1. KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadiratAllah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Empat
Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini. Kami
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Walaikumsalam Wr. Wb.
Hormat kami,
Tim Penulis
2. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...........…... i
DAFTAR ISI……………………………………………………….…………..........….... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………….…………………...……….......….... 1
1.3 Tujuan……………………………………………………..……………...….... 1
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Empat Pilar Kebangsaan………………………............................. 3
2.2 Dasar Penamaan Empat Pilar Kebangsaan ........………………...................... 3
2.3 Sejarah Terbentuknya Empat Pilar Kebangsaan ………………...................... 5
2.4 Empat Pilar Kebangsaan................................................................................... 9
2.5 Peran Empat Pilar Kebangsaan Membentuk Karakter Bangsa ……………... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………….………....... 13
3.2 Saran ……………………………………………………………………...... 13
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam berbagai wacana selalu terungkap bahwa telah menjadi kesepakatan bangsa
adanyaempat pilar penyangga kehidupan berbangsa dan bernegara bagi negara-bangsa Indonesia.
Bahkan beberapa partai politik dan organisasi kemasyarakatan telah bersepakat dan
bertekaduntuk berpegang teguh serta mempertahankan empat pilar kehidupan bangsa tersebut.
Empat pilar dimaksud dimanfaatkan sebagai landasan perjuangan dalam menyusun program
kerja dan dalam melaksanakan kegiatannya. Hal ini diungkapkan lagi oleh Presiden RI Bapak
Susilo Bambang Yudhoyono, pada kesempatan berbuka puasa dengan para pejuang
kemerdekaanpada tanggal 13 Agustus 2010 di istana Negara. Empat pilar tersebut adalah
3. (1) Pancasila, (2) Undang-Undang Dasar 1945, (3) NegaraKesatuan Republik Indonesia dan
(4) Bhinneka Tunggal Ika . Meskipun hal ini telah menjadi kesepakatan bersama, atau tepatnya
sebagian besar rakyat Indonesia, masih ada yang beranggapan bahwa empat pilar tersebut adalah
sekedar berupa slogan-slogan, sekedar suatu ungkapan indah, yang kurang atau tidak bermakna
dalam menghadapi era globalisasi. Bahkan ada yang beranggapan bahwa empat pilar tersebut
sekedar sebagai jargon politik. Yang diperlukan adalah landasan riil dan konkrit yang dapat
dimanfaatkan dalam persainganmenghadapi globalisasi. Untuk itulah perlu difahami secara
memadai makna empat pilar tersebut, sehingga kita dapat memberikan penilaian secara tepat, arif
dan bijaksana terhadap empat pilar dimaksud, dandapat menempatkan secara akurat dan
proporsional dalam hidup bermasyarakat, berbangsadan bernegara.
Berikut disampaikan secara singkat (a) arti pilar, (b) pilar Pancasila, (c) pilar UUD1945,
(d) pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia, (e) pilar Bhinneka Tunggal Ika, serta (f) peran
dan fungsi empat pilar dimaksud dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa danbernegara.
Namun sebelumnya, ada baiknya bila kita merenung sejenak bahwa di atas empat pilartersebut
terdapat pilar utama yakni Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17Agustus 1945.
Tanpa adanya pilar utama tersebut tidak akan timbul adanya empat pilar dimaksud. Antara
proklamasi kemerdekaan, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dilukiskansecara indah dan nyata
dalam lambang negara Garuda Pancasila.Sejak tahun 1951, bangsa Indonesia, dengan Peraturan
Pemerintah No. 66 tahun 1951,menetapkan lambang negara bagi negara-bangsa yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Ketetapan tersebut dikukuhkan dengan
perubahan UUD 1945 pasal 36A yang menyebutkan: ” Lambang Negara ialah Garuda Pancasila
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika”. Lambang negara Garuda Pancasila mengandung konsep
yang sangat esensial danmerupakan pendukung serta mengikat pilar-pilar dimaksud. Burung
Garuda yang memiliki 17 bulu pada sayapnya, delapan bulu pada ekornya, 45 bulu pada leher
dan 19 bulu pada badan dibawah perisai, menggambarkan tanggal berdirinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Perisai yang digantungkan di dada Garuda menggambarkan sila-sila Pancasila sebagai
dasar negara, ideologi bangsa dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sementara itu Garuda
mencengkeram pita yang bertuliskan ”Bhinneka Tunggal ika” menggambarkan keanekaragaman
komponen bangsa yang harus dihormati, didudukkan dengan pantas dan dikelola dengan baik.
