SlideShare a Scribd company logo
“POLA-POLA KEMITRAAN USAHA”
“POLA-POLA KEMITRAAN USAHA”
A. PENGERTIAN POLA KEMITRAAN USAHA
Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan
antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusahaan Mitra)
disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga
saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat.
Kemitraan usaha akan menghasilkan efisiensi dan sinergi sumber daya yang
dimiliki oleh pihak-pihak yang bermitra dan karenanya menguntungkan semua pihak
yang bermitra.
Kemitraan juga memperkuat mekanisme pasar dan persaingan usaha yang efisien
dan produktif. Bagi usaha kecil kemitraan jelas menguntungkan karena dapat turut
mengambil manfaat dari pasar, modal, teknologi, manajemen, dan kewirausahaan
yang dikuasai oleh usaha besar. Usaha besar juga dapat mengambil keuntungan dari
keluwesan dan kelincahan usaha kecil.
Kemitraan hanya dapat berlangsung secara efektif dan berkesinambungan jika
kemitraan dijalankan dalam kerangka berfikir pembangunan ekonomi, dan bukan
semata-mata konsep sosial yang dilandasi motif belas kasihan atau kedermawanan.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka perlunya pemikiran tentang alasan
terjadi kemitraan, analisa kemitraan, kendala umum kemitraan, syarat-syarat
kemitraan.
1. Alasan terjadi Kemitraan
Kemitraan usaha haruslah berdasarkan asas sukarela dan suka sama suka. Dalam
kemitraan harus dijauhkan “kawin paksa”. Oleh karena itu, pihak-pihak yang bermitra
harus sudah siap untuk bermitra, baik kesiapan budaya maupun kesiapan ekonomi.
Jika tidak, maka kemitraan akan berakhir sebagai penguasaan yang besar terhadap
yang kecil atau gagal karena tidak bisa jalan. Artinya, harapan yang satu terhadap
yang lain tidak terpenuhi, maka beberapa alasan terjadi kemitraan dikemukakan
sebagai berikut:
a. Meningkatkan profit atau sales pihak-pihak yang bermitra
b. Memperbaiki pengetahuan situasi pasar
c. Memperoleh tambahan pelanggan atau para pemasok baru
d. Meningkatkan pengembangan produk
e. Memperbaiki proses produksi
f. Memperbaiki kualitas
g. Meningkatkan akses terhadap teknologi
2. Analisis Kemitraan
Kemitraan adalah suatu sikap menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan
hubungan jangka panjang, suatu kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana
pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis
bersama. Selama ini istilah kemitraan ini telah dikenal dengan sejumlah nama,
diantaranya strategi kerjasama dengan pelanggan (strategic customer alliance),
strategi kerjasama dengan pemasok (strategic supplier alliance) dan pemanfaatan
sumber daya kemitraan (partnership sourcing). Bertolak dari ha tersebut maka dapat
di analisis kinerja kemitraan sebagai berikut:
a. Kurang transparasi dalam pelaksanaan Kepres 16
b. Realisasi gelar kemitraan masih belum memuaskan
c. Kemitraan tidak berkembang baik
d. Waralaba dalam negeri belum banyak yang bermunculan.
3. Kendala umum Kemitraan
Kemitraan pada dasarnya menggabungkan aktivitas beberapa badan usaha bisnis,
oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu organisasi yang memadai. Dengan
pendekatan konsep sistem, diketahui bahwa organisasi pada dasarnya terdiri dari
sejumlah unit atau sub unit yang saling berinteraksi dan interdepedensi. Performansi
dan satu unit dapat menyebabkan kerugian pada unit-unit lainnya. Tidak terlepas dari
keterkaitan hal diatas maka akan mengalami beberapa kendala antara lain:
a. Perbedaan yang masih besar antara Usaha Besar dan Usaha Kecil
b. Kualitas produksi belum terjamin
c. Kerja sama kurang berkembang
d. UB bersifat integrai vertical
e. Belum terjadi alih teknologi dan manajemen dari UB dan UK
f. Belum berkembangnya system dan pola kemitraan dan belumberkembangnya unsur
pendukung
Pada Negara maju, mereka melakukan kemitraan karena adanya tuntutan pasar,
atas dasar tanggung jawab bersama, mengurangi pengangguran, tumbuhnya Usaha
Menengah dan Usaha Kecil, dan dalam rangka meningkatkan daya saing nasionalnya.
Pola dan system kemitraan dikembangkan oleh suatu perusahaan hingga
menjadi Good Practice. Lima jenis kemitraan yang dikembangkan di Eropa dan dapat
ditiru:
a. Buying and selling yang meliputi kegiatan suppliers dan subcontracting
b. Positive restructuring yang meliputioutsourcing, spin offs, management by-outs,
community renewal dan trade offs.
c. SME support yang meliputi start-up companies, mentoring, kerjasama penelitian dan
pengembangan (R&D) dan bantuan ekspor.
d. Training dan education, misalnya untuk supplier dan magang serta recruitment calon
pemitra
e. Local focus adalah kegiatan kemitraan dengan tujuan mengembangkan ekonomi
wilayah.
Latihan manajemen dan ketrampilan, magang, studivisit dan alih teknologi adalah
salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka memodernisasi UK. Jadi, agar
kesenjangan manajemen dan teknologi antara UB dan UK tidak terlalu jauh
ketinggalan, maka pengembangan SDM harus selalu menjadi agenda kemitraan.
4. Syarat-syarat Kemitraan
Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya yang
besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra,
karena kemitraan bukanlah proses merger atau akuisisi. Kemitraan usaha yang kita
inginkan bukanlah kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap
dilandasi oleh tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan
demokrasi ekonomi. Adapun syarat-syarat kemitraan adalah sebagai berikut:
a. Tujuan umum yang sama
b. Kesetaraan
c. Saling menghargai
d. Saling memberi kontribusi
e. Ada efek sinergi
f. Saling menguntungkan
B. KEBIJAKAN KEMITRAAN USAHA NASIONAL DAN IMPLEMENTASI
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997
1. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan
atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha
Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,
saling memperkuat dan saling menguntungkan.
2. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang mempunyai kriteria
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Usaha Kecil.
3. Usaha Menengah dan atau Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang memiliki
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan Usaha Kecil.
4. Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab untuk
membina dan mengembangkan pelaksanaan kemitraan dalam sektor kegiatan yang
menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
5. Menteri adalah Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil.
6. Pola kemitraan adalah bentuk-bentuk kemitraan yang sudah diatur dalam Undang-
undang Nomor 9 Tahun 1995.
Kemitraan merupakan salah satu instrumen yang strategis bagi pengembangan
usaha kecil, tetapi ini tidak berarti bahwa semua usaha kecil bisa segera secara efektif
dikembangkan melalui kemitraan. Bagi pengusaha informal atau yang sangat kecil
skala usahanya dan belum memiliki dasar kewirausahaan yang memadai, kemitraan
dengan usaha besar belum tentu efektif karena belum tercipta kondisi saling
membutuhkan. Yang terjadi adalah usaha kecil membutuhkan usaha besar sedangkan
usaha besar tidak merasa membutuhkan usaha kecil. Usaha kecil yang demikian
barangkali perlu dipersiapkan terlebih dahulu, misalnya dengan memperkuat posisi
transaksi melalui wadah koperasi atau kelompok usaha bersama (prakoperasi) dan
pembinaan kewirausahaan.
Dengan memahami berbagai aspek kewirausahaan dan bergabung dalam wadah
koperasi, usaha-usaha yang sangat kecil atau informal tersebut secara bersama-sama
akan memiliki kedudukan dan posisi transaksi yang cukup kuat untuk menjalin
kemitraan yang sejajar, saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan dengan usaha besar mitra usahanya.
1. Sudut Pandang Sistem
Kemitraan dilihat dari sudut pandang sistem paling tidak, ada 3 tipe yaitu:
a. Vertical Backward Linkage
Adalah sitem kemitraan yang di dalamnya Usaha Besar (UB) bergerak dalam produksi
barang akhir (assembler) Usaha Kecil (UK) sebagai pemasok komponen kepada UB.
b. Vertical Forward Linkage
Usaha Centernya/Besar menghasilkan bahan baku dan memasok untuk diproses
selanjutnya oleh Usaha Kecil.
c. Horizontal Linkage
Usaha Besar sebagai trader/exporter, Usaha Kecil menghasilkan produk yang akan
dipasok ke trader.
2. Implementasi
Kemitraan di negara-negara yang telah lebih maju itu adalah karena kemitraan
usahanya terutama didorong oleh adanya kebutuhan dari pihak-pihak yang bermitra
itu sendiri, atau diprakarsai oleh dunia usahanya sendiri sehingga kemitraan dapat
berlangsung secara alamiah. Hal ini dimungkinkan mengingat iklim dan kondisi
ekonomi negara mereka seperti Korea Selatan, Jepang dan Taiwan dan
sebagainya telah cukup memberikan rangsangan ke arah kemitraan yang berjalan
sesuai dengan kaidah ekonomi yang berorientasi pasar.
Sebagai suatu strategi pengembangan usaha kecil, kemitraan telah terbukti berhasil
diterapkan di banyak negara, antara lain di Jepang dan empat negara macan Asia,
yaitu Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan sebagainya. Di negara-negara tersebut
kemitraan umumnya dilakukan melalui pola sub kontrak yang memberikan peran
kepada industri kecil dan menengah sebagai pemasok bahan baku dan komponen
industri besar.
a. Korea selatan
Lembaga penunjang bernama Small and Medium Industry Promotion Corporation
bersifat semi pemerintah dan bertugas menjadikan UK tangguh dan dapat bermitra
dengan UB serta melakukan program alih teknologi dan investasi dari UB ke UK.
b. Jepang
Jepang mendirikan Institut for promotion of subcontracting yang tugasnya
memperkuat kedudukan UK dan teknologi UK serta menyediakan informasi.
c. Masyarakat ekonomi Eropa(MEE)
Suporting institusi dalam kemitraana yang didirikam oleh MEE :
1) BC-NET, memberikan informasi kemitraaan tang computerized.
2) BRITE, Bertujuaan meningkatkan kecakapan UK dalam memakai teknologi dan
mengurangi gap teknologi dengan UK .
3) ESPRIT, mengembangan teknologi informasi.
d. Taiwan
Dalam mengembangkan kemitraan usaha industri di Taiwan dibuat Center satelite
system UB bertindak sebagai center dan UK dan UM sebagai satelite. Untuk
menunjang program terseut, didirikan Corporate Synergy Developtment Center (CSD)
yang dibiayai oleh pemerintah dan sektor swasta.
C. POLA KEMITRAAN
