SlideShare a Scribd company logo
dr. Mitayani, M.Si. Med.
KELAINAN GENETIK
PERKEMBANGAN SISTEM
DIGESTIF
TUJUAN PEMBELAJARAN
 Mahasiswa mampu menyebutkan macam-macam
kelainan genetik yang dapat terjadi pada
embriologi sistem digestif.
 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
patofisiologi timbulnya kelainan genetik pada
sistem digestif.
SISTEM DIGESTIF
 Sistem digestif adalah suatu kesatuan fungsi dari
saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang
membantu terjadinya proses pencernaan
makanan di dalam saluran pencernaan untuk
menghasilkan energi bagi tubuh.
TRAKTUS
DIGESTIVUS
source:
https://www.netterimages.com/digesti
ve-tract-unlabeled-gastroenterology-
frank-h-netter-8028.html
 Pada saat pembentukan sistem digestif, dapat
timbul berbagai gangguan baik akibat faktor
internal maupun faktor eksternal yang
menyebabkan timbulnya kelainan kongenital
pada sistem digestif.
KELAINAN ESOFAGUS
 Atresia esofagus
 Stenosis esofagus
 Achalasia
ATRESIA ESOFAGUS
 Terjadi akibat deviasi posterior spontan septum
trakeoesofageale.
 Terjadi akibat suatu faktor mekanis yang
mendorong dinding dorsal usus depan ke arah
anterior.
 Dalam kehidupan intrauterin, atresia esofagus
akan menyebabkan akumulasi berlebihan cairan
di kantong amnion (polihidramnion) karena tidak
dapat lewatnya cairan amnion ke dalam saluran
cerna janin.
ATRESIA ESOFAGUS
Atresia esofagus dapat terjadi dengan situasi sebagai
berikut:
 Isolated : atresia esofagus tidak berhubungan dengan
kelainan kongenital lainnya.
 Syndromic: atresia esofagus berhubungan dengan
kelainan kongenital lainnya dan membentuk suatu
diagnosis yang spesifik. Contoh: sindrom CHARGE,
sindrom Feingold, sindrom Pallister-Hall.
 Non-isolated: atresia esofagus berhubungan dengan
kelainan kongenital lainnya namun tidak membentuk
suatu diagnosis yang spesifik, misalnya VACTERL
association yang merupakan asosiasi non-random
akibat kelainan kongenital pada vertebra, anal,
cardiac, tracheoesophageal, renal, dan limb (tungkai).
ATRESIA ESOFAGUS
Faktor risiko terjadinya atresia esofagus:
 Ibu hamil dengan diabetes
 Kelainan kromosom: Trisomi 21, Trisomi 18,
Trisomi 13, trisomi X.
Esophageal Atresia
Tipe atresia esofagus yang umum:
a. Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal distal (86%)
b. Isolated atresia esofagus tanpa fistula trakeoesofageal (7%)
c. Tipe H fistula trakeoesofageal (4%)
source: Spitz L. Oesophageal atresia. Orphanet J Rare Dis.
2007; 2: 24.
STENOSIS ESOFAGUS
 Merupakan penyempitan lumen esofagus,
biasanya di sepertiga bawah.
 Stenosis dapat disebabkan oleh:
- rekanalisasi yang tidak sempurna
- kelainan vaskular
- kelainan yang mengganggu aliran darah.
STENOSIS ESOFAGUS
Source: Kim JH, Shin JH, Song HY. Benign strictures of the
esophagus and gastric outlet: interventional management. Korean
J Radiol 2010 2010 Sep-Oct; 11(5): 497–506.
ACHALASIA
 Adalah suatu gangguan motilitas
esofagus primer.
 Ditandai dengan absennya
gerakan peristaltik esofagus dan
terganggunya relaksasi Lower
Esophageal Sphincter (LES).
 Kemungkinan disebabkan oleh
autoimun akibat polimorfisme di
regio major histocompatability
complex pada kromosom 6
source: Gupta P, Debi U, Sinha SK, Prasad KK. Primary
versus secondary achalasia: New signs on barium
esophagogram. Abdominal Radiology 2015; 25:3:288-295.
KELAINAN LAMBUNG
 Stenosis pilorus
 Situs inversus lambung
STENOSIS PILORUS
 Terjadi jika otot
sirkular dan atau otot
longitudinal lambung
di regio pilorus
mengalami hipertrofi
sehingga terjadi
penyempitan ekstrim
lumen pilorus dan
lewatnya makanan
terhambat 
muntah-muntah
hebat. Source:
http://pedsurg.ucsf.edu/conditions--
procedures/pyloric-stenosis.aspx
SITUS INVERSUS
 Situs inversus adalah suatu posisi terbalik seperti
cermin dari organ abdomen atau thorax. Misalnya
lambung normalnya di kiri, pada situs inversus
maka lambung ada di kanan pada posisi yang
sama persis.
 Posisi normal suatu organ abdomen atau thorax
diberi istilah situs solitus.
 Situs ambiguous atau heterotaxy adalah suatu
posisi abnormal kongenital dari organ visera
abdomen atau thorax, misalnya lambung ada di
regio inguinalis dextra, hepar ada di regio
umbilikalis.
SITUS INVERSUS LAMBUNG
Source:
http://medind.nic.in/jan/t12/i2/JIndianAssocPediatrSurg_2012_17_2_71_93967_u1
Pada hasil
radiologi, tampak
bayangan udara
berada di kanan,
bukan di bawah
jantung --> gaster
berada di kanan,
bukan di kiri
KELAINAN HATI DAN KANTUNG
EMPEDU
 Duktus hepatikus accesorius dan duplikasi
kandung empedu
 Atresia biliaris ekstrahepatik
 Atresia biliaris intrahepatik
 Situs inversus hepar
DUKTUS HEPATIKUS
AKSESORIUS
 Pada sebagian kasus, duktus yang melewati
fase padat dalam perkembangannya gagal
mengalami rekanalisasi.
source: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2698075/bin/kjr-4-
85-g001.jpg
Acc= duktus hepatikus
aksesorius
Duktus hepatikus tipikal
DUPLIKASI KANTUNG
EMPEDU
 Etiologi:
 a. Revakuolisasi
kandung empedu
primitif inkomplit
sehingga septum
longitudinal menetap
dan membuat 2
kandung empedu.