Dengan demikian terjadilah suatu kesatuan dalam pemahaman dan mendudukkan pilar-pilar
4. tersebutdalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia
mengandung konsep dan prinsip yang sangat mendasar yakni keinginan merdeka bangsa
Indonesia dari segala macam penjajahan. Tidak hanya merdeka atau bebas dari penjajahan fisik
tetapi kebebasan dalam makna yang sangat luas, bebas dalam mengemukakan pendapat, bebas
dalam beragama, bebas dari rasa takut,dan bebas dari segala macam bentuk penjajahan modern.
Konsep kebebasan ini yangmendasari pilar yang empat dimaksud.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian dari empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara?
2. Mengapa disebut empat pilar kebangsaan?
3. Bagaimana sejarah terbentuknya empat pilar?
4. Apa saja yang termasuk empat pilar kebangsaan?
5. Bagaimana peran empat pilar kebangsaan membentuk karakter bangsa?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat diperoleh tujuan sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian dari empat pilar kebangsaan.
2. Mengetahui dasar penamaan empat pilar kebangsaan.
3. Mengetahui sejarah terbentuknya empat pilar kebangsaan.
4. Mengetahui empat pilar kebangsaan.
5. Mengetahui peran empat pilar kebangsaan membentuk karakter bangsa.
1.4 Manfaat
Dari tujuan diatas duharapkan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan pemahaman kepada para pembaca lebih mendalam mengenai empat pilar
kebangsaan.
2. Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai pentingnya empat pilar kebangsaan dalam
membentuk karakter bangsa.
5. 3. Memberikan informasi serta dapat dijadikan pedoman bagi tenaga kependidikan mengenai
peranan penerapan empat pilar kebangsaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Setelah ada amanat UU No 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD pasal 15
ayat 1 hurup e, yakni mengkoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan Undang-
Undang Dasar. Sertamerta berbagai wacana baik dari unsur pemerintahan maupun organisasi
politik dan kemasyarakatan, mulai mengungkap bahwa dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara terdapat kesepakatan yang disebut sebagai empat pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara. Empat pilar ini adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. “
Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara kokoh. BIla tiang
ini rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Empat tiang penyangga ditengah ini disebut soko
6. guru yang kualitasnya terjamin sehingga pilar ini akan memberikan rasa aman tenteram dan
memberi kenikamtan. Empat pilar itu pula, yang menjamin terwujudnya kebersamaan dalam
hidup bernegara. Rakyat akan merasa aman terlindungi sehingga merasa tenteram dan bahagia.
Empat pilar tersebut juga fondasi / dasar dimana kita pahami bersama kokohnya suatu
bangunan sangat bergantung dari fondasi yang melandasinya. Dasar atau fondasi bersifat tetap,
statis sedangkan pilar bersifat dinamis. Salah satu tugas dari MPR adalah Sosialisasi Empat pilar
bernegara yang diamanatkan dalam UU No 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD
Pasal 15 ayat (1) huruf e, yakni mengkoordinasikan anggota MPR untuk memasyarakatkan
Undang Undang Dasar.
2.2 Dasar Penamaan Empat Pilar Kebangsaan
Pilar Bhineka Tinggal Ika sebagai perekat kehidupan berbangsa bernegara karena :
1. Empat pilar tersebut melambangkan aspek- aspek penting tercapainya kesatuan dan persatuan
baik pada masa penjajahan, mempertahankan kemerdekaan hingga saat ini.
2. Empat pilar tersebut merupakan harga mati kehidupan berbangsa bernegara, yang menjadikan
dan menyadarkan kita bahwa kita adalah warga Negara Republik Indonesia.
3. Pancasila dinilai memenuhi syarat sebagai pilar bagi negara - bangsa Indonesia yang
pluralistikdan cukup luas dan besar ini. Pancasila mampu mengakomodasi keanekaragaman
yangterdapat dalam kehidupan negara - bangsa Indonesia.
