Skripsi ini membahas kontribusi kompetensi tutor terhadap mutu hasil belajar paket A, B, dan C pada Sekolah Luar Biasa dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat berbasis kearifan lokal di Provinsi Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kompetensi tutor dan upaya meningkatkan kompetensi tutor. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan sampel 94 tutor dan w
Skripsi ini membahas pengaruh motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa SMK. Motivasi belajar dan metode pembelajaran dihipotesiskan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedua faktor tersebut secara bersama-sama dan parsial terhadap prestasi belajar akuntansi siswa.
Skripsi ini membahas analisis butir soal ulangan akhir semester gasal mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kelas VI SD Negeri Dabin 1 Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini menganalisis kualitas butir soal pilihan ganda dan pelaksanaan tes tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa soal-soal pilihan ganda memiliki validitas isi yang tinggi tetapi distribusi ranah k
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...Hayyul Qoyyumuslima
[Ringkasan]
Skripsi ini membahas pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar siswa rumpun bangunan SMK Pancasila I Wonogiri tahun ajaran 2002/2003. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan sampel 30 siswa kelas dua rumpun bangunan. Variabel motivasi belajar dan disiplin sekolah diukur melalui angket yang divalidasi, sedangkan prestasi belajar diukur berdasarkan nilai raport. Hasil
Skripsi ini membahas pengaruh motivasi belajar dan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar akuntansi siswa SMK. Motivasi belajar dan metode pembelajaran dihipotesiskan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedua faktor tersebut secara bersama-sama dan parsial terhadap prestasi belajar akuntansi siswa.
Skripsi ini membahas analisis butir soal ulangan akhir semester gasal mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kelas VI SD Negeri Dabin 1 Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini menganalisis kualitas butir soal pilihan ganda dan pelaksanaan tes tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa soal-soal pilihan ganda memiliki validitas isi yang tinggi tetapi distribusi ranah k
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...Hayyul Qoyyumuslima
[Ringkasan]
Skripsi ini membahas pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar siswa rumpun bangunan SMK Pancasila I Wonogiri tahun ajaran 2002/2003. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan sampel 30 siswa kelas dua rumpun bangunan. Variabel motivasi belajar dan disiplin sekolah diukur melalui angket yang divalidasi, sedangkan prestasi belajar diukur berdasarkan nilai raport. Hasil
Penerapan keterampilan proses terhadap peningkatan keterampilan proses sains ...Soga Biliyan Jaya
Skripsi ini membahas tentang penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA di kelas V MIN 09 Aceh Timur untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri atas 2 siklus. Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas guru dan siswa meningkat dari siklus ke siklus, begitu pula dengan hasil tes keterampilan proses sains
Skripsi ini membahas motivasi kerja guru tidak tetap di beberapa SMA swasta di Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memotivasi guru tidak tetap serta menemukan solusi mengenai harapan masa depan mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui wawancara dengan guru tidak tetap yang berpengalaman lebih dari 10 tahun. Hasilnya menunjukkan bah
Skripsi ini membahas upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa kelas VII melalui pendekatan investigasi. Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan subjek siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Depok Sleman. Hasilnya menunjukkan peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa setelah diterapkannya pendekatan investigasi.
Tesis ini membandingkan model pembelajaran TGT dan NHT untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 4 Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan sampel satu kelas. Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa menggunakan model TGT lebih tinggi dibandingkan model NHT pada semua aspek yang diukur.
Skripsi ini membahas peningkatan pembelajaran senam lantai guling depan melalui pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) untuk siswa kelas V SD Negeri Windusari I Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan motorik halus siswa dalam melakukan gerakan senam lantai guling depan.
Skripsi ini membahas hubungan antara promosi jabatan dengan kinerja karyawan pada PT Matra Optima Securindo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh promosi jabatan terhadap kinerja karyawan di perusahaan tersebut. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik untuk menguji hubungan antara variabel promosi jabatan dan kinerja.
Skripsi ini membahas pendidikan nilai dalam pengembangan pendidikan Islam melalui analisis novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Tujuannya adalah menganalisis nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel tersebut dan relevansinya dengan pendidikan Islam. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi untuk mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan dalam novel Laskar Pelangi.
Penanaman kedisiplinan melalui program kegiatan hansek (ketahanan sekolahdamarpstika
Skripsi ini membahas penanaman kedisiplinan melalui program kegiatan HANSEK (Ketahanan Sekolah) di SMK Negeri 7 Semarang. Program ini bertujuan untuk menanamkan sikap disiplin pada siswa dan mengatasi berbagai ancaman dan gangguan baik internal maupun eksternal sekolah. Penelitian menemukan bahwa sikap disiplin siswa sudah baik melalui berbagai kegiatan HANSEK seperti senam, baris ber
Tesis ini membahas analisis sensitivitas dan ketidakpastian dalam program linier. Program linier merupakan salah satu alat analisis penting dalam riset operasi dan manajemen. Model program linier didasarkan pada data numerik yang merupakan aproksimasi kuantitas sulit diestimasi sehingga mengandung ketidakpastian. Oleh karena itu, analisis sensitivitas penting untuk mengetahui dampak perubahan data terhadap solusi optimal.
1. Game puzzle rangka manusia digunakan dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 4 MI Medan Tembung. Pembelajaran konvensional menyebabkan rendahnya prestasi.
2. Data nilai siswa menunjukkan tingkat kelulusan rendah, hanya 45% pada 2010/2011 dan 28% pada 2011/2012. Game puzzle diharapkan meningkatkan minat dan prestasi siswa.
Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...Operator Warnet Vast Raha
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN 9 Maginti tentang konsep energi bunyi melalui pendekatan keterampilan proses. Peneliti menganalisis masalah yang terjadi pada proses pembelajaran konsep energi bunyi yang semula hanya menggunakan metode ceramah dan kurang melibatkan siswa secara langsung. Peneliti melakukan tindakan perbaikan dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses yang
1. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sosial anak melalui permainan menjala ikan di TK Dharma Wanita Labunia.
2. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama 4 minggu.
3. Hasilnya menunjukkan peningkatan kemampuan sosial anak yaitu kerja sama, empati, dan kemampuan berbicara di depan kelas.
Penerapan keterampilan proses terhadap peningkatan keterampilan proses sains ...Soga Biliyan Jaya
Skripsi ini membahas tentang penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA di kelas V MIN 09 Aceh Timur untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri atas 2 siklus. Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas guru dan siswa meningkat dari siklus ke siklus, begitu pula dengan hasil tes keterampilan proses sains
Skripsi ini membahas motivasi kerja guru tidak tetap di beberapa SMA swasta di Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memotivasi guru tidak tetap serta menemukan solusi mengenai harapan masa depan mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui wawancara dengan guru tidak tetap yang berpengalaman lebih dari 10 tahun. Hasilnya menunjukkan bah
Skripsi ini membahas upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa kelas VII melalui pendekatan investigasi. Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan subjek siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Depok Sleman. Hasilnya menunjukkan peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa setelah diterapkannya pendekatan investigasi.
Tesis ini membandingkan model pembelajaran TGT dan NHT untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 4 Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan sampel satu kelas. Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa menggunakan model TGT lebih tinggi dibandingkan model NHT pada semua aspek yang diukur.
Skripsi ini membahas peningkatan pembelajaran senam lantai guling depan melalui pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) untuk siswa kelas V SD Negeri Windusari I Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan motorik halus siswa dalam melakukan gerakan senam lantai guling depan.
Skripsi ini membahas hubungan antara promosi jabatan dengan kinerja karyawan pada PT Matra Optima Securindo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh promosi jabatan terhadap kinerja karyawan di perusahaan tersebut. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik untuk menguji hubungan antara variabel promosi jabatan dan kinerja.
Skripsi ini membahas pendidikan nilai dalam pengembangan pendidikan Islam melalui analisis novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Tujuannya adalah menganalisis nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel tersebut dan relevansinya dengan pendidikan Islam. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi untuk mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan dalam novel Laskar Pelangi.
Penanaman kedisiplinan melalui program kegiatan hansek (ketahanan sekolahdamarpstika
Skripsi ini membahas penanaman kedisiplinan melalui program kegiatan HANSEK (Ketahanan Sekolah) di SMK Negeri 7 Semarang. Program ini bertujuan untuk menanamkan sikap disiplin pada siswa dan mengatasi berbagai ancaman dan gangguan baik internal maupun eksternal sekolah. Penelitian menemukan bahwa sikap disiplin siswa sudah baik melalui berbagai kegiatan HANSEK seperti senam, baris ber
Tesis ini membahas analisis sensitivitas dan ketidakpastian dalam program linier. Program linier merupakan salah satu alat analisis penting dalam riset operasi dan manajemen. Model program linier didasarkan pada data numerik yang merupakan aproksimasi kuantitas sulit diestimasi sehingga mengandung ketidakpastian. Oleh karena itu, analisis sensitivitas penting untuk mengetahui dampak perubahan data terhadap solusi optimal.
1. Game puzzle rangka manusia digunakan dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 4 MI Medan Tembung. Pembelajaran konvensional menyebabkan rendahnya prestasi.
2. Data nilai siswa menunjukkan tingkat kelulusan rendah, hanya 45% pada 2010/2011 dan 28% pada 2011/2012. Game puzzle diharapkan meningkatkan minat dan prestasi siswa.
Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...Operator Warnet Vast Raha
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN 9 Maginti tentang konsep energi bunyi melalui pendekatan keterampilan proses. Peneliti menganalisis masalah yang terjadi pada proses pembelajaran konsep energi bunyi yang semula hanya menggunakan metode ceramah dan kurang melibatkan siswa secara langsung. Peneliti melakukan tindakan perbaikan dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses yang
1. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sosial anak melalui permainan menjala ikan di TK Dharma Wanita Labunia.
2. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama 4 minggu.
3. Hasilnya menunjukkan peningkatan kemampuan sosial anak yaitu kerja sama, empati, dan kemampuan berbicara di depan kelas.
Skripsi ini membahas hubungan antara kreativitas dan gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SMP. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kreativitas, gaya belajar, dan prestasi belajar matematika siswa serta hubungan antara kreativitas dan gaya belajar dengan prestasi belajar matematika. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif melalui angket dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
Skripsi ini membahas tentang implementasi penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta. Penelitian ini mengkaji pelaksanaan PAI di sekolah tersebut, kendala yang dihadapi, dan bagaimana pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Hasilnya, penelitian tindakan kelas yang dilakukan meliputi delapan langkah yaitu ide awal, prasurvey, diagnosis, perencanaan, implement
Skripsi ini membahas tentang implementasi penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta. Penelitian ini mengkaji pelaksanaan PAI di sekolah tersebut, kendala yang dihadapi, dan bagaimana pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Hasilnya, penelitian tindakan kelas yang dilakukan meliputi delapan langkah yaitu ide awal, prasurvey, diagnosis, perencanaan, implement
Skripsi ini membahas pengaruh model pembelajaran Connecting Organizing Reflecting Extending (CORE) berbantuan Game Based Learning (GBL) terhadap kemampuan pemahaman konsep dan disposisi matematis siswa SMP. Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperimental dengan sampel kelas eksperimen dan kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan model pembelajaran CORE berbantuan GBL terhadap kemampuan pemahaman konsep dan peningkatan
Skripsi ini membahas hubungan antara profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa di MTs Al-Jamii'ah Tegallega Cidolog Sukabumi. Profesionalisme guru meliputi kemampuan merencanakan pelajaran, menguasai materi, mengelola proses pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Prestasi belajar diukur dari nilai siswa dalam mata pelajaran Fiqih. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif ant
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...Muhamad Yogi
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BERKONSTITUSI PESERTA DIDIK (Penelitian Kualitatif Deskriptif di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Nagreg)
Karya tulis ilmiah ini membahas gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Wapunto, Kabupaten Muna. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan subjek 61 ibu yang memiliki bayi yang sudah divaksin campak. Hasilnya menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi campak masih perlu ditingkatkan agar cakupan vaksinasi bayi dapat terpenuhi.
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAER...Warnet Raha
Karya tulis ilmiah ini membahas gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi campak pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Wapunto, Kabupaten Muna. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan subjek 61 ibu yang memiliki bayi yang sudah divaksin campak. Hasilnya menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi campak masih perlu ditingkatkan agar cakupan vaksinasi bayi dapat terpenuhi.
Projeck based learning WIsma (1013011017)Wisma Morgans
Skripsi ini membahas pengaruh model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning/PjBL) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X di SMK Negeri 3 Singaraja. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan model PjBL memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika yang lebih tinggi dibandingkan dengan model konvensional.
Penelitian Sosial Pengaruh Kinerja Guru yang Bersertifikat dan Belum Berserti...Non Formal Education
Laporan ini mengkaji kinerja guru terhadap hasil belajar siswa di pendidikan dasar dan menengah di Provinsi Banten. Penelitian dilakukan di empat kabupaten/kota yaitu Pandeglang, Lebak, Tangerang, dan Serang dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara guru
Makalah ini membahas tentang pengelolaan keuangan di sekolah yang meliputi pengertian, tujuan, prinsip, dan fungsi pengelolaan keuangan serta penerapannya di sekolah.