 b. akibat terbentuknya
2 tunas kandung
empedu.
source:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4420291/bin/jns-2-
46.f1.jpg
KLASIFIKASI DUPLIKASI
KANDUNG EMPEDU
Klasifikasi menurut Boyden:
 Septate gallbladder
 Fundic duplication
 Body duplication
 Y-shaped gallbladder
 Complete duplication
 Bilateral gallbladders
ATRESIA BILIER
EKSTRAHEPATIK
 Terjadi pada 1:15.000
kelahiran hidup.
 Atresia bilier
merupakan suatu
kelainan akibat
obliterasi progresif
atau terputusnya
sistem bilier
ekstrahepatik yang
mengakibatkan
obstruksi aliran cairan
empedu (kolestasis).
source:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar
ticles/PMC1560371/bin/1750-1172-
1-28-2.jpg
ATRESIA BILIER
EKSTRAHEPATIK
 Bila dibiarkan, kelainan ini dapat menyebabkan
hiperbilirubinemia terkonjugasi yang progresif,
sirosis hepatis, dan kegagalan hepar.
 Atresia bilier ekstrahepatik disebabkan oleh
multifaktorial.
 Predisposisi genetik terjadi akibat disregulasi
imun serta akibat faktor lingkungan
(cytomegalovirus, Epstein-Barr virus, respiratory
syncitial virus, Human papilloma virus, toksin).
HIPOPLASIA DAN ATRESIA BILIER
INTRAHEPATIK
 Terjadi pada
1:100.000 kelahiran
hidup.
 Disebabkan oleh
infeksi pada janin.
source:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC46
44760/bin/kjr-16-1364-g004.jpg
source:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC329264
2/bin/13244_2011_129_Fig2_HTML.jpg
SITUS INVERSUS HEPAR
KELAINAN PANKREAS
 Pankreas anular
Jaringan pankreas mengelilingi duodenum,
bahkan dapat menyebabkan obstruksi total
karena duodenum “tercekik”.
 Jaringan pankreas tambahan
Dapat terbentuk di mana saja dari ujung distal
esofagus hingga ke ujung lengkung usus primer.
Umumnya jaringan tambahan ini terletak di
mukosa lambung dan di divertikulum Meckel.
CACAT DINDING TUBUH
 Omfalokel
 Gastroskisis
Omfalokel yang ruptur
source:
https://www.ncbi.nlm.nih.go
v/pmc/articles/PMC329573
3/bin/1750-1164-6-2-1.jpg
OMFALOKEL
 Adalah herniasi visera abdomen melalui cincin
umbilikus, dimana visera abdomen masih dilapisi
amnion.
 Organ dalam yang dapat menonjol keluar adalah
hati, usus halus, usus besar, lambung, limpa,
atau kandung empedu.
 Cacat ini terjadi akibat kegagalan usus untuk
kembali ke rongga abdomen setelah herniasi
fisiologis selama minggu ke-6 sampai ke-10.
OMFALOKEL
 Omfalokel terjadi pada 2,5:10.000 kelahiran dan
memiliki angka kematian yang tinggi.
 Faktor risiko omfalokel berdasarkan penelitian
National Birth Defects Prevention Study (2008)
adalah: wanita hamil yang minum alkohol pada
awal kehamilan dan perokok berat.
OMFALOKEL
 Omfalokel dapat merupakan bagian dari suatu
sindrom, misalnya sindrom Beckwith-Wiedemann
atau sindrom Shprintzen-Goldberg.
 Sekitar 15% bayi lahir hidup memiliki kelainan
kromosom.
 Isolated omfalokel dapat disebabkan oleh
duplikasi gen pada kromosom 1p31.3.
GASTROSKISIS
 Adalah penonjolan isi abdomen melalui dinding
tubuh dimana organ visera abdomen tidak
dilapisis peritoneum atau amnion.
 Kelainan ini biasanya terjadi di sebelah lateral
kanan dari umbilikus.
 Cacat ini kemungkinan besar terjadi karena
kelainan penutupan dinding tubuh di sekitar
tangkai penghubung.
GASTROSKISIS
 Gastrokisis terjadi pada 1:10.000 kelahiran,
kelainan ini tidak berkaitan dengan kelainan
kromosom.
 Faktor risiko gastroschisis berdasarkan penelitian
National Birth Defects Prevention Study (2008)
adalah: wanita hamil yang mengonsumsi
ibuprofen, minum alkohol, dan merokok pada
awal kehamilan.
KELAINAN DUKTUS VITELINUS
 Divertikulum Meckel
 Kista vitelina
 Fistula umbilikus
DIVERTIKULUM MECKEL
 Merupakan suatu
kantong yang keluar
dari ileum akibat
duktus vitelinus yang
menetap.
source:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article
s/PMC4617021/bin/jns-4-46.f2.jpg
KISTA VITELINA
 Kedua ujung duktus vitelinus berubah menjadi
korda fibrosa dan bagian tengahnya membentuk
sebuah kista besar.
FISTULA UMBILIKUS
 Duktus vitelinus tetap paten
di seluruh panjangnya
membentuk suatu
hubungan langsung antara
umbilikus dan saluran
cerna. Oleh karena itu, dari
umbilikus dapat keluar
tinja.
KELAINAN USUS
 Volvulus
 Rotasi terbalik lengkung usus
 Duplikasi lengkung usus dan kista
 Atresia dan stenosis usus
 Apple peel atresia
VOLVULUS
 Merupakan usus
yang terpuntir akibat
kelainan rotasi
lengkung usus.
 Kelainan ini dapat
menyebabkan
gangguan aliran
darah usus.
ROTASI TERBALIK LENGKUNG
USUS
 Terjadi jika lengkung primer berputar 90 searah
jarum jam.
 Pada kelainan ini, kolon transversum berjalan di
belakang duodenum dan terletak di belakang
arteri mesenterika superior.
DUPLIKASI LENGKUNG USUS DAN
KISTA
 Dapat terjadi di mana saja di sepanjang tabung
usus, namun paling sering ditemukan di regio
ileum.
 Gejala biasanya timbul di awal kehidupan dan
berkaitan dengan cacat lain seperti atresia usus,
anus imperforata, gastroskisis, dan omfalokel.
ATRESIA DAN STENOSIS USUS
 Dapat terjadi di mana saja di sepanjang usus.
Sebagian besar terjadi di duodenum.
 Atresia duodenum bagian atas mungkin