4. Pancasila sebagai salah satu pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki
konsep,prinsip dan nilai yang merupakan kristalisasi dari belief system yang terdapat di seantero
wilayah Indonesia, sehingga memberikan jaminan kokoh kuatnya Pancasila sebagai
pilarkehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Undang-Undang Dasar suatu negara ialah bagian dari hukum dasar negara itu. dan
hukumlahyang mengatur agar kehidupan masyarakat menjadi tertib, tenteram dan damai.-
Terbentuknya Negara Kesatuan merupakan cita-cita para pendiri bangsa.
2.3 Sejarah Terbentuknya Empat Pilar Kebangsaan
Sejarah berdirinya NKRI
A. Berita Kekalahan Jepang Terhadap Sekutu dan Perbedaan Pendapat Antara Golongan Tua dan
Muda Yang Melahirkan Peristiwa Rengasdengklok.
7. Pada Agustus 1945 setelah mengetahui bahwa Jepang telah menyerah terhadap sekutu,maka
golongan pemuda segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta di Jln.Pegangsaan Timur 56
Jakarta.Dengan juru bicara Sutan Syahrir, para pemuda meminta agar Bung Karno dan Bung
Hatta segera memperoklamasikan kemerdekaan saat itu juga, lepas dari campur tangan Jepang.
Bung Karno tidak menyetujui usul para pemuda karena Proklamasi Kemerdekaan ituperlu
dibicarakan terlebih dahulu dalam rapat PPKI, sebab badan inilah yang ditugasi untuk
mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Para pemuda menolak pendapat Bung Karno sebab
PPKI itu buatan Jepang, menyatakan kemerdekaan lewat PPKI tentu Akan dicap oleh Sekutu
bahwa kemerdekaan itu hanyalah pemberian Jepang,para pemuda tidak ingin kemerdekaan
Indonesia dianggap sebagai hadiah dari Jepang. Bung Karno berpendapat lain, bahwa soal
kemerdekasan Indonesia datangnya dari pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa
Indonesia sendiri, tidaklah menjadi soal,karena Jepang toh sudah kalah. Masalah yang lebih penting
adalah menghadapi sekutu yang berusaha mengambalikan kekuasaan Belanda di Indonesia.
Karena itu memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu revolusi yang
terorganisasi, atas dasar itulah Bung Karno menolak usul para pemuda. Dikarenakan perbedaan
pendapat tersebut, maka pada tanggal 16 Agustus 1945 sekitar pukul 04.00 dini hari, Ir. Sukarno
dan Drs Moh Hatta dibawa ke Rengasdengklok, sebuah kota kawedanan di pantai utara Kabuoaten
Krawang Jawa Barat, dengan tujuan untuk mengamankan kedua tokoh pimpinan tersebut agar tidak
mendapat tekanan atau pengaruhdari Jepang, inilah yang dimaksud dengan peristiwa
Rengasdengklok. Keberangkatan SukarnoHatta ke Rengasdengklok dikawal oleh Sukarni, Yusuf
Kunto,dan Syodanco Singgih. Rengasdengklok dipilih karena dianggap aman dan daerah
tersebut telah dikuasai oleh tentara PETA dibawah pimpinan Codanco Subeno. Sementara itu di
Jakarta terjadi perundingan antara para pemuda dengan Mr. Ahmad Subardjo selaku wakil
golongan tua yang menjabat sebagai penasehat dalam tubuh PPKI. Dalam perundingan tersebut
dicapai kata sepakat bahwa proklamasi akan dilaksanakan di Jakarta.Pada sore harinya, tanggal
16 Agustus 1945 Mr.Ahmad Subardjo datang ke Rengasdengklok dan mendesak para pemuda
agar membawa kembali Sukarno Hatta ke Jakarta. Setelah ada jaminandari Mr.Ahmad Subardjo
bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan esok hari selambat- lambatnya jam 12, maka
para pemuda bersedia membawa kembali kedua tokoh tersebutkembali ke Jakarta.