Falsifikasionisme adalah pandangan bahwa ilmu yang didapat dari observasi belum tentu benar dan dapat dibuktikan salah dengan penalaran, bertentangan dengan paham induktif yang menganggap observasi dapat membuktikan kebenaran ilmu. Falsifikasionisme menekankan pentingnya mencari kesalahan dalam teori melalui observasi untuk memajukan ilmu.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Kontribusi kompetensi tutor terhadap mutu hasil belajar kesetaraan paket a, b, dan c pada skb dan
1. KONTRIBUSI KOMPETENSI TUTOR TERHADAP MUTU
HASIL BELAJAR KESETARAAN PAKET A, B, DAN C PADA
SKB DAN PKBM BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI
PROVINSI BANTEN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Luar Sekolah
WULAN RAHMAWATI
2221131832
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
2.
3.
4.
5.
6. MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Berusaha melakukan yang terbaik hari ini, esok dan seterusnya,
tetap menjadi bulan yang bermanfaat untuk semua orang”
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia
lainnya. (HR. Thabrani & Daruquthni)
Persembahan
Untuk kedua orang tua tercinta Bapak Ada
Supriatna dan Ibu Mamah
Untuk Kakak-kakak tercinta Rohyat Suhala,
Ayi Carmana, Dadang, dan Lina Darlina
7. i
ABSTRAK
Wulan Rahmawati, Kontribusi Kompetensi Tutor Terhadap Mutu Hasil Belajar
Kesetaraan Paket A, B, dan C Pada SKB dan PKBM Berbasis Kearifan Lokal di
Provinsi Banten. Skripsi. Serang. Program Sarjana Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, 2017. Pembimbing I: Prof. Dr. Sudadio, M.Pd, Pembimbing II: Dr. H.
Irwan Djumena, M.Pd.
Keberhasilan manajemen pembelajaran sangat ditentukan oleh manusianya (the
man behind) yang dalam pendidikan nonformal dikenal dengan sebutan tutor.
Berkaiatan dengan hal tersebut, maka menarik bagi peneliti untuk melakukan
penelitian yang memfokuskan pada kajian mengenai "Bagaimana Kontribusi
Kompetensi Tutor Terhadap Mutu Hasil Belajar Kesetaraan Paket A, B, dan C
pada SKB dan PKBM Berbasis Kearifan Lokal di Provinsi Banten". Oleh sebab
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kontribusi kompetensi tutor
terhadap mutu hasil belajar, dan (2) upaya meningkatkan kompetensi tutor pada
pendidikan kesetaraan paket A, B, dan C pada SKB dan PKBM berbasis kearifan
lokal di Provinsi Banten. Bila dilihat berdasarkan analisis dan jenis datanya maka
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif kualitatif. Sampel penelitian ini terdiri
dari 94 orang tutor kesetaraan paket A, B dan C pada 3 SKB dan 11 PKBM, dan
sumber data penelitian kualitatif sebanyak 11 orang tutor dari 3 SKB dan 9
PKBM berbasis kearifan lokal di Provinsi Banten. Teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner, wawancara, pedoman observasi, wawancara tidak
terstruktur, dokumentasi, dan pedoman telaah dokumen. Penelitian ini melibatkan
variabel bebas yaitu kompetensi tutor (X) dan variabel terikat yaitu hasil belajar
(Y). Langkah-langkah pengumpulan data yakni tahap persiapan, tahap
pelaksanaan. Teknik pengolahan data kuantitatif yakni skala pengukuran,
komputerisasi dan tabel statistik, uji instrumen dan uji statistik. Untuk
menganalisis data yang didapat peneliti menggunakan rumus statistic korelasi
Product Moment. Sedangkan teknik pengolahan dan analisis data kualitatif
penelitian ini diantaranya tahap reduksi, penyajian data, tahap verifikasi, dan
validitas data. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa (1) kontribusi
kompetensi tutor terhadap hasil belajar memiliki kontribusi yang tinggi yakni
sebesar 0,638. Dan terdapat hubungan yang signifikan berdasarkan hasil
pengujian hipotesis antara kompetensi tutor dengan mutu hasil belajar di dapat
thitung>ttabel 7,941>1,662. Hasil analisis regresi linier didapat persamaan
Y=53,773+0,507X. (2) tutor telah berupaya meningkatkan kompetensi dengan
mengikuti pelatihan, seminar, workshop, dan studi banding rutin dalam setahun.
Kata kunci: kompetensi, hasil belajar
8. ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan dan kekuatan untuk
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kontribusi Kompetensi Tutor
Terhadap Mutu Hasil Belajar Kesetaraan Paket A, B, Dan C Pada SKB Dan
PKBM Berbasis Kearifan Lokal Di Provinsi Banten". Skripsi ini merupakan salah
satu persyaratan yang harus ditempuh oleh mahasiswa untuk dapat menyelesaikan
pendidikan strata 1 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali
kesulitan yang dihadapi penulis, terutama pada pengumpulan data dan referensi
yang tepat, sehingga terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Karena
rahmat dan hidayah Allah SWT dan berbagai pihak yang telah mendorong penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini, maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Bantuan moril, materil, tenaga serta pikiran dari berbagai pihak memegang
peran sangat berarti sehingga terselesaikannya skripsi ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M. Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Bapak Dr. H. Aceng Hasani, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
9. iii
3. Bapak Prof. Dr. Sudadio, M.Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sekaligus
dosen pembimbing I yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing dan
memotivasi penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
4. Bapak Drs. H. Irwan Djumena, M.Pd, dosen pembimbing II yang selalu
meluangkan waktu untuk membimbing dan memotivasi penulis sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Ika Rizqi Meilya, M.Pd, Ibu Herliana Siregar, M.Pd dan Bapak Ahmad
Fauzi, M.Pd tim peneliti dosen dan mahasiswa jurusan PLS, yang telah
memberikan pengarahan, masukan, bimbingan, saran dan kritikan selama
penelitian.
6. Bu yani yang selalu membantu dalam proses administrasi dan memberikan
semangat dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Prodi Pendidikan Luar Sekolah Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa yang dengan ikhlas memberikan bekal dan
pengetahuan selama perkuliahan.
8. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dan Bapak Muhamad Nuh, Selaku
Presiden dan Menteri Pendidikan periode 2010-2014 yang menyelenggarakan
program Beasiswa Pendidikan bagi Mahasiswa Miskin Berprestasi (BIDIK
MISI), berkat beasiswa tersebut penulis bisa melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi dan bisa mewujudkan cita-cita penulis.
10. iv
9. Bapak Jamal dan Ibu Gina Fitria, S.Pd, selaku staff kemahasiswaan Untirta
pengelola beasiswa bidikmisi yang telah berusaha dalam memperjuangkan
hak-hak untuk mahasiswa Bidikmisi di Untirta.
10. Kedua orangtuaku tercinta, yaitu Bapak Ada Supriatna dan Ibu Mamah
dengan kasih sayangnya yang tulus memberikan semangat, materi, moral, do’a
dan perhatiannya yang tidak pernah putus.
11. Kakak – kakak tercinta yaitu Rohyat Suhala, Ayi Carmana, Dadang, dan Lina
Darlina yang selalu menyayangi dan memberikan motivasi kepada penulis.
12. Terimakasih kepada kepala dan tutor SKB Kota Serang, SKB Kabupaten
Serang, SKB Pandeglang, PKBM Paja Mandiri, PKBM An-Nisa, PKBM Al-
Firdaus, PKBM Al-Ikhlas, PKBM Al-Jazirah, PKBM Insan Madani, PKBM
Al-Kahfi, PKBM Tunas Pulosari, PKBM Berkah, PKBM Al- A’raf, dan
PKBM Nurul Iman yang telah membantu, memberikan arahan dan saran –
sarannya selama proses penelitian.
13. Tim Peneliti Mahasiswa (Lulu Putri Utami, Ema Noviah, Dede Rohmawati,
Fathin Hilman dan Didi Juhdi Sutisna) yang telah bekerja sama selama
penelitian payung.
14. Keluarga Besar Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2013, terutama
sahabat – sahabatku (Anita, Ayu, Dedeh, Elin dan Vina).
15. Keluarga Besar Ikatan Keluarga Mahasiswa Bidikmisi (IKADIKSI) Untirta,
terutama para senior (Ka Ansor, Ka Maskin, Ka Diles, dll), pengurus Inti
Kabinet Kita Hebat (Hermawan, Mira, Heny, Rena, Tuifah) teman-teman
seperjuangan angkatan 2013 (Elma, Cepi, Sela, Irfan, dll) dan adik-adikku
11. v
tercinta (zelin, rohayati, Afista, Eha, Tb, dll) yang penulis tidak bisa sebutkan
satu persatu terima kasih atas kekeluargaan, kebersamaan, doa, arahan dan
motivasinya. “salam semngat Berprestasi!”.
16. Seseorang yang selalu hadir menyemangati, mendampingi, membimbing
terimakasih atas segala do’a, bantuan dan cinta kasih sayangnya.
17. Teman kostan Miratunasuha dan adik – adik kostan (Aas, Menia, Nur, Lilis,
April, Ina) terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan
dari Allah SWT, Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
skripsi ini sangat penulis harapkan dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Penulis
12. vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ...........................................................................................6
C. Rumusan Masalah ..............................................................................................6
D. Tujuan Penelitian................................................................................................7
E. Kegunaan Penelitian...........................................................................................7
F. Sistematika Penulisan.........................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................9
A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ......................................................................9
B. Kontribusi .........................................................................................................20
C. Kompetensi........................................................................................................21
D. Mutu ..................................................................................................................42
13. vii
E. Hasil Belajar ......................................................................................................48
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................57
A. Metode dan Pendekatan Penelitian....................................................................57
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................................58
C. Populasi dan Sampel..........................................................................................61
D. Langkah – langkah Pengumpulan Data.............................................................64
E. Teknik dan Pedoman Pengumpulan Data..........................................................65
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...............................................................74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................... 84
A. Deskripsi Umum Hasil Penelitian .................................................................... 84
B. Deskripsi Khusus Hasil Penelitian ................................................................... 91
C. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................................... 130
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 136
A. Simpulan.......................................................................................................... 136
B. Saran................................................................................................................ 137
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 139
LAMPIRAN – LAMPIRAN
14. viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Tempat Penelitian…………………………………………………….............. 59
Tabel 3.2: Tempat Penelitian.............................................................................................. 60
Tabel 3.3 : Sampel Penelitian……………………………………………......................... 62
Tabel 3.4 : Alternatif Jawaban……………………………………………........................ 66
Tabel 3.5 : Instrumen Kompetensi Tutor……………………………………………........ 72
Tabel 3.6 : Kisi – kisi Instrumen Penelitian Kontribusi Kompetensi Tutor Terhadap
Mutu Hasil Belajar………………………….…............................................... 72
Tabel 3.7 : Instrumen Hasil Belajar................................................………………………. 73
Tabel 3.8 : Kisi – kisi Instrumen Penelitian Kontribusi Kompetensi Tutor Terhadap
Mutu Hasil Belajar.......................................…………………………………. 73
Tabel 3.9 : Kisi – kisi Instrumen Penelitian Upaya Meningkatkan Kompetensi
Tutor.......................................................................................…………........... 74
Tabel 3.10 : Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien
Korelasi……..................................................................................……........... 77
Tabel 4.1 Jumlah Satuan Pendidikan Berdasarkan Bentuk Pendidikan (PKBM)............. 86
Tabel 4.2 Jumlah Satuan Pendidikan Berdasarkan Bentuk Pendidikan (SKB)................. 87
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………………………. 88
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia…………………………………. 88
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir…………........... 88
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja…………………………. 89
Tabel 4.7 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait 92
15. ix
Menumbuhkan Semangat Belajar pada Peserta Didik………………………..
