Dokumen tersebut membahas tentang campak, penyebabnya, gejala, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, program imunisasi, dan contoh kasus. Dokumen ini memberikan informasi mengenai pentingnya imunisasi campak pada usia 9 bulan untuk mencegah infeksi, meskipun efikasinya tidak 100% dan masih terdapat risiko kecil infeksi ulang.
Dokumen tersebut menjelaskan pentingnya imunisasi bagi bayi dan anak, termasuk jenis imunisasi wajib seperti polio, DPT, campak, BCG, dan hepatitis B yang diberikan pada usia tertentu untuk mencegah penyakit berbahaya dan meningkatkan kekebalan tubuh. Imunisasi memberikan manfaat perlindungan dari penyakit serta mencegah penularan kepada orang lain.
Vaksinasi Covid-19 penting untuk mengendalikan penularan Covid-19 dan mencapai kekebalan kelompok. Vaksinasi bertujuan menurunkan kesakitan dan kematian serta mempertahankan produktivitas dengan melindungi kesehatan masyarakat. Vaksin yang akan digunakan adalah Sinovac yang diberikan dalam dua dosis. Tokoh masyarakat berperan memberikan informasi yang benar tentang vaksinasi Covid-19.
Dokumen tersebut membahas tentang campak, penyebabnya, gejala, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, program imunisasi, dan contoh kasus. Dokumen ini memberikan informasi mengenai pentingnya imunisasi campak pada usia 9 bulan untuk mencegah infeksi, meskipun efikasinya tidak 100% dan masih terdapat risiko kecil infeksi ulang.
Dokumen tersebut menjelaskan pentingnya imunisasi bagi bayi dan anak, termasuk jenis imunisasi wajib seperti polio, DPT, campak, BCG, dan hepatitis B yang diberikan pada usia tertentu untuk mencegah penyakit berbahaya dan meningkatkan kekebalan tubuh. Imunisasi memberikan manfaat perlindungan dari penyakit serta mencegah penularan kepada orang lain.
Vaksinasi Covid-19 penting untuk mengendalikan penularan Covid-19 dan mencapai kekebalan kelompok. Vaksinasi bertujuan menurunkan kesakitan dan kematian serta mempertahankan produktivitas dengan melindungi kesehatan masyarakat. Vaksin yang akan digunakan adalah Sinovac yang diberikan dalam dua dosis. Tokoh masyarakat berperan memberikan informasi yang benar tentang vaksinasi Covid-19.
Dokumen ini membahas pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit dan kematian pada bayi serta anak-anak. Tanpa imunisasi, banyak anak yang akan meninggal karena penyakit seperti campak, batuk rejan, dan tetanus. Imunisasi perlu diulang untuk mempertahankan kekebalan dan melindungi dari paparan penyakit. Imunisasi dasar diberikan untuk memberikan kekebalan awal secara aktif pada bayi
Dokumen ini membahas tentang imunisasi rutin dan lanjutan pada anak sekolah dasar untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, dan campak-rubella. Termasuk jadwal pelaksanaan imunisasi DT, Td, dan MR pada sekolah-sekolah di wilayah UPT Puskesmas Cilimus.
Vaksinasi dasar untuk bayi dan anak meliputi vaksin BCG, DPT, polio, campak, hepatitis B, dan Hib yang diberikan secara bertahap pada usia 0-12 bulan untuk mencegah berbagai penyakit menular seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, hepatitis B, dan meningitis. Imunisasi boster juga diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun untuk memperkuat kekebalan.
Dokumen tersebut membahas tentang program imunisasi di Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 1956 untuk mengendalikan dan mencegah penyakit menular melalui vaksinasi. Dokumen ini menjelaskan jenis penyakit yang dicakup dalam program imunisasi beserta gejala, penyebab, dan cara pencegahannya melalui vaksinasi.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi yang merupakan metode pencegahan utama penyakit infeksi. Terdapat berbagai jenis vaksin yang diberikan sesuai jadwal untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit seperti campak, polio, HIB, pneumokokus, hepatitis, dan lainnya. Imunisasi sangat penting untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan pada anak.