B. Perumusan Teks Proklamasi
8. Setelah sampai di Jakarta, malam itu juga Sukarno Hatta mengumpulkan para anggota
PPKI dangolongan pemuda. Meraka berkumpul di Jln. Imam Bonjol no.1, dirumah Laksamana
Mudamaeda, kepala perwakilan angkatan laut Jepang di Jakarta.Dalam pertemuan di rumah
Maeda, disepakati agar Sukarno Hatta menemui Mayjen Nisyimura yang menjabat sebagai
kepala pemerintahan Umum Angkatan Darat Jepang untuk menjajagi sikap resmi Jepang
terhadap rencana proklamasi kemerekaan Indonesia. Ternyata Nisyimura tetap memegang teguh
tugasnya menjaga status Quo di Indonesia, dengan pengertian bahwa tidak boleh ada perubahan
apapun di Indonesia sampai pasukan sekutu datang, dan jepang hanya akan menyerahkan kekuasaan
kepada Sekutu. Akhirnya Sukarno Hatta kembali kerumah Maeda dan mengadakan pertemuan dengan
hasil keputusan Proklamasi kemerdekaan akantetap dilaksanakan dengan atau tanpa persetujuan
Jepang.
Melalui berbagai pembicaraan dengan pemimpin pemimpin Indonesia, diputuskan dua
halsebagai berikut :
Pertama : Diputuskan untuk segera merumuskan teks/naskah proklamasi ,adapun
yangmerumuskan adalah Sukarno, Hatta dan Ahmad Subardjo,setelah naskah selesai dirumuskan
dan disetujui isinya, terjadilah perdebatan tentang siapa yang akan menandatangani naskah
proklamasi, yang akhirnya atas usul pemuda Sukarni, teksproklamasi ditandatangani oleh
Sukarno Hatta atas nama bangsa Indonesia, naskah kemudian diketik oleh Sayuti Melik dengan
beberapa perubahan dari hasil tulisantangan Sukarno sebagai konsep, yaitu:
1. Kata tempoh diubah menjadi tempo
2. Djakarta 17-8-’05 diubah menjadi Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen ‘05
3. Wakil wakil bangsa Indonesia diubah menjadi atas nama bangsa Indonesia.Naskah yang diketik
oleh Sayuti Melik inilah yang dianggap naskah yang otentik.
Kedua : diputuskan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dibacakan oleh Ir.Sukarno di
kediamannya Jln. Pegangsaan Timur no 56 Jakarta.
C. Pelaksanaan Proklamasi Dan Penyebarluasannya
Semula sukarni mengusulkan agar teks proklamasi kemerdekaan dibacakan di lapangan
Ikada(sekarang Monas), dengan maksud agar seluruh bangsa Indonesia mengetahuinya, akan
tetapi Ir.Sukarno tidak sependapat, karena pembacaan ditempat tsb akan mengundang bentrokan
antara rakyatdengan pemerintah militer Jepang, dengan alasan tsb, maka disepakati proklamasi
9. akan dilaksanakan di kediaman Ir. Sukarno dan dibacakan oleh Sukarno Hatta.Tepat hari jumat
jam 10.00 WIB, naskah proklamasi dibacakan, ini merupakan peristiwa sangat penting dalam
sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sesudah naskah proklamasi selesai dibacakan, acara
dilanjutkan dengan pengibaran Sang Saka merah putih oleh Pemuda Suhud dan eks sudanco
Latif Hendraningrat dengan disaksikan segenap yang hadir, upacara diakhiridengan
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dalam suasana yang sangat sederhana itu telah sampailah
bangsa Indonesia ke ambang pintu kemerdekaannya. Satu persatu hadirin meninggalkan tempat
dengan tenang dan dengan tekat bulat untuk mempertahankan kemerdekaan.
Meskipun hanya berlangsung singkat, namun peristiwa proklamasi kemerdekaan
mengandung arti yang sangat penting dan membawa perubahan yang sangat besar dalam
kehidupan bangsaIndonesia, yaitu :
1. Proklamasi merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia untukmencapai kemerdekaannya
2. Dengan proklamasi berarti bangsa Indonesia mendapat kebebasan untukmenentukan nasibnya
sendiri sebagai bangsa yang berdaulat.
3. Proklamasi merupakan jembatan emass untuk menuju masyarakat yangadil dan makmur.
Teks proklamasi yang telah dirumuskan tanggal 16 Agustus 1945 dan dibacakan tanggal
17Agustus 1945 beberapa saat kemudian berhasil diselundupkan ke kantor pusat pemberitaan
pemerintah jepang yang bernama Domei (sekarang kantor berita antara). Para pejuang dikantor
berita Domei antara lain Adam Malik,Rinto Alwi, Asa Bafaqih dan. P.Lubis.
