Studi kasus ini membahas asuhan kebidanan pada bayi baru lahir segera setelah lahir di BPS Hj. Kartini Bandar Lampung tahun 2015. Tujuannya adalah memberikan gambaran penanganan yang tepat melalui pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi asuhan. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif dengan subjek bayi Ny. R. Hasilnya menunjukkan pentingnya penanganan yang tepat
Study kasus ini membahas asuhan kebidanan pada ibu nifas umur 19 tahun dengan masalah putting susu lecet. Tujuannya adalah memberikan asuhan kebidanan terutama teknik menyusui yang benar untuk mencegah putting susu lecet. Asuhan yang diberikan meliputi pengkajian, diagnosa, tindakan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar.
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu terbenam.
2. Puting susu terbenam adalah kondisi dimana puting susu tidak dapat menonjol dan cenderung masuk ke dalam, sehingga ASI sulit keluar dengan lancar.
3. Penulis tertarik untuk mengambil topik tersebut setelah melakukan survey di rumah bersalin dan men
Studi kasus ini membahas asuhan kebidanan pada bayi baru lahir By. Ny. A segera setelah lahir di BPS Lisnani Ali, Bandar Lampung tahun 2015. Penanganan bayi baru lahir yang kurang baik dapat menyebabkan kelainan bahkan kematian. Tujuannya adalah memberikan gambaran asuhan yang tepat untuk mencegah komplikasi seperti hipotermi dan menurunkan angka kematian bayi.
Karya tulis ini membahas asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan masalah puting susu tenggelam. Ibu yang menjadi kasus adalah Ny. N umur 26 tahun pada hari ke-1 post partum di BPS Hasmiati Kemiling Bandar Lampung. Penulis menganalisis pola asuhan kebidanan yang diberikan meliputi pengkajian, diagnosa, tindakan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tujuannya adalah mampu memberikan asu
Studi kasus ini membahas asuhan kebidanan pada bayi baru lahir segera setelah lahir di BPS Hj. Kartini Bandar Lampung tahun 2015. Tujuannya adalah memberikan gambaran penanganan yang tepat melalui pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi asuhan. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif dengan subjek bayi Ny. R. Hasilnya menunjukkan pentingnya penanganan yang tepat
Study kasus ini membahas asuhan kebidanan pada ibu nifas umur 19 tahun dengan masalah putting susu lecet. Tujuannya adalah memberikan asuhan kebidanan terutama teknik menyusui yang benar untuk mencegah putting susu lecet. Asuhan yang diberikan meliputi pengkajian, diagnosa, tindakan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar.
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu terbenam.
2. Puting susu terbenam adalah kondisi dimana puting susu tidak dapat menonjol dan cenderung masuk ke dalam, sehingga ASI sulit keluar dengan lancar.
3. Penulis tertarik untuk mengambil topik tersebut setelah melakukan survey di rumah bersalin dan men
Studi kasus ini membahas asuhan kebidanan pada bayi baru lahir By. Ny. A segera setelah lahir di BPS Lisnani Ali, Bandar Lampung tahun 2015. Penanganan bayi baru lahir yang kurang baik dapat menyebabkan kelainan bahkan kematian. Tujuannya adalah memberikan gambaran asuhan yang tepat untuk mencegah komplikasi seperti hipotermi dan menurunkan angka kematian bayi.
Karya tulis ini membahas asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan masalah puting susu tenggelam. Ibu yang menjadi kasus adalah Ny. N umur 26 tahun pada hari ke-1 post partum di BPS Hasmiati Kemiling Bandar Lampung. Penulis menganalisis pola asuhan kebidanan yang diberikan meliputi pengkajian, diagnosa, tindakan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tujuannya adalah mampu memberikan asu
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan preeklamsia ringan di wilayah kerja Puskesmas Mabodo Kabupaten Muna tahun 2016. Preeklamsia ringan merupakan masalah kesehatan ibu hamil dan nifas yang dapat menyebabkan kematian ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum dan manajemen asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas bernama Ny. N berusia 23 tahun yang baru melahirkan 7 hari sebelumnya dengan masalah putting susu lecet di BPS Tien Hertenti Bandar Lampung tahun 2015. Penulis bermaksud untuk menggambarkan asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu tersebut meliputi pengkajian data, interpretasi hasil, identifikasi masalah
Study kasus ini membahas asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. N usia 23 tahun P1A0 7 hari post partum dengan puting susu lecet di BPS Tien Hertenti Bandar Lampung tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada ibu tersebut melalui pengkajian data, interpretasi data, identifikasi diagnosa masalah, antisipasi masalah, dan perencanaan tindakan.
Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III dengan ketidaknyamanan. Tujuannya adalah memberikan asuhan kepada ibu hamil untuk mencegah komplikasi dan menurunkan angka kematian ibu. Angka kematian ibu di Bandar Lampung masih tinggi disebabkan perdarahan, komplikasi kehamilan, dan infeksi.
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III di BPS Nurmala Dewi, Bandar Lampung. Latar belakang masalah adalah angka kematian ibu di Bandar Lampung masih cukup tinggi akibat berbagai komplikasi selama kehamilan seperti perdarahan, eklamsia, dan infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III.
Laporan ini membahas asuhan kebidanan komprehensif yang diberikan kepada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas di Bidan Praktek Mandiri Dian S Yusuf di desa Gedangan, Kabupaten Sukoharjo. Angka Kematian Ibu di daerah tersebut masih tinggi, sehingga diperlukan asuhan kebidanan yang menyeluruh untuk menurunkan angka kematian tersebut. Laporan ini bertujuan mendeskripsikan asuhan
Laporan ini membahas asuhan kebidanan komprehensif yang diberikan kepada Ny. N di Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang selama periode 29 Oktober 2015 hingga 9 Januari 2016. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat ujian akhir program di Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang.
Karya tulis ilmiah ini membahas studi kasus asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di RSI Amal Sehat Sragen. Tujuannya adalah menerapkan asuhan kebidanan menurut pendekatan manajemen kebidanan Varney. Metode penelitian menggunakan studi kasus dengan teknik wawancara, observasi, studi literatur dan dokumentasi. Hasilnya menunjukkan bahwa tindakan yang dilakuk
Studi kasus ini membahas asuhan kebidanan pada ibu hamil bernama Ny. P umur 24 tahun dengan usia kehamilan 32 minggu 1 hari yang mengalami ketidaknyamanan trimester III. Tujuannya adalah memahami dan memberikan asuhan kebidanan yang tepat kepada ibu tersebut. Penulis melakukan pengkajian data dasar, interpretasi data, antisipasi masalah potensial, tindakan segera, intervensi, implementasi, dan evaluasi untuk member
Karya tulis ini membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan penatalaksanaan ketidaknyamanan trimester III. Tujuannya adalah memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil usia 27 tahun dengan ketidaknyamanan trimester III di BPS Neni Bandar Lampung tahun 2015. Metode yang digunakan adalah studi kasus deskriptif dengan teknik pengumpulan data primer dan sekunder melalui wawancara
Karya tulis ini membahas identifikasi ibu nifas yang mengalami bendungan ASI di Puskesmas Mabodo Kabupaten Muna tahun 2016. Bendungan ASI merupakan suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada saluran susu yang dapat menyebabkan radang payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ibu nifas yang mengalami bendungan ASI berdasarkan umur, pendidikan dan paritas. Metode penelitian menggunakan
Laporan ini membahas asuhan kebidanan pada ibu nifas normal bernama Ny. D di Puskesmas Bojong Rawalumbu, Bekasi. Laporan ini menjelaskan tentang pengertian masa nifas, tujuan, prinsip dan tahapan asuhan kebidanan pada masa nifas serta perubahan fisiologis yang terjadi."
Buku ini memberikan ringkasan situasi kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2010. Terdapat peningkatan angka kematian ibu dan beberapa penyakit menular seperti malaria dan campak, namun angka kematian bayi dan balita mengalami penurunan. Capaian pelayanan kesehatan dasar seperti imunisasi dan KB meningkat, meskipun ketersediaan data masih perlu ditingkatkan. Sumber daya kesehatan seperti tenaga kesehatan dan sarana masih
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan preeklamsia ringan di wilayah kerja Puskesmas Mabodo Kabupaten Muna tahun 2016. Preeklamsia ringan merupakan masalah kesehatan ibu hamil dan nifas yang dapat menyebabkan kematian ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum dan manajemen asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas bernama Ny. N berusia 23 tahun yang baru melahirkan 7 hari sebelumnya dengan masalah putting susu lecet di BPS Tien Hertenti Bandar Lampung tahun 2015. Penulis bermaksud untuk menggambarkan asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu tersebut meliputi pengkajian data, interpretasi hasil, identifikasi masalah
Study kasus ini membahas asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. N usia 23 tahun P1A0 7 hari post partum dengan puting susu lecet di BPS Tien Hertenti Bandar Lampung tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada ibu tersebut melalui pengkajian data, interpretasi data, identifikasi diagnosa masalah, antisipasi masalah, dan perencanaan tindakan.
Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III dengan ketidaknyamanan. Tujuannya adalah memberikan asuhan kepada ibu hamil untuk mencegah komplikasi dan menurunkan angka kematian ibu. Angka kematian ibu di Bandar Lampung masih tinggi disebabkan perdarahan, komplikasi kehamilan, dan infeksi.
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III di BPS Nurmala Dewi, Bandar Lampung. Latar belakang masalah adalah angka kematian ibu di Bandar Lampung masih cukup tinggi akibat berbagai komplikasi selama kehamilan seperti perdarahan, eklamsia, dan infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III.
Laporan ini membahas asuhan kebidanan komprehensif yang diberikan kepada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas di Bidan Praktek Mandiri Dian S Yusuf di desa Gedangan, Kabupaten Sukoharjo. Angka Kematian Ibu di daerah tersebut masih tinggi, sehingga diperlukan asuhan kebidanan yang menyeluruh untuk menurunkan angka kematian tersebut. Laporan ini bertujuan mendeskripsikan asuhan
Laporan ini membahas asuhan kebidanan komprehensif yang diberikan kepada Ny. N di Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang selama periode 29 Oktober 2015 hingga 9 Januari 2016. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat ujian akhir program di Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang.
