton yang direncanakan
2. Penetapan nilai standar deviasi
3. Menetapkan kuar desar beton rata-rata yang direncanakan
4. Penetapan penggunaan jenis semen
5. Penetapan jenis agregat
6. Penetapan factor air semen
7. Penetapan factor air semen maksimum
8. Menentukan nilai slump test
9. Menetapkan ukuran agregat maksimum
10. Menetapkan kadar air bebas dan banyaknya air yang diperlukan tiap m3
adukan beton
11. Menetapkan berat semen yang diperlukan
12. Menentukan kadar semen maksimum
13. Menentukan kebutukan semen minimum
14. Menentukan faktorair semen yang disesuaikan
15. Menentukan susunan besar butir agregat halus
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
70
16. Menentukan presentase agregat halus
17. Menentukan berat isi relative agregat
18. Menentukan berat isi beton
19. Menentukan kebutuhan agregat gabungan
Menentukan kadar agregat halus dan kadar agregat kasar..
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
71
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
72
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
73
BAB VII
PERCOBAAN 7.1
PEMERIKSAAN BETON SEGAR
(CONCRETE MIXER TEST)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk membuat sampel uji silinder hasil mix-design beton yang bersifat homogen.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Concrete mixer / mesin pencampur
2. Talang persegi
3. Sekop
4. Ember
5. Cetakan silinder beton
6. Vibrator
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Bersihkan bagian dalam concrete mixer.
2. Timbang bahan yang akan digunakan sesuai hasil perhitungan mix-design.
3. Jalankan mixer concrete.
4. Masukkan agregat ke dalam mixer.
5. Masukkan air sedikit demi sedikit sampai air yang telah disediakan masuk semua
sambil mixer jalan terus.
6. Setelah semua bahan dimasukkan, jalankan mixer sampai ± 2 menit berikutnya
(sampai campuran kelhatan mengkilat).
7. Lakukan pengukuran nilai slump.
8. Setelah nilai slump tercapai, tuangkan campuran ke dalam talang.
9. Beton segar dimasukkan ke dalam cetakan silinder yang telah diolesi gemuk.
10. Tiap 1/3 bagian silinder terisi, padatkan dengan tongkat pemadat.
11. Padatkan dengan vibrator.
12. Ratakan permukaan beton dalam cetakan.
13. Diamkan selama 24 jam.
14. Setelah 24 jam, buka cetakan dengan hati-hati, usahakan beton tidak menerima
getaran.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
74
15. Beton yang telah dibuka dari cetakan langsung direndam dalam bak
perendaman.
Prosedur pelaksanaannya seperti gambar dibawah ini ;
D. KOMPOSISI CAMPURAN
Tabel komposisi campuran slinder
Untuk satu benda uji silinder
Bahan Beton Faktor Kehilangan Berat Porsi
Semen
1.1
2.157 kg
Pasir 4.011 kg
Batu Pecah 6.979 kg
Air 1.079 kg
Agregat, semen,
pasir, dan air
disiapkan dengan
takaran yang sudah
dtentukan
Keempat bahan
dasar tersebut
dicampur dengan
dimasukkan ke
dalam molen
Setelah tercampur lakukan uji
slump dengan menggunakan
kerucut Abrams hingga
didapat ketinggian slump
kurang lebih 10 cm
Campuran
dimasukkan ke
dalam cetakan
dan didiamkan
selama 24 jam
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
75
E. DOKUMENTASI
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
76
PERCOBAAN 7.2
PEMERIKSAAN NILAI SLUMP
(SLUMP TEST)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengukur nilai slump adukan beton segar sehingga diketahui tingkat
workability-nya.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Corong slump
2. Talang
3. Batang pemadat
4. Mistar
5. Sekop
6. Sendok semen
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil adukan beton dari mixer.
2. Letakkan corong slump di atas talang injak kedua kakinya.
3. Masukkan adukan beton ke dalam corong slump ± 1/3 bagiannya, lalu tusuk-
tusuk dengan batang pemadat secara merata sebanyak 25 kali perlapis.
4. Lakukan hal yang sama untuk lapis kedua dan lapis ketiga atau tiap 1/3 bagian
silinder.
5. Ratakan permukaan corong.
6. Angkat corong dengan hati-hati dalam posisi tegak lurus, lalu ukur penurunan
yang terjadi (selisih antara tinggi awal dan akhir). Besarnya penurunan ini disebut
nilai slump.
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
77
D. DATA PENGAMATAN
Tabel hasil pengamatan nilai slump
NO SAMPEL
NILAI SLUMP
TEST
(cm)
1 1 - 3 10
2 4 14
3 5 - 7 14
4 8 - 12 13
E. KESIMPULAN
Dari pengujian diperoleh nilai slump rata-rata pengecoran yaitu = 13,75 cm.
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
ZULHAM S LAMBADO
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
78
PERCOBAAN 7.3
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON KERAS
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kuat tekan karakteristik beton keras
B. ALAT
1. Mesin tekan hidrolik
2. Timbangan
C. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil benda uji dari bak perendaman.
2. Keringkan hingga mencapai kondisi SSD (kering permukaan).
3. Timbang benda uji.
4. Letakkan benda uji pada meja penekan. Periksa manometer yang akan
digunakan pada skala nol.
5. Bundel distel pada posisi penekanan lalu hidupkan mesinnya.
6. Amati pergerakan manometer, catat nilai maksimum beban yang dapat ditahan
oleh benda uji. Setelah dibagi dengan luas penampang benda uji, diperoleh nilai
kuat tekan karakteristik beton tersebut.
Prosedur dapat dilakukan seperti gambar dibawah ini ;
Melepas cetakan
beton
Setelah dilepas dari cetakan, beton
direndam sampai terendam
seluruhnya.
Satu hari sebelum
beton diuji tekan,
beton dikeluarkan
dan didiamkan
selama 24 jam
Dilakukan uji tekan sampai beton
hancur, hasil pengamatan dicatat
Benda uji yang telah retak akibat
uji tekan
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
79
D. ANALISA PERHITUNGAN
Kekuatan tekan beton = fci = P/A.k …… (kg/cm
2
)
di mana : P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang bidang (cm
2
)
a. Kuat Tekan Beton Rata-rata
)/(....... 2
cmkg
n
fci
fm


b. Penentuan Standar Deviasi
)/(.......
)1(
)( 2
2
cmkg
n
fcmfci
S



c. Penentuan Kuat Tekan Karakteristik Beton
)/(........' 2
cmkgSkfcmcf 
dimana : fcm = kuat tekan beton rata-rata (kg/cm
2
)
fci = kuat tekan masing-masing benda uji (kg/cm
2
)
f’c = kuat tekan karakteristik (kg/cm
2
)
n = jumlah benda uji
S = standar devuasi
k = 1,64
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
80
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir dalam bentuk table
F. KESIMPULAN
☻ Besarnya kuat tekan beton rata-rata yang diperoleh dari hasil pengujian adalah
160,21 kg/cm
2
, lebih kecil dibandingkan dengan kuat tekan berdasarkan mutu
beton yang disyaratkan sebesar 250 kg/cm
2
.
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
81
K = 1 +
f'ci max = = 1 + 7
f'ci min = = 4
Range (R) = - =
Kelas (k) = 4 untuk benda uji 7 buah
Interval (C) = R/k = / 4 = 19
NO.
1 111 - 130
2 130 - 149
3 149 - 168
4 168 - 187
5 187 - 206
NO.
1
2
3
4
5
S
28.6
0.0
28.6
14.3
28.57
105.2
0.0
(Ui+Ui2
) . fi
790 7 -18.0 -23.4 128.6 76.4
1.6
196 2 -0.1 -0.3 0.0 -0.1 -0.2
177 1 -1.9 -1.9 3.5 1.6
158 2 -3.6 -7.2 25.8 9.3 18.6
139 0 -5.3 0.0 0.0 23.0
120 2 -7.0 -14.1 99.3 42.6 85.2
7 100
Xi fi Ui Ui . fi Ui2
. fi Ui + Ui2
177 1
196 2
139 0
158 2
KELAS MEAN FREKUENSI
PEMBUATAN HISTOGRAM KUAT TEKAN BETON
3.3 Log n
205.34 3.3 Log n
110.57
POPULASI (%)
120 2
205.34 110.57 94.77
94.77 18.95 diambil C =
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
82
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
83
G. HISTROGRAM KUAT TEKAN
Frekuensi
Kuat Tekan Beton ( kg/cm2)
Frekuensi
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
84
H. DOKUMENTASI
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
85
PERCOBAAN 7.4
PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH BETON
A. TUJUAN PERCOBAAN
Metode pengujian ini mencakup cara penentuan kuat tarik belah benda
uji yang dicetak berbentuk silinder atau beton inti yang diperoleh dengan cara
pengeboran termasuk ketentuan peralatan dan prosedur pengujiannya serta
perhitungan kekuatan tarik belahnya.
Pengujian kuat tarik belah digunakan untuk mengevaluasi ketahanan
geser dari komponen struktur yang terbuat dari beton yang mengggunakan
agregat ringan.
B. ALAT DAN BAHAN
a. Peralatan pengujian
Peralatan untuk pengujian harus memenuhi persyaratn sebagai berikut:
1. Mesin uji tekan
Mesin uji tekan yang digunakan untuk pengujian kuat tarik belah beton harus
memenuhi ketentuan yang berlaku pada pengujian kuat tekan untuk benda
uji beton.
2. Pelat atau batang penekan tambahn
Pelat atau batang penekan tambahan diperlukan apabila diameter atau
panjang benda uji lebih besar dar ukuran permukaan tekan dari mesin uji
yang digunakan pelat atau batang penekan tambahan tersebut harus
dipasangkan pada bagian bawah dan bagian atas dari mesin uji tekan dan
harus terbuat dari pelat baja yang memiliki tingkat kerataan 0,025 mm bila
diukur tegak lurus terhadap setiap titik pada garis singgung bidang tekan.
3. Bantaian bantu pembebanan
Untuk setiap benda uji harus disediakan dua buah bantalan pembebanan
yang terbuat dari kayu lapis tanpa cacat setebal 3 mm dengan lebar 25 mm
dan sedikit lebih panjang dari panjang benda uji.
C. PROSEDUR PENGUJIAN
1. Pemberian tanda pada benda uji
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
86
Tarik garis tengah pada setiap sisi ujung silinder benda uji dengan
mempergunakan peralatan bantu yang sesuai hingga dapat memastikan
bahwa kedua garis tengah tadi berada dalam bidang aksial yang sama.
Sebagai alternatif dapat digunakan alat bantu penandaan garis tengah
berbentuk T pada kedua ujung benda tersebut benda tersebut terdiri dari 3
bagian sbb:
a) Sebuah baja kanal C – 100 yang kedua flensnya sudah diratakan
dengan mesin dengan ukuran
b) Bagian alas, B, dari perlengkapan berbentuk T yang diberi alur yang
sesuai dengan tebal kedua flens baja kanal dan celah persegi empat
untuk perletakan batang tegaknya
c) Bagian tegak, C, dari alat perlengkapan berbentuk T terpasang tegak
lurus pada alas B ; bagian tegak tersebut diberi celah, A, yang
memanjang (Gambar 2) untuk memudahkan pembuatan tanda garis
tengah pada kedua ujung benda uji. Alat perlengkapan (Rakitan)
berbentuk T tersebut tidak terpasang mati pada baja kanal dengan tidak
mengganggu posisi benda uji pada waktu dilakukan penandaan garis
tengah pada kedua sisi benda uji.
2. Peralatan bantu perletakan benda uji pada posisi uji
Peralatan bantu perletakan benda uji pada posisi uji adalah seperti
ditunjukan pada gambar 3. Peralatan bantu ini dari tiga bagian, sbb:
a) Bagian alas tempat untuk meletakan bantalan banyu pembebanan
bagian bawah dan benda uji silender
b) Pelt atau batang bantu penekakan yang memenuhi persyaratan pada
sus pasal 4.1, baikmukuran maupun kerataannya
c) Dua buah bagian tegak yang kegunaannya untuk meletakan benda
uji pada posisi uji lengkap dengan pelat atau batang penekan
tambahan dan bantalan bantu pembebanannya
3. Pengukuran
Tentukan diameter benda uji dengan ketelitian sampai 0.25 mm yang
merupakan harga rata-rata dari tiga kali pengukuran diameter pada kedua
ujung dan bagian tengah benda uji; pengukuran dilakukan pada garis tanda
yang dibuat pada benda uji (lihat sub pasal 5.1). tentukan panjang benda uji
dengan ketelitian hingga 2.5mm yang merupakan harga rata-rata dari paling
sedikit dua buah pengukuran pada bidang yang diberi tanda garis pada
kedua ujung benda uji
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
87
4. Perletakan baneda uji pada posisi uji dengan berpedoman pada tanda garis
tengah pada kedua ujung
a) Letakan sebuah dari dua bantalan bantu pembebanan yang terbuat dari
kayu lapis pada tengah-tengah pelat menekan bagian-bagian bawah dari
mesin uji
b) Letakan benda uji di atas bantalan bantu dari kayu lapis tersebut
sedemikian rupa hingga tanda garis tengah pada bend uji terlihat tegak
lurus terhadap titik tengah dan bantalan kayu lapis
c) Letakan bantalan kayu lapis laiinya memanjang duatas silinder
sedemikian rupa hingga bagian tengahnya berpotongan dengan tanda
garis tengah yang ada pada ujung silinder
d) Atur posisi pengujian hingga tercapai kondisi sbb:
- Proyeksi dari bidang yang ditandai oleg garis tengah pada kedua
ujung benda uji tepat berpotongan dengan titik tengah meja
penekanan bagian atas dari mesin meja penguji
- Bila digunakan pelat atau batang penekan tambahan, titik tengahnya
dan titik tengah benda uji pada posisi uji, harus berada tepat
dibawah titi tengah meja penekan bagian atas dari mesin penguji.
Cara meletakannya adalah sbb:
a. Letakan bantalan-bantalan bantu pembebanan dari kayu lapis,
benda uji dan peralatan tambahan penekan (batang atau pelat
penekan tambahan) secara sentris dengan menggunakan peralatan
bantu perletakan benda uji seperti pada gambar 5.
b. Titik tengah pelat penekan tambahan dan titik tengah benda uji pada
posisi uji harus berada tepat dibawah titik tengah penekan bagian
atas
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
88
E. PERHITUNGAN KUAT TARIK BELAH
Hitung kuat tarik belah dari benda uji dengan rumus sbb:
Fct = ........................................................................................(1)
Dengan pengertian :
Fct = kuat tarik-balah dalam Mpa
P = beban uji maksimum (beban belah/hancur) dalam Newton (N) yang
ditunjukan mesin uji tekan
L = panjang benda uji
D = diameter benda uji dalam mm
F. DATA PENGAMATAN
Terlampir
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
89
G. KESIMPULAN
☻ Besarnya kuat tarik belah beton rata-rata yang diperoleh dari hasil pengujian
adalah 1,01 Mpa.
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
ZULHAM S LAMBADO
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
90
H. DOKUMENTASI
LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN
Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan
91
BAB VIII
PENUTUP
8.1 KESIMPULAN
Dari berbagai pengujian laboratorium Struktur dan bahan yang kami lakukan,
maka dengan ini kami menarik kesimpulan bahwa :
1. Material dalam pengujian dapat dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan
struktur bangunan.
2. Rancangan campuran di laboratorium ini dilakukan sesuai dengan material
saat pengujian berlangsung.
3. Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat diketahui bahwa kuat tekan
memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tarik belah.
8.2 SARAN
1. Laboratorium Struktur dan bahan di Fakultas Teknik Unkhair Agar melakukan
penambahan alat di laboratorium, sehingga dalam setiap pengujian lebih
teliti.
2. Sebaiknya lakukan kalibrasi alat secara berkala untuk katelitian dalam
pengujian, terutama pada alat uji kuat tekan.