Tabel 4.8 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Pemberian Arahan pada Peserta Didik………………………………….......... 92
Tabel 4.9 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Menciptakan Suasana Belajar Interaktif……………………………………… 93
Tabel 4.10 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Pembuatan Silabus dan RPP…………………………………………….......... 93
Tabel 4.11 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Menentukan Materi Pembelajaran sesuai dengan Kurikulum………………... 94
Tabel 4.12 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Evaluasi Proses Pembelajaran………………………………………………... 94
Tabel 4.13 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Penilaian Terhadap Peserta Didik……………………………………….......... 95
Tabel 4.14 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Penampilan dalam Setiap Pertemuan Pembelajaran………………………….. 95
Tabel 4.15 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Bertindak sesuai Norma………………………………………………………. 96
Tabel 4.16 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait Rasa
Kebanggan Menjadi Seorang Pendidik………………………………………. 96
Tabel 4.17 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Memberikan Perlakuan yang Sama Terhadap Peserta Didik………………… 97
16. x
Tabel 4.18 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Melaksanakan Tugas dan Fungsi Pamong Belajar…………………………… 97
Tabel 4.19 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Mengikuti Tata Tertib yang Berlaku di SKB / PKBM……………………….. 98
Tabel 4.20 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Penguasaan Materi Mata Pelajaran…………………………………………… 98
Tabel 4.21 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Penggunaan Kata dalam Penyampaian Materi Pembelajaran………………... 99
Tabel 4.22 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Pelibatan Peserta Didik dalam Kegiatan Pembelajaran…………………......... 99
Tabel 4.23 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Memotivasi Peserta Didik untuk selalu Giat dan Semangat dalam Mengikuti
Pelajaran……………………………………………………………………… 100
Tabel 4.24 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Memberikan Apresiasi Kepada Peserta Didik………………………………... 100
Tabel 4.25 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Pendampingan Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan dalam Belajar......... 101
Tabel 4.26 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Peneguran Peserta Didik yang tidak Memperhatikan Pelajaran……………… 101
Tabel 4.27 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Penggunaan Alat atau Media Pembelajaran………………………………….. 102
17. xi
Tabel 4.28 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Aktif Mengikuti Kegiatan Seminar, Diklat Lokakarya dan lain- lain………... 102
Tabel 4.29 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Menjalin Komunikasi yang Baik……………………………………………... 103
Tabel 4.30 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Mampu Menjelaskan Materi Pelajaran dengan Tepat………………………... 103
Tabel 4.31 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor Terkait
Materi Pembelajaran………………………………………………………….. 104
Tabel 4.32 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Peluang Kerja Peserta Didik dengan Ragam Permasalahan Masyarakat…….. 104
Tabel 4.33 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Penyelesaian Masalah atau Konflik di Masyarakat…………………………... 105
Tabel 4.34 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Pengetahuan Tentang Budaya dan Tradisi Masyarakat…………………......... 105
Tabel 4.35 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kegiatan yang Direspon Baik oleh Masyarakat……………………………… 106
Tabel 4.36 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Hubungan Individu dan Sosial antar Tutor di SKB/PKBM Terjalin Baik…… 106
Tabel 4.37 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Menunjukkan Substansi/ Isi Materi
Pembelajaran……………………………………………………………......... 107
18. xii
Tabel 4.38 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan peserta didik dalam Membandingkan Substansi/ Isi Materi
Pembelajaran……………………………………………………………......... 108
Tabel 4.39 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Menggabungkan Substansi/ Isi Materi
Pembelajaran……………………………………………………………......... 108
Tabel 4.40 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Menyebutkan Substansi/ Isi Materi
Pembelajaran……………………………………………………………......... 109
Tabel 4.41 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Menjelaskan Substansi/ Isi Materi
Pembelajaran…………………………………………………………………... 109
Tabel 4.42 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Memahami Substansi/ Isi Materi
Pembelajaran……………………………………………………………......... 110
Tabel 4.43 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Mendefinisikan kembali Menggunakan
Interpretasi Sendiri Substansi/ Isi Materi Pembelajaran……………………… 110
Tabel 4.44 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Memberikan Contoh Substansi/ Isi Materi
Pembelajaran…………………………………………………………………. 111
19. xiii
Tabel 4.45 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Menguraikan Substansi/ Isi Materi
Pembelajaran……………………………………………………………......... 111
Tabel 4.46 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Mengklasifikasikan Substansi/ Isi Materi
Pembelajaran……………………………………………………………......... 112
Tabel 4.47 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Menghubungkan Materi – Materi
Pembelajaran dengan Realitas kehidupan sehari – hari………………………. 112
Tabel 4.48 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Menyimpulkan Substansi Isi Materi
Pembelajaran……………………………………………………………......... 113
Tabel 4.49 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam membuat Prinsip Umum Isi Materi
Pembelajaran……………………………………………………………......... 113
Tabel 4.50 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Menunjukkan Sikap Menerima
Pembelajaran……………………………………………………………......... 114
Tabel 4.51 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Menunjukkan Sikap Kesediaan dalam
Pembelajaran……………………………………………………………......... 114
20. xiv
Tabel 4.52 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Menunjukkan Sikap Kesediaan
Memanfaatkan Hasil Pembelajaran dalam kehidupan sehari – hari………….. 115
Tabel 4.53 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Menganggap Penting dan Bermanfaat
Proses Pembelajaran………………………………………………………….. 115
Tabel 4.54 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Melakukan Pedalaman Materi
Pembelajaran……………………………………………………………......... 116
Tabel 4.55 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Melakukan Penghayatan terhadap
Materi Pembelajaran………………………………………………….............. 116
Tabel 4.56 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Keterampilan Bergerak dan
Bertindak……………………………………………………………………... 117
Tabel 4.57 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Mengkoordinasikan Panca Indra………… 117
Tabel 4.58 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Kecakapan Ekspresi Verbal……………… 118
Tabel 4.59 Distribusi Persentase Jawaban Pengisian Kuoesioner oleh Tutor terkait
Kemampuan Peserta Didik dalam Kecakapan Ekspresi Non-Verbal………… 118
21. xv
Tabel 4.60 Uji Validitas Variabel X (Kompetensi Tutor)…………………………......... 119
Tabel 4.61 Uji Validitas Variabel Y (Hasil Belajar)……………………………………... 121
Tabel 4.62 Uji Reliabilitas Variabel X (Kompetensi Tutor)………………………......... 122
Tabel 4.63 Uji Reliabilitas Variabel Y (hasil Belajar)…………………………………… 122
Tabel 4.64 Perbandingan Nilai Koefisien Alpha dengan Niai Cronbach’s Alpha……….. 123
Tabel 4.65 Koefisien Korelasi Kompetensi Tutor dengan Hasil Belajar…........................ 123
Tabel 4.66 t.Hitung antara Kompetensi Tutor dengan Hasil Belajar…………….............. 124
Tabel 4.67 Uji Normalitas Kolmogorov-Simirnov…......………………………………… 125
Tabel 4.68 Regresi Linier......................................................…………………………….. 128
22. xvi
DAFTAR GAMBAR
Tabel 4.1 : Peta Administratif Provinsi Banten………………………………………....... 84
Tabel 4.2: Grafik Histogram Uji Normalitas...................................................................... 126
Tabel 4.3 Grafis Garis Uji Normalitas............................................................................... 127
23. xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
A.1 SK Pembimbing Penyusunan Skripsi
A.2 Permohonan Penelitian Tugas Akhir
A.3 Surat Keterangan Ujian Seminar Proposal
A.4 Buku Bimbingan Skripsi
A.5 Surat Keterangan Lunas SPP
A.6 Surat Balasan dari Lembaga SKB dan PKBM
Lampiran B
B.1 Kuesioner
B.2 Pedoman Wawancara
B.3 Pedoman Observasi
B.4 Tabulasi Data Penelitian
B.5 Distribusi t
B.6 Tabel r
Lampiran C
C.1 Profil SKB Kota Serang
C.2 Profil SKB Kab. Serang
C.3 Profil SKB Kab. Pandeglang
C.4 Profil PKBM Al – Firdaus
C.5 Profil PKBM Insan Madani
C.6 Porfil PKBM Al – Kahfi
24. xviii
C.7 Profil PKBM Berkah
C.8 Profil PKBM Tunas Pulosari
C.9 Profil PKBM Al – Jazirah
C.10 Profil PKBM Nurul Iman
C.11 Profil PKBM Padja Mandiri
C.12 Profil PKBM Cipta Cendekia
C.13 Profil PKBM Bina Insan Kamil
Lampiran D
D.1 Sertifikat Tutor
D.2 Rpp dan Silabus
Lampiran E
Dokumentasi Penelitian
Daftar Riwayat Hidup
25. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal dan informal yang saling melengkapi dan
memperkaya. Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan belajar
membelajarkan yang terorganisasi, sistematis, sengaja, berkelanjutan,
diselengggarakan di luar jalur pendidikan formal dengan tujuan untuk
membantu peserta didik dalam mengaktualisasikan potensi diri dalam bentuk
pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan pelatihan kerja, dan pendidikan kesetaraan.
Menurut Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 26, pendidikan non formal (PNF) adalah
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Salah satu program PNF yang
berperan sebagai pengganti adalah Pendidikan Kesetaraan. Pendidikan
kesetaraan merupakan salah satu program pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA
mencakup program Paket A, Paket B, dan Paket C yang berupaya melayani
peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak
26. 2
pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta bagi penduduk usia
produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidupnya.
Sasaran pendidikan kesetaraan adalah peserta didik usia sekolah untuk
menuntaskan wajib belajar 9 tahun, dan peserta didik dewasa untuk
meningkatkan kecakapan dan taraf hidupnya. Dengan adanya pendidikan
kesetaraan tersebut terkandung hasrat mulia untuk memberi pelayanan
pendidikan sepanjang hayat bagi seluruh warga masyarakat.
Keberhasilan tujuan pendidikan nonformal khususnya pendidikan
kesetaraan ditentukan oleh beberapa komponen. Dan salah satu komponen
penentu mutu pendidikan kesetaraan adalah kompetensi pendidik. Pendidik
atau yang dalam pendidikan kesetaraan dikenal dengan sebutan tutor
merupakan kunci utama keberhasilan sebuah proses pembelajaran pada
semua jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini sesuai dengan penjelasan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1998 dalam (Raharjo, 2005: 16)
tentang pendidik dan tenaga kependidikan menjelaskan bahwa pendidik dan
tenaga kependidikan merupakan unsur penting dalam sistem pendidikan
nasional, namun diantaranya, tenaga pendidik merupakan unsur utamanya.
Diperkuat oleh pendapat Ekosiswoyo (2007: 1) yang menyebutkan bahwa
kunci keberhasilan dalam praktik pembelajaran adalah bagaimana pendidik
yang terlibat didalamnya dikelola sebagai sumber daya manusia utama
pendidikan. Bagaimana baiknya sistem, bagaimanapun lengkapnya sarana
prasarana, dan bagaimanapun hebatnya kurikulum, faktor kuncinya ada di
27. 3
tangan pendidik, sebab pendidiklah the man behind semua komponen
tersebut.
Sama halnya dengan pendidik, tutor pendidikan kesetaraan dituntut
untuk dapat melaksanakan tugas pembelajaran dan menguasai seperangkat
kemampuan atau kompetensi. Kompetensi merupakan karakteristik individu
yang mendasari kinerja atau perilaku di tempat kerja, kinerja di pekerjaan
dipengaruhi oleh pengetahuan pedagogik, kemampuan dan sikap, gaya kerja,
kepribadian, kepentingan, dasar-dasar, nilai sikap, kepercayaan dan gaya
kepemimpinan.
Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan
empat jenis kompetensi, sebagaimana tercantum dalam penjelasan peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan, yaitu:
kompetensi pedagogik dan andragogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Tugas tutor pada pendidikan kesetaraan dan pendidik di sekolah formal pada
prinsipnya memiliki kemiripan, namun ada perbedaan kemampuan dasar yang
harus dimiliki keduanya. Pendidik yang biasa sebagai sumber belajar di
sekolahan kemampuan dasar yang paling utama adalah mengajar, sedangkan
tutor selain mengajar harus memberikan motivasi dan ikut dalam pembinaan,
serta pengelolaan kelompok. Di sekolah semua urusan yang terkait dengan
administrasi dan kepesertadidikan ditangani oleh manajemen sekolah,
sedangkan pada pendidikan kesetaraan peran tutor masih sangat diharapkan
ikut membantu dalam pengelolaan.
28. 4
Menurut Ekosiswoyo (2007: 19) ada lima komponen yang
menentukan hasil belajar peserta didik pendidikan nonformal, yaitu: (1)
kompetensi tutor/trainer, (2) manajemen pembelajaran yang efektif dan
efisien, (3) buku dan sarana belajar yang memadai dan selalu dalam kondisi
siap pakai, (4) fisik dan penampilan ruangan yang baik, dan (5) partisipasi
aktif masyarakat.
Dari data pendidikan kesetaraan menunjukkan bahwa di Provinsi
Banten terdapat 562 kelompok belajar kesetaraan, dengan 11.244 warga
belajar dan 5.058 tutor. Para tutor ini merupakan tenaga volunteer yang tugas
dan keberadaannya sebagai tenaga yang lebih banyak pada aspek pengabdian
dibanding sebagai mata pencaharian. Makna pengabdian di sini adalah: (1)
mereka lebih banyak pengorbanan dibanding dengan imbalannya, (2) menjadi
tutor bukan merupakan profesi yang diraih dengan perjuangan dan
persyaratan tertentu, (3) rekruitmen tutor tidak dilakukan sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki, tetapi lebih ditekankan pada kemauan bukan
kemampuan.
Dari aspek di atas terlihat bahwa kondisi para tutor cukup heterogen.
