SlideShare a Scribd company logo
IMUNISASI pada BAYI dan ANAK
Ismoedijanto
Divisi Penyakit Infeksi dan Pediatri Tropik
Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak
FK Unair – RSUD Dr. Soetomo
bahasan
Penyakit infeksi yang menular
Metoda pencegahan penyakit menular
Manfaat epidemiologik
Prinsip imunisasi
Tatacara imunisasi
Program imunisasi dan KIPI
Variola, smallpox, cacar
Kasus terakhir Bangladesh 1975
Eradikasi , virus tak ada lagi
Americas Region
Luis Fermin Tenorio
Peru 1991
European Region
Melik Minas
Turkey 1998
Western Pacific Region
Mum Chanty
Cambodia 1997
Polio ‘Last Cases’
Tetanus 破傷風
Tetanus
Corpus hypocraticum
tetanus : eliminated for neonatal
Measles can kill
Measles:
Not just a childhood rash
■■Abstract
In recent years, the number of US measles cases has increased, and
outbreaks in adults continue to be reported in communities with a high number
of unvaccinated people. These trends underscore the need for high overall
measles vaccination coverage, and for physicians to entertain the diagnosis of
measles in adult patients with a febrile illness and rash.
■■Key Points
Measles is one of the most contagious infectious diseases, with a secondary
attack rate of at least 90% in susceptible household contacts. Since 1993, most
reported cases of measles have been directly or indirectly linked to international
travel, and
many have occurred in adults. Acute measles encephalitis, a neurologic
complication of measles, is more common in adults than in children and
is characterized by the resurgence of fever during the convalescent phase,
along with headaches, seizures, and altered consciousness.
C L E V E L A N D C L I N I C
J O U R N A L O F ME D I C I N E
V O L UME 7 7 • N UMB E R 3
MA R C H 2 0 1 0 : 207
Although measles is generally considered a disease of children, it affects
people of all ages. While the incidence of measles in the United States is
significantly lower than in 1963, when an effective measles vaccine was first
introduced, recent increases in the number of sporadic cases and community
outbreaks in adults show that measles is still a significant health problem.
■■ Pathogenesis of Measles
Imunisasi pada semua kelompok umur
Imunisasi penguat, booster
Catch-up immunization
Imunisasi penguat
Catch-up immunization
Catch up immunization
Persiapan masa dewasa & kehamilan
Imunisasi dasar / primary
Bayi
Lahir-1 th
Balita
1-4th
Usia sekolah
5-12 th
Remaja
13-18 th
.
Mengurangi morbiditas
Lansia
• Imunisasi penemuan medik terbesar bidang
kedokteran
– imunisasi adalah intervensi medik yang menyerap hampir
semua kemajuan teknologi kedokteran,
– menurunkan angka kematian dan kesakitan
– merupakan pekerjaan rutin dokter (tidak ada izin khusus)
– merubah pola penyakit sangat cepat, mengubah peta
masalah kesehatan
– telah digunakan pada peny non infeksi, mis anti fertilitas
 Tujuan Imunisasi
 mencegah penyakit pada individu atau sekelompok masyarakat / bangsa
 Tujuan antara :
 pencegahan penyakit pada individu
 Reduksi jumlah kasus
 Reduksi kejadian luar biasa (outbreak)
 Perubahan pola epidemiologi
Tujuan akhir :
 eliminasi : menekan kasus seminimal mungkin
 eradikasi : menghilangkan kasus dan penyebab penyakit
manfaat epidemiologik : herd immunity
infeksi dan transmisi penyakit
Herd immunity dan
hambatan transmisi penyakit setelah imunisasi
x
x x
• herd-immunity
• Jumlah individu yang kebal melewati jumlah tertentu, kekebalan
kelompok hasil imunisasi massal
• Penderita yang rentan sangat menyebar diantara individu yang
kebal, sehingga kecil kemungkinannya tertular dan menjadi sakit
• perubahan pola epidemiologik
• Pada saat cakupan meningkat, terjadi perubahan dari high ke low
endemicity + outbreaks
• Tak ada kasus di rs
• Tidak ada lagi kasus klinik
• Tidak ada lagi transmisi agen penyebab sakit
Pengendalian dan Pemberantasan penyakit
 keberhasilan imunisasi tergantung
 pada imunogenitas vaksin
 patogenesis penyakit
 kemampuan agen penyakit untuk bertahan di lingkungan.
 Pada penyakit yang host-nya hanya manusia saja, dapat
dilakukan pengendalian kasus (control) , bahkan dapat
dihentikan transmisi virusnya  eradikasi
 Pada penyakit yang disebabkan oleh toksin, imunisasi
menimbulkan antibodi antitoksin , sehingga hanya
mencegah terjadinya kasus klinik (control ) tanpa
memutus transmisi  elimination
Reduksi kasus setelah program imunisasi di AS
-99.58
6.777
1.639.066
Total
-99.99
-99.99-
-99.76
-97.63
-100.00
-99.58
-99.98
-97.88
-99.83
1
86
352
6.031
0
238
3
33
33
206.939 (1921)
894.134(1941)
152.209 (1968)
265.269 (1952)
21.269 (1952)
57.686 (1969)
20.000 (1965)
1.560 (1984)
20.000 ( 1984)
Difteria
Campak
Gondongen
Batuk rejan
Polio liar
Rubella
C Rubella syn
Tetanus
Invasive HiB
Perubahan (%)
Laporan th
1999
Jumlah kasus
maksimum (th)
Nama penyakit
Manfaat pada kelangsungan hidup anak
 130 juta anak lahir /tahun, 91 juta di negara berkembang, pada
tahun 1974 cakupan dunia 5%
 Kini tiap tahun 3 juta terhindar dari kematian, 750.000 terhindar
dari cacat.
 Cakupan di negara berkembang yang kurang 30%, kematian
10 kali lipat, kebanyakan hanya dapat 5 antigen
 Negara maju paling mendapat manfaat, tiap anak mendapat
minimal 11 antigen bahkan 22 antigen
Manfaat promotif (non spesifik)
Kristensen dkk, Guinea- Bisseau
• hubungan imunisasi rutin dengan kelangsungan hidup anak
• Secara menyeluruh kematian kelompok imunisasi lebih
rendah (0.74) dibanding yang tanpa imunisasi
• Pada kelompok yang mendapat imunisasi vaksin hidup
BCG dan campak kematian turun 50%
Manfaat promotif (non spesifik)
 Shann :
terdapat efek non-spesifik dari imunisasi rutin , selain
penurunan kematian pada penyakit yang dituju.
Misalnya : ada keterkaitan antar penyakit, misalnya
penurunan kasus campak menurunkan kematian akibat
penyakit lain, misalnya penurunan kematian
pneumonia, diare, gizi buruk dsb
 Mengapa bayi dan anak ?
 kemampuan sel imun masih terbatas,
 sel T supresor masih kuat
 komplemen kurang berfungsi,
 Imunisasi untuk paparan subklinik
Cost effectiveness imunisasi
sangat efektif, biaya yang digunakan jauh lebih
kecil dibanding dengan biaya yang harus
dikeluarkan pemerintah maupun keluarga, bila
anak sakit
Efektifitas meningkat bila vaksin dapat
menghentikan transmisi penyakit
imunisasi global dengan Global Alliance
Vaccine Initiative
Jenis ,rejimen imunisasi pada bayi dan anak
•Imunisasi aktif
tubuh membentuk antibodi
•Imunisasi pasif
tubuh mendapat antibodi
•Imunisasi dasar
sejumlah suntikan yang diperlukan untuk mencapai kadar antibodi di
atas kadar netralisasi
•Imunisasi ulangan
setiap suntikan untuk meningkatkan kembali kadar antibodi sampai di
atas kadar netralisasi
•Imunisasi yang diharuskan
Imunisasi yang diharuskan sesuai dengan PPI (program pengembangan
imunisasi- expanded program on immunization) bebas biaya
•Imunisasi yang dibiayai sendiri
imunisasi diluar PPI , swadana
Vaksin Bakteri Vaksin Virus
Vaksin
Hidup
• BCG
• Difteria
• Tetanus
• Pertusis
• Meningo
• Pneumo
• Hib
• Typhim Vi
• Kolera
• Typa
•Campak
• Parotitis
• Rubela
• Varisela
• OPV
• Yellow
Fever
• Influenza
• Hepatitis B
• Hepatitis A
• IPV
• Rabies
Vaksin
Inaktif
Jenis vaksin
pertimbangan penggunaan
vaksin dalam imunisasi
______________________
imunogenisitas versus reaktogenisitas