Karya tulis ilmiah ini membahas studi kasus asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di RSI Amal Sehat Sragen. Tujuannya adalah menerapkan asuhan kebidanan menurut pendekatan manajemen kebidanan Varney. Metode penelitian menggunakan studi kasus dengan teknik wawancara, observasi, studi literatur dan dokumentasi. Hasilnya menunjukkan bahwa tindakan yang dilakuk
Studi kasus ini membahas asuhan kebidanan pada ibu hamil bernama Ny. P umur 24 tahun dengan usia kehamilan 32 minggu 1 hari yang mengalami ketidaknyamanan trimester III. Tujuannya adalah memahami dan memberikan asuhan kebidanan yang tepat kepada ibu tersebut. Penulis melakukan pengkajian data dasar, interpretasi data, antisipasi masalah potensial, tindakan segera, intervensi, implementasi, dan evaluasi untuk member
Karya tulis ini membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan penatalaksanaan ketidaknyamanan trimester III. Tujuannya adalah memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil usia 27 tahun dengan ketidaknyamanan trimester III di BPS Neni Bandar Lampung tahun 2015. Metode yang digunakan adalah studi kasus deskriptif dengan teknik pengumpulan data primer dan sekunder melalui wawancara
Karya tulis ini membahas identifikasi ibu nifas yang mengalami bendungan ASI di Puskesmas Mabodo Kabupaten Muna tahun 2016. Bendungan ASI merupakan suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada saluran susu yang dapat menyebabkan radang payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ibu nifas yang mengalami bendungan ASI berdasarkan umur, pendidikan dan paritas. Metode penelitian menggunakan
Laporan ini membahas asuhan kebidanan pada ibu nifas normal bernama Ny. D di Puskesmas Bojong Rawalumbu, Bekasi. Laporan ini menjelaskan tentang pengertian masa nifas, tujuan, prinsip dan tahapan asuhan kebidanan pada masa nifas serta perubahan fisiologis yang terjadi."
Buku ini memberikan ringkasan situasi kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2010. Terdapat peningkatan angka kematian ibu dan beberapa penyakit menular seperti malaria dan campak, namun angka kematian bayi dan balita mengalami penurunan. Capaian pelayanan kesehatan dasar seperti imunisasi dan KB meningkat, meskipun ketersediaan data masih perlu ditingkatkan. Sumber daya kesehatan seperti tenaga kesehatan dan sarana masih
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum. Luka perineum umumnya terjadi saat persalinan normal maupun persalinan dengan alat. Perawatan luka perineum perlu dilakukan dengan baik agar tidak menimbulkan infeksi. Penelitian ini bertujuan memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan luka perineum di BPS Evi Andriani tahun 2015.
Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. E umur 36 tahun pada masa 6-8 jam post partum. Tujuannya adalah untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan. Metode penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif dengan sasaran Ny. E yang melahirkan di BPS Dumaria, Bandar Lampung. Hasilnya, penulis menemukan ke
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Asuhan kebidanan pada remaja wanita usia 20 tahun dengan disminorea primer di Akbid Adila Bandar Lampung tahun 2016. Tujuannya untuk memberikan asuhan kesehatan reproduksi dan penanganan nyeri haid. Metode penelitian menggunakan penulisan deskriptif.
Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan kebidanan pada bayi baru lahir di BPM Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung tahun 2015. Penulis memberikan asuhan kepada bayi Ny. Y sesuai dengan manajemen langkah Varney untuk mencegah masalah yang mungkin timbul dan meningkatkan perkembangan bayi. Penulis berharap dengan asuhan yang diberikan akan membantu bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.
Ringkasan studi kasus asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III di BPS Neny Suzannawati:
1. Studi kasus ini membahas asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. P usia 33 tahun dengan kehamilan trimester III.
2. Tujuan studi ini adalah memberikan gambaran dan analisis asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan ketidaknyamanan trimester III.
3. Metode yang digunakan adalah studi kasus deskriptif dengan subjek Ny.
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap Bayi Ny.N dengan asfiksia di BPS Kartini Bandar Lampung tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah memberikan asuhan kebidanan sesuai 7 langkah Varney pada bayi tersebut, meliputi pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif melalui studi kasus di BPS Kart
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum. Latar belakang masalah adalah angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, salah satu penyebabnya adalah infeksi pada luka perineum. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan luka perineum.
Asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum terhadap Ny. R umur 28 tahun P2A0 6 jam post partum di BPS Mafalda, S.ST Way Kandis Bandar Lampung tahun 2015 membahas tentang perawatan luka perineum pada masa nifas awal untuk mencegah infeksi.
Asuhan kebidanan terhadap Ny. N umur 48 tahun dengan kurangnya pengetahuan tentang tanda gejala menopause di Jl Sultan Anom Gg Alpukat Kemiling Bandar Lampung. Tujuannya agar penulis dapat memberikan asuhan kesehatan reproduksi terhadap Ny. N dengan menopause. Hasilnya, ibu sudah bisa mengurangi tanda gejala menopause seperti rasa panas dan keringat dimalam hari serta telah mengkonsumsi makanan yang dianj
Karya tulis ini membahas asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III yang mengalami berbagai ketidaknyamanan. Ibu hamil sering mengeluhkan berbagai keluhan seperti nyeri pinggang, keputihan, konstipasi, edema, dan insomnia. Walaupun keluhan-keluhan tersebut bersifat fisiologis, tetapi perlu mendapatkan pencegahan dan perawatan dari bidan. Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran asuhan kebidanan yang
Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III yang mengalami berbagai ketidaknyamanan. Ibu hamil sering mengeluhkan berbagai keluhan seperti nyeri pinggang, keputihan, konstipasi, edema, dan insomnia. Walaupun keluhan-keluhan tersebut bersifat fisiologis, tetapi perlu mendapatkan pencegahan dan perawatan dari bidan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang
Karya tulis ilmiah ini membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap bayi Ny. A segera setelah lahir di BPS Dharmini Bandar Lampung tahun 2015. Tujuannya adalah memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan manajemen langkah Varney. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dengan penerapan manajemen asuhan langkah Varney, kondisi bayi menjadi lebih baik
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Pendidikan inklusif merupakan sistem pendidikan yang
memberikan akses kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan, bakat istimewa,maupun potensi tertentu
untuk mengikuti pendidikan maupun pembelajaran dalam
satu lingkungan pendidikan yang sama dengan peserta didik
umumlainya
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
1. 1
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. M
UMUR 30 TAHUN P4A0 6 JAM POST PARTUM
DI BPS DESYANDRIANI, S.Tr.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh:
KOMARIAH
NIM:201308033
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
2016
i
2. Diterima dan disahkan oleh TIM Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada:
Penguji I
(Meryana Ce
NIK:2011041003
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh TIM Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II
(Meryana Cevestin, SKM.,M.M) (Nopa Utari
NIK:2011041003 NIK: 11210043
Mengetahui:
Direktur
dr. Wazni Adila, MPH
NIK 2011041008
ii
2
Diterima dan disahkan oleh TIM Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
(Nopa Utari, S.ST)
NIK: 11210043
3. 3
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY. M
UMUR 30 TAHUN P4A0 6 JAM POST PARTUM
DI BPS DESY ANDRIANI, S. Tr.Keb.
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
Komariah, Ninik Masturiyah
INTISARI
Masa nifas yaitu dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). Program dan kebijakan tehnis paling sedikit 4 kali
kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan BBL, dan untuk mencegah
mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas. Bila dilihat
berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012 kasus kematian ibu
(kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak 179 kasus,
Penyebab kasus kematian ibu diprovinsi lampung tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan
(40,23%), eklamsi(59,33%), infeksi(4,2%) dan lain-lain(75,42%). Tujuan dari karya tulis ilmiah
ini adalah untuk dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal 6 jam post partum
terhadap Ny. M umur 30 tahun. Kesimpulan hasil studi kasus ini ibu dalam keadaan sehat, rasa
mulas masih dirasakan dan tidak ada penyulit yang berhubungan dengan masa nifas. Saran utama
diharapkan asuhan yang telah diberikan dapat menambah pengetahuan bagi ibu dan masyarakat
tentang perawatan selam masa nifas.
Kata Kunci : Masa nifas, 6 jam post partum
Kepustakaan : 27 referensi (2007-2015)
Jumlah Halaman : 152 halaman,4 daftar tabel,2 daftar lampiran
iii
4. 4
CURIKULUM VITAE
Nama : KOMARIAH
Nim : 201308033
Tempat/Tanggal lahir : Srimulyo, 19 Januari 1995
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lintas Sumatera, Kec. Madang Suku II, Kab.
OKU Timur, Sumatera Selatan
Institusi : Akademi Kebidanan Adila
Angkatan : VIII (delapan)
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN Wonorejo lulusan tahun 2007
2. SMPN 1 Pandan Agung lulusan tahun 2010
3. SNMAN 1 Madang Suku II lulus tahun 2013
4. Saat ini penulis sedang menyelesaikan pendidikan D III kebidanan di
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Tahun 2013 sampai dengan
sekarang.
iv
5. 5
MOTTO
Sebelum melangkah awali dengan basmalah
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha
yang disertai do’a,
karena sesungguhnya nasib manusia tidak akan berubah dengan sendirinya
tanpa berusaha
By: Komariah
v
6. 6
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dalam bentuk studi kasus
kebidanan yang berjudul ‘‘Asuhan Kebidana padaIbu Nifas Pada Ny. M umur 30
Tahun P4A0 6 Jam Post Partum di BPS Desy Andriani, S.Tr.Keb Bandar
Lampung Tahun 2016’’. Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. dr. Wazni Adila,MPH selaku Direktur Akbid Adila Bandar Lampung.
2. Ninik Masturiyah, S.ST., M.Kes Selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
3. Penguji I Nopa Utari S.ST dan penguji II Meryana Cevestin SKM.,MM
4. BPS Desy Andriani, S.Tr.Keb Bandar Lampung sebagai tempat
mengambil penelitian.
5. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Penulis menyadari penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesemprnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun gunaperbaikan pada masa yang akan datang. semoga karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umum.
Bandar Lampung, Agustus 2016
Penulis
vi
7. 7
DAFTAR ISI
Halaman judul .....................................................................................
