SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
MAKALAH KIMIA FISIKA 2
KINETIKA REDUKSI METIL ORANGE
Disusun Oleh :
Kelompok 5 :
Charles Zulnata / 1205728
Nailul Husni Asfar / 1308493
Wike Handayani / 1205712
Dosen : Ananda Putra, S.si, M. Si, Ph. D
Yerimadesi , S. Pd, M. Si
Asisten Dosen : Diki Febrianta
Faizzah Qurrata Aini
Putri Rahmadani
Riga , S. Pd
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita curahkan kepada Allah SWT, karena atas izin-Nya kita dapat
menyusun makalah ini yang bisa dimanfaatkan untuk hal pembelajaran dan ilmu pengetahuan
khusunya dalam ilmu kimia. Makalah ini disusun berdasarkan data dari berbagai sumber
yang didapatkan sehingga menjadi sebuah karya tulis ilmiah sederhana yang berbentuk
makalah.
Selama proses pembuatan makalah ini, banyak hal yang kita dapatkan, termasuk ilmu
pengetahuan baru , tepatnya mengenal lebih dalam tentang salah satu dari berbagai macam
materi yaitu tentang KINETIKA REDUKSI METIL ORANGE.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini bisa bermanfaat-bagi orang lain. Kita
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini sangat banyak kekurangannya. Oleh karena
itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan agar penulis dapat memperbaiki
kesalahan-kesalahan tersebut.
Terima kasih.
Padang, 6 Desember 2014
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 3
BAB I..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................ 4
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................4
1.2 TUJUAN........................................................................................................................... 4
BAB II.........................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI.................................................................................................................... 5
2.1 PENGERTIAN.................................................................................................................. 5
2.2 PRINSIP KERJA SPEKTRONIK 20................................................................................... 7
BAB III...................................................................................................................................... 10
METODOLOGI PRAKTIKUM.................................................................................................. 10
3.1 WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM........................................................................... 10
3.2 ALAT DAN BAHAN....................................................................................................... 10
3.3 PROSEDUR KERJA........................................................................................................ 11
BAB IV ..................................................................................................................................... 24
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 24
BAB V....................................................................................................................................... 26
PENUTUP................................................................................................................................. 26
5.1 KESIMPULAN................................................................................................................ 26
5.2 KRITIK DAN SARAN..................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 27
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju reaksi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi. Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan sebagai perubahan
konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan waktu.
Kinetika kimia merupakan cabang dari kimia fisika yang mempelajari sistem kimia
yang tergantung pada waktu, seperti sistem yang memiliki komposisi kimia yang berubah
selama perubahan waktu tertentu. Kinetika kimia membicarakan dinamika reaksi yang
meliputi laju reaksi, orde reaksi yang diperoleh dari hasil percobaan, hukum atau persamaan
laju, konstanta laju dan mekanisme reaksi. Berdasarkan hukum laju dapat ditentukan jenis
reaksi (reaksi sederhana atau reaksi kompleks), jika reaksi merupakan reaksi kompleks
berarti reaksi tersebut mempunyai mekanisme. Mekanisme reaksi yang terjadi dapat diramal
dari hukum laju. Konsentrasi reaktan merupakan hal yang selalu dikaji yaitu dengan
penentuan konsentrasi tiap-tiap spesies sebagai penentu laju reaksi.
Dalam menentukan tingkat reaksi suatu senyawa berwarna dapat digunakan alat
spektronik 20. Dimana alat ini dapat mengukur absorbansi suatu larutan berwarna, dan juga
dapat dihitung berapa panjang gelombang maksimal yang dimiliki sampel.
1.2 TUJUAN
1. Menjelaskan tentang kinetika reduksi metil orange ?
2. Mementukan tingkat reaksi terhadap Sn2+ dan Cl- melalui kinetika reduksi metil
orange?
3. Menjelaskan prinsip kerja dari alat spektronik 20 ?
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses itu ada
yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih cepat dibandingkan dengan
minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat, seperti membakar dinamit yang
menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat adalah seperti proses berkaratnya besi.
Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini
dikemukakan cara menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya
(Syukri,1999).
Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju reaksi dan faktor-
faktor yang mempengaruhi. Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan sebagai perubahan
konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan waktu. Laju rekasi suatu reaksi kimia
dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi. Untuk reaksi berikut:
A + B οƒ  AB
Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut:
R = k [A]m [B]n
k sebagai konstanta laju reaksi, m dan n orde parsial masing-masing pereaksi (Dogra.1990)
Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi, reaksi yang
berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut orde reaksi
nol. Reaksi orde pertama lebih sering menampakkan konsentrasi tunggal dalam hukum laju,
dan konsentrasi tersebut berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju reaksi
orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi masing-masing
berpangkat satu. Salah satu metode penentuan orde reaksi memerlukan pengukuran laju
reaksi awal dari sederet percobaan. Metode kedua membutuhkan pemetaan yang tepat dari
6
fungsi konsentrasi pereaksi terhadap waktu. Untuk mendapatkan grafik garis lurus.
(Chang.2007)
Metil Jingga atau sering disebut juga Metil Orange (Methyl Orange) memiliki rumus
molekul C14H14N3NaO3S. Memiliki massa molar 327.33 g molβˆ’1dan massa jenis 1.28 g/cm3.
Memiliki nama IUPAC Sodium 4-[(4-dimethylamino)phenyldiazenyl]benzenesulfonate.
Metil Jingga sering digunakan dalam titrasi karena perubahan warna yang dihasilkan
jelas dan berbeda. Karena perubahan warna pada pH asam sangat kuat maka biasanya
digunakan dalam titrasi untuk asam. Tidak seperti indikator universal, metil jingga tidak
memiliki spektrum penuh perubahan warna, namun memiliki titik akhir yang lebih tajam.
Metil jingga memiliki pKa sebesar 3,47 dalam air pada suhu 25 derajat Celcius. Kelarutan di
airnya mencapai 0.5 g/100 mL. (Underwood.1986)
Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia dan mempercepatnya,
tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia yang permanen. Jadi, katalis tidak muncul
dalam laju persamaan kimia balans secara keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat
mempengaruhi hukum laju, memodifikasi dan mempercepat lintasan yang ada.
Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan jumlah yang
sangat sedikit. Dalam kimia industry, banyak upaya untuk menemukan katalis yang akan
mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan timbulnya produk yang tidak diinginkan.
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi
pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis
menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis
mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi (Keenan Kleinfelter. 1989).
2.2 KINETIKA REDUKSI METIL ORANGE
Reaksi reduksi metil orange (MeO) oleh Sn2+ berjalan lambat dan untuk
mempercepat jalannya reaksi ditambah dengan Cl-. Diperkirakan bahwa reaksi melibatkan
kompleks Sn2+-Cl-, sehingga pada kondisi H3O+ konstan, laju reaksinya sebagai berikut :
βˆ’π‘‘ [𝑀𝑒𝑂]
𝑑𝑑
= k [Me O] [Sn2+]x [Cl-]y (1)
Dimana : [MeO] = konsentrasi metil orange
[Sn2+] = konsentrasi Sn2+
[Cl-] = konsetrasi Cl-
x dan y = berturut-turut tingkat reaksi terhadap Sn2+ dan Cl-
7
Bentuk kompleks Sn2+-Cl- dapat diperkirakan jika x dan y diketahui. Untuk
menentukan harga x dan y, percobaan dapat dilakukan pada konsentrasi Sn2+ dan Cl- >>
[MeO], sehingga percobaan [Sn2+] dan [Cl-] dapat dianggap konstan pada kondisi ini. Reaksi
menjadi pseudo tingkat satu terhadap MeO.
βˆ’π‘‘ [𝑀𝑒𝑂]
𝑑𝑑
= k’ d [MeO] οƒ  k’ = k [Sn2+]x[Cl-]y (2)
k’ adalah konstanta laju reaksi pseudo tingkat satu, dimana
k’ = k [Sn2+] [Cl-]
Jika k’ ditentukan untuk berbagai konsentrasi Sn2+ pada kondisi [Cl-] tetap dan [Sn2+]
