SlideShare a Scribd company logo
IMPLEMNTASI STRATEGI PENGALAMAN PENTING
PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AHLAK
DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PRILAKU BELAJAR
SISWA
(Studi di SDIT Al-Husna Tanjung Priok Jakarta)
Oleh :
Drs. H. Mokh Ya’kup,M.MPd
NIDN : 2103076201
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SHALAHUDDIN AL-AYYUBI JAKARTA
TAHUN 2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam dunia pendidikan dituntut lebih memberikan kontribusi yang nyata
dalam upaya meningkatkan kemajuan bangsa. Tidak hanya itu dunia pendidikan
dituntut untuk membentuk manusia yang berahlak mulia, kreatif, mandiri, dan
bertanggung jawab yang semua didasarkan atas ketaqwaan kepada tuhan Yang
Maha Esa. Hal itu senada dengan apa yangtertuang dalam undang-undang sistem
pendidikan nasional BAB II pasal 3 yang berbunyi :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
pesesrta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.1
Tidak hanya pendidikan secara nasional tetapi pendidikan Islam juga sangat
berperan dalam mengembangkan potensi manusia, dan dewasa ini pendidikan
Islam secara kuantitatif bisa dikatakan maju, hal ini bisa dilihat dari menjamurnya
lembaga pendidikan Islam, mulai dari sekolah kanak kanak hingga perguruan
tinggi Islam, baik yang dikelola swasta maupun yang dikelola pemerintah.
Kendati demikian secara kualitas pendidikan Islam masih harus terus berbenah
mencari format yang tepat untuk dikembangkan lagi sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman.
1
Undang-undang RI, Tentang System Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara,
2003),h. 6
2
Pendidikan agama Islam memang merupakan salah satu komponen wajib
dari isi kurikulum setiap jenjang pendidikan sebagai mana yang telah diisyaratkan
oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989.
Membangun masyarakat menjadi SDM yang berkualitas memang bukan
suatu pekerjaan yang mudah. Karena itu, faktor pendidikan merupakan tiang
pancang dalam hal ini. Bahwa pendidikan adalah salah satu aspek sosial budaya
yang berperan sangat strategis dalam pembinaan sebuah keluarga, masyarakat
danangsa. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah mesti dilaksanakan secara
sadar, sistematis, terarah dan terpadu.
Sebagai bentuk pendidikan yang berbasiskan agama, pendidikan Islam jelas
memiliki mata rantai tranmisi spiritual yang lebih nyata dalam proses
pengajarannya dibandingkan pendidikan umum. Karena itulah, pendidikan Islam
menanggung beban yang cukup berat, sebab harus memadukan unsur profane dan
imanen.
Dengan pemaduan ini diharapkan tujuan pendidikan Islam bisa terwujud,
Yakni melahirkan manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan. 2
Sebagai mana yang di katakan bahwa pendidikan adalah faktor yang yang
penting untuk mengembangkan SDM, maka sangat jelas bahwa pendidikan pada
dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya
manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar
mereka, secara detail seperti apa yang telah tercantum dalam undang-undang RI
No. 20 Tahun 2003 Bab 1, bahwa :
2
Hakimin, Jurnal Pendidikan Islam,( Balikpapan: STAI Balikpapan, 2009), h. 1-2
3
“Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar yang terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.”Dalam hal ini tentu saja diperlukan adanya pendidik yang
profesional terutama guru disekolah dasar, menengah, dan dosen
diperguruan tinggi.3
Pendidikan begitu pentingnya dalam kehidupan manusia, maka diatur
sedemikian rupa agar dapat membantu kehidupan manusia, semua hal dan
komponen yang berhubungan dengan pendidikan selalu diperhatikan dan
dipertimbangkan agar tercipta pendidikan yang bermutu mulai dari peserta didik,
pendidik, apa yang diajarkan sampai pada masalah sarana prasarana diatur
sedemikian rupa agar tidak ada cela dan cacat yang dapat membuat pendidikan
terganggu yang akhirnya tidak sesuai dengan harapan awalnya.4
Dalam sebuah pendidikan, banyak sekali hal hal yang sangat mempengarui
berhasil tidaknya suatu pendidikan itu, antara lain adalah proses belajar mengajar,
padahal selama ini salah satu yang dihadapi oleh pendidikan kita adalah lemahnya
proses pembelajaran, selama ini Sebagian besar pendekatan pendidikan di
sekolah-sekolah berpusat pada guru yang berarti semua mengarah pada guru.
Jika kita tinjau lebih jauh pada pendekatan tersebut siswa lebih banyak
mendengar, menghafal bahan-bahan yang diberikan oleh gurunya dan
mengulanginya pada waktu ujian. Hal ini akan mengakibatkan siswa menjadi
pasif. Proses belajar ini terkadang kurang memperhatikan perbedaan-perbedaan
individu siswanya. Karena guru hanya menuntut agar siswanya menerima semua
3
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002), h. 1
4
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, tt),
h. 30
4
materi yang disampaikan dan berhasil dalam ujian tanpa memperhatikan sisi lain
kebutuhan siswa.