Imunisasi penting untuk perlindungan kesehatan anak dan masyarakat. Berbagai penyakit berbahaya dapat dicegah melalui program imunisasi nasional yang lengkap dan tepat waktu."
Kampanye imunisasi MR bertujuan untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella secara cepat, memutuskan transmisi virus, dan menurunkan angka kesakitan serta kejadian CRS dengan target cakupan vaksinasi minimal 95% pada anak usia 9 bulan hingga 15 tahun dan anak usia 9 bulan serta 18 bulan melalui program rutin.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis vaksinasi untuk mencegah penyakit menular seperti campak, cacar air, tetanus, difteri, pertusis, polio, hepatitis B, dan tuberkulosis. Jenis vaksin yang digunakan meliputi vaksin hidup yang dilemahkan, vaksin mati, subunit, serta imunoglobulin. Vaksin-vaksin tersebut memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Notulensi JR TB Kutis - Rere Feby Afif.docxbintangrzki
Skrofuloderma merupakan bentuk TB kulit paling sering ditemukan. Pengobatan TB kulit sama dengan TB paru, yaitu pemberian OAT fase intensif dan lanjutan. Namun, pemantauan pasien skrofuloderma perlu dilakukan secara berkala dengan pemeriksaan mikroskopis untuk memantau perkembangan penyakit.
1. Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti difteri, pertusis, polio, campak, tetanus, tuberkulosis, dan hepatitis B.
2. Juga membahas tentang jenis kekebalan, baik kekebalan pasif maupun aktif, serta jadwal dan cara pemberian berbagai vaksin imunisasi anak dan dewasa.
3. Termasuk penjelasan singkat mengenai karakteristik
Dokumen ini membahas pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit dan kematian pada bayi serta anak-anak. Tanpa imunisasi, banyak anak yang akan meninggal karena penyakit seperti campak, batuk rejan, dan tetanus. Imunisasi perlu diulang untuk mempertahankan kekebalan dan melindungi dari paparan penyakit. Imunisasi dasar diberikan untuk memberikan kekebalan awal secara aktif pada bayi
Dokumen ini membahas tentang imunisasi rutin dan lanjutan pada anak sekolah dasar untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, dan campak-rubella. Termasuk jadwal pelaksanaan imunisasi DT, Td, dan MR pada sekolah-sekolah di wilayah UPT Puskesmas Cilimus.
Vaksinasi dasar untuk bayi dan anak meliputi vaksin BCG, DPT, polio, campak, hepatitis B, dan Hib yang diberikan secara bertahap pada usia 0-12 bulan untuk mencegah berbagai penyakit menular seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, hepatitis B, dan meningitis. Imunisasi boster juga diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun untuk memperkuat kekebalan.
Dokumen tersebut membahas tentang program imunisasi di Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 1956 untuk mengendalikan dan mencegah penyakit menular melalui vaksinasi. Dokumen ini menjelaskan jenis penyakit yang dicakup dalam program imunisasi beserta gejala, penyebab, dan cara pencegahannya melalui vaksinasi.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi yang merupakan metode pencegahan utama penyakit infeksi. Terdapat berbagai jenis vaksin yang diberikan sesuai jadwal untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit seperti campak, polio, HIB, pneumokokus, hepatitis, dan lainnya. Imunisasi sangat penting untuk menurunkan angka kematian dan kecacatan pada anak.
Imunisasi penting untuk perlindungan kesehatan anak dan masyarakat. Berbagai penyakit berbahaya dapat dicegah melalui program imunisasi nasional yang lengkap dan tepat waktu."