reaksi samping vs infeksi alami
2.cara memberikan vaksin
•Per-oral
Lewat mulut, merangsang mukosa tubuh
Intranasal, masih dikembangkan
•Parenteral
Intrakutan, didalam kulit
Subkutan, dibawah kulit
Intramusluker
Dengan jet-gun
Imunisasi pasif lewat intravena kegawatan
Mengapa Perlu Jadwal
 Waktu pertama kali vaksinasi dimulai
 Antibodi maternal
 Epidemiologi: Kapan penyakit jadi manifest
 Hasil yang optimal
 Cara pemberian
 Interval antar pemberian
 imunisasi primer dan booster selanjutnya
 Frequensi suntikan
 Maturasi program
 Menyesuaikan dengan tahapan epidemiologik
 Catch-up
 Suplementary immunization
Pengaruh antibodi maternal
Imunitas alami
 Vaksinasi
Ambang antibodi
pencegahan
Antibodi
maternal
Kadar
antibodi
Umur (bulan)
Pengaruh antibodi
maternal pd imunisasi
4 6-7 9-12
Perbedaan individu
umur, interval dan frekuensi pemberian vaksin
• Umur pemberian vaksin
• waktu pemberian - sedini mungkin,
• untuk perlindungan dan pencegahan
• Tidak membahayakan
• Kematangan sistem imun
• Terlalu muda belum bisa membentuk kekebalan
• Belum mampu bereaksi secara seluler
• Antibodi maternal
• Disalurkan dari ibu ke janin, bertahan sampai
6 -9 bulan
• Dapat mengganggu pembentukan antibodi
Respons imun primer dan sekunder
Paparan Ag pertama kali Paparan Ag kedua kali
Sel B
aktif
Sekresi Ab
dr sel plasma
Long lived
Plasma cell
(in BM)
Sel B
memori
Sel B aktif
Respons
primer
Respons
sekunder
Hari setelah paparan Ag Hari setelah paparan Ag
Long lived
Plasma cell
(in BM)
Sel B
memori
Jumlah
antibodi
Sekresi Ab dari Sel plasma
Aktivasi
sel B
RESPONS IMUN
Roitt Immunology 2001
Pajanan Antigen
Primer
Pajanan Antigen
Sekunder
Number of Childhood Vaccines Routinely Used in
Developing and Established Market Countries
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1975 1980 1985 1990 1995 2000
Established Market
Developing Countries
Varicella
Acell pertussis
Pneumococcal *
meningoccoal C*
Measles
DPT
Poliomyelitis
BCG
Hepatitis B**
Measles
Mumps
Rubella
DPT
Poliomyelitis
Haemophilus Influenzae
Hepatitis B
*Estimated future use
**Used in ~ 50% of global birth cohort
Source:Vaccine selection J.Wenger, 2001
Vaksin Pemberian Selang Waktu
Pemberian
Usia
BCG 1x - 0-2 bulan
DPT 3x
(DPT 1,2,3) 4 minggu 2-11 bulan
Polio 4x
(Polio 1,2,3,4)
4 minggu 0-11 bulan
Campak 1x - 9-11 bulan
Hepatitis B 3x
4 minggu 0-11 bulan
Jadwal Imunisasi Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
Depkes RI, Tahun 2000
Jenis vaksin Umur pemberian vaksin
Bulan Tahun
Lhr 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 10 12 18
Hepatitis B 1 2 3
Polio 0 1 2 3 4 5
BCG 1
DTP 1 2 3 4 5 6(Td) 7(Td)
Campak 1 2
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavirus 1 2 3
Influenza Diberikan 1 kali per tahun
MMR 1 2
Tifoid Ulangan tiap 3 tahun
Hepatitis A 2 kali, interval 6-12 bulan
Varisela 1 kali
HPV* 3 kali
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 – 18 tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Tahun 2011
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 – 18 tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Tahun 2011
*HPV = Human Papilloma Virus
Vaksin Hepatitis B I diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir
Vaksin Polio O diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir di RB/RS diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk
menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dapat diberikan vaksin OPV atau IPV.
Vaksin BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji
tuberkulin. Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak dimungkinkan, BCG dapat diberikan, namun harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi
lokal cepat di tempat suntikan (accelerated local reaction), perlu dievaluasi lebih lanjut (diagnostik TB).
Vaksin DTP diberikan pada umur  6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DtaP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib.
Ulangan DTP umur 18 bulan dan 5 tahun. Program BIAS : disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan. Untuk anak
umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td.
Vaksin Campak diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun. Program BIAS : disesuaikan dengan
jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan.
Vaksin Pneumokokus dapat diberikan pada umur 2, 4, 6, 12-15 bulan. Pada umur 5-12 bulan, diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan;
pada umur > 1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada umur 15 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis
terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Vaksin rotavirus monovalen (Rotarix®) diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen (Rotateq®) diberikan 3 kali. Rotarix® dosis I
diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksinasi Rotarix® selesai diberikan
sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu.
Rotateq® dosis ke-1 diberikan umur 6-12 minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan pada umur < 32
minggu (interval minimal 4 minggu).
Vaksin Varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur > 12
tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
Vaksin MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan
diberikan pada umur 5-7 tahun.
Vaksin Influenza diberikan pada umur > 6 bulan, setiap tahun. Untuk imunisasi primer anak 6 bln – < 9 tahun diberi 2 x dengan interval
minimal 4 minggu
Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Jadwal vaksin HPV bivalen (Cervarix®) 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen (Gardasil
®) 0,2,6 bulan.
Perbedaan jadwal imunisasi DepKes vs IDAI
1. Perbedaan tujuan
1. Perlindungan individu (IDAI) vs herd immunity (PPI)
2. optimal protection vs herd immunity
3. Tdk tertular sekalipun banyak sumber penularan
4. accelerated immunization program (PPI)
2. Perbedaan pelaksanaan/excecution (PPI)
1. A very solid programme
2. Feasibility
3. Biaya pelaksanaan
3. Persamaan
1. manfaat
2. cara kerja
PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI
expanded programme on immunization (PPI 1)
 Minimal vaksin : DPT, Polio, BCG dan campak ,
ditambahkan hepatitis B
 Terdapat berbagai jadwal, tergantung pada epidemiologi
penyakit, adanya vaksin, adanya infrastruktur pelayanan
kesehatan dan unit pelayanan imunisasi
 Praktek imunisasi titik beratnya perlindungan individu,
program imunisasi titikberatnya pada cakupan
PPI (2)
expanded programme on immunization
Unit pelayanan imunisasi dan surveilans
penyakit merupakan unit yang harus ada
dalam infrastruktur
Evaluasi keberhasilan: serologik dan
epidemiologik
Surveilans pada praktek imunisasi ?
PPI (3)
Dimulai sejak bayi baru lahir
imunisasi wajib : BCG, HepatitisB, DTP, polio, campak
BCG:
meskipun tidak dapat mencegah infeksi tetapi dapat