More Related Content

What's hot

Pengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapanPengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapan
M Hayale
 

What's hot (20)

1556525088perencanaan jembatan
1556525088perencanaan jembatan1556525088perencanaan jembatan
1556525088perencanaan jembatan
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi Baja
 
Perbaikan Tanah Gambut
Perbaikan Tanah Gambut Perbaikan Tanah Gambut
Perbaikan Tanah Gambut
 
Perancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik JalanPerancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik Jalan
 
Materi bahan ajar karakteristik dan spesifikasi baja dan alumunium
Materi bahan ajar karakteristik dan spesifikasi baja dan alumuniumMateri bahan ajar karakteristik dan spesifikasi baja dan alumunium
Materi bahan ajar karakteristik dan spesifikasi baja dan alumunium
 
pelat sni 2013
pelat sni 2013pelat sni 2013
pelat sni 2013
 
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normalSni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
 
Pengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapanPengujian berat jenis dan penyerapan
Pengujian berat jenis dan penyerapan
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
92237340 perancangan-geometrik-jalan-teori
 
Struktur baja dengan mengunakan metode LRFD
Struktur baja dengan mengunakan metode LRFDStruktur baja dengan mengunakan metode LRFD
Struktur baja dengan mengunakan metode LRFD
 
Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020
 
Kp 03 2010 saluran
Kp 03 2010 saluranKp 03 2010 saluran
Kp 03 2010 saluran
 
Dasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalanDasar teori tentang jalan
Dasar teori tentang jalan
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
 
Tabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfdTabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfd
 
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonSNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
 
Perencanaan struktur kolom komposit
Perencanaan struktur kolom kompositPerencanaan struktur kolom komposit
Perencanaan struktur kolom komposit
 
Penampang melintang jalan
Penampang melintang jalanPenampang melintang jalan
Penampang melintang jalan
 
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYATUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
TUGAS BESAR GEOMETRIK JALAN RAYA
 

Similar to Laporan praktikum struktur dan bahan kel. vi

Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad AkmalLaporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Muhammad Akmal
 
Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...
Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...
Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...
Muhammad Fadhil
 
Self compacting concrete
Self compacting concreteSelf compacting concrete
Self compacting concrete
Indah Samad
 
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaanModul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Sibujang Civil
 

Similar to Laporan praktikum struktur dan bahan kel. vi (20)

MAKALAH PEMBUATAN SILINDER BETON.docx
MAKALAH PEMBUATAN SILINDER BETON.docxMAKALAH PEMBUATAN SILINDER BETON.docx
MAKALAH PEMBUATAN SILINDER BETON.docx
 
Bab 1 sd 4 kel 2 tbk2 edit
Bab 1 sd 4 kel 2 tbk2 editBab 1 sd 4 kel 2 tbk2 edit
Bab 1 sd 4 kel 2 tbk2 edit
 
12346929 2
12346929 212346929 2
12346929 2
 
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad AkmalLaporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
 
Proposal ta amir
Proposal ta amirProposal ta amir
Proposal ta amir
 
Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...
Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...
Material Evaluation of Inlet Pigtail and Outlet Pigtail and Analyze Crimping ...
 
8. pekerjaan beton
8. pekerjaan beton8. pekerjaan beton
8. pekerjaan beton
 
8. p'kerjaan beton
8. p'kerjaan beton8. p'kerjaan beton
8. p'kerjaan beton
 
metode kerja beton
metode kerja betonmetode kerja beton
metode kerja beton
 
PPT-SEMPRO MICHAEL (OK).pptx
PPT-SEMPRO MICHAEL (OK).pptxPPT-SEMPRO MICHAEL (OK).pptx
PPT-SEMPRO MICHAEL (OK).pptx
 
96eb4_Spesifikasi_Pengembalian_Kondisi_dan_Pek_Minor___Spek_Pemel_Rutin_Pek_H...
96eb4_Spesifikasi_Pengembalian_Kondisi_dan_Pek_Minor___Spek_Pemel_Rutin_Pek_H...96eb4_Spesifikasi_Pengembalian_Kondisi_dan_Pek_Minor___Spek_Pemel_Rutin_Pek_H...
96eb4_Spesifikasi_Pengembalian_Kondisi_dan_Pek_Minor___Spek_Pemel_Rutin_Pek_H...
 
Data tanah
Data tanahData tanah
Data tanah
 
Galo2 kp
Galo2 kpGalo2 kp
Galo2 kp
 
Self compacting concrete
Self compacting concreteSelf compacting concrete
Self compacting concrete
 
Laporan magang
Laporan magangLaporan magang
Laporan magang
 
SOP Pekerjaan Konstruksi
SOP Pekerjaan KonstruksiSOP Pekerjaan Konstruksi
SOP Pekerjaan Konstruksi
 
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaanModul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
 
Sni pengujian beton
Sni pengujian betonSni pengujian beton
Sni pengujian beton
 
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdf
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdfjteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdf
jteknologi_2015_12_2_7_soumokil.pdf
 
Jurnal%20 ta
Jurnal%20 taJurnal%20 ta
Jurnal%20 ta
 

Recently uploaded

Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
yoodika046
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
EnginerMine
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
Arisatrianingsih
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
FujiAdam
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
arifyudianto3
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
FahrizalTriPrasetyo
 

Recently uploaded (16)

UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASPOWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
 