Kampanye imunisasi MR bertujuan untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella secara cepat, memutuskan transmisi virus, dan menurunkan angka kesakitan serta kejadian CRS dengan target cakupan vaksinasi minimal 95% pada anak usia 9 bulan hingga 15 tahun dan anak usia 9 bulan serta 18 bulan melalui program rutin.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai jenis vaksinasi untuk mencegah penyakit menular seperti campak, cacar air, tetanus, difteri, pertusis, polio, hepatitis B, dan tuberkulosis. Jenis vaksin yang digunakan meliputi vaksin hidup yang dilemahkan, vaksin mati, subunit, serta imunoglobulin. Vaksin-vaksin tersebut memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Notulensi JR TB Kutis - Rere Feby Afif.docxbintangrzki
Skrofuloderma merupakan bentuk TB kulit paling sering ditemukan. Pengobatan TB kulit sama dengan TB paru, yaitu pemberian OAT fase intensif dan lanjutan. Namun, pemantauan pasien skrofuloderma perlu dilakukan secara berkala dengan pemeriksaan mikroskopis untuk memantau perkembangan penyakit.
1. Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi seperti difteri, pertusis, polio, campak, tetanus, tuberkulosis, dan hepatitis B.
2. Juga membahas tentang jenis kekebalan, baik kekebalan pasif maupun aktif, serta jadwal dan cara pemberian berbagai vaksin imunisasi anak dan dewasa.
3. Termasuk penjelasan singkat mengenai karakteristik
1. IMUNISASI pada BAYI dan ANAK
Ismoedijanto
Divisi Penyakit Infeksi dan Pediatri Tropik
Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK Unair – RSUD Dr. Soetomo
2. bahasan
Penyakit infeksi yang menular
Metoda pencegahan penyakit menular
Manfaat epidemiologik
Prinsip imunisasi
Tatacara imunisasi
Program imunisasi dan KIPI
4. Americas Region
Luis Fermin Tenorio
Peru 1991
European Region
Melik Minas
Turkey 1998
Western Pacific Region
Mum Chanty
Cambodia 1997
Polio ‘Last Cases’
7. Measles can kill
Measles:
Not just a childhood rash
■■Abstract
In recent years, the number of US measles cases has increased, and
outbreaks in adults continue to be reported in communities with a high number
of unvaccinated people. These trends underscore the need for high overall
measles vaccination coverage, and for physicians to entertain the diagnosis of
measles in adult patients with a febrile illness and rash.
■■Key Points
Measles is one of the most contagious infectious diseases, with a secondary
attack rate of at least 90% in susceptible household contacts. Since 1993, most
reported cases of measles have been directly or indirectly linked to international
travel, and
many have occurred in adults. Acute measles encephalitis, a neurologic
complication of measles, is more common in adults than in children and
is characterized by the resurgence of fever during the convalescent phase,
along with headaches, seizures, and altered consciousness.
C L E V E L A N D C L I N I C
J O U R N A L O F ME D I C I N E
V O L UME 7 7 • N UMB E R 3
MA R C H 2 0 1 0 : 207
Although measles is generally considered a disease of children, it affects
people of all ages. While the incidence of measles in the United States is
significantly lower than in 1963, when an effective measles vaccine was first
introduced, recent increases in the number of sporadic cases and community
outbreaks in adults show that measles is still a significant health problem.
■■ Pathogenesis of Measles
8. Imunisasi pada semua kelompok umur
Imunisasi penguat, booster
Catch-up immunization
Imunisasi penguat
Catch-up immunization
Catch up immunization
Persiapan masa dewasa & kehamilan
Imunisasi dasar / primary
Bayi
Lahir-1 th
Balita
1-4th
Usia sekolah
5-12 th
Remaja
13-18 th
.