mencegah penjalaran kuman, mencegah kejadian
penyakit, diberikan sedini mungkin, merangsang
tanggap kebal seluler
Hepatitis B:
diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir. Bila ibu
HbsAg positif, diberikan immune globulin dalam rentang
waktu 12 jam setelah lahir, disusul imunisasi aktif
PPI (4)
 DPT:
diberikan setelah umur 2 bulan, jangan sebelumnya, interval 4-6
minggu, suntikan dasar tdd 3 suntikan, ulangan setelah 1 tahun dari
suntikan dasar dan selanjutnya diberikan tiap 3 tahun
 Polio:
diberikan dalam bentuk OPV, mulai neonatus yang akan pulang,
minimal 4 kali dengan ulangan stahun kemudian. Imunisasi
suplemen (PIN,mopping-up) untuk memutus rantai penularan.
Imunisasi polio suntik setelah pogram eradikasi polio selesai
 Campak :
dua kali suntikan, mulai usia 9 bulan, dilanjutkan dengan vaksin
mono atau trivalen (MMR)
PPI (5)
 Imunisasi swadana:
Hib, MMR, demam tifoid, varisela, hepatitis A, polivalen pneumokok ,
meningokok, influenza, rotavirus
 Hib:
mencegah penyakit akibat infeksi kuman Haemophilus influenzae type b,
radang paru dan radang selaput otak, dimulai umur 2 bulan, suntikan
dasar minimal 2 kali
 MMR:
berisi imunogen campak, mumps dan rubella, diberikan sebagai vaksin
kedua campak atau sebagi vaksin rubella/mumps. Ulangan pada usia 12
tahun .Tidak terbukti menyebabkan autisme
 Demam tifoid:
TyphimVi diberikan setelah umur 2 tahun, atau vaksin oral Ty21a (Vivotif)
pada usia 6 tahun ,dikemas dalam dosis 3 kali dengan interval satu hari.
PPI (6)
Varisela: di Amerika dapat diberikan mulai umur 1 tahun , ulangan 12
tahun, di Indonesia sebaiknya diberikan pada usia 12 tahun
Hepatitis A : setelah 2 tahun , 2 kali suntikan dengan interval 1 bulan,
dengan ulangan 6 bulan kemudian
Pneumoccus : setelah 2 bulan, 3 suntikan pada semua anak , unutk
mencegah penumonia,
Meningococcus : bila akan bepergian kedaerah endemik di Afrika
(meningococcal belt) atau kumpulan banyak manusia, misalnya musim
haji
Influenza : pada anak mulai usia 6 bulan , dilakukan setiap tahun,
sebelum pergantian musim , pada anak dengan risiko infeksi berat
Rotavirus : diberikan pad anak usia diatas 2 bulan < sementara belum
masuk di Indonesia
Eradikasi
Prevaksinasi Cakupan
meningkat
KIPI
Kepercayaan
masyarakat
menurun
KLB
Kepercayaan
masyarakat
timbul kembali
Eradikasi
Imunisasi stop
Penyakit
Cakupan
imunisasi
 ‚ ƒ „ …
Bagan Maturasi Perjalanan Program Imunisasi
(Robert T. Chen, 1999)
Reaksi samping vaksin (AE)
dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(AEFI)
• Reaksi lokal
• Reaksi sistemik
Indikasin kontra dan perhatian khusus
• Indikasi kontra
• Reaksi berat pada suntikan sebelumnya
• Syok
• Inconsolable crying
• encefalitis
• Perhatian khusus
demam tinggi
Hospitalisasi
kejang demam
Reaksi imunisasi
Vaksin modern umumnya dapat ditoleransi, meskipun
belum ada yang tanpa reaksi samasekali, yang dapat
diramalkan sebelumnya
Panas , sakit tempat suntikan
Reaksi alergi, anafilaksis
Rewel, menangis terus-menerus, kejang
campak-trombositopenia, toksoid tetanus-GBS-
neuritis.
KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
Semua kejadian yang mengikuti pemberian
imunisasi, baik oleh karena reaksi terhadap
vaksin maupun keadaan ikutan yang tak ada
hubungannya dengan vaksin
Hubungan sebab-akibat antara vaksin dan KIPI
dinilai dengan 9 kriteria Rothmann
Pengamatan terutama pada vaksin hepatitis,
toksoid tetanus, campak, DPT
Jaminan Keamanan Vaksin
Vaksin modern umunya telah melewati uji klinik bertingkat
baik mengenai efektifitasnya maupun mengenai keamanan
penggunaanya.
 Stabilitas vaksin
 Pemilihan route
 Efektifitas (kliniks dan epidemiologik)
 Percobaan binatang (minimal 3 tahap)
 Percobaan pada sukarelawan (minimal 3 tahap)
 Penelitian lapangan
Penyempurnaan Vaksin
 Anak sehat menjadi tidak sehat setelah disuntik,
mendorong kecendrungan untuk mengaitkan segala
macam penyakit dengan imunisasi : GBS, autisme, DM,
arthritis, asma
 WHO berusaha meratakan manfaat imunisasi (GAVI),
namun di negara maju timbul kecendrungan penolakan
imunisasi, karena sudah bebas penyakit, tidak mengalami
trauma akibat penyakit infeksi
• Kasus penolakan suntikan pertusis di Inggris dan
Jepang telah mengakibatkan KLB pertusis dengan
kematian yang tinggi pada bayi, sehingga cakupan
meningkat lagi
• Para akhli berhasil membuat vaksin acelluler yang
cukup imunogenik, mengurangi kemasan
multidosis, memasarkan single dose tanpa
thiomersal
• Masalah KLB campak di Eropa dengan kematian
pada remaja dan dewasa muda
• Klb typhoid di beberapa negara
TERIMA KASIH
Vaksin kombinasi
•DTP
•DTP + Polio
•DTP+OPV+hepatitis B
•DTP-HB +OPV
• DTP+IPV+Hib
•dTaP+IPV+ HiB
•MMR +varicella
VAKSIN KOMBINASI
Vaksin yang terdiri dari dua atau lebih
imunogen berbeda yang secara fisik
dikombinasikan dalam satu preparat
(sebelum disuntikkan).
Berbeda dengan:
Penyuntikan secara bersama-sama
(simultaneous) – dua atau lebih vaksin
diberikan pada tempat yang berbeda.
DAPAT DIPERTUKARKANNYA
VAKSIN-VAKSIN (1)
 Pada umumnya vaksin-vaksin dari produser berbeda yang
melindungi terhadap penyakit yg sama dapat dipertukarkan
dalam satu seri imunisasi (misalnya: HepA, HepB, Hib);
 Khusus tentang vaksin pertusis aseluler sebaiknya
digunakan vaksin yang sama dalam tiga dosis pertama
(sampai terbukti dapat dipertukarkan).
 Vaksin pertusis aseluler yang sama formulasi pertusisnya
dari produsen yang sama dapat dipertukarkan dalam
kombinasi yg berbeda – misalnya: vaksin DTaP, DTaP/Hib,
DTaP/Hib/IPV dari produsen yg sama dapat dipertukarkan.
Combination Vaccines for Childhood Immunization, Recommendations of the Advisory Committee
on Immunization Practices (ACIP), the American Academy of Pediatrics (AAP), and the American
Academy of Family Physicians (AAFP), MMWR, May 14, 1999 / 48(RR05);1-15
DAPAT DIPERTUKARKANNYA
VAKSIN-VAKSIN (2)
 Vaksin HepB, HebA, dan Hib dari produsen yang berbeda
dapat dipertukarkan
 Vaksin Hib PRP-OMP (monovalen / kombinasi) sebagai dosis-
1 dapat diikuti dengan vaksin Hib PRP-T sebagai dosis-2 dan
dosis-3
 Tidak ada serologic correlate bagi imunitas dari pertusis.
Hanya ada data terbatas tentang keamanan, imunogenisitas,
efikasi vaksin pertusis aseluler antara dosis-4 (15–18 bln) dan
dosis-5 (4-6 thn). Tidak ada data tentang pertukaran vaksin
pada dosis-1, -2 dan –3.
Combination Vaccines for Childhood Immunization, Recommendations of the Advisory Committee
on Immunization Practices (ACIP), the American Academy of Pediatrics (AAP), and the American
Academy of Family Physicians (AAFP), MMWR, May 14, 1999 / 48(RR05);1-15
V. kombinasi V. monovalen
Saat lahir Hep.B + BCG + OPV
1 bulan Hep.B
2 bulan DPT/Hib+IPV pneumo/OPV
4 bulan DPT/Hib /IPV /pneumoOPV
6 bulan DPT/Hib/IPV Hep.B + OPV
9 bulan campak
Umur
Vaksin kombinasi DPT/Hib
dalam Jadwal Imunisasi Primer
DPwT/Hib = vaksin kombinasi DPwT/Hib
9 SUNTIKAN