Laporan praktikum struktur dan bahan kel. vi

  • 1. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN DISUSUN OLEH KELOMPOK VI INTAN PURNAMASARI 0723 1321 138 FARLI AGUSTIANTI ODE 0723 1311 041 M.KHADAM TH.SANGADJI 0723 1511 049 AFRISAL JAMAL 0723 1511 018 POPI YANTI SANGAJI 0723 1511 107 YULIANTI Y SAMSI 0723 1511 001 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN 2017
  • 2. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan i
  • 3. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan ii
  • 4. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan iii
  • 5. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan iv Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Struktur dan Bahan ini dengan semaksimal mungkin dan yang terbaik sesuai dengan apa yang kami praktek sebelumnya. Laporan praktikum ini disusun setelah mengikuti praktikum Struktur dan Bahan di laboratorium Struktur dan Bahan untuk melengkapi persyaratan akademik di Fakultas Teknik Universitas Khairun Ternate. Dalam pelaksanaan praktikum dan penyusun laporan ini tentu saja kami menemui banyak kesulitan, namun berkat rahmat Allah SWT serta bantuan dan pengarahan dari Dosen dan pengawas praktek, kami dapat menyelesaikan praktikum dan laporan ini. Oleh sebab itu dengan tulus dan penuh kerendahan hati kami mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Chairul Anwar, ST.,MT Selaku Ketua Jurusan Sipil Fakultas Teknik UNKHAIR Ternate. 2. Imran, ST., M.Eng Selaku Kepala Laboratorium Struktur dan Bahan Fakultas Teknik UNKHAIR Ternate. 3. Imran, ST., M.Eng Selaku Asisten Tugas (Laporan) Laboratorium Struktur dan Bahan Fakultas Teknik UNKHAIR Ternate. 4. Para Asisten Laboratorium Struktur dan Bahan Fakultas Teknik UNKHAIR Ternate. Besar harapan kami agar kiranya hasil praktikum ini akan bermanfat khususnya bagi penyusun maupun pihak-pihak yang lain yang membutuhkan sebagai bahan perbandingan.Penyusun menyadari bahwa setiap manusia ada keterbatasannya separti ada pepatah “Tiada siapa paling pandai dan bodoh di dunia ini karena setiap yang pandai itu boleh menjadi bodoh dan setiap yang bodoh itu boleh menjadi pandai “, maka kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bermanfaat dari para pembaca. Akhirnya kami sampaikan banyak terima kasih. Ternate, Juli 2017 Penyusun, Kelompok. 06
  • 6. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan v DAFTAR ISI Halaman Judul Lembar asistensi Lembar pengesahan Kata Pengantar Daftar isi BAB I. Pendahuluan 1.1 Agregat ……………………………………………………….. 1 1.2 Air ……………………………………………………………….. 7 1.3 Beton ……………………………………………………….. 7 1.4 Semen ……………………………………………………….. 13 BAB II. Percobaan Agregat Halus 2.1 Analisa Saringan ……………………………………………….. 17 2.2 Berat Jenis dan Penyerapan Air ……………………………….. 22 2.3 Berat Volume ……………………………………………….. 26 2.4 Kadar Air ……………………………………………………….. 31 2.5 Kadar Lumpur ……………………………………………….. 34 BAB III. Percobaan Agregat Kasar 3.1 Analisa Saringan ……………………………………………….. 38 3.2 Berat Jenis dan Penyerapan Air ……………………………….. 43 3.3 Berat Volume ……………………………………………….. 47 3.4 Kadar Air ……………………………………………………….. 52 3.5 Kadar Lumpur ……………………………………………….. 55 3.6 Abrasi / Keausan ……………………………………………….. 58 BAB IV. Penggabungan Agregat 4.1 Cara Analitis ……………………………………………….. 62 4.2 Cara Grafis …………………………………………….…. 63
  • 7. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan vi BAB V.Pemeriksaan Beton 5.1 Pendahuluan …………………….…………………………. 65 5.2 Jenis-jenis Beton ……………………….………………………. 65 5.3 Tenik Pembuatan ……………………………………………..… 66 5.4 Kelas dan Mutu Beton ………………………………….……. 66 5.5 Sifat Pengerjaan Beton ……………………………………….. 67 5.6 Percobaan Cara Pengukuran Sifat Pengerjaan ……….………. 67 5.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Beton …….…. 67 5.8 Persiapan Pengujian …………………………….…………. 67 BAB VI.Rancangan Campuran Beton BAB VII. Percobaan Beton 7.1 Beton Segar …………………….…………………………. 73 7.2 Nilai Slump ……………………….………………………. 76 7.3 Kuat Tekan Beton Keras ……………………………………..… 78 7.4 Kuat Tarik Belah Beton ………………………………….……. 85 BAB VIII. Percobaan Beton 8.1 Kesimpulan ……………………………………………….. 91 8.2 Saran ……………………………………………………….. 91
  • 8. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 AGREGAT Agregat untuk bahan campuran beton ada dua macam yaitu agregat halus (pasir) dab agragat kasar (kerikil). Keduanya dapat diperoleh secara alamiah maupun secara buatan (manual). Secara umum, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh agregat beton antara lain : ☻ Butiran agregat harus anorganik ☻ Butiran agregat dapat diperoleh dari alam atau buatan (batu pecah). Kegunaan agregat antara lain : ☻ Memberikan kekuatan pada beton ☻ Memperkecil penyusutan ☻ Memberi sifat tertentu pada beton. Agregat diperoleh dari deposit alam seperti pasir dan kerikil alam ataupun penggalian. Pasir alam lebih banyak dan ekonomis sebagai sumber deposit. Agregat dari sumber alam dan batuan yang digunakan sebagai agregat antara lain : 1. Deposit aluvial a. Deposit fluviatile Terdapat di dasar sungai yang mutunya tergantung dari umur dan kondisi sungai tersebut. Agregat dari sungai ini mempunyai umur sedang dan mempunyai kualitas yang baik untuk beton. b. Deposit fluviatile Agregat ini terdapat di dalam atau di padang es yang telah hancur oleh arus dan mempunyai kualitas yang baik karena telah mengalami abrasi. c. Deposit fluviatile Agregat ini terdapat di pinggiran es terdiri dari agregat yang heterogen dan tidak baik digunakan untuk beton karena mengandung banyak lumpur. 2. Deposit marine Agregat ini terdapat di pesisir pantai sebagai hasil dari kumpulan aliran pasang surut muara sungai. Bentuknya bulat dan pasirnya halus. Secara umum agregat yang baik haruslah agregat yang mempunyai bentuk yang menyerupai kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil secara kimiawi.
  • 9. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 2 Agregat yang digunakan untuk campuran beton, terdiri dari 60 % s/d 75 % dari volume totalnya oleh karena itu sifat-sifatnya sangat mempengaruhi hasil beton. Pemakaian yang agregat yang banyak dapat mengurangi penyusutan akibat mengerasnya (mengeringnya) beton, dan dapat mempengaruhi koefisien expansi akibat panas. Keuntungan digunakannya agregat :  Murah  Menimbulkan sifat volume yang stabil: - mengurangi susut - mengurangi rangkak - memperkecil pengaruh suhu Acuan yang Digunakan Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu ketentuan berikut: 1. ASTM C 33, Spesifikasi agregat untuk beton. 2. SNI 03-2461-1991, Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur. Klasifikasi Agregat Berdasarkan ASTM C-33, agregat dibagi atas dua kelompok, yaitu : AGREGAT KASAR ( KERIKIL ) Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintergrasi dari batuan- batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dapr pecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasat adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm. Agregat harus terdiri dari butir-butir yang keras dan hanya diperbolehkan mengandung butir-butir pipih sebesar 20 % dari agregat seluruhnya. Sgregat kasar harus bersifat kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. Agregat (ASTM C-33) Kasar Halus Batas bawah pada ukuran 4.75 mm atau ukuran saringan no.4 (ASTM) Batas bawah ukuran pasir = 0.075 mm (no. 200) Batas atas ukuran pasir = 4.75 mm (no. 4)
  • 10. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 3 Tidak boleh mengandung lempur lebih dari 1 % terhadap berat kering. Bila lebih dari 1 % harus dicuci. Tidak diperkenankan mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari rudeloff fengan beban penguji 20 ton, dengan mana harus dipenuhi syarat-syarat berikut : - Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19 mm lebih dari 24 % berat. - Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 – 30 mm lebih dari 22 % berat. - Atau dengan mesin LOS ANGELES, dengan mana tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50 %. Harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan ISO harus memenuhi syarat : - Sisa diatas ayakan 31,50 mm, harus minimum 0 % berat. - Sisa diatas ayakan 4,00 mm, harus berkisar antara 90 % dan 95 % berat. - Selisih antara sisa-sisa komulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah max 60 % dan min 10 % berat. Klasifikasi Bentuk dan Tekstur Agregat Karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan memegang peranan penting terhadap sifat beton segar dan yang sudah mengeras. Menurut BS 812 : Part 1: 1975, bentuk partikel agregat dapat dibedakan atas: - Rounded - Irregular - Flaky - Angular - Elongated - Flaky & Elongated Bentuk Partikel Agregat Menurut BS 812 : Part 1: 1975 Rounded Irregular Angular Flaky Elongated Flaky and Elongated
  • 11. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 4 Partikel dengan ratio luas permukaan terhadap volume yang tinggi menurunkan workability campuran beton (contoh partikel yang bentuknya flaky dan ellongated) Menurut BS 812 : Part 1 : 1975, tekstur permukaan agregat dapat dibedakan atas: - Glassy - Smooth - Granular - Rough - Crystalline - Honeycombed Bentuk dan tekstur permukaan agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton segar seperti kelecakan. Sifat Mekanik Agregat 1. Gaya lekat (bond) Semakin kasar tekstur, semakin besar daya lekat antara agregat dengan pasta semen. 2. Mekanisme lekatan (bond) antara Agregat dan Pasta Semen. Ikatan Fisik, Yaitu agregat yang mempunyai permukaan yang kasar dapat mengembangkan ikatan yang baik dengan pasta semen. Ikatan Kimia, Yaitu agregat yang mengandung silica (jenis slag) dapat mengikat dengan pasta semen secara kimiawi (reaksi hidrasi pada permukaan agregat). 3. Kekuatan Informasi mengenai kekuatan partikel agregat harus diperoleh dari pengujian tak langsung antara lain dari pengujian tekan sampel batuan, nilai crushing tumpukan agregat atau performance agregat dalam beton. 4. Toughness Didefinisikan sebagai daya tahan agregat terhadap kehancuran akibat beban impact. 5. Hardness Daya tahan terhadap keausan agregat, merupakan sifat yang penting bagi beton yang digunakan untuk jalan atau permukaan lantai yang harus memikul lalu lintas berat. Sifat Fisik Agregat 1. Specific Gravity 2. Apparent Specific Gravity 3. Bulk Specifik Gravity (SSD) 4. Bulk Density 5. Porositas dan Absorpsi
  • 12. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 5 Sifat-sifat fisik agregat di atas dibutuhkan dalam perhitungan proporsi agregat dalam campuran beton Sifat-Sifat Lainnya 1. Gradasi Gradasi dan ukuran maksimum agregat sangat penting karena akan mempengaruhi proporsi agregat dalam campuran, kebutuhan air, jumlah semen, biaya produksi, sifat susut dan durabilitas beton. 2. Kandungan air Perlu diketahui untuk mengontrol besarnya jumlah air didalam suatu campuran beton. AGREGAT HALUS ( PASIR) Agregat halus merupakan pengisi (filler) berupa pasir. Ukurannya bervariasi antara ukuran saringan no.4 sampai no. 100 (saringan standar Amerika). Agregat halus yang baik harus bebas dari bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan no. 100 atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Kebanyakan agregat masih memerlukan adanya pencucian karena terdapat lumpur dan zat-zat organik didalamnya. Sebagian besar pasir di Indonesia masih banyak mengandung butir-butir halus, sehingga harus dihilangkan dengan mengadakan pencucian yang juga sekaligus untuk menghilangkan kotoran-kotoran lumpur, zat-zat organik dan penyaringan di atas saringan 4,8 mm. Pasir yang baik harus keras, bersih, tajam, kasar dan tidak mengandung bahan organik. Diameter pasir antara 0,063 – 5,00 mm. Pasir yang baik bisa diperoleh dari sungai, kali dan pasir buatan. Pasir buatan haruslah memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Butiran-butirannya tajam, tidak dapat dihancurkan dengan tangan 2. Tidak mudah dihancurkan oleh cuaca 3. Kandungan lumpur maksimum 5% terhadap berat kering, jika kandungan lumpurnya 4. lebih besar dari 5% maka pasir harus dicuci. 5. Pasir tidak boleh terlalu banyak mengandung bahan organik, hal ini dapat diketahui dengan percobaan Abrame Harder 6. Pasir harus memenuhi gradasi : a. Sisa diatas ayakan 4 mm, minimal 2% dari berat kering. b. Sisa diatas ayakan 1 mm, minimal 10% dari berat kering. c. Sisa diatas ayakan 0,25 mm, minimal 80-95% dari berat kering 7. Pasir tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali 8. Apabila dicuci dengan larutan Natrium Sulfat, bagian yang hancur harus lebih kecil dari 10% 9. Pasir laut tidak boleh dipakai, bila terpaksa harus melalui riset di laboratorium.
  • 13. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 6 Ada beberapa jenis pasir yang perlu diketahui, antara lain : 1. Pasir kali Pasir kali tersusun dari bahan yang sama seperti batu kali. Perbedaannya terletak pada ukuran butirnya, dimana pasir adalah fragmen-fragmen batuan yang berukuran 0,016 – 2 mm. Jika ukurannya kurang dari 0,016 mm, maka dinamakan lanau dan demikian pula dengan pasir halus dan pasir kasar. Pasir kali baik digunakan untuk campuran beton maupun untuk pekerjaan urugan. 1. Pasir kuarsa putih Pasir ini sehari-hari kita kenal sebagai batu sedimen yang terbentuk dari pelapukan batuan kuarsa dan batuan-batuan lain yang mengandung kristal-kristal kuarsa. Di negara kita lazimnya bahan galian ditemuukan di tepian sungai, pantai dan dasar laut. Kegunaan dari pasir jenis ini antara lain : a. Untuk pembuatan berbagai macam gelas (kaca) sebagai bahan pokok b. Untuk pembuatan semen Portland, dan lain-lain. 2. Pasir kuarsa hitam Pasir ini dapat digunakan untuk bahan bangunan, yang sehari-hari dikenal dengan warnanya yang kehitam-hitaman. Pasir ini terdiri dari kristal-kristal SiO2. Asal mula terbentuknya sama dengan pasir kuarsa putih, yaitu dari berbagai macam kotoran yang dapat terdiri dari oksida-oksida logam dan bahan-bahan organik. Kegunaan dari pasir kuarsa hitam ini adalah : a. Untuk adukan beton, spesi dan sebagainya b. Untuk pembuatan batu cetak c. Untuk meningkatkan daya tahan gesek rel kereta api d. Untuk pembuatan jalan raya e. Untuk bangunan basah, dan lain-lain. Pada Laboratorium Struktur dan Bahan ini, dilakukan 6 percobaan agregat halus (pasir) yaitu : 1. Analisa saringan / gradasi agregat halus (pasir) 2. Berat jenis dan penyerapan agregat halus (pasir) 3. Berat volume agregat halus (pasir) 4. Kadar air agregat halus (pasir) 5. Kadar lumpur dan lempung agregat halus (pasir) 6. Kadar bahan organik agregat halus (pasir)