Dari segi disiplin ilmu mereka mempunyai latar belakang pendidikan yang
berbeda baik jenjang maupun jurusannya, pengalaman dan kemampuan
kerjanya terutama dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Dari segi motivasi kerja mereka terbagi dari hanya sekedar mengisi waktu
luang sampai yang benar-benar serius dalam turut serta mengembangkan
pendidikan di masyarakat khususnya masyarakat lemah. Kondisi heterogen
29. 5
ini, sudah tentu akan berpengaruh terhadap kompetensi seorang tutor dalam
melaksanakan tugas-tugasnya hingga berdampak pada mutu hasil belajar
peserta didik.
Dengan adanya program pendidikan kesetaraan di SKB dan PKBM,
semestinya termasuk pengembangan kompetensi tutornya dilakukan melalui
pelatihan baik oleh Dinas Pendidikan Provinsi maupun oleh lembaga atau
Badan yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan program pelatihan
tutor yang tidak selalu bergantung pada anggaran APBD/APBN agar tutor
bisa meningkatkan kompetensi yang nantinya akan berpengaruh terhadap
hasil belajar warga belajar. Tutor adalah agen pembelajaran yang harus
memiliki kompetensi, agar profesional di dalam menjalankan tugasnya. Oleh
sebab itu tutor pendidikan kesetaraan perlu ditingkatkan kompetensinya,
diantaranya melalui pelatihan, seminar, workshop dan studi banding.
Berdasarkan uraian tersebut, menunjukkan bahwa kompetensi tutor
pendidikan kesetaraan menjadi sorotan utama, karena dapat menentukan
keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian Novauli (2015:45) yang menyebutkan bahwa kompetensi
pendidik/guru dapat memberikan kontribusi atas peningkatan prestasi belajar
mampu menjadi teladan aktif kreatif inovatif dan mempunyai integritas yang
tinggi di sebuah lembaga pendidikan. Selain itu, kompetensi juga
berpengaruh langsung terhadap komitmen kerja seorang pendidik (Sumantri,
2012: 30). Melihat pentingnya kompetensi tutor dalam proses pembelajaran,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang korelasi antara
30. 6
kompetensi tutor terhadap mutu hasil belajar pada pendidikan kesetaraan
paket A, B, dan C berbasis kearifan lokal pada SKB dan PKBM di Provinsi
Banten. Yang mana hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan
sebagai dasar masukan untuk memperbaiki dan atau mengembangkan mutu
pembelajaran di ranah pendidikan nonformal dan pendidikan kesetaraan pada
khususnya guna menciptakan hasil belajar yang efektif dan efisien di dalam
sebuah lembaga satuan pendidikan nonformal dibutuhkan kompetensi tutor
yang baik dalam menyelenggarakan pendidikan kesetaraan paket A, B dan C.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, berikut dapat disajikan beberapa
identifikasi masalah diantaranya adalah:
1. Kondisi tutor di Provinsi Banten cukup heterogen jika dilihat dari segi
latar belakang disiplin ilmu dan pengalaman kerja
2. Masih belum optimalnya hasil belajar peserta didik paket A, B, dan C di
Provinsi Banten.
C. Rumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan
masalahnya yaitu:
1. Bagaimana kontribusi kompetensi tutor terhadap mutu hasil belajar
pendidikan kesetaraan paket A, B, dan C berbasis kearifan lokal pada
SKB/PKBM di Provinsi Banten?
31. 7
2. Bagaimana Upaya meningkatkan kompetensi tutor pada pendidikan
kesetaraan paket A, B, dan C berbasis kearifan lokal pada SKB/PKBM di
Provinsi Banten?
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka hipotesis yang
akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Terdapat kontribusi kompetensi tutor terhadap mutu hasil belajar pendidikan
kesetaraan paket A, B, dan C berbasis kearifan lokal pada SKB/PKBM di
Provinsi Banten.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kontribusi kompetensi tutor terhadap mutu hasil
belajar pendidikan kesetaraan paket A, B, dan C berbasis kearifan lokal
pada SKB/PKBM di Provinsi Banten.
2. Untuk mengetahui upaya meningkatkan kompetensi tutor pada
pendidikan kesetaraan paket A, B, dan C berbasis kearifan lokal pada
SKB/PKBM di Provinsi Banten.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian adalah: secara teori diharapkan dapat menjadi
bahan kajian dan masukan dalam pengambilan berbagai kebijakan untuk
perbaikan, sedangkan secara empiris diharapkan dapat dijadikan bahan
masukan dalam meningkatkan kompetensi tutor pendidikan kesetaraan paket
A, B, dan C di Provinsi Banten.
32. 8
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan proposal ini
adalah sebagai berikut.
Pada BAB I Pendahuluan terdapat latar belakang masalah,
identifikasi masalah, rumusan masalah dan hipotesis, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, sistematika penulisan.
Pada BAB II Tinjauan Teori yang berisi tentang teori-teori dari
indicator- indikator yang terdapat pada judul proposal tersebut, baik definisi
atau apapun yang berhubungan dengan teori tersebut yang meliputi konsep
pendidikan luar sekolah, pengertian kompetensi, pengertian tutor, kompetensi
tutor, upaya meningkatkan kompetensi tutor, definisi hasil belajar, dan faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Pada BAB III Metodelogi Penelitian terdapat metode dan pendekatan
penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik dan
pedoman pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data.
Pada BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini akan
dibahas tentang deskripsi umum hasil penelitian dan juga dibahas mengenai
deskripsi khusus penelitian, selain itu juga di bab ini akan di bahas mengenai
hasil penelitian.
Pada BAB V Simpulan dan Saran, pada bab ini akan di bahas tentang
kesimpulan dan saran, mencakup kesimpulan dari penelitian serta di akhiri
dengan saran-saran.
33. 9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah (PLS) memiliki landasan filosofis.
Landasan filosofi pendidikan luar sekolah merupakan dasar tempat
berpijak, mengkaji, dan menelaah kegiatan pendidikan luar sekolah.
Landasan filosofis pendidikan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh
landasan ideology yang dianut oleh bangsa itu sendiri. Landasan filosofis
Bangsa Indonesia berbeda dengan landasan filosofis pendidikan bangsa
lainnya.
Pancasila sebagai landasan ideologi bangsa, merupakan landasan
pembangunan dan pengembangan pendidikan, baik pendidikan sekolah
maupun pendidikan luar sekolah. Program pembelajaran dalam
pendidikan luar sekolah diharapkan dapat membantu warga belajar
memilih dan mengembangkan wawasan Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan indonesia, Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. (Sudjana
dalam Mustofa Kamil, 2012: 25).
Beberapa ahli mendefiniskan Pendidikan Luar Sekolah dengan
segala aspeknya. Berbagai definisi tersebut dimaksudkan sebagai upaya
34. 10
pendidikan persekolahan. Definisi pendidikan luar sekolah menurut
Coombs dalam (Sudjana, 2004: 22) adalah:
“Setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, diluar
sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara
mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan
yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani
peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan
belajarnya”.
Hal yang hampir senada diungkapkan The South East Asian
Ministery of Education Organization (SEAMO) dalam (Sudjana, 2004:
46), adalah setiap upaya pendidikan dalam arti luas yang di dalamnya
terdapat komunikasi yang teratur dan terarah, diselenggarakan di luar
subsistem pendidikan formal, sehingga seseorang atau kelompok
memperoleh informasi, latihan, dan bimbingan sesuai dengan tingkatan
usia dan kebutuhan hidupnya. Menurut Napitulu yang dikutip oleh
(Sudjana, 2004: 49) mengatakan bahwa pendidikan nonformal adalah
setiap usaha pelayanan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem
sekolah, berlangsung seumur hidup, dijalankan dengan sengaja, teratur,
dan berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi manusia
(sikap, tindak, dan karya) sehingga dapat terwujud manusia seutuhnya
yang gemar belajar-mengajar dan mampu meningkatkan taraf hidupnya.
Pada hakekatnya konsep Pendidikan Luar Sekolah ditandai oleh
karakteristik sebagai berikut: Pertama, pembelajaran bermakna sebagai
bantuan atau bimbingan untuk melayani kebutuhan belajar masyarakat
pada umumnya dengan tidak dibatasi sasaran usia tertentu serta tempat
tertentu dan berlangsung sepanjang hayat. Kedua, tujuan pembelajaran
35. 11
menekankan kepada pemenuhan kebutuhan belajar masyarakat yang
fungsional diluar pendidikan persekolahan, yakni memberikan bekal
pengetahuan, sikap, keterampilan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
martabat kehidupan dalam lingkungan sosial yang lebih luas. Ketiga,
kegiatan belajar merupakan aktivitas yang disengaja serta terorganisir
secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. Keempat, isi program
lebih bersifat aplikatif sesuai dengan kebutuhan sasaran peserta didik.
2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan Luar Sekolah, sebagai kegiatan terorganisir dan
sistematis di luar sub sistem pendidikan sekolah, bertujuan untuk
membantu peserta didik dan masyarakat sehingga mereka selalu belajar
tentang nilai-nilai, sikap, pengetahuan, dan keterampilan fungsional yang
diperlukan untuk mengaktualisasikan diri dan untuk membangun
masyarakat dan bangsa dengan selalu berorientasi pada kemajuan
kehidupan masa depan.
Untuk mencapai kehidupan masa depan yang lebih baik harus ada
upaya dari seseorang untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
secara optimal. Hal ini selaras dengan tujuan Pendidikan Luar Sekolah
yang tercantum dalam PP No. 73 tahun 1991 Bab II Pasal 2, yaitu:
a. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini
mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan
mutu kehidupannya.
36. 12
b. Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan
dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri,
bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan ke tingkat dan jenjang
yang lebih tinggi.
c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi
dalam jalur pendidikan sekolah.
Tujuan pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah menurut Sudjana
(2004:47) adalah: “Untuk mengembangkan pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan nilai-nilai yang memungkinkan bagi seseorang atau
kelompok untuk berperan secara efektif dan efisien dilingkungan
keluarganya, pekerjaannya, masyarakat, dan bahkan negaranya.”
Ada tujuan-tujuan pendidikan luar sekolah yang terfokus pada
pemenuhan kebutuhan belajar tingkat dasar (basic education) semacam
pendidikan keaksaraan, pengetahuan alam, keterampilan vokasional,
pengetahuan gizi dan kesehatan, sikap sosial berkeluarga dan hidup
bermasyarakat, pengetahuan umum dan kewarganegaraan, serta citra diri
dan nilai hidup.
Ada juga tujuan belajar di jalur pendidikan luar sekolah yang
ditujukan untuk kepentingan pendidikan kelanjutan setelah
terpenuhinnya pendidikan tingkat dasar, serta pendidikan perluasan dan
pendidikan nilai-nilai hidup. Contoh program pendidikan luar sekolah
yang ditujukan untuk mendapatkan dan memaknai nilai-nilai hidup
misalnya pengajian, sekolah minggu, berbagai latihan kejiwaan, meditasi,
37. 13
latihan pencarian makna hidup, kelompok hoby, pendidikan kesenian,
dan sebagainya. Dengan program pendidikan ini hidup manusia berusaha
diisi dengan nilai-nilai keagamaan, keindahan, etika dan makna.
(Abdulhak dan Suprayogi, 2012: 44).
Uraian diatas memiliki makna bahwa tujuan penyelenggaraan
Pendidikan Luar Sekolah adalah untuk menyelenggarakan
pembangungan sumber daya semaksimal mungkin agar masyarakat
mampu mengembangkan segala potensi yang dimilikinya baik potensi
dasar maupun potensi penunjang dalam rangka mewujudkan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan negaranya.
3. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan Luar Sekolah termasuk pendidikan kemasyarakatan
yang bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat serta kemampuan
didalam memberikan kesempatan yang lebih luas untuk bekerja dan
berusaha bagi anggota masyarakat. Sudjana (2004: 74) pendidikan luar
sekolah mempunyai fungsi tersendiri terhadap pendidikan persekolahan
diantaranya:
a. Pendidikan nonformal sebagai pelengkap bagi pendidikan
persekolahan, berarti pendidikan luar sekolah melengkapi apa yang
diajarkan dalam pendidikan persekolahan. Kegiatan pendidikan
nonformal yang termasuk sebagai pelengkap diantaranya adalah olah
raga, latihan kesenian, pendidikan keterampilan produktif.
38. 14
b. Pendidikan nonformal sebagai penambah bagi pendidikan
persekolahan, ini berarti pendidikan nonformal sebagai tambahan
terhadap pendidikan persekolahan. Materi yang diperoleh dalam
pendidikan nonformal sebagai tambahan terhadap apa yang
diperoleh dalam pendidikan persekolahan. Adapun jenis kegiatannya
diantaranya adalah latihan kejuruan, kursus-kursus dan sebagainya.
c. Pendidikan sebagai pengganti bagi pendidikan persekolahan, ini
berarti pendidikan nonformal sebagai pengganti pendidikan
persekolahan. Materi yang disajikan adalah materi yang sama
dengan materi pelajaran dalam pelajaran persekolahan. Adapun jenis
kegiatan yang termasuk dalam fungsi ini adalah Kejar Paket.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, fungsi
pendidikan luar sekolah dalam sistem pendidikan Nasional, yaitu sebagai
pelengkap, penambah, pengganti yang mengandung makan bahwa,
pendidikan luar sekolah merupakan sistem pembelajaran yang sangat
demokratis yang dapat memberikan pelayanan pendidikan secara luas
dan tidak terbatas dalam menciptakan proses pendidikan sepanjang hayat.
