SlideShare a Scribd company logo
1
KASUS SIMULaSI 1
TUJUAN PEMBELAJARAN
Kasus simulasi di Usaha Produksi (UP.) Samadya memberi gambaran tentang
pencatatan transaksi-transaksi di perusahaan manufaktur yang menerapkan sistem job
order costing. Sistem pencatatan di UP. Samadya ini dirancang agar sistem akuntansi
menghasilkan informasi keuangan yang andal dan relevan.
Transaksi-transaksi yang berlangsung di UP. Samadya relatif sederhana dan
berfokus pada transaksi proses produksi yang merupakan karakteristik khusus di
akuntansi perusahaan manufaktur. Selanjutnya, sistem akuntansi di UP. Samadya
dirancang sedemikian rupa agar para pembelajar dapat mengenali fakta yang terkait
dengan proses produksi dan sistem pencatatan akuntansinya secara lebih kongkrit.
Buku Konsep dan Praktik Komprehensif (KPK) ini merupakan buku Level 1 yang
bertujuan meletakkan pengetahuan fundamental, khususnya di siklus akuntansi
perusahaan manufaktur.
Beberapa topik bahasan yang diprioritaskan di buku KPK Level 1 – Akuntansi di
Perusahaan Manufaktur: Sistem Job Order Costing ini adalah sebagai berikut:
a) Penerapan sistem perpetual dengan metode identifikasi khusus terhadap transaksi
pembelian persediaan bahan baku langsung (BBL) dan bahan baku pembantu
(BBP) yang ditampung di satu akun, yaitu akun Persediaan bahan baku (PBB).
b) Pencatatan transaksi penyerahan bahan baku langsung (BBL) ke proses produksi.
c) Pencatatan transaksi pengakuan upah yang merupakan kos tenaga kerja langsung
(KTKL) dalam proses produksi.
d) Pencatatan transaksi-transaksi kos overhead pabrik menggunakan metode Dua
tahap dalam proses produksi.
e) Pencatatan transaksi penyelesaian proses produksi.
f) Pencatatan menggunakan sistem Perpetual atas transaksi penjualan produk jadi.
2
UP. SAMADYA
Informasi Umum dan Kebijakan Akuntansi
A. Identitas Perusahaan dan Usaha Pokok
Usaha Produksi (UP.) Samadya merupakan perusahaan perorangan yang
bergerak di bisnis pembuatan perabot rumah-tangga berupa mebel kayu.
Perusahaan menerima pesanan dari banyak pihak dan juga dimungkinkan menjual
langsung untuk beberapa produk jadi yang merupakan produk pajangan (display).
Berikut ini nama dan data korespondensi perusahaan UP. Samadya:
Nama perusahaan : UP. Samadya
Alamat : Jalan Pohon Ilmu No. 101 Yogyakarta
No. Telp/Fax : (0274) 8612345/(0274)8612346
E-mail address : cukupsamadya@google.co.id
UP. Samadya dikelola oleh Bapak Subur yang bertindak sebagai manajer
sekaligus pemilik perusahaan. Bapak Subur dibantu oleh tiga tukang kayu yang
dibayar berdasar jam kerja, dan dua orang staf yang terdiri dari satu karyawan
administrasi dan satu karyawan yang mengerjakan beragam tugas rutin kantor.
B. Kebijakan Akuntansi
UP. Samadya menetapkan kebijakan akuntansi dengan mengacu pada fakta
yang berlangsung di lapangan karena fungsi dasar akuntansi sesungguhnya adalah
menyajikan informasi keuangan sesuai dengan yang ada di fakta. Fungsi akuntansi
tidak sebatas untuk memenuhi peraturan atau sebatas memenuhi persyaratan
pengajuan kredit, misalnya. Berikut ini kebijakan akuntansi di UP. Samadya yang
terdiri dari kebijakan umum dan kebijakan khusus. Jika terdapat transaksi yang
3
belum ada kebijakan akuntansi secara tertulis maka pencatatan menggunakan
ketentuan yang lazim terdapat di buku teks akuntansi.
B.1. Kebijakan Umum
Berikut ini kebijakan umum akuntansi yang berlaku di UP. Samadya.
a. Tanggal 30 dan 31 Desember kegiatan produksi dihentikan dalam rangka
penyusunan laporan keuangan. Tanggal 30 Desember digunakan untuk
identifikasi dan pengukuran transaksi-transaksi yang perlu dicatat, terutama
yang terkait dengan persediaan produk dalam proses, dan untuk pengumpulan
dan pengecekan dokumen-dokumen selama bulan Desember. Selanjutnya
tanggal 31 Desember dimanfaatkan untuk penyusunan laporan keuangan mulai
dari pembuatan daftar saldo sampai dengan penyajian laporan keuangan.
b. Sistem yang diterapkan pada dasarnya adalah sistem pencatatan berpasangan
dengan basis akrual. Dengan sistem basis Murni akrual maka pembelian bahan
habis pakai, sebagai contoh, dicatat sebagai aset yang selanjutnya baru diakui
sebagai beban ketika bahan habis pakai tersebut telah teridentifikasi berubah
karena misalnya penyerahan bahan habis pakai untuk kepentingan pemilik atau
dipertanggungjawabkan melalui penghitungan fisik.
c. Satu periode akuntansi adalah 1 tahun (1 Januari s.d. 31 Desember) yang
dikelompokkan dalam dua belas periode bulanan.
d. Sistem penghitungan kos produk berdasar pesanan (job order costing)
digunakan karena UP. Samadya memproduksi produk berdasar pesanan atau
membuat produk yang dirancang khusus untuk dipajang dan dijual.
e. Pengeluaran-pengeluaran proses produksi diperlakukan sebagai kos yang
merupakan komponen aset. Kos produksi (kadang lebih dikenal dengan
terminologi ‘’biaya produksi’’) pembuatan mebel kayu dikelompokkan menjadi
tiga jenis, yaitu kos bahan baku langsung (KBBL), kos tenaga kerja langsung
(KTKL), dan kos overhead pabrik (KOP). Pertama, yang termasuk KBBL adalah
kayu, politur, dan amplas, sedangkan bahan baku lainnya diperlakukan sebagai
bahan baku pembantu (BBP). Kedua, semua upah tukang diperlakukan sebagai
4
KTKL. Meskipun sebagian tukang juga setiap hari bertugas membersihkan
ruang pabrik yang dapat dikategorikan sebagai kos tenaga kerja tidak langsung
tetapi nilainya dipertimbangkan kecil dan menjadi satu rangkaian aktivitas yang
tak terpisahkan dari kegiatan pembuatan produk mebel sehingga ditetapkan
sebagai bagian dari kos tenaga kerja langsung (KTKL). Dengan demikian, tidak
ada kos tenaga kerja tidak langsung (KTKTL) di UP. Samadya. Ketiga, kos
overhead pabrik (KOP) meliputi semua kos produksi yang tidak dapat
dikategorikan sebagai KBBL ataupun KTKL. Kos overhead pabrik (KOP) di UP.
Samadya terdiri dari kos bahan baku pembantu (BBP), kos listrik pabrik,
depresiasi peralatan pabrik, dan depresiasi gedung pabrik.
f. Sistem pencatatan untuk persediaan (bahan baku, produk dalam proses, dan
produk jadi) menggunakan sistem Prepetual dengan metode Identifikasi khusus
(specific identification) untuk penentuan kos semua jenis persediaan.
g. Penjumlahan menggunakan buku jurnal umum, dan pemindah-bukuan
menggunakan buku besar tanpa disertai buku pembantu (subsidiary ledgers)
dengan pertimbangan aktivitas bisnis di UP. Samadya relatif sederhana.
h. Di setiap akhir bulan dibuat daftar saldo dan dilakukan pencatatan penyesuai
bulanan (monthly adjusting entries), terutama terkait pengakuan beban bahan
habis pakai yang merupakan beban operasional kantor dan koreksi kesalahan.
i. Transaksi pembelian dilakukan secara tunai maupun kredit, sedangkan
transaksi penjualan produk jadi dilakukan berdasar pesanan dengan sistem
penerimaaan uang muka atau penjualan tunai.
j. Laporan keuangan tahunan meliputi empat macam, yaitu laporan laba/rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan posisi keuangan, dan laporan arus kas.
Catatan atas laporan kuangan (CALK) tidak dibuat dengan pertimbangan
bahwa laporan keuangan yang dihasilkan sudah cukup jelas dan terutama
digunakan oleh pemilik. Ketentuan dalam penyajian masing-masing macam
laporan keuangan adalah sebagai berikut:
5
 Laporan laba/rugi; Laporan ini disusun setiap tahun. Laporan laba/rugi
menggunakan format bertahap yang terdiri dari laba bruto (penjualan bersih
dikurangi kos produk terjual), laba bersih sebelum pajak (laba bruto dikurangi
beban oprasional), dan laba bersih setelah pajak.
 Laporan perubahan ekuitas; Laporan ini disusun setiap tahun. Laporan
perubahan ekuitas di UP. Samadya disebut laporan perubahan modal karena
semua ekuitas berasal dari setoran pemilik (modal) dan laba/rugi perusahaan
pada akhirnya dipindah ke akun modal (melalui pencatatan penutup).
 Laporan posisi keuangan; Laporan ini disusun setiap tahun. Laporan posisi
keuangan di UP. Samadya disebut neraca (balance sheet) dengan ketentuan
di sisi kiri menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, dan di sisi kanan
menyajikan liabilitas (lancar dan jangka panjang) dan ekuitas (modal).
 Laporan arus kas; Laporan ini disusun setiap bulan. Laporan arus kas terdiri
dari tiga jenis aktivitas, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan
aktivitas keuangan. Tergolong sebagai aktivitas operasi diantaranya adalah
penerimaan kas dari penjualan dari pengeluaran kas untuk transaksi
pembelian, proses produksi, dan beban-beban operasional rutin, seperti
misalnya beban gaji karyawan kantor, beban transportasi kantor, dan beban
utilitas kantor. Tergolong sebagai aktivitas investasi diantaranya adalah
penyetoran/penyerahan kas dari/ke pemilik, dan pembelian/penjualan aset
tetap. Tergolong sebagai aktivitas keuangan terutama adalah pemerolehan
pinjaman jangka panjang, pembayaran angsuran utang jangka panjang, dan
pembayaran bunga utang jangka panjang. Arus kas dari aktivitas yang tidak
dapat diklasifikasi sebagai aktivitas operasi ataupun aktivitas investasi
diperlakukan sebagai aktivitas keuangan dengan pertimbangan dinamika
aktifitas keuangan relatif statis.
k. Pencatatan pembalik (reversing entries) tidak dilakukan karena perusahaan
menerapkan prinsip ketelitian terhadap pencatatan terhadap transaksi-transaksi
6
di akhir periode yang dicatat dipencatatan penyesuai (adjusting entries) yang
memiliki konsekuensi pencatatan di masa datang.
l. Pencatatan akun sangat direkomendasikan menggunakan nama-nama akun
yang terdapat di bagian akun (lihat Bagian C).
B.2. Kebijakan Khusus
Kebijakan khusus akuntansi di UP. Samadya disusun berdasar akun dan/atau
kelompok akun dengan deskripsi sebagai berikut:
1. Kas; Akun Kas dibentuk untuk menampung transaksi-transaksi yang melibatkan
kas, seperti misalnya uang tunai, cek, transfer via bank, dll. Penyetoran uang
tunai atau cek ke bank maupun pengambilan uang tunai dari bank
dipertimbangkan bukan merupakan transaksi karena semua jenis peristiwa
bisnis tersebut ditampung di satu akun yang sama, yaitu akun Kas.
2. Piutang dagang: Akun Piutang dagang tidak dibentuk dengan pertimbangan
transaksi penjualan dilakukan dengan penerimaan uang muka dan penerimaan
kas paling lambat dilakukan ketika produk diserahkan ke pembeli/pelanggan.
Jika dalam kondisi terpaksa terdapat piutang dagang maka hal tersebut
ditampung di akun Aset lancar lain-lain.
3. Persediaan bahan baku: Akun Persediaan bahan baku (Persediaan BB)
digunakan untuk menampung transaksi-transaksi baik yang terkait dengan
bahan baku langsung (BBL) maupun bahan baku pembantu (BBP). Pencatatan
dilakukan ketika bahan baku dibeli, ketika bahan baku diserahkan ke proses
prouksi, dan ketika teridentifikasi mengalami penurunan nilai. Ilustrasi
pencatatan (khususnya penjurnalan) pembelian bahan baku (Ilustrasi A) adalah
sebagai berikut :
7
Ilustrasi A: 1 Mei UP. Samadya membeli bahan baku langsung (BBL)
Rp4.000.000 dan bahan baku pembantu (BBP) Rp500.000 kredit.
01/05 Persediaan bahan baku Rp4.500.000
Utang dagang Rp4.500.000
Penyerahan bahan baku ke proses produksi dicatat sebesar kos bahan
baku yang ditentukan menggunakan metode Identifikasi khusus. Pencatatan
atas penyerahan bahan baku ke proses produksi mengikuti jenis bahan
bakunya, BBL ataukah BBP. Ilustrasi pencatatan transaksi penyerahan bahan
baku disajikan di pembahasan tentang persediaan produk dalam proses (lihat
Ilustrasi C di halaman 8 dan ilustrasi F di halaman 10).
Jika terjadi kerusakan atau penurunan nilai bahan baku maka kerusakan
atau penurunan nilai diakui sebagai penambah kos produk terjual (KPT) dengan
pertimbangan bahwa kerusakan/penurunan nilai bahan baku merupakan hal
yang normal terjadi dalam proses produksi. Pengecekan nilai bahan baku
dilakukan di akhir periode. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan)
transaksi kerusakan/penurunan bahan baku (Ilustrasi B) adalah sebagai berikut:
Ilustrasi B: 31 Des UP. Samadya mengidentifikasi terjadinya penurunan nilai
BBL dari kos senilai Rp900.000 menjadi Rp600.000 dan
penurunan nilai BBP dengan kos Rp50.000 yang mengalami
kerusakan total.
31/12 Kos produk terjual Rp350.000
Persediaan BB Rp350.000
4. Persediaan produk dalam proses; Akun Persediaan produk dalam proses
(Persediaan PDP) dibentuk untuk menampung semua kos produk yang masih
belum selesai proses produksinya. Kecuali di akhir periode tahunan (31
Desember), nilai kos persediaan PDP adalah semata sebesar kos bahan baku
8
langsung (KBBL) yang telah dimasukkan ke produksi karena pengakuan kos
tenaga kerja langsung (KTKL) dan pembebanan kos overhead pabrik (KOP)
dilakukan menjelang proses produksi selesai. Berikut ini ketentuan pencatatan
masing-masing jenis kos dan ilustrasi pencatatannya.
(a) Pengakuan kos bahan baku langsung (KBBL); KBBL secara langsung
menambah nilai persediaan produk dalam proses (ditampung di akun
Persediaan PDP). Pencatatan KBBL dilakukan ketika BBL diserahkan ke
proses produksi. Dalam hal ini setiap penyerahan BBL ke proses produksi
selalu dihubungkan dengan pengerjaan nomor pesanan tertentu. Ilustrasi
pencatatan (khususnya penjurnalan) penyerahan BBL ke proses produksi
(Ilustrasi C) adalah sebagai berikut:
Ilustrasi C: 3 Mei UP. Samadya menyerahkan bahan baku langsung (BBL)
Rp2.000.000 ke produksi terkait pengerjaan pesanan #123.
03/05 Persediaan PDP Rp2.000.000
Persediaan BB Rp2.000.000
(b) Pengakuan kos tenaga kerja langsung (KTKL); KTKL secara langsung
menambah nilai persediaan produk dalam proses (ditampung di akun
Persediaan PDP). Pencatatan KTKL ke akun Persediaan PDP lazim
dilakukan ketika perusahaan membayar upah tukang menjelang proses
produksi selesai. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi
pengakuan KTKL (Ilustrasi D) adalah sebagai berikut:
Ilustrasi D: 16 Mei UP Samadya membayar upah tukang Rp1.000.000
menjelang penyelesaian proses produksi pesanan #123.
9
16/05 Persediaan PDP Rp1.000.000
Kas Rp1.000.000
Menjelang akhir periode (30 Desember) perusahaan mengidentifikasi
besaran KTKL terutang yang melekat di persediaan PDP yang akan disajikan
di laporan posisi keuangan. Meskipun pembayaran upah baru akan di
lakukan di periode berikutnya ketika proses produksi akan selesai
tetapi perusahaan harus mengakui KTKL yang melekat di produk dalam
proses akhir periode karena perusahaan menerapkan basis akrual. Ilustrasi
pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi pengakuan KTKL terutang
(Ilustrasi E) adalah sebagai berikut:
Ilustrasi E: 30 Des UP. Samadya mengakui KTKL terutang Rp600.000
terkait pesanan #890 yang belum selesai. Sesuai kebijakan,
semua jenis utang di pencatatan penyesuai ditampung di akun
Utang dagang.
30/12 Persediaan PDP Rp600.000
Utang dagang Rp600.000
(c) Pengakuan kos overhead pabrik (KOP); KOP menambah persediaan
produk dalam proses secara tidak langsung, yaitu melalui pencatatan dua
tahap. Tahap pertama adalah pencatatan terhadap transaksi pengeluaran-
pengeluaran proses produksi yang tergolong sebagai overhead pabrik ke
akun Kos overhead pabrik, dan tahap kedua adalah pencatatan terhadap
transaksi pembebanan/pengalokasian overhead pabrik ke persediaan PDP.
Tahap Pertama:
10
Pada tahap pertama, yaitu pencatatan terhadap transaksi-transaksi
pengeluaran produksi yang tergolong sebagai KOP ke akun Kos overhead
pabrik, terdapat tiga macam transaksi yang terkait dengan KOP:
(1) Pengakuan bahan baku pembantu (BBP); dicatat ketika BBP
diserahkan ke proses produksi. Penyerahan BBP ke proses produksi
lebih difungsikan untuk mengisi persediaan BBP yang menipis sehingga
tidak dikaitkan dengan penyelesaian pesanan tertentu. Ilustrasi
pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi penyerahan BBP
ke proses produksi (Ilustrasi F) adalah sebagai berikut:
Ilustrasi F: 10 Mei bagian gudang bahan baku UP. Samadya
menyerahkan BBP Rp150.000 ke proses produksi.
10/05 Kos overhead pabrik Rp150.000
Persediaan BB Rp150.000
(2) Pengakuan listrik pabrik; dicatat ketika tagihan listrik diterima.
Berhubung tagihan listrik meliputi listrik pabrik dan listrik kantor maka
ditetapkan bahwa 90% dari tagihan digunakan untuk pabrik, dan
sisanya 10% unuk kantor. Ketetapan ini dibuat setelah melakukan
observasi lapangan. Ilustrasi pencatatan, khususnya penjurnalan,
pengakuan tagihan listrik (Ilustrasi G) adalah sebagai berikut:
Ilustrasi G: 15 Mei UP. Samadya menerima tagihan listrik Rp500.000
yang langsung dibayar tunai.
10/05 Kos overhead pabrik Rp450.000
Beban listik kantor Rp50.000
Kas Rp500.000
11
Khusus menjelang akhir periode (30 Desember) perusahaan
mengakui pemakaian listrik selama Desember. Perusahaan melakukan
pencatatan untuk mengakui utang. Ilustrasi pencatatan (khususnya
penjurnalan) transaksi pengakuan utang listrik (Ilustrasi H) adalah
sebagai berikut:
Ilustrasi H: 30 Des UP. Samadya memperoleh informasi tagihan listrik
Rp300.000 untuk bulan Desember yang baru akan diterima
tagihannya di bulan Januari. Sesuai kebijakan akuntansi
basis akrual, semua utang (termasuk utang KOP maupun
beban listrik kantor) ditampung di akun Utang dagang.
30/12 Kos overhead pabrik Rp270.000
Beban listrik kantor Rp 30.000
Utang dagang Rp300.000
(3) Pengakuan depresiasi aset tetap pabrik: dicatat setiap bulan yang
lazimnya satu hari sebelum tanggal terakhir suatu bulan. Terdapat dua
tipe aset tetap pabrik di UP. Samadya yang didepresiasi, yaitu aset
tetap gedung dan aset tetap peralatan. Ilustrasi pencatatan (khususnya
penjurnalan) pengakuan depresiasi aset tetap pabrik (Ilustrasi I) adalah
sebagai berikut:
Ilustrasi I: 30 Mei UP. Samadya mengakui depresiasi peralatan pabrik
Rp260.000 dan depresiasi gedung pabrik Rp140.000 untuk
proses produksi di bulan Mei.
30/05 Kos overhead pabrik Rp400.000
Akum. Depr. Peralatan barik Rp260.000
12
Akum. Depr. Gedung pabrik Rp140.000
Tahap Kedua
Pada tahap kedua pencatatan KOP, yaitu pencatatan terhadap
transaksi pembebanan/pengalokasian KOP ke persediaan PDP,
pembebanan KOP ke persediaan PP lazim dilakukan menjelang
penyelesaian proses produksi suatu pesanan. Besaran KOP yang
dibebankan/dialokasikan ke persediaan PDP ditetapkan 20% (dua puluh
persen) dari kos tenaga kerja langsung untuk pesanan terkait. Ilustrasi
pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi pembebanan KOP ke
persediaan PDP (Ilustrasi J) adalah sebagai berikut:
Ilustrasi J: 16 Mei UP. Samadya membebankan/mengalokasikan KOP ke
produk dalam proses untuk pesanan #123 menjelang
penyelesaian proses produksi. Diketahui KTKL untuk pesanan
#123 sebesar Rp1.000.000
16/05 Persediaan PDP Rp200.000
Kos overhead pabrik Rp200.000
Khusus menjelang akhir periode (30 Desember) perusahaan
mengidentifikasi besaran KOP yang harus dibebankan ke persediaan PDP
yang akan disajikan di laporan posisi keuangan. Pencatatan ini diperlukan
karena perusahaan menerapkan basis akrual dalam penyusunan laporan
keuangan sehingga harus mengakui besarnya KOP yang telah melekat di
13
persediaan PDP akhir periode melalui proses pembebanan. Besaran
pembebanan KOP mengikuti ketentuan yang berlaku, yaitu 20% dari KTKL
yang diakui di persediaan PDP tersebut. Ilustrasi pencatatan (khususnya
penjurnalan) transaksi pengakuan KTKL terutang (ilustrasi K) adalah
sebagai berikut:
Ilustrasi K: 30 Des UP. Samadya mengakui pembebanan/pengalokasian
KOP ke persediaan produk dalam proses akhir periode
pesanan #890. Diketahui, KTKL terutang untuk pesanan #890
sebesar Rp600.000.
30/12 Persediaan PDP RP120.000
Kos overhead pabrik Rp120.000
5. Persediaan produk jadi: Akun Persediaan produk jadi dibentuk untuk
menampung produk yang telah selesai diproses. Dalam menetapkan tanggal
pengiriman pesanan. Perusahaan menggunakan ketentuan ‘’produksi + 7 hari’’
yang artinya jika proses produksi adalah 30 hari maka tanggal pengambilan
adalah 37 hari setelah akad dibuat yang ditandai dengan penerimaan uang
muka. Dengan demikian, produk jadi dimasukkan ke gudang terlebih dahulu
sebelum diserahkan ke pemesan. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan)
transaksi penyelesaian proses produksi (ilustrasi L) adalah sebagai berikut:
Ilustrasi L: 17 Mei UP. Samadya menyatakan bahwa pesanan #123
dinyatakan selesai. Diketahui KBBL Rp2.000.000, KTKL
Rp1.000.000, dan KOP dibebankan Rp200.000
17/05 Persediaan produk jadi Rp3.200.000
Persediaan PDP Rp3.200.000
14
Selanjutnya, pencatatan terhadap transaksi penyerahan produk jadi
kepemesan/pembeli dilakukan dengan mengurangi akun Persediaan produk jadi
sebesar kos produk dan menambah akun Kos produk terjual (sistem Perpetual).
Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi penyerahan/penjualan
produk jadi (ilustrasi M) adalah sebagai berikut:
Ilustrasi M: 23 Mei UP. Samadya mengirimkan produk jadi pesanan #123 ke
pemesan. Harga kesepakatan Rp4.500.000, dan pemesan
menyerahkan uang muka Rp3.000.000 di awal akad tertanggal 1
Mei yang telah dicatat dengan tepat. Akad diselesaikan hari ini
dengan menerima tunai Rp1.500.000. Diketahui, kos produk jadi
Rp3.200.000
23/05 Uang muka pelanggan Rp3.000.000
Kas Rp1.500.000
Penjualan Rp4.500.000
Kos produk terjual Rp3.200.000
Persediaan produk jadi Rp3.200.000
6. Bahan habis pakai: Akun Bahan habis pakai kantor dibentuk untuk
menampung transaksi-transaksi yang terkait dengan pembelian air mineral
dalam kemasan (galon dan gelas), kardus, kertas, pena, amplop, dan alat tulis
lainnya yang dimaksudkan mendukung kegiatan administrasi perkantoran UP.
Samadya. Sistem pencatatan transaksi bahan habis pakai yang digunakan pada
dasarnya adalah murni akrual dengan pendekatan konvensional, yaitu ketika
15
pembelian bahan habis pakai dicatat sebagai aset dan ketika bahan habis pakai
digunakan/dikonsumsi tidak dlakukan pencatatan di akuntansi. Setiap akhir
bulan dilakukan pencatatan penyesuai untuk mengakui besaran bahan habis
pakai yang telah berubah menjadi beban. Jika terjadi penyerahan bahan habis
sebesar kos bahan habis pakai, tidak diperlakukan sebagai transaksi penjualan
produk.
7. Aset lancar lani-lain: Akun Aset lancar lain-lain dibentuk untuk menampung
beragam jenis dana yang tidak dapat ditampung di akun-akun aset lancar yang
telah tersedia. Akun ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya transaksi
yang jarang tetapi dimungkinkan terjadi. Sebagai misal, cek yang diterima dari
pelanggan ternyata kosong atau tidak cukup dananya (NSF – not sufficient
fund) sehingga perusahaan terpaksa harus mengakui sebagai piutang dagang
dan ditampung di akun aset lancar lain-lain ini. Demikian pula, dimungkinkan
perusahaan menerima barang titipan (konsinyasi) untuk sementara waktu.
Meskipun perusahaan berupaya untuk meminimalkan terjadinya transaksi tak
terduga, pembentukan akun Aset lancar lain-lain dipertimbangkan perlu sebagai
langkah antisipatif.
8. Aset tetap berwujud: terdapat tiga akun aset tetap berwujud yang dibentuk
yaitu akun Tanah, akun Gedung, dan akun Peralatan yang semuanya terdiri
dari aset tetap untuk kantor dan untuk pabrik, dan terdapat empat akun kontra
aset tetap yang dibentuk, yaitu akun Akumulasi depresiasi gedung pabrik,
Akumulasi depresiasi peralatan pabrik, Akumulasi depresiasi gedung
kantor, dan Akumulasi depresiasi peralatan kantor. Peralatan terdiri dari
beragam aset tetap berwujud, diantaranya mesin pabrik, perkakas pabrik,
kendaraan, dan komputer.
Depresiasi terhadap aset tetap yang difungsikan untuk pabrik dicatat di
setiap menjelang akhir bulan yang lazimnya satu hari sebelum tanggal terakhir
suatu bulan. Depresiasi aset tetap pabrik diperlakukan sebagai komponen kos
overhead pabrik (KOP). Ilustrasi pencatatan pengakuan depresiasi aset tetap
16
pabrik telah disajikan di ketentuan khusus terkait dengan persediaan produk
dalam proses (lihat ilustrasi I di halaman 11).
Pencatatan atas depresiasi aset tetap yang difungsikan untuk kantor dicatat
hanya di akhir tahun dalam rangka penyusunan laporan keuangan melalui
pencatatan penyesuai. Depresiasi tersebut diperlakukan sebagai beban
operasional. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi pengakuan
depresiasi aset tetap kantor (Ilustrasi N) adalah sebagai berikut :
Ilustrasi N: 31 Des. UP. Samadya mengakui depresiasi gedung kantor
Rp5.000.000 dan peralatan kantor Rp3.000.000
31/12 Beban depr. Gedung kantor Rp5.000.000
Beban depr. Peralatan kantor Rp3.000.000
Akum. depr. gedung kantor Rp5.000.000
Akum. depr. Peralatan kantor Rp3.000.000
9. Utang bisnis; Akun Utang dagang dibentuk untuk menampung beragam jenis
transaksi utang, diantaranya adalah transaksi pembelian secara kredit, utang
upah tenaga kerja langsung untuk mengakui KTKL yang melekat di persediaan
PDP akhir periode, utang listrik untuk mengakui KOP yang melekat di persediaan
PDP akhir periode dan beban listrik kantor, utang gaji karyawan kantor, dan
utang-utang beban lainnya yang lazim terbentuk selama pencatatan penyesuai
tahunan. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi pengakuan
utang gaji dan utang upah pada akhir periode (Ilustrasi O) adalah sebagai
berikut.
Ilustrasi O: 31 Des dalam rangka penyusunan laporan keuangan, UP. Samadya
mengidentifikasi adanya utang gaji karyawan kantor Rp1.200.000
dan utang upah tukang untuk pengerjaan pesanan #998 dan #999
masing-masing Rp600.000 dan Rp700.000.
17
31/12 Persediaan PDP Rp1.300.000
Beban gaji kantor Rp1.200.000
Utang dagang Rp2.500.000
10. Uang muka dari pemesan; Akun Uang muka pelanggan dibentuk untuk
menampung penerimaan kas atau bentuk dana lainnya dari pemesan yang
dimaksudkan sebagai uang muka atau “tanda jadi” pemesanan mebel.
Meskipun nama akun dimulai dengan terminologi “uang” tetapi akun ini
merupakan elemen liabilitas yang menunjukkan sumber pemerolehan dana
dengan ketentuan akan diselesaikan di waktu tertentu di masa datang. Akun
Uang muka pelanggan menunjukkan adanya kewajiban UP. Samadya untuk
menyelesaikannya di masa datang yang lazim berupa penyerahan produk sesuai
pesanan. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi penerimaan
uang muka dari pelanggan (Ilustrasi P) adalah sebagai berikut.
Ilustrasi P: 1 Mei UP. Samadya menerima uang muka Rp3.000.000 sebagai
tindak-lanjut akad pemesanan mebel dengan pesanan #123
23/05 Kas Rp3.000.000
Uang muka pelanggan Rp3.000.000
11. Utang pajak penghasilan; Akun Utang pajak penghasilan dibentuk untuk
menampung utang pajak penghasilan badan yang baru diketahui di akhir
periode.
12. Utang jangka panjang; Akun Utang bank dibentuk untuk menyajikan informasi
tentang transaksi yang terkait dengan peminjaman uang dari bank dan
angsurannya dengan jangka waktu pinjamanlebih dari satu tahun. Angsuran
18
terdiri dari pelunasan sebagian pokok pinjaman dan pembayaran bunga yang
dilakukan setiap tanggal 29 atau akhir bulan.
13. Setoran dana dari pemilik; Akun Modal, Bp. Subur dibentuk untuk menampung
transaksi-transaksi yang mencerminkan setoran dari pemilik (modal).
Penyetoran dana yang diterima dimungkinkan meliputi berbagai jenis transaksi,
diantaranya adalah penerimaan kas, penerimaan aset tetap, pengakuan beban,
dan bahkan pelunasan utang UP. Samadyajika pelunasan dilakukan
menggunakan dana pribadi bapak Subur sebagai pemilik. Ilustrasi pencatatan
(khususnya penjurnalan) transaksi penyetoran dana dari pemilik (Ilustrasi Q)
adalah sebagai berikut.
Ilustrasi Q: 21 Agustus UP. Samadya menerima peralatan kantor berupa
komputer baru Rp5.000.000 dan uang tunai Rp1.000.000 dari bapak
Subur sebagai pemilik.
21/08 Peralatan Kantor Rp5.000.000
Kas Rp1.000.000
Modal, Bp. Subur Rp6.000.000
14. Pengembalian dana ke pemilik; Akun Prive, Bp. Subur dibentuk untuk
menampung transaksi pengembalian dana ke pemilik. Pengembalian dana
dapat beragam, diantaranya kas, bahan habis pakai kantor, bahan baku dan
produk jadi. Jika pengembalian dana berupa bahan habis pakai maka dicatat
sebesar kos, sedangkan jika berupa persediaan bahan baku atau produk jadi
maka dicatat sebagai transaksi penjualan. Ilustrasi pencatatan, khususnya
penjurnalan, transaksi pengembalian dana ke pemilik (Ilustrasi R) adalah
sebagai berikut.
19
Ilustrasi R: 27 Agustus UP. Samadya menyerahkan bahan habis pakai
dengan kos Rp1.000.000 ke Bp. Subur untuk kepentingan pemilik.
27/08 Prive, Bp. Subur Rp400.000
Bahan habis pakai kantor Rp400.000
15. Penghasilan usaha; Akun Penjualan dibentuk untuk menampung semua jenis
transaksi penghasilan usaha, termasuk dari penjualan serpihan potongan kayu
sebagai produk sisa. Terkait dengan penjualan serpihan potongan kayu,
perusahaan menetapkan bahwa tidak ada kos produk terjual. Ilustrasi
pencatatan, khususnya penjurnalan, transaksi penjualan serpihan kayu sebagai
produk sisa (Ilustrasi S) adalah sebagai berikut.
Ilustrasi S: 2 Agustus UP. Samadya menjual tunai Rp175.000 serpihan kayu.
2/08 Kas Rp175.000
Penjualan Rp175.000
Akun Pengurangan penjualan dibentuk sebaga akun kontra dari akun
Penjualan jika perusahaan memberikan hadiah berupa keringanan ataupun
potongan harga. Ilustrasi pencatatan, khususnya penjurnalan, transaksi
pengurangan penjualan (Ilustrasi T) adalah sebagai berikut.
Ilustrasi T: 14 Oktober UP. Samadya mentransfer Rp250.000 ke pelanggan
Setia sebagai hadiah telah menjadi pelanggan selama 5 tahun.
14/10 Pengurangan penjualan Rp250.000
Kas Rp250.000
20
16. Kos produk jadi yang terjual; Akun Kos produk terjual (KPT) dibentuk untuk
menyajikan besaran kos dari produk jadi yang telah terjual. Menggunakan
sistem Perpetual, pencatatan di akun Kos produk terjual dilakukan seiring
dengan penyerahan produk ke pemesan/pembeli
17. Beban gaji karyawan administrasi kantor; Akun Beban gaji kantor dibentuk
untuk menampung transaksi-transaksi pengakuan gaji karyawan kantor.Upah
tukang tidak dicatat di akun ini. Pengakuan beban gaji kantor dicatat ketika
pembayaran gaji per tanggal 20. Ilustrasi pencatatan (Khususnya penjurnalan)
transaksi pembayaran gaji kantor Ilustrasi U adalah sebagai berikut.
Ilustrasi U: 20 Mei UP. Samadya membayar gaji karyawan kantor
Rp2.000.000
20/05 Beban gaji kantor Rp2.000.000
Kas Rp2.000.000
Dalam rangka penyusunan laporan keuangan tahunan, pencatatan
penyesuai diperlukan untuk mengakui beban gaji kantor yang terutang karena
perusahaan menerapkan basis akrual untuk pengakuan beban-beban
operasional kantor. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi
pengakuan utang gaji karyawan kantor (Ilustrasi V) adalah sebagai berikut.
Ilustrasi V: 31 Des UP. Samadya mengakui gaji karyawan kantor (21 Des. s/d
31 Des.) terutang Rp900.000. Sesuai ketentuan, semua utang
beban ditampung di akun Utang dagang
21
31/12 Beban gaji kantor Rp900.000
Utang dagang Rp900.000
18. Beban listrik kantor; Akun Beban listrik kantor dibentuk untuk menampung
transaksi-transaksi pengakuan beban listrik kantor. Pengakuan listrik pabrik
tidak dicatat di akun ini. Pengakuan beban listrik kantor dilakukan ketika tagihan
llistrik diterima. Besaran listrik kantor ditetapkan 10% dari tagihan listrik.
Ilustrasi pencatatan transaksi pengakuan beban listrik kantor tersaji di
Ilustrasi G (halaman 10). Selanjutnya, menjelang akhir tahun dilakukan
pencatatan untuk mengakui beban listrik kantor yang terutang bersamaan
dengan pengakuan KOP terutang dari pemakaian listrik pabrik (lihat Ilustrasi H,