Mengurangi morbiditas
Lansia
9. • Imunisasi penemuan medik terbesar bidang
kedokteran
– imunisasi adalah intervensi medik yang menyerap hampir
semua kemajuan teknologi kedokteran,
– menurunkan angka kematian dan kesakitan
– merupakan pekerjaan rutin dokter (tidak ada izin khusus)
– merubah pola penyakit sangat cepat, mengubah peta
masalah kesehatan
– telah digunakan pada peny non infeksi, mis anti fertilitas
10. Tujuan Imunisasi
mencegah penyakit pada individu atau sekelompok masyarakat / bangsa
Tujuan antara :
pencegahan penyakit pada individu
Reduksi jumlah kasus
Reduksi kejadian luar biasa (outbreak)
Perubahan pola epidemiologi
Tujuan akhir :
eliminasi : menekan kasus seminimal mungkin
eradikasi : menghilangkan kasus dan penyebab penyakit
13. • herd-immunity
• Jumlah individu yang kebal melewati jumlah tertentu, kekebalan
kelompok hasil imunisasi massal
• Penderita yang rentan sangat menyebar diantara individu yang
kebal, sehingga kecil kemungkinannya tertular dan menjadi sakit
• perubahan pola epidemiologik
• Pada saat cakupan meningkat, terjadi perubahan dari high ke low
endemicity + outbreaks
• Tak ada kasus di rs
• Tidak ada lagi kasus klinik
• Tidak ada lagi transmisi agen penyebab sakit
14. Pengendalian dan Pemberantasan penyakit
keberhasilan imunisasi tergantung
pada imunogenitas vaksin
patogenesis penyakit
kemampuan agen penyakit untuk bertahan di lingkungan.
Pada penyakit yang host-nya hanya manusia saja, dapat
dilakukan pengendalian kasus (control) , bahkan dapat
dihentikan transmisi virusnya eradikasi
Pada penyakit yang disebabkan oleh toksin, imunisasi
menimbulkan antibodi antitoksin , sehingga hanya
mencegah terjadinya kasus klinik (control ) tanpa
memutus transmisi elimination
15. Reduksi kasus setelah program imunisasi di AS
-99.58
6.777
1.639.066
Total
-99.99
-99.99-
-99.76
-97.63
-100.00
-99.58
-99.98
-97.88
-99.83
1
86
352
6.031
0
238
3
33
33
206.939 (1921)
894.134(1941)
152.209 (1968)
265.269 (1952)
21.269 (1952)
57.686 (1969)
20.000 (1965)
1.560 (1984)
20.000 ( 1984)
Difteria
Campak
Gondongen
Batuk rejan
Polio liar
Rubella
C Rubella syn
Tetanus
Invasive HiB
Perubahan (%)
Laporan th
1999
Jumlah kasus
maksimum (th)
Nama penyakit
16. Manfaat pada kelangsungan hidup anak
130 juta anak lahir /tahun, 91 juta di negara berkembang, pada
tahun 1974 cakupan dunia 5%
Kini tiap tahun 3 juta terhindar dari kematian, 750.000 terhindar
dari cacat.
Cakupan di negara berkembang yang kurang 30%, kematian
10 kali lipat, kebanyakan hanya dapat 5 antigen
Negara maju paling mendapat manfaat, tiap anak mendapat
minimal 11 antigen bahkan 22 antigen
17. Manfaat promotif (non spesifik)
Kristensen dkk, Guinea- Bisseau
• hubungan imunisasi rutin dengan kelangsungan hidup anak
• Secara menyeluruh kematian kelompok imunisasi lebih
rendah (0.74) dibanding yang tanpa imunisasi
• Pada kelompok yang mendapat imunisasi vaksin hidup
BCG dan campak kematian turun 50%
18. Manfaat promotif (non spesifik)
Shann :
terdapat efek non-spesifik dari imunisasi rutin , selain
penurunan kematian pada penyakit yang dituju.
Misalnya : ada keterkaitan antar penyakit, misalnya
penurunan kasus campak menurunkan kematian akibat
penyakit lain, misalnya penurunan kematian
pneumonia, diare, gizi buruk dsb
Mengapa bayi dan anak ?