4. Asas Pendidikan Luar Sekolah
Menurut Sudjana (2004: 9) Asas- asas pendidikan luar sekolah adalah:
a. Asas Kebutuhan
Asas kebutuhan menyangkut kebutuhan hidup manusia
(human needs), kebutuhan pendidikan (educational needs), dan
kebutuhan belajar (learning needs).
39. 15
Menurut Maslow yang dikutip oleh (Sudjana, 2004: 9)
kebutuhan hidup manusia meliputi kebutuhan fsiologis, kebutuhan
rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan pengakuan, dan kebutuhan
aktualisasi diri. Knowles dalam (Sudjana, 2004: 207) kebutuhan
pendidikan adalah jarak (perbedaan) antara kompetensi (kemampuan)
yang dimiliki oleh seseorang pada saat ini diisyaratkan dan harus
dikuasai oleh orang itu sesuai dengan keinginan dirinya, lembaga
yang ia masuki atau masyarakatnya.
Kebutuhan belajar (learning needs) dapat diartikan sebagai
suatu jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dimiliki pada suatu saat dengan tingkat pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang ingin diperoleh seseorang, kelompok, lembaga dan
masyarakat yang hanya dicapai melalui kegiatan belajar. (Sudjana,
2004: 218).
Asas kebutuhan memberi arti bahwa penyusunan program
pendidikan luar sekolah, proses pendidikan dan kebutuhan akan
pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia, pendidikan
bukanlah terbatas pada waktu-waktu tertentu dan juga tidak dibatasi
oleh tempat, tetapi belajar dilakukan terus menerus sepanjang hayat.
Asas ini memberikan makna bahwa pendidikan luar sekolah
membina dan melaksanakan program-program yang dapat
mendorong warga belajar untuk terus menerus belajar secara
berkelanjutan.
40. 16
b. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Sudjana (2004: 226), mengemukakan bahwa pendidikan
sepanjang hayat menegaskan bahwa saat manusia untuk mengalami
pendidikan adalah selama hidup atau sepanjang hayat. Tujuan
pendidikan sepanjang hayat adalah tidak sekedar terjadinya
perubahan melainkan untuk tercapainya kepuasan setiap orang yang
melakukannya. Fungsi pendidikan sepanjang hayat adalah
memberikan kekuatan motivasi bagi peserta didik agar ia melakukan
kegiatan belajar berdasarkan dorongan dari dirinya.
Pendidikan hanya berakhir tatkala manusia meninggalkan
dunia ini. Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah tidak sekedar
perubahan melainkan untuk tercapainya kepuasan bagi setiap orang
yang melakukannya. Fungsi pendidikan sepanjang hayat adalah
sebagai kekuatan motivasi bagi peserta didik agar ia dapat melakukan
kegiatan belajar berdasarkan dorongan dan arahan oleh dirinya
sendiri (self directed learning) dengan cara berpikir dan berbuat
dalam kehidupannya.
c. Asas Relevansi dengan Pembangunan Masyarakat
Asas relevansi dengan pembangunan masyarakat mengandung
tiga makna.
1) Bahwa kehadiran pendidikan nonformal didasarkan atas
kebutuhan masyarakat.
41. 17
2) Program-program pendidikan nonformal berfungsi menggarap
perkembangan sumber daya manusia yang menjadi pelaku utama
dalam pembangunan masyarakat dan sekaligus penerima
pengaruh dari pembangunan masyarakat itu.
3) Istilah pendidikan nonformal lahir di masyarakat industri. Hal ini
memberi isyarat bahwa makin berkembang masyarakat menjadi
masyarakat industri maka makin penting kehadiran dan
perkembangan pendidikan nonformal itu untuk menjadi
pendekatan dasar dan bagian penting dalam pembangunan
masyarakatnya (Sudjana, 2004: 257).
Pendidikan luar sekolah sebagai bagian penting dari program
pengembangan masyarakat mengandung makna bahwa setiap
kebijakan dan kegiatan pengembangan masyarakat memuat pula
kebijakan dari program pendidikan luar sekolah. Dengan demikian
pendidikan luar sekolah merupakan upaya yang disengaja untuk
membantu masyarakat agar mereka dapat merubah sikap dan prilaku
membangun dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya.
d. Asas Wawasan ke masa depan
Asas memberi arah bahwa pendidikan nonformal berorientasi
pada kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang
akan datang. Walaupun keadaan masa depan itu baru merupakan
alternatif kemungkinan namun keadaan tersebut dapat dipelajari dari
berbagai kecenderungan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan
42. 18
yang terjadi dalam lingkungan sosial dan lingkungan alam pada masa
lalu dan masa kini (Sudjana, 2004: 11).
Asas ini memberi arah bahwa pendidikan luar sekolah
berorientasi pada perubahan yang mungkin terjadi pada masa yang
akan datang. Walaupun keadaan masa depan itu baru merupakan
alternatif kemungkinan. Namun keadaan tersebut dapat dipelajari dari
berbagai kecenderungan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan
yang terjadi dalam lingkungan alam pada saat ini.
5. Pendidikan Kesetaraan sebagai Program Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan yang
dirancang bagi warga masyarakat yang karena sesuatu hal tidak
berkesempatan mengikuti pendidikan pada jalur pendidikan
persekolahan, dengan sasaran program kesetaraan meliputi Kejar Paket A
setara SD, Kejar Paket B setara SLTP dan Paket C setara SMU.
Pendidikan kesetaraan didesain dengan mengkombinasikan 60 %
pendidikan dasar umum/akademik (bidang studi) yang setara dengan
pendidikan formal dan 40 % pendidikan kecakapan hidup.
Program Kejar Paket A adalah program belajar dalam pendidikan
luar sekolah bagi warga masyarakat yang setara dengan Sekolah Dasar
(SD) dan yang telah menyelesaikannya dapat menempuh ujian serta
mendapatkan ijazah setara dengan SD dan dapat melanjutkan ke jenjang
pendidikan Kejar Paket B atau SMP. Kejar Paket B adalah program
belajar dalam pendidikan luar sekolah bagi warga masyarakat yang setara
43. 19
dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan yang telah
menyelesaikannya dapat menempuh ujian serta mendapatkan ijazah
setara dengan SMP serta dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan Kejar
Paket C atau SMA. Sedangkan Kejar Paket C adalah program belajar
dalam pendidikan luar sekolah bagi warga masyarakat yang setara
dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan yang telah
menyelesaikannya dapat menempuh ujian serta mendapatkan ijazah
setara dengan SMA/MA.
Tujuan dari program dan pendidikan kesetaraan adalah
membekali warga belajar dengan kemampuan, pengetahuan dan
keterampilan serta sikap yang setara dengan kemampuan, pengetahuan
dan keterampilan serta sikap lulusan jalur pendidikan formal
(persekolahan) dan diperuntukkan bagi warga masyarakat yang tidak
berkesempatan mengikuti pendidikan tersebut di jalur pendidikan formal.
Dari pengertian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan kesetaraan meliputi program Kejar Paket A setara SD (6
tahun), Paket B setara SMP (3 tahun), dan Paket C setara SMA (3 tahun).
Program ini ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat
yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus
lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan
kecakapan hidup. Disamping itu pendidikan kesetaraan dimaksudkan
juga untuk masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam
44. 20
memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari perubahan
peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Definisi mengenai setara adalah sepadan dalam civil effect,
ukuran, pengaruh, fungsi dan kedudukan. Sebagaimana yang tercantum
dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal
26 Ayat (6) bahwa "Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara
dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan."
Oleh karena itu pengertian pendidikan kesetaraan adalah jalur
pendidikan nonformal dengan standar kompetensi lulusan yang sama
dengan sekolah formal, tetapi kontens, konteks, metodologi, dan
pendekatan untuk mencapai standar kompetensi lulusan tersebut lebih
memberikan konsep terapan, tematik, induktif, yang terkait dengan
permasalahan lingkungan dan melatihkan kecakapan hidup berorientasi
kerja atau berusaha sendiri.
B. Kontribusi
Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution,
maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun
sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau
tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan
pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam
pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh
45. 21
individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif
terhadap pihak lain. Sebagai contoh, seseorang melakukan kerja bakti di
daerah rumahnya demi menciptakan suasana asri di daerah tempat ia tinggal
sehingga memberikan dampak positif bagi penduduk maupun pendatang.
Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha
meningkatkan efisisensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan
cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian mejadi bidang
spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat
diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan,
profesionalisme, finansial, dan lainnya (Anne Ahira: 2012).
Berdasarkan pengertian kontribusi yang dikemukakan di atas maka
dapat diartikan bahwa kontribusi kompetensi tutor adalah keterlibatan yang
dilakukan oleh tutor melalui kompetensi tutor yaitu kompetensi
pedagogik/andragogy, kepribadian, profesional dan sosial dalam memberikan
sumbangan kepada warga belajar dilihat dari aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik yang akan memberikan dampak terhadap hasil belajar warga
belajar.
C. Kompetensi
1. Pengertian Kompetensi
Moleong dalam (Abdoellah dkk, 2002: 39) menjelaskan bahwa
kompetensi adalah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
seseorang untuk melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Sedangkan
Morgan Murgatroyed memberikan pengertian yang luas tentang
46. 22
kompetensi, yaitu integrasi antara pengetahuan teoritis pendidik dan
keterampilan untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Menurut PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan pasal 28 ayat (3), standar kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan terdiri atas kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial. Selanjutnya dijelaskan bahwa kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik atau
warga belajar. Sedangkan kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi Profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orangtua atau
wali dan masyarakat.
2. Tutor
Tutor adalah pendidik pada Pendidikan Non Formal, Tutor
merupakan pembimbing dan pemotivasi peserta didik untuk mempelajari
sendiri modul pembelajarannya. Dengan demikian tutor pendidikan
kesetaraan lebih bersifat pembimbing dan motivator dari pada pendidik
47. 23
yang mengajar. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B, dan
Paket C.
Tutor pada pendidikan nonformal adalah orang yang mampu
berperan sebagai pembimbing belajar, bukan pendidik yang cenderung
memperlakukan warga belajar sebagai obyek pengajaran dan cenderung
mengpendidiki sebagaimana pada proses pengajaran yang berlangsung
dilembaga.
Tutor merupakan pembimbing dan pemotivasi peserta didik untuk
mempelajari sendiri modul pembelajarannya. Tutor pendidikan
kesetaraan bertugas membimbing peserta didik untuk secara aktif
mempelajari materi ajar yang tersaji dalam modul. Dengan demikian
tutor pendidikan kesetaraan lebih bersifat pembimbing dan motivator dari
pada pendidik yang mengajar. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A,
Paket B, dan Paket C. Oleh karena itu, tutor pendidikan kesetaraan terdiri
dari tutor Paket A, tutor Paket B, dan tutor Paket C.
Tugas tutor sebagai sumber belajar adalah pemimpin kegiatan
belajar yang antara lain:
a. Melakukan motivasi terhadap warga belajar sehingga menumbuhkan
partisipasi secara maksimal bagi diri warga belajar.
b. Melakukan penjelasan tentang tujuan belajar yang sesuai dengan
kebutuhan warga belajar.
c. Merancang pembelajaran yang mampu mengantarkan warga belajar
menelaah sendiri alternatif pemecahan masalah.
48. 24
d. Membekali teknik-teknik belajar yang cocok bagi warga belajar
sehingga mereka dapat mengenali dan menentukan kebutuhan
belajarnya, merumuskan tujuan belajarnya sendiri, merencanakan,
melaksanakan, dan menilai kegiatan belajarnya sendiri.
Sesuai dengan tugas yang dilaksanakannya, para tutor harus
memiliki kualifikasi dan kemampuan yang sesuai dengan bidang
pembelajaran yang diasuhnya. Selain itu mereka harus bersedia untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan membimbing peserta
didik/warga belajar. Berpijak dari pola pikir diatas, maka penetapan tutor
pada pendidikan kesetaraan secara umum harus memenuhi persyaratan
kualifikasi sebagai berikut:
a. Memiliki ijazah dari lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK).
b. Menguasai substansi materi yang akan diajarkan.
c. Sehat jasmani dan rohani, artinya tidak memiliki penyakit menular
dan cacat fisik yang dapat mengganggu tugasnya.
d. Menguasai teknik pembelajaran partisipatif.
e. Mampu mengelola pembelajaran sesuai dengan materi yang
diajarkan.
f. Memiliki komitmen, loyalitas dan dedikasi yang tinggi terhadap
tugasnya sebagai tutor.