Untuk mengaktualisasikan diri mengembangkan semua potensi yang
dimiliki, mengembangkan daya nalar dalam mengembangkan pengetahuan yang
diterima.5
Hasil dominan guru adalah siswa cenderung kurang semangat belajar atau
kurang motivasi belajar. Karena siswa akan belajar mengikuti instruksi dan
menyelesaikan sendiri sesuai dengan perintah-perintah guru. Bahkan siswa
cenderung menghafal pelajaran dengan baik untuk mendapatkan nilai yang
diharapkan.
Pada abad 20, teacher centered method tidak mampu lagi mendorong
motivasi siswa kepada tujuan-tujuan utama pendidikan yaitu :
"Kesanggupan berpikir secara kritis dan positif, perkembangan disiplin
diri, bekerja sama dengan orang lain secara efektif, bertanggung jawab diri
sendiri dan orang lain".6
Hasil dari dominasi guru atau teacher centered method yang sudah
disebutkan. Dan semua itu sangat berlawanan dengan tujuan utama pendidikan
diatas, yang terpenting dalam proses belajar mengajar adalah terciptanya suasana
belajar yang baik, tidak didominasi yang berlebihan dari pihak guru maupun
siswanya.
Selain pendekatan strategi dan strategi pembelajaran merupakan prinsip-
prinsip yang mendasari kegiatan dan mengarahkan perkembangan peserta didik
5
Hakimin, Jurnal Pendidikan Islam,( Balikpapan: STAI Balikpapan, 2009), h. 1-2
6
Koestoer Partowisastro, Dinamika Dalam Psikologi Pendidikan,(Jakarta:
Erlangga,1983), h.79
5
dalam proses pembelajaran memegang peranan penting dalam menciptakan mutu
pendidikan dan hasil belajar yang maksimal.7
Para ahli teori teori belajar telah mencoba mengembangkan berbagai cara
pendekatan sistem pengajaran atau proses belajar mengajar, berbagai sistem
pengajaran yang menarik akhir-akhir ini diantaranya adalah strategi pembelajaran
aktif.
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik
belajar secara aktif, ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang
mendominasi aktifitas pembelajaran dan mereka secara aktif menggunakan otak
baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, Memecahkan persoalan,
atau mengaplikasikan apa-apa yang baru mereka pelajari kedalam suatu persoalan
yang ada dalam kehidupan nyata.
Denganbelajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua
proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik, dengan
cara ini biasnya peserta didik akan meraskan suasana yang lebih menyenangkan
sehingga hasil belajar bisa dimaksimalkan.8
Dan untuk menyikapi fenomena yang ada, para praktisi pendidikan dan
khususnya para pemerintah telah berusaha untuk menghidupkan kembali aktifitas
pendidikan melalui cara-cara pendidikan yang betul-betul mencerdaskan dan
dapat dinikmati anak, dan dalam hal ini strategi pembelajaran aktif sangat
7
Melvin L Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusa
Media,2006), h. 02
8
Hisyam Zaini Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insane
Madani,2008), h. 26
6
diperlukan dalam oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang
maksimal.
Strategi critical incident ( Pengalaman Penting) adalah strategi untuk
mengaktifkan siswa sejak dimulainya pembelajaran yaitu strategi yang mana
siswa harus mengingat dan mendiskripsikan pengalaman masa lalunya yang
sesuai dengan topik materi yang disampaikan.9
Berdasarkan hasil observasi peneliti di SDIT Al-Husna Tanjung Priok
peran guru aqidah ahlak dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar masih
menggunakan metode campuran, yang lebih utamanya untuk menerangkan materi
didepan kelas menggunakan metode ceramah, lebih lanjutnya untuk lebih
memperjelas materi anak-anak saya suruh diskusi mengenai materi yang sulit
sehingga output hasil tidak begitu maksimal. Baik dari nilai maupun prilaku
siswanya.
Dengan adanya strategi tersebut dalam pendidikan agama Islam,
makapeneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “IMPLEMNTASI
STRATEGI PENGALAMAN PENTING PADA MATA PELAJARAN AQIDAH
AHLAK DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRILAKU BELAJAR SISWA
(Studi di SDIT Al-Husna Tanjung Priok Jakarta) Dalam pemilihan judul ini
dipunyai alasan-alasan sebagai berikut:
1. Pemilihan metode pembelajaran yang pas akan menghasilkan hasil belajar
yang baik pula sedangkan jika pemilihan metode yang terkesan pasif
mengakibatkan semangat dan nilai hasil belajar anak tidak maksimal
9
https://syaharuddin.wordpress.com/2008/04/25/mengurangi-kebosanan-siswa-melalui-
berbagai-metode-mengajar/ diakses pada tanggal 20 Oktober 2018 Jam 11.23
7
2. Guru mempunyai fungsi dan peran yang penting dalam memberikan
peningkatan prestasi belajar siswa.