kemampuan sel imun masih terbatas,
sel T supresor masih kuat
komplemen kurang berfungsi,
Imunisasi untuk paparan subklinik
19. Cost effectiveness imunisasi
sangat efektif, biaya yang digunakan jauh lebih
kecil dibanding dengan biaya yang harus
dikeluarkan pemerintah maupun keluarga, bila
anak sakit
Efektifitas meningkat bila vaksin dapat
menghentikan transmisi penyakit
imunisasi global dengan Global Alliance
Vaccine Initiative
20. Jenis ,rejimen imunisasi pada bayi dan anak
•Imunisasi aktif
tubuh membentuk antibodi
•Imunisasi pasif
tubuh mendapat antibodi
•Imunisasi dasar
sejumlah suntikan yang diperlukan untuk mencapai kadar antibodi di
atas kadar netralisasi
•Imunisasi ulangan
setiap suntikan untuk meningkatkan kembali kadar antibodi sampai di
atas kadar netralisasi
•Imunisasi yang diharuskan
Imunisasi yang diharuskan sesuai dengan PPI (program pengembangan
imunisasi- expanded program on immunization) bebas biaya
•Imunisasi yang dibiayai sendiri
imunisasi diluar PPI , swadana
23. 2.cara memberikan vaksin
•Per-oral
Lewat mulut, merangsang mukosa tubuh
Intranasal, masih dikembangkan
•Parenteral
Intrakutan, didalam kulit
Subkutan, dibawah kulit
Intramusluker
Dengan jet-gun
Imunisasi pasif lewat intravena kegawatan
24. Mengapa Perlu Jadwal
Waktu pertama kali vaksinasi dimulai
Antibodi maternal
Epidemiologi: Kapan penyakit jadi manifest
Hasil yang optimal
Cara pemberian
Interval antar pemberian
imunisasi primer dan booster selanjutnya
Frequensi suntikan
Maturasi program
Menyesuaikan dengan tahapan epidemiologik
Catch-up
Suplementary immunization
25.
26. Pengaruh antibodi maternal
Imunitas alami
Vaksinasi
Ambang antibodi
pencegahan
Antibodi
maternal
Kadar
antibodi
Umur (bulan)
Pengaruh antibodi
maternal pd imunisasi
4 6-7 9-12
Perbedaan individu
27. umur, interval dan frekuensi pemberian vaksin
• Umur pemberian vaksin
• waktu pemberian - sedini mungkin,
• untuk perlindungan dan pencegahan
• Tidak membahayakan
• Kematangan sistem imun
• Terlalu muda belum bisa membentuk kekebalan
• Belum mampu bereaksi secara seluler
• Antibodi maternal
• Disalurkan dari ibu ke janin, bertahan sampai
6 -9 bulan
• Dapat mengganggu pembentukan antibodi
28. Respons imun primer dan sekunder
Paparan Ag pertama kali Paparan Ag kedua kali
Sel B
aktif
Sekresi Ab
dr sel plasma
Long lived
Plasma cell
(in BM)
Sel B
memori
Sel B aktif
Respons
primer
Respons
sekunder
Hari setelah paparan Ag Hari setelah paparan Ag
Long lived
Plasma cell
(in BM)
Sel B
memori
Jumlah
antibodi
Sekresi Ab dari Sel plasma
Aktivasi
sel B
30. Number of Childhood Vaccines Routinely Used in
Developing and Established Market Countries
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1975 1980 1985 1990 1995 2000
Established Market
Developing Countries
Varicella
Acell pertussis
Pneumococcal *
meningoccoal C*
Measles
DPT
Poliomyelitis
BCG
Hepatitis B**
Measles
Mumps
Rubella
DPT
Poliomyelitis
Haemophilus Influenzae
Hepatitis B
*Estimated future use
**Used in ~ 50% of global birth cohort
Source:Vaccine selection J.Wenger, 2001
31. Vaksin Pemberian Selang Waktu
Pemberian
Usia
BCG 1x - 0-2 bulan
DPT 3x
(DPT 1,2,3) 4 minggu 2-11 bulan
Polio 4x
(Polio 1,2,3,4)
4 minggu 0-11 bulan
Campak 1x - 9-11 bulan
Hepatitis B 3x
4 minggu 0-11 bulan
Jadwal Imunisasi Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
Depkes RI, Tahun 2000
32.