Lembar pengesahan ............................................................................. ii
Intisari ................................................................................................. iii
Motto................................................................................................... v
Kata pengantar..................................................................................... vi
Daftar isi.............................................................................................. vii
Daftar tabel.......................................................................................... viii
Daftar lampiran.................................................................................... ix
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan ................................................................. 4
D. Ruang Lingkup .................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian............................................................... 6
F. Metodologi dan Teknik Memperoleh Data........................... 7
Bab II Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Teori Medis........................................................... 10
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan....................................... 58
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan.................................. 78
BAB III Tinjauan Kasus
A. Pengkajian ........................................................................... 85
B. Matriks ............................................................................... 94
Bab IV Pembahasan
A. Pengkajian Data................................................................... 105
B. Interpretasi Data Dasar......................................................... 133
C. Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial....................... 137
D. Tndakan Segera atau Kolaborasi.......................................... 138
E. Perencanaan ........................................................................ 138
F. Pelaksanaan ......................................................................... 141
G. Evaluasi............................................................................... 145
Bab V Penutup
A. Simpulan.............................................................................. 148
B. Saran ................................................................................... 149
Daftar Pustaka
Lampiran
vii
8. 8
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
TABEL 2.2 Involusi Uterus
TABEL 3.3 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
TABEL 3.2 Matriks
viii
10. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebab kematian disebabkan oleh perdarahan, eklamsia, infeksi,
persalinan macet, dan komplikasi keguguran (Kepmenkes RI, 2014). Data
dari World Health Organization (WHO) tahun 2010 menunjukkkan bahwa
perdarahan merupakan 26 % dari penyebab kematian ibu di dunia dan
merupakan penyebab terbesar setelah infeksi (15%), unsafe abortion (13%),
dan pre-eklamsi atau eklamsi (12%), selain sebab-sebab yang lain.
(Astuti et. all, 2015; h. 74)
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000
kematian ibu setiap tahun didunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena
perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan.
Penyebab perdarahan paling sering adalah atonia uteri serta retensio plasenta,
penyebab lain kadang-kadang adalah laserasi serviks atau vagina, ruptur uteri
dan inversio uteri. (Prawirohardjo, 2012; h. 357)
Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung.
Pola penyebab langsung di mana-mana sama, yaitu perdarahan (25%
biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam
kehamilan (12%), partus macet (80%), komplikasi aborsi tidak aman (13%),
dan sebab-sebab lain (8%). (Prawiroharjdo, 2012; h. 54)
11. 2
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas) sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan
dengan Negara-negar tetangga di Kawasan ASEAN.
(Profil Kesehatan Indonesia, 2014)
Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan laporan dari Kabupaten kota
tahun 2012 sebesar 115,8 per 100.000 Kelahiran Hidup. Bila dilihat
berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012
berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu
(kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya
sebanyak 179 kasus. Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi Lampung
tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan (75,42%), eklampsi (59,33%), infeksi
(4,2%) dan lain-lain (40,23%). Adapun kasus kamatian ibu tertinggi ada di
Kota Bandar Lampung Kasus kematian ibu tertinggi ada di Kota Bandar
Lampung. (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2012).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
(Sulistyawati, 2009; h. 1)
Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan
harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi,
yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan
12. 3
penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI,
cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
(Prawirohardjo, 2012; h. 356).
Program dan kebijakan tehnis paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas
dilakukan untuk menilai status ibu dan BBL, dan untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 4).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam. Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab bidan untuk
memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan pemantauan mencegah
beberapa kematian ini. (Dewi & Sunarsih, 2011; h 3).
Berdasarkan pra survey di BPS Desy Andriani, S.Tr.Keb Pada tanggal 07
Mei 2016 terdapat ibu nifas 6 jam post partum yaitu Ny. M dimana Ny. M
membutuhkan penjelasan tentang pencegahan perdarahan. Berdasarkan latar
belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang ‘‘Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas Terhadap Ny. M Umur 30 Tahun P4A0 6 Jam Post Partum Di BPS
Desy Andriani, S.Tr.Keb Bandar Lampung Tahun 2016’’
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang muncul adalah
‘‘Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny. M Umur 30 Tahun
13. 4
P4A0 6 Jam Post Partum di BPS Desy Andriani, S.Tr.Keb Bandar Lampung
Tahun 2016?’’
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu memberikan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny. M
Umur 30 Tahun P4A0 6 Jam Post Partum Di BPS Desy Andriani,
S.Tr.Keb Bandar Lampung Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas Terhadap Ny. M Umur 30 Tahun P4A0 6 Jam Post Partum
Di BPS Desy Andriani, S.Tr.Keb Bandar Lampung Tahun 2016
b. Diharapkan penulis dapat menentukan interpretasi data khususnya
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny. M Umur 30 Tahun P4A0 6
Jam Postpartum Di BPS Desy Andriani, S.Tr.Keb Bandar Lampung
Tahun 2016.
c. Diharapkan penulis dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah
potensial pada Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny. M Umur
30 Tahun P4A0 6 Jam Post Partum Di BPS Desy Andriani, S.Tr.Keb
Bandar Lampung Tahun 2016.
d. Diharapkan penulis dapat melakukan antisipasi tindakan
segera/kolaborasi pada Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny. M
14. 5
Umur 30 Tahun P4A0 6 Jam Post Partum Di BPS Desy Andriani,
S.Tr.Keb Bandar Lampung Tahun 2016.
e. Diharapkan penulis dapat menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
pada Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny. M Umur 30 Tahun
P4A0 6 Jam Post Partum Di BPS Desy Andriani, S.Tr.Keb Bandar
Lampung Tahun 2016
f. Diharapkan penulis dapat melaksanakan rencana yang telah dibuat
khususnya pelaksanaan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny. M
Umur 30 Tahun P4A0 6 Jam Post Partum Di BPS Desy Andriani,
S.Tr.Keb Bandar Lampung Tahun 2016.
g. Diharapkan penulis dapat mengevaluasi dari pelaksanaan Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny. M Umur 30 Tahun P4A0 6 Jam
Post Partum Di BPS Desy Andriani, S.Tr.Keb Bandar Lampung
Tahun 2016.
D. Ruang Lingkup
1. Objek penelitian
Objek penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah satu orang ibu nifas
yaitu Ny. M umur 30 tahun P4A0 6 jam post partum.
2. Tempat penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil di BPS Desy Andriani, S.Tr.Keb
Bandar Lampung Tahun 2016.
15. 6
3. Waktu
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada masa nifas dalam karya tulis ilmiah
ini dilaksanakan pada tanggal 07 Mei 2016.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunankan sebagai dokumentasi dan sebagai penelitian selanjutnya
dan dapat lebih meningkatkan asuhan masa nifas, dan diharapkan dapat
bermanfaat sebagai informasi bagi staf akademik untuk lebih
mengembangkan proses belajar mengajar di akademik khususnya yang
berkaitan dengan asuhan masa nifas sehingga dapat menumbuhkan dan
menciptakan bidan yang terampil dan professional.
2. Bagi Lahan Praktik
Studi kasus ini dapat dijadikan salah satu informasi dan masukan serta
gambaran bagi lahan untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan
pelayanan asuhan kebidanan yang lebih baik dikemudian hari pada para
pasien yang berkaitan dengan asuhan pada ibu nifas.
3. Bagi masyarakat (klien)
Hasil penelitian ini dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan
kebutuhkan klien, dan memberikan pengetahuan sehingga klien
mengetahui dan mampu memenuhi apa yang dibutuhkan, serta dapat
mendeteksi secara dini dan mampu mengenali adanya komplikasi yang
terjadi pada masa nifas.
16. 7
4. Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman serta dapat
menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam mengaplikasikan
asuhan kebidanan khususnya tentang perawatan 6 jam post partum pada
masa nifas.
F. Metodologi dan Teknik Memperoleh Data
1. Metodologi penelitian
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan metode
penulisan studi kasus. Dimana metode penulisan yang digunakan yaitu
metode penelitian studi kasus. Creswell (1998) menyatakan bahwa studi
kasus (case studi) adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi
dari suatu ‘‘sistem yang berbatas’’ (bounded sistem) pada satu kasus atau
beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara
mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan
konteks. (Herdiansyah, 2012; h. 76)
2. Teknik Memperoleh Data
a. Data Primer
Data primer merupakan materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan
sendiri oleh peneliti pada saat penelitian berlangsung
(Chandra, 2008; h. 20)
17. 8
1) Wawancara
Suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana
penelitian mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face).
(Notoatmodjo, 2010; h. 139)
Anamnesa dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu:
a) Auto Anamnesa
Auto anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada
pasien secara langsung. Jadi, data yang diperoleh adalah data
primer karena langsung dari sumbernya.
b) Allo Anamnesa
Allo anamnesa merupakn anamnesa yang dilakukan kepada
keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. Ini
dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak
memungkinkan lagi untuk memberikan data yang akurat
(Sulistyawati, 2009; h. 111).
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapat data objektif. Data
objektif adalah data yang diperoleh dengan melakukan serangkaian
pemeriksaan pada klien. (Maritalia, 2014; h. 116)
18. 9
b. Data sekunder
Data sekunder merupalkan data yang diperoleh peneliti dari pihak lain
(Chandra, 2010; h. 20)
1) Studi Kepustakaan
Menurut sekaran (2006) dalam buku hidayat (2014) studi
kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan
penelitian. Selain itu, studi kepustakaan juga merupakan
dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasai dan
nonpublikasai, sehingga peneliti harus bisa memastikan bahwa tidak
ada variable penting di masa lalu yang ditemukan berulang kali
mempunyai pengaruh atas masalah yang terlewatkan. Studi
kepustakaan yang baik akan menyediakan dasar untuk menyusun
keranngka teoritis yang komprehensif yakni hipotesis dapat dibuat
untuk diuji.
2) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
pengambilan data yang berasal dari dokumen asli. Dokumentasi asli
tersebut dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa, dan film
documenter. (Hidayat, 2014; h. 90)
19. 10
BAB II
TEORI PENUNJANG
A. TINJAUAN TEORI MEDIS
1. Masa Nifas
a. Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerpurium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil).Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu. (Sulistyawati, 2009; h. 1)
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu. (Saleha, 2009; h. 4)
Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minngu (42 hari) setelah itu.
(Prawirohardjo, 2012; h. 356)
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1) Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas.
2) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya.
3) Melaksanakan skrining secara komprehensif.
20. 11
4) Memberikan pendidikan kesehatan diri.
5) Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara.
6) Konseling mengenai KB. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 2-3)
c. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
Peran bidan antara lain sebagai berikut.
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta keluarga.
3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan
ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan administrasi.
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktikkan kebersihan yang aman.
7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, serta mencegah komplikasi
dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
8) Memberikan asuhan secara professional.
21. 12
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 3-4)
d. Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1) Puerperium dini
Puerpurium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam,
dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-
alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3) Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
dapat berlangsung selama bermingu-minggu, bulanan, bahkan
tahunan. (Sulistyawati, 2009;h. 5)
22. 13
e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Tabel 2.1Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah
persalinan
a) Mencegah perdarahan`masa nifas karena atonia
uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaiman cara
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang
yang baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hypothermi.
g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi yang baru lahir
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai
ibu dan bayinya dalam keadaan stebil.
2 6 hari a) Memastikan involusi uterus berjalan normal:
uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,atau
perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan,
dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minngu Sama seperti 6 hari setelah persalinan
4 6 minngu a) Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan
yang ia atau bayinya alami.
b) Memberikan konseling KB secara dini.