3. Pendidikan aqidah ahlak jadi bekal bagi siswa dalam kehidupan sehari hari
dalam berprilaku sehingga mendapat perhartian khusus dalam metode yang
pas dalam hal ini metode pengalaman penting yang di terapkan.
B. Identifikasi Masalah
Setelah penulis mengemukakan latarbelakang alasan pemilihan judul maka
untuk mempertegas proses penelitian diperlukan adanya identifikasi masalah yaitu
sebagai berikut :
1. Kegiatan pembelajaran Aqidah ahlak belum sesuai dengan target hal ini
dilihat dari hasil akhir dan prilaku anak sehari haridi SDIT Al-Husna
2. Faktor Profesionalisme Guru
3. Faktor Daya tangkap dan ingat siswa
4. Faktor korelasi antara strategi penyampaian materi pembelajaran dengan
prestasi hasil belajar
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukan selanjutnya
supaya proses penelitian bersifat objektif maka peneliti melakukan
pembatasan masalah yakni seputar “Pengaruh strategi critical
8
incident(pengalaman penting) terhadap hasil belajar aqidah ahlak di SDIT Al-
Husna Tanjung Priok Jakarta Utara”.
Penelitian ini dilaksanakan di tempat kursus “SDIT Al-Husna” yang
berlokasi di Jl. Enggano No.1, RT.6/RW.8, Tj. Priok, Kota Jkt Utara, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 14310 pada tanggal 1 Agustus 2018s/d 30 Oktober
2018.
2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran aqidah
ahlak dengan menggunakan Strategi critical incident (pengalaman
penting) di SDIT Al-Husna?
b. Bagaimana aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran aqidah ahlak
dengan menggunakan Strategi critical incident (pengalaman penting) di
SDIT Al-Husna?
c. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum dan sesudah Strategi critical
incident (pengalaman penting) diterapkan pada mata pembelajaran
aqidah ahlak di SDIT Al-Husna ?
d. Adakah pengaruh Strategi critical incident (pengalaman penting)
terhadap hasil belajar siswa pada mata pembelajaran aqidah ahlak di
SDIT Al-Husna?
D. Tujuan dan Signifikasi Penelitian
9
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
aqidah ahlak dengan menggunakan Strategi critical incident (pengalaman
penting) di SDIT Al-Husna.
b. Untuk mengetahui aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran aqidah
ahlak dengan menggunakan Strategi critical incident (pengalaman
penting) di SDIT Al-Husna.
c. Untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah Strategi
critical incident (pengalaman penting) diterapkan pada mata
pembelajaran aqidah ahlak di SDIT Al-Husna.
d. Untuk mengetahui pengaruh Strategi critical incident (pengalaman
penting) terhadap hasil belajar siswa pada mata pembelajaran aqidah
ahlak di SDIT Al-Husna.
2. Signifikasi Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Dalam penelitian ini penulis berharap dapat memberikan
masukan-masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam penyediaan data yang ada kaitannya dengan Pendidikan Ilmu
Agama Islam Pada Siswa di SDIT Al-Husna Kel. Lagoa Kec. Koja
Jakarta Utara Dalam Strategi critical incident (pengalaman penting) di
SDIT Al-Husna.
b. Kegunaan Praktis
10
1) Untuk membangun pengalaman belajar yang baru bagi siswa
2) Agar siswa memperoleh informasi terbaru
3) Siswa dapat mengembangkan pikiran atau ide – ide baru.
4) Hasil penelitian ini guna untuk memenuhi tugas dan persyaratan untuk
laporan BKD Dosen
E. Sistematika Penulisan
Penelitian yang disusun ini, terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Bagian muka
Pada bagian muka ini, memuat halaman sampul, halaman judul,
halaman persembahan, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan, halaman motto, halaman kata pengantar, halaman abstrak,
halaman daftar isi, dan daftar tabel.
2. Bagian isi
Bagian ini terdiri dari:
BAB I: PENDAHULUAN, Meliputi : latar belakang masalah, indetifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan signifikasi
penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI : Meliputi Deskripsi Teori tentang : Strategi
critical incident (pengalaman penting). Hasil belajar, Kerangka Berfikir dan
Hipotesis
BAB III KERANGKA METODOLOGIS, meliputi : Metode Penelitian,
Populasi Sampel Dan Teknik Penarikan Sampel, Intrumen Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data Dan Teknik Analis Data.