  • 14. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 7 1.2 AIR Sebagai bahan yang berperan dalam proses hidrasi sehingga pasta mengeras. Selain itu jumlah air per satuan volume beton akan mempengaruhi nilai slump yang otomatis akan berpengaruh juga pada workability beton. Kualitas Air Kualitas air pencampur biasanya disyaratkan sebagai air yang dapat diminum, tapi jika mengandung kadar sodium dan potasium yang tinggi (umum dijumpai pada air tanah) akan menimbulkan bahaya reaksi alkali - agregat. Setiap air dengan pH (derajat keasaman) antara 6.0 dan 8.0 dan rasanya tidak payau dapat digunakan untuk air campuran beton. Air yang mengandung bahan organik (umum dijumpai pada air permukaan) dapat menghambat proses pengerasan beton. Air laut meningkatkan risiko perkaratan tulangan. Air yang mengandung jamur jika digunakan sebagai air pencampur dapat meningkatkan jumlah udara dalam campuran, sehingga dapat menimbulkan reduksi kekuatan beton. Air yang cocok digunakan sebagai air campuran dapat digunakan sebagai air pembersih concrete mixer. 1.3 BETON Beton merupakan suatu campuran antara air, semen, agregat halus, agregat kasar, dan bahan tambahan jika diperlukan. Perbedaan material pembuat beton dalam : - Semen adalah bahan ikat hidorlik - Agregat campuran adalah bahan batu-batuan yang netral (tidak bereaksi) dan merpakan bentuk sebagian besar beton (misalnya : pasir, kerikil, batu pecah, basalt) - Batuan Semen adalah Campuran antara semen dan air (pasta semen) yang mengeras ; - Spesi Mortar adalah Campuran antara semen, agegat halus dan air yang telah mengeras ; - Mortar adalah Campuran antar semen, agregat halus dan air yang telah mengeras; - Spesi Beton adalah Campuran antara semen, agregat campuran (halus dan kasar) dan air yang belum mengeras ; - Beton adalah Campuran antara semen, agregat campuran dan air air yang telah mengeras ; - Bahan Tambahan adalah Bahan kimia tambahan yang ditambahkan ke dalam spesi beton dan/atau beton untuk mengubah sifat beton yang dihasilkan (misalnya accelator, retarder dan sebagainya)
  • 15. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 8 Dalam bidang bangunan, yang dimaksudkan dengan beton merupakan campuran massa yang terbentuk dari agregat halus dan agregat kasar dan pasta semen sebagai pasta pengikat agregat dengan perbandingan – perbandingan tertentu. Beton juga dapat diartikan sebagai bahan bangunan dan konstruksi yang sifat – sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan – bahan yang diilih. Beton sebagai bahan konstruksi mempunyai kelebihan dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya karena dibuat dalam campuran air maka dapat dibentuk sesuai dengan cetakan dan setelah dingin memiliki nilai kekuatan yang besar. Campuran beton dikatakan baik jika memenuhi syarat kekuatan, syarat keaweran, kedap air dan syarat workability. Mutu beton sangat dipengaruhi oleh kwalitas bahan pembentuk, komposisi campuran dan metode pelaksanaan. Mutu beton dinyatakan dalam bentuk Kp (PBI 1971) yang berarti beton dengan karakteristik p kg/cm 2 , yaitu : kekuatan tekan , dimana dari sejumlah besar hasil pemeriksaan benda uji kubus beton ukuran 15 x 15 x 15 cm 3 kemungkinan adanya kekuatan hancur yang kurang dari p kg/cm 2 itu terbatas sampai 5% saja. Bentuk lain symbol mutu beton dinyatakan dalam bentuk f’c (SK SNI T-15-1991-03), yaitu kuat tekan beton yang disyaratkan oleh perencanaan struktur (benda uji silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), dipakai dalam perencanaan struktur beton dan dinyatakan dalam satuan Mpa (Mega Pascal). Campuran untuk suatu mutu beton tertentu dapat diterntukan dalam bentuk perbandingan berat atau volume, jika diinginkan campuran yang baik utamanya untuk mutu beton tinggi, maka sebaiknya komposisi campuran dibuat dalam perbandingan berat (takaran berat) untuk pelaksanaan. Metode yang sering digunakan untuk membuat suatu rancangan campuran beton antara lain dengan metode Development of Environment (DOE) dan metode PCA ACI.
  • 16. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 9 Ada beberapa sifat dasar beton sebagai berikut ; Kekuatan Beton Beton sangat tahan terhadap gaya tekan dibanding gaya-gaya lainnya, sehingga kuat tekan merupakan ciri yang umum untuk menggambarkan kekuatan suatu beton. Kuat tekan beton tergantung pada aktiva semen, water cement ratio, kualitas agregat, waktu, kondisi pengerasan, dsb. Semen yang memiliki aktiva tinggi sudah jelas menghasilkan beton yang lebih baik, namun hal tersebut juga tergantung dengan jumlah air yang ditambahkan pada campuran beton. Bila kekuatan agregat semakin menurun maka kekuatan beton juga semakin rendah. Kasarnya permukaan agregat juga mempengaruhi kekuatan beton. Untuk mengetahui kekuatan beton biasanya dilakukan uji kuat tekan dengan beton berbentuk: 1. Kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm 2. Silinder ukuran: Diameter : 15 cm Tinggi : 30 cm Workability Pengertian praktisnya adalah kemudahan dalam mengolah beton sejak masih berada dalam proses pengadukan atau pencampuran sampai selesai dipadatkan. Pengertian sebenarnya adalah sejumlah kerja internal yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat pemadatan yang penuh. Kekuatan beton sangat dipengaruhi adanya void pada massa yang dipadatkan, jadi sangat penting untuk mencapai densitas maksimumnya. Hubungan Rasio Densitas dan Rasio Kekuatan Sumber : Modul pelatihan teknologi beton (LSB), Beton Segar Pentingnya tingkat pemadatan ditunjukkan pada grafik di atas, dimana ditunjukkan hubungan pertumbuhan kekuatan dengan tingkat kepadatan beton. Dari grafik tampak, bahwa adanya void dalam beton akan mengurangi tingkat kepadatan dan kekuatan beton tersebut.
  • 17. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 10 Faktor yang Mempengaruhi Workability 1. Jumlah kandungan air 2. Tipe dan gradasi dari agregat 3. Perbandingan agregat dan semen 4. Kehalusan semen 5. Adanya bahan tambahan (admixtures) 6. Waktu dan Temperatur Metoda pengukuran workability yang paling umum digunakan adalah uji slump. Pengujian slump diatur dalam ASTM C-143-78 Kohesi dan Segregasi Segregasi dapat didefinisikan sebagai pemisahan unsur-unsur campuran yang heterogen sehingga distribusinya menjadi tidak seragam. Pada beton, perbedaan ukuran partikel merupakan sebab utama terjadinya segregasi, tetapi hal ini dapat dikontrol dengan cara pemilihan gradasi agregat dan penanganan beton yang lebih hati-hati. Faktor-faktor yang mempengaruhi workability Bahan-bahan campuran Semen Air Additive Agregat Ukuran Maksimum Bentuk Gradasi Rasio Kasar : Halus Susunan Permukaan Absorpsi Waktu Kondisi Lingkungan Sekeliling Suhu Kelembaban Kecepatan Angin
  • 18. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 11 Kondisi Terjadinya Segregasi 1. Campuran kurus (kurang semen) 2. Campuran basah (terlalu banyak air) 3. Campuran “undersanded” (kurang pasir) 4. Gradasi agregat kurang baik 5. Agregat yang digunakan terlalu ringan atau berat Bleeding Salah satu bentuk segregasi dimana sejumlah air dari campuran cenderung naik ke permukaan beton yang baru dicor. Bleeding disebabkan ketidakmampuan dari partikel solid untuk memegang seluruh air campuran ketika partikel tersebut mengendap. Kecenderungan terjadinya bleeding dipengaruhi oleh : 1. Kandungan air dalam campuran 2. Rasio air-semen 3. Sifat semen 4. Suhu (meningkatkan laju bleeding) Kecenderungan terjadinya bleeding menurun dengan penggunaan : 1. Semen yang mempunyai kandungan alkali yang tinggi atau kandungan C3A yang tinggi. 2. Semen yang diberi tambahan kalsium klorida (CaCl2) 3. Campuran yang “rich” dari pada campuran yang “lean” 4. Pozzolan atau bubuk aluminium 5. “air entrainment agent” Klasifikasi Beton Beton dapat diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam kriteria, seperti berdasarkan berat satuannya, kekuatannya, pemakaian, dan sebagainya. Klasifikasi yang umum digunakan adalah berdasarkan berat satuannya dan kekuatannya. a. Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuannya
  • 19. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 12 b. Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuannya Beton Ringan Beton Normal Mempunyai berat satuan 2200 kg/m3 sampai 2500 kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah Mengandung agregat ringan dan mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/m3 Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya Beton Mutu Normal (Normal Strength Concrete) Beton Mutu Tinggi (High Strength Concrete) Beton Mutu Sangat Tinggi (Very High Strength Concrete) Memiliki kekuatan 200-500 kg/cm2 Memiliki kekuatan > 800 kg/cm2 Memiliki kekuatan > 800 kg/cm2
  • 20. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 13 Material Pembentuk Beton Secara umum komposisi unsur pembentuk beton adalah sebagai berikut: Campuran material pembentuk beton harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga terpenuhi syarat-syarat : 1. Kekenyalan tertentu yang memudahkan adukan beton ditempatkan pada cetakan/bekisting (workability) dan kehalusan muka semen (finishability) beton basah yang ditentukan dari: a. Volume pasta adukan b. Keenceran pasta adukan c. Perbandingan campuran agregat halus dan kasar 2. Kekuatan Rencana dan ketahanan (durability) beton setelah mengeras 3. Ekonomis dan optimum dalam pemakaian semen 1.4 SEMEN Semen Portland atau kadang disebut semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat – silikat kalsium yang berdifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan tambahan. Bahan baku pembuatan semen adalah bahan – bahan yang mengandung kapur, silica, alumina, oksida besi, dan oksida – oksida lainnya. Jika bubuk halus tersebut dicampurkan dengan air, maka akan menjadi pasta dan dalam waktu beberapa saat dapat menjadi keras. Jika pasta semen tersebut dicampurkan dengan pasir, maka akan menghasilkan mortar semen. Dari segi kekuatan yang dihasilkan pada beton, semen Portland dapat digolongkan terhadap : Unsur Beton Agregat Kasar dan Agregat Halus Air (14% - 21%) Semen (7% - 15%) Udara (1% - 8%)
  • 21. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 14 a. Semen Portland mutu S-400, yaitu semen Portland dengan kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 400 kg/cm 2 b. Semen Portland mutu S-475, yaitu semen Portland dengan kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 475 kg/cm 2 c. Semen Portland mutu S-550, yaitu semen Portland dengan kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 550 kg/cm 2 d. Semen Portland mutu S-S, yaitu semen Portland dengan kuat tekan pada umur 1 hari sebesar 225 kg/cm 2 dan pada umur 7 hari sebesar 525 kg/cm 2 e. Ukuran kehalusan butir semen Portland mempengaruhi mutu semen Portland tersebut. Jika semen Portland diberi air, maka air akan berangsur – angsur mengadakan persenyawaan dengan senyawa – senyawa semen. Sebagian dari senyawa semen akan larut membentuk senyawa dengan air, yaitu membentuk gel (agar – agar). Suatu semen yang baru saja bercampur dengan air (pasta semen), merupakan suatu massa plastis yang terdiri dari butiran semen dan air. Setelah pasta semen mulai mengeras, tampaknya bervolume tetap. Hasil pengerasan ini terdiri dari hidrat senyawa – senyawa semen yang ada yang berupa agar – agar, Kristal – Kristal kapur padam, sedikit senyawa lain, dan butiran semen yang tidak bersenyawa dengan air. Kualitas Semen Semen harus memenuhi salah satu ketentuan berikut: 1. SNI-15-2049-1994, Semen portland 2. ASTM C 595, Spesifikasi semen blended hidrolis, kecuali tipe S dan SA yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama beton 3. ASTM C 845, Spesifikasi semen hidrolis ekspansif Penyimpanan semen di tempat lembab akan mengakibatkan penurunan kekuatan. Sebaiknya menimbun karung semen rapat satu sama lain, diatas ganjalan-ganjalan kayu dan tidak dirapatkan ke dinding. Penyimpanan yang lama seharusnya mempunyai tutup kedap air. Jenis-Jenis Semen  Semen Tipe I (semen biasa/normal) Kehalusan  350 - 400 m2/kg Semen Tipe I (Semen Biasa/Normal) Penggunaan umum pada semua jenis bangunan dan konstruksi
  • 22. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 15  Semen Tipe II (semen panas sedang) - Kehalusan  300 m2/kg - Ketahanan terhadap sulfat cukup baik - Panas hidrasi tidak tinggi  Semen Tipe III (semen cepat mengeras) - Kehalusan  500 m2/kg - Laju pengerasan awal tinggi - Untuk rasio air semen yang sama, penggunaan semen tipe III akan menghasilkan kuat tekan 28 hari yang lebih rendah dibandingkan penggunaan semen tipe I - Tidak baik untuk beton mutu tinggi  Semen Tipe IV (semen panas rendah) - Kehalusan butirnya lebih kasar dari tipe I - Digunakan bila menginginkan panas hidrasi yang rendah  Semen Tipe V (semen tahan sulfat) - Kehalusan  300 m2/kg - Panas hidrasi rendah - Ketahanan terhadap sulfat tinggi - Laju pengerasan rendah Semen Tipe II Digunakan untuk pencegahan serangan sulfat dari lingkungan, seperti sistem drainase dengan sifat kadar konsentrasi sulfat tinggi di dalam air tanah Semen Tipe III Digunakan pada aplikasi yang memerlukan kekuatan awal beton yang tinggi, misalnya pada pembukaan bekisting yang dipercepat, pekerjaan perbaikan dan lain- lain Semen Tipe IV Digunakan pada aplikasi yang membatasi peningkatan temperatur yang tinggi untuk menghindari timbulnya tegangan termal pada beton, contoh pada pengecoran masal dan pengecoran dalam cuaca yang panas
  • 23. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 16 Semen Tipe V Pada bangunan yang membutuhkan ketahanan sulfat yang tinggi, seperti pada bangunan laut atau bangunan yang berada di atas tanah yang mengandung sulfat