Banyak program pemerintah dan pola-pola kemitraan yang dibuat demi usaha
kecil. Hal ini bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan usaha kecil tangguh dan
modern. Usaha kecil sebagai kekuatan ekonomi rakyat dan berakar pada masyarakat
dan usaha kecil yang mampu memperkokoh struktur perekonomian nasional yang
lebih efisien. Pola-pola kemitraan tersebut antara lain:
1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir
2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu
3. Kerjasama dalam pemilik usaha
4. Kerjasama dalam bentuk bapak-anak angkat
5. Kerjasama dalam bentuk bapak angkat sebagai modal ventura
6. Intiplasma
7. Subkontrak
8. Dagang umum
9. Waralaba
10. Keagenan
1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir (forward linkage)
Pembangunan industri dasar dengan skala besar yang dilakukan untuk mengolah
langsung sumber daya alam termasuk sumber energi yang terdapat di suatu daerah, perlu
dimanfaatkan untuk mendorong pembangunan cabang-cabang dan jenis-jenis industri
yang saling mempunyai kaitan, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi kawasan-
kawasan industri. Rangkaian kegiatan pembangunan industri tersebut pada gilirannya
akan memacu kegiatan pembangunan sektor-sektor ekonomi lainnya beserta
prasarananya antara lain yang penting adalah terminal-terminal pelayanan jasa, daerah
pemukiman baru dan daerah pertanian baru. Wilayah yang dikembangkan dengan
berpangkal tolak pada pembangunan industri dalam rangkaian yang dipadukan dengan
kondisi daerah dalam rangka mewujudkan kesatuan ekonomi nasional, merupakan
Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri.
Kerjasama keterkaitan hulu hilir harus berlangsung dalam iklim yang positif dan
konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah
memanfaatkan peranan koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta
asosiasi/federasi perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan
pengembangan bidang usaha industri.
2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu (backward linkage)
Pertumbuhan ataupun pemerataan ekonomi dengan penerapan kerjasama
keterkaitan hilir hulu yang tepat guna sejauh mungkin dapat menggunakan
bahan-bahan dalam negeri adalah untuk meningkatkan nilai tambah,
memelihara keseimbangan antara peningkatan produksi dan kesempatan
kerja, serta pemerataan pendapatan, dalam rangka usaha memperbesar nilai
tambah sebanyak-banyaknya, maka pembangunan industri harus
dilaksanakan dengan mengembangkan keterkaitan yang berantai ke segala
jurusan secara seluas-luasnya yang saling menguntungkan kelompok industri
hilir, keterkaitan antara kelompok industri hulu/dasar.
Kerjasama keterkaitan hilir hulu harus berlangsung dalam iklim yang positif dan
konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah
memanfaatkan peranan koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta
asosiasi/federasi perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan
pengembangan bidang usaha industri.
3. Kerjasama dalam Pemilik Usaha
Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan kerjasama yang
dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan usaha kecil didasarkan pada
kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah
pihak yang bermitra. Ini berarti bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan antara
pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil mempunyai kedudukan
yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada pihak yang
dirugikan, tidak ada yang saling mengekspoitasi satu sama lain dan tumbuh
berkembangnya rasa saling percaya di antara para pihak dalam mengembangkan
usahanya.
Adapun bentuk kerjasama usaha yang lakukan, ada beberapa rambu-rambu yang
perlu Di perhatikan dalam melakukan kerjasama dengan pihak lain. Diantaranya
sebagai berikut :
a. Perjanjian Tertulis
Penting sekali bagi siapa pun untuk melakukan perjanjian tertulis atas kerjasama usaha
yang dilakukan, sehingga menghindari perselisihan dan kerugian di belakang hari.
Semakin detail isi perjanjian, maka semakin memperjelas konsep kerjasama yang
dibangun. Pastikan perjanjian ini memiliki kekuatan hukum, dengan tdi tangan pihak-
pihak yang terkait di atas materai.
b. Berdasarkan Asas Manfaat
Ketika melakukan kerjasama usaha, sebisa mungkin menguntungkan kedua belah pihak.
Jika salah satu merasa terugikan, maka kerjasama ini tidak bisa diteruskan. Ini perlu, jika
Di ingin berinvestasi, maka Di perlu tahu berapa bagi hasil yang akan Di dapatkan, selama
berapa lama, dan apa resiko yang akan Di hadapi. Uang tidak bisa didapatkan begitu saja,
tanpa mengetahui dengan pasti imbal balik yang akan di dapatkan.
c. Berdasarkan Asas Adil
Apapun yang tercantum dalam perjanjian, hendaknya disepakati. Tidak boleh ada yang
berbuat curang, dengan tidak menjalankan kewajibannya. Karenanya, perlu dibuat rincian
hak dan tanggung jawab, maupun job description secara mendetail, sehingga masing-
masing memahami dan menjalankannya dengan baik. Jika ada yang berbuat curang,
maka semuanya bisa diproses melalui jalur hukum, atau kerjasama usaha tidak bisa
dilanjutkan.
d. Tidak Ada Unsur Paksaan
Kerjasama usaha harus berdasarkan keinginan pribadi, tanpa adanya paksaan dari
pihak lain. Jika Di merasa tidak cocok untuk bekerjasama dengan orang lain, Di tidak
perlu memaksakannya. Di bisa memilih kerja sendiri sesuai kemampuan.
4. Kerjasama dalam bentuk bapak dan anak-angkat
Pada dasarnya pola bapak angkiat adalah refleksi kesediaan pihak yg mampu atau
besar untuk membantu pihak lainyang kurang mampu atau kecil pihak yang memang
memerlukan pembinaan.
Oleh karena itu pada hakikatnya pola pendekatan tersebut adalh cermin atau wujud
rasa kepedulian pihak yang esar terhadap yang kecil
Pola bapak angkat dalam pola pengembangan UMK umumnya banyak dilakukan BUMN
dengan usaha mikro dan kecil.
5. Kerjasama dalam bentuk bapak angkat sebagai pemodal ventura
Merupakan bentuk kerjasama dalam bentuk suatu investasi melaui pembiayaan
berupa penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta (anak perusahaan)
sebagai pasangan usaha (investee company) untuk jangka waktu tertentu.
6. Pola inti plasma
Adalah merupakan hubungan kemitraan antara Usaha Kecik Menengah dan
Usaha Besar sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Kecil Menegah yang
menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi,
pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan
dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan
produktivitas usaha. Dalam hal ini, Usaha Besar mempunyai tanggung jawab sosial
(corporate social responsibility) untuk membina dan mengembangkan UKM sebagai
mitra usaha untuk jangka panjang.
Pola Kemitraan Inti Plasma
Perusahaan Mitra membina Kelompok Mitra dalam hal:
a. Penyediaan dan penyiapan lahan
b. Pemberian saprodi.
c. Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi.
d. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi.
e. Pembiayaan.
f. Bantuan lain seperti efesiensi dan produktifitas usaha.
7. Subkontrak
Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (b) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995
bahwa pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha
Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen
yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari
produksinya. Atau bisa juga dikatakan, subkontrak sebagai suatu sistem yang
menggambarkan hubungan antara Usaha Besar dan Usaha Kecil Menegah, di mana
Usaha Besar sebagai perusahaan induk (parent firma) meminta kepada UKM selaku
subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen)
dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Selain itu, dalam pola ini
Usaha Besar memberikan bantuan berupa kesempatan perolehan bahan baku,
bimbingan dan kemampuan teknis produksi, penguasaan teknologi, dan pembiayaan.
Model kemitraan ini menyerupai pola kemitraan contract farming tetapi pada pola
ini kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung dengan perusahaan pengolah
(processor) tetapi melalui agen atau pedagang.
Pembinaan Kelompok Mitra
Kelompok Mitra perlu ditingkatkan kemampuannya dalam hal:
1. Merencanakan Usaha.
2. Melaksanakan dan mentaati perjanjian kemitraan
3. Memupuk modal dan memanfaatkan pendapatan secara rasional.
4. Meningkatkan hubungan melembaga dengan koperasi.
5. Mencari dan mencapai skala usaha ekonomi.
Pembinaan Oleh Perusahaan Mitra
1. Meningkatkan pengetahuan dan kewirausahaan kelompok mitra.
2. Membantu mencarikan fasilitas kredit yang layak.
3. Mengadakan penelitian, pengembangan, dan pengaturan teknologi tepat guna.
4. Melakukan konsultasi dan temu usaha.
8. Pola dagang umum
Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (c) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995,
Pola Dagang Umum adalah “hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha
Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar
memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang
diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya”. Dengan demikian maka
dalam pola dagang umum, usaha menengah atau usaha besar memasarkan produk
atau menerima pasokan dari usaha kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan
yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.
Bisa juga dikatakan bahwa pola dagang umum mengandung pengertian hubungan
kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra
memasarkan hasil produksi kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra.
9. Waralaba
Adalah bentuk hubungan kemitraan antara pemilik waralaba atau
pewaralaba (franchisor) dengan penerima waralaba (franchisee) dalam mengadakan
persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba).
Kerjasama ini biasanya didukung dengan pemilihan tempat, rencana bangunan,
pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, konsultasi, standardisasi,
pengendalian, kualitas, riset dan sumber-sumber permodalan.
Waralaba atau Franchising (dari bahasa perancis) untuk kejujuran atau kebebasan
adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan
menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah perikatan
dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari
kekayaan (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan
suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam
rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Sedangkan menurut asosiasi franchise indonesia, yang dimaksud dengan Waralaba
ialah: Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana
pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk
melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.
Secara harfiah, waralaba berarti “hak untuk menjalankan usaha/bisnis di
daerah yang telah di tentukan”. Dalam bahasa Prancis waralaba
bermakna kejujuran atau kebebasan. Secara historis, waralaba didefinisikan
sebagai penjualan khusus suatu produk di suatu daerah tertentu (seperti mesin jahit)
dimana produsen memberikan pelatihan kepada perwakilanpenjualan dan
menyediakan produk informasi dan iklan, sementara ia mengontrol perwakilan yang
menjual produk di daerah yang telah di tentukan.
Macam waralaba yang umum saat ini adalah “bisnis format waralaba”. Dalam
transaksi semacam ini, pemberi lisensi waralaba telah mengembangkan produk atau
jasa dan keseluruhan sistem distribusi/pengantaran serta pemasaran produk atau jasa
tersebut. Terkadang, jasa pelayanan komponen barang atau jasa juga ditambahkan
dalam sistem tersebut.
Saat ini, sistem waralaba yang berkembang pesat di negara-negara indrustri maju
adalah waralaba retail maupun waralaba rumah makan siap saji. Begitupun dengan di
negara berkembang seperti Indonesia, waralaba ritail seperti Alfamart, Indomart,
Circle K, Yomart, mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan.
Di Indonesia pengaturan tentang waralaba terdapat pada Peraturan Pemerintah
R.I No 16 Tahun 1997 yang merumuskan tentang arti :
Waralaba adalah perjanjian dimana salah satu pihak yang diberikan hak untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual (HKI) atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka
penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa.
Pemberi waralaba (Franchisor) adalah badan usaha atau perorangan yang
memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak
kekayaan intelektual (HKI) atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.
Penerima waralaba (Franchisee) adalah badan usaha atau perorangan yang
diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual
(HKI) atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.
Pengertian waralaba menurut Asosiasi Franchise Indonesia :
“Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana
pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk
melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu”.
(wikipedia indonesia)
Adapun yang dimaksud dengan hak kekayaan intelektual (HKI) dalam arti
waralaba tersebut di atas adalah meliputi antara lain : Merek, Nama Dagang, Logo,
Desain, Hak Cipta, Rahasia Dagang dan Paten. Selanjutnya, yang dimaksud dengan
penemuan atau ciri khas usaha misalnya : sistem manajemen, cara penjualan atau
penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus dari pemiliknya.
Istilah-istilah dalam Waralaba
Penanda/Tanda Waralaba : Esensi bisnis format waralaba adalah merek dagang
dari produk atau jasa tersebut walaupun proses produk atau jasa tersebut juga
mungkin telah memperoleh paten dan hak cipta. Tentunya, penanda waralaba di suatu
format bisnis ini adalah merek dagang produk tersebut. Penanda waralaba juga
bernilai sebagai simbol dari semua ciri bisnis tersebut.
Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement)
Adalah perjanjian yang mengikat pemberi dan penerima waralaba. Perjanjian ini
adalah perjanjian yang seringkali dikaitkan dengan sejumlah perjanjian tambahan lain,
misalnya perjanjian retail suatu produk, perjanjian untuk memasok komponen,
perjanjian iklan dan sebagainya. Perjanjian harus diadakan secara tertulis, dan di
Indonesia di buat dalam bahasa Indonesia dan terhadapnya berlaku hukum Indonesia.
Pemegang utama lisensi waralaba (Master Franchisee)
Waralaba merupakan hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi waralaba
memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi
perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan
manajemen. Dalam pola ini Usaha Besar yang bertindak sebagai pemberi waralaba
menyediakan penjaminan yang diajukan oleh Usaha Kecil Menengah sebagai
penerima waralaba kepada pihak ketiga.
Pemegang utama lisensi waralaba berhak untuk mengoperasikan waralaba
tersebut di suatu wilayah yang luas cakupannya (misalnya di Indonesia). Umumnya,
dimungkinkan membuka dan mengoperasikan gerai-gerai waralaba di daerah tersebut
sebelum mulai menunjuk penerima waralaba lain sebagai sub-kontraktor (sub-
franchisees). Di Asia, pemegang utama lisensi waralaba ini seringkali datang dari
kalangan bisnis domestik yang memiliki koneksi politik yang baik dengan penguasa
dan berpengalaman dalam menjalankan bisnis skala besar dengan dukungan modal
yang kuat.
Jenis Waralaba :
Waralaba dibagi menjadi dua : Waralaba Luar Negeri dan Waralaba Dalam
Negeri.
1. Waralaba Luar Negeri : Cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek
sudah diterima di seluruh dunia, dan cenderung lebih bergengsi.
2. Waralaba dalam negeri : pilihan investasi bagi orang-orang yang ingin cepat jadi
pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup namun dengan harga yang lebih
terjangkau.
Kunci keberhasilan bisnis waralaba adalah kekuatan merek, sebelum
mewaralabakan usahanya hendaknya setiap pengusaha mendaftarkan terlebih dahulu
merek dagangnya ke kantor Merek di Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Indonesia, maka dengan demikian jika kita telah memiliki merek yang terdaftar
peluang untuk mewaralabakan usaha kita akan lebih terjamin kepastian hukumnya.
Selain itu penerima waralaba akan mempercayai sistem waralaba yang ditawarkan,
karena pemilik waralaba memiliki merek dagang yang terdaftar.
10. Keagenan
Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra
dimana kelompok diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha
pengusaha mitra.Keagenan merupakan hubungan kemitraan antara UKM dan UB,
yang di dalamnya UKM diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa UB
sebagai mitranya. Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan, di mana pihak
prinsipal memproduksi atau memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak
sebagai pihak yang menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang
bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.
Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik
bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori
ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini
menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang
(prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu
manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract”.
Perbedaan “kepentingan ekonomis” ini bisa saja disebabkan ataupun
menyebabkan timbulnya informasi asymmetri (Kesenjangan informasi) antara
Pemegang Saham (Stakeholders) dan organisasi. Diskripsi bahwa manajer adalah
agen bagi para pemegang saham atau dewan direksi adalah benar sesuai teori agensi.
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan
mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada
hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang
para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-
syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.
Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat
disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak prinsipal
(keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan
kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki
keunggulan kekuasaan (discretionary power).
Contoh lain Keagenan (Agency theory) sebenarnya juga dapat dipahami dalam
lingkup lembaga kemahasiswaan. Pengurus yang dipercayakan menjadi perpanjangan
tangan keluarga mahasiswa untuk mengelolah organisasi menjadi agen yang idealnya
mampu mengakomodasi semua kepentingan keluarga. Namun, terkadang pengurus
lembaga kemahasiswaan tak mampu menjalankan ini dengan baik. Kecenderungan
pengurus lebih memilih melaksanakan kepengurusan sesuai dengan keinginannya.
Kepentingan keluarga menjadi terabaikan.
Pengembangan akuntansi kontemporer salah satunya adalah digunakannya
Agency Theory dalam menjustifikasi akuntansi positif. Menurut Baiman (1990),
terdapat tiga model hubungan agensi yaitu:
1. The Principal-Agent Model.
2. The Transaction Cost Economics Model.
3. The Rochester Model.
Ketiganya memiliki dua kerangka kesamaan dan dua perbedaan. Kesamaannya,
pertama, ketiganya memahami ketentuan dan penyebab hilangnya efisiensi yang
diciptakan oleh divergensi antara perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua,
ketiganya menganalisa dan memahami implikasi perbedaan proses pengendalian
menghindari hilangnya efisiensi pada masalah agensi. Sedangkan perbedaannya,
pertama, menekankan perbedaan sumber-sumber divergensi perilaku kerjasama dan
kepentingan individu; kedua, menekankan perbedaan aspek pada agenda riset pada
umumnya; ketiga, pemodelan berhati-hati yang mendasari konteks ekonomi yang
menyebabkan timbulnya masalah agensi; keempat, derivasi optimalisasi hubungan
kerja dan memahami bagaimana hubungan kerja yang meringankan masalah agensi;
kelima, komparasi hasil-hasil untuk melakukan observasi praktik model yang dipakai
dan menganalisanya. Artinya dalam kerangka umum model hubungan agensi
memperlihatkan bahwa manajer melakukan maksimasi expected utility agar dapat
mempengaruhi desain kontrak kerja mereka. Pemilik dan manajer secara bersama
dibatasi biaya atas masalah agensi, sehingga memerlukan insentif untuk mendesain
kontrak yang mengurangi secara efisien masalah agensi. Dua tokoh utama (principal
dan agent) dalam interaksi bisnis tersebut sebenarnya mengarah pada kepentingan
yang sama, yaitu wealth (kekayaan). Bentuk ekstrim (extreme ways) dariagency
theory sendiri sebenarnya adalah ketika hubungan agensi dijadikan mekanis-
matematis untuk kepentingan legitimasi kepentingan “mutualis insklusif“.
DAFTAR PUSTAKA
http://elqorni.wordpress.com/2009/02/26/mengenal-waralaba/
http://elqorni.wordpress.com/2009/02/26/mengenal-teori-keagenan/
http://frankyzamzani.files.wordpress.com/2007/06/pp-no-44-th-1997-ttg-
kemitraan.pdf