11
BAB IV HASIL PENELITAN, Meliputi : Deskripsi Institusi, Deskripsi
Karakteristik, Responden, Penyajian Analis Data Dan Interpratasi Hasil
Penelitian.
BAB V PENUTUP, Meliputi: Kesimpulan Dan Rekomendasi
3. Bagian Akhir
Bagian akhir ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan
daftar riwayat pendidikan penulis.
12
BAB II
LANDASAN TEORI PENELITIAN
A. Deskripsi Teori
1. Pengalaman Penting (Strategi Critical Incident)
a. Latar Belakang Pengalaman Penting
Latar belakang dari munculnya Pengalaman Penting (Strategi Critical
Incident) adalah dari munculnya strategi pembelajaran aktif, pembelajaran aktif
itu sendiri berasal dari kata active artinya aktif dan learning yang artinya
pembelajaran.1
Menurut Melvin L silberman, belajar bukan merupakan konsekuensi
otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa tetapi belajar membutuhkan
keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat belajar itu aktif, siswa
melakukan sebagian pekerjaan belajar, mereka mempelajari gagasan-gagasan,
memecahkan berbagai masalah-masalah dan menerapkan apa yang mereka
pelajari. 2
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta
didik belajar secara aktif, ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka
yang mendominasi aktifitas pembelajaran.
Dengan mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide
pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa-
1
Sutrisno, Revolusi Pendidikan Di Indonesia, (Yogyakarta: Ar Ruzz, 2005), h. 32
2
Melvin L Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusa
Media, 2006), h. 9
13
apa yang baru mereka pelajari kedalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan
nyata.
Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam
semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik,
dengan cara ini biasnya peserta didik akan meraskan suasana yang lebih
menyenangkan sehingga hasil belajar bisa maksimal.3
Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Ketika peserta didik pasif, ada kecenderungan untuk cepat
melupakan apa yang telah diberikan. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk
mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak, agar otak
dapat memproses informasi yang baik, maka akan membantu kalau terjadi proses
refleksi secara internal. Jika peserta didik diajak untuk berdiskusi, menjawab
pertanyaan, atau membuat pertanyaan, maka otak mereka akan bekerja lebih baik
sehingga proses belajar mengajar dapat terjadi dengan lebih baik pula.4
Belajar aktif tidak dapat terjadi tanpa adanya patisipasi siswa, terdapat
berbagi cara untuk membuat proses pembelajaran yang mengakibatkan keaktifan
siswa dan mengasah ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Proses pembelajaran
dalam memperoleh informasi, keterampilan dan sikap akan terjadi melalui proses
pencarian dari diir siswa. Para siswa sebaiknya dikondisikan berada dalam suatu
bentuk pencarian dari pada suatu bentuk reaktif, yakni mereka mencari jawaban
terhadap pertanyaan baik yang dibuat oleh guru maupun yang ditentukan oleh
siswa sendiri, semua ini dapat terjadi ketika siswa diatur sedemikian rupa
3
Hisyam Zaini Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insane Madani,
2008), h. 26
4
Ibid., h. 27
14
sehingga berbagai tugas dan kegiatan yang dilaksanakan sangat mendorong
mereka untuk berfikir, bekerja, danmerasa. 5
Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, hisyam zaini
dalam strategi pembelajaran aktif menawarkan empat puluh empat cara strategi
pembelajaran aktif yang hampir dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran
salah satunya adalah Pengalaman Penting (Strategi Critical Incident).
b. Pengertian Pengalaman Penting
Pengalaman Penting (Strategi Critical Incident) yaitu suatu strategi yang
mana siswa harus mengingat dan mendiskripsikan pengalaman masa lalunya yang
menarik dan berhubungan serta berkaitan dengan pokok bahasan yang akan
disampaikan, lalu guru menyampaikan materi dengan menghubungkan
pengalaman yang dimiliki oleh siswanya. 6
c. Tujuan Pengalaman Penting
Setiap strategi pasti mempunyai tujuan masing-masing, adapun Tujuan dari
Pengalaman Penting (Strategi Critical Incident) ialah untuk melibatkan peserta
didik aktif sejak dimulainya pembelajaran dengan meminta peserta didik untuk
mengungkapkan pengalaman yang mereka miliki.7
Hal ini juga serupa dengan apa
yang di tulis Ahmad Sabri dalam bukunya strategi belajar mengajar dan micro
5
Sutrisno, op.cit., h. 93-94
6
http :/syaharuddin. Wordpress.com/2008/04/25/mengurrangi kebosanan siswa melalui
berbagai metode mengajar.htm (diakses tanggal 28 Oktober 2018 Jam 09.50 WIB)
7
Dede Rosyada, et. al., Pendidikan Kewargaan, (Jakarta: Prenada Media,2004 ), h. 25
15
teaching bahwa stratgi ini mempunyai tujuan untuk melihat siwa sejak awal
dengan melihat pengalaman mereka.8
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Pengalaman Penting
Pengalaman Penting (Strategi Critical Incident) dalam penerapannya
mempunyai langkah-langkah atau prosedur-prosedur yang harus dijalani, antara
lain :
1) Guru meminta siswa untuk mempelajari topik atau materi yang akan
dipelajari disekolah.