halaman 11).
19. Beban bahan habis pakai kantor; Akun Beban bahan habis pakai kantor
dibentuk untuk menampung transaksi pengakuan beban bahan habis pakai yang
dilakukan di setiap akhir bulan melalui pencatatan penyesuai bulanan.
20. Beban Transportasi; Akun Beban transportasi dibentuk untuk menampung
transaksi penggunaan dana yang terkait dengan transportasi, diantaranya
meliputi transaksi pembelian bahan bakar kendaraan yang langsung diakui
sebagai beban (sistem Semi akrual), pembelian tiket perjalanan bisnis, dan
pengiriman produk jadi ke pemesan. Beban transportasi diakui ketika pembelian
bahan bakar ataupun ketika diterima tagihan.
21. Beban untuk kegiatan sosial; Akun Beban tanggung jawab sosial dibentuk
untuk menyajikanbesaran sumbangan ke masyarakat di sekitar lokasi.
22. Beban depresiasi aset tetap kantor; Akun Beban depesiasi gedung kantor
dan akun Beban depresiasi peralatan kantor dibentuk untuk menampung
transaksi-transaksi pengakuan beban depresiasi aset tetap yang dimanfaatkan
untuk kantor melalui pencatatan penyesuai tahunan.
23. Beban pajak pengahsilan badan; Akun Beban pajak penghasilan dibentuk
untuk menyajikan besaran pajak penghasilan badan yang harus diakui satu
22
periode. Besaran utang pajak penghasilan badan mengikuti rekomendasi
konsultan pajak, dan dicatat melalui pencatatan penyesuai tahunan.
24. Beban lain-lan; Akun Beban lain-lain dibentuk untuk menampung transaksi-
transaksi pengakuan beban yang tidak tersedia akunnya dengan pertimbangan
transaksi tersebut jarang terjadi dan/atau nilainya relatif kecil. Contoh transaksi
yang ditampung di beban lain-lain adalah pengakuan kerugian yang disebabkan
kerusakan bahan habis pakai, dan beban bunga atas utang jangka panjang.
25. Selisih KOP; Akun Kos overhead pabrik (KOP) dibentuk untuk menampung
beragam jenis KOP yang sesungguhnya terjadi (sisi debet) dan untuk mencatat
besaran KOP yang dibebankan ke produk. Pada akhir perriode akun KOP
kemungkinan bersaldo debet atau bersaldo kredit Karena nilai KOP
sesungguhnya (tersaji di sisi debet akun Kos overhead pabrik) lazim berbeda
dari KOP yang dibebankan ke persediaan PDP (tersaji di sisi kredit akun Kos
overhead pabrik). Saldo akun KOP mencerminkan adanya selisih.
Selisih KOP dipindah ke akun Kos produk terjual melalui pencatatan
penyesuai tahunan. Saldo debet akun KOP di daftar saldo percobaan
mencerminkan KOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan KOP dibebankan
sehingga dapat dinyatakan terdapat selisih merugikan (unfovarable) yang
sifatnya menambah kos produk terjual. Sementara itu saldo kredit akun KOP di
daftar saldo percobaan mencerminkan KOP sesungguhnya lebih kecil dibanding
KOP dibebankan sehingga dapat dinyatakan terdapat selisih menguntungkan
(favorable) yang sifatnya mengurangi kos produk terjual. Ilustrasi pencatatan
(khususnya penjurnalan) transaksi pemindahan selisih kos overhead pabrik
(Ilustrasi W) adalah sebagai berikut:
Ilustrasi W: 31 Des UP. Samadya memindahkan selisih kos overhead pabrik
ke kos produk terjual. Diketahui saldo akun Kos overhead pabrik
di daftar saldo percobaan per 31 Desember berjumlah Rp290.000
bersaldo debet yang mengindikasikan KOP sesungguhnya lebih
tinggi dibanding KOP dibebankan.
23
31/12 Kos produk terjual Rfp290.000
Kos overhead pabrik Rp290.000
26. Ikhtisar laba/rugi; akun Ikhtisar laba/rugi dibentuk sebagai akun kliring pada
untuk menyajikan informasi besaran laba/rugi perusahaan.
24
C. Bagan Akun
Berikut ini adalah daftar akun (chart of account) yang dibentuk UP. Samadya.
KODE
AKUN
NAMA AKUN
KODE
AKUN
NAMA AKUN
Aset & akun kontra (k)
1-100 Kas 1-810 Gedung pabrik
1-200 Persediaan bahan baku 1-815 Akumulasi depresiasi gedung pabrik (k)
1-300 Persediaan PDP 1-820 Gedung kantor
1-400 Persediaan produk jadi 1-825 Akumulasi depresiasi gedung kantor (k)
1-500 Bahan habis pakai kantor 1-910 Peralatan pabrik
1-600 Aset lancar lain-lain 1-915 Akumulasi depresiasi peralatan pabrik (k)
1-700 Tanah 1-920 Peralatan kantor
1-925 Akumulasi depresiasi peralatan kantor (k)
Liabilitas dan akun kontra (k):
2-100 Utang dagang 2-300 Utang pajak penghasilan
2-200 Uang muka pelanggan 2-400 Utang Bank
Ekuitas & akun kontra (k):
3-100 Modal – Bp. Subur 3-150 Prive – Bp. Subur (k)
Penghasilan & akun kontra (k):
4-100 Penjualan 4-150 Pengurangan Penjualan (k)
Beban:
5-000 Kos produk terjual 5-400 Beban transportasi
5-100 Beban gaji kantor 5-500 Beban tanggungjawab sosial
5-200 Beban listrik kantor 5-600 Beban pajak penghasilan
5-300 Beban bahan habis pakai kantor 5-700 Beban depresiasi peralatan kantor
5-800 Beban depresiasi gedung kantor
5-900 Beban lain-lain
Lain-lain:
9-100 Kos overhead pabrik 9-200 Ikhtisar laba/rugi
25
D. Data Akuntansi
D.1. Daftar Saldo Awal Bulan – Periode Berjalan
UP. Samadya
Daftar Saldo Per 1 Desember 2015
Kode Nama Akun Debet Kredit
1-100 Kas Rp20.000.000
1-200 Persediaan bahan baku Rp1.000.000
1-300 Persediaan PDP Rp3.000.000
1-400 Persediaan produk jadi Rp7.000.000
1-500 Bahan habis pakai kantor Rp200.000
1-600 Aset lancar lain-lain Rp1.300.000
1-700 Tanah Rp82.000.000
1-810 Gedung Pabrik Rp180.000.000
1-815 Akumulasi depresiasi gedung pabrik Rp110.000.000
1-820 Gedung kantor Rp30.000.000
1-825 Akumulasi depresiasi gedung kantor Rp19.000.000
1-910 Peralatan pabrik Rp6.000.000
1-915 Akumulasi depresiasi peralatan pabrik Rp4.000.000
1-920 Peralatan kantor Rp4.000.000
1-925 Akumulasi depresiasi peralatan kantor Rp2.100.000
2-100 Utang dagang Rp900.000
2-200 Uang muka pelanggan Rp3.500.000
2-300 Utang pajak penghasilan --
2-400 Utang bank Rp30.000.000
3-100 Modal – Bp. Subur Rp121.300.000
3-150 Prive – Bp. Subur Rp1.000.000
4-100 Penjualan Rp137.200.000
4-150 Pengurangan penjualan Rp1.200.000
5-000 Kos produk terjual Rp72.000.000
5-100 Beban gaji kantor Rp16.300.000
5-200 Beban listrik kantor Rp450.000
5-300 Beban bahan habis pakai kantor Rp700.000
5-400 Beban transportasi Rp800.000
5-500 Beban tanggung jawab sosial Rp900.000
5-600 Beban pajak penghasilan --
5-700 Beban depresiasi gedung kantor --
5-800 Beban depresiasi peralatan kantor --
5-900 Beban lain-lain Rp50.000
9-100 Kos overhead pabrik Rp.100.000
9-200 Ikhtisar laba/rugi --
Total Rp428.000.000 Rp428.000.000
26
D.2. Ragam Transaksi SelamaPeriode Berjalan
Berikut ini transaksi-transaksi di UP. Samadya selama bulan Desember 2015.
(1) 1 Des. Mengirimkan pesanan #78 ke pelanggan. Proses produksi pesanan
#78 telah diselesakan 25 November lalu dengan kos Rp1.600.000. Harga
kesepakatan diketahui Rp2.100.000 dengan uang muka Rp1.000.000 diterima
di awal 1 November. Penyelesaian sisa pembayaran diterima tunai hari ini.
(2) 2 Des. Menerima pesanan pembuatan almari kayu dengan harga kesepakatan
Rp6.500.000, uang muka diterima tunai Rp2.000.000. Akad dituangkan dalam
dokumen pesanan #80.
(3) 3 Des. Membeli tunai bahan baku langsung Rp2.000.000 dan bahan pembantu
Rp400.000.
(4) 4 Des. Menyerahkan bahan baku langsung (BBL) senilai Rp2.200.000 ke
proses produksi untuk mengawali pesanan #80.
(5) 5 Des. Menyerahkan bahan baku pembantu (BBP) Rp300.000 ke proses produksi
untuk mengisi ketersediaan BBP yang menipis.
(6) 5 Des. Melunasi utang dagang Rp900.000 untuk pembelian bahan habis pakai
yang dibeli secara kredit di minggu terakhir bulan November. Pelunasan
dilakukan melalui transfer bank.
(7) 7 Des. Membayar upah tukan Rp2.000.000 terkait pesanan #79.
(8) 8 Des. Membebankan kos overhead pabrik ke persediaan produk dalam
proses (PDP) sesuai ketentuan untuk pesanan #79, yaitu sebesar 20% dari kos
tenaga kerja langsung (KTKL) Rp2.000.000 (lihat transaksi 7 Des).
(9) 9 Des. Menyelesaikan produk pesanan #79 dan memindahkan ke gudang
produk jadi. Diketahui kos pesanan #79 adalah KBBL Rp3.000.000 (dari
penyerahan bahan baku langsung ke proses produksi di bulan November yang
mana nilai ini melekat sebagai persediaan produk dalam proses di awal bulan
Desember), KTKL Rp2.000.000 (lihat transaksi 7 Des.) dan KOP Rp400.000 (lihat
transaksi 8 Des).
27
(10) 10 Des. Menerima tagihan listrik Rp500.000 yang langsung dibayar dengan
pengalokasian sesuai ketentuan, 90% untuk pabrik, dan 10% untuk kantor.
(11) 10 Des. Membeli bahan habis pakai kantor Rp400.000 yang dibayar tunai.
(12) 12 Des. Menjual tunai produk pajangan dengan harga jual Rp3.200.000.
Diketahui kos produk pajangan Rp2.400.000.
(13) 13 Des. Mengirimkan produk jadi pesanan #79 ke pemesan. Harga
kesepakatan diketahui Rp6.000.000. Pelanggan telah membayar uang muka
Rp2.500.000 di awal akad 20 November, dan sisanya diterima tunai hari ini.
Kos produk pesanan #79 diketahui Rp5.400.000 (lihat transaksi 9 Des).
(14) 13 Des. Mengirimkan bahan baku langsung Rp300.000 untuk tambahan
penyelesaian pesanan #80 yang dimulai prosesnya tertanggal 4 Des.
(15) 14 Des. Menyerahkan kas Rp500.000 dan 5 boks air minum dalam kemasan
dengan kos Rp20.000/boks ke bapak Subur untuk kepentingan pemilik.
(16) 15 Des. Membeli bahan baku langsung dengan total kos Rp2.500.000 yang
dibayar tunai Rp1.800.000 dan sisanya kredit akan dilunasi akhir bulan ini.
(17) 15 Des. Menyerahkan bahan baku langsung senilai Rp1.800.000 ke proses
produksi untuk pembuatan seperangkat meja kursi yang dimaksudkan untuk
dipajang. Proses produksi ini dituangkan dalam dokumen Pajangan #101.
(18) 15 Des. Membayar upah tukang Rp2.500.000 terkait pesanan #80.
(19) 15 Des. Membebankan kos overhead pabrik ke persediaan PDP sesuai
ketentuan untuk pesanan #80. Kos tenaga kerja langsung diketahui sebesar
Rp2.500.000 (lihat transaksi 15 Des. – transaksi no. 18).
(20) 15 Des. Memindahkan produk jadi dengan pesanan #80 ke gudang produk
jadi. Kos produk jadi diketahui Rp5.500.000 yang terdiri dari bahan baku
langsung Rp2.500.000 (lihat transaksi 4 Des. Dan 13 Des. – transaksi no.4
dan 14), KTKL Rp2.500.000 (lihat transaksi 15 Des. – transaksi no. 18), dan KOP
Rp500.000 (lihat transaksi 15 Des. – transaksi no. 19).
28
(21) 17 Des. Menerima tagihan Rp 600.000 yang langsung dibayar tunai terkait
pembelian tiket kereta api untuk perjalanan Bp. Subur di minggu ini untuk
kepentingan bisnis UP. Samadya.
(22) 20 Des. Menyerahkan kas Rp300.000 untuk kebersihan lingkungan.
(23) 20 Des. Membayar gaji karyawan kantor Rp2.600.000 melalui transfer bank.
(24) 20 Des. Menerima pesanan pembuatan sofa dengan harga kesepakatan
Rp5.500.000 yang dibayar tunai 60% sebagai uang muka. Pesanan dituangkan
dalam dokumen proses produksi pesanan #81.
(25) 20 Des. Membeli bahan baku langsung dengan kos Rp2.400.000 dan bahan baku
pembantu Rp400.000 yang dibayar tunai.
(26) 23 Des. Mengirimkan produk pesanan #80, dan menerima uang tunai dari
pemesan sejumlah kekurangan yang harus dibayar pemesan sesuai akad
tertanggal 2 Desember lalu (lihat transaksi no. 2).
(27) 24 Des. Membeli bahan habis pakai senilai Rp300.000 secara kredit.
(28) 24 Des. Membeli bahan bakar kendaraan Pertalite Rp150.000
(29) 26 Des. Menyerahkan BBL Rp2.500.000 ke produksi untuk pengerjaan
pesanan #81 dan BBP Rp200.000 untuk pengisisan BBP yang menipis.
(30) 28 Des. Membayar upah tukang Rp1.000.000 terkait penyelesaian proses
produksi dengan dokumen Pajangan #101.
(31) 28 Des. Membebankan kos overhead pabrik sesuai ketentuan terkait
penyelesaian proses produksi dengan dokumen Pajangan #101
(32) 28 Des. Memindahkan produk yang selesai diproses produksi dengan nomor
dokumen Pajangan #101 ke gudang produk jadi.
(33) 29 Des. Menerima kas Rp500.000 dari bapak Subur sebagai setoran pemilik.
(34) 29 Des. Menjual tunai mebel berupa almari dan rak kasur yang merupakan
pajangan ke pelanggan Pidatos dengan harga Rp3.800.000. Diketahui kos
produk tersebut total Rp3.000.000.
29
(35) 29 Des. Menerima pesanan dengan harga kesepakatan Rp7.000.000 yang
diterima tunai 40% sebagai uang muka. Proses produksi tertuang di dokumen
pesanan #82 yang akan dikerjakan di awal bulan januari.
(36) 29 Des. Membayar Rp1.200.000 untuk angsuran utang bank dengan keterangan:
pembayaran pokok pinjaman Rp700.000, dan sisanya untuk pembayaran bunga.
(37) 29 Des. Membeli bahan habis pakai kantor berupa kertas, spidol, dan amplop
senilai Rp200.000 secara tunai ke toko Rajin.
(38) 30 Des. Mentransfer kas Rp.300.000 ke pelanggan Pitados yang membeli
mebel tanggal 29 Desember. Penyerahan kas tersebut merupakan pengurangan
harga dengan pertimbangan Pitados adalah pelanggan loyal.
(39) 30 Des. Membeli peralatan pabrik dengan kos Rp3.000.000 yang dibayar 60%
tunai, sisanya kredit.
(40) 30 Des. Melunasi utang terkait transaksi pembelian bahan baku langsung
pada tanggal 15 Des
(41) 30 Des. Mengakui upah tukang Rp2.000.000 yang terutang untuk pengerjaan
pesanan #81 dengan estimasi penyelesaian di minggu kedua bulan Januari.
Sesuai ketentuan, upah akan dibayarkan menjelang penyelesaian proses
produksi. Jumlah total upah yang harus dibayar menunggu sampai dengan
proses produksi menjelang selesai.
(42) 30 Des. Hasil konfirmasi diperoleh informasi dari penyedia jasa listrik bahwa
tagihan listrik di bulan Desember sebesar Rp500.000 yang mana tagihan baru
akan dikirimkan di bulan Januari ke para pelanggan.
(43) 30 Des. Mengakui depresiasi peralatan pabrik Rp250.000 dan depresiasi
gedung pabrik Rp.100.000 untuk Bulan Desember.
(44) 30 Des. Membebankan kos overhead pabrik yang melekat di produk dalam
proses dengan pesanan #81. Tarif pembebanan KOP adalah sesuai ketentuan,
yaitu 20% dari KTKL atas produk pesanan yang terkait. KTKL yang terutang untuk
pesanan #81 diketahui Rp2.000.000 (lihat transaksi no. 41).
30
D.3. Informasi Pencatatan Penyesuai
Berikut ini beberapa informasi yang relevan untuk pencatatan penyesuai per 31
Desember 2015 dalam rangka penyusunan laporan keuangan.
a) Selisih KOP harus ditindak-lanjuti sesuai ketentuan akuntansi yang berlaku.
b) Gaji karyawan kantor yang terutang diketahui Rp800.000.
c) Penghitungan fisik menunjukkan nilai bahan habis pakai kantor per 31
Desember 2015 diketahui senilai Rp300.000. Tidak ada indikasi bahan habis
pakai yang rusak atau hilang.
d) Hasil perhitungan menunjukkan bahwa depresiasi peralatan kantor
Rp1.000.000, dan depresiasi gedung kantor Rp1.500.000.
e) Konsultan menyebutkan bahwa pajak penghasilan yang terutang Rp1.350.000.
31
E. Penugasan
1. Jawablah sepuluh pertanyaan pendahuluan yang terdapat di lembar kerja.
2. Tulislah saldo masing-masing akun per 1 Desember 2015 di buku besar [Kertas
Kerja A].
3. Lakukan pencatatan (penjurnalan dan pemindah-bukuan) terhadap transaksi-
transaksi di Desember 2015 [Kertas Kerja B dan A].
4. Buatlah Daftar saldo percobaan per 31 Desember 2015 [Kertas Kerja C].
5. Susunlah laporan laba/rugi untuk periode 1 Januari 2015 s/d 31 Desember 2015
[Kertas Kerja D dan A].
6. Buatlah daftar saldo setelah penyesuaian per 31 Desember 2015 [Kertas Kerja E].
7. Susunlah laporan laba/rugi untuk periode 1 Januari 2015 s/d 31 Desember 2015
[Kertas Kerja F].
8. Lakukan pencatatan penutup (penjurnalan dan pemindah-bukuan) per 31
Desember 2015 [Kertas Kerja G dan A].
9. Dengan catatan selama bulan Jan. 2015 s/d Nov. 2015 tidak terdapat transaksi
penyetoran dana pemilik sehingga saldo akun modal di 1 Desember 2015 adalah
sama besarnya dengan saldo akun Modal di awal periode 1 Jan. 2015, susunlah
laporan perubahan ekuitas, dalam hal ini adalah laporan perubahan modal, untuk
periode 1 Januari 2015 s/d 31 Desember 2015 [Kertas Kerja H].
10. Susunlah laporan posisi keuangan (neraca) per 31 Desember 2015 [Kertas Kerja I].
11. Susunlah laporan arus kas untuk periode 1 Desember 2015 s/d 31 Desember 2015
[Kertas Kerja J].