  • 24. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 17 BAB II PERCOBAAN AGREGAT HALUS ( PASIR ) PERCOBAAN 2.1. ANALISA SARINGAN / GRADASI AGREGAT HALUS (PASIR) A. TUJUAN PERCOBAAN Untuk mengetahui susunan butir agregat dari yang besar sampai halus untuk keperluan desain beton. B. ALAT DAN BAHAN 1. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker) 2. Saringan untuk agregat halus dengan ukuran; no. 4, no. 8, no. 16, no. 30, no. 50, no. 100 dan no. 200 3. Pan dan cover 4. Timbangan 5. Oven 6. Pasir 2000 gram Gambar satu set analisa saringan C. PROSEDUR PERCOBAAN a. Persiapan Bahan 1. Ambil contoh agregat halus dengan cara perempat sebanyak 500 gram 2. Oven selama 24 jam. 3. Timbang pasir kering oven sebanyak 500 gr. Kondisi suhu kamar. Agregat sebelum dioven Agregat dikeringkan dengan oven pada suhu (110+5)0 C sampai berat menjadi tetap Memasukkan agregat ke dalam talam
  • 25. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 18 b. Analisis Saringan 1. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan. Mulai dari pan, lubang saringan terkecil dan seterusnya sampai lubang saringan terbesar. 2. Masukkan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang saringan pada mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama 15 menit. 3. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu mengendap. 4. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan beserta isinya. 5. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan. 6. Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapatkan faktor kehalusan. 7. Hitung persentase lolos. 8. Plot ke dalam grafik hasil perhitungan lolos. 9. Finess Modulus adalah jumlah kumulatif persen dari suatu perhitungan analisa ayakan agregat pada seri lubang #0,15 mm, #0,30 mm, #0,60 mm sampai dengan # saringan maksimum pada seri ayakan berbanding 1:2 dibagi dengan 100. D. ANALISA PERHITUNGAN % tinggal kumulatif Fpasir = 100 dimana : Fpasir = modulus kehalusan pasir Menyiapkan perangkat saringan agregat yang sudah disusun berdasarkan no. saringan Memasukkan benda uji yang sudah dioven ke dalam saringan (berat contoh harus sesuai dengan tabel saringan) Saringan + benda uji digoyang dengan mesin selama 15 menit Benda uji yang tertahan pada tiap no. saringan dituangkan ke talam Benda uji + talam ditimbang, lalu dihitung berat benda uji tersebut
  • 26. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 19 UkuranSaringan Berat tertahan tiap saringan Kumulatif(A) Berat tertahan tiap saringan Kumulatif(B) Rata-rata Spesifikasi A & B ASTM (mm) (gr) Tertahan(gr) % Tertahan % Lolos (gr) Tertahan(gr)% Tertahan % Lolos % Lolos No. 4 4,760 0,0 0,00 0,00 100,00 0,0 0,00 0,00 100,00 100,00 100 No. 8 2,360 35,0 35,00 7,00 93,00 40,0 40,00 8,00 92,00 92,50 90-100 No. 16 1,190 50,0 85,00 17,00 83,00 70,0 110,00 22,00 78,00 80,50 85-100 No. 30 0,525 85,0 170,00 34,00 66,00 75,0 185,00 37,00 63,00 64,50 75-100 No. 50 0,300 175,0 345,00 69,00 31,00 60,0 245,00 49,00 51,00 41,00 60-79 No. 100 0,150 105,0 450,00 90,00 10,00 220,0 465,00 93,00 7,00 8,50 12-40 Pan - 50,0 500,00 100,00 0,00 35,0 500,00 100,00 0,00 0,00 0-10 500,00 317,00 383,00 500,00 309,00 391,00 387,00Jumlah Modulus Kehalusan(F)contohA = 317-100 = Rata-rata = 2,13% 100 Modulus Kehalusan(F)contohB = 309-100 = 2,09% 100 2,17% E. DATA PENGAMATAN Tabel Analisa Saringan Agregat Halus
  • 27. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 20 GRAFIK ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS ZONA –III F. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan kami nilai modulus kehalusan pasir adalah 2,13 %. Maka nilai ini masuk dalam spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu 1,50% – 3,80%. Mengetahui, Asisten Laboratori ZULHAM S LAMBADO
  • 28. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 21 G. DOKUMENTASI PERCOBAAN 2.2. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS (PASIR)
  • 29. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 22 A. TUJUAN PERCOBAAN Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bulk apparent spesific gravity dan absorbsi dari agregat halus (pasir) menurut ASTM C-127. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam adukan beton B. ALAT DAN BAHAN 1. Pasir 1500 gram 2. Talang (wadah) 3. Aquades 4. Piknometer dengan kapasitas 500 gram 5. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram yang mempunyai kapasitas minimum sebesar 1000 gram 6. Oven 7. Cetakan Kerucut kuningan 8. Penumbuk C. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Timbang pasir seberat 1500 gram. 2. Rendam selama ± 24 jam. 3. Setelah direndam ± 24 jam, keringkan pasir hingga mencapai keadaan kering permukaan (SSD). Untuk mengetahui kondisi SSD tercapai, ambil kerucut kuningan tempatkan di tempat yang rata kemudian masukkan sampel 1/3 bahagian, gunakan penumbuk untuk memadatkan tumbuk 8 kali dengan tinggi jatuh kurang lebih 5 cm. Untuk lapis kedua ditumbuk 8 kali dan lapis ketiga 7 kali. 4. Timbang kondisi SSD sebanyak 500 gr, ambil 2 sampel. 5. Timbang piknometer (dalam keadaan kosong). 6. Isi piknometer dengan aquades, lalu timbang piknometer yang berisi aquades tersebut, tuangkan kembali aquades apabila sudah ditimbang. 7. Masukkan pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram tadi ke dalam piknometer, lalu tambahkan aquades, kocok selama ± 5 menit. 8. Diamkan selama 24 jam untuk mengeluarkan gelembung udara didalamnya. 9. Setelah 24 jam, timbang piknometer + pasir + aquades. 10. Timbang talang (wadah) kosong 11. Tuangkan pasir dari piknometer ke dalam talang (wadah) tersebut lalu oven selama 24 jam. 12. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan berat kering.
  • 30. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 23 Dilakukan seperti gambar dibawah ini ; D. ANALISA PERHITUNGAN E Apparent spesific gravity = E + D – C E Bulk spesific gravity on dry basic = B + D – C B Bulk spesific gravity SSD basic = B + D – C B – E Absorption (penyerapan) = X 100% E Dimana : A = berat flask (gram) B = berat contoh kondisi SSD di udara (gram) C = berat flask + air + contoh SSD (gram) D = berat flask + air (standar) E = berat contoh kering di udara (gram) Mengeringkan agregat halus sampai kondisi tercurah dengan baik Sebagian dari contoh dimasukan dalam metal sand cone mold. Benda uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan adalah 25 kali. Kondisi SSD diperoleh, jika cetakan diangkat, butir-butir pasir longsor/runtuh Mengisi piknometer dengan air, kemudian menimbangnya Sebanyak 500 gr pasir dalam kondisi SSD dimasukkan dalam piknometer berisi air digoyangkan lalu didiamkan selama 24 jam Menimbang berat pikno+contoh Memisahkan benda uji dari piknometer Mengeringkan benda uji pada suhu (213-230) F dalam waktu 24 jam Menimbang benda uji yang telah dikeringkan
  • 31. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 24 E. DATA PENGAMATAN Tabel Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus Nomor contoh 1 2 Berat Picnometer A 180 180 Berat contoh jenuh air, kering permukaan (SSD) B 500 500 Berat picnometr + Air + Contoh SSD C 950 955 Berat picnometer + Air D 670 655 Berat contoh kering oven E 490 495 Berat jenis Bulk Kering Oven E/(B+D-C) 2,227 2,475 rata-rata 2,351 Berat jenis bulk jenuh air, kering permukaan B/(B+D-C) 2,273 2,500 rata-rata 2,386 E/(E+D-C) 2,333 2,538 rata-rata (B-E)/E x 100% 2,041 1,010 rata-rata 1,525 berat jenis semu 2,436 penyerapan air
  • 32. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 25 F. KESIMPULAN Jadi dari hasil perhitungan di atas, berat jenis dan penyerapan agregat halus berturut –turut adalah 2,351 ; 2,386 ; 2,436 ; 1,525. Mengetahui, Asisten Laboratorium ZULHAM S LAMBADO G. DOKUMENTASI
  • 33. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 26 PERCOBAAN 2.3. BERAT VOLUME AGREGAT HALUS (PASIR) A. TUJUAN PERCOBAAN Untuk menentukan berat isi/volume agregat halus (pasir) baik dalam kondisi lepas maupun kondisi padat. B. ALAT DAN BAHAN 1. Agregat halus (pasir) 2. Kontainer/wadah baja 3. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % dari berat contoh 4. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat C. PROSEDUR PERCOBAAN ☻ Kondisi Lepas 1. Ukur volume kontainer. 2. Timbang kontainer dalam keadaan kosong. 3. Isi kontainer dengan pasir sampai penuh. 4. Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata. 5. Timbang berat kontainer + pasir. ☻ Kondisi Padat 1. Ukur volume kontainer. 2. Timbang berat kontainer 3. Masukkan agregat halus (pasir) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian lalu tumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali. 4. Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2. 5. Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan atas kontainer lalu tusuk kembali sebanyak 25 kali. 6. Ratakan permukaannya dengan alat perata. 7. Timbang berat kontainer + pasir.
  • 34. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 27 Lakukan prosedur percobaan diatas seperti gambar dibawah ini ;  Persiapan bahan  Berat isi dalam kondisi lepas SSSS  Berat isi dalam kondisi Padat Siapkan agregat secukupnya Masukkan Agregat ke dalam talam Talam diisi agregat sebanyak kapasitas wadah baja silinder Agregat dikeringkan dengan oven pada suhu (110+5) C sampai berat menjadi tetap Menyiapkan wadah baja kosong Wadah ditimbang pada timbangan dengan ketelitian 0.1% (W1) Benda uji yang sudah di oven dimasukkan kedalam wadah dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butiran, dari ketinggian 5 cm di atas wadah sampai penuh Meratakan benda uji dengan mistar perata Menimbang berat wadah + benda uji (W2), jadi didapat berat benda uji (W3=W2-W1) Menyiapkan wadah baja kosong Wadah ditimbang pada timbangan dengan ketelitian 0.1% (W1) Mengisi wadah dengan benda uji dengan 3 lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat, ditusukkan 25 kali secara merata setiap lapisnya Meratakan benda uji dengan mistar perata Wadah telah terisi oleh 3 lapis benda uji yang masing- masing telah ditumbuk 25 kali Menimbang berat wadah + benda uji (W2), jadi didapat berat benda uji (W3=W2-W1) 1/3 h wadah
  • 35. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 28 D. ANALISA PERHITUNGAN W2 - W1 Berat volume agregat = V Dimana : W1 = berat kontainer (kg) V = volume kontainer (cm 3 ) W2 = berat kontainer + pasir (kg) E. DATA PENGAMATAN Tabel hasil pemeriksaan berat volume agregat halus Halus kondisi lepas JENIS SAMPEL 1 2 Berat slinder kosong ( gram) A 10,545 10,545 berat slinder + Agregat (gram) B 19,945 19,955 Volume slinder (ltr) C = 1/4 ( 3,144)(t)(d^2) 5,300 5,300 Berat sampel ( gram) D = ( B-A ) 9,40 9,41 Berat Volume (gr/ltr) E =D/C 1,774 1,775 RATA-RATA 1,775 Halus kondisi padat JENIS SAMPEL 1 2 Berat slinder kosong ( gram) A 10,545 10,545 berat slinder + Agregat (gram) B 19,960 19,975 Volume slinder (ltr) C = 1/4 ( 3,144)(t)(d^2) 5,300 5,300 Berat sampel ( gram) D = ( B-A ) 9,42 9,43 Berat Volume (gr/ltr) E =D/C 1,776 1,779 RATA-RATA 1,778 Berat Volume Rata-Rata: Kondisi Lepas = 1,775 Kondisi Padat = 1,778
  • 36. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 29 F. KESIMPULAN Hasil pengamatan berat volume pasir, dalam kondisi lepas dan kondisi padat digabungkan (dirata-ratakan) maka diperoleh berat volume pasir adalah 1,78 kg/ltr, dapat memenuhi spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu 1,6 – 1,9 kg/liter. Mengetahui, Asisten Laboratorium ZULHAM S LAMBADO
  • 37. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 30 G. DOKUMENTASI
  • 38. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 31 PERCOBAAN 2.4. KADAR AIR AGREGAT HALUS (PASIR) A. TUJUAN PERCOBAAN Untuk menentukan kadar air agregat halus (pasir) dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dalam keadaan kering. Percobaan ini digunakan untuk menyesuaikan berat kadar air beton apabila terjadi perubahan kadar kelembaban beton. B. ALAT DAN BAHAN 1. Pasir 2000 gram 2. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % dari berat contoh 3. Talang (wadah) 4. Oven C. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Timbang talang kosong yang digunakan. 2. Pasir ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan). 3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100 0 C. 4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan berat kering. Dilakukan percobaan seperti gambar dibawah ini ; Menimbang dan mencatat berat talam (W1) Memasukan benda uji ke dalam talam yang telah ditimbang (W2) Hitung berat benda uji (W3=W2-W1) Benda uji dioven sampai mencapai bobot tetap Setelah kering benda uji ditimbang (W4) lalu dihitung berat kering (W5)
  • 39. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 32 D. ANALISA PERHITUNGAN C – D Kadar air (%) = X 100% C Dimana : C = berat basah (kondisi lapangan) D = berat kering (setelah dioven) E. DATA PENGAMATAN Tabel hasil Pemeriksaan kadar air agregat halus JENIS SAMPEL 1 2 Berat contoh pasir ( gram) A 500 500 Berat contoh kering oven ( gram) B 485 480 Kadar air (%) ( A-B)/A .100 % 3 4 RATA-RATA 3,5 F. KESIMPULAN Dari Hasil pengamatan kadar air agregat halus sebesar 3,5 %, maka dapat memenuhi spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu 3% - 5%. Mengetahui, Asisten Laboratorium ZULHAM S LAMBADO
  • 40. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 33 G. DOKUMENTASI
  • 41. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 34 PERCOBAAN 2.5. KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS (PASIR) A. TUJUAN PERCOBAAN Untuk mengetahui kadar lumpur (lempung) pada pasir dengan cara pencucian. B. ALAT DAN BAHAN 1. Pasir dengan berat kering 1000 gram 2. Talang (wadah) 3. Oven 4. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % dari berat contoh 5. Aquades 6. Saringan no. 200 C. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Oven pasir sebanyak 1000 gram selama 24 jam. 2. Setelah 24 jam timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat kering. 3. Setelah ditimbang cucilah pasir dengan cara : a. Masukkan kedalam saringan no. 200 dan diberi air pencuci secukupnya, sehingga benda uji terendam. b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit. c. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih (lumpur hilang). 4. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu 100 o C. 5. Setelah dioven, timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat kering. D. ANALISA PERHITUNGAN (A – B) Kadar lumpur = X 100% B Dimana : A = berat kering sebelum dicuci (gram) B = berat kering setelah dicuci (gram)