More Related Content

Similar to kuliah672635535673737736366373imunisasi 6686352572755pptx

Sosialisasi Vaksinasi Covid 19 (1).pptx
Sosialisasi Vaksinasi Covid 19 (1).pptxSosialisasi Vaksinasi Covid 19 (1).pptx
Sosialisasi Vaksinasi Covid 19 (1).pptx
puskesmasbungus1
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
1. Program Imunisasi Nasional di indonesia.pdf
1. Program  Imunisasi Nasional di indonesia.pdf1. Program  Imunisasi Nasional di indonesia.pdf
1. Program Imunisasi Nasional di indonesia.pdf
noviarani6
 
Keamanan vaksin MR Final Akhir Rev.ppt
Keamanan vaksin MR Final Akhir   Rev.pptKeamanan vaksin MR Final Akhir   Rev.ppt
Keamanan vaksin MR Final Akhir Rev.ppt
PijarBeynaFatamorgan
 
Kontroversi Vaksinasi_ Tinjauan Medis.pdf
Kontroversi Vaksinasi_ Tinjauan Medis.pdfKontroversi Vaksinasi_ Tinjauan Medis.pdf
Kontroversi Vaksinasi_ Tinjauan Medis.pdf
RistiyanRagilPutradi
 
Sosialisasi-Bias.ppt
Sosialisasi-Bias.pptSosialisasi-Bias.ppt
Sosialisasi-Bias.ppt
terarahman
 
Imunisasi dasar
Imunisasi dasarImunisasi dasar
Imunisasi dasar
Andriey Setyawan
 
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdfLEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
MimaBaitanu1
 
Program imunisasi4
Program imunisasi4Program imunisasi4
Program imunisasi4
eliza293643
 
Buku Saku Imunisasi untuk Petugas Kesehatan
Buku Saku Imunisasi untuk Petugas KesehatanBuku Saku Imunisasi untuk Petugas Kesehatan
Buku Saku Imunisasi untuk Petugas Kesehatan
Ditjen P2P
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan BalitaMateri kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
StephanieLexyLouis1
 
Pentingnya Imunisasi
Pentingnya ImunisasiPentingnya Imunisasi
Pentingnya Imunisasi
Happy Islam
 
Sosialisasi MR.pptx
Sosialisasi MR.pptxSosialisasi MR.pptx
Sosialisasi MR.pptx
RakiFeryudi1
 
Vaksinasi
VaksinasiVaksinasi
Vaksinasi
Hetty Astri
 
Notulensi JR TB Kutis - Rere Feby Afif.docx
Notulensi JR TB Kutis - Rere Feby Afif.docxNotulensi JR TB Kutis - Rere Feby Afif.docx
Notulensi JR TB Kutis - Rere Feby Afif.docx
bintangrzki
 