More Related Content

What's hot

Siklus produksi materi transaksi manufaktur
Siklus produksi materi transaksi manufakturSiklus produksi materi transaksi manufaktur
Siklus produksi materi transaksi manufaktur
rachmakusuma1
 
solusi manual advanced acc zy Chap003
solusi manual advanced acc zy Chap003solusi manual advanced acc zy Chap003
solusi manual advanced acc zy Chap003
Suzie Lestari
 
solusi manual advanced acc zy Chap002
solusi manual advanced acc zy Chap002solusi manual advanced acc zy Chap002
solusi manual advanced acc zy Chap002
Suzie Lestari
 
Accounting Theory Construction
Accounting Theory ConstructionAccounting Theory Construction
Accounting Theory Construction
Arthik Davianti
 
solusi manual advanced acc zy Chap008
solusi manual advanced acc zy Chap008solusi manual advanced acc zy Chap008
solusi manual advanced acc zy Chap008
Suzie Lestari
 
Tanggung jawab auditor
Tanggung jawab auditorTanggung jawab auditor
Tanggung jawab auditorresa_putra
 
solusi manual advanced acc zy Chap004
solusi manual advanced acc zy Chap004solusi manual advanced acc zy Chap004
solusi manual advanced acc zy Chap004
Suzie Lestari
 
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
Jiantari Marthen
 
kasus skandal worldcom
kasus skandal worldcomkasus skandal worldcom
kasus skandal worldcomNovie Susyla
 
Laporan audit bentu baku
Laporan audit bentu bakuLaporan audit bentu baku
Laporan audit bentu baku
winson_akuntansi
 
Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"
Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"
Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"
Hendie Cahya Maladewa
 
Konstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori AkuntansiKonstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori Akuntansi
Sujatmiko Wibowo
 
2.makalah aspek keperilakuan
2.makalah aspek keperilakuan2.makalah aspek keperilakuan
2.makalah aspek keperilakuan
DIANA LESTARI
 
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
Uofa_Unsada
 
Akuntansi Internasional, BAB V PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN
Akuntansi Internasional, BAB V PELAPORAN DAN PENGUNGKAPANAkuntansi Internasional, BAB V PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN
Akuntansi Internasional, BAB V PELAPORAN DAN PENGUNGKAPANEllvinna Marikar
 
Konseptual Framework psak ifrs-sap
Konseptual Framework psak ifrs-sap Konseptual Framework psak ifrs-sap
Konseptual Framework psak ifrs-sap Indra Yu
 
Solution Manual Advanced Accounting by Baker 9e Chapter 16
Solution Manual Advanced Accounting by Baker 9e Chapter 16Solution Manual Advanced Accounting by Baker 9e Chapter 16
Solution Manual Advanced Accounting by Baker 9e Chapter 16
Saskia Ahmad
 
Chapter 7 - Bukti Audit
Chapter 7 - Bukti AuditChapter 7 - Bukti Audit
Chapter 7 - Bukti Audit
Nuralita Aryani Rachman
 
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
Ilham Sousuke
 
Laporan Audit
Laporan AuditLaporan Audit
Laporan Audit
gueste4aa42e
 

What's hot (20)

Siklus produksi materi transaksi manufaktur
Siklus produksi materi transaksi manufakturSiklus produksi materi transaksi manufaktur
Siklus produksi materi transaksi manufaktur
 
solusi manual advanced acc zy Chap003
solusi manual advanced acc zy Chap003solusi manual advanced acc zy Chap003
solusi manual advanced acc zy Chap003
 
solusi manual advanced acc zy Chap002
solusi manual advanced acc zy Chap002solusi manual advanced acc zy Chap002
solusi manual advanced acc zy Chap002
 
Accounting Theory Construction
Accounting Theory ConstructionAccounting Theory Construction
Accounting Theory Construction
 
solusi manual advanced acc zy Chap008
solusi manual advanced acc zy Chap008solusi manual advanced acc zy Chap008
solusi manual advanced acc zy Chap008
 
Tanggung jawab auditor
Tanggung jawab auditorTanggung jawab auditor
Tanggung jawab auditor
 
solusi manual advanced acc zy Chap004
solusi manual advanced acc zy Chap004solusi manual advanced acc zy Chap004
solusi manual advanced acc zy Chap004
 
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
 
kasus skandal worldcom
kasus skandal worldcomkasus skandal worldcom
kasus skandal worldcom
 
Laporan audit bentu baku
Laporan audit bentu bakuLaporan audit bentu baku
Laporan audit bentu baku
 
Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"
Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"
Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"
 
Konstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori AkuntansiKonstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori Akuntansi
 
2.makalah aspek keperilakuan
2.makalah aspek keperilakuan2.makalah aspek keperilakuan
2.makalah aspek keperilakuan
 
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
KECURANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM MANAJEMEN LETTER DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKA...
 
Akuntansi Internasional, BAB V PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN
Akuntansi Internasional, BAB V PELAPORAN DAN PENGUNGKAPANAkuntansi Internasional, BAB V PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN
Akuntansi Internasional, BAB V PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN
 
Konseptual Framework psak ifrs-sap
Konseptual Framework psak ifrs-sap Konseptual Framework psak ifrs-sap
Konseptual Framework psak ifrs-sap
 
Solution Manual Advanced Accounting by Baker 9e Chapter 16
Solution Manual Advanced Accounting by Baker 9e Chapter 16Solution Manual Advanced Accounting by Baker 9e Chapter 16
Solution Manual Advanced Accounting by Baker 9e Chapter 16
 
Chapter 7 - Bukti Audit
Chapter 7 - Bukti AuditChapter 7 - Bukti Audit
Chapter 7 - Bukti Audit
 
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
 
Laporan Audit
Laporan AuditLaporan Audit
Laporan Audit
 

Similar to Kasus simulasi 1 hal 1 30 level 1

13 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar...
13 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar...13 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar...
13 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar...
Siti Maesaroh
 
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...
Siti Maesaroh
 
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...
Siti Maesaroh
 
13, si & pi,mislia, hapzi ali, si sistem pelaporan dan buku besar (genera...
13, si & pi,mislia, hapzi ali, si sistem pelaporan dan buku besar (genera...13, si & pi,mislia, hapzi ali, si sistem pelaporan dan buku besar (genera...
13, si & pi,mislia, hapzi ali, si sistem pelaporan dan buku besar (genera...
Mislia lia
 
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, BUKU BESAR DAN SIKLUS PELAPORANNYA , Universit...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, BUKU BESAR DAN SIKLUS PELAPORANNYA , Universit...SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, BUKU BESAR DAN SIKLUS PELAPORANNYA , Universit...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, BUKU BESAR DAN SIKLUS PELAPORANNYA , Universit...
Ryan Julian
 
ANALISA PROSES BISNIS BERBASIS AKUNTANSI
ANALISA PROSES BISNIS BERBASIS AKUNTANSIANALISA PROSES BISNIS BERBASIS AKUNTANSI
ANALISA PROSES BISNIS BERBASIS AKUNTANSI
Perguruan Tinggi Raharja
 
PT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.ppt
PT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.pptPT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.ppt
PT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.ppt
WahyumiEkawanti1
 
13. SI&PI, Shalsabilla Desi, Hapzi Ali, Sistem Pelaporan dan Buku Besar
13. SI&PI, Shalsabilla Desi, Hapzi Ali, Sistem Pelaporan dan Buku Besar13. SI&PI, Shalsabilla Desi, Hapzi Ali, Sistem Pelaporan dan Buku Besar
13. SI&PI, Shalsabilla Desi, Hapzi Ali, Sistem Pelaporan dan Buku Besar
ShalsabillaDMutiara
 
Kelompok 07 (tugas pertemuan 13)
Kelompok 07 (tugas pertemuan 13)Kelompok 07 (tugas pertemuan 13)
Kelompok 07 (tugas pertemuan 13)
MOCHAMADDICKYRAMADHA
 