(Sulistyawati, 2009; h. 6-7)
f. Respon orang tua terhadap bayi baru Lahir
1) Bonding Attachment
Kelahiran adalah sebuah momen yang dapat membentuk suatu ikatan
antara ibu dan bayinya. Pada saat bayi dilahirkan adalah saat yang
sangat menakjubkan bagi seorang ibu ketika ia dapat melihat,
23. 14
memegang, dan memberikan ASI pada bayinya untuk pertama kali.
Pada masa tenang setelah melahirkan, disaat ibu merasa rileks,
memberikan peluang ide untuk memulai pembentukan ikatan batin.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 45).
Bounding attachment/keterikatan awal/ikatan batin adalah suatu
proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus antara
bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan
keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Proses
ikatan batin antara ibu dengan bayinya ini diawali dengan kasih
sayang terhadap bayi yang dikandung, dan dapat dimulai sejak
kehamilan. Ikatan batin antara bayi dan orang tuanya berkaitan erat
dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi.
(Rukiyah et.all, 2011;h. 38).
Tahap-tahap bonding attachment adalah sebagai berikut.
1) Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata,
menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah
mengenal bayinya.
2) Keterikatan (bounding)
3) Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu
dengan individu lain
24. 15
Elemen-elemen bounding attachment meliputi hal-hal sebagai
berikut
1) Sentuhan
Sentuhan atau indra peraba dipakai secara ekstensif oleh orang tua
dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru
lahir dengan cara mengksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
2) Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan
kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak
waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan,
dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat
dengan bayinya.
3) Suara
Saling mendengarkan dan merespons suara antara orang tua dan
bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama
bayinya dengan tegang. Bayi akan menjadi tenang dan berpaling
ke arah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan
suara bernada tinggi
4) Aroma
Perilaku lain yang terjalani antara orang tua dan bayi ialah
respons terhadap aroma/bau masing-masing. Ibu mengetahui
setiap anak memiliki aroma yang unik. Bayi belajar dengan cepat
untuk membedakan aroma susu ibunya.
25. 16
5) Entrainment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur
pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan,
mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang
berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi
saat anak mulai berbicara.
6) Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada
dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi
baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua
dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang
konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi
mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat
meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
7) Kontak dini
Saat ini, banyak bukti-bukti alamiah yang menunjukan bahwa
kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting dalam
hubungan antara orang tua-anak. Menurut Klaus, Kennel (1982),
beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak
dini, yaitu sebagai berikut.
a) Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat
b) Refleks menghisap dilakukan secara dini
c) Pembentuk kekebalan aktif dimulai
26. 17
d) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak.
g. perubahan fisiologi masa nifas
1) Perubahan sistem reproduksi
a) Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses
kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada tahap ketiga
persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promotorium
sakralis. Pada saat ini, besar uterus kira-kira sama besar uterus
sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kira-kira sebesar jeruk asam)
dan beratnya kira-kira 100 gr.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang
lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian,
perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-
kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus
normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis
pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9
pascapartum.
27. 18
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan
tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah
tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
(1) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus
dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus
relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
(2) Autolisis
Autolisis merupakan penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uterus. Enzim preteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga
panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima kali dari
semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang
berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
(3) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterin sehingga akan menekanpembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses
ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan. Penurunan ukuran
28. 19
uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi
uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi
organ pelvis.
Tabel 2.2 Involusi Uterus
Involusi Tinggi
Fundus Uteri
Berat
Uterus
(gr)
Diameter
bekas
melekat
plasenta(cm)
Keadaan
Serviks
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah
pusat
750 12,5 lembek
Satu
minggu
Pertengahan
pusat-simfisis
500 7,5 Beberapa
hari
setelah
postpartum
dapat
dilalui 2
jari akhir
minggu
pertama
dapat
dimasuki 1
jari
Dua
minggu
Tak teraba
diatas simfisis
350 3-4
Enam
minggu
Bertambah
kecil
50-60 1-2
Delapan
minggu
Sebesar
normal
30
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 55-57)
b) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.Lokhea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yangdapat
membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi
asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau
anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita.
Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya
proses involusi.
29. 20
Jenis-jenis lokhea berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
(1) Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
(2) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
(3) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta.Keluar
pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
(4) Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post
partum.
Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk
yang disebut dengan ‘‘lokhea purulenta’’. Pengeluaran
lokhea yang tidak lancar disebut dengan ‘‘lokhea statis’’.
30. 21
2) Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak
menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir.Bentuk ini
disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan
akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir,
tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya
dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum, serviks
sudah menutup kembali.(Sulistyawati, 2009; 76-77).
3) Perubahan pada vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol. (Walyani dan Purwoastuti, 2015; h. 66)
4) Perubahan payudara (mamae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme
fisiologis, yaitu sebagai berikut.
31. 22
a) Produksi susu.
b) sekresi susu atau let down.
Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan
menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru
lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta
tidak ada lagi untuk menghambat kelenjar pituitariakan
mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga
setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa
dirasakan.Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah,
sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit.Sel-sel acini
yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi.Ketika bayi menghisap
puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk
menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down
(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus
laktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI
dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini
terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak.Refleks ini dapat
berlanjut sampai waktu yang cukup lama.
(Saleha, 2009; h. 57-58)
5) Perubahan sistem gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,
namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau
32. 23
dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering
kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit
didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
(Walyani dan Purwoastuti, 2015; h. 68)
6) Perubahan sitem perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk
buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari
keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher
kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan)
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post
partum. Kadar hormon esterogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut
‘‘diuresis’’. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6
minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odemadan hyperemia,
kadang-kadang odema trigonum yang menimbulkan alostaksi dari
uretra sehingga menjadi retensi urine. Kandung kemih dalam masa
masa nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah
sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residual (normal
kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada
kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi.
(Sulistyawati, 2009; h. 78-79)
33. 24
7) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan.
Ligamen-ligemen, diagfragma pelvis, serta fasia yang meregang
pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan
menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi
kendor.Tidak jarang pula wanita mengeluh ‘‘kandungannya turun’’
setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat
genetalia menjadi kendor.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-
8 minggu setelah persalinan. (Sulistyawati, 2009; h. 79)
8) Perubahan Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
padasistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan
dalam proses tersebut.
a) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.Selama
tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Hal tersebut membantu uterus kembali ke
bentuk normal.
34. 25
b) Prolaktin
Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,
hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya,
kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan
folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-
21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah
depan otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola
produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan
folikel, ovulasi, dan mentruasi.
c) Estrogen dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekenismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan
bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon
antidiuretik yang meningkat volume darah. Di samping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsang dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva, serta vagina. (Saleha,2009; h. 60)
35. 26
9) Perubahan Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh
arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota
tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik
antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca
melahirkan pada kasus normal, tekanan darah bisaanya tidak
berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca
melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan
tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda
terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal
tersebut sangat jarang terjadi. (Rukiyah et.all, 2011; h. 69)
b) Pernapasan
Pernapasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya respirasi
lambat atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak lain karena
ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila
ada respirasi cepat postpartum (>30 x/mnt) mungkin karena
adanya ikatan dari tanda-tanda syok.
(Walyani dan Purwoastuti , 2015; h. 87)
c) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.
Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap
36. 27
denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal
dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
d) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit
(37,50
-380
C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu
badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik
lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak
dan barwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak
turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, (mastitis,
tractus genetalis, atau sistem lain). (Sulistyawati, 2009; h. 80-81)
10) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc.
bila kelahiran melalui section caesaria kehilangan darah dapat dua
kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan
hemokonsentrasi. Apabila pada persalinan pervaginam
hemokonsentrasi akan naik dan pada section caesaria
haemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.
Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume
darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan
beban pada jantung dan dapat menimbulkan dekompensasi kodis
pada penderita vitium cordial. Untuk kadaan ini dapat diatasi
37. 28
dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sediakala. Umumnya hal ini terjadi pada hari ketiga sampai lima
hari post partum. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 85)
11) Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadarfibrinogen dan
plasma,serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat.
Pada hari pertama post partum, kadarfibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun, tetapi darah akan mengental sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang
meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000
selama proses persalinan akan tetapi tinggi dalam beberapa hari
post partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi
sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan yang lama.
(Sulistyawati, 2009; h. 82)
h. Proses Adaptasi Psikologi Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang
juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Setelah
melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut:
38. 29
1) Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu,
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman
selama proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini
membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Kemampuan mendengarkan (listening skills) dan menyediakan
waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu.
2) Fase Taking Hold
Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi.
3) Fase Letting Go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melehirkan.
Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta
kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang
kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; 65-66)
39. 30
i. Kebutuhan dasar Ibu pada Masa Nifas
1) Mobilisasi
Di masa lampau, perawatan puerpurium sangat konservatif, selama
masa tersebut, ibu diharuskan tidur telentang selama 40 hari.
Dampak perawatan tersebut adalah terjadi adhesi antara labium
minus dan labium mayus kanan dan kiri dan tindakan tersebut telah
berlangsung hampir enam tahun. Penulis yang kebetulan
menangani kajian tersebut berpendapat bahwa kini, perawatan
puerpurium lebih aktif menganjurkan ibu untuk “mobilisasi dini”
(early mobilization).
Keuntungan perawatan mobilisasi dini adalah :
a) Melancarkan pengeluaran lokea, mengurangi infeksi
puerpurium.
b) Mempercepat involusi alat kandungan
c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
d) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
(Roito et.all, 2013;h. 83-85).
2) Nutrisi
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,
karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan
ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang
40. 31
diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi
protein, dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai
berikut.
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya
selama 40 hari pascapersalinan.
e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI. (Saleha, 2009; h. 71-72)
3) Eliminasi
a) Buang Air Kecil
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam.Ibu
diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak, maka
lakukan tindakan berikut ini.
(1) Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien.
(2) Mengompres air hangat di atas simpisis
(3) Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK.
Bila tidak berhasil dengan cara di atas, maka dilakukan
kateterisasi. Hal ini dapat membuat klien merasa tidak nyaman
41. 32
dan risiko infeksi saluran kemih tinggi. Oleh sebab itu,
kateterisasi tidah dilakukan sebelum lewat enam jam postpartum
b) Buang air besar
Buang air besar (BAB).Defekasi (buang air besar) harus dalam 3
hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga
skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan
terjadi fibris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma
atau diberi laksan per os (mulalui mulut).
Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga
dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi. Bisaanya bila
penderita tidak BAB sampai 2 hari sesudah persalinan, akan
ditolong dengan pemberian spuit gliserine/diberikan obat-obatan.
Biasanya 2-3 hari postpartum masih susah BAB, maka
sebaiknya diberikan laksan atau paraffin (1-2 hari post partum),
atau pada hari ke-3 diberi laksan supositoria dan minum air
hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.
(1) Diet teratur
(2) Pemberian cairan yang banyak
(3) Ambulasi yang baik
(4) Bila takut buang air besar secara episiotomi,maka diberikut
laksan supposotria. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 73-74)
42. 33
4) Kebersihan Diri/Perineum
Pada ibu nifas sebaiknya anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
kebelakang anus. Nasehan ibu untuk membersihkan diri setiap kali
selesai buang air kecil dan besar. Sarankan ibu untuk mengganti
pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat
digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan
dibawah sinar matahari atau disetrika. Sarankan ibu untuk mencuci
tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau
laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah
luka. (Rukiyah et.all, 2011; h. 77-78).
5) Istirahat
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan terasa lebih
bila partus berlangsung agak lama. Seseorang ibu baru akan cemas
apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan.
Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi
gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun
malam untuk meneteki atau mengganti popok yang sebelumnya
tidak pernah dilakukan. Berikut adalah hal-hal yang dapat dianjurkan
pada ibu
43. 34
(1) Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
(2) Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan- kegiatan yang tidak
berat.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal,
diantaranya adalah sebagai berikut.
(1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
(2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
(3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri. (Dewi dan Sunarsih,2011;h. 76)
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga bahwa
untuk kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga harus
dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap. Selain itu pasien juga
perlu diingatkan untuk selalu tidur siang atau beristirahat selagi
bayinya tidur. Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam
sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam dan siang.
(Sulistyawati, 2009; h. 103)
6) Aktifitas seksual
Aktifitas seksual yang dapat dilakukan ibu oleh ibu nifas harus
memenuhi syarat berikut ini.
44. 35
a) Secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami
istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-
satu dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu
siap.
b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suamiistri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari
atau 6 minggu setelah persalinan, keputusan ini tergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
j. Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas
1) Perdarahan pervaginam post partum
Definisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak
lahir atau setelah kala III. Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu
ibu melahirkan. Terutama di dua jam pertama. Kalau terjadi
perdarahan, maka tinggi rahim akan bertambah naik, tekanan darah
menurun, dan denyut nadi ia menjadi cepat.
a) Klasifikasi klinis
Perdarahan pasca persalinan Primer yakni perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertam, penyebab: atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir
45. 36
Perdarahan pasca persalinan sekunder, yakni perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam pertama, penyebab: robekan jalan lahir
dan sisa plasenta atau membrane.
b) Etiologi dan Faktor Prediposisi
Penyebab perdarahan pasca salin ada beberapa sebab antar lain:
(1) Atonia uteri (> 75 %), atau uteri tidak berkontraksi dalam
15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta
telah lahir)
(2) Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang
terjadi pada jalan lahir bisa disebabkan oleh robekan
spontan atau memang sengaja dilakukan episiotomi,
robekan jalan lahir dapat terjadi di tempat : robekan serviks,
perlukaan Vagina, robekan perineum.
(3) Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan
didalam rahim baik sebagian atau seluruhnya).
(4) Inversion Uterus (uterus keluar dari rahim)
(5) Gangguan pembekuan darah.
c) Penanganan umum
(1) Hentikan perdarahan
(2) Cegah/atasi syok
(3) Ganti darah yang hilang : diberi infus cairan (larutan garam
fisiologi, plasma ekspander, Dextran-L, dan
sebagainya),tranfusi darah, kalau perlu oksigen.
46. 37
(Rukiyah et.all, 2011; h. 116-117)
d) Pencegahan
Pencegahan perdarahan postpartum dapat dilakukan dengan
mengenali resiko perdarahan postpartum (uterus distensi, partus
lama, partus dengan pacuan), memberikan oksitosin injeksi
setelah bayi lahir, memastikan kontraksi uterus setelah bayi
lahir, memastikan plasenta lahir lengkap, menangani robekan
jalan lahir. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 127)
2) Infeksi masa nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan.
Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka
kematian ibu (AKI). Infeksi luka jalan lahir pasca-persalinan,
biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam dalam
nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas, maka demam
dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam
dalam masa nifas sering juga disebut morbiditas nifas dan
merupakan indeks kejadian infeksi nifas. Demam dalam nifas
selain oleh infeksi dapat juga disebabkan oleh pielitis, infeksi jalan
pernapasan, malaria, dan tifus.
Mikroorganisme penyebab infeksi puerpuralis dapat berasal dari
luar (eksogen) atau dari jalan lahir penderita sendiri (endogen).
Mikroorganisme endogen lebih sering menyebabkan infeksi.
47. 38
Mikroorganisme yang tersering menjadi penyebab ialah golongan
streptococcus, basil coli dan stafilacoccus. Akan tetapi, kadang-
kadang mikroorganisme lain memegang peranan, seperti:
clostridium welchii, gonococcus, salmonella typhii atau clostridium
tetani.
a) Cara terjadinya infeksi
(1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung
tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa
bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat
yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhya
bebas dari kuman.
(2) Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena
kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau
tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya. Oleh
karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar
bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi
saluran pernapasan dilarang memasuki kamar bersalin.
(3) Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman pathogen
yang berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis
infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh udara kemana-
mana, antara lain ke handuk, kain-kain alat-alat yang suci
48. 39
hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam
persalinan atau pada waktu nifas.
(4) Koitus pada akhit kehamilan tidak merupakan sebab infeksi
penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnyaketuban.
(5) Infeksi intra partum sudah dapat menimbulkan gejala-gejala
pada wanita berlangsung persalinan.
b) Faktor predisposisi (penyebab)
Situasi berikut merupakan predisposisi infeksi masa nifas pada
wanita.
(1)Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban.
(2)Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan.
(3)Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan,
khusunya pecah ketuban.
(4)Teknik aseptic tidak sempurna.
(5)Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan.
(6)Manipulasi intrauteri (misalnya: eksplorasi uteri, pengeluaran
plasenta manual)
(7)Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi
yang tidak diperbaiki.
(8)Hematoma
(9)Hemoragi, khusunya jika kehilangan darah lebih dari 1000
ml.
(10) Pelahiran operatif, terutama pelahiran melalui SC.
49. 40
(11) Retensi sisa plasenta atau membrane janin.
(12) Perawatan perineum tidak memadai.
(13) Infeksi vagina/serviks atau PMS yang ditangani (misalnya:
vaginosis bakteri, klamidia, gonorhoea)
c) Tanda dan gejala
Tanda dan gejala infeksi pada umumnya adalah peningkatan
suhu tubuh, malaise umum, nyeri, dan lokhea berbau tidak
sedap. Peningkatan kecepatan nadi dapat terjadi, terutama pada
infeksi berat. Interpretasi kultur laboratorium dan sensitifitas,
pemeriksaan lebih lanjut, dan penanganan memerlukan diskusi
serta kolaborasi dengan dokter konsultasi anda.
(1)Jenis-jenis infeksi
(a)Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis.
Kuman-kuman yang memasuki endometrium, biasanya
melalui luka bekasinsersio plasenta, dan dalam waktu
singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada
infeksi dengan kuman yang tidak terlalu pathogen, radang
terbatas pada endometrium.
Gambaran klinis tergantung jenis dan virulensi kuman,
daya tahan penderita, serta derajat trauma pada jalan lahir.
Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat
naik turun (remittens). His lebih nyeri dari biasa dan lebih
50. 41
lama dirasakan. Lokia bertambah banyak, berwarna merah
dan cokelat, serta berbau. Lokia yang berbau tidak selalu
menyertai endometritis sebagai gejala. Sering terdapat
subinvolusi. Leukosit naik antara 15.000-30.000/mm3
.
Sakit kepala, kurang tidur, dan kekurangan nafsu makan
dapat mengganggu penderita. Tanda dan gejala
endometritis adalah sebagai berikut.
(1) Peningkatan demam secara persisten hingga 400
C,
bergantung pada keparahan infeksi.
(2) Takikardi
(3) Menggigil dengan infeksi berat.
(4) Nyeri tekan uteri menyabar secara lateral.
(5) Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual.
(6) Subinvolusio.
(7) Lokia sedikit tidak berbau, atau berbau tidak sedap,
lokia seropurelenta.
(8) Variable awitan bergantung pada organisme, dengan
streptococcus grup b muncul lebih awal.
(9) Hitung sel darah putih mungkin meningkat diluar
leukositosis puerperium fisiologis.
Penyebab endometritis, jika tidak ditangani, dapat
menyebabkan salpingitis, tromboflebitis septic, peritonitis,
dan fasilitas nekrotikans. Setiap dugaan adanya infeksi
51. 42
memburuk, gejala yang tidak dapat dijelaskan, atau nyeri
akut memerlukan konsultasi dokter dan rujukan.
Jika infeksi tidak meluas, maka suhu turun secara
berangsur-angsur dan turun pada hari ke-7-10. Pasien
sedapatnya diisolasi, tetapi bayi boleh terus menyusu pada
ibunya. Untuk kelancaran pengaliran lokia, pasien boleh
diletakkan dengan letak fowler dan diberi juga
uterustonika. Selain itu, pasien juga disuruh minum
banyak.
(b)Parametritis
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat
terjadi melalui beberapa cara: penyebaran melalui limfe
dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis,
penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas
sampai ke dasar ligamentum, serta penyebaran sekunder
dari tromboflebitis. Proses ini dapat tinggal terbatas pada
dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke
semua jurusan.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan
nyeri disebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan
erat dengan tulang panggul dapat meluas ke berbagai
jurusan. Pada bagian tengah jaringan yang meradang
tersebut dapat tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang
52. 43
mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turun
disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi
cepat, dan perut nyeri. Pada 2
/3 kasus tidak terjadi
pembentukan abses dan suhu menurun dalam beberapa
minggu. Tumor disebelah uterus menecil sedikit demi
sedikit dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika
terjadi abses, cairan abses selalu mencari jalan ke rongga
perut sehingga menyebabkan peritonitis, ke rectum, atau
ke kandung kemih.
(c)Peritonitis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui
pembuluh limfe uterus, parametritis yang meluas ke
peritoneum, salpingo-ooforisit meluas ke peritoneum atau
langsung sewaktu tindakan per abdominal. Peritonitis
yang terlokalisasi hanya dalam rongga pelvis disebut
pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga
peritoneum disebutperitonitis umum, dan keadaan ini
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian
33% dari seluruh kematian akibat infeksi.