Pada tanggal17 Agustus 1945, sekitar pukul 18.30 WIB, wartawan kantor berita Domei
yang bernamanSyarifudin berhasil masuk ke gedung siaran radio Hoso Kanzi Kyoku (sekarang
RRI), uantukmenyampaikan teks proklamsi dan pada pukul 19.00 berhasil disiarkan.Berita
Proklamasi kemerdekaan Indonesia juga disebarluaskan melalui media surat kabar atau pers.
“Harian Suara Asia” di Surabaya adalah Koran pertama yang menyiarkan proklamasi. Kemudian
disusul oleh “Harian Cahaya Bandung” yang memuat pembukaan UUD. Para pemuda yang
berjuang lewat pers antara lain BM DiAH, Sukarjo Wiryopranoto, Iwa KusumaSumantri,
KiHajar Dewantoro, Otto Iskandar Dinata, GSSJ Ratulangi, Adam Malik, Sayuti Melik,
MadikinWonohito, Sumanang SH, Manai Sopiaan, Ali Hasyim dan lain lainnya. Usaha usaha
lain untuk menyebarkan berita proklamasi adalah melalui penyebaran danpemasangan pamflet,
plakat, poster, coretan coretan pada tembok dan kereta api. Dengan demikian dalam waktu yang
10. tidak lama berita proklamasi kemerdekaan Indonesia segeratersebar ke seluruh Indonesia dan ke
dunia luar.
D. Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
Setelah pelaksanaan proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, maka para
pejuangbangsa Indonesia mulai menata kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menyusun
alatkelengkapan Negara. Usaha menyusun alat kelengkapan Negara antara lain dilakukan
melalui :
a. Sidang PPKI yang I, tanggal 18 Agustus 1945, keesokan harinya setelah proklamasi
dengankeputusan :1. Mengesahkan UUD 19452. Memilih presiden dan wakil presiden3. Untuk
sementara waktu tugas presiden akan dibantu oleh Komite Nasional
b. Sidang PPKI yang kedua, tanggal 19 Agustus 1945 ,dengan keputusan :1. menetapkan 12
kementrian2. membagi wilayah RI menjadi 8 propinsi yang dikepalai oleh Gubernurc. Sidang
PPKI yang ketiga, tanggal 22 Agustus 1945, dengan keputusan :
1. Membentuk Komite Nasional Indonesia yang akan berfungsi sebagai Dewan PerwakilanRakyat
yang berkedudukan di Jakarta, dengan ketuanya Mr. Kasman Singodimejo.
2. Membentuk Partai Nasional Indonesia, yang ditetapkan sebagai satu satunya partai diIndonesia,
namun hal ini menimbulkan reaksi keras dari berbagai kalangan yangmenghendaki agar
masyarakat diberi kebebasan untuk mendirikan partai politik, hal ini mendorong keluarnya
maklumat pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 no X yang berisitentang pembentukan partai
partai politik.
3. Membentuk Badan Keamanan Rakyat, yang beranggotakan para pemuda bekas HEIHO,PETA
dan KNIL, dan anggota anggota badan semi militer lainnya. Pada tanggal 5 oktober 1945
pemerintah membentuk Tentara keamanan Rakyat (TKR),sebagai panglimanya diangkat
Supriyadi, namun karena tidak pernah muncul, makaposisinya digantikan oleh Sudirman,
sedangkan sebagai kepala staf umum diangkatlah Oerip Sumoharjo. Nama TKR kemudian
diubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI),sesuai dengan maklumat pemerintah 26
Januari 1946, dan pada tanggal 7 Juni 1947nama TRI diubah menjadi Tentara Nasional
Indonesia (TNI).
2.4 Empat Pilar Kebangsaan
11. 2.4.1 Pancasila
Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga
memiliki fungsi yang sangat fundamental. Selain bersifat yuridis formal yang mengharuskan
seluruh peraturan perundang-undangan berlandaskan pada Pancasila (sering disebut sebagai
sumber dari segala sumber hukum), Pancasila juga bersifat filosofis. Pancasila merupakan dasar
filosofis dan sebagai perilaku kehidupan. Artinya, Pancasila merupakan falsafah negara dan
pandangan/cara hidup bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai cita-cita nasional. Sebagai dasar negara dan sebagai
pandangan hidup. Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan dipedomani
oleh seluruh warga negara Indonesia dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Lebih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi karakter masyarakat
Indonesia sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia.