  • 42. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 35 E. DATA PENGAMATAN Tabel hasil pemeriksaan kadar lumpur agregat halus JENIS SAMPEL 1 2 Berat contoh kering sebelum dicuci ( gram) A 500 500 berat contoh kering setelah dicuci (gram) B 480 470 Kadar lumpur (%) C = ( A-B)/A . 100% 4 6 RATA-RATA 5 F. KESIMPULAN Dari Hasil pengamatan kadar lumpur agregat halus (pasir) yaitu 5%, maka dapat memenuhi spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu maksimal 5,0%. Mengetahui, Asisten Laboratorium ZULHAM S LAMBADO
  • 43. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 36 G. DOKUMENTASI
  • 44. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 37 REKAPITULASI HASIL PENGAMATAN AGREGAT HALUS NO Karakterisik Interval Hasil Keterangan Agregat Pengamatan 1 Kadar Lumpur Max - 5% 5 Memenuhi 3 Kadar air 3 - 5 % 3,5 Memenuhi 4 Berat volume a. Kondisi padat 1,6-1,9 kg/liter 1,778 Memenuhi b. kondisi lepas 1,6-1,9 kg/liter 1,775 Memenuhi 5 Penyerapan (Absorption) 3% 1,525 Memenuhi 6 Berat jenis spesifik a. Berat jenis semu Min - 2,5 2,436 Memenuhi b. Berat jenis kering oven Min - 2,5 2,351 Memenuhi c. Berat jenis kering permukaan Min - 2,5 2,386 Memenuhi 7 Modulus kehalusan 1,5-3,8 2,13 Memenuhi Mengetahui, Asisten Laboratorium ZULHAM S LAMBADO
  • 45. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 38 BAB III PERCOBAAN AGREGAT KASAR ( KERIKIL ) PERCOBAAN 3.1. ANALISA SARINGAN / GRADASI AGREGAT KASAR (KERIKIL) A. TUJUAN PERCOBAAN Untuk mengetahui susunan butir agregat kasar dari yang besar sampai halus untuk keperluan desain beton. B. ALAT DAN BAHAN 1. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker) 2. Saringan untuk agregat kasar dengan ukuran; 37,5; 25,4; 19,05; 9,60; 4,75. 3. Pan dan cover 4. Timbangan 5. Oven 6. Kerikil 1000 gram C. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Ambil contoh agregat dengan cara perempat sebanyak 1000 gram. 2. Oven selama 24 jam. 3. Timbang agregat kering oven sebanyak 1000 gr. Kondisi suhu kamar. 4. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan. Mulai dari pan, lubang saringan terkecil dan seterusnya sampai lubang saringan terbesar. 5. Masukkan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang saringan pada mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama 15 menit. 6. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu mengendap. 7. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan beserta isinya. 8. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan. 9. Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapatkan faktor kehalusan. 10. Hitung persentase lolos. 11. Plot ke dalam grafik hasil perhitungan lolos.
  • 46. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 39 Prosedur pelaksanaan seperti gambar dibawah ini ; D. ANALISA PERHITUNGAN % tinggal kumulatif ≥ saringan 0,15 mm Fkerikil = 100 dimana : Fkerikil = modulus kehalusan kerikil Agregat sebelum dioven Agregat dikeringkan dengan oven pada suhu (110+5)0 C sampai berat menjadi tetap Memasukkan agregat ke dalam talam Menyiapkan perangkat saringan agregat yang sudah disusun berdasarkan no. saringan Memasukkan benda uji yang sudah dioven ke dalam saringan (berat contoh harus sesuai dengan tabel saringan) Saringan + benda uji digoyang dengan mesin selama 15 menit Benda uji yang tertahan pada tiap no. saringan dituangkan ke talam Benda uji + talam ditimbang, lalu dihitung berat benda uji tersebut
  • 47. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 40 Rata-rata A & B Tertahan % % Tertahan % % % (gr) Tertahan Lolos (gr) Tertahan Lolos Lolos 1' 25,400 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00 100 3/4" 19,050 180,00 180,00 36,00 64,00 150,00 150,00 30,00 70,00 67,00 90-100 3/8" 9,525 200,00 380,00 76,00 24,00 225,00 375,00 75,00 25,00 24,50 20-55 No. 4 4,760 110,00 490,00 98,00 2,00 115,00 490,00 98,00 2,00 2,00 0-10 Pan - 10,00 500,00 100,00 0,00 10,00 500,00 100,00 0,00 0,00 0 500,00 310,00 190,00 500,00 303,00 197,00 193,50 Rata-rata = 7,07% 100 Modulus Kehalusan(F )contohB = 203+ 500 7,03% 100 7,10% Jumlah Modulus Kehalusan(F )contohA = 210+ 500 Spesifikasi ASTM (mm) (gr) (gr) UkuranSaringan Berat tertahan Kumulatif(A) Berat tertahan Kumulatif(B) E. DATA PENGAMATAN Tabel hasil pemeriksaan anlisa saringan agregat kasar.
  • 48. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 41 Grafik Analisa Saringan Agregat Kasar Zona –II F, KESIMPULAN Dari hasil pengamatan nilai modulus kehalusan kerikil adalah 7,07 %. Nilai ini masuk dalam spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu 5% – 8%. Mengetahui, Asisten Laboratorium 4,75 25199,5
  • 49. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 42 ZULHAM S LAMBADO G . DOKUMENTASI
  • 50. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 43 PERCOBAAN 3.2. BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR (KERIKIL) A. TUJUAN PERCOBAAN Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bulk apparent spesific gravity dan absorbsi dari agregat kasar (kerikil) menurut ASTM C-128. B. ALAT DAN BAHAN 1. Kerikil 1500 gram 2. Talang (wadah) 3. Aquades 4. Piknometer berkapasitas 500 mililiter 5. Lap kain 6. Timbangan 7. Keranjang besi 8. Oven C. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Ambil kerikil sebanyak 1500 gram. 2. Rendam selama ± 24 jam. 3. Setelah ± 24 jam, keringkan kerikil hingga mencapai keadaan kering permukaan (SSD). 4. Timbang kondisi SSD sebanyak 1500 gram di udara. 5. Timbang keranjang kosong dalam air. 6. Timbang keranjang + sampel SSD dalam air. 7. Keluarkan sampel dari keranjang lalu dikeringkan permukaan sampel (agregat kasar) dengan kain lap dan oven selama ± 24 jam. 8. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan berat kering.
  • 51. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 44 Percobaan dilakukan seperti gambar dibawah ini ; D. ANALISA PERHITUNGAN C Apparent spesific gravity = C - B C Bulk spesific gravity on dry basic = A - B A Bulk spesific gravity SSD basic = A - B A - C Absorption (penyerapan) = X 100% C Dimana : A = berat contoh kondisi SSD di udara (gram) B = berat contoh kondisi SSD dalam air (gram) C = berat contoh kering di udara (gram) Menyiapkan benda uji berupa agregat kasar Merendam benda uji selama 24 jam, setelah itu keringkan benda uji dengan handuk dan ditimbang Menghitung berat benda uji di dalam air Keringkan benda uji di oven pada temp (212- 130) F
  • 52. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 45 1 2 Berat contoh kering oven A 1000 1000 Berat contoh jenuh air, kering permukaan B 1020 1025 Berat contoh dalam air C 632 632 A/(B-C) 2,577 2,545 rata-rata B/(B-C) 2,629 2,608 rata-rata A/(A-C) 2,717 2,717 rata-rata (B-A)/A x 100% 2,000 2,500 rata-rata Berat jenis semu 2,717 Penyerapan air 2,250 berat jenis bulk jenuh air, kering permukaan 2,619 Nomor contoh berat jenis bulk kering oven 2,561 E. DATA PENGAMATAN Tabel hasil pengamatan berat jenis agregat kasar F. KESIMPULAN Hasil pengamatan berat jenis agregat kasar sebagai berikut ; Berat jenis bulk kering oven = 2,561 % Berat jenis bulk, kering permukaan = 2,619 % Berat jenis semu = 2,717 % Absorption (penyerapan) = 2.250 % Dari hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa agregat tersebut dapat memenuhi spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu 1.6 – 1,9 % sedangkan untuk penyerapan adalah maksimal 3 % Mengetahui, Asisten Laboratorium ZULHAM S LAMBADO
  • 53. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 46 G. DOKUMENTAS
  • 54. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 47 PERCOBAAN 3.3. BERAT VOLUME AGREGAT KASAR (KERIKIL) A. TUJUAN PERCOBAAN Untuk menentukan berat isi / volume agregat kasar (kerikil) baik dalam kondisi lepas maupun kondisi padat. B. ALAT DAN BAHAN 1. Agregat kasar (kerikil) 2. Kontainer 3. Timbangan 4. Tongkat pemadat C. PROSEDUR PERCOBAAN ☻ Kondisi Lepas 1. Ukur volume kontainer. 2. Timbang kontainer dalam keadaan kosong. 3. Isi kontainer dengan kerikil sampai penuh. 4. Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata. 5. Timbang berat kontainer + kerikil. ☻ Kondisi Padat 1. Ukur volume kontainer. 2. Timbang berat kontainer 3. Masukkan agregat kasar (kerikil) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian lalu tumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali. 4. Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2. 5. Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan atas kontainer lalu tusuk kembali sebanyak 25 kali. 6. Ratakan permukaannya dengan alat perata. 7. Timbang berat kontainer + kerikil.
  • 55. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 48 Prosedur pekerjaan dilakukan seperti gambar dibawah ini; a. Pada Kondisi Lepas b. Pada Kondisi Padat D. ANALISA PERHITUNGAN W2 - W1 Berat volume agregat = V Dimana : W1 = berat kontainer (kg) V = volume kontainer (cm 3 ) W2 = berat kontainer + kerikil (kg) E. DATA PENGAMATAN Tabel hasil pengamatan berat volume agregat kasar kasar kondisi lepas Menyiapkan wadah baja kosong Wadah ditimbang pada timbangan dengan ketelitian 0.1% (W1) Benda uji yang sudah di oven dimasukkan kedalam wadah dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butiran, dari ketinggian 5 cm di atas wadah sampai penuh Meratakan benda uji dengan mistar perata Menimbang berat wadah + benda uji (W2), jadi didapat berat benda uji (W3=W2-W1) Menyiapkan wadah baja kosong Wadah ditimbang pada timbangan dengan ketelitian 0.1% (W1) Mengisi wadah dengan benda uji dengan 3 lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat, ditusukkan 25 kali secara merata setiap lapisnya Meratakan benda uji dengan mistar perata Wadah telah terisi oleh 3 lapis benda uji yang masing- masing telah ditumbuk 25 kali Menimbang berat wadah + benda uji (W2), jadi didapat berat benda uji (W3=W2-W1) 1/3 h wadah
  • 56. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 49 JENIS SAMPEL 1 2 Berat slinder kosong ( gram) A 10,545 10,545 berat slinder + Agregat (gram) B 19,500 19,000 Volume slinder (ltr) C = 1/4 ( 3,144)(t)(d^2) 5,300 5,300 Berat sampel ( gram) D = ( B-A ) 8,96 8,46 Berat Volume (gr/ltr) E =D/C 1,69 1,60 RAT-RATA 1,642 kasar kondisi padat JENIS SAMPEL 1 2 Berat slinder kosong ( gram) A 10,545 10,545 berat slinder + Agregat (gram) B 19,700 19,800 Volume slinder (ltr) C = 1/4 ( 3,144)(t)(d^2) 5,30 5,30 Berat sampel ( gram) D = ( B-A ) 9,16 9,26 Berat Volume (gr/ltr) E =D/C 1,73 1,75 RAT-RATA 1,737 Berat volume rata-rata : Kondisi lepas = 1,642 (Kg/liter) Kondisi padat = 1,737 (Kg/liter)
  • 57. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 50 F. KESIMPULAN Hasil pengamatan berat volume kerikil dalam kondisi lepas dan kondisi padat dirata- ratakan maka didapat hasil sebesar 1.69 kg/liter maka dapat memenuhi spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu 1,60 – 1,90 kg/liter. Mengetahui, Asisten Laboratorium ZULHAM S LAMBADO
  • 58. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 51 G. DOKUMENTASI
  • 59. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 52 PERCOBAAN 3.4. KADAR AIR AGREGAT KASAR (KERIKIL) A. TUJUAN PERCOBAAN Untuk menentukan kadar air agregat kasar (kerikil) dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dalam keadaan kering. Percobaan ini digunakan untuk menyesuaikan berat kadar air beton apabila terjadi perubahan kadar kelembaban beton. B. ALAT DAN BAHAN` 1. Kerikil 2000 gram 2. Timbangan 3. Talang (wadah) 4. Oven C. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Timbang talang kosong yang digunakan. 2. Kerikil ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan). 3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100 o C. 4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan berat kering. Prosedur pelaksanaannya seperti gambar dibawah ini ; Menimbang dan mencatat berat talam (W1) Memasukan benda uji ke dalam talam yang telah ditimbang (W2) Hitung berat benda uji (W3=W2-W1) Benda uji dioven sampai mencapai bobot tetap Setelah kering benda uji ditimbang (W4) lalu dihitung berat kering (W5)
  • 60. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 53 D. ANALISA PERHITUNGAN C – D Kadar air (%) = X 100% C Dimana : C = berat basah (kondisi lapangan) D = berat kering (setelah dioven) E. DATA PENGAMATAN Tabel hasil pemeriksaan kadar air agregat kasar JENIS SAMPEL 1 2 Berat contoh ( gram) A 1000 1000 Berat contoh kering oven ( gram) B 975 980 Kadar air (%) C = ( A-B) /A . 100% 2,5 2 RATA-RATA 2,25 F. KESIMPULAN Hasil pengamatan kadar air rata-rata agregat kasar sebesar 2,25 %, dapat memenuhi spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu 0,5% - 2,0%. Mengetahui, Asisten Laboratorium ZULHAM S LAMBADO
  • 61. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 54 G. DOKUMENTASI
  • 62. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 55 PERCOBAAN 3.5. KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR (KERIKIL) A. TUJUAN PERCOBAAN Untuk mengetahui kadar lumpur ( lempung ) pada agregat kasar ( kerikil ). B. ALAT DAN BAHAN 1. Kerikil 500 gram 2. Talang (wadah) 3. Oven 4. Timbangan 5. Aquades 6. Saringan no.4 dan no. 200 C. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Oven kerikil sebanyak 500 gram selama 24 jam. 2. Setelah 24 jam, timbang kembali kerikil tersebut untuk mendapatkan berat kering. 3. Setelah ditimbang cucilah kerikil dengan cara : a. Masukkan kedalam saringan no. 4 dan no. 200 dan diberi air pencuci secukupnya, sehingga benda uji terendam. b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit. c. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih (lumpur hilang). 4. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu 100 o C. 5. Setelah dioven, timbang kembali kerikil tersebut untuk mendapatkan berat kering. D. ANALISA PERHITUNGAN (A – B) Kadar lumpur = X 100% A Dimana : A = berat kering sebelum dicuci (gram) B = berat kering setelah dicuci (gram)