>> [MeO] maka x dapat ditentukan dan slop grafik ln k’ versus ln [Cl-]. Penentuan harga k’
secara spektrofotometri, didasarkan pada persamaan (2), dimana penyelesaian persamaan ini
adalah :
ln
[ 𝑀𝑒𝑂]0
[𝑀𝑒𝑂]
= k’ t (3)
apabila A adalah absorbansi [MeO] pada waktu reaksi t dan A0 adalah absorbansi [MeO]0,
yaitu pada awal reaksi t = 0, maka persamaan (3) dapat diubah menjadi :
ln
𝐴0
𝐴
= k’ t
dengan mengamati A untuk berbagai waktu reaksi t maka k’ dapat ditentukan sebagai slop
grafik ln A versus t. (Tim Kimia Fisika.2014)
2.2 PRINSIP KERJA SPEKTRONIK 20
Alat Spektronik 20 adalah suatu alat yang mempunyai rentang panjang gelombang
dari 340 nm sampai 700 nm. Alat ini hanya dapat mengukur absorbansi dengan sampel
larutan yang berwarna. Sehingga apabila didapatkan sampel yang tidak berwarna maka
sampel itu harus dikomplekkan sehingga sampel itu dapat berwarna. Larutan yang berwarna
dalam tabung reaksi khusus dimasukan ke tempat cuplikan dan absorbansi atau persen
transmitansi dapat dibaca pada sekala pembacaan.
Sistem optik dari alat ini dapat dikembangkan sebagai berikut: sumber cahaya berupa
lampu tungsten akan memancarkan sinar polikromatik. Setelah melewati pengatur panjang
gelombang, hanya sinar yang mono kromatik dilewatkan ke larutan dan sinar yang melewati
larutan dideteksi oleh foto detektor. (Underwood.1986)
8
Hukum Lambert
Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus
cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan
intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan
berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium yang menyerap.
Atau dengan menyatakan bahwa lapisan manapun dari medium itu yang tebalnya sama akan
menyerap cahaya masuk kepadanya dengan fraksi yang sama. hukum ini dapat dinyatakan
oleh persamaan diferensial.
Hukum Beer
Sejauh ini telah dibahas absorbsi cahaya dan transmisi cahaya untuk cahaya
monokromatik sebagai fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Tetapi dalam analisis
kuantitatif orang terutama berurusan dengan larutan. Beer mengkaji efek konsentrasi
penyusun yang berwarna dalam larutan, terhadap transmisi maupun absorbsi cahaya.
Dijumpainya hubungan yang sama antara transmisi dan konsentrasi seperti yang ditemukan
Lambert antara transmisi dan ketebalan lapisan, yakni intensitas berkas cahaya
monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap
secara linier. Ini dapat ditulis dalam bentuk: It = I0e- k’c = I0 . 10-0,4343 k’c = I0 . 10-K’c .
Spektronik-20 yang pada hakekatnya terdiri dari monokromator kisi-difraksi dan
sistem deteksi elektronik, amplifikasi dan pengukuran. Spektronik-20 merupakan
spektrometer visible yang susunannya menggunakan satu berkas tunggal (single beam).
Spektrofotometer jenis ini memiliki susunan paling sederhana yang terdiri dari sumber sinar,
monokromator, kisi difraksi dan sistem pembacaan secara langsung.
Cahaya putih dari lampu wolfram difokuskan oleh lensa A ke celah masuk; lensa B
mengumpulkan cahaya dari celah masuk itu dan memfokuskan ke celah keluar setelah
dipantulkan dan didespersikan oleh kisi difraksi untuk memperoleh berbagai panjang
gelombang. Cahaya monokromatik yang menembus celah keluar melewati sampel yang akan
diukur dan jatuh ke tabung foto.
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang
hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau
Hukum Beer, berbunyi: jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan
sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi
eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan.
9
Hukum beer dapat ditulis sebagai:
A= a . b . c atau A = Ξ΅ . b . c
dimana:
A = absorbansi
b atau l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur.
Ξ΅ = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur
dalam molar
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
ppm).
(Hendayana.1994)
10
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM
Hari, Tanggal : Senin, 24 November 2014
Waktu : 09.40- 12.20 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fisika , FMIPA UNP
3.2 ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Spektronik 20
2. Gelas Ukur 10 mL
3. Labu takar 10 mL
4. Pipet Ukur 1 mL
5. Stopwatch
Bahan :
1. Larutan metil orange 10-4 M
2. Larutan HClO4 2 M
3. Larutan HCl 2 M
4. Aquadest
11
3.3 PROSEDUR KERJA
1. Hubungan A lawan [MeO]
Dibuat larutan standar MeO 10-4 M dalam larutan HClO4 2 M
Diencerkan larutan (I) dengan HClO4 2M sehingga didapatkan larutan MeO
10-4 M, 5x10-5 M, 1x10-5 M, 5x10-6 M dan 6x10-6 M
Ditentukan masing-masing adsorbansi larutan diatas pada panjang gelombang
515 nm dengan larutan HClO4 2M sebagai pembanding. Buatlah grafik A vs
[MeO]. Jika grafik ini tidak mengikuti Lambert-Beer, maka penentuan k’
harus menggunakan persamaan (3). Konsentrasi MeO ditentukan dengan
menggunakan kurva standar yang sudah dibuat.
2. Menentukan tingkat reaksi terhadap [Sn2+] (nilai x)
Buat Larutan SnCl2 0,25 M (jangan dibiarkan berhubungan dengan udara terlalu lama
karena akan teroksidasi)
Campurkan dalam labu takar 10ml, yaitu 2ml larutan MeO 10-1 M, 1,5 ml HCl 2M
dan 6,5 ml HClO4 2M
12
Tambahkan 0,2 ml larutan SnCl2 0,25 M ke dalam larutan (2). Jalankan stopwatch pada
waktu larutan SnCl2 ditambahkan. Kocok larutan ini dan segera masukkan ke dalam
kuvet. Tentukan adsorbansinya tiap 30 detik (amati selama 10 menit)
Ulangi percobaan 3 dengan menggunakan volume larutan SnCl2 0,25 M, yaitu 0,30 ml,
0,40 ml, dan 0,50 ml. Buatlah grafik A lawan t untuk setiap konsentrasi Sn2+ yang
berbeda kemudian buat grafik ln k’ vs ln [Sn2+] untuk menentukan x.
3. Menentukan tingkat reksi terhadap [Cl-] (nilai y)
Campurkan dalam labu takar 10ml, yaitu 2ml larutan MeO 10-4 dan 0,5 ml HCl 2M
kemudian 7,5ml HClO4 2M sehingga larutan menjadi 10ml.
13
Tambahkan 0,2ml larutan SnCl2 0,25 M pada larutan (1) kemudian kocok dan segera
masukkan dalam kuvet untuk menentukan adsorbansinya dengan selang waktu 30 detik
(amati selama 10 menit)
Percobaan (1) dan (2) diulangi untuk volume larutan HCl 2M, yaitu : 1ml, 2ml, dan 3ml.
Buatlah grafik A lawan t untuk setiap konsentrasi Cl- yang berbeda kemudian buat grafik
ln k’ vs ln [Cl-] untuk menentukan y.
14
3.4 PERHITUNGAN
1) Menentukan tingkat reaksi terhadap [Sn2+
] (nilai x)
Panjang gelombang maks (Ξ») = 581 nm
T
(waktu)
A
0,2 ml
A
0,3 ml
A
0,4 ml
A
0,5 ml
30 0,015 0,042 0,034 0,021
60 0,014 0,042 0,032 0,021
90 0.011 0,042 0,031 0,020
120 0,009 0,041 0,030 0,019
150 0,011 0,038 0,029 0,013
180 0,006 0,037 0,028 0,019
210 0,005 0,038 0,027 0,016
240 0,006 0,037 0,027 0,015
270 0,005 0,037 0,027 0,015
300 0,005 0,038 0,025 0,015
330 0,004 0,038 0,024
360 0,003 0,037 0,024
390 0,004 0,038 0,023
420 0,002 0,038 0,023
450 0,003 0,038 0,022
480 0,004 0,038 0,021
510 0,002 0,037 0,020
540 0,002 0,037 0,020
570 0,002 0,037 0,020
600 0,001 0,037 0,020
*Coret data yang tidak diolah
V = K [MeO] [Sn2+
]x
[Cl-
]
𝑉 =
βˆ’ 𝑑 [𝑆𝑛2+]
𝑑𝑑
βˆ’ 𝑑 [𝑆𝑛2+]
𝑑𝑑
= 𝐾 [ 𝑀𝑒𝑂][πΆπ‘™βˆ’] 𝑦
15
βˆ’ 𝑑 [𝑆𝑛2+]
𝑑𝑑
= 𝐾′[𝑆𝑛2+]
∫
βˆ’ 𝑑 [𝑆𝑛2+]
[𝑆𝑛2+]
= ∫ 𝐾′ 𝑑𝑑
ln[ 𝑆𝑛2+] = 𝐾′ 𝑑
Dimana : [Sn2+
] ∞ A
Sehingga : ln A = K’
t
y adalah ln A
x adalah K’
t
ο‚· Untuk SnCl2 β†’ 0,2 ml
t (sekon) A ln A
30 0,015 -4,1997
60 0,014 -4,2687
90 0,011 -4,5099
120 0,009 -4,7105
180 0,006 -5,1160
210 0,005 -5,2983
330 0,004 -5,5215
360 0,003 -5,8091
420 0,002 -6,2146
600 0,001 -6,9077
ο‚· Untuk SnCl2 β†’0,3 ml
t (sekon ) A ln A
30 0,042 -3,1701
120 0,041 -3,1942
150 0,038 -3,2702
180 0,037 -3,2968
y = -0.0048x - 4.1116
RΒ² = 0.9831
-8
-6
-4
-2
0
0 200 400 600 800
lnA
t (waktu)
Hubungan ln A terhadap waktu
y
Linear (y)
16
ο‚· Untuk SnCl2 β†’0,4 ml
t (sekon) A ln A
30 0,034 -3,3814
60 0,032 -3,4420
90 0,031 -3,4738
120 0,030 -3,5066
150 0,029 -3,5405
180 0,028 -3,5756
210 0,027 -3,6119
300 0,025 -3,6889
330 0,024 -3,7297
390 0,023 -3,7723
450 0,022 -3,8167
480 0,021 -3,8632
510 0,020 -3,9120
ο‚· Untuk SnCl2 β†’0,5 ml
t (sekon) A ln A
30 0,021 -3,8632
90 0,020 -3,9120
120 0,019 -3,9633
210 0,016 -4,1352
y = -0,008x - 3,131
RΒ² = 0,817
-3.35
-3.3
-3.25
-3.2
-3.15
0 50 100 150 200
lnA
t (waktu)
Hubungan ln A terhadap waktu
y
Linear (y)
y = -0.001x - 3.3802
RΒ² = 0.9935
-4
-3.9
-3.8
-3.7
-3.6
-3.5
-3.4
-3.3
0 200 400 600
lnA
t (waktu)
Hubungan ln A terhadap waktu
y
Linear (y)
17
240 0,015 -4,1997
Dimana , K’
= K [Sn2+
]x
K bernilai Konstan
K’
= [ Sn2+
]x
ln K = x ln [Sn2+
]
ln K adalah y
ln [Sn2+
] adalah x
V Sn2+
(ml) [Sn2+
] (M) K’
ln [Sn2+
] ln K’
0,2 0,0049 0,004 -5,3185 -5,5215
0,3 0,0073 0,008 -4,9199 -4,8283
0,4 0,0096 0,001 -4,6459 -6,9078
0,5 0,0119 0,001 -4,4312 -6,9078
Diketahui : [Sn2+
] = 0,25 M
a) V1 = 0,2 ml
mmol = 0,25 M x 0,2 ml
= 0,05 mmol
V2 = 10,2 ml
𝑀 =
0,05 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™
10,2 π‘šπ‘™
= 0,0049 M
b) V1 = 0,3 ml
mmol = 0,25 M x 0,3 ml
= 0,075 mmol
V2 = 10,3 ml
𝑀 =
0,075 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™
10,3 π‘šπ‘™
y = -0.0017x - 3.7849
RΒ² = 0.9763
-4.4
-4.2
-4
-3.8
0 100 200 300
lnA
t (waktu)
Hubungan ln A terhadap waktu
y
Linear (y)
18
= 0,0073 M
c) V1 = 0,4 ml
mmol = 0,25 M x 0,4 ml
= 0,1 mmol
V2 = 10,4 ml
𝑀 =
0,1 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™
10,4 π‘šπ‘™
= 0,0096 M
d) V1 = 0,5 ml
mmol = 0,25 M x 0,5 ml
= 0,125 mmol
V2 = 10,5 ml
𝑀 =