33. Jenis vaksin Umur pemberian vaksin
Bulan Tahun
Lhr 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 10 12 18
Hepatitis B 1 2 3
Polio 0 1 2 3 4 5
BCG 1
DTP 1 2 3 4 5 6(Td) 7(Td)
Campak 1 2
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavirus 1 2 3
Influenza Diberikan 1 kali per tahun
MMR 1 2
Tifoid Ulangan tiap 3 tahun
Hepatitis A 2 kali, interval 6-12 bulan
Varisela 1 kali
HPV* 3 kali
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 – 18 tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Tahun 2011
34. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 – 18 tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Tahun 2011
*HPV = Human Papilloma Virus
Vaksin Hepatitis B I diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir
Vaksin Polio O diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir di RB/RS diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk
menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dapat diberikan vaksin OPV atau IPV.
Vaksin BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji
tuberkulin. Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak dimungkinkan, BCG dapat diberikan, namun harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi
lokal cepat di tempat suntikan (accelerated local reaction), perlu dievaluasi lebih lanjut (diagnostik TB).
Vaksin DTP diberikan pada umur 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DtaP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib.
Ulangan DTP umur 18 bulan dan 5 tahun. Program BIAS : disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan. Untuk anak
umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td.
Vaksin Campak diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun. Program BIAS : disesuaikan dengan
jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan.
Vaksin Pneumokokus dapat diberikan pada umur 2, 4, 6, 12-15 bulan. Pada umur 5-12 bulan, diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan;
pada umur > 1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada umur 15 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis
terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Vaksin rotavirus monovalen (Rotarix®) diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen (Rotateq®) diberikan 3 kali. Rotarix® dosis I
diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksinasi Rotarix® selesai diberikan
sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu.
Rotateq® dosis ke-1 diberikan umur 6-12 minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan pada umur < 32
minggu (interval minimal 4 minggu).
Vaksin Varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur > 12
tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
Vaksin MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan
diberikan pada umur 5-7 tahun.
Vaksin Influenza diberikan pada umur > 6 bulan, setiap tahun. Untuk imunisasi primer anak 6 bln – < 9 tahun diberi 2 x dengan interval
minimal 4 minggu
Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Jadwal vaksin HPV bivalen (Cervarix®) 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen (Gardasil
®) 0,2,6 bulan.
35. Perbedaan jadwal imunisasi DepKes vs IDAI
1. Perbedaan tujuan
1. Perlindungan individu (IDAI) vs herd immunity (PPI)
2. optimal protection vs herd immunity
3. Tdk tertular sekalipun banyak sumber penularan
4. accelerated immunization program (PPI)
2. Perbedaan pelaksanaan/excecution (PPI)
1. A very solid programme
2. Feasibility
3. Biaya pelaksanaan
3. Persamaan
1. manfaat
2. cara kerja
36. PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI
expanded programme on immunization (PPI 1)
Minimal vaksin : DPT, Polio, BCG dan campak ,
ditambahkan hepatitis B
Terdapat berbagai jadwal, tergantung pada epidemiologi
penyakit, adanya vaksin, adanya infrastruktur pelayanan
kesehatan dan unit pelayanan imunisasi
Praktek imunisasi titik beratnya perlindungan individu,
program imunisasi titikberatnya pada cakupan
37. PPI (2)
expanded programme on immunization
Unit pelayanan imunisasi dan surveilans
penyakit merupakan unit yang harus ada
dalam infrastruktur
Evaluasi keberhasilan: serologik dan
epidemiologik
Surveilans pada praktek imunisasi ?
38. PPI (3)
Dimulai sejak bayi baru lahir
imunisasi wajib : BCG, HepatitisB, DTP, polio, campak
BCG:
meskipun tidak dapat mencegah infeksi tetapi dapat
mencegah penjalaran kuman, mencegah kejadian
penyakit, diberikan sedini mungkin, merangsang
tanggap kebal seluler
Hepatitis B:
diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir. Bila ibu
HbsAg positif, diberikan immune globulin dalam rentang
waktu 12 jam setelah lahir, disusul imunisasi aktif
39. PPI (4)
DPT:
diberikan setelah umur 2 bulan, jangan sebelumnya, interval 4-6
minggu, suntikan dasar tdd 3 suntikan, ulangan setelah 1 tahun dari
suntikan dasar dan selanjutnya diberikan tiap 3 tahun
Polio:
diberikan dalam bentuk OPV, mulai neonatus yang akan pulang,
minimal 4 kali dengan ulangan stahun kemudian. Imunisasi
suplemen (PIN,mopping-up) untuk memutus rantai penularan.