disebabkan oleh tidak terjadinya rekanalisasi.
 Atresia duodenum bagian bawah kemungkinan
disebabkan oleh gangguan vaskular yang
disebabkan oleh misalnya omfalokel, malrotasi,
volvulus, gastroskisis.
ATRESIA DAN STENOSIS USUS
 Gangguan vaskular ini menyebabkan aliran darah
ke regio usus terganggu dan segmen usus
tersebut akhirnya mati dan timbullah penyempitan
atau hilang total.
APPLE PEEL ATRESIA
 Merupakan atresia
yang terjadi di
jejunum proksimal,
dengan ukuran usus
pendek dan bagian
distal dari lesi
melingkari sisa
mesenterium.
 Bayi dengan cacat ini
biasanya memiliki
berat badan lahir
rendah.
source:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC4089124/bin/JCN-3-112-g002.jpg
KELAINAN USUS BESAR
 Megakolon kongenital/Penyakit
Hirschprung/Megakolon aganglionik/Megakolon
Hirschprung
 Anus imperforata
 Fistula rektouretra dan rektovagina
 Atresia rektoanus
Megakolon Hirschprung
 Disebabkan oleh tidak
adanya ganglion
parasimpatis di
dinding usus.
 Ganglion-ganglion ini
berasal dari sel krista
neuralis yang
bermigrasi dari lipatan
saraf ke dinding usus.
Megakolon Hirschprung
 Akibat mutasi di gen RET (suatu reseptor tirosin
kinase yang berperan dalam migrasi sel krista
neuralis).
 Megakolon kongenital dapat mengenai rektum,
colon sigmoid, colon transversum, dan semua
bagian colon.
 Sebanyak 80% penderita memiliki segmen
aganglionik pada rectosigmoid (short-segment),
15-20% pada sepanjang colon sigmoid (long-
segment), 5% pada seluruh usus besar (total
colonic aganglionosis).
Megakolon Hirschprung
 Abnormalitas kromosom terjadi sebanyak 12%
pada pasien dengan Hirschprung, yang
terbanyak adalah adanya trisomi 21 (Sindrom
Down).
 Beberapa kelainan kromosom yang terlibat:
- Del13q22 gen EDNRB
- Del10q11.2 gen RET
- Del10q23.1 gen NRG3
- Del2q22 gen ZEB2
- Del4p12 gen PHOX2B
Megakolon Hirschprung
 Nonsindromik Hirschprung merupakan kelainan
yang terjadi sendirian, tanpa ada kelainan
kongenital lain. Ada 4 gen utama yang terlibat
yaitu RET, EDNRM, NRG, dan SEMA.
 Sebanyak 18% pasien memiliki paling tidak 1
kelainan kongenital lain. Yang terbanyak adalah
kelainan jantung bawaan, kelainan
gastrointestinal, kelainan SSP, kelainan traktus
genitourinaria, kelainan kraniofasial, dan spina
bifida.
Megakolon Hirschprung
 Konseling genetik diindikasikan pada pasien
Hirschprung yang memiliki kelainan kromosom
(baik turunan dari orang tua maupun yang de
novo), memiliki sindrom yang spesifik yang
disertai Hirschprung, atau memiliki variasi
patogenik pada gen RET, EDN3, atau EDNRB.
ANUS IMPERFORATA
 Terjadi akibat tidak pecahnya membrana analis.
 Kelainan ini dapat berupa:
- adanya anus namun rektum hanya membentuk
kantong dan tidak berhubungan dengan kolon
- adanya stenosis anus
- anus yang benar-benar tertutup.
Kelainan ini biasanya ditandai dengan tidak keluarnya
feses pertama bayi dalam 24-48 jam setelah lahir.
Kelainan ini juga termasuk dalam VACTERL
association, sehingga bila ditemukan anus
imperforata maka perlu dicari kelainan kongenital di
bagian lain tubuh.
ANUS IMPERFORATA
 Faktor non-genetik
yang dapat
menimbulkan kelainan
ini adalah teknik
reproduksi buatan
(assisted reproductive
techniques),
kehamilan multipel,
persalinan prematur,
berat badan lahir bayi
rendah, kegemukan
pada ibu hamil, dan
diabetes pada ibu
source:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC4843315/bin/jcdr-10-PD01-g001.jpg
FISTULA REKTOURETRA DAN
REKTOVAGINA
 Terjadi pada 1:5.000 kelahiran hidup. Mungkin
disebabkan oleh kelainan dalam pembentukan
kloaka dan atau septum urorektale.
source:
http://cai.md.chula.ac.th/lesson/atlas/A/ImgBig/IM
G0016.jpg
ATRESIA REKTOANUS
 Cacat ini mungkin disebabkan oleh gangguan
vaskular di regio ini. Atresianya bervariasi, mulai
dari meninggalkan sisa jaringan fibrosa hingga
hilangnya suatu segmen rektum dan anus.
REFERENSI
 Sadler, T.W. 2006. Langman Embriologi Kedokteran Edisi 10.
Jakarta: EGC.
 Scott, D.A. 2014. Esophageal atresia/tracheoesophageal fistula
overview in Gene Reviews. Seattle: University of Washington.
 https://embryology.med.unsw.edu.au/embryology/index.php/Gast
rointestinal_Tract_-_Abnormalities
 Mac Bird T, Robbins JM, Druschel C, et al. Demographic and
environmental risk factors for gastroschisis and omphalocele in
the National Birth Defects Prevention Study. J Pediatr Surg.
2009 Aug;44(8):1546-51. doi: 10.1016/j.jpedsurg.2008.10.109.
 www.omim.org #164750, Omphalocele, autosomal.
 Parisi MA. Hirschprung Disease Overview. 2002 Jul 12 [updated
2015 Oct 1]. In: Pagon RA, Adam MP, Ardinger HH, et al.,
editors. GeneReviews®[Internet]. Seattle (WA): University of
Washington, Seattle; 1993-2016.
 www.omim.org %210500-biliary atresia, extrahepatic; EHBA
 Girish ML, Keshay MM, Raghunath BV, Sunil B. Gallbladder
duplication associated with duodenal atresia. J Neonatal Surg.
2013 Oct-Dec; 2:4: 46.
REFERENSI
 Chardot C. Biliary atresia. Orphanet J Rare Dis
2006; 1:28.
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerJafar Nyan
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronik
Anna Lestari
 