2) Guru menyampaikan kepada peserta didik topic atau materi yang akan
dipelajari dalam pertemuan hari ini.
3) Guru meminta kepada peserta didik untuk mengingat-ingat pengalaman
mereka yang tidak terlupakan yang sesuai dan berhubungan dengan materi
yang akan disampaikan.
4) Guru memberikan kesempatan beberapa menit kepada peserta didik untuk
berfikir tentang pengalaman mereka.
5) Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman mereka
yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan pada pertemuan
hari ini.
6) Guru menyampaikan materi dengan mengaitkan pengalaman-pengalaman
yang telah diungkapkan oleh peserta didik. 9
e. Kelebihan Dan Kekurangan Pengalaman Penting
Setiap metode ataupun strategi pasti mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing, begitu pula Pengalaman Penting (Strategi Critical
Incident) juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Strategi Critical Incident mempunyai kelebihan dan kekurangan antara
lain; strategi ini sangat cocok jika diterapkan untuk materi-materi yang bersifat
8
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Ciputat: Quantum
Teaching,2005), h. 122
9
Hisyam Zaini, et. al., op.cit., h. 2
16
praktis seperti materi sholat, tetapi strategi ini tidak cocok digunakan untuk materi
yang bersifat teoritis.10
Strategi ini juga mempunyai kelebihan yaitu untuk mengaktifkkan siswa
sejak dimulainya pembelajaran.11
Selain itu strategi ini baik digunakan untuk
tujuan pembelajaran yang mengajarkan peserta didik untuk lebih berempati,
strategi ini juga lebih baik digunakan untuk kelas dengan jumlah yang sedikit dan
tidak terlalu banyak agar siswa tidak malu untuk mengungkapkan
pengalamannya.12
2. Hasil Belajar Siswa
a. Pengertian hasil belajar
Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang hasil belajar, perlu
dirumuskan dengan jelas dari kata diatas, karena secara etimologi hasil belajar
terdiri dari dua kata, yaitu hasil dan belajar.
Menurut kamus bahasa Indonesia hasil adalah sesuatu yag ada (terjadi)
oleh suatu kerja, berhasil sukses.13
Sementara menurut R.Gagne hasil dipandang
sebagai kemampuan internal yang menjadi milik orang serta orangitu melakukan
sesuatu.14
Sedangkan pengertian belajar secara etimologis belajar belajar dari kata
“ajar” yang mendapat awalan ber- dan merupakan kata kerja yang mempunyai arti
berusaha memperoleh kepandaian.
10
http://ghufroon-nuddaroin.blogspot.com/2009/02/manajemen-pembelajaran.html.
(diakses pada tanggal 28 Oktober 2018 Jam 09.55)
11
Suwardi, Manajemen Pembelajaran, (Surabaya: Jp Books, 2007), h. 63
12
Dede Rosyada, et. al., loc. cit. h.29
13
Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rienika Cipta, 1996), h. 53
14
Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, (Jakarta:
Direktorrat Jendral Kelembagaan Islam, 2005), h. 46
17
Adapun secara terminologis anyak para pakar pendidikan yang
mendefinisikan belajar sebagaimana yang akan penulis uraikan dibawah ini;
Dalam bukunya “education psikologi” Ringtoon mendefinisikan belajar sebagai
suatu perubahan yang terjadi dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan,
kepandaian atau suatu proses pengertian. 15
Definisi tersebut menekankan pada aspek hasil dari suatu proses yaitu
adanya perubahan pola kepribadian yang baru. Perubahan tersebut merupakan
respons dari adanya stimulus yang diterima oleh seseorang, lingkup perubahan
tersebut meliputi semua aspek kepribadian yaitu kognnitif, afektif, dan
psikomotor.
Hampir sama dengan pengertian diatas slameto mengartikkan belajar
sebagai proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruan sebagai hasil dari
pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.16
Kemudian menurut James.O.Withaker mendefinisikan belajar sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman, disamping itu juga diartikan sebagai proses sebagian tingkah laku
melalui pendidikan atau lebih khusus melalui proses latihan.17
15
Winkell, Psikologi Pengajaran, ( Jakarta: Grafindo Persada,1991), h. 71
16
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempenggaruhinya, (Jakarta: Rieneka
Cipta,1991), h. 2
17
Dewi Ketut Sukardi, Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar,(Surabaya: Usaha
Nasioal,1983), h. 17
18
Dari beberapa definisi diatas terdapat 2 (dua) sudut pandang mengennai
pengertian belajar yaitu belajar sebagai suatu hasil dan juga dipandang sebagai
proses.