13. si & pi, m hasim rafsanjani, prof.dr.ir.hapzi ali,mm,cma,mpm, sistem ...
13. si & pi, m hasim rafsanjani, prof.dr.ir.hapzi ali,mm,cma,mpm, sistem ...13. si & pi, m hasim rafsanjani, prof.dr.ir.hapzi ali,mm,cma,mpm, sistem ...
13. si & pi, m hasim rafsanjani, prof.dr.ir.hapzi ali,mm,cma,mpm, sistem ...
Hasim Rafsanjani
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...
Wawan Dwi Hadisaputro
 
Si Pi, Fanny Ayu Astari, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Pendukung, Universit...
Si Pi, Fanny Ayu Astari, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Pendukung, Universit...Si Pi, Fanny Ayu Astari, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Pendukung, Universit...
Si Pi, Fanny Ayu Astari, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Pendukung, Universit...
Fanny Ayu Astari
 
Akuntansi perhotela1
Akuntansi perhotela1Akuntansi perhotela1
Akuntansi perhotela1
Putra Jaya
 
Si-pi, yohanes agung nugroho, hapzi ali, sistem informasi,siklus proses bisni...
Si-pi, yohanes agung nugroho, hapzi ali, sistem informasi,siklus proses bisni...Si-pi, yohanes agung nugroho, hapzi ali, sistem informasi,siklus proses bisni...
Si-pi, yohanes agung nugroho, hapzi ali, sistem informasi,siklus proses bisni...
Yohanes Agung Nugroho
 
Sipi, windayani rajagukguk, hapzi ali, 2018, sistem buku besar dan pelaporan
Sipi, windayani rajagukguk, hapzi ali, 2018, sistem buku besar dan pelaporanSipi, windayani rajagukguk, hapzi ali, 2018, sistem buku besar dan pelaporan
Sipi, windayani rajagukguk, hapzi ali, 2018, sistem buku besar dan pelaporan
WINDAYANI RAJAGUKGUK
 
Sia aplikasi konsep basis data relasional pada sistem pelaporan dan buku b...
Sia   aplikasi konsep basis data  relasional pada sistem pelaporan dan buku b...Sia   aplikasi konsep basis data  relasional pada sistem pelaporan dan buku b...
Sia aplikasi konsep basis data relasional pada sistem pelaporan dan buku b...
Theresia Magdalena
 
8. SI-PI, Fitria Dwinanda, Hapzi Ali, SIKLUS PROSES BISNIS PENDUKUNG: BUKU BE...
8. SI-PI, Fitria Dwinanda, Hapzi Ali, SIKLUS PROSES BISNIS PENDUKUNG: BUKU BE...8. SI-PI, Fitria Dwinanda, Hapzi Ali, SIKLUS PROSES BISNIS PENDUKUNG: BUKU BE...
8. SI-PI, Fitria Dwinanda, Hapzi Ali, SIKLUS PROSES BISNIS PENDUKUNG: BUKU BE...
Fitria Nanda
 
Makalah pemrosesan transaksi
Makalah pemrosesan transaksiMakalah pemrosesan transaksi
Makalah pemrosesan transaksi
Azkia Firly Rahmania
 
Si pi, asalila, hapzi ali ,siklus proses bisnis pendukung , universitas merc...
Si pi, asalila, hapzi ali ,siklus  proses bisnis pendukung , universitas merc...Si pi, asalila, hapzi ali ,siklus  proses bisnis pendukung , universitas merc...
Si pi, asalila, hapzi ali ,siklus proses bisnis pendukung , universitas merc...
ASA LILA
 
13, si pi, asalila, hapzi ali ,siklus proses bisnis pendukung , universitas ...
13, si pi, asalila, hapzi ali ,siklus  proses bisnis pendukung , universitas ...13, si pi, asalila, hapzi ali ,siklus  proses bisnis pendukung , universitas ...
13, si pi, asalila, hapzi ali ,siklus proses bisnis pendukung , universitas ...
ASA LILA
 

Similar to Kasus simulasi 1 hal 1 30 level 1 (20)

13 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar...
13 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar...13 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar...
13 SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar...
 
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...
 
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...
SI-PI, Siti Maesaroh, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Mendukung Buku Besar (G...
 
13, si & pi,mislia, hapzi ali, si sistem pelaporan dan buku besar (genera...
13, si & pi,mislia, hapzi ali, si sistem pelaporan dan buku besar (genera...13, si & pi,mislia, hapzi ali, si sistem pelaporan dan buku besar (genera...
13, si & pi,mislia, hapzi ali, si sistem pelaporan dan buku besar (genera...
 
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, BUKU BESAR DAN SIKLUS PELAPORANNYA , Universit...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, BUKU BESAR DAN SIKLUS PELAPORANNYA , Universit...SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, BUKU BESAR DAN SIKLUS PELAPORANNYA , Universit...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, BUKU BESAR DAN SIKLUS PELAPORANNYA , Universit...
 
ANALISA PROSES BISNIS BERBASIS AKUNTANSI
ANALISA PROSES BISNIS BERBASIS AKUNTANSIANALISA PROSES BISNIS BERBASIS AKUNTANSI
ANALISA PROSES BISNIS BERBASIS AKUNTANSI
 
PT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.ppt
PT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.pptPT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.ppt
PT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.ppt
 
13. SI&PI, Shalsabilla Desi, Hapzi Ali, Sistem Pelaporan dan Buku Besar
13. SI&PI, Shalsabilla Desi, Hapzi Ali, Sistem Pelaporan dan Buku Besar13. SI&PI, Shalsabilla Desi, Hapzi Ali, Sistem Pelaporan dan Buku Besar
13. SI&PI, Shalsabilla Desi, Hapzi Ali, Sistem Pelaporan dan Buku Besar
 
Kelompok 07 (tugas pertemuan 13)
Kelompok 07 (tugas pertemuan 13)Kelompok 07 (tugas pertemuan 13)
Kelompok 07 (tugas pertemuan 13)
 
13. si & pi, m hasim rafsanjani, prof.dr.ir.hapzi ali,mm,cma,mpm, sistem ...
13. si & pi, m hasim rafsanjani, prof.dr.ir.hapzi ali,mm,cma,mpm, sistem ...13. si & pi, m hasim rafsanjani, prof.dr.ir.hapzi ali,mm,cma,mpm, sistem ...
13. si & pi, m hasim rafsanjani, prof.dr.ir.hapzi ali,mm,cma,mpm, sistem ...
 
Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...
Si Pi, Wawan Dwi Hadisapuro, Hapzi Ali, Siklus Pengeluaran Pembelian dan Pemb...
 
Si Pi, Fanny Ayu Astari, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Pendukung, Universit...
Si Pi, Fanny Ayu Astari, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Pendukung, Universit...Si Pi, Fanny Ayu Astari, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Pendukung, Universit...
Si Pi, Fanny Ayu Astari, Hapzi Ali, Siklus Proses Bisnis Pendukung, Universit...
 
Akuntansi perhotela1
Akuntansi perhotela1Akuntansi perhotela1
Akuntansi perhotela1
 
Si-pi, yohanes agung nugroho, hapzi ali, sistem informasi,siklus proses bisni...
Si-pi, yohanes agung nugroho, hapzi ali, sistem informasi,siklus proses bisni...Si-pi, yohanes agung nugroho, hapzi ali, sistem informasi,siklus proses bisni...
Si-pi, yohanes agung nugroho, hapzi ali, sistem informasi,siklus proses bisni...
 
Sipi, windayani rajagukguk, hapzi ali, 2018, sistem buku besar dan pelaporan
Sipi, windayani rajagukguk, hapzi ali, 2018, sistem buku besar dan pelaporanSipi, windayani rajagukguk, hapzi ali, 2018, sistem buku besar dan pelaporan
Sipi, windayani rajagukguk, hapzi ali, 2018, sistem buku besar dan pelaporan
 
Sia aplikasi konsep basis data relasional pada sistem pelaporan dan buku b...
Sia   aplikasi konsep basis data  relasional pada sistem pelaporan dan buku b...Sia   aplikasi konsep basis data  relasional pada sistem pelaporan dan buku b...
Sia aplikasi konsep basis data relasional pada sistem pelaporan dan buku b...
 
8. SI-PI, Fitria Dwinanda, Hapzi Ali, SIKLUS PROSES BISNIS PENDUKUNG: BUKU BE...
8. SI-PI, Fitria Dwinanda, Hapzi Ali, SIKLUS PROSES BISNIS PENDUKUNG: BUKU BE...8. SI-PI, Fitria Dwinanda, Hapzi Ali, SIKLUS PROSES BISNIS PENDUKUNG: BUKU BE...
8. SI-PI, Fitria Dwinanda, Hapzi Ali, SIKLUS PROSES BISNIS PENDUKUNG: BUKU BE...
 
Makalah pemrosesan transaksi
Makalah pemrosesan transaksiMakalah pemrosesan transaksi
Makalah pemrosesan transaksi
 
Si pi, asalila, hapzi ali ,siklus proses bisnis pendukung , universitas merc...
Si pi, asalila, hapzi ali ,siklus  proses bisnis pendukung , universitas merc...Si pi, asalila, hapzi ali ,siklus  proses bisnis pendukung , universitas merc...
Si pi, asalila, hapzi ali ,siklus proses bisnis pendukung , universitas merc...
 
13, si pi, asalila, hapzi ali ,siklus proses bisnis pendukung , universitas ...
13, si pi, asalila, hapzi ali ,siklus  proses bisnis pendukung , universitas ...13, si pi, asalila, hapzi ali ,siklus  proses bisnis pendukung , universitas ...
13, si pi, asalila, hapzi ali ,siklus proses bisnis pendukung , universitas ...
 