Secara rinci peranan tutor pendidikan kesetaraan dalam kegiatan
belajar mengajar adalah sebagai berikut:
49. 25
a. Informator, yaitu sebagai pusat informasi bagi peserta didik
berkenaan dengan materi pembelajaran dan kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari.
b. Organisator, yaitu sebagai motor penggerak dalam proses kegiatan
pembelajaran.
c. Motivator, yaitu sebagai pemberi motivasi terhadap warga belajar
agar warga belajar lebih termotivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran.
d. Pengarah atau direktor, yaitu sebagai pengarah dalam proses
kegiatan pembelajaran.
e. Inisiator, yaitu sebagai pemberi inisiatif dalam kondisi-kondisi
tertentu untuk lebih memberikan dukungan dalam proses
pembelajaran.
f. Transformator, artinya tutor pendidikan kesetaraan sebagai
penghubung dalam penyampaian informasi berkenaan dengan materi
pembelajaran.
g. Fasilitator, artinya tutor pendidikan kesetaraan memfasilitasi
kebutuhan warga belajar.
h. Mediator, artinya sebagai alat bantu dalam membantu tercapainya
proses pembelajaran.
i. Evaluator. Artinya tutor berperan sebagai penilaian atas berjalannya
proses pembelajaran apakah telah sesuai dengan rencana yang
diharapkan.
50. 26
Menurut Rogers yang dikutip oleh (Knowles, 1990: 44), peran
tutor banyak berhubungan dengan perasaan atau suasana pengalaman
kelas atau kelompok, membantu memperjelas tujuan setiap individu dan
tujuan bersama yang harus dicapai oleh kelompok. Tutor juga harus
mampu memperkuat motivasi internal dan senantiasa berusaha keras
untuk mengorganisasikan dan membuat lebih mudah untuk belajar. Pada
proses pembelajaran, tutor berperan sebagai sumber belajar yang
fleksibel dalam kelompok, serta meningkatkan partisipasi warga belajar
untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam hal hubungan pribadi tutor
harus mengambil inisiatif untuk berbagi rasa dengan kelompok dan
berusaha mengakui dan menerima adanya keterbatasan. Tutor merupakan
ujung tombak kegiatan pembelajaran karena berhadapan langsung
dengan warga belajar. Tutor hendaknya memiliki kualifikasi yang
dipersyaratkan dan standar kompetensi minimal sebagai tenaga pendidik,
yakni berkualifikasi minimal S1 atau D IV, mengacu pada PP No. 19
tahun 2005.
Tutor yang profesional adalah yang mampu mewujudkan
keinginan warga belajar untuk senantiasa mau belajar dan mampu
mewujudkan harapan-harapan orang tua, penyelenggara dan masyarakat
pada umumnya dimana ia melaksanakan tugasnya. Brookfield (1987:
17), mengidentifikasi empat karakteristik tutor sebagai pembimbing yang
ideal yaitu, 1) tutor harus hangat, penuh kasih sayang, penuh perhatian
dan menerima keadaan warga belajar apa adanya, 2) tutor mempunyai
51. 27
kepedulian yang tinggi terhadap kemampuan warga belajar, 3) tutor
memandang dirinya sebagai mitra dialog yang sejajar dengan warga
belajar dan 4) tutor harus terbuka terhadap perubahan dan pengalaman
baru dan mencoba untuk belajar dari kegiatan mereka.
Implikasinya dari karakteristik tersebut menuntut tutor untuk peka
terhadap konsep diri warga belajar dan pengalaman warga belajar. Tutor
harus berbagi pengalaman dengan warga belajar dan mereka harus
terbuka terhadap pendapat dan saran warga belajar. Tutor harus fleksibel
dan responsif terhadap kebutuhan warga belajar, kesiapan warga belajar
untuk melakukan kegiatan belajar.
3. Kompetensi Tutor
Standar kompetensi minimal yang harus dimiliki bagi seorang
Tutor adalah kompetensi Pedagogik dan Andrgogik, kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
a. Kompetensi Pedagogik dan Andragogik
Menurut Balqis, dkk (2014: 25) Kompetensi pedagogik guru
dalam perencanaan pembelajaran dilakukan dengan membuat draft
RPP, dalam proses pembelajaran dilakukan dengan mendalami dan
memantapkan sejumlah materi pembelajaran sebagaimana terdapat
dalam buku paket, sedangkan dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa dilakukan dengan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk terlibat aktif dalam menggunakan fasilitas teknologi informasi
dan komunikasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran,
52. 28
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, dan melakukan
tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Mengutip dari penjelasan PP No.19 tahun 2005 yang
dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran warga belajar. Indikatornya adalah sebagai
berikut:
1) Kesiapan memberikan pembelajaran
2) Keteraturan dalam memberikan pembelajaran
3) Kedisiplinan sebagai pendidik
4) Kemampuan menyampaikan materi
5) Kemampuan menjawab pertanyaan
6) Pemberian umpan balik terhadap tugas dan memberikan tugas
Sedangkan kompetensi andragogik merupakan kemampuan
yang berkenaan dan pemahaman peserta didik atau warga belajar dan
pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara
substansif meliputi kemampuan pemahaman warga belajar,
perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan warga belajar untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
1) Memahami warga belajar, dengan indikator: memahami peserta
didik atau warga belajar dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif, memahami dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami dengan
53. 29
memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan
mengidentifikasikan bekal ajar awal warga belajar.
2) Merancang pembelajaran, dengan indikator: menentukan
strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik warga belajar,
menerapkan prinsip-prinsip yang ingin dicapai dan materi ajar,
serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi
yang dipilih.
3) Melaksanakan pembelajaran, dengan indikator: menata latar
pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif,
serta menerapkan prinsip-prinsip andragogi.
4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, dengan
indikator: melaksanakan evaluasi proses, dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil
penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat
ketuntasan belajar dan memanfaatkan hasil penilaian
pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran
PNF secara umum.
5) Mengembangkan warga belajar untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya, dengan indikator:
memfasilitasi warga belajar untuk mengembangkan berbagai
potensi akademik maupun non akademik.
54. 30
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi ini merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik atau warga belajar
dan berakhlak mulia, hal tersebut terlihat pada sub kompetensi dan
indikator esensial sebagai berikut:
1) Memiliki kepribadian yang mantab dan stabil, sub kompetensi
ini memiliki indikator bertindak sesuai norma hukum, sosial,
bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma.
2) Memiliki kepribadian yang dewasa dengan indikator
menampilkan kemandirian dan bertindak sebagai pendidik dan
memiliki etos kerja sebagai pendidik.
3) Memiliki kepribadian yang arif, dengan indikator menampilkan
tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan warga belajar,
satuan PNF, dan masyarakat dan menunjukan keterbukaan
dalam berfikir dan bertindak.
4) Memiliki kepribadian yang berwibawa dengan indikator
bertindak sesuai dengan norma religius dan memiliki perilaku
yang diteladani warga belajar.
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional pendidik adalah sejumlah
kompetensi yang berhubungan dengan profesi yang menuntut
55. 31
berbagai keahlian dibidang pendidikan atau kependidikan.
Kompetensi Profesional merupakan kemampuan dasar pendidik
dalam pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang
studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan PBM dan
mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar. Beberapa indikator
kompetensi profesional yaitu:
1) Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep
2) Pengelolaan program belajar mengajar
3) Pengelolaan kelas
4) Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar
5) Penguasaan landasan-landasan kependidikan
6) Kemampuan menilai prestasi belajar mengajar
7) Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program
pendidikan di sekolah
8) Menguasai metode berfikir
9) Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi professional
10) Memberikan bantuan dan membimbing kepada peserta didik
11) Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan
12) Mampu memahami karakteristik peserta didik
13) Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah
14) Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan
15) Berani mengambil keputusan
16) Memahami kurikulum dan perkembangannya
56. 32
17) Mampu bekerja berencana dan terprogram.
18) Mampu menggunakan waktu secara tepat.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik atau warga belajar, tenaga
kependidikan, orang tua atau wali, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi ini memiliki sub kompetensi sebagai berikut:
1) Menguasai subtansi keilmuan sosial dan ilmu lain yang terkait
dengan bidang studi, yang memiliki indikator materi ajar yang
terdapat dalam kurikulum satuan satuan PNF, mamahami
struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau
koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar
mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan atau
materi pembelajaran.
3) Kemampuan menjelaskan materi pelajaran dengan tepat dan
mudah dipahami oleh peserta didik atau warga belajar.
4) Kemampuan memberikan contoh yang relevan dari konsep yang
diajarkan.
57. 33
5) Kemampuan menjelaskan keterkaitan materi yang diajarkan
dengan konteks kehidupan sehari-hari.
6) Kemampuan menggunakan beragam teknologi komunikasi
sesuai perkembangan jaman dengan baik.
4. Upaya Meningkatkan Kompetensi Tutor
a. Pengertian Upaya
Kata upaya diartikan sebagai usaha atau tindakan yang
dilakukan seseorang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
pengertian upaya adalah usaha, akal, ikhtiar (untuk mencapai suatu
maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar).
Upaya merupakan segala sesuatu yang bersifat
mengusahakan terhadap sesuatu hal supaya dapat lebih berdaya guna
dan berhasil guna sesuai dengan maksud, tujuan dan fungsi serta
manfaat suatu hal tersebut dilaksanakan. Upaya adalah suatu
kegiatan atau usaha dengan menggunakan segala kekuatan yang ada
dalam mengatasi suatu masalah.
b. Upaya Tutor dalam Meningkatkan Kompetensi
Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kompetensi tutor yaitu:
1) Pelatihan
Keikutsertaan dalam pelatihan tentang kependidikan
merupakan cara yang dapat ditempuh oleh tutor untuk
meningkatkan kompetensi.
58. 34
Istilah pelatihan merupakan terjemahan dari kata
“training” dalam bahasa Inggris. Secara harfiah akar kata
“training” adalah “train”, yang berarti: (1) memberi pelajaran
dan praktik (give teaching and practice), (2) menjadikan
berkembang dalam arah yang dikehendaki (cause to grow in a
required direction), (3) persiapan (preparation), dan (4) praktik
(practice).
Pelatihan menurut Mangkuprawira (2002:135) adalah
sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu
serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu
melaksanakan tanggung jawab dengan semakin baik, sesuai
dengan standar.
Idealnya, pelatihan harus dirancang untuk mewujudkan
tujuan - tujuan organisasi, yang pada waktu bersamaan juga
mewujudkan tujuan - tujuan para pekerja secara perorangan.
Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling umum
dan para pimpinan mendukung adanya pelatihan karena melalui
pelatihan, para pekerja akan menjadi lebih trampil dan
karenanya akan lebih produktif sekalipun manfaat - manfaat
tersebut harus diperhitungkan dengan waktu yang tersita ketika
pekerja sedang dilatih.
Simamora dalam (Kamil, 2012: 4) mengartikan pelatihan
sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk
59. 35
meningkatkan keahlian – keahlian, pengetahuan, pengalaman,
ataupun perubahan sikap seorang individu.
Dari uraian diatas makna pelatihan yaitu sebagai berikut.
1. Pelatihan merupakan proses yang disengaja atau
direncanakan, bukan kegiatan yang bersifat kebetulan atau
spontan. Pelatihan merupakan proses yang terdiri dari
serangkaian kegiatan yang sistematis dan terencana yang
terarah pada suatu tujuan.
2. Pelatihan merupakan bagian pendidikan yang menyangkut
proses belajar yang dilaksanakan di luar sistem sekolah,
memerlukan waktu yang relatif singkat, dan lebih
menekankan pada praktik.
3. Pelatihan diselenggarakan baik terkait dengan kebutuhan
dunia kerja maupun dalam lingkungan masyarakat yang
lebih luas.
Tujuan pelatihan tidak hanya untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan saja, melainkan juga untuk
mengembangkan bakat. Moekijat dalam (Kamil, 2012: 11)
mengatakan bahwa tujuan umum pelatihan adalah untuk.
1. Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.
2. Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan
dapat dikerjakan secara rasional.
60. 36
3. Untuk mengembangkan sikap, sehingga dapat menimbulkan
kemauan untuk bekerjasama.
2) Seminar
Seminar adalah sebuah pertemuan khusus yang memiliki
teknis dan akademis yang tujuannya untuk melakukan studi
menyeluruh tentang suatu topik tertentu dengan pemecahan
suatu permasalahan yang memerlukan interaksi para peserta
seminar yang dibantu oleh seorang guru besar ataupun
cendikiawan.
Pengikutsertaan tutor didalam kegiatan seminar dan
publikasi ilmiah juga dapat menjadi modal pembinaan
berkelanjutan bagi peningkatan keprofesian tutor. Kegiatan ini
memberikan peluang kepada tutor untuk berinteraksi secara
ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal – hal
terkini dalam upaya peningkatan kompetensi. (Sudarwan, 2010:
32).