Bertolak dari definisi-definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam
belajar terkandung beberapa hal, yaitu:
a) Adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang mengalami
proses belajar.
b) Perubahan tersebut sebagai suatu hasil dari respons siswa terhadap
stimulus yang diterima, jadi harus dibedakan dengan perubahan yang tidak
dihasilkkan dari pengalaman.
c) Usaha-usaha yang dilakukan seseorang baik melalui latihan , pengalaman,
interaksi dan pengalamannya.
d) Lingkup perubahan tersebut meliputi aspek kognitif, afekti, dan
psikomotor.
Sebagai mana pengertian diatas bahwasanya belajar merupakan sebuah
proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku melalui tahap-tahap tertentu
yang disebut proses belajar.
Dari definisi yang telah dipaparkan diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa hasil belajar yaitu suatu hasil yang telah dicapai setelah mengevaluasi
proses belajar mengajar atau setelah mengalami interaksi dengan lingkungannya
guna memperoleh ilmu pengetahuan dan akan menimbulkan perubahan tingkah
laku yang relative menetap dan tahan lama.
19
b. Arti penting belajar
Belajar adalah fungsi utama dan vital bagi pendidikan, belajar
memainkkan peranan yang penting dalam mempertahankkan kehidupan, pada
umat manusia banyak sekali perubahan yang tedapat dalam diri manusia yang
bergantung pada belajar sehingga yang terdapat dalam diri manusia kembali pada
apa dan bagaimana ia belajar.
Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar sekelompok manusia
seperti hasil belajar pengetahuan dan teknologi tinggi yang digunakan untuk
membuat senjata pemusnah sesama umat manusia, kegiatan belajar tetap memiliki
arti penting, Karena belajar berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan
manusia.
Dalam perspektif agama, belajar adalah kewajiban bagi setiap muslim
dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya
meningkat.18
sesuai dengan firman Allah dalam surat Al- mujadalah ayat 11:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:”
berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakkan:”berdirilah
untuuk kamu, maka berdirilah, maka Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman diantara mu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.19
18
Ibid., h. 22
19
Departemen Agama, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Jawa Tengah: Mubarokatan
Toyyibah, tt), h .543
20
Selain itu Allah juga berfirman dalam surat Al- isra’ ayat 36:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kau tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya.sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan
hhati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.20
Karena itu yang dimaksud dalam hal ini adalah berupa pengetahuan yang
relevan dengan tuntutan zaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.
Untuk mencapai hasil belajar seperti diatas, kemampuan profesionalisme guru
sangat dituntut dan siswa dalalm proses belajarnya hendaklah memunculkan
pengalaman pengalaman baru yang positif yang mengembangkan aneka
kecakapan.
c. Ciri-ciri belajar
Adapu belajar ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
a) Disengaja dan bertujuan
b) Tahan lama
c) Bukan karena kebetulan
d) Bukan karena kematangan dan pertumbuhan”.
20
Ibid., h. 283
21
d. Jenis-jenis hasil belajar
Hasil belajar berupa prestasi belajar atau kinerja akademik yang
dinyatakan dengan skor atau nilai, pada prinsipnya pengungkapannya hasil belajar
ideal itu meliputi segenap rannah psikologis yang berupa akibat pengalaman dan
proses belajar.
Dalam tujuan pendidikan yang ingin dicapai kategori dalam bidang ini
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, ketiga aspek tersebut tidak dapat
dipisahkan karena sebagai tujuan yang hendak dicapai, dengan kata lain tujuan
pengajaran dapat dikuasai siswa dalam mencapai tiga aspek tersebut, dan
ketiganya adalah pokok dari hasil belajar, menurut “Taksonomi
Bloom”diklasifikasikan pada tiga tingkatan domain, yaitu sebagai berikut:
1) Jenis hasil belajar pada bidang kognitif.
Istilah kognitif berasal dari cognition yang bersinonim dengan kata
knowing yang berarti pengetahuan, dalam arti luas kognisi adalah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuaan. 21
Menurut para ahli psikologi kognitif, aspek kognitif ini merupakan
sumber sekaligus sebagai pengendali aspek-aspek yang lain, yakni aspek
afektif dan juga aspek psikomotorik.
Dengan demikian jika hasil belajar dalam aspek kogniitif tinggi
maka dia akan mudah untuk berfikir sehingga ia akan mudah memahami
dan meyakini materi-materi pelajaran yang di berikan kepadanya serta
mampu menangkap pelan-pelan moral dan nilai-nilai yang terkandung
21
Dewi Ketut Sukardi, op.cit., h. 22.
22
didalam materi tersebut. Sebaliknya, jika hasil belajar kognitif rendah
maka ia akan sulit untuk memahami materi tersebut untuk kemudian
diinternalisasikan Dalam dirinya dan diwujudkan dalam perbuatannya.