Kasus simulasi 1 hal 1 30 level 1

  • 1. 1 KASUS SIMULaSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Kasus simulasi di Usaha Produksi (UP.) Samadya memberi gambaran tentang pencatatan transaksi-transaksi di perusahaan manufaktur yang menerapkan sistem job order costing. Sistem pencatatan di UP. Samadya ini dirancang agar sistem akuntansi menghasilkan informasi keuangan yang andal dan relevan. Transaksi-transaksi yang berlangsung di UP. Samadya relatif sederhana dan berfokus pada transaksi proses produksi yang merupakan karakteristik khusus di akuntansi perusahaan manufaktur. Selanjutnya, sistem akuntansi di UP. Samadya dirancang sedemikian rupa agar para pembelajar dapat mengenali fakta yang terkait dengan proses produksi dan sistem pencatatan akuntansinya secara lebih kongkrit. Buku Konsep dan Praktik Komprehensif (KPK) ini merupakan buku Level 1 yang bertujuan meletakkan pengetahuan fundamental, khususnya di siklus akuntansi perusahaan manufaktur. Beberapa topik bahasan yang diprioritaskan di buku KPK Level 1 – Akuntansi di Perusahaan Manufaktur: Sistem Job Order Costing ini adalah sebagai berikut: a) Penerapan sistem perpetual dengan metode identifikasi khusus terhadap transaksi pembelian persediaan bahan baku langsung (BBL) dan bahan baku pembantu (BBP) yang ditampung di satu akun, yaitu akun Persediaan bahan baku (PBB). b) Pencatatan transaksi penyerahan bahan baku langsung (BBL) ke proses produksi. c) Pencatatan transaksi pengakuan upah yang merupakan kos tenaga kerja langsung (KTKL) dalam proses produksi. d) Pencatatan transaksi-transaksi kos overhead pabrik menggunakan metode Dua tahap dalam proses produksi. e) Pencatatan transaksi penyelesaian proses produksi. f) Pencatatan menggunakan sistem Perpetual atas transaksi penjualan produk jadi.
  • 2. 2 UP. SAMADYA Informasi Umum dan Kebijakan Akuntansi A. Identitas Perusahaan dan Usaha Pokok Usaha Produksi (UP.) Samadya merupakan perusahaan perorangan yang bergerak di bisnis pembuatan perabot rumah-tangga berupa mebel kayu. Perusahaan menerima pesanan dari banyak pihak dan juga dimungkinkan menjual langsung untuk beberapa produk jadi yang merupakan produk pajangan (display). Berikut ini nama dan data korespondensi perusahaan UP. Samadya: Nama perusahaan : UP. Samadya Alamat : Jalan Pohon Ilmu No. 101 Yogyakarta No. Telp/Fax : (0274) 8612345/(0274)8612346 E-mail address : cukupsamadya@google.co.id UP. Samadya dikelola oleh Bapak Subur yang bertindak sebagai manajer sekaligus pemilik perusahaan. Bapak Subur dibantu oleh tiga tukang kayu yang dibayar berdasar jam kerja, dan dua orang staf yang terdiri dari satu karyawan administrasi dan satu karyawan yang mengerjakan beragam tugas rutin kantor. B. Kebijakan Akuntansi UP. Samadya menetapkan kebijakan akuntansi dengan mengacu pada fakta yang berlangsung di lapangan karena fungsi dasar akuntansi sesungguhnya adalah menyajikan informasi keuangan sesuai dengan yang ada di fakta. Fungsi akuntansi tidak sebatas untuk memenuhi peraturan atau sebatas memenuhi persyaratan pengajuan kredit, misalnya. Berikut ini kebijakan akuntansi di UP. Samadya yang terdiri dari kebijakan umum dan kebijakan khusus. Jika terdapat transaksi yang
  • 3. 3 belum ada kebijakan akuntansi secara tertulis maka pencatatan menggunakan ketentuan yang lazim terdapat di buku teks akuntansi. B.1. Kebijakan Umum Berikut ini kebijakan umum akuntansi yang berlaku di UP. Samadya. a. Tanggal 30 dan 31 Desember kegiatan produksi dihentikan dalam rangka penyusunan laporan keuangan. Tanggal 30 Desember digunakan untuk identifikasi dan pengukuran transaksi-transaksi yang perlu dicatat, terutama yang terkait dengan persediaan produk dalam proses, dan untuk pengumpulan dan pengecekan dokumen-dokumen selama bulan Desember. Selanjutnya tanggal 31 Desember dimanfaatkan untuk penyusunan laporan keuangan mulai dari pembuatan daftar saldo sampai dengan penyajian laporan keuangan. b. Sistem yang diterapkan pada dasarnya adalah sistem pencatatan berpasangan dengan basis akrual. Dengan sistem basis Murni akrual maka pembelian bahan habis pakai, sebagai contoh, dicatat sebagai aset yang selanjutnya baru diakui sebagai beban ketika bahan habis pakai tersebut telah teridentifikasi berubah karena misalnya penyerahan bahan habis pakai untuk kepentingan pemilik atau dipertanggungjawabkan melalui penghitungan fisik. c. Satu periode akuntansi adalah 1 tahun (1 Januari s.d. 31 Desember) yang dikelompokkan dalam dua belas periode bulanan. d. Sistem penghitungan kos produk berdasar pesanan (job order costing) digunakan karena UP. Samadya memproduksi produk berdasar pesanan atau membuat produk yang dirancang khusus untuk dipajang dan dijual. e. Pengeluaran-pengeluaran proses produksi diperlakukan sebagai kos yang merupakan komponen aset. Kos produksi (kadang lebih dikenal dengan terminologi ‘’biaya produksi’’) pembuatan mebel kayu dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu kos bahan baku langsung (KBBL), kos tenaga kerja langsung (KTKL), dan kos overhead pabrik (KOP). Pertama, yang termasuk KBBL adalah kayu, politur, dan amplas, sedangkan bahan baku lainnya diperlakukan sebagai bahan baku pembantu (BBP). Kedua, semua upah tukang diperlakukan sebagai
  • 4. 4 KTKL. Meskipun sebagian tukang juga setiap hari bertugas membersihkan ruang pabrik yang dapat dikategorikan sebagai kos tenaga kerja tidak langsung tetapi nilainya dipertimbangkan kecil dan menjadi satu rangkaian aktivitas yang tak terpisahkan dari kegiatan pembuatan produk mebel sehingga ditetapkan sebagai bagian dari kos tenaga kerja langsung (KTKL). Dengan demikian, tidak ada kos tenaga kerja tidak langsung (KTKTL) di UP. Samadya. Ketiga, kos overhead pabrik (KOP) meliputi semua kos produksi yang tidak dapat dikategorikan sebagai KBBL ataupun KTKL. Kos overhead pabrik (KOP) di UP. Samadya terdiri dari kos bahan baku pembantu (BBP), kos listrik pabrik, depresiasi peralatan pabrik, dan depresiasi gedung pabrik. f. Sistem pencatatan untuk persediaan (bahan baku, produk dalam proses, dan produk jadi) menggunakan sistem Prepetual dengan metode Identifikasi khusus (specific identification) untuk penentuan kos semua jenis persediaan. g. Penjumlahan menggunakan buku jurnal umum, dan pemindah-bukuan menggunakan buku besar tanpa disertai buku pembantu (subsidiary ledgers) dengan pertimbangan aktivitas bisnis di UP. Samadya relatif sederhana. h. Di setiap akhir bulan dibuat daftar saldo dan dilakukan pencatatan penyesuai bulanan (monthly adjusting entries), terutama terkait pengakuan beban bahan habis pakai yang merupakan beban operasional kantor dan koreksi kesalahan. i. Transaksi pembelian dilakukan secara tunai maupun kredit, sedangkan transaksi penjualan produk jadi dilakukan berdasar pesanan dengan sistem penerimaaan uang muka atau penjualan tunai. j. Laporan keuangan tahunan meliputi empat macam, yaitu laporan laba/rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi keuangan, dan laporan arus kas. Catatan atas laporan kuangan (CALK) tidak dibuat dengan pertimbangan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan sudah cukup jelas dan terutama digunakan oleh pemilik. Ketentuan dalam penyajian masing-masing macam laporan keuangan adalah sebagai berikut:
  • 5. 5  Laporan laba/rugi; Laporan ini disusun setiap tahun. Laporan laba/rugi menggunakan format bertahap yang terdiri dari laba bruto (penjualan bersih dikurangi kos produk terjual), laba bersih sebelum pajak (laba bruto dikurangi beban oprasional), dan laba bersih setelah pajak.  Laporan perubahan ekuitas; Laporan ini disusun setiap tahun. Laporan perubahan ekuitas di UP. Samadya disebut laporan perubahan modal karena semua ekuitas berasal dari setoran pemilik (modal) dan laba/rugi perusahaan pada akhirnya dipindah ke akun modal (melalui pencatatan penutup).  Laporan posisi keuangan; Laporan ini disusun setiap tahun. Laporan posisi keuangan di UP. Samadya disebut neraca (balance sheet) dengan ketentuan di sisi kiri menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, dan di sisi kanan menyajikan liabilitas (lancar dan jangka panjang) dan ekuitas (modal).  Laporan arus kas; Laporan ini disusun setiap bulan. Laporan arus kas terdiri dari tiga jenis aktivitas, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas keuangan. Tergolong sebagai aktivitas operasi diantaranya adalah penerimaan kas dari penjualan dari pengeluaran kas untuk transaksi pembelian, proses produksi, dan beban-beban operasional rutin, seperti misalnya beban gaji karyawan kantor, beban transportasi kantor, dan beban utilitas kantor. Tergolong sebagai aktivitas investasi diantaranya adalah penyetoran/penyerahan kas dari/ke pemilik, dan pembelian/penjualan aset tetap. Tergolong sebagai aktivitas keuangan terutama adalah pemerolehan pinjaman jangka panjang, pembayaran angsuran utang jangka panjang, dan pembayaran bunga utang jangka panjang. Arus kas dari aktivitas yang tidak dapat diklasifikasi sebagai aktivitas operasi ataupun aktivitas investasi diperlakukan sebagai aktivitas keuangan dengan pertimbangan dinamika aktifitas keuangan relatif statis. k. Pencatatan pembalik (reversing entries) tidak dilakukan karena perusahaan menerapkan prinsip ketelitian terhadap pencatatan terhadap transaksi-transaksi
  • 6. 6 di akhir periode yang dicatat dipencatatan penyesuai (adjusting entries) yang memiliki konsekuensi pencatatan di masa datang. l. Pencatatan akun sangat direkomendasikan menggunakan nama-nama akun yang terdapat di bagian akun (lihat Bagian C). B.2. Kebijakan Khusus Kebijakan khusus akuntansi di UP. Samadya disusun berdasar akun dan/atau kelompok akun dengan deskripsi sebagai berikut: 1. Kas; Akun Kas dibentuk untuk menampung transaksi-transaksi yang melibatkan kas, seperti misalnya uang tunai, cek, transfer via bank, dll. Penyetoran uang tunai atau cek ke bank maupun pengambilan uang tunai dari bank dipertimbangkan bukan merupakan transaksi karena semua jenis peristiwa bisnis tersebut ditampung di satu akun yang sama, yaitu akun Kas. 2. Piutang dagang: Akun Piutang dagang tidak dibentuk dengan pertimbangan transaksi penjualan dilakukan dengan penerimaan uang muka dan penerimaan kas paling lambat dilakukan ketika produk diserahkan ke pembeli/pelanggan. Jika dalam kondisi terpaksa terdapat piutang dagang maka hal tersebut ditampung di akun Aset lancar lain-lain. 3. Persediaan bahan baku: Akun Persediaan bahan baku (Persediaan BB) digunakan untuk menampung transaksi-transaksi baik yang terkait dengan bahan baku langsung (BBL) maupun bahan baku pembantu (BBP). Pencatatan dilakukan ketika bahan baku dibeli, ketika bahan baku diserahkan ke proses prouksi, dan ketika teridentifikasi mengalami penurunan nilai. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) pembelian bahan baku (Ilustrasi A) adalah sebagai berikut :
  • 7. 7 Ilustrasi A: 1 Mei UP. Samadya membeli bahan baku langsung (BBL) Rp4.000.000 dan bahan baku pembantu (BBP) Rp500.000 kredit. 01/05 Persediaan bahan baku Rp4.500.000 Utang dagang Rp4.500.000 Penyerahan bahan baku ke proses produksi dicatat sebesar kos bahan baku yang ditentukan menggunakan metode Identifikasi khusus. Pencatatan atas penyerahan bahan baku ke proses produksi mengikuti jenis bahan bakunya, BBL ataukah BBP. Ilustrasi pencatatan transaksi penyerahan bahan baku disajikan di pembahasan tentang persediaan produk dalam proses (lihat Ilustrasi C di halaman 8 dan ilustrasi F di halaman 10). Jika terjadi kerusakan atau penurunan nilai bahan baku maka kerusakan atau penurunan nilai diakui sebagai penambah kos produk terjual (KPT) dengan pertimbangan bahwa kerusakan/penurunan nilai bahan baku merupakan hal yang normal terjadi dalam proses produksi. Pengecekan nilai bahan baku dilakukan di akhir periode. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi kerusakan/penurunan bahan baku (Ilustrasi B) adalah sebagai berikut: Ilustrasi B: 31 Des UP. Samadya mengidentifikasi terjadinya penurunan nilai BBL dari kos senilai Rp900.000 menjadi Rp600.000 dan penurunan nilai BBP dengan kos Rp50.000 yang mengalami kerusakan total. 31/12 Kos produk terjual Rp350.000 Persediaan BB Rp350.000 4. Persediaan produk dalam proses; Akun Persediaan produk dalam proses (Persediaan PDP) dibentuk untuk menampung semua kos produk yang masih belum selesai proses produksinya. Kecuali di akhir periode tahunan (31 Desember), nilai kos persediaan PDP adalah semata sebesar kos bahan baku
  • 8. 8 langsung (KBBL) yang telah dimasukkan ke produksi karena pengakuan kos tenaga kerja langsung (KTKL) dan pembebanan kos overhead pabrik (KOP) dilakukan menjelang proses produksi selesai. Berikut ini ketentuan pencatatan masing-masing jenis kos dan ilustrasi pencatatannya. (a) Pengakuan kos bahan baku langsung (KBBL); KBBL secara langsung menambah nilai persediaan produk dalam proses (ditampung di akun Persediaan PDP). Pencatatan KBBL dilakukan ketika BBL diserahkan ke proses produksi. Dalam hal ini setiap penyerahan BBL ke proses produksi selalu dihubungkan dengan pengerjaan nomor pesanan tertentu. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) penyerahan BBL ke proses produksi (Ilustrasi C) adalah sebagai berikut: Ilustrasi C: 3 Mei UP. Samadya menyerahkan bahan baku langsung (BBL) Rp2.000.000 ke produksi terkait pengerjaan pesanan #123. 03/05 Persediaan PDP Rp2.000.000 Persediaan BB Rp2.000.000 (b) Pengakuan kos tenaga kerja langsung (KTKL); KTKL secara langsung menambah nilai persediaan produk dalam proses (ditampung di akun Persediaan PDP). Pencatatan KTKL ke akun Persediaan PDP lazim dilakukan ketika perusahaan membayar upah tukang menjelang proses produksi selesai. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi pengakuan KTKL (Ilustrasi D) adalah sebagai berikut: Ilustrasi D: 16 Mei UP Samadya membayar upah tukang Rp1.000.000 menjelang penyelesaian proses produksi pesanan #123.
  • 9. 9 16/05 Persediaan PDP Rp1.000.000 Kas Rp1.000.000 Menjelang akhir periode (30 Desember) perusahaan mengidentifikasi besaran KTKL terutang yang melekat di persediaan PDP yang akan disajikan di laporan posisi keuangan. Meskipun pembayaran upah baru akan di lakukan di periode berikutnya ketika proses produksi akan selesai tetapi perusahaan harus mengakui KTKL yang melekat di produk dalam proses akhir periode karena perusahaan menerapkan basis akrual. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi pengakuan KTKL terutang (Ilustrasi E) adalah sebagai berikut: Ilustrasi E: 30 Des UP. Samadya mengakui KTKL terutang Rp600.000 terkait pesanan #890 yang belum selesai. Sesuai kebijakan, semua jenis utang di pencatatan penyesuai ditampung di akun Utang dagang. 30/12 Persediaan PDP Rp600.000 Utang dagang Rp600.000 (c) Pengakuan kos overhead pabrik (KOP); KOP menambah persediaan produk dalam proses secara tidak langsung, yaitu melalui pencatatan dua tahap. Tahap pertama adalah pencatatan terhadap transaksi pengeluaran- pengeluaran proses produksi yang tergolong sebagai overhead pabrik ke akun Kos overhead pabrik, dan tahap kedua adalah pencatatan terhadap transaksi pembebanan/pengalokasian overhead pabrik ke persediaan PDP. Tahap Pertama:
  • 10. 10 Pada tahap pertama, yaitu pencatatan terhadap transaksi-transaksi pengeluaran produksi yang tergolong sebagai KOP ke akun Kos overhead pabrik, terdapat tiga macam transaksi yang terkait dengan KOP: (1) Pengakuan bahan baku pembantu (BBP); dicatat ketika BBP diserahkan ke proses produksi. Penyerahan BBP ke proses produksi lebih difungsikan untuk mengisi persediaan BBP yang menipis sehingga tidak dikaitkan dengan penyelesaian pesanan tertentu. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi penyerahan BBP ke proses produksi (Ilustrasi F) adalah sebagai berikut: Ilustrasi F: 10 Mei bagian gudang bahan baku UP. Samadya menyerahkan BBP Rp150.000 ke proses produksi. 10/05 Kos overhead pabrik Rp150.000 Persediaan BB Rp150.000 (2) Pengakuan listrik pabrik; dicatat ketika tagihan listrik diterima. Berhubung tagihan listrik meliputi listrik pabrik dan listrik kantor maka ditetapkan bahwa 90% dari tagihan digunakan untuk pabrik, dan sisanya 10% unuk kantor. Ketetapan ini dibuat setelah melakukan observasi lapangan. Ilustrasi pencatatan, khususnya penjurnalan, pengakuan tagihan listrik (Ilustrasi G) adalah sebagai berikut: Ilustrasi G: 15 Mei UP. Samadya menerima tagihan listrik Rp500.000 yang langsung dibayar tunai. 10/05 Kos overhead pabrik Rp450.000 Beban listik kantor Rp50.000 Kas Rp500.000
  • 11. 11 Khusus menjelang akhir periode (30 Desember) perusahaan mengakui pemakaian listrik selama Desember. Perusahaan melakukan pencatatan untuk mengakui utang. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi pengakuan utang listrik (Ilustrasi H) adalah sebagai berikut: Ilustrasi H: 30 Des UP. Samadya memperoleh informasi tagihan listrik Rp300.000 untuk bulan Desember yang baru akan diterima tagihannya di bulan Januari. Sesuai kebijakan akuntansi basis akrual, semua utang (termasuk utang KOP maupun beban listrik kantor) ditampung di akun Utang dagang. 30/12 Kos overhead pabrik Rp270.000 Beban listrik kantor Rp 30.000 Utang dagang Rp300.000 (3) Pengakuan depresiasi aset tetap pabrik: dicatat setiap bulan yang lazimnya satu hari sebelum tanggal terakhir suatu bulan. Terdapat dua tipe aset tetap pabrik di UP. Samadya yang didepresiasi, yaitu aset tetap gedung dan aset tetap peralatan. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) pengakuan depresiasi aset tetap pabrik (Ilustrasi I) adalah sebagai berikut: Ilustrasi I: 30 Mei UP. Samadya mengakui depresiasi peralatan pabrik Rp260.000 dan depresiasi gedung pabrik Rp140.000 untuk proses produksi di bulan Mei. 30/05 Kos overhead pabrik Rp400.000 Akum. Depr. Peralatan barik Rp260.000
  • 12. 12 Akum. Depr. Gedung pabrik Rp140.000 Tahap Kedua Pada tahap kedua pencatatan KOP, yaitu pencatatan terhadap transaksi pembebanan/pengalokasian KOP ke persediaan PDP, pembebanan KOP ke persediaan PP lazim dilakukan menjelang penyelesaian proses produksi suatu pesanan. Besaran KOP yang dibebankan/dialokasikan ke persediaan PDP ditetapkan 20% (dua puluh persen) dari kos tenaga kerja langsung untuk pesanan terkait. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi pembebanan KOP ke persediaan PDP (Ilustrasi J) adalah sebagai berikut: Ilustrasi J: 16 Mei UP. Samadya membebankan/mengalokasikan KOP ke produk dalam proses untuk pesanan #123 menjelang penyelesaian proses produksi. Diketahui KTKL untuk pesanan #123 sebesar Rp1.000.000 16/05 Persediaan PDP Rp200.000 Kos overhead pabrik Rp200.000 Khusus menjelang akhir periode (30 Desember) perusahaan mengidentifikasi besaran KOP yang harus dibebankan ke persediaan PDP yang akan disajikan di laporan posisi keuangan. Pencatatan ini diperlukan karena perusahaan menerapkan basis akrual dalam penyusunan laporan keuangan sehingga harus mengakui besarnya KOP yang telah melekat di
  • 13. 13 persediaan PDP akhir periode melalui proses pembebanan. Besaran pembebanan KOP mengikuti ketentuan yang berlaku, yaitu 20% dari KTKL yang diakui di persediaan PDP tersebut. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi pengakuan KTKL terutang (ilustrasi K) adalah sebagai berikut: Ilustrasi K: 30 Des UP. Samadya mengakui pembebanan/pengalokasian KOP ke persediaan produk dalam proses akhir periode pesanan #890. Diketahui, KTKL terutang untuk pesanan #890 sebesar Rp600.000. 30/12 Persediaan PDP RP120.000 Kos overhead pabrik Rp120.000 5. Persediaan produk jadi: Akun Persediaan produk jadi dibentuk untuk menampung produk yang telah selesai diproses. Dalam menetapkan tanggal pengiriman pesanan. Perusahaan menggunakan ketentuan ‘’produksi + 7 hari’’ yang artinya jika proses produksi adalah 30 hari maka tanggal pengambilan adalah 37 hari setelah akad dibuat yang ditandai dengan penerimaan uang muka. Dengan demikian, produk jadi dimasukkan ke gudang terlebih dahulu sebelum diserahkan ke pemesan. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi penyelesaian proses produksi (ilustrasi L) adalah sebagai berikut: Ilustrasi L: 17 Mei UP. Samadya menyatakan bahwa pesanan #123 dinyatakan selesai. Diketahui KBBL Rp2.000.000, KTKL Rp1.000.000, dan KOP dibebankan Rp200.000 17/05 Persediaan produk jadi Rp3.200.000 Persediaan PDP Rp3.200.000
  • 14. 14 Selanjutnya, pencatatan terhadap transaksi penyerahan produk jadi kepemesan/pembeli dilakukan dengan mengurangi akun Persediaan produk jadi sebesar kos produk dan menambah akun Kos produk terjual (sistem Perpetual). Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi penyerahan/penjualan produk jadi (ilustrasi M) adalah sebagai berikut: Ilustrasi M: 23 Mei UP. Samadya mengirimkan produk jadi pesanan #123 ke pemesan. Harga kesepakatan Rp4.500.000, dan pemesan menyerahkan uang muka Rp3.000.000 di awal akad tertanggal 1 Mei yang telah dicatat dengan tepat. Akad diselesaikan hari ini dengan menerima tunai Rp1.500.000. Diketahui, kos produk jadi Rp3.200.000 23/05 Uang muka pelanggan Rp3.000.000 Kas Rp1.500.000 Penjualan Rp4.500.000 Kos produk terjual Rp3.200.000 Persediaan produk jadi Rp3.200.000 6. Bahan habis pakai: Akun Bahan habis pakai kantor dibentuk untuk menampung transaksi-transaksi yang terkait dengan pembelian air mineral dalam kemasan (galon dan gelas), kardus, kertas, pena, amplop, dan alat tulis lainnya yang dimaksudkan mendukung kegiatan administrasi perkantoran UP. Samadya. Sistem pencatatan transaksi bahan habis pakai yang digunakan pada dasarnya adalah murni akrual dengan pendekatan konvensional, yaitu ketika
  • 15. 15 pembelian bahan habis pakai dicatat sebagai aset dan ketika bahan habis pakai digunakan/dikonsumsi tidak dlakukan pencatatan di akuntansi. Setiap akhir bulan dilakukan pencatatan penyesuai untuk mengakui besaran bahan habis pakai yang telah berubah menjadi beban. Jika terjadi penyerahan bahan habis sebesar kos bahan habis pakai, tidak diperlakukan sebagai transaksi penjualan produk. 7. Aset lancar lani-lain: Akun Aset lancar lain-lain dibentuk untuk menampung beragam jenis dana yang tidak dapat ditampung di akun-akun aset lancar yang telah tersedia. Akun ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya transaksi yang jarang tetapi dimungkinkan terjadi. Sebagai misal, cek yang diterima dari pelanggan ternyata kosong atau tidak cukup dananya (NSF – not sufficient fund) sehingga perusahaan terpaksa harus mengakui sebagai piutang dagang dan ditampung di akun aset lancar lain-lain ini. Demikian pula, dimungkinkan perusahaan menerima barang titipan (konsinyasi) untuk sementara waktu. Meskipun perusahaan berupaya untuk meminimalkan terjadinya transaksi tak terduga, pembentukan akun Aset lancar lain-lain dipertimbangkan perlu sebagai langkah antisipatif. 8. Aset tetap berwujud: terdapat tiga akun aset tetap berwujud yang dibentuk yaitu akun Tanah, akun Gedung, dan akun Peralatan yang semuanya terdiri dari aset tetap untuk kantor dan untuk pabrik, dan terdapat empat akun kontra aset tetap yang dibentuk, yaitu akun Akumulasi depresiasi gedung pabrik, Akumulasi depresiasi peralatan pabrik, Akumulasi depresiasi gedung kantor, dan Akumulasi depresiasi peralatan kantor. Peralatan terdiri dari beragam aset tetap berwujud, diantaranya mesin pabrik, perkakas pabrik, kendaraan, dan komputer. Depresiasi terhadap aset tetap yang difungsikan untuk pabrik dicatat di setiap menjelang akhir bulan yang lazimnya satu hari sebelum tanggal terakhir suatu bulan. Depresiasi aset tetap pabrik diperlakukan sebagai komponen kos overhead pabrik (KOP). Ilustrasi pencatatan pengakuan depresiasi aset tetap
  • 16. 16 pabrik telah disajikan di ketentuan khusus terkait dengan persediaan produk dalam proses (lihat ilustrasi I di halaman 11). Pencatatan atas depresiasi aset tetap yang difungsikan untuk kantor dicatat hanya di akhir tahun dalam rangka penyusunan laporan keuangan melalui pencatatan penyesuai. Depresiasi tersebut diperlakukan sebagai beban operasional. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi pengakuan depresiasi aset tetap kantor (Ilustrasi N) adalah sebagai berikut : Ilustrasi N: 31 Des. UP. Samadya mengakui depresiasi gedung kantor Rp5.000.000 dan peralatan kantor Rp3.000.000 31/12 Beban depr. Gedung kantor Rp5.000.000 Beban depr. Peralatan kantor Rp3.000.000 Akum. depr. gedung kantor Rp5.000.000 Akum. depr. Peralatan kantor Rp3.000.000 9. Utang bisnis; Akun Utang dagang dibentuk untuk menampung beragam jenis transaksi utang, diantaranya adalah transaksi pembelian secara kredit, utang upah tenaga kerja langsung untuk mengakui KTKL yang melekat di persediaan PDP akhir periode, utang listrik untuk mengakui KOP yang melekat di persediaan PDP akhir periode dan beban listrik kantor, utang gaji karyawan kantor, dan utang-utang beban lainnya yang lazim terbentuk selama pencatatan penyesuai tahunan. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi pengakuan utang gaji dan utang upah pada akhir periode (Ilustrasi O) adalah sebagai berikut. Ilustrasi O: 31 Des dalam rangka penyusunan laporan keuangan, UP. Samadya mengidentifikasi adanya utang gaji karyawan kantor Rp1.200.000 dan utang upah tukang untuk pengerjaan pesanan #998 dan #999 masing-masing Rp600.000 dan Rp700.000.
  • 17. 17 31/12 Persediaan PDP Rp1.300.000 Beban gaji kantor Rp1.200.000 Utang dagang Rp2.500.000 10. Uang muka dari pemesan; Akun Uang muka pelanggan dibentuk untuk menampung penerimaan kas atau bentuk dana lainnya dari pemesan yang dimaksudkan sebagai uang muka atau “tanda jadi” pemesanan mebel. Meskipun nama akun dimulai dengan terminologi “uang” tetapi akun ini merupakan elemen liabilitas yang menunjukkan sumber pemerolehan dana dengan ketentuan akan diselesaikan di waktu tertentu di masa datang. Akun Uang muka pelanggan menunjukkan adanya kewajiban UP. Samadya untuk menyelesaikannya di masa datang yang lazim berupa penyerahan produk sesuai pesanan. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi penerimaan uang muka dari pelanggan (Ilustrasi P) adalah sebagai berikut. Ilustrasi P: 1 Mei UP. Samadya menerima uang muka Rp3.000.000 sebagai tindak-lanjut akad pemesanan mebel dengan pesanan #123 23/05 Kas Rp3.000.000 Uang muka pelanggan Rp3.000.000 11. Utang pajak penghasilan; Akun Utang pajak penghasilan dibentuk untuk menampung utang pajak penghasilan badan yang baru diketahui di akhir periode. 12. Utang jangka panjang; Akun Utang bank dibentuk untuk menyajikan informasi tentang transaksi yang terkait dengan peminjaman uang dari bank dan angsurannya dengan jangka waktu pinjamanlebih dari satu tahun. Angsuran
  • 18. 18 terdiri dari pelunasan sebagian pokok pinjaman dan pembayaran bunga yang dilakukan setiap tanggal 29 atau akhir bulan. 13. Setoran dana dari pemilik; Akun Modal, Bp. Subur dibentuk untuk menampung transaksi-transaksi yang mencerminkan setoran dari pemilik (modal). Penyetoran dana yang diterima dimungkinkan meliputi berbagai jenis transaksi, diantaranya adalah penerimaan kas, penerimaan aset tetap, pengakuan beban, dan bahkan pelunasan utang UP. Samadyajika pelunasan dilakukan menggunakan dana pribadi bapak Subur sebagai pemilik. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi penyetoran dana dari pemilik (Ilustrasi Q) adalah sebagai berikut. Ilustrasi Q: 21 Agustus UP. Samadya menerima peralatan kantor berupa komputer baru Rp5.000.000 dan uang tunai Rp1.000.000 dari bapak Subur sebagai pemilik. 21/08 Peralatan Kantor Rp5.000.000 Kas Rp1.000.000 Modal, Bp. Subur Rp6.000.000 14. Pengembalian dana ke pemilik; Akun Prive, Bp. Subur dibentuk untuk menampung transaksi pengembalian dana ke pemilik. Pengembalian dana dapat beragam, diantaranya kas, bahan habis pakai kantor, bahan baku dan produk jadi. Jika pengembalian dana berupa bahan habis pakai maka dicatat sebesar kos, sedangkan jika berupa persediaan bahan baku atau produk jadi maka dicatat sebagai transaksi penjualan. Ilustrasi pencatatan, khususnya penjurnalan, transaksi pengembalian dana ke pemilik (Ilustrasi R) adalah sebagai berikut.
  • 19. 19 Ilustrasi R: 27 Agustus UP. Samadya menyerahkan bahan habis pakai dengan kos Rp1.000.000 ke Bp. Subur untuk kepentingan pemilik. 27/08 Prive, Bp. Subur Rp400.000 Bahan habis pakai kantor Rp400.000 15. Penghasilan usaha; Akun Penjualan dibentuk untuk menampung semua jenis transaksi penghasilan usaha, termasuk dari penjualan serpihan potongan kayu sebagai produk sisa. Terkait dengan penjualan serpihan potongan kayu, perusahaan menetapkan bahwa tidak ada kos produk terjual. Ilustrasi pencatatan, khususnya penjurnalan, transaksi penjualan serpihan kayu sebagai produk sisa (Ilustrasi S) adalah sebagai berikut. Ilustrasi S: 2 Agustus UP. Samadya menjual tunai Rp175.000 serpihan kayu. 2/08 Kas Rp175.000 Penjualan Rp175.000 Akun Pengurangan penjualan dibentuk sebaga akun kontra dari akun Penjualan jika perusahaan memberikan hadiah berupa keringanan ataupun potongan harga. Ilustrasi pencatatan, khususnya penjurnalan, transaksi pengurangan penjualan (Ilustrasi T) adalah sebagai berikut. Ilustrasi T: 14 Oktober UP. Samadya mentransfer Rp250.000 ke pelanggan Setia sebagai hadiah telah menjadi pelanggan selama 5 tahun. 14/10 Pengurangan penjualan Rp250.000 Kas Rp250.000
  • 20. 20 16. Kos produk jadi yang terjual; Akun Kos produk terjual (KPT) dibentuk untuk menyajikan besaran kos dari produk jadi yang telah terjual. Menggunakan sistem Perpetual, pencatatan di akun Kos produk terjual dilakukan seiring dengan penyerahan produk ke pemesan/pembeli 17. Beban gaji karyawan administrasi kantor; Akun Beban gaji kantor dibentuk untuk menampung transaksi-transaksi pengakuan gaji karyawan kantor.Upah tukang tidak dicatat di akun ini. Pengakuan beban gaji kantor dicatat ketika pembayaran gaji per tanggal 20. Ilustrasi pencatatan (Khususnya penjurnalan) transaksi pembayaran gaji kantor Ilustrasi U adalah sebagai berikut. Ilustrasi U: 20 Mei UP. Samadya membayar gaji karyawan kantor Rp2.000.000 20/05 Beban gaji kantor Rp2.000.000 Kas Rp2.000.000 Dalam rangka penyusunan laporan keuangan tahunan, pencatatan penyesuai diperlukan untuk mengakui beban gaji kantor yang terutang karena perusahaan menerapkan basis akrual untuk pengakuan beban-beban operasional kantor. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi pengakuan utang gaji karyawan kantor (Ilustrasi V) adalah sebagai berikut. Ilustrasi V: 31 Des UP. Samadya mengakui gaji karyawan kantor (21 Des. s/d 31 Des.) terutang Rp900.000. Sesuai ketentuan, semua utang beban ditampung di akun Utang dagang