More Related Content

What's hot

Corporate Governance Assessment
Corporate Governance Assessment Corporate Governance Assessment
Corporate Governance Assessment
Muhammad Jamaluddin
 
Be&gg 12,lisdiana,prof.hapzi ali,governance rating,universitas mercu buan...
Be&gg 12,lisdiana,prof.hapzi ali,governance rating,universitas mercu buan...Be&gg 12,lisdiana,prof.hapzi ali,governance rating,universitas mercu buan...
Be&gg 12,lisdiana,prof.hapzi ali,governance rating,universitas mercu buan...
Lis Diana
 
Pembangunan UMKM
Pembangunan UMKMPembangunan UMKM
Pembangunan UMKM
Muhammad Khoirul Fuddin
 
Merencanakan bisnis
Merencanakan bisnisMerencanakan bisnis
Merencanakan bisnis
yunisarosa
 
BE & GG , Parluhutan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA “ BE & GG Minggu 12 Governan...
BE & GG , Parluhutan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA   “ BE & GG Minggu 12 Governan...BE & GG , Parluhutan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA   “ BE & GG Minggu 12 Governan...
BE & GG , Parluhutan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA “ BE & GG Minggu 12 Governan...
parluhutan silitonga
 
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...
Muhammad Frayogi
 

What's hot (6)

Corporate Governance Assessment
Corporate Governance Assessment Corporate Governance Assessment
Corporate Governance Assessment
 
Be&gg 12,lisdiana,prof.hapzi ali,governance rating,universitas mercu buan...
Be&gg 12,lisdiana,prof.hapzi ali,governance rating,universitas mercu buan...Be&gg 12,lisdiana,prof.hapzi ali,governance rating,universitas mercu buan...
Be&gg 12,lisdiana,prof.hapzi ali,governance rating,universitas mercu buan...
 
Pembangunan UMKM
Pembangunan UMKMPembangunan UMKM
Pembangunan UMKM
 
Merencanakan bisnis
Merencanakan bisnisMerencanakan bisnis
Merencanakan bisnis
 
BE & GG , Parluhutan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA “ BE & GG Minggu 12 Governan...
BE & GG , Parluhutan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA   “ BE & GG Minggu 12 Governan...BE & GG , Parluhutan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA   “ BE & GG Minggu 12 Governan...
BE & GG , Parluhutan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA “ BE & GG Minggu 12 Governan...
 
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...
BE&GG_Muhammad Frayogi_Hapzi Ali_Director and Executive _Universitas Mercu Bu...
 

Similar to kemitraan

Pola kemitraan
Pola kemitraanPola kemitraan
Pola kemitraan
Pola kemitraan Pola kemitraan
Pola kemitraan
Jesika Amanda
 
11 adhi nugraha 5_x_prospek ukm dalam era perdagangan bebas
11 adhi nugraha 5_x_prospek ukm dalam era perdagangan bebas11 adhi nugraha 5_x_prospek ukm dalam era perdagangan bebas
11 adhi nugraha 5_x_prospek ukm dalam era perdagangan bebas
adhi nugraha
 
prospek ukm dalam perdagangan bebas
prospek ukm dalam perdagangan bebasprospek ukm dalam perdagangan bebas
prospek ukm dalam perdagangan bebas
Gilang Jupriono
 
10
1010
Grand strategi agar koperasi1
Grand strategi agar koperasi1Grand strategi agar koperasi1
Grand strategi agar koperasi1Irna Indriani
 
Ujian pengantar bisnis_albert
Ujian pengantar bisnis_albertUjian pengantar bisnis_albert
Ujian pengantar bisnis_albert
AlbertMatondang1
 
Makalah bisnis partnership
Makalah bisnis partnership Makalah bisnis partnership
Makalah bisnis partnership
Wina Winarsih
 
MULTI BUSINESS STRATEGY
MULTI BUSINESS STRATEGYMULTI BUSINESS STRATEGY
MULTI BUSINESS STRATEGY
Alfrianty Sauran
 
Sm,theofilus pirri, hapzi ali, multi business strategy, universitas mercubuan...
Sm,theofilus pirri, hapzi ali, multi business strategy, universitas mercubuan...Sm,theofilus pirri, hapzi ali, multi business strategy, universitas mercubuan...
Sm,theofilus pirri, hapzi ali, multi business strategy, universitas mercubuan...
Theofilus Pirri
 
Kemitraan dan negosiasi
Kemitraan dan negosiasiKemitraan dan negosiasi
Kemitraan dan negosiasi
Endri Hendriansyah
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...
Muh Agus Priyetno
 