Oleh karena kedudukan dan fungsinya yang sangat fundamental bagi negara dan bangsa
Indonesia, maka dalam pembangunan karakter bangsa, Pancasila merupakan landasan utama.
Sebagai landasan, Pancasila merupakan rujukan, acuan, dan sekaligus tujuan dalam
pembangunan karakter bangsa. Dalam konteks yang bersifat subtansial, pembangunan karakter
bangsa memiliki makna membangun manusia dan bangsa Indonesia yang berkarakter Pancasila.
Berkarakter Pancasila berarti manusia dan bangsa Indonesia memiliki ciri dan watak religius,
humanis, nasionalis, demokratis, dan mengutamakan kesejahteraan rakyat. Nilai-nilai
fundamental ini menjadi sumber nilai luhur yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
bangsa.
2.4.2 Undang-Undang Dasar 1945
Derivasi nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-norma yang terdapat dalam
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Oleh karena itu, landasan kedua yang harus menjadi
acuan dalam pembangunan karakter bangsa adalah norma konstitusional UUD 1945. Nilai-nilai
universal yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 harus terus dipertahankan menjadi norma
konstitusional bagi negara Republik Indonesia.
Keluhuran nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memancarkan tekad dan
komitmen bangsa Indonesia untuk tetap mempertahankan pembukaan itu dan bahkan tidak akan
mengubahnya. Paling tidak ada empat kandungan isi dalam Pembukaan UUD 1945 yang
12. menjadi alasan untuk tidak mengubahnya. Pertama, di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat
norma dasar universal bagi berdiri tegaknya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Dalam
alinea pertama secara eksplisit dinyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan
oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”. Pernyataan itu dengan tegas menyatakan bahwa
kemerdekaan merupakan hak segala bangsa dan oleh karena itu, tidak boleh lagi ada penjajahan
di muka bumi. Implikasi dari norma ini adalah berdirinya negara merdeka dan berdaulat
merupakan sebuah keniscayaan. Alasan kedua adalah di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat
norma yang terkait dengan tujuan negara atau tujuan nasional yang merupakan cita-cita pendiri
bangsa atas berdirinya NKRI.
Tujuan negara itu meliputi empat butir, yaitu (1) melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2) memajukan kesejahteraan umum, (3) mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Cita-cita itu sangat luhur dan tidak akan lekang oleh
waktu. Alasan ketiga, Pembukaan UUD 1945 mengatur ketatanegaran Indonesia khususnya
tentang bentuk negara dan sistem pemerintahan. Alasan keempat adalah karena nilainya yang
sangat tinggi bagi bangsa dan negara Republik Indonesia, sebagaimana tersurat di dalam
Pembukaan UUD 1945 terdapat rumusan dasar negara yaitu Pancasila.
Selain pembukaan, dalam Batang Tubuh UUD 1945 terdapat norma-norma konstitusional
yang mengatur sistem ketatanegaraan dan pemerintahan Indonesia, pengaturan hak asasi manusia
(HAM) di Indonesia, identitas negara, dan pengaturan tentang perubahan UUD 1945 yang
semuanya itu perlu dipahami dan dipatuhi oleh warga negara Indonesia. Oleh karena itu, dalam
pengembangan karakter bangsa, norma-norma konstitusional UUD 1945 menjadi landasan yang
harus ditegakkan untuk kukuh berdirinya negara Republik Indonesia.
2.4.3 NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
Kesepakatan yang juga perlu ditegaskan dalam pembangunan karakter bangsa adalah
komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karakter yang dibangun pada
manusia dan bangsa Indonesia adalah karakter yang memperkuat dan memperkukuh komitmen
terhadap NKRI, bukan karakter yang berkembang secara tidak terkendali, apalagi menggoyahkan
NKRI. Oleh karena itu, rasa cinta terhadap tanah air (patriotisme) perlu dikembangkan dalam
13. pembangunan karakter bangsa. Pengembangan sikap demokratis dan menjunjung tinggi HAM
sebagai bagian dari pembangunan karakter harus diletakkan dalam bingkai menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan bangsa (nasionalisme), bukan untuk memecah belah bangsa dan NKRI.