  • 63. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 56 E. DATA PENGAMATAN Tabel hasi pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar JENIS SAMPEL 1 2 Berat contoh kering sebelum dicuci ( gram) A 500 500 berat contoh kering setelah dicuci (gram) B 496 495 Kadar lumpur (%) C = ( A-B)/A . 100% 0,8 1 RATA-RATA 0,9 F. KESIMPULAN Dari Hasil pengamatan didapat kadar lumpur agregat kasar yaitu 0,9%, sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu maksimal 1,0%, maka kadar lumpur agregat kasar (kerikil) dapat memenuhi spesifikasi agregat beton. Mengetahui, Asisten Laboratorium ZULHAM S LAMBADO
  • 64. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 57 G. DOKUMENTASI
  • 65. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 58 PERCOBAAN 3.6 PEMERIKSAAN ABRASI/KEAUSAN A. TUJUAN PERCOBAAN Untuk mengetahui keausan agregat kasar ( kerikil ) yang diakibatkan oleh faktor- faktor mekanis. B. ALAT DAN BAHAN 1. Mesin Los Angeles Abrassion Machine 2. Talang (wadah) 3. Bola baja 8 buah 4. Pan 5. Saringan no. 12 6. Kerikil 5000 gr 7. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % dari berat contoh C. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Ambil benda uji (kerikil) yang akan diperiksa, lalu cuci sampai bersih. 2. Keringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 110 o C. 3. Ambil sampel sebanyak 5000 gram. 4. Masukkan sampel pada drum abrasi beserta bola baja. 5. Tutup kembali drum abrasi. 6. Atur angka pada counter sesuai jumlah putaran yang diinginkan. 7. Tekan tombol start, sehingga drum berputar. 8. Setelah drum berhenti, pasang talang dibawah drum. 9. Buka tutup tekan tombol inching sehingga drum terbalik, sehingga agregat dan bola baja tertampung pada talang. 10. Saring agregat dengan saringan no. 12 dan agregat yang tertahan dicuci sampai bersih. 11. Keringkan dengan oven selama 24 jam. 12. Timbang berat keringnya.
  • 66. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 59 D. ANALISA PERHITUNGAN (A – B) Keausan = X 100% A Dimana : A = berat kering setelah dicuci (gram) B = berat kering setelah abrassion test (gram) E. DATA PENGAMATAN Tabel hasil pemeriksaan keausan agregat kasar Ukuran Saringan Contoh ASTM ( mm ) Berat Tertahan (gr) Sebelum 1 1/2" - 1" 1250 1" - 3/4" 1250 3/4" - ½ 1250 1/2 - 3/8" 1250 Jumlah Berat (gr) 5000 Berat Tertahan No.12 3415 K e a u s a n (%) 31,700 F. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan didapat Keausan/abrasi dari agregat kasar sebesar 31,7 %, maka dapat memenuhi spesifikasi agregat beton menurut SNI yaitu <40%. Mengetahui, Asisten Laboratorium ZULHAM S LAMBADO
  • 67. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 60 G. DOKUMENTASI
  • 68. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 61 REKAPITULASI HASIL PENGAMATAN AGREGAT KASAR NO Karakterisik Interval Hasil Keterangan Agregat Pengamatan 1 kadar lumpur Max - 1% 0,900 Memenuhi 2 Kadar air 0,5-2% 0,650 Memenuhi 3 Berat volume a. Kondisi padat 1,6-1,9 kg/liter 1,737 Memenuhi b. kondisi lepas 1,6-1,9 kg/liter 1,642 Memenuhi 4 Abrasi/ keausan Agregat <40% 31,7 Memenuhi 5 Penyerapan (Absorption) Max - 3% 2,250 Memenuhi 6 Berat jenis spesifik a. Berat jenis semu Min - 2,5 2,717 Memenuhi b. Berat jenis kering oven Min - 2,5 2,561 Memenuhi c. Berat jenis kering permukaan Min - 2,5 2,619 Memenuhi 7 Modulus kehalusan 5-8 % 7,290 Memenuhi Mengetahui, Asisten Laboratorium ZULHAM S LAMBADO
  • 69. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 62 BAB IV PENGGABUNGAN AGREGAT Umumnya agregat alam maupun batu pecah, gradasinya tidak masuk dalam spesifikasi untuk campuran beton, sehingga diperlukan suatu kombinasi dari beebrapa agregat untuk mendapatkan agregat beton yang gradasinya memenuhi spesifikasi. Ada beberapa cara untuk mendapatkan prosentase masing-masing agregat sehingga membentuk agregat yang gradasinya memenuhi standar (persyaratan) antara lain : ☻ Cara analitis ☻ Cara grafik Umumnya lengkung gradasi agregat yang belum dikombinasi bersifat cembung sedangkan yang dikehendaki adalah cekung. Untuk mendapatkan hasil kombinasi yang gradasi gabungannya bersifat cekung maka digunakan standar gabungan yang bersifat cekung. 4.1. CARA ANALITIS Cara menggabung agregat dengan cara analitis adalah dengan menggunakan rumus penggabungan sebagai berikut : Ygabungan = a . Ypasir + b . Ykerikil Dimana : Ygabungan = prosentase lolos gabungan yang sesuai standar spesifikasi a = prosentase gabungan dari pasir b = prosentase gabungan dari kerikil (100% - a) Ypasir = prosentase lolos pasir dari analisa saringan (laboratorium) Ykerikil = prosentase lolos pasir dari analisa saringan (laboratorium) Untuk penggabungan tiga macam agregat A, B dan C, maka rumus penggabungan : Ygabungan = a . YA + b . YB + c . YC Dimana : a + b + c = 100% = 1 Gabungan antara agregat kasar dengan agregat halus pada umumnya dilakukan dengan batu pecah antara fraksi-fraksi tertentu. Untuk menggunakan rumus diatas, maka dicari nilai a pada tiap lobang ayakan yang standar, disini ada dua nilai yaitu a1 dan a2, dimana :
  • 70. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 63 a1 = nilai prosentase untuk batas atas dari spesifikasi a2 = nilai prosentase untuk batas bawah dari spesifikasi Nilai a1 dan a2 dapat digambarkan secara barchart seperti contoh berikut : Gambar 2.1 Barchart nilai a1 dan a2 Sebagai nilai a diambil rata-rata dari a : akn + akr a = 2 b = 100% - a% 4.2. CARA GRAFIS Mencari prosentase gabungan dengan cara grafis hasilnya agak kasar jika dibandingkan dengan cara analitis. Cara penggambarannya dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Gambarkan lengkung gradasi semua agregat yang akan digabungkan, misalnya agregat A dan B seperti gambar 2.2 berikut ini :
  • 71. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 64 0,15 0 8 0,3 4 20 0,6 14 35 1,2 16 48 2,4 22 60 4,75 39 75 9,6 94 100 GRAFIK GRADASI AGREGAT 0 20 40 60 80 100 120 0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,75 9,6 Ukuran saringan (mm) %lolos Agregat A Agregat B x x A A B Gambar 2.2 Grafik penentuan persentase agregat gabungan dengan cara grafis 2. Tarik garis vertikal A-A sedemikian sehingga jarak antara nilai axis y maksimum dan grafik atas sama dengan jarak antara nilai axis y minimum (sumbu X) dan grafik bawah sama panjang. 3. Tarik garis diagonal grafik. 4. Tarik garis horisontal dari perpotongan antara garis vertikal A-A dan garis diagonal hingga membagi dua sumbu Y. 5. Bagian bawah dari sumbu Y adalah nilai a dan bagian atas adalah nilai b.
  • 72. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 65 BAB V PEMERIKSAAN BETON (Tinjauan Umum Mix Design) 5.1. PENDAHULUAN Beton ialah suatu campuran yang terdiri dari aggregat alam seperti pasir, batu pecah, dan semen. Sebagai alternatif lain dapat juga digunakan aggregat buatan seperti trak sebagai hasil sampingan dari peleburan baja, apabila memang cocok untuk keadaan yang kita hadapi. Bahan utama campuran lainnya ialah bahan pengikat, yang mengikat butiran-butiran aggregat menjadi satu dan akhirnya menjadi bahan yang keras. Bahan yang biasa digunakan ialah bahan yang merupakan hasil reaksi kimia antara semen dan air. Bahan pengikat lainnya digunakan dalam skala yang lebih kecil untuk beton khusus, di mana semen dan air yang biasa digunakan, diganti seluruhnya atau sebagian saja oleh bahan-bahan yang dikenal sebagai epoxy atau polyester. Beton yang telah mengeras bagaikan batu karang dengan kekuatan tinggi (tekan), karena beton dalam keadaan segar dapat dibuat dalam bermacam-macam bentuk maka keuntungan ini dapat dipakai untuk tujuan arsitektur. Beton mempunyai kekuatan tarik yang rendah dibandingkan dengan kekuatan tekannya, sehingga untuk pelaksanaannya biasa dipasang tulangan tarik dari baja untuk menahan gaya tarik. Beton yang demikian disebut beton bertulang. Jenis yang lain biasa disebut beton pratekan karena pada betonnya diberi gaya tekan lebih dulu untuk mengimbangi gaya tarik yang bekerja kemudian. 5.2. JENIS-JENIS BETON Beton dapat disebut sebagai batu buatan, terdiri dari aggregat yang diikat menjadi satu oleh pasta semen. Selama masih dapat dikerjakan, beton itu dianggap masih segar. Beton yang baru dituangkan dan segera dipadatkan disebut beton hijau, sedangkan bila mencapai kekerasannya yaitu setelah 12 jam selesai pengecoran disebut beton muda. a. Beton berat Beton ini mempunyai berat volume lebih besar dari 2,8 ton/m 3 dipakai untuk pelindung terhadap sinar gamma. Beton ini dipakai untuk reaktor.
  • 73. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 66 b. Beton normal/biasa Dipakai untuk konstruksi tempat tinggal biasa dengan berat volume 1,8 - 2,8 ton/m 3 . Jenis aggregatnya antara lain : pasir, batu pecah, atau batu pecah. c. Beton ringan Berat volumenya antara 0,6 - 1,8 ton/m 3 , dipakai untuk bangunan pemikul beban ringan. Aggregat yang digunakan ialah batu lempung expended clay, verum culie. 5.3. TEKNIK PEMBUATAN Berdasarkan teknik pembuatannya, beton dapat dibagi atas beberapa jenis : a. Beton biasa Beton ini langsung dibuat dalam keadaan plastis, dan cara pembuatannya berdasarkan atas : - beton siap pakai (Ready Mix Concrete) - beton dibuat di lapangan. b. Beton precast Beton ini dibuat dalam bentuk elemen-elemen yang merupakan bagian dari suatu konstruksi. Bagian yang akan dibuat menjadi beton ini dipasang dalam keadaan mengeras. c. Beton prestress Beton ini dibuat dengan memberi tegangan dalam pada beton sebelum mendapat beban luar. 5.4. KELAS DAN MUTU BETON a. Beton kelas I Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktural yang pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Mutu beton kelas I dinyatakan dengan B0. b. Beton kelas II Beton kelas II ialah beton untuk pekerjaan struktural secara umum. Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan pengawasan oleh tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar yaitu B1, K125, K175, K225. c. Beton kelas III Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara umum di mana dipakai mutu beton dengan kekuatan tekan lebih tinggi dari K225. Dalam pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan laboratorium dengan peralatan yang lengkap.
  • 74. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 67 5.5. SIFAT PENGERJAAN BETON Sifat pengerjaan beton belum didefinisikan secara tepat, namun untuk tujuan-tujuan praktek pengertiannya memudahkan kita untuk mengolah beton sejak masih berada dalam pengadukan sampai selesai dipadatkan. Tiga karakteristik utama dalam pengerjaan beton : - kekentalannya, - kemudahannya mengalir, - kemudahannya dipadatkan. Kekentalan atau konsistensi beton merupakan suatu ukuran untuk menunjukkan keadaan basah beton yang bersangkutan. 5.6. PERCOBAAN CARA PENGUKURAN SIFAT PENGERJAAN Ada tiga cara percobaan pengukuran sifat pengerjaan beton yang telah digunakan secara luas : - percobaan Slump - percobaan penentuan faktor pemadatan, - percobaan dengan menggunakan alat pengukur konsistensi. 5.7. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN BETON 1. Kekuatan tekan beton Kekuatan tekan beton ialah muatan tekan maksimum yang dapat dipikul persatuan luas. Kekuatan tekan beton yang dapat dicapai ialah 1000 kg/cm 2 . 2. Kekuatan tarik beton Kekuatan tarik beton adalah sangat penting dalam merencanakan jalan raya, landasan pesawat. Komponen-komponen disyaratkan untuk menahan tegangan-tegangan tarik. 5.8. PERSIAPAN PENGUJIAN Benda uji yang akan diperiksa dikeluarkan dari bak perendaman dan dibersihkan, lalu tentukan berat dan ukuran benda uji tersebut. Khusus benda uji silinder, permukaan dan lapisan bawahnya diberi lapis dengan mortar belerang dengan cara sebagai berikut :
  • 75. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 68 Mortar belerang dilelehkan dalam pot peleleh sampai suhu 130ºC. Tuangkan belerang cair ini ke dalam cetakan pelapis yang dilapisi dengan gemuk tipis dalamnya. Kemudian letakkan benda uji tegak lurus pada cetakan pelapis sampai belerang cair menjadi keras.
  • 76. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 69 BAB VI RANCANGAN CAMPURAN BETON Pada konstruksi mutu beton tinggi,dituntut untuk dapat merancang komposisi campuran beton yang tepat. Pembuatan beton dengan menggunakan perbandingan berat yang biasa dipakai 1 semen : 2 pasir : 3 krikil untuk beton biasa dan campuran 1 semen : 1 1 /2 pasir dan 2 ½ kerikil untuk beton kedap air sudah kurang memuaskan lagi, karena dapat menghasilkan kuat desak beton yang beragam (bervariasi). Dalam konsep Pedoman Beton tahun 1989, perbandingan campuran seperti ini hanya boleh dilakukan untuk beton dengan mutu kurang dari 10 MPa, dan dengan slump yang tidak lebih dari 100 mm. Di Indonesia metode yang sering digunakan untuk membuat rancangan campuran beton / Job Mix Formula (JMF) yaitu cara Inggris atau lebih dikenal dengan metode Development of Environtment (DoE) yang dipakai sebagai standar perencanaan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan dibuat dalam buku standar SK-SNI. T-15-1990-03. Perencanaan dengan cara ini menggunakan table- tabel dan grafik. Langkah-langkah pokok dalam metode ini adalah sebagai berikut : 1. Penetapan kuat desak beton yang direncanakan 2. Penetapan nilai standar deviasi 3. Menetapkan kuar desar beton rata-rata yang direncanakan 4. Penetapan penggunaan jenis semen 5. Penetapan jenis agregat 6. Penetapan factor air semen 7. Penetapan factor air semen maksimum 8. Menentukan nilai slump test 9. Menetapkan ukuran agregat maksimum 10. Menetapkan kadar air bebas dan banyaknya air yang diperlukan tiap m3 adukan beton 11. Menetapkan berat semen yang diperlukan 12. Menentukan kadar semen maksimum 13. Menentukan kebutukan semen minimum 14. Menentukan faktorair semen yang disesuaikan 15. Menentukan susunan besar butir agregat halus