15, sm, adrianto, hapzi ali, review tema ix xiv, universtitas mercu buana, ...
15, sm, adrianto, hapzi ali, review tema ix   xiv, universtitas mercu buana, ...15, sm, adrianto, hapzi ali, review tema ix   xiv, universtitas mercu buana, ...
15, sm, adrianto, hapzi ali, review tema ix xiv, universtitas mercu buana, ...
Adrianto Dasoeki
 
2, sm, ali nico gerard doan, vision and company mission, longterm objective, ...
2, sm, ali nico gerard doan, vision and company mission, longterm objective, ...2, sm, ali nico gerard doan, vision and company mission, longterm objective, ...
2, sm, ali nico gerard doan, vision and company mission, longterm objective, ...
Ali Nico Gerard Doan
 
Strategi Pengembangan Koperasi & UMKM - 2018
Strategi Pengembangan Koperasi & UMKM - 2018Strategi Pengembangan Koperasi & UMKM - 2018
Strategi Pengembangan Koperasi & UMKM - 2018
Lulu Wildatiumi
 
Sm,winarsih,hapzi ali, multi business strategy,universitas mercu buana,2018,
Sm,winarsih,hapzi ali, multi business strategy,universitas mercu buana,2018,Sm,winarsih,hapzi ali, multi business strategy,universitas mercu buana,2018,
Sm,winarsih,hapzi ali, multi business strategy,universitas mercu buana,2018,
Wina Winarsih
 
Materi BE & GG Minggu 6: Shareholders and the markets for corporate control
Materi BE & GG Minggu 6: Shareholders and the markets for corporate controlMateri BE & GG Minggu 6: Shareholders and the markets for corporate control
Materi BE & GG Minggu 6: Shareholders and the markets for corporate control
ekamayasari16
 
SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Multi Business Stra...
SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Multi Business Stra...SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Multi Business Stra...
SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Multi Business Stra...
Rudy Harland
 

Similar to kemitraan (20)

Pola kemitraan
Pola kemitraanPola kemitraan
Pola kemitraan
 
Pola kemitraan
Pola kemitraan Pola kemitraan
Pola kemitraan
 
11 adhi nugraha 5_x_prospek ukm dalam era perdagangan bebas
11 adhi nugraha 5_x_prospek ukm dalam era perdagangan bebas11 adhi nugraha 5_x_prospek ukm dalam era perdagangan bebas
11 adhi nugraha 5_x_prospek ukm dalam era perdagangan bebas
 
prospek ukm dalam perdagangan bebas
prospek ukm dalam perdagangan bebasprospek ukm dalam perdagangan bebas
prospek ukm dalam perdagangan bebas
 
10
1010
10
 
Grand strategi agar koperasi1
Grand strategi agar koperasi1Grand strategi agar koperasi1
Grand strategi agar koperasi1
 
Ujian pengantar bisnis_albert
Ujian pengantar bisnis_albertUjian pengantar bisnis_albert
Ujian pengantar bisnis_albert
 
Makalah bisnis partnership
Makalah bisnis partnership Makalah bisnis partnership
Makalah bisnis partnership
 
MULTI BUSINESS STRATEGY
MULTI BUSINESS STRATEGYMULTI BUSINESS STRATEGY
MULTI BUSINESS STRATEGY
 
Sm,theofilus pirri, hapzi ali, multi business strategy, universitas mercubuan...
Sm,theofilus pirri, hapzi ali, multi business strategy, universitas mercubuan...Sm,theofilus pirri, hapzi ali, multi business strategy, universitas mercubuan...
Sm,theofilus pirri, hapzi ali, multi business strategy, universitas mercubuan...
 
Kemitraan dan negosiasi
Kemitraan dan negosiasiKemitraan dan negosiasi
Kemitraan dan negosiasi
 
Pola kemitraan
Pola kemitraanPola kemitraan
Pola kemitraan
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...
 
15, sm, adrianto, hapzi ali, review tema ix xiv, universtitas mercu buana, ...
15, sm, adrianto, hapzi ali, review tema ix   xiv, universtitas mercu buana, ...15, sm, adrianto, hapzi ali, review tema ix   xiv, universtitas mercu buana, ...
15, sm, adrianto, hapzi ali, review tema ix xiv, universtitas mercu buana, ...
 
2, sm, ali nico gerard doan, vision and company mission, longterm objective, ...
2, sm, ali nico gerard doan, vision and company mission, longterm objective, ...2, sm, ali nico gerard doan, vision and company mission, longterm objective, ...
2, sm, ali nico gerard doan, vision and company mission, longterm objective, ...
 
Strategi Pengembangan Koperasi & UMKM - 2018
Strategi Pengembangan Koperasi & UMKM - 2018Strategi Pengembangan Koperasi & UMKM - 2018
Strategi Pengembangan Koperasi & UMKM - 2018
 
Sm,winarsih,hapzi ali, multi business strategy,universitas mercu buana,2018,
Sm,winarsih,hapzi ali, multi business strategy,universitas mercu buana,2018,Sm,winarsih,hapzi ali, multi business strategy,universitas mercu buana,2018,
Sm,winarsih,hapzi ali, multi business strategy,universitas mercu buana,2018,
 
Hilyati komala putri
Hilyati komala putriHilyati komala putri
Hilyati komala putri
 
Materi BE & GG Minggu 6: Shareholders and the markets for corporate control
Materi BE & GG Minggu 6: Shareholders and the markets for corporate controlMateri BE & GG Minggu 6: Shareholders and the markets for corporate control
Materi BE & GG Minggu 6: Shareholders and the markets for corporate control
 
SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Multi Business Stra...
SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Multi Business Stra...SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Multi Business Stra...
SM, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Multi Business Stra...
 

Recently uploaded

PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptxPPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
MiscoTamaela1
 
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hanhan140379
 
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWINSUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
mediamandirinusantar
 
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptxPOWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
EchaNox
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
RahmanAnshari3
 
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).pptstudi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
SendowoResiden
 
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptxPERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
AzisahAchmad
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
aciambarwati
 
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptxBAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
arda89
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
fatamorganareborn88
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
PavingBlockBolong
 
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
helenenolaloren
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
GalihHardiansyah2
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
wear7
 
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdekaMateri Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
13FitriDwi
 
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptxAUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
indrioktuviani10
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Rajaclean
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
HalomoanHutajulu3
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
MuhammadIqbal24956
 

Recently uploaded (20)

PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptxPPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
 
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
 
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWINSUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
 
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptxPOWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
 
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).pptstudi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
 
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptxPERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
PERTEMUAN 1 ; PENGANTAR DIGITAL MARKETING PERTANIAN.pptx
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
 
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptxBAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
 
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
 
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdekaMateri Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
 
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptxAUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
 