Oleh karena itu, landasan keempat yang harus menjadi pijakan dalam pembangunan karakter
bangsa adalah komitmen terhadap NKRI.
2.4.4 Bhineka Tunggal Ika
Landasan selanjutnya yang mesti menjadi perhatian semua pihak dalam pembangunan
karakter bangsa adalah semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan itu bertujuan menghargai
perbedaan/keberagaman, tetapi tetap bersatu dalam ikatan sebagai bangsa Indonesia, bangsa
yang memiliki kesamaan sejarah dan kesamaan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang
“adil dalam kemakmuran” dan “makmur dalam keadilan” dengan dasar negara Pancasila dan
dasar konstitusional UUD 1945
Keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) merupakan suatu
keniscayaan dan tidak bisa dipungkiri oleh bangsa Indonesia. Akan tetapi, keberagaman itu
harus dipandang sebagai kekayaan khasanah sosiokultural, kekayaan yang bersifat kodrati dan
alamiah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa bukan untuk dipertentangkan, apalagi
dipertantangkan (diadu antara satu dengan lainnya) sehingga terpecah-belah. Oleh karena itu,
semboyan Bhinneka Tunggal Ika harus dapat menjadi penyemangat bagi terwujudnya persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia.
2.5 Peran Empat Pilar Kebangsaan dalam Membentuk Karakter Bangsa
Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata
berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan
terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah
hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan
ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas
moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
14. Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang
tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara
sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok
orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang
khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman
dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI.
Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan
untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi,
konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional,
dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi
Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembangunan karakter bangsa dilakukan secara koheren melalui proses sosialisasi,
pendidikan dan pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama seluruh komponen
bangsa dan negara.
Berikut ini merupakan beberapa sikap yang mencerminkan karakter bangsa, diantaranya:
1. Saling menghormati dan menghargai,
2. Rasa kebersamaan dan tolong menolong,
3. Rasa kesatuan dan persatuan,
4. Rasa peduli dalam bermasyarakat berbangsa dan Negara,
5. Adanya moral dan akhlak dan di landasi nilai-nilai agama,
6. Perilaku dan sifat-sifat kejiwaan dan saling menghormati dan menguntungkan,.
7. Kelakuan dan tingkah laku menggambarkan nilai-nilai agama, hukum, dan budaya, serta
8. Sikap dan prilaku menggambarkan nilai- nilai kebangsaan, dan sebagainya.
Selain itu pula, untuk membangun karakter bangsa diperlukan sikap menjunjung tinggi
beberapa nilai, seperti:
Nilai kejuangan,
Nilai semangat,
Nilai kebersamaan atau gotong royong,
15.
Nilai kepedulian atau solider,
Nilai sopan santun ,
Nilai persatuan dan kesatuan,
Nilai kekeluargaan, serta
Nilai tanggungjawab, dan sebagainya.
Faktor Membangun Karakter Bangsa, diantaranya sebagai berikut:
Agama,
Normatif (Hukum dan peraturan yang berlaku),
Pendidikan,
Ideologi,
Kepemimpinan,
Lingkungan,
Politik,
Ekonomi, dan
Sosial Budaya.
16. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Empat pilar kebangsaan merupakan suatu tiang dalam mengantisipasi kemajemukan bangsa
Indonesia ini. Hal ini sesuai dengan suatu rumusan sangat indah yang tertera dalam Penjelasan
UUD 1945 sebagai berikut:
Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia
seluruhnya.
Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah di seluruh
Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah
kemajuan adab, budaya, persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan
asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
Rumusan yang terdapat dalam Penjelasan UUD 1945 adalah sebagai prinsip dalam kita
mengantisipasi keanekaragaman budaya bangsa dan dalam mengantisipasi globalisasi yang
mengusung nilai-nilai yang mungkin saja bertentangan dengan nilai yang diemban oleh bangsa
sendiri. Semoga dengan berpegang teguh pada konsep dan prinsip yang terkandung dalam
Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia makin kokoh dan makin berkibar.
3.2 Saran
Empat pilar kebangsaan ini diharapkan tidak hanya bersifat teoritis saja. Namun, harus di
implementasikan oleh bangsa kita. Agar tidak hanya seperti angin yang berlalu saja.