0,125 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™
10,5 π‘šπ‘™
= 0,0119 M
ο‚· Untuk SnCl2 β†’ 0,2 ml
K’
dari hasil grafik excell :
y = -0,004x - 4,111
K’
= - 0,004 = -4 x 10-3
ο‚· Untuk SnCl2 β†’0,3 ml
K’
dari hasil grafik excell :
y = -0,008x - 3,131
K’
= -0,008 = -8 x 10-3
ο‚· Untuk SnCl2 β†’0,4 ml
K’
dari hasil grafik excell :
y = -0,001x - 3,380
K’
= -0,001 = - 1 x 10-3
ο‚· Untuk SnCl2 β†’0,5 ml
K’
dari hasil grafik excell :
y = -0,001x - 3,784
K’
= -0,001 = -1 x 10-3
19
2) Menentukan tingkat reaksi terhadap [Cl-
] (nilai y)
Lamda maks (Ξ») = 336 nm
t
(waktu)
A
0,5 ml
A
1 ml
A
2 ml
A
3 ml
30 0,135 0,065 0,098 0,089
60 0,126 0,060 0,092 0,083
90 0,136 0,061 0,096 0,085
120 0,143 0,060 0,093 0,080
150 0,131 0,057 0,091 0,078
180 0,133 0,060 0,086 0,081
210 0,129 0,059 0,083 0,081
240 0,133 0,058 0,084 0,079
270 0,128 0,073 0,084 0,080
300 0,120 0,054 0,083 0,080
330 0,121 0,054 0,083 0,078
360 0,161 0,054 0,084 0,077
390 0,113 0,052 0,080 0,078
420 0,110 0,053 0,083 0,077
450 0,110 0,053 0,084 0,077
480 0,106 0,052 0,084 0,077
510 0,092 0,052 0,084 0,078
540 0,095 0,053 0,087 0,077
570 0,100 0,051 0,086 0,077
600 0,104 0,052 0,087 0,078
*Coret data yang tidak diolah
𝑑[ 𝑀𝑒𝑂]
𝑑𝑑
= π‘˜[ 𝑀𝑒𝑂][ 𝑆𝑛2+][ πΆπ‘™βˆ’] π‘˜β€² = π‘˜[ 𝑆𝑛2+][πΆπ‘™βˆ’]
𝑑[ 𝑀𝑒𝑂]
𝑑𝑑
= π‘˜β€²[ 𝑀𝑒𝑂]
∫
𝑑[ 𝑀𝑒𝑂]
𝑑𝑑
= ∫ π‘˜β€² 𝑑𝑑
y = -1.9744x - 15.576
RΒ² = 0.5285
-8
-6
-4
-2
0
-6 -4 -2 0
lnK'
ln [Sn2+]
Hubungan ln [Sn2+] terhadap ln K'
y
Linear (y)
20
ln[ 𝑀𝑒𝑂] = π‘˜β€² 𝑑𝑑
ln 𝐴 = π‘˜β€² 𝑑
𝑦 = π‘šπ‘₯
ο‚· Untuk HCl β†’ 0,5 ml
t
(waktu )
A ln A
120 0,143 -1,9449
180 0,133 -2,0174
210 0,129 -2,0479
270 0,128 -2,0557
300 0,120 -2,1203
390 0,113 -2,1804
420 0,110 -2,2073
480 0,106 -2,2443
540 0,095 -2,3539
ο‚· Untuk HCl β†’ 1 ml
t
(waktu)
A ln A
30 0,065 -2,7334
90 0,061 -2,7969
210 0,059 -2,8302
240 0,058 -2,8473
300 0,054 -2,9188
420 0,053 -2,9375
480 0,052 -2,9565
570 0,051 -2,9759
y = -0,005x - 1,844
RΒ² = 0,975
-2.5
-2
-1.5
-1
-0.5
0
0 200 400 600
lnA
t (waktu)
Hubungan ln A terhadap waktu
y
Linear (y)
21
ο‚· Untuk HCl β†’ 2 ml
t
(waktu)
A ln A
30 0,098 -2,3228
90 0,096 -2,3434
120 0,093 -2,3752
150 0,091 -2,3969
180 0,086 -2,4534
240 0,084 -2,4769
300 0,083 -2,4889
390 0,080 -2,5257
ο‚· Untuk HCl β†’ 3 ml
t
(waktu)
A ln A
30 0,089 -2,4191
90 0,085 -2,4651
180 0,081 -2,5133
270 0,080 -2,5257
330 0,078 -2,5510
360 0,077 -2,5639
y = -0,006x - 2,745
RΒ² = 0,941
-3.05
-3
-2.95
-2.9
-2.85
-2.8
-2.75
-2.7
0 200 400 600
lnA
t (waktu)
Hubungan ln A terhadap waktu
y
Linear (y)
y = -0,0012x - 2,309
RΒ² = 0,931
-2.6
-2.55
-2.5
-2.45
-2.4
-2.35
-2.3
0 100 200 300 400 500
lnA
t (waktu)
Hubungan ln A terhadap waktu
y
Linear (y)
22
V HCl (ml) [Cl-
] (M) K’
ln [Cl-
] ln K’
0,5 0,098 5 x 10-3
-2,3228 -5,2983
1 0,187 6 x 10-3
-1,6766 -5,1159
2 0,34 1,2 x 10-3
-1,0788 -6,7254
3 0,47 4 x 10-3
-0,7550 -5,5215
Diketahui : [Cl-
] = 2 M
a) V1 = 0,5 ml
mmol = 2 M x 0,5 ml
= 1 mmol
V2 = 10,2 ml
𝑀 =
1 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™
10,2 π‘šπ‘™
= 0,098 M
b) V1 = 1 ml
mmol = 2 M x 1 ml
= 2 mmol
V2 = 10,7 ml
𝑀 =
2 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™
10,7 π‘šπ‘™
= 0,187 M
c) V1 = 2 ml
mmol = 2 M x 2 ml
= 4 mmol
V2 = 11,7 ml
𝑀 =
4 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™
11,7 π‘šπ‘™
= 0,34 M
y = -0,004x - 2,421
RΒ² = 0,955
-2.6
-2.55
-2.5
-2.45
-2.4
0 100 200 300 400
lnA
t (waktu)
Hubungan ln A terhadap waktu
y
Linear (y)
23
d) V1 = 3 ml
mmol = 2 M x 3 ml
= 6 mmol
V2 = 12,7 ml
𝑀 =
6 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™
12,7 π‘šπ‘™
= 0,47 M
ο‚· Untuk Cl-
β†’ 0,5 ml
K’
dari hasil grafik excell :
y = -0,005x - 1,844
K’
= - 0,005 = -5 x 10-3
ο‚· Untuk Cl-
β†’ 1 ml
K’
dari hasil grafik excell :
y = -0,006x - 2,745
K’
= -0,006 = -6 x 10-3
ο‚· Untuk Cl-
β†’2 ml
K’
dari hasil grafik excell :
y = -0,0012x - 2,309
K’
= -0,0012 = - 1,2 x 10-3
ο‚· Untuk Cl-
β†’3 ml
K’
dari hasil grafik excell :
y = -0,004x - 2,421
K’
= -0,004 = -4 x 10-3
y = -0.515x - 6.4163
RΒ² = 0.2405
-8
-6
-4
-2
0
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0
lnK'
ln [Cl-]
Hubungan ln [Cl-] terhadap ln K'
y
Linear (y)
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini berjudul KINETIKA REDUKSI METIL ORANGE yang
bertujuan untuk menentukan tingkat reaksi terhadap Sn2+ dan Cl- . Reaksi reduksi metil
orange (MeO) oleh Sn2+ berjalan lambat, untuk itu agar reaksi berjalan lebih cepat ditambah
Cl-. Reaksi yang terjadi anatara metil orange dan Sn2+ merupakan reaksi redoks.
H3C
N βˆ’ βˆ’ N= Nβˆ’ βˆ’SO3H + 2 Sn2+ + 4 H3O+ β†’
H3C
H3C
N βˆ’ βˆ’ NH2 + H2N βˆ’ βˆ’SO3H + 2 Sn4+ + 4H2O
H3C
Dari reaksi terlihat bahwa Sn2+ mengalami oksidasi (+2 menjadi +4) dan MeO
mengalami reduksi. Diperkirakan bahwa reaksi melibatkan kompleks Sn2+ βˆ’ Cl- dengan
penambahan Cl- sehingga pada kondisi H3O+ konstan, laju reaksi dinyatakan sebagai :
βˆ’
𝑑[ 𝑀𝑒𝑂]
𝑑𝑑
= π‘˜[ 𝑀𝑒𝑂][𝑆𝑛2+
] π‘₯
[πΆπ‘™βˆ’
] 𝑦
Dalam percobaan untuk menentukan harga x dan y yang merupakan orde Sn2+ dan
Cl- , dilakukan 2 percobaan. Kedua percobaan ini dilakukan dengan menghitung adsorban
Sn2+ dan Cl- menggunakan Spektronik D 20+.
Spektronik 20 merupakan alat yang mempunyai rentang panajang gelombang dari
340 nm – 600 nm. Alat ini hanya dapat mengukur adsorbansi dengan sampel larutan yang
berwarna sehingga apabila didapatkan sampel yang tidak berwarna, maka sampel harus di
komplekskan sehingga sampel itu berwarna.
Sampel yang digunakan dalam praktikum adalah Metil Orange, SnCl2, HClO4 dan
HCl. Campuran senyawa ini membentuk larutan berwarna merah, sehingga dapat diukur
absorbannya menggunakan spektronik.
Menentukan Orde reaksi [Sn2+]x (nilai x)
Sampel yang digunakan adalah campuran dari 2 ml larutan MeO 10-4 M + 1,5 ml
HCl 2 M + 6,5 ml HClO4 2M. Kemudian di encerkan 10 kali pengenceran. Setelah
dilakukan kalibrasi kuvet , ditentukan panjang gelombang maksimum yang digunakan. Dari
hasil pengukuran adsorbansi, diperoleh harga Ξ»maksimum adalah 581 nm yang memiliki daya
adsorbansi tertinggi. Selanjutnya dilakukan pengukuran adsorbansi larutan dengan larutan
25
blanko campuran MeO + HCl + HClO4 tanpa ditambahkan larutan SnCl2. Pengukuran
adsorbansi dilakukan sebanyak 20 kali setiap 30 detik. Diperoleh nilai adsorbansinya
semakin kecil, ini menandakan bahwa banyaknya sinar yang diserap oleh larutan semakin
sedikit.
Penambahan SnCl2 divariasikan yaitu 0,2 ml ; 0,3 ml; 0,4 ml dan 0,5 ml. Setiap
penambahan SnCl2 tersebut dilakukan pengukuran adsorbansi sebanyak 20 kali. Sehingga
diperoleh data 80 buah, kemudian diolah untuk menentukan nilai x.
Setelah dilakukan pengukuran adsorbansi, dilakukan perhitungan dan dibuat grafik
ln A vs t. Slope dari grafik tersebut merupakan nilai K’ = k [Sn2+] [Cl-]. Nilai K’ untuk
masing – masing penambahan SnCl2 bervariasi.
Penambahan larutan SnCl2 dengan volume berubah mengakibatkan berubahnya
konsentrasi SnCl2, setelah dilakukan perhitungan sehingga diperoleh konsentrasi dari Sn2+ .
dengan adanya data nilai K’ dan konsentrasi Sn2+ maka dapat dibuat grafik hubungan ln K’
terhadap ln [Sn2+]. Dari grafik tersebut diperoleh nilai x (orde reaksi terhadap konsentrasi
Sn2+) yang merupakan slope dari grafik ln K’ vs ln [Sn2+].
Menentukan orde reaksi terhadap [Cl-] (nilai y)
Untuk menentukan orde reaksi terhadap [Cl-] juga dilakukan dengan cara yang sama
dengan penentuan orde reaksi terhadap [Sn2+], namun yang divariasikan adalah volume HCl
yaitu 0,5 ml; 1 ml; 2 ml dan 3 ml. Pengukuran adsorbansi juga dilakukan sebanyak 20 kali
setiap oenambahannya. Pada saat penetuan nilai adsorbansi (A) kecenderungan nilai yang
didapat juga semakin menurun setelah menggambar 4 grafik pertama yaitu ln A vs t
sehingga diperoleh harga K’. Dari perhitungan yang diperoleh [Cl-] dapat dibuat grafik ln K’
vs ln [Cl-] sehingga diperoleh slopenya. Nilai slope merupakan nilai y yaitu orde reaksi [Cl-]
(tingkat reaksi terhadap konsentrasi Cl-).
Kesalahan yang mungkin terjadi adalah waktu yang digunakan tidak pas per 30
detik, kesalahan dalam pengambilan volume zat serta alat yang tidak bersih terkontaminasi
zat lain.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Reaksi antara metil orange dan Sn2+
merupakan reaksi redoks yang berlangsung lambat.
2. Untuk mempercepat laju reaksi metil orange dan Sn2+
ditambahkan Cl-
.
3. Semakin lama waktu untuk mengukur adsorbansi, adsorbansi yang didapatkan semakin
kecil.
4. Semakin banyak SnCl2 atau HCl yang ditambahkan nilai adsorbansi semakin kecil.
5.2 KRITIK DAN SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangannya
atau masih jauh dari kesempurnaannya seperti yang diharapkan oleh karena itu kritik dan
sarani yang bersifat konstruktif sangat diharapkan guna memperbaiki penulisan lebih
lanjut.
27
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Day, R.A dan Underwood, A.L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga : Jakarta.
Dogra, S.K dan S.Dogra.1990.Kimia Fisik dan soal-soal.Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia
Hendayana, Sumar. (1994). Kimia Analitik Instrumen.Semarang:Semarang Press.
Keenan Kleinfelter, Wood. 1989. Kimia untuk Universitas Jilid 1 . Jakarta : Erlangga
Syukri S.dkk. 1999. Kimia Fisika. Padang : UNP
Tim Kimia Fisika. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisika 2. Padang : FMIPA UNP