kemitraan

  • 2. “POLA-POLA KEMITRAAN USAHA” A. PENGERTIAN POLA KEMITRAAN USAHA Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusahaan Mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat. Kemitraan usaha akan menghasilkan efisiensi dan sinergi sumber daya yang dimiliki oleh pihak-pihak yang bermitra dan karenanya menguntungkan semua pihak yang bermitra. Kemitraan juga memperkuat mekanisme pasar dan persaingan usaha yang efisien dan produktif. Bagi usaha kecil kemitraan jelas menguntungkan karena dapat turut mengambil manfaat dari pasar, modal, teknologi, manajemen, dan kewirausahaan yang dikuasai oleh usaha besar. Usaha besar juga dapat mengambil keuntungan dari keluwesan dan kelincahan usaha kecil. Kemitraan hanya dapat berlangsung secara efektif dan berkesinambungan jika kemitraan dijalankan dalam kerangka berfikir pembangunan ekonomi, dan bukan semata-mata konsep sosial yang dilandasi motif belas kasihan atau kedermawanan. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka perlunya pemikiran tentang alasan terjadi kemitraan, analisa kemitraan, kendala umum kemitraan, syarat-syarat kemitraan. 1. Alasan terjadi Kemitraan Kemitraan usaha haruslah berdasarkan asas sukarela dan suka sama suka. Dalam kemitraan harus dijauhkan “kawin paksa”. Oleh karena itu, pihak-pihak yang bermitra harus sudah siap untuk bermitra, baik kesiapan budaya maupun kesiapan ekonomi. Jika tidak, maka kemitraan akan berakhir sebagai penguasaan yang besar terhadap yang kecil atau gagal karena tidak bisa jalan. Artinya, harapan yang satu terhadap yang lain tidak terpenuhi, maka beberapa alasan terjadi kemitraan dikemukakan sebagai berikut: a. Meningkatkan profit atau sales pihak-pihak yang bermitra b. Memperbaiki pengetahuan situasi pasar c. Memperoleh tambahan pelanggan atau para pemasok baru d. Meningkatkan pengembangan produk e. Memperbaiki proses produksi f. Memperbaiki kualitas g. Meningkatkan akses terhadap teknologi 2. Analisis Kemitraan Kemitraan adalah suatu sikap menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka panjang, suatu kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Selama ini istilah kemitraan ini telah dikenal dengan sejumlah nama,
  • 3. diantaranya strategi kerjasama dengan pelanggan (strategic customer alliance), strategi kerjasama dengan pemasok (strategic supplier alliance) dan pemanfaatan sumber daya kemitraan (partnership sourcing). Bertolak dari ha tersebut maka dapat di analisis kinerja kemitraan sebagai berikut: a. Kurang transparasi dalam pelaksanaan Kepres 16 b. Realisasi gelar kemitraan masih belum memuaskan c. Kemitraan tidak berkembang baik d. Waralaba dalam negeri belum banyak yang bermunculan. 3. Kendala umum Kemitraan Kemitraan pada dasarnya menggabungkan aktivitas beberapa badan usaha bisnis, oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu organisasi yang memadai. Dengan pendekatan konsep sistem, diketahui bahwa organisasi pada dasarnya terdiri dari sejumlah unit atau sub unit yang saling berinteraksi dan interdepedensi. Performansi dan satu unit dapat menyebabkan kerugian pada unit-unit lainnya. Tidak terlepas dari keterkaitan hal diatas maka akan mengalami beberapa kendala antara lain: a. Perbedaan yang masih besar antara Usaha Besar dan Usaha Kecil b. Kualitas produksi belum terjamin c. Kerja sama kurang berkembang d. UB bersifat integrai vertical e. Belum terjadi alih teknologi dan manajemen dari UB dan UK f. Belum berkembangnya system dan pola kemitraan dan belumberkembangnya unsur pendukung Pada Negara maju, mereka melakukan kemitraan karena adanya tuntutan pasar, atas dasar tanggung jawab bersama, mengurangi pengangguran, tumbuhnya Usaha Menengah dan Usaha Kecil, dan dalam rangka meningkatkan daya saing nasionalnya. Pola dan system kemitraan dikembangkan oleh suatu perusahaan hingga menjadi Good Practice. Lima jenis kemitraan yang dikembangkan di Eropa dan dapat ditiru: a. Buying and selling yang meliputi kegiatan suppliers dan subcontracting b. Positive restructuring yang meliputioutsourcing, spin offs, management by-outs, community renewal dan trade offs. c. SME support yang meliputi start-up companies, mentoring, kerjasama penelitian dan pengembangan (R&D) dan bantuan ekspor. d. Training dan education, misalnya untuk supplier dan magang serta recruitment calon pemitra e. Local focus adalah kegiatan kemitraan dengan tujuan mengembangkan ekonomi wilayah. Latihan manajemen dan ketrampilan, magang, studivisit dan alih teknologi adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka memodernisasi UK. Jadi, agar kesenjangan manajemen dan teknologi antara UB dan UK tidak terlalu jauh ketinggalan, maka pengembangan SDM harus selalu menjadi agenda kemitraan. 4. Syarat-syarat Kemitraan
  • 4. Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya yang besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra, karena kemitraan bukanlah proses merger atau akuisisi. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi ekonomi. Adapun syarat-syarat kemitraan adalah sebagai berikut: a. Tujuan umum yang sama b. Kesetaraan c. Saling menghargai d. Saling memberi kontribusi e. Ada efek sinergi f. Saling menguntungkan B. KEBIJAKAN KEMITRAAN USAHA NASIONAL DAN IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 1. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. 2. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang mempunyai kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. 3. Usaha Menengah dan atau Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan Usaha Kecil. 4. Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab untuk membina dan mengembangkan pelaksanaan kemitraan dalam sektor kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. 5. Menteri adalah Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. 6. Pola kemitraan adalah bentuk-bentuk kemitraan yang sudah diatur dalam Undang- undang Nomor 9 Tahun 1995. Kemitraan merupakan salah satu instrumen yang strategis bagi pengembangan usaha kecil, tetapi ini tidak berarti bahwa semua usaha kecil bisa segera secara efektif dikembangkan melalui kemitraan. Bagi pengusaha informal atau yang sangat kecil skala usahanya dan belum memiliki dasar kewirausahaan yang memadai, kemitraan dengan usaha besar belum tentu efektif karena belum tercipta kondisi saling membutuhkan. Yang terjadi adalah usaha kecil membutuhkan usaha besar sedangkan usaha besar tidak merasa membutuhkan usaha kecil. Usaha kecil yang demikian barangkali perlu dipersiapkan terlebih dahulu, misalnya dengan memperkuat posisi transaksi melalui wadah koperasi atau kelompok usaha bersama (prakoperasi) dan pembinaan kewirausahaan. Dengan memahami berbagai aspek kewirausahaan dan bergabung dalam wadah koperasi, usaha-usaha yang sangat kecil atau informal tersebut secara bersama-sama akan memiliki kedudukan dan posisi transaksi yang cukup kuat untuk menjalin
  • 5. kemitraan yang sejajar, saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dengan usaha besar mitra usahanya. 1. Sudut Pandang Sistem Kemitraan dilihat dari sudut pandang sistem paling tidak, ada 3 tipe yaitu: a. Vertical Backward Linkage Adalah sitem kemitraan yang di dalamnya Usaha Besar (UB) bergerak dalam produksi barang akhir (assembler) Usaha Kecil (UK) sebagai pemasok komponen kepada UB. b. Vertical Forward Linkage Usaha Centernya/Besar menghasilkan bahan baku dan memasok untuk diproses selanjutnya oleh Usaha Kecil. c. Horizontal Linkage Usaha Besar sebagai trader/exporter, Usaha Kecil menghasilkan produk yang akan dipasok ke trader. 2. Implementasi Kemitraan di negara-negara yang telah lebih maju itu adalah karena kemitraan usahanya terutama didorong oleh adanya kebutuhan dari pihak-pihak yang bermitra itu sendiri, atau diprakarsai oleh dunia usahanya sendiri sehingga kemitraan dapat berlangsung secara alamiah. Hal ini dimungkinkan mengingat iklim dan kondisi ekonomi negara mereka seperti Korea Selatan, Jepang dan Taiwan dan sebagainya telah cukup memberikan rangsangan ke arah kemitraan yang berjalan sesuai dengan kaidah ekonomi yang berorientasi pasar. Sebagai suatu strategi pengembangan usaha kecil, kemitraan telah terbukti berhasil diterapkan di banyak negara, antara lain di Jepang dan empat negara macan Asia, yaitu Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan sebagainya. Di negara-negara tersebut kemitraan umumnya dilakukan melalui pola sub kontrak yang memberikan peran kepada industri kecil dan menengah sebagai pemasok bahan baku dan komponen industri besar. a. Korea selatan Lembaga penunjang bernama Small and Medium Industry Promotion Corporation bersifat semi pemerintah dan bertugas menjadikan UK tangguh dan dapat bermitra dengan UB serta melakukan program alih teknologi dan investasi dari UB ke UK. b. Jepang Jepang mendirikan Institut for promotion of subcontracting yang tugasnya memperkuat kedudukan UK dan teknologi UK serta menyediakan informasi. c. Masyarakat ekonomi Eropa(MEE) Suporting institusi dalam kemitraana yang didirikam oleh MEE : 1) BC-NET, memberikan informasi kemitraaan tang computerized. 2) BRITE, Bertujuaan meningkatkan kecakapan UK dalam memakai teknologi dan mengurangi gap teknologi dengan UK . 3) ESPRIT, mengembangan teknologi informasi. d. Taiwan Dalam mengembangkan kemitraan usaha industri di Taiwan dibuat Center satelite system UB bertindak sebagai center dan UK dan UM sebagai satelite. Untuk