Imunologi dan vaksin
Imunologi dan vaksin Imunologi dan vaksin
Imunologi dan vaksin
Dedi Kun
 
imunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.pptimunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.ppt
PTBOGORSARINUTRISI
 
Vaksinasi.pptx
Vaksinasi.pptxVaksinasi.pptx
Vaksinasi.pptx
KangBaifBahari1
 
979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf
979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf
979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf
RENIAPRILIAWARDATULJ
 

Similar to kuliah672635535673737736366373imunisasi 6686352572755pptx (20)

Sosialisasi Vaksinasi Covid 19 (1).pptx
Sosialisasi Vaksinasi Covid 19 (1).pptxSosialisasi Vaksinasi Covid 19 (1).pptx
Sosialisasi Vaksinasi Covid 19 (1).pptx
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
1. Program Imunisasi Nasional di indonesia.pdf
1. Program  Imunisasi Nasional di indonesia.pdf1. Program  Imunisasi Nasional di indonesia.pdf
1. Program Imunisasi Nasional di indonesia.pdf
 
Keamanan vaksin MR Final Akhir Rev.ppt
Keamanan vaksin MR Final Akhir   Rev.pptKeamanan vaksin MR Final Akhir   Rev.ppt
Keamanan vaksin MR Final Akhir Rev.ppt
 
Kontroversi Vaksinasi_ Tinjauan Medis.pdf
Kontroversi Vaksinasi_ Tinjauan Medis.pdfKontroversi Vaksinasi_ Tinjauan Medis.pdf
Kontroversi Vaksinasi_ Tinjauan Medis.pdf
 
Sosialisasi-Bias.ppt
Sosialisasi-Bias.pptSosialisasi-Bias.ppt
Sosialisasi-Bias.ppt
 
Imunisasi dasar
Imunisasi dasarImunisasi dasar
Imunisasi dasar
 
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdfLEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
LEAFLET_IMUNISASI_pdf.pdf
 
Program imunisasi4
Program imunisasi4Program imunisasi4
Program imunisasi4
 
Buku Saku Imunisasi untuk Petugas Kesehatan
Buku Saku Imunisasi untuk Petugas KesehatanBuku Saku Imunisasi untuk Petugas Kesehatan
Buku Saku Imunisasi untuk Petugas Kesehatan
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan BalitaMateri kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
Materi kuliah Neonatus, Bayi dan Balita
 
Pentingnya Imunisasi
Pentingnya ImunisasiPentingnya Imunisasi
Pentingnya Imunisasi
 
Sosialisasi MR.pptx
Sosialisasi MR.pptxSosialisasi MR.pptx
Sosialisasi MR.pptx
 
Vaksinasi
VaksinasiVaksinasi
Vaksinasi
 
Notulensi JR TB Kutis - Rere Feby Afif.docx
Notulensi JR TB Kutis - Rere Feby Afif.docxNotulensi JR TB Kutis - Rere Feby Afif.docx
Notulensi JR TB Kutis - Rere Feby Afif.docx
 
Imunologi dan vaksin
Imunologi dan vaksin Imunologi dan vaksin
Imunologi dan vaksin
 
imunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.pptimunisasi PADA ANAK.ppt
imunisasi PADA ANAK.ppt
 
Vaksinasi.pptx
Vaksinasi.pptxVaksinasi.pptx
Vaksinasi.pptx
 
979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf
979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf
979B0BF1-07BC-4C63-9A90-A3D43F560224.pdf
 

Recently uploaded

1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
MFCorp
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
ssusera85899
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
lala263132
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 

Recently uploaded (20)