More Related Content

What's hot

Mekanisme reaksi naftalen (1)
Mekanisme reaksi naftalen (1)Mekanisme reaksi naftalen (1)
Mekanisme reaksi naftalen (1)
Ridwan Efendi
Β 
Sifat koligatif larutan (media).pptx [autosaved]
Sifat koligatif larutan (media).pptx [autosaved]Sifat koligatif larutan (media).pptx [autosaved]
Sifat koligatif larutan (media).pptx [autosaved]
ryryn
Β 
Reaksi reduksi oksidasi
Reaksi reduksi oksidasiReaksi reduksi oksidasi
Reaksi reduksi oksidasi
EKO SUPRIYADI
Β 
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Dila Adila
Β 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i
Dede Suhendra
Β 
Ion exchange
Ion exchangeIon exchange
Ion exchange
Iffa M.Nisa
Β 
Katalis heterogen
Katalis heterogenKatalis heterogen
Katalis heterogen
Hilya Fithri
Β 
Penentuan laju reaksi dan tetapan laju reaksi
Penentuan laju reaksi dan tetapan laju reaksiPenentuan laju reaksi dan tetapan laju reaksi
Penentuan laju reaksi dan tetapan laju reaksi
Dian Mustikasari
Β 
Kinetika reaksi-pertemuan-6
Kinetika reaksi-pertemuan-6Kinetika reaksi-pertemuan-6
Kinetika reaksi-pertemuan-6
Muhamad Jamil
Β 

What's hot (20)

Mekanisme reaksi naftalen (1)
Mekanisme reaksi naftalen (1)Mekanisme reaksi naftalen (1)
Mekanisme reaksi naftalen (1)
Β 
Sifat koligatif larutan (media).pptx [autosaved]
Sifat koligatif larutan (media).pptx [autosaved]Sifat koligatif larutan (media).pptx [autosaved]
Sifat koligatif larutan (media).pptx [autosaved]
Β 
Reaksi reduksi oksidasi
Reaksi reduksi oksidasiReaksi reduksi oksidasi
Reaksi reduksi oksidasi
Β 
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Β 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i
Β 
Ion exchange
Ion exchangeIon exchange
Ion exchange
Β 
Laporan tetap metil ester (1)
Laporan tetap metil ester (1)Laporan tetap metil ester (1)
Laporan tetap metil ester (1)
Β 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi
Β 
Termokimia
TermokimiaTermokimia
Termokimia
Β 
Makalah laju reaksi
Makalah laju reaksiMakalah laju reaksi
Makalah laju reaksi
Β 
Laporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlichLaporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlich
Β 
Katalis heterogen
Katalis heterogenKatalis heterogen
Katalis heterogen
Β 
Dekomposisi Hidrogen Peroksida
Dekomposisi Hidrogen Peroksida Dekomposisi Hidrogen Peroksida
Dekomposisi Hidrogen Peroksida
Β 
Hukum henry
Hukum henryHukum henry
Hukum henry
Β 
Sintesis gas hidrogen
Sintesis gas hidrogenSintesis gas hidrogen
Sintesis gas hidrogen
Β 
Pertemuan 1 pendahuluan
Pertemuan 1 pendahuluanPertemuan 1 pendahuluan
Pertemuan 1 pendahuluan
Β 
Penentuan laju reaksi dan tetapan laju reaksi
Penentuan laju reaksi dan tetapan laju reaksiPenentuan laju reaksi dan tetapan laju reaksi
Penentuan laju reaksi dan tetapan laju reaksi
Β 
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy3 termodinamika  gas ideal  dan gas nyata - copy
3 termodinamika gas ideal dan gas nyata - copy
Β 
Kinetika reaksi-pertemuan-6
Kinetika reaksi-pertemuan-6Kinetika reaksi-pertemuan-6
Kinetika reaksi-pertemuan-6
Β 
Warna & kemagnetan senyawa kompleks 2017 1
Warna & kemagnetan senyawa kompleks 2017 1Warna & kemagnetan senyawa kompleks 2017 1
Warna & kemagnetan senyawa kompleks 2017 1
Β 