  • 6. menunjang program terseut, didirikan Corporate Synergy Developtment Center (CSD) yang dibiayai oleh pemerintah dan sektor swasta. C. POLA KEMITRAAN Banyak program pemerintah dan pola-pola kemitraan yang dibuat demi usaha kecil. Hal ini bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan usaha kecil tangguh dan modern. Usaha kecil sebagai kekuatan ekonomi rakyat dan berakar pada masyarakat dan usaha kecil yang mampu memperkokoh struktur perekonomian nasional yang lebih efisien. Pola-pola kemitraan tersebut antara lain: 1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir 2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu 3. Kerjasama dalam pemilik usaha 4. Kerjasama dalam bentuk bapak-anak angkat 5. Kerjasama dalam bentuk bapak angkat sebagai modal ventura 6. Intiplasma 7. Subkontrak 8. Dagang umum 9. Waralaba 10. Keagenan 1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir (forward linkage) Pembangunan industri dasar dengan skala besar yang dilakukan untuk mengolah langsung sumber daya alam termasuk sumber energi yang terdapat di suatu daerah, perlu dimanfaatkan untuk mendorong pembangunan cabang-cabang dan jenis-jenis industri yang saling mempunyai kaitan, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi kawasan- kawasan industri. Rangkaian kegiatan pembangunan industri tersebut pada gilirannya akan memacu kegiatan pembangunan sektor-sektor ekonomi lainnya beserta prasarananya antara lain yang penting adalah terminal-terminal pelayanan jasa, daerah pemukiman baru dan daerah pertanian baru. Wilayah yang dikembangkan dengan berpangkal tolak pada pembangunan industri dalam rangkaian yang dipadukan dengan kondisi daerah dalam rangka mewujudkan kesatuan ekonomi nasional, merupakan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri. Kerjasama keterkaitan hulu hilir harus berlangsung dalam iklim yang positif dan konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling menguntungkan. Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah memanfaatkan peranan koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta asosiasi/federasi perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan pengembangan bidang usaha industri. 2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu (backward linkage) Pertumbuhan ataupun pemerataan ekonomi dengan penerapan kerjasama keterkaitan hilir hulu yang tepat guna sejauh mungkin dapat menggunakan bahan-bahan dalam negeri adalah untuk meningkatkan nilai tambah, memelihara keseimbangan antara peningkatan produksi dan kesempatan
  • 7. kerja, serta pemerataan pendapatan, dalam rangka usaha memperbesar nilai tambah sebanyak-banyaknya, maka pembangunan industri harus dilaksanakan dengan mengembangkan keterkaitan yang berantai ke segala jurusan secara seluas-luasnya yang saling menguntungkan kelompok industri hilir, keterkaitan antara kelompok industri hulu/dasar. Kerjasama keterkaitan hilir hulu harus berlangsung dalam iklim yang positif dan konstruktif, dalam arti bersifat saling membutuhkan dan saling memperkuat dan saling menguntungkan. Dalam melakukan kerja sama antara perusahaan industri. Pemerintah memanfaatkan peranan koperasi, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta asosiasi/federasi perusahaan-perusahaan industri sebagai wadah untuk meningkatkan pengembangan bidang usaha industri. 3. Kerjasama dalam Pemilik Usaha Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan kerjasama yang dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Ini berarti bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil mempunyai kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling mengekspoitasi satu sama lain dan tumbuh berkembangnya rasa saling percaya di antara para pihak dalam mengembangkan usahanya. Adapun bentuk kerjasama usaha yang lakukan, ada beberapa rambu-rambu yang perlu Di perhatikan dalam melakukan kerjasama dengan pihak lain. Diantaranya sebagai berikut : a. Perjanjian Tertulis Penting sekali bagi siapa pun untuk melakukan perjanjian tertulis atas kerjasama usaha yang dilakukan, sehingga menghindari perselisihan dan kerugian di belakang hari. Semakin detail isi perjanjian, maka semakin memperjelas konsep kerjasama yang dibangun. Pastikan perjanjian ini memiliki kekuatan hukum, dengan tdi tangan pihak- pihak yang terkait di atas materai. b. Berdasarkan Asas Manfaat Ketika melakukan kerjasama usaha, sebisa mungkin menguntungkan kedua belah pihak. Jika salah satu merasa terugikan, maka kerjasama ini tidak bisa diteruskan. Ini perlu, jika Di ingin berinvestasi, maka Di perlu tahu berapa bagi hasil yang akan Di dapatkan, selama berapa lama, dan apa resiko yang akan Di hadapi. Uang tidak bisa didapatkan begitu saja, tanpa mengetahui dengan pasti imbal balik yang akan di dapatkan. c. Berdasarkan Asas Adil Apapun yang tercantum dalam perjanjian, hendaknya disepakati. Tidak boleh ada yang berbuat curang, dengan tidak menjalankan kewajibannya. Karenanya, perlu dibuat rincian hak dan tanggung jawab, maupun job description secara mendetail, sehingga masing- masing memahami dan menjalankannya dengan baik. Jika ada yang berbuat curang, maka semuanya bisa diproses melalui jalur hukum, atau kerjasama usaha tidak bisa dilanjutkan. d. Tidak Ada Unsur Paksaan
  • 8. Kerjasama usaha harus berdasarkan keinginan pribadi, tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Jika Di merasa tidak cocok untuk bekerjasama dengan orang lain, Di tidak perlu memaksakannya. Di bisa memilih kerja sendiri sesuai kemampuan. 4. Kerjasama dalam bentuk bapak dan anak-angkat Pada dasarnya pola bapak angkiat adalah refleksi kesediaan pihak yg mampu atau besar untuk membantu pihak lainyang kurang mampu atau kecil pihak yang memang memerlukan pembinaan. Oleh karena itu pada hakikatnya pola pendekatan tersebut adalh cermin atau wujud rasa kepedulian pihak yang esar terhadap yang kecil Pola bapak angkat dalam pola pengembangan UMK umumnya banyak dilakukan BUMN dengan usaha mikro dan kecil. 5. Kerjasama dalam bentuk bapak angkat sebagai pemodal ventura Merupakan bentuk kerjasama dalam bentuk suatu investasi melaui pembiayaan berupa penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta (anak perusahaan) sebagai pasangan usaha (investee company) untuk jangka waktu tertentu. 6. Pola inti plasma Adalah merupakan hubungan kemitraan antara Usaha Kecik Menengah dan Usaha Besar sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Kecil Menegah yang menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, Usaha Besar mempunyai tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) untuk membina dan mengembangkan UKM sebagai mitra usaha untuk jangka panjang. Pola Kemitraan Inti Plasma Perusahaan Mitra membina Kelompok Mitra dalam hal: a. Penyediaan dan penyiapan lahan b. Pemberian saprodi. c. Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi. d. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi. e. Pembiayaan. f. Bantuan lain seperti efesiensi dan produktifitas usaha. 7. Subkontrak Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (b) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995 bahwa pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya. Atau bisa juga dikatakan, subkontrak sebagai suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara Usaha Besar dan Usaha Kecil Menegah, di mana Usaha Besar sebagai perusahaan induk (parent firma) meminta kepada UKM selaku
  • 9. subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Selain itu, dalam pola ini Usaha Besar memberikan bantuan berupa kesempatan perolehan bahan baku, bimbingan dan kemampuan teknis produksi, penguasaan teknologi, dan pembiayaan. Model kemitraan ini menyerupai pola kemitraan contract farming tetapi pada pola ini kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung dengan perusahaan pengolah (processor) tetapi melalui agen atau pedagang. Pembinaan Kelompok Mitra Kelompok Mitra perlu ditingkatkan kemampuannya dalam hal: 1. Merencanakan Usaha. 2. Melaksanakan dan mentaati perjanjian kemitraan 3. Memupuk modal dan memanfaatkan pendapatan secara rasional. 4. Meningkatkan hubungan melembaga dengan koperasi. 5. Mencari dan mencapai skala usaha ekonomi. Pembinaan Oleh Perusahaan Mitra 1. Meningkatkan pengetahuan dan kewirausahaan kelompok mitra. 2. Membantu mencarikan fasilitas kredit yang layak. 3. Mengadakan penelitian, pengembangan, dan pengaturan teknologi tepat guna. 4. Melakukan konsultasi dan temu usaha. 8. Pola dagang umum Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (c) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995, Pola Dagang Umum adalah “hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya”. Dengan demikian maka dalam pola dagang umum, usaha menengah atau usaha besar memasarkan produk atau menerima pasokan dari usaha kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya. Bisa juga dikatakan bahwa pola dagang umum mengandung pengertian hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra. 9. Waralaba Adalah bentuk hubungan kemitraan antara pemilik waralaba atau pewaralaba (franchisor) dengan penerima waralaba (franchisee) dalam mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba). Kerjasama ini biasanya didukung dengan pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, konsultasi, standardisasi, pengendalian, kualitas, riset dan sumber-sumber permodalan. Waralaba atau Franchising (dari bahasa perancis) untuk kejujuran atau kebebasan adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan
  • 10. suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa. Sedangkan menurut asosiasi franchise indonesia, yang dimaksud dengan Waralaba ialah: Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. Secara harfiah, waralaba berarti “hak untuk menjalankan usaha/bisnis di daerah yang telah di tentukan”. Dalam bahasa Prancis waralaba bermakna kejujuran atau kebebasan. Secara historis, waralaba didefinisikan sebagai penjualan khusus suatu produk di suatu daerah tertentu (seperti mesin jahit) dimana produsen memberikan pelatihan kepada perwakilanpenjualan dan menyediakan produk informasi dan iklan, sementara ia mengontrol perwakilan yang menjual produk di daerah yang telah di tentukan. Macam waralaba yang umum saat ini adalah “bisnis format waralaba”. Dalam transaksi semacam ini, pemberi lisensi waralaba telah mengembangkan produk atau jasa dan keseluruhan sistem distribusi/pengantaran serta pemasaran produk atau jasa tersebut. Terkadang, jasa pelayanan komponen barang atau jasa juga ditambahkan dalam sistem tersebut. Saat ini, sistem waralaba yang berkembang pesat di negara-negara indrustri maju adalah waralaba retail maupun waralaba rumah makan siap saji. Begitupun dengan di negara berkembang seperti Indonesia, waralaba ritail seperti Alfamart, Indomart, Circle K, Yomart, mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Di Indonesia pengaturan tentang waralaba terdapat pada Peraturan Pemerintah R.I No 16 Tahun 1997 yang merumuskan tentang arti : Waralaba adalah perjanjian dimana salah satu pihak yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual (HKI) atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa. Pemberi waralaba (Franchisor) adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual (HKI) atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya. Penerima waralaba (Franchisee) adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual (HKI) atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba. Pengertian waralaba menurut Asosiasi Franchise Indonesia : “Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu”. (wikipedia indonesia) Adapun yang dimaksud dengan hak kekayaan intelektual (HKI) dalam arti waralaba tersebut di atas adalah meliputi antara lain : Merek, Nama Dagang, Logo, Desain, Hak Cipta, Rahasia Dagang dan Paten. Selanjutnya, yang dimaksud dengan
  • 11. penemuan atau ciri khas usaha misalnya : sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus dari pemiliknya. Istilah-istilah dalam Waralaba Penanda/Tanda Waralaba : Esensi bisnis format waralaba adalah merek dagang dari produk atau jasa tersebut walaupun proses produk atau jasa tersebut juga mungkin telah memperoleh paten dan hak cipta. Tentunya, penanda waralaba di suatu format bisnis ini adalah merek dagang produk tersebut. Penanda waralaba juga bernilai sebagai simbol dari semua ciri bisnis tersebut. Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) Adalah perjanjian yang mengikat pemberi dan penerima waralaba. Perjanjian ini adalah perjanjian yang seringkali dikaitkan dengan sejumlah perjanjian tambahan lain, misalnya perjanjian retail suatu produk, perjanjian untuk memasok komponen, perjanjian iklan dan sebagainya. Perjanjian harus diadakan secara tertulis, dan di Indonesia di buat dalam bahasa Indonesia dan terhadapnya berlaku hukum Indonesia. Pemegang utama lisensi waralaba (Master Franchisee) Waralaba merupakan hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen. Dalam pola ini Usaha Besar yang bertindak sebagai pemberi waralaba menyediakan penjaminan yang diajukan oleh Usaha Kecil Menengah sebagai penerima waralaba kepada pihak ketiga. Pemegang utama lisensi waralaba berhak untuk mengoperasikan waralaba tersebut di suatu wilayah yang luas cakupannya (misalnya di Indonesia). Umumnya, dimungkinkan membuka dan mengoperasikan gerai-gerai waralaba di daerah tersebut sebelum mulai menunjuk penerima waralaba lain sebagai sub-kontraktor (sub- franchisees). Di Asia, pemegang utama lisensi waralaba ini seringkali datang dari kalangan bisnis domestik yang memiliki koneksi politik yang baik dengan penguasa dan berpengalaman dalam menjalankan bisnis skala besar dengan dukungan modal yang kuat. Jenis Waralaba : Waralaba dibagi menjadi dua : Waralaba Luar Negeri dan Waralaba Dalam Negeri. 1. Waralaba Luar Negeri : Cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima di seluruh dunia, dan cenderung lebih bergengsi. 2. Waralaba dalam negeri : pilihan investasi bagi orang-orang yang ingin cepat jadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup namun dengan harga yang lebih terjangkau. Kunci keberhasilan bisnis waralaba adalah kekuatan merek, sebelum mewaralabakan usahanya hendaknya setiap pengusaha mendaftarkan terlebih dahulu merek dagangnya ke kantor Merek di Ditjen Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Indonesia, maka dengan demikian jika kita telah memiliki merek yang terdaftar peluang untuk mewaralabakan usaha kita akan lebih terjamin kepastian hukumnya.
  • 12. Selain itu penerima waralaba akan mempercayai sistem waralaba yang ditawarkan, karena pemilik waralaba memiliki merek dagang yang terdaftar. 10. Keagenan Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha pengusaha mitra.Keagenan merupakan hubungan kemitraan antara UKM dan UB, yang di dalamnya UKM diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa UB sebagai mitranya. Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan, di mana pihak prinsipal memproduksi atau memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai pihak yang menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang bersangkutan langsung dengan pihak ketiga. Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract”. Perbedaan “kepentingan ekonomis” ini bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan timbulnya informasi asymmetri (Kesenjangan informasi) antara Pemegang Saham (Stakeholders) dan organisasi. Diskripsi bahwa manajer adalah agen bagi para pemegang saham atau dewan direksi adalah benar sesuai teori agensi. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat- syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak prinsipal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power). Contoh lain Keagenan (Agency theory) sebenarnya juga dapat dipahami dalam lingkup lembaga kemahasiswaan. Pengurus yang dipercayakan menjadi perpanjangan tangan keluarga mahasiswa untuk mengelolah organisasi menjadi agen yang idealnya mampu mengakomodasi semua kepentingan keluarga. Namun, terkadang pengurus lembaga kemahasiswaan tak mampu menjalankan ini dengan baik. Kecenderungan pengurus lebih memilih melaksanakan kepengurusan sesuai dengan keinginannya. Kepentingan keluarga menjadi terabaikan. Pengembangan akuntansi kontemporer salah satunya adalah digunakannya Agency Theory dalam menjustifikasi akuntansi positif. Menurut Baiman (1990), terdapat tiga model hubungan agensi yaitu: 1. The Principal-Agent Model. 2. The Transaction Cost Economics Model. 3. The Rochester Model.
  • 13. Ketiganya memiliki dua kerangka kesamaan dan dua perbedaan. Kesamaannya, pertama, ketiganya memahami ketentuan dan penyebab hilangnya efisiensi yang diciptakan oleh divergensi antara perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua, ketiganya menganalisa dan memahami implikasi perbedaan proses pengendalian menghindari hilangnya efisiensi pada masalah agensi. Sedangkan perbedaannya, pertama, menekankan perbedaan sumber-sumber divergensi perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua, menekankan perbedaan aspek pada agenda riset pada umumnya; ketiga, pemodelan berhati-hati yang mendasari konteks ekonomi yang menyebabkan timbulnya masalah agensi; keempat, derivasi optimalisasi hubungan kerja dan memahami bagaimana hubungan kerja yang meringankan masalah agensi; kelima, komparasi hasil-hasil untuk melakukan observasi praktik model yang dipakai dan menganalisanya. Artinya dalam kerangka umum model hubungan agensi memperlihatkan bahwa manajer melakukan maksimasi expected utility agar dapat mempengaruhi desain kontrak kerja mereka. Pemilik dan manajer secara bersama dibatasi biaya atas masalah agensi, sehingga memerlukan insentif untuk mendesain kontrak yang mengurangi secara efisien masalah agensi. Dua tokoh utama (principal dan agent) dalam interaksi bisnis tersebut sebenarnya mengarah pada kepentingan yang sama, yaitu wealth (kekayaan). Bentuk ekstrim (extreme ways) dariagency theory sendiri sebenarnya adalah ketika hubungan agensi dijadikan mekanis- matematis untuk kepentingan legitimasi kepentingan “mutualis insklusif“. DAFTAR PUSTAKA http://elqorni.wordpress.com/2009/02/26/mengenal-waralaba/ http://elqorni.wordpress.com/2009/02/26/mengenal-teori-keagenan/ http://frankyzamzani.files.wordpress.com/2007/06/pp-no-44-th-1997-ttg- kemitraan.pdf