1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 

kuliah672635535673737736366373imunisasi 6686352572755pptx

  • 1. IMUNISASI pada BAYI dan ANAK Ismoedijanto Divisi Penyakit Infeksi dan Pediatri Tropik Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair – RSUD Dr. Soetomo
  • 2. bahasan Penyakit infeksi yang menular Metoda pencegahan penyakit menular Manfaat epidemiologik Prinsip imunisasi Tatacara imunisasi Program imunisasi dan KIPI
  • 3. Variola, smallpox, cacar Kasus terakhir Bangladesh 1975 Eradikasi , virus tak ada lagi
  • 4. Americas Region Luis Fermin Tenorio Peru 1991 European Region Melik Minas Turkey 1998 Western Pacific Region Mum Chanty Cambodia 1997 Polio ‘Last Cases’
  • 6. tetanus : eliminated for neonatal
  • 7. Measles can kill Measles: Not just a childhood rash ■■Abstract In recent years, the number of US measles cases has increased, and outbreaks in adults continue to be reported in communities with a high number of unvaccinated people. These trends underscore the need for high overall measles vaccination coverage, and for physicians to entertain the diagnosis of measles in adult patients with a febrile illness and rash. ■■Key Points Measles is one of the most contagious infectious diseases, with a secondary attack rate of at least 90% in susceptible household contacts. Since 1993, most reported cases of measles have been directly or indirectly linked to international travel, and many have occurred in adults. Acute measles encephalitis, a neurologic complication of measles, is more common in adults than in children and is characterized by the resurgence of fever during the convalescent phase, along with headaches, seizures, and altered consciousness. C L E V E L A N D C L I N I C J O U R N A L O F ME D I C I N E V O L UME 7 7 • N UMB E R 3 MA R C H 2 0 1 0 : 207 Although measles is generally considered a disease of children, it affects people of all ages. While the incidence of measles in the United States is significantly lower than in 1963, when an effective measles vaccine was first introduced, recent increases in the number of sporadic cases and community outbreaks in adults show that measles is still a significant health problem. ■■ Pathogenesis of Measles
  • 8. Imunisasi pada semua kelompok umur Imunisasi penguat, booster Catch-up immunization Imunisasi penguat Catch-up immunization Catch up immunization Persiapan masa dewasa & kehamilan Imunisasi dasar / primary Bayi Lahir-1 th Balita 1-4th Usia sekolah 5-12 th Remaja 13-18 th . Mengurangi morbiditas Lansia
  • 9. • Imunisasi penemuan medik terbesar bidang kedokteran – imunisasi adalah intervensi medik yang menyerap hampir semua kemajuan teknologi kedokteran, – menurunkan angka kematian dan kesakitan – merupakan pekerjaan rutin dokter (tidak ada izin khusus) – merubah pola penyakit sangat cepat, mengubah peta masalah kesehatan – telah digunakan pada peny non infeksi, mis anti fertilitas
  • 10.  Tujuan Imunisasi  mencegah penyakit pada individu atau sekelompok masyarakat / bangsa  Tujuan antara :  pencegahan penyakit pada individu  Reduksi jumlah kasus  Reduksi kejadian luar biasa (outbreak)  Perubahan pola epidemiologi Tujuan akhir :  eliminasi : menekan kasus seminimal mungkin  eradikasi : menghilangkan kasus dan penyebab penyakit
  • 11. manfaat epidemiologik : herd immunity infeksi dan transmisi penyakit
  • 12. Herd immunity dan hambatan transmisi penyakit setelah imunisasi x x x
  • 13. • herd-immunity • Jumlah individu yang kebal melewati jumlah tertentu, kekebalan kelompok hasil imunisasi massal • Penderita yang rentan sangat menyebar diantara individu yang kebal, sehingga kecil kemungkinannya tertular dan menjadi sakit • perubahan pola epidemiologik • Pada saat cakupan meningkat, terjadi perubahan dari high ke low endemicity + outbreaks • Tak ada kasus di rs • Tidak ada lagi kasus klinik • Tidak ada lagi transmisi agen penyebab sakit
  • 14. Pengendalian dan Pemberantasan penyakit  keberhasilan imunisasi tergantung  pada imunogenitas vaksin  patogenesis penyakit  kemampuan agen penyakit untuk bertahan di lingkungan.  Pada penyakit yang host-nya hanya manusia saja, dapat dilakukan pengendalian kasus (control) , bahkan dapat dihentikan transmisi virusnya  eradikasi  Pada penyakit yang disebabkan oleh toksin, imunisasi menimbulkan antibodi antitoksin , sehingga hanya mencegah terjadinya kasus klinik (control ) tanpa memutus transmisi  elimination
  • 15. Reduksi kasus setelah program imunisasi di AS -99.58 6.777 1.639.066 Total -99.99 -99.99- -99.76 -97.63 -100.00 -99.58 -99.98 -97.88 -99.83 1 86 352 6.031 0 238 3 33 33 206.939 (1921) 894.134(1941) 152.209 (1968) 265.269 (1952) 21.269 (1952) 57.686 (1969) 20.000 (1965) 1.560 (1984) 20.000 ( 1984) Difteria Campak Gondongen Batuk rejan Polio liar Rubella C Rubella syn Tetanus Invasive HiB Perubahan (%) Laporan th 1999 Jumlah kasus maksimum (th) Nama penyakit
  • 16. Manfaat pada kelangsungan hidup anak  130 juta anak lahir /tahun, 91 juta di negara berkembang, pada tahun 1974 cakupan dunia 5%  Kini tiap tahun 3 juta terhindar dari kematian, 750.000 terhindar dari cacat.  Cakupan di negara berkembang yang kurang 30%, kematian 10 kali lipat, kebanyakan hanya dapat 5 antigen  Negara maju paling mendapat manfaat, tiap anak mendapat minimal 11 antigen bahkan 22 antigen
  • 17. Manfaat promotif (non spesifik) Kristensen dkk, Guinea- Bisseau • hubungan imunisasi rutin dengan kelangsungan hidup anak • Secara menyeluruh kematian kelompok imunisasi lebih rendah (0.74) dibanding yang tanpa imunisasi • Pada kelompok yang mendapat imunisasi vaksin hidup BCG dan campak kematian turun 50%
  • 18. Manfaat promotif (non spesifik)  Shann : terdapat efek non-spesifik dari imunisasi rutin , selain penurunan kematian pada penyakit yang dituju. Misalnya : ada keterkaitan antar penyakit, misalnya penurunan kasus campak menurunkan kematian akibat penyakit lain, misalnya penurunan kematian pneumonia, diare, gizi buruk dsb  Mengapa bayi dan anak ?  kemampuan sel imun masih terbatas,  sel T supresor masih kuat  komplemen kurang berfungsi,  Imunisasi untuk paparan subklinik
  • 19. Cost effectiveness imunisasi sangat efektif, biaya yang digunakan jauh lebih kecil dibanding dengan biaya yang harus dikeluarkan pemerintah maupun keluarga, bila anak sakit Efektifitas meningkat bila vaksin dapat menghentikan transmisi penyakit imunisasi global dengan Global Alliance Vaccine Initiative
  • 20. Jenis ,rejimen imunisasi pada bayi dan anak •Imunisasi aktif tubuh membentuk antibodi •Imunisasi pasif tubuh mendapat antibodi •Imunisasi dasar sejumlah suntikan yang diperlukan untuk mencapai kadar antibodi di atas kadar netralisasi •Imunisasi ulangan setiap suntikan untuk meningkatkan kembali kadar antibodi sampai di atas kadar netralisasi •Imunisasi yang diharuskan Imunisasi yang diharuskan sesuai dengan PPI (program pengembangan imunisasi- expanded program on immunization) bebas biaya •Imunisasi yang dibiayai sendiri imunisasi diluar PPI , swadana