  • 21. 21 31/12 Beban gaji kantor Rp900.000 Utang dagang Rp900.000 18. Beban listrik kantor; Akun Beban listrik kantor dibentuk untuk menampung transaksi-transaksi pengakuan beban listrik kantor. Pengakuan listrik pabrik tidak dicatat di akun ini. Pengakuan beban listrik kantor dilakukan ketika tagihan llistrik diterima. Besaran listrik kantor ditetapkan 10% dari tagihan listrik. Ilustrasi pencatatan transaksi pengakuan beban listrik kantor tersaji di Ilustrasi G (halaman 10). Selanjutnya, menjelang akhir tahun dilakukan pencatatan untuk mengakui beban listrik kantor yang terutang bersamaan dengan pengakuan KOP terutang dari pemakaian listrik pabrik (lihat Ilustrasi H, halaman 11). 19. Beban bahan habis pakai kantor; Akun Beban bahan habis pakai kantor dibentuk untuk menampung transaksi pengakuan beban bahan habis pakai yang dilakukan di setiap akhir bulan melalui pencatatan penyesuai bulanan. 20. Beban Transportasi; Akun Beban transportasi dibentuk untuk menampung transaksi penggunaan dana yang terkait dengan transportasi, diantaranya meliputi transaksi pembelian bahan bakar kendaraan yang langsung diakui sebagai beban (sistem Semi akrual), pembelian tiket perjalanan bisnis, dan pengiriman produk jadi ke pemesan. Beban transportasi diakui ketika pembelian bahan bakar ataupun ketika diterima tagihan. 21. Beban untuk kegiatan sosial; Akun Beban tanggung jawab sosial dibentuk untuk menyajikanbesaran sumbangan ke masyarakat di sekitar lokasi. 22. Beban depresiasi aset tetap kantor; Akun Beban depesiasi gedung kantor dan akun Beban depresiasi peralatan kantor dibentuk untuk menampung transaksi-transaksi pengakuan beban depresiasi aset tetap yang dimanfaatkan untuk kantor melalui pencatatan penyesuai tahunan. 23. Beban pajak pengahsilan badan; Akun Beban pajak penghasilan dibentuk untuk menyajikan besaran pajak penghasilan badan yang harus diakui satu
  • 22. 22 periode. Besaran utang pajak penghasilan badan mengikuti rekomendasi konsultan pajak, dan dicatat melalui pencatatan penyesuai tahunan. 24. Beban lain-lan; Akun Beban lain-lain dibentuk untuk menampung transaksi- transaksi pengakuan beban yang tidak tersedia akunnya dengan pertimbangan transaksi tersebut jarang terjadi dan/atau nilainya relatif kecil. Contoh transaksi yang ditampung di beban lain-lain adalah pengakuan kerugian yang disebabkan kerusakan bahan habis pakai, dan beban bunga atas utang jangka panjang. 25. Selisih KOP; Akun Kos overhead pabrik (KOP) dibentuk untuk menampung beragam jenis KOP yang sesungguhnya terjadi (sisi debet) dan untuk mencatat besaran KOP yang dibebankan ke produk. Pada akhir perriode akun KOP kemungkinan bersaldo debet atau bersaldo kredit Karena nilai KOP sesungguhnya (tersaji di sisi debet akun Kos overhead pabrik) lazim berbeda dari KOP yang dibebankan ke persediaan PDP (tersaji di sisi kredit akun Kos overhead pabrik). Saldo akun KOP mencerminkan adanya selisih. Selisih KOP dipindah ke akun Kos produk terjual melalui pencatatan penyesuai tahunan. Saldo debet akun KOP di daftar saldo percobaan mencerminkan KOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan KOP dibebankan sehingga dapat dinyatakan terdapat selisih merugikan (unfovarable) yang sifatnya menambah kos produk terjual. Sementara itu saldo kredit akun KOP di daftar saldo percobaan mencerminkan KOP sesungguhnya lebih kecil dibanding KOP dibebankan sehingga dapat dinyatakan terdapat selisih menguntungkan (favorable) yang sifatnya mengurangi kos produk terjual. Ilustrasi pencatatan (khususnya penjurnalan) transaksi pemindahan selisih kos overhead pabrik (Ilustrasi W) adalah sebagai berikut: Ilustrasi W: 31 Des UP. Samadya memindahkan selisih kos overhead pabrik ke kos produk terjual. Diketahui saldo akun Kos overhead pabrik di daftar saldo percobaan per 31 Desember berjumlah Rp290.000 bersaldo debet yang mengindikasikan KOP sesungguhnya lebih tinggi dibanding KOP dibebankan.
  • 23. 23 31/12 Kos produk terjual Rfp290.000 Kos overhead pabrik Rp290.000 26. Ikhtisar laba/rugi; akun Ikhtisar laba/rugi dibentuk sebagai akun kliring pada untuk menyajikan informasi besaran laba/rugi perusahaan.
  • 24. 24 C. Bagan Akun Berikut ini adalah daftar akun (chart of account) yang dibentuk UP. Samadya. KODE AKUN NAMA AKUN KODE AKUN NAMA AKUN Aset & akun kontra (k) 1-100 Kas 1-810 Gedung pabrik 1-200 Persediaan bahan baku 1-815 Akumulasi depresiasi gedung pabrik (k) 1-300 Persediaan PDP 1-820 Gedung kantor 1-400 Persediaan produk jadi 1-825 Akumulasi depresiasi gedung kantor (k) 1-500 Bahan habis pakai kantor 1-910 Peralatan pabrik 1-600 Aset lancar lain-lain 1-915 Akumulasi depresiasi peralatan pabrik (k) 1-700 Tanah 1-920 Peralatan kantor 1-925 Akumulasi depresiasi peralatan kantor (k) Liabilitas dan akun kontra (k): 2-100 Utang dagang 2-300 Utang pajak penghasilan 2-200 Uang muka pelanggan 2-400 Utang Bank Ekuitas & akun kontra (k): 3-100 Modal – Bp. Subur 3-150 Prive – Bp. Subur (k) Penghasilan & akun kontra (k): 4-100 Penjualan 4-150 Pengurangan Penjualan (k) Beban: 5-000 Kos produk terjual 5-400 Beban transportasi 5-100 Beban gaji kantor 5-500 Beban tanggungjawab sosial 5-200 Beban listrik kantor 5-600 Beban pajak penghasilan 5-300 Beban bahan habis pakai kantor 5-700 Beban depresiasi peralatan kantor 5-800 Beban depresiasi gedung kantor 5-900 Beban lain-lain Lain-lain: 9-100 Kos overhead pabrik 9-200 Ikhtisar laba/rugi
  • 25. 25 D. Data Akuntansi D.1. Daftar Saldo Awal Bulan – Periode Berjalan UP. Samadya Daftar Saldo Per 1 Desember 2015 Kode Nama Akun Debet Kredit 1-100 Kas Rp20.000.000 1-200 Persediaan bahan baku Rp1.000.000 1-300 Persediaan PDP Rp3.000.000 1-400 Persediaan produk jadi Rp7.000.000 1-500 Bahan habis pakai kantor Rp200.000 1-600 Aset lancar lain-lain Rp1.300.000 1-700 Tanah Rp82.000.000 1-810 Gedung Pabrik Rp180.000.000 1-815 Akumulasi depresiasi gedung pabrik Rp110.000.000 1-820 Gedung kantor Rp30.000.000 1-825 Akumulasi depresiasi gedung kantor Rp19.000.000 1-910 Peralatan pabrik Rp6.000.000 1-915 Akumulasi depresiasi peralatan pabrik Rp4.000.000 1-920 Peralatan kantor Rp4.000.000 1-925 Akumulasi depresiasi peralatan kantor Rp2.100.000 2-100 Utang dagang Rp900.000 2-200 Uang muka pelanggan Rp3.500.000 2-300 Utang pajak penghasilan -- 2-400 Utang bank Rp30.000.000 3-100 Modal – Bp. Subur Rp121.300.000 3-150 Prive – Bp. Subur Rp1.000.000 4-100 Penjualan Rp137.200.000 4-150 Pengurangan penjualan Rp1.200.000 5-000 Kos produk terjual Rp72.000.000 5-100 Beban gaji kantor Rp16.300.000 5-200 Beban listrik kantor Rp450.000 5-300 Beban bahan habis pakai kantor Rp700.000 5-400 Beban transportasi Rp800.000 5-500 Beban tanggung jawab sosial Rp900.000 5-600 Beban pajak penghasilan -- 5-700 Beban depresiasi gedung kantor -- 5-800 Beban depresiasi peralatan kantor -- 5-900 Beban lain-lain Rp50.000 9-100 Kos overhead pabrik Rp.100.000 9-200 Ikhtisar laba/rugi -- Total Rp428.000.000 Rp428.000.000
  • 26. 26 D.2. Ragam Transaksi SelamaPeriode Berjalan Berikut ini transaksi-transaksi di UP. Samadya selama bulan Desember 2015. (1) 1 Des. Mengirimkan pesanan #78 ke pelanggan. Proses produksi pesanan #78 telah diselesakan 25 November lalu dengan kos Rp1.600.000. Harga kesepakatan diketahui Rp2.100.000 dengan uang muka Rp1.000.000 diterima di awal 1 November. Penyelesaian sisa pembayaran diterima tunai hari ini. (2) 2 Des. Menerima pesanan pembuatan almari kayu dengan harga kesepakatan Rp6.500.000, uang muka diterima tunai Rp2.000.000. Akad dituangkan dalam dokumen pesanan #80. (3) 3 Des. Membeli tunai bahan baku langsung Rp2.000.000 dan bahan pembantu Rp400.000. (4) 4 Des. Menyerahkan bahan baku langsung (BBL) senilai Rp2.200.000 ke proses produksi untuk mengawali pesanan #80. (5) 5 Des. Menyerahkan bahan baku pembantu (BBP) Rp300.000 ke proses produksi untuk mengisi ketersediaan BBP yang menipis. (6) 5 Des. Melunasi utang dagang Rp900.000 untuk pembelian bahan habis pakai yang dibeli secara kredit di minggu terakhir bulan November. Pelunasan dilakukan melalui transfer bank. (7) 7 Des. Membayar upah tukan Rp2.000.000 terkait pesanan #79. (8) 8 Des. Membebankan kos overhead pabrik ke persediaan produk dalam proses (PDP) sesuai ketentuan untuk pesanan #79, yaitu sebesar 20% dari kos tenaga kerja langsung (KTKL) Rp2.000.000 (lihat transaksi 7 Des). (9) 9 Des. Menyelesaikan produk pesanan #79 dan memindahkan ke gudang produk jadi. Diketahui kos pesanan #79 adalah KBBL Rp3.000.000 (dari penyerahan bahan baku langsung ke proses produksi di bulan November yang mana nilai ini melekat sebagai persediaan produk dalam proses di awal bulan Desember), KTKL Rp2.000.000 (lihat transaksi 7 Des.) dan KOP Rp400.000 (lihat transaksi 8 Des).
  • 27. 27 (10) 10 Des. Menerima tagihan listrik Rp500.000 yang langsung dibayar dengan pengalokasian sesuai ketentuan, 90% untuk pabrik, dan 10% untuk kantor. (11) 10 Des. Membeli bahan habis pakai kantor Rp400.000 yang dibayar tunai. (12) 12 Des. Menjual tunai produk pajangan dengan harga jual Rp3.200.000. Diketahui kos produk pajangan Rp2.400.000. (13) 13 Des. Mengirimkan produk jadi pesanan #79 ke pemesan. Harga kesepakatan diketahui Rp6.000.000. Pelanggan telah membayar uang muka Rp2.500.000 di awal akad 20 November, dan sisanya diterima tunai hari ini. Kos produk pesanan #79 diketahui Rp5.400.000 (lihat transaksi 9 Des). (14) 13 Des. Mengirimkan bahan baku langsung Rp300.000 untuk tambahan penyelesaian pesanan #80 yang dimulai prosesnya tertanggal 4 Des. (15) 14 Des. Menyerahkan kas Rp500.000 dan 5 boks air minum dalam kemasan dengan kos Rp20.000/boks ke bapak Subur untuk kepentingan pemilik. (16) 15 Des. Membeli bahan baku langsung dengan total kos Rp2.500.000 yang dibayar tunai Rp1.800.000 dan sisanya kredit akan dilunasi akhir bulan ini. (17) 15 Des. Menyerahkan bahan baku langsung senilai Rp1.800.000 ke proses produksi untuk pembuatan seperangkat meja kursi yang dimaksudkan untuk dipajang. Proses produksi ini dituangkan dalam dokumen Pajangan #101. (18) 15 Des. Membayar upah tukang Rp2.500.000 terkait pesanan #80. (19) 15 Des. Membebankan kos overhead pabrik ke persediaan PDP sesuai ketentuan untuk pesanan #80. Kos tenaga kerja langsung diketahui sebesar Rp2.500.000 (lihat transaksi 15 Des. – transaksi no. 18). (20) 15 Des. Memindahkan produk jadi dengan pesanan #80 ke gudang produk jadi. Kos produk jadi diketahui Rp5.500.000 yang terdiri dari bahan baku langsung Rp2.500.000 (lihat transaksi 4 Des. Dan 13 Des. – transaksi no.4 dan 14), KTKL Rp2.500.000 (lihat transaksi 15 Des. – transaksi no. 18), dan KOP Rp500.000 (lihat transaksi 15 Des. – transaksi no. 19).
  • 28. 28 (21) 17 Des. Menerima tagihan Rp 600.000 yang langsung dibayar tunai terkait pembelian tiket kereta api untuk perjalanan Bp. Subur di minggu ini untuk kepentingan bisnis UP. Samadya. (22) 20 Des. Menyerahkan kas Rp300.000 untuk kebersihan lingkungan. (23) 20 Des. Membayar gaji karyawan kantor Rp2.600.000 melalui transfer bank. (24) 20 Des. Menerima pesanan pembuatan sofa dengan harga kesepakatan Rp5.500.000 yang dibayar tunai 60% sebagai uang muka. Pesanan dituangkan dalam dokumen proses produksi pesanan #81. (25) 20 Des. Membeli bahan baku langsung dengan kos Rp2.400.000 dan bahan baku pembantu Rp400.000 yang dibayar tunai. (26) 23 Des. Mengirimkan produk pesanan #80, dan menerima uang tunai dari pemesan sejumlah kekurangan yang harus dibayar pemesan sesuai akad tertanggal 2 Desember lalu (lihat transaksi no. 2). (27) 24 Des. Membeli bahan habis pakai senilai Rp300.000 secara kredit. (28) 24 Des. Membeli bahan bakar kendaraan Pertalite Rp150.000 (29) 26 Des. Menyerahkan BBL Rp2.500.000 ke produksi untuk pengerjaan pesanan #81 dan BBP Rp200.000 untuk pengisisan BBP yang menipis. (30) 28 Des. Membayar upah tukang Rp1.000.000 terkait penyelesaian proses produksi dengan dokumen Pajangan #101. (31) 28 Des. Membebankan kos overhead pabrik sesuai ketentuan terkait penyelesaian proses produksi dengan dokumen Pajangan #101 (32) 28 Des. Memindahkan produk yang selesai diproses produksi dengan nomor dokumen Pajangan #101 ke gudang produk jadi. (33) 29 Des. Menerima kas Rp500.000 dari bapak Subur sebagai setoran pemilik. (34) 29 Des. Menjual tunai mebel berupa almari dan rak kasur yang merupakan pajangan ke pelanggan Pidatos dengan harga Rp3.800.000. Diketahui kos produk tersebut total Rp3.000.000.
  • 29. 29 (35) 29 Des. Menerima pesanan dengan harga kesepakatan Rp7.000.000 yang diterima tunai 40% sebagai uang muka. Proses produksi tertuang di dokumen pesanan #82 yang akan dikerjakan di awal bulan januari. (36) 29 Des. Membayar Rp1.200.000 untuk angsuran utang bank dengan keterangan: pembayaran pokok pinjaman Rp700.000, dan sisanya untuk pembayaran bunga. (37) 29 Des. Membeli bahan habis pakai kantor berupa kertas, spidol, dan amplop senilai Rp200.000 secara tunai ke toko Rajin. (38) 30 Des. Mentransfer kas Rp.300.000 ke pelanggan Pitados yang membeli mebel tanggal 29 Desember. Penyerahan kas tersebut merupakan pengurangan harga dengan pertimbangan Pitados adalah pelanggan loyal. (39) 30 Des. Membeli peralatan pabrik dengan kos Rp3.000.000 yang dibayar 60% tunai, sisanya kredit. (40) 30 Des. Melunasi utang terkait transaksi pembelian bahan baku langsung pada tanggal 15 Des (41) 30 Des. Mengakui upah tukang Rp2.000.000 yang terutang untuk pengerjaan pesanan #81 dengan estimasi penyelesaian di minggu kedua bulan Januari. Sesuai ketentuan, upah akan dibayarkan menjelang penyelesaian proses produksi. Jumlah total upah yang harus dibayar menunggu sampai dengan proses produksi menjelang selesai. (42) 30 Des. Hasil konfirmasi diperoleh informasi dari penyedia jasa listrik bahwa tagihan listrik di bulan Desember sebesar Rp500.000 yang mana tagihan baru akan dikirimkan di bulan Januari ke para pelanggan. (43) 30 Des. Mengakui depresiasi peralatan pabrik Rp250.000 dan depresiasi gedung pabrik Rp.100.000 untuk Bulan Desember. (44) 30 Des. Membebankan kos overhead pabrik yang melekat di produk dalam proses dengan pesanan #81. Tarif pembebanan KOP adalah sesuai ketentuan, yaitu 20% dari KTKL atas produk pesanan yang terkait. KTKL yang terutang untuk pesanan #81 diketahui Rp2.000.000 (lihat transaksi no. 41).
  • 30. 30 D.3. Informasi Pencatatan Penyesuai Berikut ini beberapa informasi yang relevan untuk pencatatan penyesuai per 31 Desember 2015 dalam rangka penyusunan laporan keuangan. a) Selisih KOP harus ditindak-lanjuti sesuai ketentuan akuntansi yang berlaku. b) Gaji karyawan kantor yang terutang diketahui Rp800.000. c) Penghitungan fisik menunjukkan nilai bahan habis pakai kantor per 31 Desember 2015 diketahui senilai Rp300.000. Tidak ada indikasi bahan habis pakai yang rusak atau hilang. d) Hasil perhitungan menunjukkan bahwa depresiasi peralatan kantor Rp1.000.000, dan depresiasi gedung kantor Rp1.500.000. e) Konsultan menyebutkan bahwa pajak penghasilan yang terutang Rp1.350.000.
  • 31. 31 E. Penugasan 1. Jawablah sepuluh pertanyaan pendahuluan yang terdapat di lembar kerja. 2. Tulislah saldo masing-masing akun per 1 Desember 2015 di buku besar [Kertas Kerja A]. 3. Lakukan pencatatan (penjurnalan dan pemindah-bukuan) terhadap transaksi- transaksi di Desember 2015 [Kertas Kerja B dan A]. 4. Buatlah Daftar saldo percobaan per 31 Desember 2015 [Kertas Kerja C]. 5. Susunlah laporan laba/rugi untuk periode 1 Januari 2015 s/d 31 Desember 2015 [Kertas Kerja D dan A]. 6. Buatlah daftar saldo setelah penyesuaian per 31 Desember 2015 [Kertas Kerja E]. 7. Susunlah laporan laba/rugi untuk periode 1 Januari 2015 s/d 31 Desember 2015 [Kertas Kerja F]. 8. Lakukan pencatatan penutup (penjurnalan dan pemindah-bukuan) per 31 Desember 2015 [Kertas Kerja G dan A]. 9. Dengan catatan selama bulan Jan. 2015 s/d Nov. 2015 tidak terdapat transaksi penyetoran dana pemilik sehingga saldo akun modal di 1 Desember 2015 adalah sama besarnya dengan saldo akun Modal di awal periode 1 Jan. 2015, susunlah laporan perubahan ekuitas, dalam hal ini adalah laporan perubahan modal, untuk periode 1 Januari 2015 s/d 31 Desember 2015 [Kertas Kerja H]. 10. Susunlah laporan posisi keuangan (neraca) per 31 Desember 2015 [Kertas Kerja I]. 11. Susunlah laporan arus kas untuk periode 1 Desember 2015 s/d 31 Desember 2015 [Kertas Kerja J].