Similar to Kinetika reduksi me o

Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)
Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)
Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)
samira_fa34
Β 
Laporan praktikum kimfis kel ix
Laporan praktikum kimfis kel ixLaporan praktikum kimfis kel ix
Laporan praktikum kimfis kel ix
Dede Suhendra
Β 
LAJU REAKSI.pptx
LAJU REAKSI.pptxLAJU REAKSI.pptx
LAJU REAKSI.pptx
jjdkdsnda
Β 
KINEKTIKA DAN STABILTAS (1).pptx
KINEKTIKA DAN STABILTAS (1).pptxKINEKTIKA DAN STABILTAS (1).pptx
KINEKTIKA DAN STABILTAS (1).pptx
HasbiNaibaho
Β 
mengenal laju reaksi kimia.pptx
mengenal laju reaksi kimia.pptxmengenal laju reaksi kimia.pptx
mengenal laju reaksi kimia.pptx
Yashmin27
Β 
Jurnal Percobaan IV_ Kelompok 3(1) (1).docx
Jurnal Percobaan IV_ Kelompok 3(1) (1).docxJurnal Percobaan IV_ Kelompok 3(1) (1).docx
Jurnal Percobaan IV_ Kelompok 3(1) (1).docx
AzkaKamilah
Β 
Kimia Fisika Mekanisme Reksi
Kimia Fisika Mekanisme ReksiKimia Fisika Mekanisme Reksi
Kimia Fisika Mekanisme Reksi
marnitukan
Β 
thermodinamika teknik kimia
thermodinamika teknik kimiathermodinamika teknik kimia
thermodinamika teknik kimia
sartikot
Β 

Similar to Kinetika reduksi me o (20)

Laporan kinetika reaksi
Laporan kinetika reaksiLaporan kinetika reaksi
Laporan kinetika reaksi
Β 
MATERI BIOLOGI MOLEKULER - PRINCIPLES OF CHEMICAL KINETICS.pptx
MATERI BIOLOGI MOLEKULER - PRINCIPLES OF CHEMICAL KINETICS.pptxMATERI BIOLOGI MOLEKULER - PRINCIPLES OF CHEMICAL KINETICS.pptx
MATERI BIOLOGI MOLEKULER - PRINCIPLES OF CHEMICAL KINETICS.pptx
Β 
Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)
Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)
Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)
Β 
Laporan praktikum kimfis kel ix
Laporan praktikum kimfis kel ixLaporan praktikum kimfis kel ix
Laporan praktikum kimfis kel ix
Β 
Laporan Kimia Dasar
Laporan Kimia DasarLaporan Kimia Dasar
Laporan Kimia Dasar
Β 
Laporan kecepatan reaksi
Laporan kecepatan reaksiLaporan kecepatan reaksi
Laporan kecepatan reaksi
Β 
Laju reaksi ivan kimiakusuka
Laju reaksi  ivan kimiakusukaLaju reaksi  ivan kimiakusuka
Laju reaksi ivan kimiakusuka
Β 
Laporan Praktikum Kimia
Laporan Praktikum KimiaLaporan Praktikum Kimia
Laporan Praktikum Kimia
Β 
Nisrina muslihin farmasi
Nisrina muslihin farmasiNisrina muslihin farmasi
Nisrina muslihin farmasi
Β 
LAJU REAKSI.pptx
LAJU REAKSI.pptxLAJU REAKSI.pptx
LAJU REAKSI.pptx
Β 
KINEKTIKA DAN STABILTAS (1).pptx
KINEKTIKA DAN STABILTAS (1).pptxKINEKTIKA DAN STABILTAS (1).pptx
KINEKTIKA DAN STABILTAS (1).pptx
Β 
Kinematika reaksi
Kinematika reaksiKinematika reaksi
Kinematika reaksi
Β 
mengenal laju reaksi kimia.pptx
mengenal laju reaksi kimia.pptxmengenal laju reaksi kimia.pptx
mengenal laju reaksi kimia.pptx
Β 
laju_reaksi_ppt.ppt
laju_reaksi_ppt.pptlaju_reaksi_ppt.ppt
laju_reaksi_ppt.ppt
Β 
Jurnal Percobaan IV_ Kelompok 3(1) (1).docx
Jurnal Percobaan IV_ Kelompok 3(1) (1).docxJurnal Percobaan IV_ Kelompok 3(1) (1).docx
Jurnal Percobaan IV_ Kelompok 3(1) (1).docx
Β 
Konsentrasi larutan
Konsentrasi larutanKonsentrasi larutan
Konsentrasi larutan
Β 
Kimia Fisika Mekanisme Reksi
Kimia Fisika Mekanisme ReksiKimia Fisika Mekanisme Reksi
Kimia Fisika Mekanisme Reksi
Β 
Kecepatan Reaksi 10.7 58 SMAKBo
Kecepatan Reaksi 10.7 58 SMAKBoKecepatan Reaksi 10.7 58 SMAKBo
Kecepatan Reaksi 10.7 58 SMAKBo
Β 
thermodinamika teknik kimia
thermodinamika teknik kimiathermodinamika teknik kimia
thermodinamika teknik kimia
Β 
presentasi_laju_reaksi_pptx.pptx
presentasi_laju_reaksi_pptx.pptxpresentasi_laju_reaksi_pptx.pptx
presentasi_laju_reaksi_pptx.pptx
Β 

Recently uploaded

Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
baiqtryz
Β 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
MemenAzmi1
Β 

Recently uploaded (11)

bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
Β 
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Β 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energi
Β 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Β 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Β 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Β 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
Β 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
Β 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Β 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
Β 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
Β 