  • 77. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 70 16. Menentukan presentase agregat halus 17. Menentukan berat isi relative agregat 18. Menentukan berat isi beton 19. Menentukan kebutuhan agregat gabungan Menentukan kadar agregat halus dan kadar agregat kasar..
  • 78. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 71
  • 79. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 72
  • 80. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 73 BAB VII PERCOBAAN 7.1 PEMERIKSAAN BETON SEGAR (CONCRETE MIXER TEST) A. TUJUAN PERCOBAAN Untuk membuat sampel uji silinder hasil mix-design beton yang bersifat homogen. B. ALAT DAN BAHAN 1. Concrete mixer / mesin pencampur 2. Talang persegi 3. Sekop 4. Ember 5. Cetakan silinder beton 6. Vibrator C. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Bersihkan bagian dalam concrete mixer. 2. Timbang bahan yang akan digunakan sesuai hasil perhitungan mix-design. 3. Jalankan mixer concrete. 4. Masukkan agregat ke dalam mixer. 5. Masukkan air sedikit demi sedikit sampai air yang telah disediakan masuk semua sambil mixer jalan terus. 6. Setelah semua bahan dimasukkan, jalankan mixer sampai ± 2 menit berikutnya (sampai campuran kelhatan mengkilat). 7. Lakukan pengukuran nilai slump. 8. Setelah nilai slump tercapai, tuangkan campuran ke dalam talang. 9. Beton segar dimasukkan ke dalam cetakan silinder yang telah diolesi gemuk. 10. Tiap 1/3 bagian silinder terisi, padatkan dengan tongkat pemadat. 11. Padatkan dengan vibrator. 12. Ratakan permukaan beton dalam cetakan. 13. Diamkan selama 24 jam. 14. Setelah 24 jam, buka cetakan dengan hati-hati, usahakan beton tidak menerima getaran.
  • 81. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 74 15. Beton yang telah dibuka dari cetakan langsung direndam dalam bak perendaman. Prosedur pelaksanaannya seperti gambar dibawah ini ; D. KOMPOSISI CAMPURAN Tabel komposisi campuran slinder Untuk satu benda uji silinder Bahan Beton Faktor Kehilangan Berat Porsi Semen 1.1 2.157 kg Pasir 4.011 kg Batu Pecah 6.979 kg Air 1.079 kg Agregat, semen, pasir, dan air disiapkan dengan takaran yang sudah dtentukan Keempat bahan dasar tersebut dicampur dengan dimasukkan ke dalam molen Setelah tercampur lakukan uji slump dengan menggunakan kerucut Abrams hingga didapat ketinggian slump kurang lebih 10 cm Campuran dimasukkan ke dalam cetakan dan didiamkan selama 24 jam
  • 82. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 75 E. DOKUMENTASI
  • 83. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 76 PERCOBAAN 7.2 PEMERIKSAAN NILAI SLUMP (SLUMP TEST) A. TUJUAN PERCOBAAN Untuk mengukur nilai slump adukan beton segar sehingga diketahui tingkat workability-nya. B. ALAT DAN BAHAN 1. Corong slump 2. Talang 3. Batang pemadat 4. Mistar 5. Sekop 6. Sendok semen C. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Ambil adukan beton dari mixer. 2. Letakkan corong slump di atas talang injak kedua kakinya. 3. Masukkan adukan beton ke dalam corong slump ± 1/3 bagiannya, lalu tusuk- tusuk dengan batang pemadat secara merata sebanyak 25 kali perlapis. 4. Lakukan hal yang sama untuk lapis kedua dan lapis ketiga atau tiap 1/3 bagian silinder. 5. Ratakan permukaan corong. 6. Angkat corong dengan hati-hati dalam posisi tegak lurus, lalu ukur penurunan yang terjadi (selisih antara tinggi awal dan akhir). Besarnya penurunan ini disebut nilai slump.
  • 84. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 77 D. DATA PENGAMATAN Tabel hasil pengamatan nilai slump NO SAMPEL NILAI SLUMP TEST (cm) 1 1 - 3 10 2 4 14 3 5 - 7 14 4 8 - 12 13 E. KESIMPULAN Dari pengujian diperoleh nilai slump rata-rata pengecoran yaitu = 13,75 cm. Mengetahui, Asisten Laboratorium ZULHAM S LAMBADO
  • 85. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 78 PERCOBAAN 7.3 PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON KERAS A. TUJUAN PERCOBAAN Untuk mengetahui kuat tekan karakteristik beton keras B. ALAT 1. Mesin tekan hidrolik 2. Timbangan C. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Ambil benda uji dari bak perendaman. 2. Keringkan hingga mencapai kondisi SSD (kering permukaan). 3. Timbang benda uji. 4. Letakkan benda uji pada meja penekan. Periksa manometer yang akan digunakan pada skala nol. 5. Bundel distel pada posisi penekanan lalu hidupkan mesinnya. 6. Amati pergerakan manometer, catat nilai maksimum beban yang dapat ditahan oleh benda uji. Setelah dibagi dengan luas penampang benda uji, diperoleh nilai kuat tekan karakteristik beton tersebut. Prosedur dapat dilakukan seperti gambar dibawah ini ; Melepas cetakan beton Setelah dilepas dari cetakan, beton direndam sampai terendam seluruhnya. Satu hari sebelum beton diuji tekan, beton dikeluarkan dan didiamkan selama 24 jam Dilakukan uji tekan sampai beton hancur, hasil pengamatan dicatat Benda uji yang telah retak akibat uji tekan
  • 86. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 79 D. ANALISA PERHITUNGAN Kekuatan tekan beton = fci = P/A.k …… (kg/cm 2 ) di mana : P = beban maksimum (kg) A = luas penampang bidang (cm 2 ) a. Kuat Tekan Beton Rata-rata )/(....... 2 cmkg n fci fm   b. Penentuan Standar Deviasi )/(....... )1( )( 2 2 cmkg n fcmfci S    c. Penentuan Kuat Tekan Karakteristik Beton )/(........' 2 cmkgSkfcmcf  dimana : fcm = kuat tekan beton rata-rata (kg/cm 2 ) fci = kuat tekan masing-masing benda uji (kg/cm 2 ) f’c = kuat tekan karakteristik (kg/cm 2 ) n = jumlah benda uji S = standar devuasi k = 1,64
  • 87. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 80 E. DATA PENGAMATAN Terlampir dalam bentuk table F. KESIMPULAN ☻ Besarnya kuat tekan beton rata-rata yang diperoleh dari hasil pengujian adalah 160,21 kg/cm 2 , lebih kecil dibandingkan dengan kuat tekan berdasarkan mutu beton yang disyaratkan sebesar 250 kg/cm 2 . Mengetahui, Asisten Laboratorium
  • 88. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 81 K = 1 + f'ci max = = 1 + 7 f'ci min = = 4 Range (R) = - = Kelas (k) = 4 untuk benda uji 7 buah Interval (C) = R/k = / 4 = 19 NO. 1 111 - 130 2 130 - 149 3 149 - 168 4 168 - 187 5 187 - 206 NO. 1 2 3 4 5 S 28.6 0.0 28.6 14.3 28.57 105.2 0.0 (Ui+Ui2 ) . fi 790 7 -18.0 -23.4 128.6 76.4 1.6 196 2 -0.1 -0.3 0.0 -0.1 -0.2 177 1 -1.9 -1.9 3.5 1.6 158 2 -3.6 -7.2 25.8 9.3 18.6 139 0 -5.3 0.0 0.0 23.0 120 2 -7.0 -14.1 99.3 42.6 85.2 7 100 Xi fi Ui Ui . fi Ui2 . fi Ui + Ui2 177 1 196 2 139 0 158 2 KELAS MEAN FREKUENSI PEMBUATAN HISTOGRAM KUAT TEKAN BETON 3.3 Log n 205.34 3.3 Log n 110.57 POPULASI (%) 120 2 205.34 110.57 94.77 94.77 18.95 diambil C =
  • 89. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 82
  • 90. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 83 G. HISTROGRAM KUAT TEKAN Frekuensi Kuat Tekan Beton ( kg/cm2) Frekuensi
  • 91. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 84 H. DOKUMENTASI
  • 92. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 85 PERCOBAAN 7.4 PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH BETON A. TUJUAN PERCOBAAN Metode pengujian ini mencakup cara penentuan kuat tarik belah benda uji yang dicetak berbentuk silinder atau beton inti yang diperoleh dengan cara pengeboran termasuk ketentuan peralatan dan prosedur pengujiannya serta perhitungan kekuatan tarik belahnya. Pengujian kuat tarik belah digunakan untuk mengevaluasi ketahanan geser dari komponen struktur yang terbuat dari beton yang mengggunakan agregat ringan. B. ALAT DAN BAHAN a. Peralatan pengujian Peralatan untuk pengujian harus memenuhi persyaratn sebagai berikut: 1. Mesin uji tekan Mesin uji tekan yang digunakan untuk pengujian kuat tarik belah beton harus memenuhi ketentuan yang berlaku pada pengujian kuat tekan untuk benda uji beton. 2. Pelat atau batang penekan tambahn Pelat atau batang penekan tambahan diperlukan apabila diameter atau panjang benda uji lebih besar dar ukuran permukaan tekan dari mesin uji yang digunakan pelat atau batang penekan tambahan tersebut harus dipasangkan pada bagian bawah dan bagian atas dari mesin uji tekan dan harus terbuat dari pelat baja yang memiliki tingkat kerataan 0,025 mm bila diukur tegak lurus terhadap setiap titik pada garis singgung bidang tekan. 3. Bantaian bantu pembebanan Untuk setiap benda uji harus disediakan dua buah bantalan pembebanan yang terbuat dari kayu lapis tanpa cacat setebal 3 mm dengan lebar 25 mm dan sedikit lebih panjang dari panjang benda uji. C. PROSEDUR PENGUJIAN 1. Pemberian tanda pada benda uji
  • 93. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 86 Tarik garis tengah pada setiap sisi ujung silinder benda uji dengan mempergunakan peralatan bantu yang sesuai hingga dapat memastikan bahwa kedua garis tengah tadi berada dalam bidang aksial yang sama. Sebagai alternatif dapat digunakan alat bantu penandaan garis tengah berbentuk T pada kedua ujung benda tersebut benda tersebut terdiri dari 3 bagian sbb: a) Sebuah baja kanal C – 100 yang kedua flensnya sudah diratakan dengan mesin dengan ukuran b) Bagian alas, B, dari perlengkapan berbentuk T yang diberi alur yang sesuai dengan tebal kedua flens baja kanal dan celah persegi empat untuk perletakan batang tegaknya c) Bagian tegak, C, dari alat perlengkapan berbentuk T terpasang tegak lurus pada alas B ; bagian tegak tersebut diberi celah, A, yang memanjang (Gambar 2) untuk memudahkan pembuatan tanda garis tengah pada kedua ujung benda uji. Alat perlengkapan (Rakitan) berbentuk T tersebut tidak terpasang mati pada baja kanal dengan tidak mengganggu posisi benda uji pada waktu dilakukan penandaan garis tengah pada kedua sisi benda uji. 2. Peralatan bantu perletakan benda uji pada posisi uji Peralatan bantu perletakan benda uji pada posisi uji adalah seperti ditunjukan pada gambar 3. Peralatan bantu ini dari tiga bagian, sbb: a) Bagian alas tempat untuk meletakan bantalan banyu pembebanan bagian bawah dan benda uji silender b) Pelt atau batang bantu penekakan yang memenuhi persyaratan pada sus pasal 4.1, baikmukuran maupun kerataannya c) Dua buah bagian tegak yang kegunaannya untuk meletakan benda uji pada posisi uji lengkap dengan pelat atau batang penekan tambahan dan bantalan bantu pembebanannya 3. Pengukuran Tentukan diameter benda uji dengan ketelitian sampai 0.25 mm yang merupakan harga rata-rata dari tiga kali pengukuran diameter pada kedua ujung dan bagian tengah benda uji; pengukuran dilakukan pada garis tanda yang dibuat pada benda uji (lihat sub pasal 5.1). tentukan panjang benda uji dengan ketelitian hingga 2.5mm yang merupakan harga rata-rata dari paling sedikit dua buah pengukuran pada bidang yang diberi tanda garis pada kedua ujung benda uji
  • 94. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 87 4. Perletakan baneda uji pada posisi uji dengan berpedoman pada tanda garis tengah pada kedua ujung a) Letakan sebuah dari dua bantalan bantu pembebanan yang terbuat dari kayu lapis pada tengah-tengah pelat menekan bagian-bagian bawah dari mesin uji b) Letakan benda uji di atas bantalan bantu dari kayu lapis tersebut sedemikian rupa hingga tanda garis tengah pada bend uji terlihat tegak lurus terhadap titik tengah dan bantalan kayu lapis c) Letakan bantalan kayu lapis laiinya memanjang duatas silinder sedemikian rupa hingga bagian tengahnya berpotongan dengan tanda garis tengah yang ada pada ujung silinder d) Atur posisi pengujian hingga tercapai kondisi sbb: - Proyeksi dari bidang yang ditandai oleg garis tengah pada kedua ujung benda uji tepat berpotongan dengan titik tengah meja penekanan bagian atas dari mesin meja penguji - Bila digunakan pelat atau batang penekan tambahan, titik tengahnya dan titik tengah benda uji pada posisi uji, harus berada tepat dibawah titi tengah meja penekan bagian atas dari mesin penguji. Cara meletakannya adalah sbb: a. Letakan bantalan-bantalan bantu pembebanan dari kayu lapis, benda uji dan peralatan tambahan penekan (batang atau pelat penekan tambahan) secara sentris dengan menggunakan peralatan bantu perletakan benda uji seperti pada gambar 5. b. Titik tengah pelat penekan tambahan dan titik tengah benda uji pada posisi uji harus berada tepat dibawah titik tengah penekan bagian atas
  • 95. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 88 E. PERHITUNGAN KUAT TARIK BELAH Hitung kuat tarik belah dari benda uji dengan rumus sbb: Fct = ........................................................................................(1) Dengan pengertian : Fct = kuat tarik-balah dalam Mpa P = beban uji maksimum (beban belah/hancur) dalam Newton (N) yang ditunjukan mesin uji tekan L = panjang benda uji D = diameter benda uji dalam mm F. DATA PENGAMATAN Terlampir
  • 96. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 89 G. KESIMPULAN ☻ Besarnya kuat tarik belah beton rata-rata yang diperoleh dari hasil pengujian adalah 1,01 Mpa. Mengetahui, Asisten Laboratorium ZULHAM S LAMBADO
  • 97. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 90 H. DOKUMENTASI
  • 98. LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KHAIRUN Kampus II Gambesi Jl. Pertamina Kel.Gambesi Ternate Selatan 91 BAB VIII PENUTUP 8.1 KESIMPULAN Dari berbagai pengujian laboratorium Struktur dan bahan yang kami lakukan, maka dengan ini kami menarik kesimpulan bahwa : 1. Material dalam pengujian dapat dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan struktur bangunan. 2. Rancangan campuran di laboratorium ini dilakukan sesuai dengan material saat pengujian berlangsung. 3. Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat diketahui bahwa kuat tekan memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tarik belah. 8.2 SARAN 1. Laboratorium Struktur dan bahan di Fakultas Teknik Unkhair Agar melakukan penambahan alat di laboratorium, sehingga dalam setiap pengujian lebih teliti. 2. Sebaiknya lakukan kalibrasi alat secara berkala untuk katelitian dalam pengujian, terutama pada alat uji kuat tekan.