Gambaran klinis dari peritonitis adalah sebagai berikut.
(1) Pelvioperitonitis: demam, nyeri perut bagian bawah,
nyeri pada pemeriksaan dalam, kavum douglasi
menonjol karena adanya abses (kadang-kadang). Bila
53. 44
hal ini dijumpai, maka nanah harus dikeluarkan
dengan kalpotomi posterior, agar nanah tidak keluar
menembus rectum.
(2) Peritonitis umum adalah berbahaya bila disebabkan
oleh kuman yang pathogen. Perut kembung,
meteorismus, dan dapat terjadi paralitik ileus. Suhu
badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan,
pucat, muka cekung, kulit dingin, mata cekung yang
disebut muka hipokrates. Penegakan diagnosis
dibantu dengan pemeriksaan labiratorium.
(d)Infeksi Trauma Vulva, Perineum, Vagina, dan Serviks
Tanda dan gejala infeksi episiotomy, laserasi, atau trauma
lain meliputi sebagai berikut.
(1)Nyeri local.
(2)Disuria.
(3)Suhu derajat rendah-jarang di atas 38,30
C .
(4)Edema
(5)Sisi jahitan merah dan inflamasi.
(6)Mengeluarkan pus atau eksudat berwarna abu-abu
kehijauan.
(7)Pemisahan atau terlepasnya lapisan operasi.
54. 45
(e)Infeksi Saluran Kemih
Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative
tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung
kemih akibat trauma kandung kemih saat persalinan,
pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi kuman dari
perineum, atau kateterisasi yang sering.
Sistitis biasanya memberikan gejal berupa nyeri berkemih
(disuria), sering berkemih, dan tidak dapat ditahan.
Demam biasanya jarang terjadi. Adanya retensi urine
pascapersalinan umumnya merupakan tanda adanya
infeksi.
Pielonefritis memberikan gejala yang lebih berat, demam,
menggigil, serta perasaan mual dan muntah. Selain disuria,
dapat juga terjadi piuria dan hematuria.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 109-114) .
k. Proses Laktasi dan Menyusui
1) Fisiologi payudara
Dalam pembentukan air susu ada dua refleks yang membantu dalam
pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflek prolaktin dan
reflek let down.
a) Reflek Prolaktin : Setelah persalinan kadar estrogen dan
progesteron menurun, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi
55. 46
yang merangsang putting susu dan kalang payudara, akan
merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik. Rangsangan ini akan dilanjutkan ke
hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor
penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya. Faktor-faktor yang
memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli
yang berfungsi untuk membuat air susu.
b) Refleks Let Down : Dengan dibentuknya hormon prolaktin
rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan dilanjutkan ke
neurohipofise yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui
aliran darah, hormon ini akan menuju uterus yang dapat
menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari
organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
mempengaruhi sel miopitelium. Kontraksi sel akan memeras air
susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktulus yang untuk selanjutnya akan mengalir melalui duktus
laktiferus masuk ke mulut bayi
c) Bila ada stress dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu
blockade dari refleks let down. Ini disebabkan karena adanya
pelepasan dari adrenalin yang menyebabkan vasokontriksi dari
pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin sedikit harapannya
untuk dapat mencapai target organ mioepitelium. Sehingga
56. 47
payudara akan membesar dan timbul abses yang berakibat pada
proses menyusui karena akan timbul rasa sakit. Karena refleks let
down yang tidak sempurna maka bayi yang haus akan tidak puas.
Ketidak puasan ini akan merupakan tambahan stress bagi ibunya.
(Rukiyah et.all, 2011;h. 13-14).
2) Mekanisme menyusui
a) Reflek mencari (rooting reflex)
payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling
mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari
pada bayi. Keadaan ini menyebabkan kepala bayi berputar
menuju putting susu yang menempel tadi diikuti dengan
membuka mulut dan kemudian putting susu ditarik masuk ke
dalam mulut.
b) Reflek mengisap (sucking reflex)
Putting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan
lidah ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di
belakang putting susu yang pada saat itu dudah terletak pada
langit-langit keras. Tekanan bibir dan gerakan rahang yang terjadi
secara berirama membuat gusi akan menjepit kalang payudara
dan ismus laktiferus sehingga air susu akan mengalir ke putting
susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan putting susu
pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting
susu
57. 48
c) Reflek menelan (swallowing Reflek)
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan
gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi sehingga
pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan
mekanisme menelan masuk ke lambung.
l. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang
pemberian ASI. Peran bidan dalam menunjang pemberian ASI. Peran
bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan
mencegah masalah-masalah umum terjadi. Bidan dapat memberikan
dukungan dalam pemberian ASI, dengan cara sebagai berikut.
a) Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama
beberapa jam pertama.
Bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Hal ini disebut
dengan inisiasi menyusu dini (early inititation) atau permulaan
menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi
dapat melakukan kontak dini langsung dengan ibunya dengan tujuan
dapat memberikan kehangatan. Selain itu, dapat membengkitkan
hubungan/ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI sedini mungkin
adalah lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit
setelah lahir.
58. 49
b) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara adalah untuk melancarkan sirkulasi
darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini
mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara
sebelum hamil sudah mulai dilakukan
c) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera mungkin untuk menyusui bayinya setelah lahir
sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap putting susu ibu,
maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini karena isapan
bayi akan memberikan ranngsangan pada hipofisis untuk
mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos
untuk memeras ASI.
d) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat
gabung).
Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana
ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan
ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat
rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik,
fisiologis, psikologis, edukatif, ekonomi, maupun medis.
59. 50
(1) Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi
menyusu setiap saat tanpa terjadwal. Dengan demikian, semakin
sering bayi menyusu, maka ASI segera keluar.
(2) Aspek Fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya makan bayi lebih sering
disusui. Hal ini mengakibatkan bayi mendapat nutrisi alami dan
kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses
menyusui akan membantu proses involusi uteri dan produksi
ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin.
(3) Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan
bayi atau proses lekat (early infant mother bounding). Hal ini
disebabkan oleh adanya sentuhan badan ibu dan bayi.
Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang
diperlukan sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan
psikologis bayi.
(4) Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara
merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca-melahirkan.
(5) Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu
maupun keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun
60. 51
pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam
pembelian susu buatan dan peralatan lain yang dibutuhkan.
(6) Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi
nosokomial.Selain itu ibu dapat melihat perubahan fisik atau
perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat sehingga
dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya
ada hal-hal yang dianggap tidak wajar.
e) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal.
Bayi disusui sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat
menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan berakibat
kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi berikutnya.
f) Memberikan kolostrum dan ASI saja
ASI dan kolostrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi
kandungan dan komposisi ASI sangat sesui dengan kebutuhan bayi
pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang melahirkan
premature sesuai dengan kebutuhan dan juga sebaliknya. ASI dari
ibu yang melahirkan cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan
bayi yang cukup bulan juga.
61. 52
g) Menghindari susu botol “dot empeng”
Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi
bingung putting dan menolak menyusu atau isapan bayi yang kurang
baik. Hal ini disebabkan mekanisme menghisap dari putting susu ibu
dengan botol jauh berbeda. (Dewi dan Sunarsih, 2011;h. 13-17).
m. Manfaat pemberian ASI
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai
berumur sedikitnya dua tahun akan memberikan banyak manfaat, baik
untuk bayi, ibu, maupun masyarakat pada umumnya, dibawah ini akan
dijelaskan beberapa manfaat pemberian ASI.
1) Manfaat bagi bayi
Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan
perkembangan kecerdasanya, pertumbuhan sel otak secara optimal
mudah dicerna, penyerapan lebih sempurna, mengandung zat anti
diare, protein ASI adalah spesifik spesies sehingga jarang
menyebabkan alergi untuk manusia, membantu pertumbuhan gigi,
mengandung zat antibodi, mencegah infeksi, merangsang
pertumbuhan sistem kekebalan tubuh, dan mempererat ikatan batin
ibu dan bayi
2) Bagi Ibu
Manfaat untuk ibu yakni mudah, murah, praktis tidak merepotkan
dan selalu tersedia kapan saja, mempercepat involusi
62. 53
uterus/memulihkan dari proses persalinan dan dapat mengurangi
perdarahan karena otot-otot dirahim mengerut, mencegah
kehamilan, meningkatkan rasa kasih sayang, mengurangi penyakit
kanker. (Rukiyah et.all, 2011;h. 17-18).
3) Bagi semua orang
a) ASI selalu bersih dan bebas hama yang dapat menyebabkan
infeksi
2) Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus
3) ASI selalu tersedia dan gratis
4) Bila ibu memberikan ASI pada bayinya sewaktu-waktu ketika
bayinya meminta (on demand) maka kecil kemungkinannya bagi
ibu untuk hamil dalam 6 bulan pertama sesudah melahirkan.
5) Ibu menyusui yang siklus menstruasinya belum pulih kembali
akan memperoleh perlindungan sepenuhnya dari kemungkinan
hamil. (Sulistyawati, 2009;h. 18)
3) Asuhan 6 jam post partum
a. Memberitahu ibu atau keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas
dengan cara melakukan observasi melekat pada kontraksi uterus selama
4 jam pertama post partum dengan melakukan palpasi uterus.
(Sulistyawati, 2009;h. 134).
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan berlanjut rujuk bila
ada perdarahan berlanjut/perdarahan sekunder
63. 54
1) Pengertian perdarahan sekunder
Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan
Sekunder atau perdarahan pasca persalinan lambat, atau Late PPH).
Perdarahan pasca persalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.
Perdarahan pasca persalinan sekunder sering diakibatkan oleh
infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang
tertinggal
(Sari dan Rimandini, 2014 ; h 226).
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri dengan cara masase uterus secara perlahan, tangan diletakkan di
atas fundus uteri dan massase dengan gerakan berputar sambil menekan
fundus selama 15 detik, raba kembali uterus setiap 1-2 menit, jika
lembek, ulangi massase. (Astuti et.all, 2015;h. 42)
d. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI awal pada bayinya sebaiknya
sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan
keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri
kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara
sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik karena isapan
bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
(Dewi dan Sunarsih, 2011;h. 16)
64. 55
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir atau bonding
attachment didalam satu ruangan dengan melakukan sentuhan
awal/kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai
beberapa jam setelah kelahiran bayi. Pada proses ini, terjadi
penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang
tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam
perawatannya. (Sulistyawati, 2009;h. 59)
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi yaitu :
1) Keringkan bayi segera setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya
evaporasi dengan menggunakan handuk atau kain.
2) Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat segera setelah
mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat. Sebelumnya
ganti handuk atau kain yang telah digunakan untuk mengeringkan
tubuh bayi.
3) Selimuti bagian kepala karena kepala merupakan permukaan tubuh
yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika
tidak ditutupi. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
Sebaiknya pemberian ASI harus dalam waktu 1 jam pertama
kelahiran.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Sebaiknya
pemberian ASI harus dalam waktu 1 jam pertama kelahiran.
5) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat, yang paling ideal adalah
bersama dengan ibunya agar menjaga kehangatan tubuh bayi,
65. 56
mendorong ibu agar segera menyusui bayinya, dan mencegah
paparan infeksi pada bayi.
6) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti tubuh
bayi dengan kain yang kering dan bersih. Berat badan bayi dapat
dinilai dari selisih berat bayi dikurangi dengan kain selimut bayi
yang digunakan. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam
setelah lahir. (Rukiyah dan Yulianti , 2012; h. 11).
7) Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
cukup cairan karena makanan yang dibutuhkan oleh ibu nifas sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan dalam tubuh supaya tubuh
dalam keadaan sehat. Tujuan pemberian makanan pada ibu nifas
adalah untuk memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI yang
bernilai gizi tinggi, mempercepat penyembuhan luka, dan
mempertahankan kesehatan.
Hidangan bergizi yang dibutuhkan ibu menyusui terdiri atas zat
tenaga (Hidrat arang, lemak, protein nabati seperti kacang-kacangan,
tahu, tempe, kedelai dan hewani seperti telur, daging, ikan dan
sebagainya), zat pembangun (protein, vitamin, mineral, air), dan zat
pengatur atau pelindung (vitamin, air, dan mineral).
(Roito et.all, 2013;h. 83).
Catatan: Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi yang baru lahir selama 2 jam pertama
66. 57
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil.
(Dewi dan Sunarsih, 2011;h. 4-5).
B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
1. Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen kebidanan
adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis
dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak
baik klien maupun pemberi asuhan.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, ketrampilan, dalam rangkaian
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan
oleh Halen Varney dalam buku verney’s midwiferi, edisi ketiga tahun
1997; menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri
dari tujuh langkah yang berurutan secara sistematis dan siklik.
(Soepardan, 2007; h. 96)
67. 58
2. Langkah Dalam Manajemen Kebidanan Menurut Halen Varney
a. Pengkajian
Padalangkah pertama ini, semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien telah dikumpulkan.
Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesa. Anamnesa
adalah pengkajian dalam rangka mendapat data tentang pasien melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
Anamnesadapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut:
1) Auto anamnesa
Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien secara
langsung. Jadi, data yang diperoleh adalah data primer karena
langsung dari sumbernya.
2) Allo anamnesa
Merupakan anamnesa yang dilakukan pada keluarga pasien untuk
memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan darurat
ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang
akurat. (Sulistyawati, 2009; h. 111)
a) Data subjektif
(1) Biodata
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien
(anamnesa) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (allo
anamnesa). (Wildan dan Hidayat, 2013; h. 34).
68. 59
Biodata yang mencakup identitas pasien
(a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan.
(b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan
umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dan komplikasi dalam masa nifas.
(c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau menyarankan pasien dalam berdoa.
(d) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari.
(e) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
69. 60
(f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut.
(g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
(2) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada
jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.
(3) Riwayat kesehatan
(a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti
Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat
mempengaruhi pada masa nifas ini.
(b) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang ada hubungannya pada masa nifas
dan bayinya.
70. 61
(c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini dipengaruhi untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertai.
(4) Status perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah
syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang
jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas.
(5) Riwayat obstetrik
(a)Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Berapakali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,
cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan
nifas yang lalu.
Mendorong kesehatan reproduksi yang optimal
Kehamilan sebaiknya dengan interval lebih dari 2 tahun
Jangan hamil sebelum usia 20 tahun atau setelah 35 tahun
Jumlah kehamilan, kelahiran 2 sampai 3 orang mempunyai
optimalisasi kesehatan.
Hindari melakukan abortus illegal.
(Manuaba et. all,2010; h. 19)
71. 62
(b)Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal
ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh
pada masa nifas saat ini.
(6) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa
nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
(7) Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat
istiadat yang menguntungkan atau merugikan pasien
khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang
makan.
(8) Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya.
Wanita banyak mengalami perubahan emosi/psikologis
selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi
seorang ibu.
72. 63
(9) Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan
selama masa nifas.
(10)Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
(a)Nutrisi dan cairan
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
(b)Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan
bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah.
(c)Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur kebiasaan sebelum tidur misalnya
membaca, mendengar musik, kebiasaan mengkonsumsi
obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang,
istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan
istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.
73. 64
(d)Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena
pada masa nifas mengeluarkan lokhea.
(e)Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada
pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat proses pengambilan alat-alat reproduksi.
Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah
kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing
ketika melakukan ambulasi.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131-137)
b) Data objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus kebidanan, data penunjang: hasil laboratorium seperti
VDRL,HIV, pemeriksaan radiodiagnostik, ataupun USG yang
dilakukan sesuai dengan beratnya masalah. Data yang telah
terkumpul diolah, disesuaikan dengan kebutuhan pasien
kemudian dilakukan pengolahan data, yaitu menggabungkan dan
menghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga
menunjukkan fakta. Tujuan dari pengolahan data adalah untuk
74. 65
menunjukkan fakta berdasarkan kumpulan data. Data yang telah
diolah dianalisis dan hasilnya didokumentasikan.
(Wildan dan Hidayat, 2013; h. 34)
Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan harus
melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan lakukan
secara berurutan.
Lankah-langkah pemeriksaan sebagai berikut:
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan
bidan laporkan dengan criteria sebagai berikut:
(1) Baik
Pasien dimasukkan dalam criteria ini jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan.
(2) Lemah
Pasien dimasukkan dalam criteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi
untuk berjalan sendiri.
75. 66
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien
dari composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
coma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
(Sulistyawati, 2009; h. 121-122)
c) Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya.
(1)Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke
seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal
manusia adalah sistolik 90-120 mmHg dan diastolic 60-80
mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan
darah bisaannya tidak berubah. Perubahan tekanan darah
menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan
oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada
post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post
partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang
terjadi. (Rukiyah et.all, 2011; h. 69)
76. 67
(2)Pernapasan
Pernapasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya
respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa demikian,
tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat
postpartum (>30 x/mnt) mungkin karena adanya ikatan
dari tanda-tanda syok.
(Walyani dan Purwoastuti , 2015; h. 87)
(3)Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80
kali permenit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya
akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100
kali per menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan
adanya kemungkinan infeksi.
(4)Suhu
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan
naik sedikit (37,50
-380
C) sebagai akibat kerja keras
sewaktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.
Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi
biasa.Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik karena
adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak
dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu
tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada
77. 68
endometrium (mastitis, tractus genetalis, atau sistem
lain). (Sulistyawati, 2009; h. 80-81)
d) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapat data objektif.
Data objektif adalah data yang diperoleh dengan melakukan
serangkaian pemeriksaan pada klien. (Martalia, 2014; h. 116)
(1)Muka
Pada daerah muka/wajah dilihat kesimetrisan muka,
apakah kulitnya normal, pucat, sianosis, atau ikhterus.
Bagian muka keadaan normalnya adalah simetris antara
kanan dan kiri. Ketidaksimetrisan muka menunjukkan
adanya gangguan pada saraf ketujuh (nervus fasialis).
(2)Mata
Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk
dan fungsi mata.
(3)Hidung
Hidung dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan
fungsi hidung. Dimulai dari bagian luar hidung. Bagian
dalam, lalu sinus-sinus bila memungkinkan, selama
pemeriksaan klien dalam posisi duduk
(Tambunan dan Kasim, 2012; h. 66-67,79)
78. 69
(4)Mulut dan faring
Pemeriksaan mulut dan faring harus dilakukan dengan
pencahayaan yang baik sehingga dapat melihat semua
bagian dalam mulut. Pengkajian mulut dan faring
sebaiknya dilakukan dengan posisi klien duduk,
pengkajian diawali dengan mengkaji keadaan bibir, gigi,
gusi, lidah, selaput lender, pipi bagian dalam,
palatum/langit-langit mulut, tonsil, kemudian faring.
Namun bila secara inspeksi belum didapatkan data yang
akurat, maka dilakukan pengkajian secara palpasi. Tujuan
dilakukan palpasi adalah untuk mengetahui bentuk dan
kelainan pada mulut yang dapat diketahui dengan palpasi.
Palpasi mulut meliputi pipi, palatum dan lidah.
(Tambunan dan Kasim, 2012; h. 81)
(5)Telinga
Telinga mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran dan
menjaga keseimbangan. Pengkajian telinga secara umum
bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga/membran timpani, dan
pendengaran. Teknik pengkajian yang digunakan
umumnya adalah inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan
pendengaran dilakukan untuk mengetahui fungsi telinga.
79. 70
(6)Leher
Tujuan pengkajian leher adalah untuk mengetahui bentuk
leher, serta organ-organ penting yang berkaitan.
Pengkajian dimulai dengan inspeksi kemudian palpasi.
Inspeksi dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan
kulit termasuk keadaan pucat, ikhterus, sianosis, dan ada
pembengkakan. Pemeriksaan palpasi ditujukkan untuk
melihat apakah ada massa yang teraba pada kelenjar limfe,
kelenjar tiroid, dan trakea.
(Tambunan dan Kasim, 2012; h. 73,83)
(7)Payudara
Pada payudara, terjadi proses loktasi. Dalam hal
melakukan pengkajian fisik dengan perabaan apakah
terdapat benjolan, pembesaran kelenjar, atau abses, serta
bagaimana keadaan putting. (Bahiyatun, 2013; h. 103)
(8)Abdomen
(a)Uterus
Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan
pemeriksaan payudara dilakukan terlebih dahulu
periksa pandang warna perut, pembesaran pada perut,
kemudian lakukan pemeriksaan raba (palpasi) yakni:
periksa ada tidaknya rasa nyeri saat diraba, periksa
kontraksi uterus, kemudian raba tinggi fundus.
80. 71
(Rukiyah et.all, 2011; h. 99)
(b)Nyeri Setelah Kelahiran/Uterus
Setelah anda melahirkan, uterus anda akan memerlukan
agar ia terus berkontraksi untuk mencegah perdarahan.
Kontraksi adalah sama dengan kontraksi sewaktu
persalinan hanya saja sekarang tujuannya berbeda.