Imunisasi polio suntik setelah pogram eradikasi polio selesai
Campak :
dua kali suntikan, mulai usia 9 bulan, dilanjutkan dengan vaksin
mono atau trivalen (MMR)
40. PPI (5)
Imunisasi swadana:
Hib, MMR, demam tifoid, varisela, hepatitis A, polivalen pneumokok ,
meningokok, influenza, rotavirus
Hib:
mencegah penyakit akibat infeksi kuman Haemophilus influenzae type b,
radang paru dan radang selaput otak, dimulai umur 2 bulan, suntikan
dasar minimal 2 kali
MMR:
berisi imunogen campak, mumps dan rubella, diberikan sebagai vaksin
kedua campak atau sebagi vaksin rubella/mumps. Ulangan pada usia 12
tahun .Tidak terbukti menyebabkan autisme
Demam tifoid:
TyphimVi diberikan setelah umur 2 tahun, atau vaksin oral Ty21a (Vivotif)
pada usia 6 tahun ,dikemas dalam dosis 3 kali dengan interval satu hari.
41. PPI (6)
Varisela: di Amerika dapat diberikan mulai umur 1 tahun , ulangan 12
tahun, di Indonesia sebaiknya diberikan pada usia 12 tahun
Hepatitis A : setelah 2 tahun , 2 kali suntikan dengan interval 1 bulan,
dengan ulangan 6 bulan kemudian
Pneumoccus : setelah 2 bulan, 3 suntikan pada semua anak , unutk
mencegah penumonia,
Meningococcus : bila akan bepergian kedaerah endemik di Afrika
(meningococcal belt) atau kumpulan banyak manusia, misalnya musim
haji
Influenza : pada anak mulai usia 6 bulan , dilakukan setiap tahun,
sebelum pergantian musim , pada anak dengan risiko infeksi berat
Rotavirus : diberikan pad anak usia diatas 2 bulan < sementara belum
masuk di Indonesia
43. Reaksi samping vaksin (AE)
dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(AEFI)
• Reaksi lokal
• Reaksi sistemik
44. Indikasin kontra dan perhatian khusus
• Indikasi kontra
• Reaksi berat pada suntikan sebelumnya
• Syok
• Inconsolable crying
• encefalitis
• Perhatian khusus
demam tinggi
Hospitalisasi
kejang demam
45. Reaksi imunisasi
Vaksin modern umumnya dapat ditoleransi, meskipun
belum ada yang tanpa reaksi samasekali, yang dapat
diramalkan sebelumnya
Panas , sakit tempat suntikan
Reaksi alergi, anafilaksis
Rewel, menangis terus-menerus, kejang
campak-trombositopenia, toksoid tetanus-GBS-
neuritis.
46. KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
Semua kejadian yang mengikuti pemberian
imunisasi, baik oleh karena reaksi terhadap
vaksin maupun keadaan ikutan yang tak ada
hubungannya dengan vaksin
Hubungan sebab-akibat antara vaksin dan KIPI
dinilai dengan 9 kriteria Rothmann
Pengamatan terutama pada vaksin hepatitis,
toksoid tetanus, campak, DPT
47. Jaminan Keamanan Vaksin
Vaksin modern umunya telah melewati uji klinik bertingkat
baik mengenai efektifitasnya maupun mengenai keamanan
penggunaanya.