Inguinal Hernia
Inguinal HerniaInguinal Hernia
Inguinal Hernia
Alda Simbolon
 
histologi ginjal 2015
histologi ginjal 2015histologi ginjal 2015
histologi ginjal 2015
koko ryannur
 
Lapkas gastropati nsaid
Lapkas gastropati nsaidLapkas gastropati nsaid
Lapkas gastropati nsaid
Annisa Ocha Pratiwi
 
Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)adefelia_91
 
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
Sulistia Rini
 
Malformasi vaskular
Malformasi vaskularMalformasi vaskular
Malformasi vaskular
Sun Siregar
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
Kharima SD
 
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiManajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Dokter Tekno
 
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi BowelAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
pjj_kemenkes
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
hersu12345
 
Metabolisme Bilirubin
Metabolisme BilirubinMetabolisme Bilirubin
Metabolisme Bilirubin
Yogananta Ramadhan, MD
 
Mekanisme dan Ciri Kematian Sel
Mekanisme dan Ciri Kematian SelMekanisme dan Ciri Kematian Sel
Mekanisme dan Ciri Kematian SelFebry Salsinha
 
Eritropoiesis
EritropoiesisEritropoiesis
Slide atelektasis paru
Slide atelektasis paruSlide atelektasis paru
Slide atelektasis paruIndah Triayu
 
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis ppt
kas mulyadi
 

What's hot (20)

Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Batu ginjal
Batu ginjalBatu ginjal
Batu ginjal
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronik
 
Inguinal Hernia
Inguinal HerniaInguinal Hernia
Inguinal Hernia
 
histologi ginjal 2015
histologi ginjal 2015histologi ginjal 2015
histologi ginjal 2015
 
Lapkas gastropati nsaid
Lapkas gastropati nsaidLapkas gastropati nsaid
Lapkas gastropati nsaid
 
Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)Obat tokolitik (1)
Obat tokolitik (1)
 
Anatomi ginjal
Anatomi ginjalAnatomi ginjal
Anatomi ginjal
 
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
 
Malformasi vaskular
Malformasi vaskularMalformasi vaskular
Malformasi vaskular
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Ikterus Neonatorum
Ikterus NeonatorumIkterus Neonatorum
Ikterus Neonatorum
 
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan GinekologiManajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
Manajemen Kegawat Daruratan Obstetri dan Ginekologi
 
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi BowelAsuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Bowel
 
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus MalariaBuku saku tatalaksana kasus Malaria
Buku saku tatalaksana kasus Malaria
 
Metabolisme Bilirubin
Metabolisme BilirubinMetabolisme Bilirubin
Metabolisme Bilirubin
 
Mekanisme dan Ciri Kematian Sel
Mekanisme dan Ciri Kematian SelMekanisme dan Ciri Kematian Sel
Mekanisme dan Ciri Kematian Sel
 
Eritropoiesis
EritropoiesisEritropoiesis
Eritropoiesis
 
Slide atelektasis paru
Slide atelektasis paruSlide atelektasis paru
Slide atelektasis paru
 
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis ppt
 

Viewers also liked

Interaksi genetika dan lingkungan
Interaksi genetika dan lingkunganInteraksi genetika dan lingkungan
Interaksi genetika dan lingkungan
pjj_kemenkes
 
Kelainan pada usus halus
Kelainan pada usus halusKelainan pada usus halus
Kelainan pada usus halusNova Ci Necis
 
Keperawatan medikal bedah
Keperawatan medikal bedahKeperawatan medikal bedah
Keperawatan medikal bedah
EGC MEDICALPUBLISHER
 
ATRESIA DUODENI DAN OESOPHAGUS
ATRESIA DUODENI DAN OESOPHAGUSATRESIA DUODENI DAN OESOPHAGUS
ATRESIA DUODENI DAN OESOPHAGUS
sri wahyuni
 
Atresia duodeni
Atresia duodeniAtresia duodeni
Atresia duodeni
Meri Fitri
 
Makalah genetika
Makalah genetikaMakalah genetika
Makalah genetika
Septian Muna Barakati
 
keseimbangan asam basa dan elektrolit
keseimbangan asam basa dan elektrolitkeseimbangan asam basa dan elektrolit
keseimbangan asam basa dan elektrolitAtikaa Abdullah
 
OESOPHAGEAL ATRESIA
OESOPHAGEAL ATRESIAOESOPHAGEAL ATRESIA
OESOPHAGEAL ATRESIA
Muhammad Nasrullah
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Hariyatunnisa Ahmad
 
ASAS ANATOMI - STRUKTUR SISTEM ALIMENTARI
ASAS ANATOMI - STRUKTUR SISTEM ALIMENTARIASAS ANATOMI - STRUKTUR SISTEM ALIMENTARI
ASAS ANATOMI - STRUKTUR SISTEM ALIMENTARI
Muhammad Nasrullah
 
Buku kegawatan anak pkb-64
Buku  kegawatan anak pkb-64Buku  kegawatan anak pkb-64
Buku kegawatan anak pkb-64
Eli Subekti
 
Oesophageal atresia
Oesophageal atresiaOesophageal atresia
Oesophageal atresia
Dr.Manish Kumar
 
Buku Hukum Mendel
Buku Hukum MendelBuku Hukum Mendel
Buku Hukum Mendel
nabilaaanbl
 
KONSELING GENETIK
KONSELING GENETIKKONSELING GENETIK
KONSELING GENETIK
Rindang Abas
 
Gallbladder, The Big Picture
Gallbladder, The Big PictureGallbladder, The Big Picture
Gallbladder, The Big Picture
Оладапо Олувабукола
 