Kinetika reduksi me o

  • 1. MAKALAH KIMIA FISIKA 2 KINETIKA REDUKSI METIL ORANGE Disusun Oleh : Kelompok 5 : Charles Zulnata / 1205728 Nailul Husni Asfar / 1308493 Wike Handayani / 1205712 Dosen : Ananda Putra, S.si, M. Si, Ph. D Yerimadesi , S. Pd, M. Si Asisten Dosen : Diki Febrianta Faizzah Qurrata Aini Putri Rahmadani Riga , S. Pd LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita curahkan kepada Allah SWT, karena atas izin-Nya kita dapat menyusun makalah ini yang bisa dimanfaatkan untuk hal pembelajaran dan ilmu pengetahuan khusunya dalam ilmu kimia. Makalah ini disusun berdasarkan data dari berbagai sumber yang didapatkan sehingga menjadi sebuah karya tulis ilmiah sederhana yang berbentuk makalah. Selama proses pembuatan makalah ini, banyak hal yang kita dapatkan, termasuk ilmu pengetahuan baru , tepatnya mengenal lebih dalam tentang salah satu dari berbagai macam materi yaitu tentang KINETIKA REDUKSI METIL ORANGE. Semoga dengan tersusunnya makalah ini bisa bermanfaat-bagi orang lain. Kita menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini sangat banyak kekurangannya. Oleh karena itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan agar penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut. Terima kasih. Padang, 6 Desember 2014 Penyusun
  • 3. 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 2 DAFTAR ISI................................................................................................................................ 3 BAB I..........................................................................................................................................4 PENDAHULUAN........................................................................................................................ 4 1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................4 1.2 TUJUAN........................................................................................................................... 4 BAB II.........................................................................................................................................5 LANDASAN TEORI.................................................................................................................... 5 2.1 PENGERTIAN.................................................................................................................. 5 2.2 PRINSIP KERJA SPEKTRONIK 20................................................................................... 7 BAB III...................................................................................................................................... 10 METODOLOGI PRAKTIKUM.................................................................................................. 10 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM........................................................................... 10 3.2 ALAT DAN BAHAN....................................................................................................... 10 3.3 PROSEDUR KERJA........................................................................................................ 11 BAB IV ..................................................................................................................................... 24 PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 24 BAB V....................................................................................................................................... 26 PENUTUP................................................................................................................................. 26 5.1 KESIMPULAN................................................................................................................ 26 5.2 KRITIK DAN SARAN..................................................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 27
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan waktu. Kinetika kimia merupakan cabang dari kimia fisika yang mempelajari sistem kimia yang tergantung pada waktu, seperti sistem yang memiliki komposisi kimia yang berubah selama perubahan waktu tertentu. Kinetika kimia membicarakan dinamika reaksi yang meliputi laju reaksi, orde reaksi yang diperoleh dari hasil percobaan, hukum atau persamaan laju, konstanta laju dan mekanisme reaksi. Berdasarkan hukum laju dapat ditentukan jenis reaksi (reaksi sederhana atau reaksi kompleks), jika reaksi merupakan reaksi kompleks berarti reaksi tersebut mempunyai mekanisme. Mekanisme reaksi yang terjadi dapat diramal dari hukum laju. Konsentrasi reaktan merupakan hal yang selalu dikaji yaitu dengan penentuan konsentrasi tiap-tiap spesies sebagai penentu laju reaksi. Dalam menentukan tingkat reaksi suatu senyawa berwarna dapat digunakan alat spektronik 20. Dimana alat ini dapat mengukur absorbansi suatu larutan berwarna, dan juga dapat dihitung berapa panjang gelombang maksimal yang dimiliki sampel. 1.2 TUJUAN 1. Menjelaskan tentang kinetika reduksi metil orange ? 2. Mementukan tingkat reaksi terhadap Sn2+ dan Cl- melalui kinetika reduksi metil orange? 3. Menjelaskan prinsip kerja dari alat spektronik 20 ?
  • 5. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih cepat dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya (Syukri,1999). Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju reaksi dan faktor- faktor yang mempengaruhi. Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan waktu. Laju rekasi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi. Untuk reaksi berikut: A + B οƒ  AB Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut: R = k [A]m [B]n k sebagai konstanta laju reaksi, m dan n orde parsial masing-masing pereaksi (Dogra.1990) Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi, reaksi yang berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut orde reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering menampakkan konsentrasi tunggal dalam hukum laju, dan konsentrasi tersebut berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi masing-masing berpangkat satu. Salah satu metode penentuan orde reaksi memerlukan pengukuran laju reaksi awal dari sederet percobaan. Metode kedua membutuhkan pemetaan yang tepat dari
  • 6. 6 fungsi konsentrasi pereaksi terhadap waktu. Untuk mendapatkan grafik garis lurus. (Chang.2007) Metil Jingga atau sering disebut juga Metil Orange (Methyl Orange) memiliki rumus molekul C14H14N3NaO3S. Memiliki massa molar 327.33 g molβˆ’1dan massa jenis 1.28 g/cm3. Memiliki nama IUPAC Sodium 4-[(4-dimethylamino)phenyldiazenyl]benzenesulfonate. Metil Jingga sering digunakan dalam titrasi karena perubahan warna yang dihasilkan jelas dan berbeda. Karena perubahan warna pada pH asam sangat kuat maka biasanya digunakan dalam titrasi untuk asam. Tidak seperti indikator universal, metil jingga tidak memiliki spektrum penuh perubahan warna, namun memiliki titik akhir yang lebih tajam. Metil jingga memiliki pKa sebesar 3,47 dalam air pada suhu 25 derajat Celcius. Kelarutan di airnya mencapai 0.5 g/100 mL. (Underwood.1986) Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia dan mempercepatnya, tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia yang permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam laju persamaan kimia balans secara keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju, memodifikasi dan mempercepat lintasan yang ada. Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi, meskipun dengan jumlah yang sangat sedikit. Dalam kimia industry, banyak upaya untuk menemukan katalis yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa meningkatkan timbulnya produk yang tidak diinginkan. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi (Keenan Kleinfelter. 1989). 2.2 KINETIKA REDUKSI METIL ORANGE Reaksi reduksi metil orange (MeO) oleh Sn2+ berjalan lambat dan untuk mempercepat jalannya reaksi ditambah dengan Cl-. Diperkirakan bahwa reaksi melibatkan kompleks Sn2+-Cl-, sehingga pada kondisi H3O+ konstan, laju reaksinya sebagai berikut : βˆ’π‘‘ [𝑀𝑒𝑂] 𝑑𝑑 = k [Me O] [Sn2+]x [Cl-]y (1) Dimana : [MeO] = konsentrasi metil orange [Sn2+] = konsentrasi Sn2+ [Cl-] = konsetrasi Cl- x dan y = berturut-turut tingkat reaksi terhadap Sn2+ dan Cl-