  • 21. Vaksin Bakteri Vaksin Virus Vaksin Hidup • BCG • Difteria • Tetanus • Pertusis • Meningo • Pneumo • Hib • Typhim Vi • Kolera • Typa •Campak • Parotitis • Rubela • Varisela • OPV • Yellow Fever • Influenza • Hepatitis B • Hepatitis A • IPV • Rabies Vaksin Inaktif Jenis vaksin
  • 22. pertimbangan penggunaan vaksin dalam imunisasi ______________________ imunogenisitas versus reaktogenisitas  reaksi samping vs infeksi alami
  • 23. 2.cara memberikan vaksin •Per-oral Lewat mulut, merangsang mukosa tubuh Intranasal, masih dikembangkan •Parenteral Intrakutan, didalam kulit Subkutan, dibawah kulit Intramusluker Dengan jet-gun Imunisasi pasif lewat intravena kegawatan
  • 24. Mengapa Perlu Jadwal  Waktu pertama kali vaksinasi dimulai  Antibodi maternal  Epidemiologi: Kapan penyakit jadi manifest  Hasil yang optimal  Cara pemberian  Interval antar pemberian  imunisasi primer dan booster selanjutnya  Frequensi suntikan  Maturasi program  Menyesuaikan dengan tahapan epidemiologik  Catch-up  Suplementary immunization
  • 25.
  • 26. Pengaruh antibodi maternal Imunitas alami  Vaksinasi Ambang antibodi pencegahan Antibodi maternal Kadar antibodi Umur (bulan) Pengaruh antibodi maternal pd imunisasi 4 6-7 9-12 Perbedaan individu
  • 27. umur, interval dan frekuensi pemberian vaksin • Umur pemberian vaksin • waktu pemberian - sedini mungkin, • untuk perlindungan dan pencegahan • Tidak membahayakan • Kematangan sistem imun • Terlalu muda belum bisa membentuk kekebalan • Belum mampu bereaksi secara seluler • Antibodi maternal • Disalurkan dari ibu ke janin, bertahan sampai 6 -9 bulan • Dapat mengganggu pembentukan antibodi
  • 28. Respons imun primer dan sekunder Paparan Ag pertama kali Paparan Ag kedua kali Sel B aktif Sekresi Ab dr sel plasma Long lived Plasma cell (in BM) Sel B memori Sel B aktif Respons primer Respons sekunder Hari setelah paparan Ag Hari setelah paparan Ag Long lived Plasma cell (in BM) Sel B memori Jumlah antibodi Sekresi Ab dari Sel plasma Aktivasi sel B
  • 29. RESPONS IMUN Roitt Immunology 2001 Pajanan Antigen Primer Pajanan Antigen Sekunder
  • 30. Number of Childhood Vaccines Routinely Used in Developing and Established Market Countries 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1975 1980 1985 1990 1995 2000 Established Market Developing Countries Varicella Acell pertussis Pneumococcal * meningoccoal C* Measles DPT Poliomyelitis BCG Hepatitis B** Measles Mumps Rubella DPT Poliomyelitis Haemophilus Influenzae Hepatitis B *Estimated future use **Used in ~ 50% of global birth cohort Source:Vaccine selection J.Wenger, 2001
  • 31. Vaksin Pemberian Selang Waktu Pemberian Usia BCG 1x - 0-2 bulan DPT 3x (DPT 1,2,3) 4 minggu 2-11 bulan Polio 4x (Polio 1,2,3,4) 4 minggu 0-11 bulan Campak 1x - 9-11 bulan Hepatitis B 3x 4 minggu 0-11 bulan Jadwal Imunisasi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) Depkes RI, Tahun 2000
  • 32.
  • 33. Jenis vaksin Umur pemberian vaksin Bulan Tahun Lhr 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 10 12 18 Hepatitis B 1 2 3 Polio 0 1 2 3 4 5 BCG 1 DTP 1 2 3 4 5 6(Td) 7(Td) Campak 1 2 Hib 1 2 3 4 PCV 1 2 3 4 Rotavirus 1 2 3 Influenza Diberikan 1 kali per tahun MMR 1 2 Tifoid Ulangan tiap 3 tahun Hepatitis A 2 kali, interval 6-12 bulan Varisela 1 kali HPV* 3 kali Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Tahun 2011
  • 34. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Tahun 2011 *HPV = Human Papilloma Virus Vaksin Hepatitis B I diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir Vaksin Polio O diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir di RB/RS diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dapat diberikan vaksin OPV atau IPV. Vaksin BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Bila vaksin BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin. Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak dimungkinkan, BCG dapat diberikan, namun harus diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi lokal cepat di tempat suntikan (accelerated local reaction), perlu dievaluasi lebih lanjut (diagnostik TB). Vaksin DTP diberikan pada umur  6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTwP atau DtaP atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DTP umur 18 bulan dan 5 tahun. Program BIAS : disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td. Vaksin Campak diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun. Program BIAS : disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan. Vaksin Pneumokokus dapat diberikan pada umur 2, 4, 6, 12-15 bulan. Pada umur 5-12 bulan, diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan; pada umur > 1 tahun diberikan 1 kali, namun keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada umur 15 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali. Vaksin rotavirus monovalen (Rotarix®) diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen (Rotateq®) diberikan 3 kali. Rotarix® dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksinasi Rotarix® selesai diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Rotateq® dosis ke-1 diberikan umur 6-12 minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan pada umur < 32 minggu (interval minimal 4 minggu). Vaksin Varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. Vaksin MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan diberikan pada umur 5-7 tahun. Vaksin Influenza diberikan pada umur > 6 bulan, setiap tahun. Untuk imunisasi primer anak 6 bln – < 9 tahun diberi 2 x dengan interval minimal 4 minggu Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Jadwal vaksin HPV bivalen (Cervarix®) 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen (Gardasil ®) 0,2,6 bulan.
  • 35. Perbedaan jadwal imunisasi DepKes vs IDAI 1. Perbedaan tujuan 1. Perlindungan individu (IDAI) vs herd immunity (PPI) 2. optimal protection vs herd immunity 3. Tdk tertular sekalipun banyak sumber penularan 4. accelerated immunization program (PPI) 2. Perbedaan pelaksanaan/excecution (PPI) 1. A very solid programme 2. Feasibility 3. Biaya pelaksanaan 3. Persamaan 1. manfaat 2. cara kerja
  • 36. PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI expanded programme on immunization (PPI 1)  Minimal vaksin : DPT, Polio, BCG dan campak , ditambahkan hepatitis B  Terdapat berbagai jadwal, tergantung pada epidemiologi penyakit, adanya vaksin, adanya infrastruktur pelayanan kesehatan dan unit pelayanan imunisasi  Praktek imunisasi titik beratnya perlindungan individu, program imunisasi titikberatnya pada cakupan
  • 37. PPI (2) expanded programme on immunization Unit pelayanan imunisasi dan surveilans penyakit merupakan unit yang harus ada dalam infrastruktur Evaluasi keberhasilan: serologik dan epidemiologik Surveilans pada praktek imunisasi ?