Lipoma and liposarcoma
Lipoma and liposarcoma Lipoma and liposarcoma
Lipoma and liposarcoma
Mounir FOTSO BENNIS
 
Mutasi gen & mutasi-kromosom
Mutasi gen & mutasi-kromosomMutasi gen & mutasi-kromosom
Mutasi gen & mutasi-kromosomyulia windarsih
 
Pengantar Patologi
Pengantar Patologi Pengantar Patologi
Pengantar Patologi
Prastuti Waraharini
 
pewarisan sifat genetik
pewarisan sifat genetik pewarisan sifat genetik
pewarisan sifat genetik Licia Dewi
 

Viewers also liked (20)

Interaksi genetika dan lingkungan
Interaksi genetika dan lingkunganInteraksi genetika dan lingkungan
Interaksi genetika dan lingkungan
 
Kelainan pada usus halus
Kelainan pada usus halusKelainan pada usus halus
Kelainan pada usus halus
 
Keperawatan medikal bedah
Keperawatan medikal bedahKeperawatan medikal bedah
Keperawatan medikal bedah
 
ATRESIA DUODENI DAN OESOPHAGUS
ATRESIA DUODENI DAN OESOPHAGUSATRESIA DUODENI DAN OESOPHAGUS
ATRESIA DUODENI DAN OESOPHAGUS
 
Atresia duodeni
Atresia duodeniAtresia duodeni
Atresia duodeni
 
Makalah genetika
Makalah genetikaMakalah genetika
Makalah genetika
 
keseimbangan asam basa dan elektrolit
keseimbangan asam basa dan elektrolitkeseimbangan asam basa dan elektrolit
keseimbangan asam basa dan elektrolit
 
OESOPHAGEAL ATRESIA
OESOPHAGEAL ATRESIAOESOPHAGEAL ATRESIA
OESOPHAGEAL ATRESIA
 
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
Penyimpangan Semu Hukum Mendel 1
 
ASAS ANATOMI - STRUKTUR SISTEM ALIMENTARI
ASAS ANATOMI - STRUKTUR SISTEM ALIMENTARIASAS ANATOMI - STRUKTUR SISTEM ALIMENTARI
ASAS ANATOMI - STRUKTUR SISTEM ALIMENTARI
 
Buku kegawatan anak pkb-64
Buku  kegawatan anak pkb-64Buku  kegawatan anak pkb-64
Buku kegawatan anak pkb-64
 
Oesophageal atresia
Oesophageal atresiaOesophageal atresia
Oesophageal atresia
 
Buku Hukum Mendel
Buku Hukum MendelBuku Hukum Mendel
Buku Hukum Mendel
 
KONSELING GENETIK
KONSELING GENETIKKONSELING GENETIK
KONSELING GENETIK
 
Gallbladder, The Big Picture
Gallbladder, The Big PictureGallbladder, The Big Picture
Gallbladder, The Big Picture
 
Mutasi
MutasiMutasi
Mutasi
 
Lipoma and liposarcoma
Lipoma and liposarcoma Lipoma and liposarcoma
Lipoma and liposarcoma
 
Mutasi gen & mutasi-kromosom
Mutasi gen & mutasi-kromosomMutasi gen & mutasi-kromosom
Mutasi gen & mutasi-kromosom
 
Pengantar Patologi
Pengantar Patologi Pengantar Patologi
Pengantar Patologi
 
pewarisan sifat genetik
pewarisan sifat genetik pewarisan sifat genetik
pewarisan sifat genetik
 

Similar to Kelainan genetik perkembangan sistem digestif

Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
Septian Muna Barakati
 
dokumen.tips_ppt-gastroschisis.ppt
dokumen.tips_ppt-gastroschisis.pptdokumen.tips_ppt-gastroschisis.ppt
dokumen.tips_ppt-gastroschisis.ppt
RyanAlfajri3
 
Ileus obstruksi final
Ileus obstruksi finalIleus obstruksi final
Ileus obstruksi final
Feny Rafnasari
 
Analisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisisAnalisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisis
Kiki Taqiyyah
 
304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi
ssuser37779f
 
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptxAdvances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
SombolayukPriska
 
Hirschsprung nrb
Hirschsprung nrbHirschsprung nrb
Hirschsprung nrb
Agnes Putri
 
Tugas kritis
Tugas kritisTugas kritis
Tugas kritis
Dewi Kulsum
 
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
ririaja1
 
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptxKelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
nandananda776342
 
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinal
Herry Utama
 
Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
Warnet Raha
 
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinal
Herry Utama
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
DelyaAlifta
 
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdfPatofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
LelyEnytaTampubolon
 

Similar to Kelainan genetik perkembangan sistem digestif (20)

Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
 
dokumen.tips_ppt-gastroschisis.ppt
dokumen.tips_ppt-gastroschisis.pptdokumen.tips_ppt-gastroschisis.ppt
dokumen.tips_ppt-gastroschisis.ppt
 
Ileus obstruksi final
Ileus obstruksi finalIleus obstruksi final
Ileus obstruksi final
 
Analisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisisAnalisis kasus gastroschisis
Analisis kasus gastroschisis
 
Hirschsprung
Hirschsprung Hirschsprung
Hirschsprung
 
304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi304906675 referat-intususepsi
304906675 referat-intususepsi
 
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptxAdvances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
 
Hirschsprung nrb
Hirschsprung nrbHirschsprung nrb
Hirschsprung nrb
 
Lp megacolon pa amin
Lp megacolon pa aminLp megacolon pa amin
Lp megacolon pa amin
 
Tugas kritis
Tugas kritisTugas kritis
Tugas kritis
 
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
 
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptxKelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
 
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinal
 
Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
 
Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
 
Makalah hisprong (2)
Makalah hisprong (2)Makalah hisprong (2)
Makalah hisprong (2)
 
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinal
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
 
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdfPatofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
Patofisiologi Penyakit Peptic Ulcer.pdf
 
Makalah hisprong
Makalah hisprongMakalah hisprong
Makalah hisprong
 

Recently uploaded

audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
meta emilia surya dharma
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
PutriHanny4
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
YantariTiyora2
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
kirateraofficial
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
muhammadrezkizanuars
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
andiaswindahlan1
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 