Kegiatan seminar dalam pengertian umum dimaksudkan
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan seminar tersebut
antara lain sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam
mengamati persoalan ilmiah;
b. Untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam
menganalisis suatu masalah ilmiah;
61. 37
c. Untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam mencari
alternatif-alternatif pemecahan masalah;
d. Untuk lebih memantapkan wawasan seseorang terhadap
per-masalahan ilmiah atau isu-isu ilmiah.
e. Untuk melatih seseorang dalam mengemukakan pendapat
secara sistematis dan logis;
f. Untuk lebih meningkatkan wawasan dan penguasaan
seseorang terhadap tatacara seminar sebagai suatu kegiatan
ilmiah;
g. Untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam
mengelola suatu kegiatan ilmiah untuk menunjang
keterampilan mengorganisasikan gagasan; dan
h. Untuk meningkatkan kualitas sikap dan prilaku
seseorang dalam berdialog antar sesama.
3) Workshop
Workshop adalah suatu pertemuan ilmiah kecil antara
para ahli (pakar) untuk membahas masalah praktis atau yang
bersangkutan dengan pelaksanaan dalam bidang keahliannya
untuk memecahkan masalah tertentu dan mencari solusinya dan
dalam lokakarya menghasilkan suatu produk yang dapat
digunakan oleh peserta.
Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang
bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi,
62. 38
maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat dilakukan
misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum.
(Sudarwan, 2010: 33).
Dalam dunia pendidikan workshop adalah suatu device
dalam in-service education, cara belajar sesuatu (- a way
learning) dengan menggunakan sharing of ideas, prosedure give
and take “suatu sistem kerja yang selaras dengan jiwa gotong-
royong”. Tujuan dari workshop ialah untuk memperoleh
informasi melalui pengalaman langsung dan saling
menyampaikan informasi.
Beberapa ciri-ciri workshop antara lain:
a. Masalah yang dibahas bersifat “life centered” dan muncul
dari peserta sendiri.
b. Cara yang digunakan ialah metode pemecahan masalah
“musyawarah dan penyelidikan”.
c. Menggunakan resource person dan resource materials yang
memberi bantuan yang besar sekali dalam mencapai hasil
yang sebaik-baiknya.
Jenis-jenis workshop ditentukan berdasarkan
lembaga/organisasi yang melaksanakan, dan sifat kerjanya.
a. Berdasarkan lembaga/organisasi
Pengelompokan workshop yang didasarkan pada
aspek ini disesuaikan/tergantung pada lembaga atau
63. 39
organisasi yang menyelenggarakan. Contoh workshop
pendidikan. Ruang lingkup yang dibahas dalam workshop
ini adalah seputar problematika pendidikan. Misalnya
workshop tentang portofolio sertifikasi guru dalam jabatan.
Dalam workshop ini akan dibahas komponen komponen
dalam sertifikasi, yang meliputi:
1) Kualifikasi Akademik
2) Pendidikan dan Pelatihan
3) Pengalaman Mengajar
4) Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran
5) Penilaian dari Atasan dan Pengawas
6) Prestasi Akademik
7) Karya Pengembangan Profesi
8) Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah
9) Pengalaman Organisasi di Bidang Kependidikan dan
Sosial
10) Penghargaan yang Relevan dengan Bidang Pendidikan
b. Berdasarkan waktu
Jenis workshop ditinjau dari aspek waktu
pelaksanaannya dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1) Workshop Beruntun
Yang dimaksud dengan workshop beruntun
ialah workshop yang dilakukan dalam dekade terentu
64. 40
secara terus menerus atau tidak terputus. Kebanyakan
workshop ini selama tiga hari berturut turut.
2) Workshop Berkala
Yang dimaksud dengan workshop berkala ialah
workshop yang dilakukan dalam waktu yang memiliki
jangka waktu tertentu. Misalnya workshop ini
dilakukan dalam jangka waktu mingguan atau bulanan.
c. Berdasarkan sifat
Jenis workshop ditinjau dari sifatnya dapat
digolongkan menjadi 2, yaitu:
1) Workshop yang bersifat mengikat
Workshop yang diadakan oleh suatu organisasi
atau orang-orang tertentu yang membicarakan masalah-
masalah program kerja yang sudah dilaksanakan dan
menetukan langkah lanjutan yang hasilnya mengikat
peserta workshop. Misalnya workshop tentang
standarisasi ISO dan GMP di suatu perusahaan.
2) Workshop yang bersifat tidak mengikat
Workshop yang diadakan oleh orang-orang
tertentu yang membicarakan masalah-masalah faktual
yang muncul dimasyarakat untuk memperoleh
pemecahannya dan hasilnya tidak mengikat peserta
workshop. (Ryn, Eniph: 2015)
65. 41
http://eniph.blogspot.co.id/2015/09/teori-seminar.html
4) Studi Banding
Studi banding (comparison study) biasa dilakukan untuk
maksud peningkatan mutu, pengembangan kompetensi,
perluasan usaha, perbaikan sistem, penentuan kebijakan baru,
perbaikan peraturan perundangan, dan lain-lain, kegiatan study
banding dilakukan oleh kelompok kepentingan untuk
mengunjungi atau menemui obyek tertentu yang sudah
disiapkan dan berlangsung dalam waktu relatif singkat. Intinya
adalah untuk membandingkan kondisi obyek studi di tempat lain
dengan kondisi yang ada ditempat sendiri. Hasilnya berupa
kumpulan data dan informasi sebagai bahan acuan dalam
perumusan konsep yang di inginkan.
Studi banding merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
dengan tujuan menambah wawasan dan pengetahuan yang akan
diterapkan kedepannya untuk menjadi lebih baik. Kegiatan
seperti ini tentunya sangat bagus bagi perkembangan suatu
kebutuhan yang diharapkan sebagaimana mestinya.
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan studi
banding adalah melakukan tinjauan dan evaluasi internal,
mengenai mana saja yang akan dikembangkan dan dinaikan
progresnya. Setelah itu dibuat draft list secara terstuktur sesuai
dengan jadwal yang ditentukan.
66. 42
Tujuan utama melakukan studi banding nantinya adalah
menggali sebanyak mungkin informasi yang bisa didapat scara
teknis real dan empiris. Untuk dijadikan barometer dan
pembanding yang kemudian masuk untuk menemukan sebuah
pembaharuan yang aplikatif, baik untuk plan ke depan dalam
jangka pendek dan jangka panjang secara futuristik. Jadi dengan
kata lain tujuan dari studi banding tersebut adalah:
1. Untuk menambah wawasan kita tentang tempat lain
2. Untuk menimba pengalaman baru di ditempat lain
3. Untuk membandingkan tempat kita dengan tempat lain
4. Untuk menambah cakrawala berfikir kita
(Sudana, P Ibnu: 2014)
http://qmc.binus.ac.id/2014/10/28/pengertian-studi-banding/.
D. Mutu
1. Pengertian Mutu
Menurut istilah, kata kualitas berarti mutu, yaitu tingkat baik
buruknya sesuatu. Akan tetapi banyak pakar dan organisasi yang
mencoba mendefinisikan mutu berdasarkan sudut pandangnya masing-
masing seperti yang terurai di bawah ini:
a. Menurut Joseph Juran, mutu adalah kesesuaian untuk penggunaan
(fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah
sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna.
67. 43
b. Menurut Edward Deming, suatu tingkat yang dapat diprediksi dari
keseragaman dan kebergantungan padabiaya rendah dan sesuai
dengan pasar.
c. Welch Jr, mengatakan bahwa mutu adalah jaminan kesetiaan
pelanggan, pertahanan terbaik melawan saingan dari luar, dan satu-
satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng.
d. Menurut ISO 2000, mutu adalah totalitas kerakteristiksuatu produk
(barang dan jasa) yang menunjang kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan yang dispesifikan atau ditetapkan.
e. Menurut Soewarso Hardjosudarmo, bahwa yang dimaksud mutu
adalah penilaian subyektif daripada“costumer” penentuan ini
ditentukan oleh persepsi “costumer” terhadap produk dan jasa.
Dari beberapa pendapat tokoh di atas, terdapat beberapa
kesamaan yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut:
a. Mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Mutu menyangkut produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
c. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap kualitas saat ini, mungkin dianggap kurang berkualitas
pada masa mendatang)
Akan tetapi Menurut Permadi, mutu jasa pendidikan bersifat
relatif (sesuai dengan kebutuhan pelanggan), dan bukan bersifat absolute.
Dengan kata lain, mutu pendidikan akan baik dan memuaskan jika sesuai
atau melebihi kebutuhan para pelanggan yang bersangkutan.
68. 44
Dalam pendidikan, yang dimaksud dengan pelanggan atau klien
(client) dibagi menjadi dua, yakni pelanggan internal dan pelanggan
eksternal.
a. Pelanggan internal (internal custeomer) adalah orang-orang yang
berada dalam organisasi sekolah, yaitu guru, staf tata usaha, pesuruh
(office boys) cleaning service, pelayan ternis dan komponen lainnya.
b. Pelanggan eksternal (eksternal costumer) adalah orang-orang yang
berada di luar organisasi sekolah yang memperoleh layanan dari
sekolah. Pelayanan eksternal dibagi menjadi dua macam, yakni:
1) Pelanggan primer (primary costumer) adalah pelanggan utama,
yakni orang-orang yang langsung bersentuhan dengan jasa-jasa
pendidikan yang diberikan oleh sekolah, seperti peserta didik.
2) Pelanggan sekunder (secondary costumer) adalah pihak-pihak
lain yang secara tidak langsung terimbas dari layanan
pendidikan yang diberikan oleh sekolah, yaitu orang tua siswa,
masyarakat, pemerintah dan dunia usaha dan industri sebagai
pengguna tenaga kerja. (Hanafiah dan Suhana, 2009: 81-83)
2. Indikator Mutu
Seperti jelaskan di atas, bahwa para pakar telah mendefinisikan
mutu secara beragam menurut pendapatnya masing-masing, begitu juga
dengan indikator mutu. David A Gavin mengemukakan delapan dimensi
atau ketegori kritis dari mutu, yaitu:
a. Performance (kinerja). Karakteristik kenerja utama produk.
69. 45
b. Feature (profil). Aspek sekunder dari kinerja, atau kinerja tambahan
dari suatu produk.
c. Reliability (kedapatdipercayaan). Kemungkinan produk malfungsi
atau tidak berfungsi dengan baik, dengan konteks ini produk atau
jasa dapat dipercaya dalam menjalankan fungsinya.
d. Conformance (kesesuaian). Kesesuaian atau cocok dengan keinginan
atau kebutuhan konsumen.
e. Durability (daya tahan). Daya tahan produk atau masa hidup produk,
baik secara ekonomis maupun teknis.
f. Serviceability (kepelayanan). Kecepatan, kesopanan, kompetensi,
mudah diperbaiki.
g. Aesthetics (keindahan). Keindahan produk dalam desain, rasa, suara
atau bau dari produk, dan ini bersifat subyektif.
h. Perceived quality (kualitas yang dipersepsi). Kualitas dalalm
pendangan pelangan atau konsumen.
Menurut Nanang Hanifah dan Cucu Suhana dalam bukunya
konsep strategi pembelajaran, bahwa indikator dalam suatu pendidikan
adalah mencakup input, proses dan output pendidikan.
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa
sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai
pemandu bagi berlangsungnya proses. Seperti terurai berikut ini:
70. 46
a. Input sumber daya, meliputi sumber daya manusia (kepala sekolah,
guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumber daya lainnya
(peralatan, perlengkapan, uang dan bahan).
b. Input perangkat lunak, meliputi struktur organisasi sekolah,
peraturan perundang-undagan, deskripsi tugas, rencana dan program.
c. Input harapan-harapan, berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran-saran
yang ingin dicapai oleh sekolah.
Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung
dengan baik. Oleh karena itu tinggi rendahnya suaatu input dapat diukur
daru tingkat kesiapan
Proses dapat dikatakan bermutu tinggi jika pengkoordinasian dan
penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang
dan peralatan) dilakukan secara harmonis sehingga mampu menciptakan
situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu
mendiring mutivasi dan minat belajar dan benar-benar mampu
memberdayakan peserta didik.
Evaluasi pun harus menjadi prosesyang berkelanjutan dan tidak
boleh ditinggal sampai akhir studi. Hasilnya harus dibicarakan dengan
murid dengan tujuan untuk melengkapi hasil evaluasi. Sifat melibatkan
seluruh eleen akan sangat membantu dalam membangun kecakapan
analitis para pelajar.