  • 7. 7 Bentuk kompleks Sn2+-Cl- dapat diperkirakan jika x dan y diketahui. Untuk menentukan harga x dan y, percobaan dapat dilakukan pada konsentrasi Sn2+ dan Cl- >> [MeO], sehingga percobaan [Sn2+] dan [Cl-] dapat dianggap konstan pada kondisi ini. Reaksi menjadi pseudo tingkat satu terhadap MeO. βˆ’π‘‘ [𝑀𝑒𝑂] 𝑑𝑑 = k’ d [MeO] οƒ  k’ = k [Sn2+]x[Cl-]y (2) k’ adalah konstanta laju reaksi pseudo tingkat satu, dimana k’ = k [Sn2+] [Cl-] Jika k’ ditentukan untuk berbagai konsentrasi Sn2+ pada kondisi [Cl-] tetap dan [Sn2+] >> [MeO] maka x dapat ditentukan dan slop grafik ln k’ versus ln [Cl-]. Penentuan harga k’ secara spektrofotometri, didasarkan pada persamaan (2), dimana penyelesaian persamaan ini adalah : ln [ 𝑀𝑒𝑂]0 [𝑀𝑒𝑂] = k’ t (3) apabila A adalah absorbansi [MeO] pada waktu reaksi t dan A0 adalah absorbansi [MeO]0, yaitu pada awal reaksi t = 0, maka persamaan (3) dapat diubah menjadi : ln 𝐴0 𝐴 = k’ t dengan mengamati A untuk berbagai waktu reaksi t maka k’ dapat ditentukan sebagai slop grafik ln A versus t. (Tim Kimia Fisika.2014) 2.2 PRINSIP KERJA SPEKTRONIK 20 Alat Spektronik 20 adalah suatu alat yang mempunyai rentang panjang gelombang dari 340 nm sampai 700 nm. Alat ini hanya dapat mengukur absorbansi dengan sampel larutan yang berwarna. Sehingga apabila didapatkan sampel yang tidak berwarna maka sampel itu harus dikomplekkan sehingga sampel itu dapat berwarna. Larutan yang berwarna dalam tabung reaksi khusus dimasukan ke tempat cuplikan dan absorbansi atau persen transmitansi dapat dibaca pada sekala pembacaan. Sistem optik dari alat ini dapat dikembangkan sebagai berikut: sumber cahaya berupa lampu tungsten akan memancarkan sinar polikromatik. Setelah melewati pengatur panjang gelombang, hanya sinar yang mono kromatik dilewatkan ke larutan dan sinar yang melewati larutan dideteksi oleh foto detektor. (Underwood.1986)
  • 8. 8 Hukum Lambert Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium yang menyerap. Atau dengan menyatakan bahwa lapisan manapun dari medium itu yang tebalnya sama akan menyerap cahaya masuk kepadanya dengan fraksi yang sama. hukum ini dapat dinyatakan oleh persamaan diferensial. Hukum Beer Sejauh ini telah dibahas absorbsi cahaya dan transmisi cahaya untuk cahaya monokromatik sebagai fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Tetapi dalam analisis kuantitatif orang terutama berurusan dengan larutan. Beer mengkaji efek konsentrasi penyusun yang berwarna dalam larutan, terhadap transmisi maupun absorbsi cahaya. Dijumpainya hubungan yang sama antara transmisi dan konsentrasi seperti yang ditemukan Lambert antara transmisi dan ketebalan lapisan, yakni intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier. Ini dapat ditulis dalam bentuk: It = I0e- k’c = I0 . 10-0,4343 k’c = I0 . 10-K’c . Spektronik-20 yang pada hakekatnya terdiri dari monokromator kisi-difraksi dan sistem deteksi elektronik, amplifikasi dan pengukuran. Spektronik-20 merupakan spektrometer visible yang susunannya menggunakan satu berkas tunggal (single beam). Spektrofotometer jenis ini memiliki susunan paling sederhana yang terdiri dari sumber sinar, monokromator, kisi difraksi dan sistem pembacaan secara langsung. Cahaya putih dari lampu wolfram difokuskan oleh lensa A ke celah masuk; lensa B mengumpulkan cahaya dari celah masuk itu dan memfokuskan ke celah keluar setelah dipantulkan dan didespersikan oleh kisi difraksi untuk memperoleh berbagai panjang gelombang. Cahaya monokromatik yang menembus celah keluar melewati sampel yang akan diukur dan jatuh ke tabung foto. Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi: jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan.
  • 9. 9 Hukum beer dapat ditulis sebagai: A= a . b . c atau A = Ξ΅ . b . c dimana: A = absorbansi b atau l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm) c = konsentrasi larutan yang diukur. Ξ΅ = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm). (Hendayana.1994)
  • 10. 10 BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM Hari, Tanggal : Senin, 24 November 2014 Waktu : 09.40- 12.20 WIB Tempat : Laboratorium Kimia Fisika , FMIPA UNP 3.2 ALAT DAN BAHAN Alat : 1. Spektronik 20 2. Gelas Ukur 10 mL 3. Labu takar 10 mL 4. Pipet Ukur 1 mL 5. Stopwatch Bahan : 1. Larutan metil orange 10-4 M 2. Larutan HClO4 2 M 3. Larutan HCl 2 M 4. Aquadest
  • 11. 11 3.3 PROSEDUR KERJA 1. Hubungan A lawan [MeO] Dibuat larutan standar MeO 10-4 M dalam larutan HClO4 2 M Diencerkan larutan (I) dengan HClO4 2M sehingga didapatkan larutan MeO 10-4 M, 5x10-5 M, 1x10-5 M, 5x10-6 M dan 6x10-6 M Ditentukan masing-masing adsorbansi larutan diatas pada panjang gelombang 515 nm dengan larutan HClO4 2M sebagai pembanding. Buatlah grafik A vs [MeO]. Jika grafik ini tidak mengikuti Lambert-Beer, maka penentuan k’ harus menggunakan persamaan (3). Konsentrasi MeO ditentukan dengan menggunakan kurva standar yang sudah dibuat. 2. Menentukan tingkat reaksi terhadap [Sn2+] (nilai x) Buat Larutan SnCl2 0,25 M (jangan dibiarkan berhubungan dengan udara terlalu lama karena akan teroksidasi) Campurkan dalam labu takar 10ml, yaitu 2ml larutan MeO 10-1 M, 1,5 ml HCl 2M dan 6,5 ml HClO4 2M
  • 12. 12 Tambahkan 0,2 ml larutan SnCl2 0,25 M ke dalam larutan (2). Jalankan stopwatch pada waktu larutan SnCl2 ditambahkan. Kocok larutan ini dan segera masukkan ke dalam kuvet. Tentukan adsorbansinya tiap 30 detik (amati selama 10 menit) Ulangi percobaan 3 dengan menggunakan volume larutan SnCl2 0,25 M, yaitu 0,30 ml, 0,40 ml, dan 0,50 ml. Buatlah grafik A lawan t untuk setiap konsentrasi Sn2+ yang berbeda kemudian buat grafik ln k’ vs ln [Sn2+] untuk menentukan x. 3. Menentukan tingkat reksi terhadap [Cl-] (nilai y) Campurkan dalam labu takar 10ml, yaitu 2ml larutan MeO 10-4 dan 0,5 ml HCl 2M kemudian 7,5ml HClO4 2M sehingga larutan menjadi 10ml.
  • 13. 13 Tambahkan 0,2ml larutan SnCl2 0,25 M pada larutan (1) kemudian kocok dan segera masukkan dalam kuvet untuk menentukan adsorbansinya dengan selang waktu 30 detik (amati selama 10 menit) Percobaan (1) dan (2) diulangi untuk volume larutan HCl 2M, yaitu : 1ml, 2ml, dan 3ml. Buatlah grafik A lawan t untuk setiap konsentrasi Cl- yang berbeda kemudian buat grafik ln k’ vs ln [Cl-] untuk menentukan y.
  • 14. 14 3.4 PERHITUNGAN 1) Menentukan tingkat reaksi terhadap [Sn2+ ] (nilai x) Panjang gelombang maks (Ξ») = 581 nm T (waktu) A 0,2 ml A 0,3 ml A 0,4 ml A 0,5 ml 30 0,015 0,042 0,034 0,021 60 0,014 0,042 0,032 0,021 90 0.011 0,042 0,031 0,020 120 0,009 0,041 0,030 0,019 150 0,011 0,038 0,029 0,013 180 0,006 0,037 0,028 0,019 210 0,005 0,038 0,027 0,016 240 0,006 0,037 0,027 0,015 270 0,005 0,037 0,027 0,015 300 0,005 0,038 0,025 0,015 330 0,004 0,038 0,024 360 0,003 0,037 0,024 390 0,004 0,038 0,023 420 0,002 0,038 0,023 450 0,003 0,038 0,022 480 0,004 0,038 0,021 510 0,002 0,037 0,020 540 0,002 0,037 0,020 570 0,002 0,037 0,020 600 0,001 0,037 0,020 *Coret data yang tidak diolah V = K [MeO] [Sn2+ ]x [Cl- ] 𝑉 = βˆ’ 𝑑 [𝑆𝑛2+] 𝑑𝑑 βˆ’ 𝑑 [𝑆𝑛2+] 𝑑𝑑 = 𝐾 [ 𝑀𝑒𝑂][πΆπ‘™βˆ’] 𝑦
  • 15. 15 βˆ’ 𝑑 [𝑆𝑛2+] 𝑑𝑑 = 𝐾′[𝑆𝑛2+] ∫ βˆ’ 𝑑 [𝑆𝑛2+] [𝑆𝑛2+] = ∫ 𝐾′ 𝑑𝑑 ln[ 𝑆𝑛2+] = 𝐾′ 𝑑 Dimana : [Sn2+ ] ∞ A Sehingga : ln A = K’ t y adalah ln A x adalah K’ t ο‚· Untuk SnCl2 β†’ 0,2 ml t (sekon) A ln A 30 0,015 -4,1997 60 0,014 -4,2687 90 0,011 -4,5099 120 0,009 -4,7105 180 0,006 -5,1160 210 0,005 -5,2983 330 0,004 -5,5215 360 0,003 -5,8091 420 0,002 -6,2146 600 0,001 -6,9077 ο‚· Untuk SnCl2 β†’0,3 ml t (sekon ) A ln A 30 0,042 -3,1701 120 0,041 -3,1942 150 0,038 -3,2702 180 0,037 -3,2968 y = -0.0048x - 4.1116 RΒ² = 0.9831 -8 -6 -4 -2 0 0 200 400 600 800 lnA t (waktu) Hubungan ln A terhadap waktu y Linear (y)
  • 16. 16 ο‚· Untuk SnCl2 β†’0,4 ml t (sekon) A ln A 30 0,034 -3,3814 60 0,032 -3,4420 90 0,031 -3,4738 120 0,030 -3,5066 150 0,029 -3,5405 180 0,028 -3,5756 210 0,027 -3,6119 300 0,025 -3,6889 330 0,024 -3,7297 390 0,023 -3,7723 450 0,022 -3,8167 480 0,021 -3,8632 510 0,020 -3,9120 ο‚· Untuk SnCl2 β†’0,5 ml t (sekon) A ln A 30 0,021 -3,8632 90 0,020 -3,9120 120 0,019 -3,9633 210 0,016 -4,1352 y = -0,008x - 3,131 RΒ² = 0,817 -3.35 -3.3 -3.25 -3.2 -3.15 0 50 100 150 200 lnA t (waktu) Hubungan ln A terhadap waktu y Linear (y) y = -0.001x - 3.3802 RΒ² = 0.9935 -4 -3.9 -3.8 -3.7 -3.6 -3.5 -3.4 -3.3 0 200 400 600 lnA t (waktu) Hubungan ln A terhadap waktu y Linear (y)
  • 17. 17 240 0,015 -4,1997 Dimana , K’ = K [Sn2+ ]x K bernilai Konstan K’ = [ Sn2+ ]x ln K = x ln [Sn2+ ] ln K adalah y ln [Sn2+ ] adalah x V Sn2+ (ml) [Sn2+ ] (M) K’ ln [Sn2+ ] ln K’ 0,2 0,0049 0,004 -5,3185 -5,5215 0,3 0,0073 0,008 -4,9199 -4,8283 0,4 0,0096 0,001 -4,6459 -6,9078 0,5 0,0119 0,001 -4,4312 -6,9078 Diketahui : [Sn2+ ] = 0,25 M a) V1 = 0,2 ml mmol = 0,25 M x 0,2 ml = 0,05 mmol V2 = 10,2 ml 𝑀 = 0,05 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™ 10,2 π‘šπ‘™ = 0,0049 M b) V1 = 0,3 ml mmol = 0,25 M x 0,3 ml = 0,075 mmol V2 = 10,3 ml 𝑀 = 0,075 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™ 10,3 π‘šπ‘™ y = -0.0017x - 3.7849 RΒ² = 0.9763 -4.4 -4.2 -4 -3.8 0 100 200 300 lnA t (waktu) Hubungan ln A terhadap waktu y Linear (y)
  • 18. 18 = 0,0073 M c) V1 = 0,4 ml mmol = 0,25 M x 0,4 ml = 0,1 mmol V2 = 10,4 ml 𝑀 = 0,1 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™ 10,4 π‘šπ‘™ = 0,0096 M d) V1 = 0,5 ml mmol = 0,25 M x 0,5 ml = 0,125 mmol V2 = 10,5 ml 𝑀 = 0,125 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™ 10,5 π‘šπ‘™ = 0,0119 M ο‚· Untuk SnCl2 β†’ 0,2 ml K’ dari hasil grafik excell : y = -0,004x - 4,111 K’ = - 0,004 = -4 x 10-3 ο‚· Untuk SnCl2 β†’0,3 ml K’ dari hasil grafik excell : y = -0,008x - 3,131 K’ = -0,008 = -8 x 10-3 ο‚· Untuk SnCl2 β†’0,4 ml K’ dari hasil grafik excell : y = -0,001x - 3,380 K’ = -0,001 = - 1 x 10-3 ο‚· Untuk SnCl2 β†’0,5 ml K’ dari hasil grafik excell : y = -0,001x - 3,784 K’ = -0,001 = -1 x 10-3