Recently uploaded (20)

audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 

Kelainan genetik perkembangan sistem digestif

  • 1. dr. Mitayani, M.Si. Med. KELAINAN GENETIK PERKEMBANGAN SISTEM DIGESTIF
  • 2. TUJUAN PEMBELAJARAN  Mahasiswa mampu menyebutkan macam-macam kelainan genetik yang dapat terjadi pada embriologi sistem digestif.  Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi timbulnya kelainan genetik pada sistem digestif.
  • 3. SISTEM DIGESTIF  Sistem digestif adalah suatu kesatuan fungsi dari saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang membantu terjadinya proses pencernaan makanan di dalam saluran pencernaan untuk menghasilkan energi bagi tubuh.
  • 5.  Pada saat pembentukan sistem digestif, dapat timbul berbagai gangguan baik akibat faktor internal maupun faktor eksternal yang menyebabkan timbulnya kelainan kongenital pada sistem digestif.
  • 6. KELAINAN ESOFAGUS  Atresia esofagus  Stenosis esofagus  Achalasia
  • 7. ATRESIA ESOFAGUS  Terjadi akibat deviasi posterior spontan septum trakeoesofageale.  Terjadi akibat suatu faktor mekanis yang mendorong dinding dorsal usus depan ke arah anterior.  Dalam kehidupan intrauterin, atresia esofagus akan menyebabkan akumulasi berlebihan cairan di kantong amnion (polihidramnion) karena tidak dapat lewatnya cairan amnion ke dalam saluran cerna janin.
  • 8. ATRESIA ESOFAGUS Atresia esofagus dapat terjadi dengan situasi sebagai berikut:  Isolated : atresia esofagus tidak berhubungan dengan kelainan kongenital lainnya.  Syndromic: atresia esofagus berhubungan dengan kelainan kongenital lainnya dan membentuk suatu diagnosis yang spesifik. Contoh: sindrom CHARGE, sindrom Feingold, sindrom Pallister-Hall.  Non-isolated: atresia esofagus berhubungan dengan kelainan kongenital lainnya namun tidak membentuk suatu diagnosis yang spesifik, misalnya VACTERL association yang merupakan asosiasi non-random akibat kelainan kongenital pada vertebra, anal, cardiac, tracheoesophageal, renal, dan limb (tungkai).
  • 9. ATRESIA ESOFAGUS Faktor risiko terjadinya atresia esofagus:  Ibu hamil dengan diabetes  Kelainan kromosom: Trisomi 21, Trisomi 18, Trisomi 13, trisomi X.
  • 10. Esophageal Atresia Tipe atresia esofagus yang umum: a. Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal distal (86%) b. Isolated atresia esofagus tanpa fistula trakeoesofageal (7%) c. Tipe H fistula trakeoesofageal (4%) source: Spitz L. Oesophageal atresia. Orphanet J Rare Dis. 2007; 2: 24.
  • 11. STENOSIS ESOFAGUS  Merupakan penyempitan lumen esofagus, biasanya di sepertiga bawah.  Stenosis dapat disebabkan oleh: - rekanalisasi yang tidak sempurna - kelainan vaskular - kelainan yang mengganggu aliran darah.
  • 12. STENOSIS ESOFAGUS Source: Kim JH, Shin JH, Song HY. Benign strictures of the esophagus and gastric outlet: interventional management. Korean J Radiol 2010 2010 Sep-Oct; 11(5): 497–506.
  • 13. ACHALASIA  Adalah suatu gangguan motilitas esofagus primer.  Ditandai dengan absennya gerakan peristaltik esofagus dan terganggunya relaksasi Lower Esophageal Sphincter (LES).  Kemungkinan disebabkan oleh autoimun akibat polimorfisme di regio major histocompatability complex pada kromosom 6 source: Gupta P, Debi U, Sinha SK, Prasad KK. Primary versus secondary achalasia: New signs on barium esophagogram. Abdominal Radiology 2015; 25:3:288-295.
  • 14. KELAINAN LAMBUNG  Stenosis pilorus  Situs inversus lambung
  • 15. STENOSIS PILORUS  Terjadi jika otot sirkular dan atau otot longitudinal lambung di regio pilorus mengalami hipertrofi sehingga terjadi penyempitan ekstrim lumen pilorus dan lewatnya makanan terhambat  muntah-muntah hebat. Source: http://pedsurg.ucsf.edu/conditions-- procedures/pyloric-stenosis.aspx
  • 16. SITUS INVERSUS  Situs inversus adalah suatu posisi terbalik seperti cermin dari organ abdomen atau thorax. Misalnya lambung normalnya di kiri, pada situs inversus maka lambung ada di kanan pada posisi yang sama persis.  Posisi normal suatu organ abdomen atau thorax diberi istilah situs solitus.  Situs ambiguous atau heterotaxy adalah suatu posisi abnormal kongenital dari organ visera abdomen atau thorax, misalnya lambung ada di regio inguinalis dextra, hepar ada di regio umbilikalis.
  • 17. SITUS INVERSUS LAMBUNG Source: http://medind.nic.in/jan/t12/i2/JIndianAssocPediatrSurg_2012_17_2_71_93967_u1 Pada hasil radiologi, tampak bayangan udara berada di kanan, bukan di bawah jantung --> gaster berada di kanan, bukan di kiri
  • 18. KELAINAN HATI DAN KANTUNG EMPEDU  Duktus hepatikus accesorius dan duplikasi kandung empedu  Atresia biliaris ekstrahepatik  Atresia biliaris intrahepatik  Situs inversus hepar
  • 19. DUKTUS HEPATIKUS AKSESORIUS  Pada sebagian kasus, duktus yang melewati fase padat dalam perkembangannya gagal mengalami rekanalisasi. source: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2698075/bin/kjr-4- 85-g001.jpg Acc= duktus hepatikus aksesorius Duktus hepatikus tipikal
