Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
sejarah_mitos gunung pegat
1.
2. Musim besaran atau Idul adha, warga
sekitar gunung pegat biasa penen
ayam .bulan Dzulhijjah memang
musimnya orang nikahan, dan mereka
yang akan melaksanakan pernikahan
dengan menyeberangi/ melewati jalan
ini biasanya membuang “syarat”
seeekor ayam hitam di bukit ini.itam.
3. Mitos ini entah kapan ada, namun
mitosnya biar temanten yang asalnya
di utara dan selatan/ dipisahkan oleh
bukit ini harus memberikan sesaji agar
langgeng pernikahannya.
Gunung pegat sebenernya adalah bukit
kapur yang dikepras untuk dibuat jalan,
yang masih masuk dalam perbukitan
Kapur kendeng utara Jawa yang
membentang dari Gresik- Lamongan-
Tuban-sampai Ke Blora.
4. Jalan ini terletak diantara jalur Babat-
Jombang, kalau dari arah Jombang,
letaknya sehabis melewati kota
Kecamatan Ngimbang. kalau dari arah
Babat, setelah Dradah,
Kedungpring/Kalen Lamongan.
5. Mitos ini berawal ketika zaman
pendudukan Belanda, dimana rakyat
Indonesia diperlakukan seperti hewan,
disuruh bekerja siang-malam tanpa
upah. Istilah ini dikenal dengan kerja
“Rodi”. Untuk memudahkan invasi
Belanda terhadap Indonesia, ketika itu
masyarakat disuruh bekerja
membangun Jalur kereta api 1917
yang menghubungkan antarta wilayah
utara Jawa Timur dengan wilayah
selatan Jawa Timur dengan menerobos
gunung. Dengan susah payah
masyarakat berusaha meratakan
gunung untuk dibuat jalan, tidak sedikit
korban jiwa dalam pembangunan jalan
itu. Oleh karena itu masyarakat
“menyumpahi” dengan perkataan
“barang siapa yang melewati jalan ini
maka akan pegatan”.
6. Keberadaan mitos ini lebih
dititikberatkan pada keutuhan rumah
tangga bagi pengantin yang melewati
Gunung Pegat. Tidak heran, jika ada
rumah tangga yang hancur selalu
dikaitkan dengan mitos tersebut. Hal ini
menjadi problem bagi orang tua yang
menikahkan Putra-Putrinya apabila
berbatasan dengan Gunung Pegat,
karena jika tidak sesuai dengan mitos
(melanggarnya) maka banyak resiko
yang akan menimpanya seperti
keluarganya tidak harmonis, sengsara,
rizkinya sulit, tidak punya anak,
meninggal dll.
7. Berdasarkan pada pengalaman dan
pemahaman masyarakat di Desa
Karang Kembang Kec. Babat Kab.
Lamongan, mitos "Gunung Pegat"
sudah menjadi bagian peraturan yang
harus benar-benar dianutnya dan tidak
boleh dilanggar pasangan untuk
sampai pada proses perkawinan. Hal
seperti ini pernah dilakukan oleh Taufik
yang ingin menikahi Perempuan asli
Lamongan. karena berbatasan dengan
Gunung Pegat maka pernikahan tidak
dapat dilangsungkan.