  • 38. PPI (3) Dimulai sejak bayi baru lahir imunisasi wajib : BCG, HepatitisB, DTP, polio, campak BCG: meskipun tidak dapat mencegah infeksi tetapi dapat mencegah penjalaran kuman, mencegah kejadian penyakit, diberikan sedini mungkin, merangsang tanggap kebal seluler Hepatitis B: diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir. Bila ibu HbsAg positif, diberikan immune globulin dalam rentang waktu 12 jam setelah lahir, disusul imunisasi aktif
  • 39. PPI (4)  DPT: diberikan setelah umur 2 bulan, jangan sebelumnya, interval 4-6 minggu, suntikan dasar tdd 3 suntikan, ulangan setelah 1 tahun dari suntikan dasar dan selanjutnya diberikan tiap 3 tahun  Polio: diberikan dalam bentuk OPV, mulai neonatus yang akan pulang, minimal 4 kali dengan ulangan stahun kemudian. Imunisasi suplemen (PIN,mopping-up) untuk memutus rantai penularan. Imunisasi polio suntik setelah pogram eradikasi polio selesai  Campak : dua kali suntikan, mulai usia 9 bulan, dilanjutkan dengan vaksin mono atau trivalen (MMR)
  • 40. PPI (5)  Imunisasi swadana: Hib, MMR, demam tifoid, varisela, hepatitis A, polivalen pneumokok , meningokok, influenza, rotavirus  Hib: mencegah penyakit akibat infeksi kuman Haemophilus influenzae type b, radang paru dan radang selaput otak, dimulai umur 2 bulan, suntikan dasar minimal 2 kali  MMR: berisi imunogen campak, mumps dan rubella, diberikan sebagai vaksin kedua campak atau sebagi vaksin rubella/mumps. Ulangan pada usia 12 tahun .Tidak terbukti menyebabkan autisme  Demam tifoid: TyphimVi diberikan setelah umur 2 tahun, atau vaksin oral Ty21a (Vivotif) pada usia 6 tahun ,dikemas dalam dosis 3 kali dengan interval satu hari.
  • 41. PPI (6) Varisela: di Amerika dapat diberikan mulai umur 1 tahun , ulangan 12 tahun, di Indonesia sebaiknya diberikan pada usia 12 tahun Hepatitis A : setelah 2 tahun , 2 kali suntikan dengan interval 1 bulan, dengan ulangan 6 bulan kemudian Pneumoccus : setelah 2 bulan, 3 suntikan pada semua anak , unutk mencegah penumonia, Meningococcus : bila akan bepergian kedaerah endemik di Afrika (meningococcal belt) atau kumpulan banyak manusia, misalnya musim haji Influenza : pada anak mulai usia 6 bulan , dilakukan setiap tahun, sebelum pergantian musim , pada anak dengan risiko infeksi berat Rotavirus : diberikan pad anak usia diatas 2 bulan < sementara belum masuk di Indonesia
  • 42. Eradikasi Prevaksinasi Cakupan meningkat KIPI Kepercayaan masyarakat menurun KLB Kepercayaan masyarakat timbul kembali Eradikasi Imunisasi stop Penyakit Cakupan imunisasi  ‚ ƒ „ … Bagan Maturasi Perjalanan Program Imunisasi (Robert T. Chen, 1999)
  • 43. Reaksi samping vaksin (AE) dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (AEFI) • Reaksi lokal • Reaksi sistemik
  • 44. Indikasin kontra dan perhatian khusus • Indikasi kontra • Reaksi berat pada suntikan sebelumnya • Syok • Inconsolable crying • encefalitis • Perhatian khusus demam tinggi Hospitalisasi kejang demam
  • 45. Reaksi imunisasi Vaksin modern umumnya dapat ditoleransi, meskipun belum ada yang tanpa reaksi samasekali, yang dapat diramalkan sebelumnya Panas , sakit tempat suntikan Reaksi alergi, anafilaksis Rewel, menangis terus-menerus, kejang campak-trombositopenia, toksoid tetanus-GBS- neuritis.
  • 46. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) Semua kejadian yang mengikuti pemberian imunisasi, baik oleh karena reaksi terhadap vaksin maupun keadaan ikutan yang tak ada hubungannya dengan vaksin Hubungan sebab-akibat antara vaksin dan KIPI dinilai dengan 9 kriteria Rothmann Pengamatan terutama pada vaksin hepatitis, toksoid tetanus, campak, DPT
  • 47. Jaminan Keamanan Vaksin Vaksin modern umunya telah melewati uji klinik bertingkat baik mengenai efektifitasnya maupun mengenai keamanan penggunaanya.  Stabilitas vaksin  Pemilihan route  Efektifitas (kliniks dan epidemiologik)  Percobaan binatang (minimal 3 tahap)  Percobaan pada sukarelawan (minimal 3 tahap)  Penelitian lapangan
  • 48. Penyempurnaan Vaksin  Anak sehat menjadi tidak sehat setelah disuntik, mendorong kecendrungan untuk mengaitkan segala macam penyakit dengan imunisasi : GBS, autisme, DM, arthritis, asma  WHO berusaha meratakan manfaat imunisasi (GAVI), namun di negara maju timbul kecendrungan penolakan imunisasi, karena sudah bebas penyakit, tidak mengalami trauma akibat penyakit infeksi
  • 49. • Kasus penolakan suntikan pertusis di Inggris dan Jepang telah mengakibatkan KLB pertusis dengan kematian yang tinggi pada bayi, sehingga cakupan meningkat lagi • Para akhli berhasil membuat vaksin acelluler yang cukup imunogenik, mengurangi kemasan multidosis, memasarkan single dose tanpa thiomersal • Masalah KLB campak di Eropa dengan kematian pada remaja dan dewasa muda • Klb typhoid di beberapa negara
  • 51. Vaksin kombinasi •DTP •DTP + Polio •DTP+OPV+hepatitis B •DTP-HB +OPV • DTP+IPV+Hib •dTaP+IPV+ HiB •MMR +varicella
  • 52. VAKSIN KOMBINASI Vaksin yang terdiri dari dua atau lebih imunogen berbeda yang secara fisik dikombinasikan dalam satu preparat (sebelum disuntikkan). Berbeda dengan: Penyuntikan secara bersama-sama (simultaneous) – dua atau lebih vaksin diberikan pada tempat yang berbeda.
  • 53. DAPAT DIPERTUKARKANNYA VAKSIN-VAKSIN (1)  Pada umumnya vaksin-vaksin dari produser berbeda yang melindungi terhadap penyakit yg sama dapat dipertukarkan dalam satu seri imunisasi (misalnya: HepA, HepB, Hib);  Khusus tentang vaksin pertusis aseluler sebaiknya digunakan vaksin yang sama dalam tiga dosis pertama (sampai terbukti dapat dipertukarkan).  Vaksin pertusis aseluler yang sama formulasi pertusisnya dari produsen yang sama dapat dipertukarkan dalam kombinasi yg berbeda – misalnya: vaksin DTaP, DTaP/Hib, DTaP/Hib/IPV dari produsen yg sama dapat dipertukarkan. Combination Vaccines for Childhood Immunization, Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP), the American Academy of Pediatrics (AAP), and the American Academy of Family Physicians (AAFP), MMWR, May 14, 1999 / 48(RR05);1-15
  • 54. DAPAT DIPERTUKARKANNYA VAKSIN-VAKSIN (2)  Vaksin HepB, HebA, dan Hib dari produsen yang berbeda dapat dipertukarkan  Vaksin Hib PRP-OMP (monovalen / kombinasi) sebagai dosis- 1 dapat diikuti dengan vaksin Hib PRP-T sebagai dosis-2 dan dosis-3  Tidak ada serologic correlate bagi imunitas dari pertusis. Hanya ada data terbatas tentang keamanan, imunogenisitas, efikasi vaksin pertusis aseluler antara dosis-4 (15–18 bln) dan dosis-5 (4-6 thn). Tidak ada data tentang pertukaran vaksin pada dosis-1, -2 dan –3. Combination Vaccines for Childhood Immunization, Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP), the American Academy of Pediatrics (AAP), and the American Academy of Family Physicians (AAFP), MMWR, May 14, 1999 / 48(RR05);1-15
  • 55. V. kombinasi V. monovalen Saat lahir Hep.B + BCG + OPV 1 bulan Hep.B 2 bulan DPT/Hib+IPV pneumo/OPV 4 bulan DPT/Hib /IPV /pneumoOPV 6 bulan DPT/Hib/IPV Hep.B + OPV 9 bulan campak Umur Vaksin kombinasi DPT/Hib dalam Jadwal Imunisasi Primer DPwT/Hib = vaksin kombinasi DPwT/Hib 9 SUNTIKAN