Jenis hasil belajar aspek kognitif ini meliputi enam kemampuan
atau kecakkapan antara lain:
a) Pengetahuan (knowladge).
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali
(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala,
rumus-rumus dan sebagainya.
b) Pemahaman (comprehension).
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan di ingat.
c) Penerapan atau aplikasi (aplication).
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerangkan atau
meggunakan ide-ide umum, tata cara, ataupun metode-metode,prinsip-
prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang
kongkrit.
d) Analisis (analysis).
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci attau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian dan
faktor-faktor yang satu dengan faktor yang lainnya.
e) Sintensis (syntensis).
23
Adalah suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau
unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang
berstruktur atau berbentuk pola baru.
f) Penilaian dan evaluasi (evaluation).
Adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap situasi, nilai atau ide atau kemampuan untuk mengambil
keputusan (menentukan nilai) sesuatu yang dipelajari untuk tujuan
tertentu.22
2) Jenis hasil belajar pada bidang afektif.
Aspek afektif berkenaan dengan perubahan sikap dengan hasil
belajar dalam aspek ini diperoleh melalui internalisasi, yaitu suatu proses
kearah pertumbuhan bathiniyah atau rohaniyah siswa, pertumbuhan terjadi
ketika siswa menyadari suatu nilai yang terkandung dalam pengajaran
agama dan nilai-nilai itu dijadikkan suatu nilai system diri “nilai diri”
sehingga menuntun segenap pernyataan sikap, tingkah laku dan perbuatan
untuk menjalani kehidupan.
Adapun beberapa jenis kategori jenis aspek afektif sebagai hasil
belajar adalah sebagai berikut :
a) Menerima (receiving)
Yaitu semacam kepekaan dalam menerima rancangan (stimuli) dari
luar yang datang dari siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala,
22
Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996), h. 50
24
dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus,
control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
b) Jawaban (responding)
Yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulisasi yang
datang dari luar, dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dan menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
c) Penilaian (valuing)
Yaitu berkenaan dengan nillai dan kepercayaan terhadap gejala
atau stimulus tadi, dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediaan
menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
d) Organisasi (organization)
Yaitu pengembangan nilai kedalam satu system organisasi,
termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan
kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk
dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari pada system
nilai.
e) Karakteristik (characterization)
Yaitu keterpaduan dan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang, yang mempengarui pola kepribadian, tingkah lakunya, disini
termasuk nilai dan karakteristiknya. 23
23
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Akasara 1995 ),
h.53-54
25
3) Jenis hasil belajar pada bidang psikomotor.
Aspek psikomorik berhubungan dengan keterampilan yang bersifat
fa’aliyah kongkrit, walaupun demikian hal itupun tidak terlepas dari
kegiatan belajar yang bersifat mental (pengetahuan dari sikap), hasil
belajar dari aspek ini adalah merupakan tingkah laku yang dapat diamati.
Adapun mengenai tujuan dari psikomotorik yang dikembangkan
oleh Simpson (1966-1967) sebagai berikut :
a) Persepsi.
Yaitu penggunaan lima panca indra untuk memperoleh kesadaran
dalam menerjemahkan menjadi tindakan.
b) Kesiapan.
Yaitu keadaan siap untuk merespon secara mental, fisik, dan emosional.
c) Respon terbimbing.
Yaitu mengembangkan kemampuan dalam aktifitas mencatat dan
membuat laporan.
d) Mekanisme.
Yaitu respon fisik yang telah dipelajari menjadi kebiasaan.
e) Adaptasi.
Yaitu mengubah respon dalam stimulasi yang baru.
f) Organisasi.
Yaitu menciptakan tindakan-tindakan baru. 24
24
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 82
26
e. Indikator hasil belajar
Indikator yang dijadikan tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses
belajar mengajar dikatakan berhasil, berdasarkan ketentuan kurikulum yang
disempurnakan, dan yang saat ini digunakkan adalah :
1) Daya serap terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan mencapai
prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
2) Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau intruksional khusus
(TIK) telah dicapai siswa baik secara individu maupun secara kelompok.25
f. Tingkat keberhasilan
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, masalah
yang dihadapi ialah sampai ditingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah
dicapai, sehubungan dengan hal inilah keberhasilan belajar dibagi menjadi
beberapa tingkatan atau taraf, antara lain sebagai berikut :
1) Istimewa/ maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang telah diajarkan
dapat dikuasai siswa.
2) Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% sd 99%) bahan pelajaran
yang telah dipelajari dapat dikuasai siswa.
3) Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang telah diajarkan hanya (60%
sd 75%) dikuasai siswa.