  • 20. DUPLIKASI KANTUNG EMPEDU  Etiologi:  a. Revakuolisasi kandung empedu primitif inkomplit sehingga septum longitudinal menetap dan membuat 2 kandung empedu.  b. akibat terbentuknya 2 tunas kandung empedu. source: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4420291/bin/jns-2- 46.f1.jpg
  • 21. KLASIFIKASI DUPLIKASI KANDUNG EMPEDU Klasifikasi menurut Boyden:  Septate gallbladder  Fundic duplication  Body duplication  Y-shaped gallbladder  Complete duplication  Bilateral gallbladders
  • 22. ATRESIA BILIER EKSTRAHEPATIK  Terjadi pada 1:15.000 kelahiran hidup.  Atresia bilier merupakan suatu kelainan akibat obliterasi progresif atau terputusnya sistem bilier ekstrahepatik yang mengakibatkan obstruksi aliran cairan empedu (kolestasis). source: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar ticles/PMC1560371/bin/1750-1172- 1-28-2.jpg
  • 23. ATRESIA BILIER EKSTRAHEPATIK  Bila dibiarkan, kelainan ini dapat menyebabkan hiperbilirubinemia terkonjugasi yang progresif, sirosis hepatis, dan kegagalan hepar.  Atresia bilier ekstrahepatik disebabkan oleh multifaktorial.  Predisposisi genetik terjadi akibat disregulasi imun serta akibat faktor lingkungan (cytomegalovirus, Epstein-Barr virus, respiratory syncitial virus, Human papilloma virus, toksin).
  • 24. HIPOPLASIA DAN ATRESIA BILIER INTRAHEPATIK  Terjadi pada 1:100.000 kelahiran hidup.  Disebabkan oleh infeksi pada janin. source: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC46 44760/bin/kjr-16-1364-g004.jpg source: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC329264 2/bin/13244_2011_129_Fig2_HTML.jpg
  • 26. KELAINAN PANKREAS  Pankreas anular Jaringan pankreas mengelilingi duodenum, bahkan dapat menyebabkan obstruksi total karena duodenum “tercekik”.  Jaringan pankreas tambahan Dapat terbentuk di mana saja dari ujung distal esofagus hingga ke ujung lengkung usus primer. Umumnya jaringan tambahan ini terletak di mukosa lambung dan di divertikulum Meckel.
  • 27. CACAT DINDING TUBUH  Omfalokel  Gastroskisis
  • 29. OMFALOKEL  Adalah herniasi visera abdomen melalui cincin umbilikus, dimana visera abdomen masih dilapisi amnion.  Organ dalam yang dapat menonjol keluar adalah hati, usus halus, usus besar, lambung, limpa, atau kandung empedu.  Cacat ini terjadi akibat kegagalan usus untuk kembali ke rongga abdomen setelah herniasi fisiologis selama minggu ke-6 sampai ke-10.
  • 30. OMFALOKEL  Omfalokel terjadi pada 2,5:10.000 kelahiran dan memiliki angka kematian yang tinggi.  Faktor risiko omfalokel berdasarkan penelitian National Birth Defects Prevention Study (2008) adalah: wanita hamil yang minum alkohol pada awal kehamilan dan perokok berat.
  • 31. OMFALOKEL  Omfalokel dapat merupakan bagian dari suatu sindrom, misalnya sindrom Beckwith-Wiedemann atau sindrom Shprintzen-Goldberg.  Sekitar 15% bayi lahir hidup memiliki kelainan kromosom.  Isolated omfalokel dapat disebabkan oleh duplikasi gen pada kromosom 1p31.3.
  • 32. GASTROSKISIS  Adalah penonjolan isi abdomen melalui dinding tubuh dimana organ visera abdomen tidak dilapisis peritoneum atau amnion.  Kelainan ini biasanya terjadi di sebelah lateral kanan dari umbilikus.  Cacat ini kemungkinan besar terjadi karena kelainan penutupan dinding tubuh di sekitar tangkai penghubung.
  • 33. GASTROSKISIS  Gastrokisis terjadi pada 1:10.000 kelahiran, kelainan ini tidak berkaitan dengan kelainan kromosom.  Faktor risiko gastroschisis berdasarkan penelitian National Birth Defects Prevention Study (2008) adalah: wanita hamil yang mengonsumsi ibuprofen, minum alkohol, dan merokok pada awal kehamilan.
  • 34. KELAINAN DUKTUS VITELINUS  Divertikulum Meckel  Kista vitelina  Fistula umbilikus
  • 35. DIVERTIKULUM MECKEL  Merupakan suatu kantong yang keluar dari ileum akibat duktus vitelinus yang menetap. source: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article s/PMC4617021/bin/jns-4-46.f2.jpg
  • 36. KISTA VITELINA  Kedua ujung duktus vitelinus berubah menjadi korda fibrosa dan bagian tengahnya membentuk sebuah kista besar.
  • 37. FISTULA UMBILIKUS  Duktus vitelinus tetap paten di seluruh panjangnya membentuk suatu hubungan langsung antara umbilikus dan saluran cerna. Oleh karena itu, dari umbilikus dapat keluar tinja.
  • 38. KELAINAN USUS  Volvulus  Rotasi terbalik lengkung usus  Duplikasi lengkung usus dan kista  Atresia dan stenosis usus  Apple peel atresia
  • 39. VOLVULUS  Merupakan usus yang terpuntir akibat kelainan rotasi lengkung usus.  Kelainan ini dapat menyebabkan gangguan aliran darah usus.
  • 40. ROTASI TERBALIK LENGKUNG USUS  Terjadi jika lengkung primer berputar 90 searah jarum jam.  Pada kelainan ini, kolon transversum berjalan di belakang duodenum dan terletak di belakang arteri mesenterika superior.
  • 41. DUPLIKASI LENGKUNG USUS DAN KISTA  Dapat terjadi di mana saja di sepanjang tabung usus, namun paling sering ditemukan di regio ileum.  Gejala biasanya timbul di awal kehidupan dan berkaitan dengan cacat lain seperti atresia usus, anus imperforata, gastroskisis, dan omfalokel.