Sebagaimana anda ketahui, ketika uterus berkontraksi,
anda akan merasa sakit mules. Inilah yang disebut nyeri
setelah melahirkan. Hal ini akan berlangsung 2 hingga
3 hari setelah melahirkan.
Selain daripada merasa nyeri akibat adanya kontraksi,
anda juga akan melihat bahwa puncak uterus anda akan
menjadi lebih keras seperti sebuah bola didalam perut
anda. Pada saat uterus anda menjadi keras, hal tersebut
berarti bahwa ia berkontraksi dengan baik untuk
menghentikan perdarahan dan bahwa ia sedang dalam
proses pengecilan dan menjadi sembuh.
(Rukiyah et.all, 2011; h. 141-142)
(c)Kandung kemih
Kondisi kandung kemih sangat berpengaruh terhadap
keadaan kontraksi uterus, sehingga pemeriksaan
kandung kemih jangan diabaikan karena jika kontraksi
terhambat oleh kandung keih yang penuh bisa berakibat
81. 72
keluar darah yang cukup banyak (perdarahan),
pemeriksaan kandung kemih dilakukan bersamaan saat
memeriksa pembasaran uterus, jika kandung kemih
penuh anjurkan ibu untuk buang air kecil, jika ibu tidak
bisa buang air kecil secara spontan dapat dikeluarkan
dengan kateter sekali pakai.
(Rukiyah et.all, 2011; h. 100)
(9) Genetalia
(a) Lokhea
Warnanya masih merah, jumlahnya semakin
berkurang dan tidak berbau. Warnanya akan berubah
dan kembali normal seiring berjalannya waktu. Bila
tidak terjadi perubahan dan lokhea tambah banyak,
maka ibu dianjurkan untuk beristirahat atau segera
menghubungi bidan.
(b) Keadaan perineum
Daerah perineum diperiksa kebersihannya, adanya
pembengkakan, serta rasa nyeri.
(c) Anus
Tujuan pengkajian anus adalah untuk mendapatkan
data mengenai kondisi anus dan rectum.
82. 73
(10)Ekstremitas
Dilakukan pemeriksaan terhadap adanya vena varises,
kemerahan pada betis, serta edema.
(Astuti et.all, 2015; h. 46)
b. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga
dapat dirumuskan masalah dan diagnosa yang spesifik. Baik rumusan
diagnosis maupun rumusan masalah keduanyaa harus ditangani,
meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus
mendapatkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita
yang diidentifikasi ileh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah
juga sering menyertai diagnosis. (Soepardan, 2007; h. 99)
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus,
anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas. Data dasar meliputi:
a) Data subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus
atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang
kelihannya.
83. 74
b) Data objektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil
pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital. (Ambarwati dan Wulandari. 2010; h. 141-142).
2) Masalah
Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang
terjadi pada respon ibu terhadap masa nifas. Masalah ini terjadi
belum termasuk dalam rumusan diagnosis yang ada, tetapi masalah
tersebut membutuhkan penanganan bidan, maka masalah
dirumuskan setelah diagnosa. Permasalahan yang muncul merupakan
pernyataan dari pasien, ditunjang dengan data dasar baik subjektif
maupun objektif. (Walyani dan Purwoastuti , 2015; h. 187)
3) Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan
keadaan dan masalahnya. Masalah sering berhubungan dengan
bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.
(Sulistyawati dan Nugraheni, 2010; h. 229).
c. Identifikasi diagnosis dan masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan
terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa , hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu
84. 75
mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi.
Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini.
d. Tindakan segera atau kolaborasi
Pada pelaksanaannya, bidan kadang dihadapkan pada beberapa situasi
yang darurat, yang menuntut bidan harus segera melakukan tindakan
penyelamatan terhadap pasien. Kadang pula bidan dihadapkan pada
situasi pasien yang memerlukan tindakan segera padahal sedang
menunggu intruksi dokter, bahkan mungkin juga situasi pasien yang
memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain.
(Sulistyawati, 2009; h. 132)
e. Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi
wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya, penyuluhan,
konseling dari rujukan untuk masalah-masalah sosial, ekonomi atau
masalah psikososial. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 142-143)
Perencanaan asuhan yang diberikan pada Ny. M adalah:
6-8 jam post partum
85. 76
1) Cegah pedarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Deteksi dan rawat penyebab lain pedarahan, rujuk jika perdarahan
berlanjut.
3) Berikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
4) Pemberian ASI awal
5) Lakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Jaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi yang baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil.
(Sulistyawati, 2009; h.6).
f. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri
maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
(Wildan dan Hidayat, 2013; h.39).
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan pada Ny. D adalah:
6-8 jam post partum
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
86. 77
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lait perdarahan, rujuk jika
perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi yang baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai ibu dan bayinya dalam keadan stabil.
g. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang
telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 147)
Evaluasi asuhan yang diberikan pada Ny. M adalah :
6-8 jam post partum
1) Perdarahan masa nifas sudah dicegah.
2) Deteksi penyebab lain perdarahan sudah dilakukan
87. 78
3) Konseling tentang cara mencegah perdarahan sudah dilakukan
4) Ibu bersedia memberikan ASI awal
5) Hubungan antara ibu dan bayi sudah dilakukan
6) Pencegahan hipotermi sudah dilakukan
7) Petugas sudah tinggal dengan ibu dan bayi selama 2 jam pertama.
C. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN
1. Kompetensi bidan
Berdasarkan Permenkes No. 1464/Menkes/PER/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan serta memperhatikan kompetisi inti bidan
Indonesia yang mengacu kepada kompetisi inti yang telah disusun oleh
ICM, Juni 2011, maka kompetensi bidan di Indonesia dapat diuraikan
sebagai berikut.
1) Bidan mempunyai persaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-
ilmu social, kesehatan masyarakat, dan etik yang membentuk desa dari
asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi
baru lahir, dan keluarganya.
2) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan
yang tanggap terhadap budaya, dan pelayanan menyeluruh di
masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga
yang sehat, perencanaan kehamilan, dan kesiapan menjadi orang tua.
88. 79
3) Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi
dini, pengobatan, atau rujukan dari komplikasi tertentu.
4) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan
yang bersih dan aman, serta menangani situasi kegawatdaruratan
tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi yang baru
lahir.
5) Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu
tinggi terhadap budaya setempat.
6) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada
bayi baru lahir sampai dengan satu bulan.
7) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada
bayi dan balita sehat (satu bulan sampai lima tahun).
8) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada
keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
9) Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan
sistem reproduksi.
2. Undang-undang wewenang bidan
Dalam menjalankan praktiknya bidan berwenang dalam memberikan
pelayanan yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga
89. 80
berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat sesuai dengan peraturan
menteri kesehatan RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010.
a. Pelayanan kebidanan
Berapa pelayanan kebidanan yang diberikan adalah sebagai berikut.
1) Pelayanan kebidanan pada ibu
Pelayanan kebidanan yang diberikan kepada ibu umumnya pada
masa pranikah, prahamil, persalinan, nifas, menyusui, serta masa
interval. Jenis pelayanan yang diberikan antara lain sebagai berikut.
a) Penyuluhan dan konseling
b) Pemeriksaan fisik
c) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.
d) Pertolongan kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil
dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat 1,
preeklamsi ringan, dan anemia ringan.
e) Pertolongan persalinan normal.
f) Pertolongan persalinan abnormal yang mencakupletak sungsang,
partus macet, kepala didasar panggul, ketuban pecah dini (KPD)
tanpa infeksi, perdarahan postpartum, laserasi jalan lahir, distosia
karena inersia uteri primer, serta posterm dan preterm.
g) Pelayanan ibu nifas normal
h) Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta,
renjatan, dan infeksi ringan.
90. 81
i) Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang
meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur, dan penundaan haid.
Pada saat memberikan pelayanan diatas, bidan berwenang dalam hal
berikut.
(a) Memberikan imunisasi
(b) Memberikan suntik pada penyulit kehamilan, persalinan, dan
nifas.
(c) Mengeluarkan plasenta secara manual
(d) Bimbingan senam hamil
(e) Pengeluaran sisa jaringan konsepsi.
(f) Episiotomi
(g) Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat
dua.
(h) Anatomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm
(i) Pemberian infus.
(j) Pemberian suntik IM uterotonika, antibiotika, dan sadatif.
b. Pelayanan kepada anak
Pelayanan yang diberikan kepada anak terutama pada masa bayi baru
lahir, bayi, anak balita, dan prasekolah. Pelayanan yang diberikan
antara lain sebagai berikut.
1) Pemeriksaan bayi baru lahir.
2) Perawatan tali pusat
3) Perawatan bayi
91. 82
4) Resusitasi pada bayi baru lahir.
5) Pemantauan tumbuh kembang anak.
6) Pemberian imunisasi
7) Pemberian penyuluhan.
Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada wilayah
tersebut, bidan dapat memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit
ringan bagi ibu dan anak sesuai dengan kemampuannya.
c. Pelayanan keluarga berencana
Pada saat memberikan pelayanan keluarga berencana, bidan memiliki
wewenang sebagi berikut.
1) Memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi
2) Memberikan pelayanan alat kontrasepsi oral dan kondom
Bidan yang melaksanakan program pemerintah berwenang untuk
memberikan alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) dan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBH).
d. Pelayanan kesehatan masyarakat
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang
untuk hal berikut.
1) Pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak.
2) Memantau tumbuh kembang anak.
3) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.
4) Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama,
merujuk dan memberikan penyuluhan infeksi menular seksual
92. 83
(IMS), penyalahgunaan narkotika psikotropika dan zat adiktif
lainnya (napza), serta penyakit lainnya.
(Aticeh et. all, 2014; h.70-73)
3. Standar pelayanan kebidanan yang berkaitan dengan kasus yang
diambil
1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernapasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan,
dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan
juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
2) Standar 14: Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan
yang diperlukan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu,
dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
3) Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungn
rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
93. 84
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi barulahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB. (Karwati et. all, 2011; h. 80)
94. 85
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDAN IBU NIFAS PADA NY. M UMUR
30 TAHUN P4A0 6 JAM POST PARTUM
DI BPS DESY ANDRIANI, S.Tr.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
Anamnesa Oleh : Komariah
Tanggal : 07 Mei 2016
Pukul : 07.15 WIB
A. Pengkajian
Data Subjektif
1. Identitas
a. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. M : Tn. S
Umur : 30 tahun : 41 tahun
Agama : Islam : Islam
Suku/Bangsa : Lampung : Lampung
Pendidikan : SD : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga : Buruh
Alamat : Jl. Jend. Gatot Subroto, Gg. Irsad, No.56, Pecoh
Raya, Teluk Betung Selatan
85