  • 19. 19 2) Menentukan tingkat reaksi terhadap [Cl- ] (nilai y) Lamda maks (Ξ») = 336 nm t (waktu) A 0,5 ml A 1 ml A 2 ml A 3 ml 30 0,135 0,065 0,098 0,089 60 0,126 0,060 0,092 0,083 90 0,136 0,061 0,096 0,085 120 0,143 0,060 0,093 0,080 150 0,131 0,057 0,091 0,078 180 0,133 0,060 0,086 0,081 210 0,129 0,059 0,083 0,081 240 0,133 0,058 0,084 0,079 270 0,128 0,073 0,084 0,080 300 0,120 0,054 0,083 0,080 330 0,121 0,054 0,083 0,078 360 0,161 0,054 0,084 0,077 390 0,113 0,052 0,080 0,078 420 0,110 0,053 0,083 0,077 450 0,110 0,053 0,084 0,077 480 0,106 0,052 0,084 0,077 510 0,092 0,052 0,084 0,078 540 0,095 0,053 0,087 0,077 570 0,100 0,051 0,086 0,077 600 0,104 0,052 0,087 0,078 *Coret data yang tidak diolah 𝑑[ 𝑀𝑒𝑂] 𝑑𝑑 = π‘˜[ 𝑀𝑒𝑂][ 𝑆𝑛2+][ πΆπ‘™βˆ’] π‘˜β€² = π‘˜[ 𝑆𝑛2+][πΆπ‘™βˆ’] 𝑑[ 𝑀𝑒𝑂] 𝑑𝑑 = π‘˜β€²[ 𝑀𝑒𝑂] ∫ 𝑑[ 𝑀𝑒𝑂] 𝑑𝑑 = ∫ π‘˜β€² 𝑑𝑑 y = -1.9744x - 15.576 RΒ² = 0.5285 -8 -6 -4 -2 0 -6 -4 -2 0 lnK' ln [Sn2+] Hubungan ln [Sn2+] terhadap ln K' y Linear (y)
  • 20. 20 ln[ 𝑀𝑒𝑂] = π‘˜β€² 𝑑𝑑 ln 𝐴 = π‘˜β€² 𝑑 𝑦 = π‘šπ‘₯ ο‚· Untuk HCl β†’ 0,5 ml t (waktu ) A ln A 120 0,143 -1,9449 180 0,133 -2,0174 210 0,129 -2,0479 270 0,128 -2,0557 300 0,120 -2,1203 390 0,113 -2,1804 420 0,110 -2,2073 480 0,106 -2,2443 540 0,095 -2,3539 ο‚· Untuk HCl β†’ 1 ml t (waktu) A ln A 30 0,065 -2,7334 90 0,061 -2,7969 210 0,059 -2,8302 240 0,058 -2,8473 300 0,054 -2,9188 420 0,053 -2,9375 480 0,052 -2,9565 570 0,051 -2,9759 y = -0,005x - 1,844 RΒ² = 0,975 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0 200 400 600 lnA t (waktu) Hubungan ln A terhadap waktu y Linear (y)
  • 21. 21 ο‚· Untuk HCl β†’ 2 ml t (waktu) A ln A 30 0,098 -2,3228 90 0,096 -2,3434 120 0,093 -2,3752 150 0,091 -2,3969 180 0,086 -2,4534 240 0,084 -2,4769 300 0,083 -2,4889 390 0,080 -2,5257 ο‚· Untuk HCl β†’ 3 ml t (waktu) A ln A 30 0,089 -2,4191 90 0,085 -2,4651 180 0,081 -2,5133 270 0,080 -2,5257 330 0,078 -2,5510 360 0,077 -2,5639 y = -0,006x - 2,745 RΒ² = 0,941 -3.05 -3 -2.95 -2.9 -2.85 -2.8 -2.75 -2.7 0 200 400 600 lnA t (waktu) Hubungan ln A terhadap waktu y Linear (y) y = -0,0012x - 2,309 RΒ² = 0,931 -2.6 -2.55 -2.5 -2.45 -2.4 -2.35 -2.3 0 100 200 300 400 500 lnA t (waktu) Hubungan ln A terhadap waktu y Linear (y)
  • 22. 22 V HCl (ml) [Cl- ] (M) K’ ln [Cl- ] ln K’ 0,5 0,098 5 x 10-3 -2,3228 -5,2983 1 0,187 6 x 10-3 -1,6766 -5,1159 2 0,34 1,2 x 10-3 -1,0788 -6,7254 3 0,47 4 x 10-3 -0,7550 -5,5215 Diketahui : [Cl- ] = 2 M a) V1 = 0,5 ml mmol = 2 M x 0,5 ml = 1 mmol V2 = 10,2 ml 𝑀 = 1 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™ 10,2 π‘šπ‘™ = 0,098 M b) V1 = 1 ml mmol = 2 M x 1 ml = 2 mmol V2 = 10,7 ml 𝑀 = 2 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™ 10,7 π‘šπ‘™ = 0,187 M c) V1 = 2 ml mmol = 2 M x 2 ml = 4 mmol V2 = 11,7 ml 𝑀 = 4 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™ 11,7 π‘šπ‘™ = 0,34 M y = -0,004x - 2,421 RΒ² = 0,955 -2.6 -2.55 -2.5 -2.45 -2.4 0 100 200 300 400 lnA t (waktu) Hubungan ln A terhadap waktu y Linear (y)
  • 23. 23 d) V1 = 3 ml mmol = 2 M x 3 ml = 6 mmol V2 = 12,7 ml 𝑀 = 6 π‘šπ‘šπ‘œπ‘™ 12,7 π‘šπ‘™ = 0,47 M ο‚· Untuk Cl- β†’ 0,5 ml K’ dari hasil grafik excell : y = -0,005x - 1,844 K’ = - 0,005 = -5 x 10-3 ο‚· Untuk Cl- β†’ 1 ml K’ dari hasil grafik excell : y = -0,006x - 2,745 K’ = -0,006 = -6 x 10-3 ο‚· Untuk Cl- β†’2 ml K’ dari hasil grafik excell : y = -0,0012x - 2,309 K’ = -0,0012 = - 1,2 x 10-3 ο‚· Untuk Cl- β†’3 ml K’ dari hasil grafik excell : y = -0,004x - 2,421 K’ = -0,004 = -4 x 10-3 y = -0.515x - 6.4163 RΒ² = 0.2405 -8 -6 -4 -2 0 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 lnK' ln [Cl-] Hubungan ln [Cl-] terhadap ln K' y Linear (y)
  • 24. 24 BAB IV PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini berjudul KINETIKA REDUKSI METIL ORANGE yang bertujuan untuk menentukan tingkat reaksi terhadap Sn2+ dan Cl- . Reaksi reduksi metil orange (MeO) oleh Sn2+ berjalan lambat, untuk itu agar reaksi berjalan lebih cepat ditambah Cl-. Reaksi yang terjadi anatara metil orange dan Sn2+ merupakan reaksi redoks. H3C N βˆ’ βˆ’ N= Nβˆ’ βˆ’SO3H + 2 Sn2+ + 4 H3O+ β†’ H3C H3C N βˆ’ βˆ’ NH2 + H2N βˆ’ βˆ’SO3H + 2 Sn4+ + 4H2O H3C Dari reaksi terlihat bahwa Sn2+ mengalami oksidasi (+2 menjadi +4) dan MeO mengalami reduksi. Diperkirakan bahwa reaksi melibatkan kompleks Sn2+ βˆ’ Cl- dengan penambahan Cl- sehingga pada kondisi H3O+ konstan, laju reaksi dinyatakan sebagai : βˆ’ 𝑑[ 𝑀𝑒𝑂] 𝑑𝑑 = π‘˜[ 𝑀𝑒𝑂][𝑆𝑛2+ ] π‘₯ [πΆπ‘™βˆ’ ] 𝑦 Dalam percobaan untuk menentukan harga x dan y yang merupakan orde Sn2+ dan Cl- , dilakukan 2 percobaan. Kedua percobaan ini dilakukan dengan menghitung adsorban Sn2+ dan Cl- menggunakan Spektronik D 20+. Spektronik 20 merupakan alat yang mempunyai rentang panajang gelombang dari 340 nm – 600 nm. Alat ini hanya dapat mengukur adsorbansi dengan sampel larutan yang berwarna sehingga apabila didapatkan sampel yang tidak berwarna, maka sampel harus di komplekskan sehingga sampel itu berwarna. Sampel yang digunakan dalam praktikum adalah Metil Orange, SnCl2, HClO4 dan HCl. Campuran senyawa ini membentuk larutan berwarna merah, sehingga dapat diukur absorbannya menggunakan spektronik. Menentukan Orde reaksi [Sn2+]x (nilai x) Sampel yang digunakan adalah campuran dari 2 ml larutan MeO 10-4 M + 1,5 ml HCl 2 M + 6,5 ml HClO4 2M. Kemudian di encerkan 10 kali pengenceran. Setelah dilakukan kalibrasi kuvet , ditentukan panjang gelombang maksimum yang digunakan. Dari hasil pengukuran adsorbansi, diperoleh harga Ξ»maksimum adalah 581 nm yang memiliki daya adsorbansi tertinggi. Selanjutnya dilakukan pengukuran adsorbansi larutan dengan larutan
  • 25. 25 blanko campuran MeO + HCl + HClO4 tanpa ditambahkan larutan SnCl2. Pengukuran adsorbansi dilakukan sebanyak 20 kali setiap 30 detik. Diperoleh nilai adsorbansinya semakin kecil, ini menandakan bahwa banyaknya sinar yang diserap oleh larutan semakin sedikit. Penambahan SnCl2 divariasikan yaitu 0,2 ml ; 0,3 ml; 0,4 ml dan 0,5 ml. Setiap penambahan SnCl2 tersebut dilakukan pengukuran adsorbansi sebanyak 20 kali. Sehingga diperoleh data 80 buah, kemudian diolah untuk menentukan nilai x. Setelah dilakukan pengukuran adsorbansi, dilakukan perhitungan dan dibuat grafik ln A vs t. Slope dari grafik tersebut merupakan nilai K’ = k [Sn2+] [Cl-]. Nilai K’ untuk masing – masing penambahan SnCl2 bervariasi. Penambahan larutan SnCl2 dengan volume berubah mengakibatkan berubahnya konsentrasi SnCl2, setelah dilakukan perhitungan sehingga diperoleh konsentrasi dari Sn2+ . dengan adanya data nilai K’ dan konsentrasi Sn2+ maka dapat dibuat grafik hubungan ln K’ terhadap ln [Sn2+]. Dari grafik tersebut diperoleh nilai x (orde reaksi terhadap konsentrasi Sn2+) yang merupakan slope dari grafik ln K’ vs ln [Sn2+]. Menentukan orde reaksi terhadap [Cl-] (nilai y) Untuk menentukan orde reaksi terhadap [Cl-] juga dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan orde reaksi terhadap [Sn2+], namun yang divariasikan adalah volume HCl yaitu 0,5 ml; 1 ml; 2 ml dan 3 ml. Pengukuran adsorbansi juga dilakukan sebanyak 20 kali setiap oenambahannya. Pada saat penetuan nilai adsorbansi (A) kecenderungan nilai yang didapat juga semakin menurun setelah menggambar 4 grafik pertama yaitu ln A vs t sehingga diperoleh harga K’. Dari perhitungan yang diperoleh [Cl-] dapat dibuat grafik ln K’ vs ln [Cl-] sehingga diperoleh slopenya. Nilai slope merupakan nilai y yaitu orde reaksi [Cl-] (tingkat reaksi terhadap konsentrasi Cl-). Kesalahan yang mungkin terjadi adalah waktu yang digunakan tidak pas per 30 detik, kesalahan dalam pengambilan volume zat serta alat yang tidak bersih terkontaminasi zat lain.
  • 26. 26 BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN 1. Reaksi antara metil orange dan Sn2+ merupakan reaksi redoks yang berlangsung lambat. 2. Untuk mempercepat laju reaksi metil orange dan Sn2+ ditambahkan Cl- . 3. Semakin lama waktu untuk mengukur adsorbansi, adsorbansi yang didapatkan semakin kecil. 4. Semakin banyak SnCl2 atau HCl yang ditambahkan nilai adsorbansi semakin kecil. 5.2 KRITIK DAN SARAN Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangannya atau masih jauh dari kesempurnaannya seperti yang diharapkan oleh karena itu kritik dan sarani yang bersifat konstruktif sangat diharapkan guna memperbaiki penulisan lebih lanjut.
  • 27. 27 DAFTAR PUSTAKA Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill. Day, R.A dan Underwood, A.L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga : Jakarta. Dogra, S.K dan S.Dogra.1990.Kimia Fisik dan soal-soal.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Hendayana, Sumar. (1994). Kimia Analitik Instrumen.Semarang:Semarang Press. Keenan Kleinfelter, Wood. 1989. Kimia untuk Universitas Jilid 1 . Jakarta : Erlangga Syukri S.dkk. 1999. Kimia Fisika. Padang : UNP Tim Kimia Fisika. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisika 2. Padang : FMIPA UNP