  • 42. ATRESIA DAN STENOSIS USUS  Dapat terjadi di mana saja di sepanjang usus. Sebagian besar terjadi di duodenum.  Atresia duodenum bagian atas mungkin disebabkan oleh tidak terjadinya rekanalisasi.  Atresia duodenum bagian bawah kemungkinan disebabkan oleh gangguan vaskular yang disebabkan oleh misalnya omfalokel, malrotasi, volvulus, gastroskisis.
  • 43. ATRESIA DAN STENOSIS USUS  Gangguan vaskular ini menyebabkan aliran darah ke regio usus terganggu dan segmen usus tersebut akhirnya mati dan timbullah penyempitan atau hilang total.
  • 44. APPLE PEEL ATRESIA  Merupakan atresia yang terjadi di jejunum proksimal, dengan ukuran usus pendek dan bagian distal dari lesi melingkari sisa mesenterium.  Bayi dengan cacat ini biasanya memiliki berat badan lahir rendah. source: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC4089124/bin/JCN-3-112-g002.jpg
  • 45. KELAINAN USUS BESAR  Megakolon kongenital/Penyakit Hirschprung/Megakolon aganglionik/Megakolon Hirschprung  Anus imperforata  Fistula rektouretra dan rektovagina  Atresia rektoanus
  • 46. Megakolon Hirschprung  Disebabkan oleh tidak adanya ganglion parasimpatis di dinding usus.  Ganglion-ganglion ini berasal dari sel krista neuralis yang bermigrasi dari lipatan saraf ke dinding usus.
  • 47. Megakolon Hirschprung  Akibat mutasi di gen RET (suatu reseptor tirosin kinase yang berperan dalam migrasi sel krista neuralis).  Megakolon kongenital dapat mengenai rektum, colon sigmoid, colon transversum, dan semua bagian colon.  Sebanyak 80% penderita memiliki segmen aganglionik pada rectosigmoid (short-segment), 15-20% pada sepanjang colon sigmoid (long- segment), 5% pada seluruh usus besar (total colonic aganglionosis).
  • 48. Megakolon Hirschprung  Abnormalitas kromosom terjadi sebanyak 12% pada pasien dengan Hirschprung, yang terbanyak adalah adanya trisomi 21 (Sindrom Down).  Beberapa kelainan kromosom yang terlibat: - Del13q22 gen EDNRB - Del10q11.2 gen RET - Del10q23.1 gen NRG3 - Del2q22 gen ZEB2 - Del4p12 gen PHOX2B
  • 49. Megakolon Hirschprung  Nonsindromik Hirschprung merupakan kelainan yang terjadi sendirian, tanpa ada kelainan kongenital lain. Ada 4 gen utama yang terlibat yaitu RET, EDNRM, NRG, dan SEMA.  Sebanyak 18% pasien memiliki paling tidak 1 kelainan kongenital lain. Yang terbanyak adalah kelainan jantung bawaan, kelainan gastrointestinal, kelainan SSP, kelainan traktus genitourinaria, kelainan kraniofasial, dan spina bifida.
  • 50. Megakolon Hirschprung  Konseling genetik diindikasikan pada pasien Hirschprung yang memiliki kelainan kromosom (baik turunan dari orang tua maupun yang de novo), memiliki sindrom yang spesifik yang disertai Hirschprung, atau memiliki variasi patogenik pada gen RET, EDN3, atau EDNRB.
  • 51. ANUS IMPERFORATA  Terjadi akibat tidak pecahnya membrana analis.  Kelainan ini dapat berupa: - adanya anus namun rektum hanya membentuk kantong dan tidak berhubungan dengan kolon - adanya stenosis anus - anus yang benar-benar tertutup. Kelainan ini biasanya ditandai dengan tidak keluarnya feses pertama bayi dalam 24-48 jam setelah lahir. Kelainan ini juga termasuk dalam VACTERL association, sehingga bila ditemukan anus imperforata maka perlu dicari kelainan kongenital di bagian lain tubuh.
  • 52. ANUS IMPERFORATA  Faktor non-genetik yang dapat menimbulkan kelainan ini adalah teknik reproduksi buatan (assisted reproductive techniques), kehamilan multipel, persalinan prematur, berat badan lahir bayi rendah, kegemukan pada ibu hamil, dan diabetes pada ibu source: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC4843315/bin/jcdr-10-PD01-g001.jpg
  • 53. FISTULA REKTOURETRA DAN REKTOVAGINA  Terjadi pada 1:5.000 kelahiran hidup. Mungkin disebabkan oleh kelainan dalam pembentukan kloaka dan atau septum urorektale. source: http://cai.md.chula.ac.th/lesson/atlas/A/ImgBig/IM G0016.jpg
  • 54. ATRESIA REKTOANUS  Cacat ini mungkin disebabkan oleh gangguan vaskular di regio ini. Atresianya bervariasi, mulai dari meninggalkan sisa jaringan fibrosa hingga hilangnya suatu segmen rektum dan anus.
  • 55. REFERENSI  Sadler, T.W. 2006. Langman Embriologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta: EGC.  Scott, D.A. 2014. Esophageal atresia/tracheoesophageal fistula overview in Gene Reviews. Seattle: University of Washington.  https://embryology.med.unsw.edu.au/embryology/index.php/Gast rointestinal_Tract_-_Abnormalities  Mac Bird T, Robbins JM, Druschel C, et al. Demographic and environmental risk factors for gastroschisis and omphalocele in the National Birth Defects Prevention Study. J Pediatr Surg. 2009 Aug;44(8):1546-51. doi: 10.1016/j.jpedsurg.2008.10.109.  www.omim.org #164750, Omphalocele, autosomal.  Parisi MA. Hirschprung Disease Overview. 2002 Jul 12 [updated 2015 Oct 1]. In: Pagon RA, Adam MP, Ardinger HH, et al., editors. GeneReviews®[Internet]. Seattle (WA): University of Washington, Seattle; 1993-2016.  www.omim.org %210500-biliary atresia, extrahepatic; EHBA  Girish ML, Keshay MM, Raghunath BV, Sunil B. Gallbladder duplication associated with duodenal atresia. J Neonatal Surg. 2013 Oct-Dec; 2:4: 46.
  • 56. REFERENSI  Chardot C. Biliary atresia. Orphanet J Rare Dis 2006; 1:28.