Mutu dalam kontek pendidikan adalah mengacu pada prestasi
yang dicapai oleh anak didik atau sekolah pada setiap kurun waktu
71. 47
tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student
achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis, (misalnya
ulangan umum, UAS, EBTA dan UNAS). Dapat pula prestasi dibidang
lain, seperti prestasi disuatu cabang olahraga, seni atau ketrampilan
tanbahan tertentu. (Hanafiah dan Suhana, 2009: 83-86)
Sedangkan menurut PP No. 19 tahun 2005 disebutkan bahwa
pendidikan di Indonesia mengunakan delapan standar yang menjadi
acuan dalam membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan. Standar
Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal setelah sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia, adapun delapan standar yang menjadi kriteria minimal
tersebut yaitu:
a. Standar isi,
b. Standar proses,
c. Standar kompetensi lulusan,
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan,
e. Standar sarana prasarana,
f. Standar pengelolaan,
g. Standar pembiayaan,
h. Standar penilaian pendidikan.
72. 48
E. Hasil Belajar
1. Definisi Hasil Belajar
Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2003:2). Morgan dalam (Purwanto, 2004: 84) menyatakan bahwa belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap pada tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, maka belajar dapat
diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan
dan pengalaman yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan tingkah
laku yang bersifat relative konstan.
Sedangkan Hasil belajar merupakan serangkaian pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dikuasai warga belajar setelah proses
pembelajaran tertentu dimulai dalam kurun waktu tertentu (Sihombing,
2000: 36-39). Menurut Darsono (2000: 110) hasil belajar merupakan
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan atau
kognitif, ketrampilan atau psikomotorik, dan nilai sikap atau afektif
sebagai akibat interaksi aktif dengan lingkungan. Hasil belajar
merupakan penguasaan pengetahuan ketrampilan yang dikembangkan
73. 49
oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka yang diberikan oleh pendidik (Purwodarminto, 1993: 70).
Hasil belajar berarti hasil interaksi antara beberapa faktor yang
mempengaruhi baik faktor internal maupun faktor eksternal individu
yang bersangkutan (Hamalik, 1995: 134). Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh pendidik untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
Hal ini dapat tercapai apabila peserta didik sudah memahami belajar
dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar: (1) Keterampilan dan
kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengertian, dan (3) Sikap dan cita-cita.
Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari
semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri
peserta didik karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan peserta didik
tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa
hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan
yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka
waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil
belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin
mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir
serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
74. 50
Hal ini disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil belajar
individu secara maksimal yang bertujuan penguasaan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap yang dikembangkan dari mata pelajaran yang
biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh pendidik atau
tutor.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Sudjana
membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) keterampilan dan
kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita
(Sudjana, 2004: 22). Sedangkan Zaenal arifin (2009: 187)
mengkategorikan tujuan belajar (learning objective) menjadi tiga domain,
antara lain:
a. Tujuan Kognitif
Yaitu apabila kita mempelajari suatu ilmu pengetahuan,
informasi, pemikiran dan lain-lain. Tujuan yang sifatnya menambah
pengetahuan termasuk dalam tujuan kognitif. Ciri dan tingkat tujuan
kognitif adalah:
1) Penambahan pengetahuan (knowledge): termasuk didalamnya
tujuan kemampuan menghafal, meniru, dan mengungkap
kembali.
2) Pemahaman (comprehension): yaitu kemampuan untuk
mengerti, menginterpretasi, dan menyatakan kembali dalam
bentuk lain.
75. 51
3) Penerapan (application): yaitu kemampuan untuk menggunakan/
menerapkan teori, prinsip, peraturan/ informasi kedalam situasi
baru.
4) Analisis (analize): misalkan menganalisis suatu masalah yang
kompleks dengan membaginya menjadi beberapa bagian kecil
untuk ditelaah satu persatu (kasus)
5) Sisntesis (syntese): yaitu menggabungkan beberapa bagian
dalam satu wadah/bentuk baru
6) Evaluasi: yaitu kemampuan untuk menentukan kriteria
b. Tujuan Afektif
Tujuan ini meliputi: a) penentuan sikap, b) apresiasi, c) nilai-
nilai, d) evaluasi, e) menyenangi, dan f) menghormati. Adapun
tingkatan domain afektif yang dinilai adalah kemampuan peserta
didik dalam:
1) Memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang
dihadapkan kepadanya.
2) Menikmati atau menerima nilai-nilai, norma serta objek yang
mempunyai nilai etika dan estetika
3) Menilai (valuing) ditinjau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil,
indah-tidak indah terhadap objek studi
4) Menerapkan atau mempraktikan nilai, norma, etika, dan estetika
dalam perilaku sehari-hari.
76. 52
c. Tujuan Psikomotorik
Yaitu tujuan yang berhubungan dengan keterampilan atau
keaktifan fisik (motor skill). Adapun tingkatan domain psikomotor
meliputi hal-hal berikut:
1) Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan
melakukan atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh
anggota badan.
2) Tingkatan gerakan semi rutin meliputi kemampuan melakukan
atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota
badan.
3) Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan
secara menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan
otomatis.
Alat penilaian yang digunakan untuk mengukur domain
psikomotor adalah tes penampilan atau kinerja (performance) yang
telah dikuasai peserta didik seperti:
1) Tes pappper and pencil, walaupun bentuknya seperti tes tertulis
tetapi sarananya adalah kemampuan peserta didik dalam
menampilkan karya misalnya berupa desain alat, desain grafis,
dll.
2) Tes identifikasi, tes ini ditujukan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam mengidentifikasi sesuatu. Misalnya
77. 53
menemukan bagian yang rusak atau yang berfungsi dari suatu
alat.
3) Tes simulasi, tes ini dilakukan jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan
penampilan peserta didik. Dengan demikian melalui simulasi
peserta didik tetap dapat dinilai, apakah dia sudah menguasai
keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau
memperagakan seolah-olah menggunakan alat.
4) Tes petik kerja (work sample), tes ini dilakukan dengan alat
yang sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah peseta didik sudah menguasai atau terampil
menggunakan alat tersebut.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian, menurut gagne
dalam (Surya, 1984: 33) mengemukakan bahwa hasil belajar tercermin
dalam kecakapan manusiawi (human capabilities) yang mencakup:
keterampilan verbal dan keterampilan intelektual yang meliputi
diskriminasi, konsep konkrit, konsep abstrak, aturan, keterampilan
motorik.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat peneliti simpulkan
perubahan yang diperoleh individu setelah melalui proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jadi tidak hanya satu aspek
atau satu macam tingkah laku saja melainkan seluruh aspek tingkah laku
secara integral. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan
78. 54
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap
kebiasaan, keterampilan dan pengetahuan. Ini berarti bahwa seseorang
yang mengalami perubahan tingkah lakunya secara keseluruhan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Anitah (2008: 58) faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan
menjadi dua kelompok yaitu faktor dari luar individu (ekstern) dan faktor
dari dalam (intern).
a. Faktor dari Luar (Ekstern)
Faktor dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil
belajar diataranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk
suasana kelas dalam belajar yang menyenangkan, lingkungan
keluarga, program sekolah, kompetensi tutor, pelaksanaan
pembelajaran, dan teman sekolah). Tutor merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab tutor
merupakan manajer atau sutradara kelas. Oleh karena itu tutor
dituntut untuk mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan aktif.
b. Faktor dari Dalam (Intern)
Djaali (2008: 101) menjelaskan faktor dari dalam diri peserta
didik yang berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya adalah
motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri.
79. 55
1) Motivasi
Purwanto (1997: 60) menjelaskan motivasi adalah segala
sesuatu bentuk yang mendorong seseorang untuk bertindak
melakukan sesuatu. Sedangkan Suryabrata (1984: 70)
mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan yang terdapat
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.
2) Sikap
Djaali (2008: 114) menjelaskan definisi sikap sebagai
suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis
tindakan pada situasi yang tepat.
3) Minat
Minat merupakan salah satu aktivitas manusia yang
berhubungan dengan aspek psikis dan fisik, yang disadari
dengan segera direalisasikan nyata dengan sengaja disertai
dengan perasaan senang dan seseorang merasa lebih berharga
dengan aktivitas tersebut.
4) Kebiasaan Belajar
Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh
melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya
menjadi menetap dan bersifat otomatis. Perbuatan kebiasaan
tidak memerlukan konsentrasi perhatian dan pikiran dalam
melakukannya (Djaali, 2008: 128).
80. 56
5) Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang tantang dirinya
sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan
tentang perilakunya isi pikiran dan perasaannya, serta
bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh pada orang lain
(Djaali, 2008: 129).
81. 57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan
menurut tujuan, metode atau pendekatan, tingkat eksplanasi, dan analisis atau
jenis data.
Menurut tujuannya penelitian ini termasuk penelitian korelasional.
Disebut korelasional, karena bertujuan untuk mencari bukti berdasarkan hasil
pengumpulan data tentang variabel penelitian yang dalam penelitian ini
bersifat kontributif, yaitu kompetensi tutor terhadap mutu hasil belajar.
Apabila dilihat dari pendekatan yang dilakukan, model penelitian
mixed method yang digunakan ini termasuk dalam model penelitian
concurrent triangulation strategy, yaitu suatu penelitian yang menggunakan
metode kuantitatif dan kualitatif secara bersama-sama dalam pengumpulan
datanya. Namun dalam analisisnya dilakukan secara terpisah, kemudian
ditentukan mana data yang dapat digabungkan dan dibedakan. Penelitian ini
dilakukan dalam satu tahap. Dan bobot antara kedua penelitian ini seharusnya
seimbang, namun pada pelaksanaanya metode kuantitatiflah yang memiliki
bobot lebih tinggi.
Selanjutnya menurut tingkat eksplanasinya (tingkat penjelasannya)
penelitian ini mengunakan metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif
digunakan untuk mempelajari gambaran secara sistematis, aktual, dan akurat
82. 58
mengenai fakta-fakta, sifat, dan hubungan antara fenomena-fenomena yang
diteliti sehingga dapat memberikan gambaran secara deskripsi yang valid.
Dan apabila dilihat berdasarkan analisis dan jenis datanya maka
penelitian ini adalah penelitian mixed metodh. Pendekatan mixed metodh,
digunakan karena adanya penggabungan dua metode antara kualitatif dan
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013:15), menyatakan bahwa penelitian
kombinasi (mixed methods) adalah suatu metode penelitian yang
mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kualitatif dengan
kuantitatif untuk digunakan secara bersama sama dalam suatu kegiatan
penelitian sehingga diperoleh data yang lebih komprehenshif, valid, reliable,
dan obyektif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai Kontribusi Kompetensi Tutor terhadap Mutu
Hasil Belajar pada Pendidikan Kesetaraan Paket A, B, dan C Berbasis
Kearifan Lokal pada SKB dan PKBM di Provinsi Banten ini dilakukan
selama tiga bulan yaitu dimulai pada bulan Juli sampai dengan September
2016 di 3 SKB dan 11 PKBM untuk yang terdapat di wilayah kerja Provinsi
Banten. Adapun 3 SKB dan 11 PKBM yang menjadi tempat penelitian dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
83. 59
Tabel 3.1
Tempat Penelitian
Nama SKB/PKBM Alamat
SKB Kota Serang
Jalan Ki Ajurum, Gang Cipayung 2, No.71,
Kec.Serang, Banten
SKB Kabupaten Serang Jalan Raya Cilegon Km.4 Kota Serang, Banten
SKB Pandeglang Jalan Raya Labuan, Km.2 Ciekek, Pandeglang, Banten
PKBM Paja Mandiri
Taman Kutabumi Blok D10 No.34, Kel.Sukabumi,
Kec.Pasar Kemis, Kab.Tangerang, Banten
PKBM An-Nisa
Kampung Gardu, Desa Kramat RT.05 RW.11, Kota
Serang, Banten
PKBM Al-Firdaus
Jalan SMUN Kramatwatu, RT.06 RW.04 No.78 Ds.
Kramatwatu, Kab.Serang, Banten
PKBM Al-Ikhlas
Link Kelelet RT 03/ RW 04 Kelurahan Wanasari
Kecamatan Citangkil. Kota Cilegon
PKBM Al-Jazirah
Jalan Raya Pandeglang Km. 04 Kampung Pasir Waru
( BTN Bambung Kuning)
PKBM Insan Madani
Jalan Empat Lima, Kampung Sepring, Kota Serang,
Banten
PKBM Al-Kahfi Jalan Empat Lima, Cikulur, Kota Serang, Banten
PKBM Tunas Pulosari
Jalan Raya Menes Barusatu Km.6, Desa Karyawangi,
Pandeglang, Banten
PKBM Berkah
Jalan Alun-alun Selatan Gedung Eks Kwadanan,
Pandeglang, Banten
PKBM Al- A’raf Jalan gempol. RT 05/ RW 01 kecamatan kramatwatu
PKBM Nurul Iman
Jalan Raya Cipanas Km 10, Perum Korpri, Kecamatan
Sajira. Lebak.
Sedangkan penelitian mengenai Upaya Meningkatkan Kompetensi
Tutor pada Pendidikan Kesetaraan Paket A, B, C Berbasis Kearifan Lokal