Stabilitas vaksin
Pemilihan route
Efektifitas (kliniks dan epidemiologik)
Percobaan binatang (minimal 3 tahap)
Percobaan pada sukarelawan (minimal 3 tahap)
Penelitian lapangan
48. Penyempurnaan Vaksin
Anak sehat menjadi tidak sehat setelah disuntik,
mendorong kecendrungan untuk mengaitkan segala
macam penyakit dengan imunisasi : GBS, autisme, DM,
arthritis, asma
WHO berusaha meratakan manfaat imunisasi (GAVI),
namun di negara maju timbul kecendrungan penolakan
imunisasi, karena sudah bebas penyakit, tidak mengalami
trauma akibat penyakit infeksi
49. • Kasus penolakan suntikan pertusis di Inggris dan
Jepang telah mengakibatkan KLB pertusis dengan
kematian yang tinggi pada bayi, sehingga cakupan
meningkat lagi
• Para akhli berhasil membuat vaksin acelluler yang
cukup imunogenik, mengurangi kemasan
multidosis, memasarkan single dose tanpa
thiomersal
• Masalah KLB campak di Eropa dengan kematian
pada remaja dan dewasa muda
• Klb typhoid di beberapa negara
52. VAKSIN KOMBINASI
Vaksin yang terdiri dari dua atau lebih
imunogen berbeda yang secara fisik
dikombinasikan dalam satu preparat
(sebelum disuntikkan).
Berbeda dengan:
Penyuntikan secara bersama-sama
(simultaneous) – dua atau lebih vaksin
diberikan pada tempat yang berbeda.
53. DAPAT DIPERTUKARKANNYA
VAKSIN-VAKSIN (1)
Pada umumnya vaksin-vaksin dari produser berbeda yang
melindungi terhadap penyakit yg sama dapat dipertukarkan
dalam satu seri imunisasi (misalnya: HepA, HepB, Hib);
Khusus tentang vaksin pertusis aseluler sebaiknya
digunakan vaksin yang sama dalam tiga dosis pertama
(sampai terbukti dapat dipertukarkan).
Vaksin pertusis aseluler yang sama formulasi pertusisnya
dari produsen yang sama dapat dipertukarkan dalam
kombinasi yg berbeda – misalnya: vaksin DTaP, DTaP/Hib,
DTaP/Hib/IPV dari produsen yg sama dapat dipertukarkan.
Combination Vaccines for Childhood Immunization, Recommendations of the Advisory Committee
on Immunization Practices (ACIP), the American Academy of Pediatrics (AAP), and the American
Academy of Family Physicians (AAFP), MMWR, May 14, 1999 / 48(RR05);1-15
54. DAPAT DIPERTUKARKANNYA
VAKSIN-VAKSIN (2)
Vaksin HepB, HebA, dan Hib dari produsen yang berbeda
dapat dipertukarkan
Vaksin Hib PRP-OMP (monovalen / kombinasi) sebagai dosis-
1 dapat diikuti dengan vaksin Hib PRP-T sebagai dosis-2 dan
dosis-3
Tidak ada serologic correlate bagi imunitas dari pertusis.
Hanya ada data terbatas tentang keamanan, imunogenisitas,
efikasi vaksin pertusis aseluler antara dosis-4 (15–18 bln) dan
dosis-5 (4-6 thn). Tidak ada data tentang pertukaran vaksin
pada dosis-1, -2 dan –3.
Combination Vaccines for Childhood Immunization, Recommendations of the Advisory Committee
on Immunization Practices (ACIP), the American Academy of Pediatrics (AAP), and the American
Academy of Family Physicians (AAFP), MMWR, May 14, 1999 / 48(RR05);1-15
55. V. kombinasi V. monovalen
Saat lahir Hep.B + BCG + OPV
1 bulan Hep.B
2 bulan DPT/Hib+IPV pneumo/OPV
4 bulan DPT/Hib /IPV /pneumoOPV
6 bulan DPT/Hib/IPV Hep.B + OPV
9 bulan campak
Umur
Vaksin kombinasi DPT/Hib
dalam Jadwal Imunisasi Primer
DPwT/Hib = vaksin kombinasi DPwT/Hib
9 SUNTIKAN