4) Kurang : apabila bahan pelajaran yang telah diajarkakn kurang dari 60%
yang dikuasai siswa.26
25
Muhammad Uzer Ustman, Upaya Optimamlisasi Kegiatan Belajar Mengajar,
(Bandung,:Remaja Rosydakarya, 1993), h. 3
27
Dengan melihat data yang terdapat dalam daya serap siswa dalam
pelajaran dan presentasi keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut, dapat
diketahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa
dan guru.
g. Penilaian
Penilaian merupakan suatu proses kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, ddan menafsirkkan data tentang proses dan hasil belajar siswa,
kegiatan penilaian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kemampuanbelajar
siswa setiap waktu.
Oleh sebab itu penilaian harus dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.27
Hasil proses penilaian itu dijadikakn sebagai bahan pertimbangan bagi
guru apakah siswa perlu diberikan pengayaan atau remedial, kalau seseorang
mengidentifikasikan kemampuan yang lebih maka bisa diberikan pengayaan,
sedangkkan seorang siswa yang belum menunjukkan hasil belajar seperti yang
diharapkan maka perlu diberikan remedial, pemberian remidial diberikan untuk
indicator hasil belajr yang dikuasai siswa.
Dalam penilaian ada beberapa kriteria atau hal-hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :
26
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar,( Jakarta : Rieneka Cipta,1996),h. 121
27
Farida Rahim, Pengajaran Membaca Disekolah Dasar(Jakarta :Bumi Aksara,2005), h.74
28
1) Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
2) Penilaian menggunakan berbagai cara, misalnya : observasi, wawancarra,
konferensi (pertemuan), portofolio, tes dan mengajukan pertanyaan.
3) Tujuan penilalian terutama dimaksudkan untuk memberikan umpan balik
kepada siswa, memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat
kemajuan (keberhhasilan) belajarnya, dan memberikkan laporan kepada
orang tuanya.
4) Alat penilaian harus mendorong siswa untuk menggunakan penalaran
dan membangkitkan keaktifan siswa.
5) Penilalian harus dilalukan berkelanjutan, agar kemajuan belajar siswa
bisa dimonitor terus menerus.
6) Penilaian harus bersifat adil,setiap siswa mendapatkan kesempatan yang
sama untuk meningkatkan kemampuannya.
h. Faktor-faktor yang mempengarui hasil belajar
Dalam belajar membutuhkan adanya kemampuan untuk berprestasi yang
memuaskan, adanya rangsangan-rangsangan yang membentuk minat belajar dan
adanya daya serap masing-masing siswa, kesemuanya itu perlu adanya yang
mendorong atau yang mempengaruinya.
Belajar merupakan suatu aktifitas yang dipengarui oleh banyak fafktor,
Karena hasil belajar merupakan bukti keberhasilan seseorang dalam belajar,maka
29
faktor yang mempengarui belajar akan mempengarui juga hasil belajar yang
dicapai oleh seseorang.
Faktor-faktor yang mempengarui hasil belajar banyak sekali macamnya,
namun demikian faktor tersebut dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, faktor
internal, faktor eksternnal, dan faktor pendekatan belajar.28
1) Faktor internal siswa.
Yang dimaksud dengan faktor internal siswa adalah faktor yang
menyangkut seluruh pribadi, termasuk fisik, maupun mental dan
psikologinya, yang ikut menentukan hasil belajar siswa .
Dalam membicarakan faktor internal meliputi 3 macam yakni :29
a) Faktor fisiologis.
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,dapat
mempengarui intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran,30
orang yang
dalam keadaan sehat jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang
yang kondisi fisiknya lemah.
Faktor jasmaniyah terdiri dari dua macam, yaitu:
i. Faktor kesehatan.
Sehat berarti dalam keadaan baik dalam segenap badan beserta
bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat,
kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
28
Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan,(Bandung :Remaja Rosdakarya,2008), h. 132
29
Slameto,Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka
Cipta,1991), h. 54
30
Muhibbin Syah, loc. cit.
30
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehhatan seseorang
terganggu,sellain itu ia akan cepat lelah,kurang bersemangat, mudah
pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah atupun ada gangguan-
gangguan lainnya.
Agar seseorang dapat belajar denggan baik haruslah mengusahakan
kesehatan badannya tettap terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketentuan-ketentuan ttentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,
olahraga, rekreasi dan ibadah.
ii. Faktor cacat tubuh.
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu bisa berupa buta,
setengah buta, tuli, setengah tuli, patah tulang dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar, siswa yang cacat
belajarnya juga terganggu, jika hal ini terjadi,hendaknya ia belajar pada
lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat
menghindari atau mengurangi pengaruh kecatatannya itu. 31
iii. Faktor psikologis.
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengarui kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa.
Namun diantara faktor-faktor siswa yang dipandang lebih esensial
itu adalah sebagai berikut :
a. Intelegensi siswa.
31
Slameto, loc. cit.
31
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan secara tepat (reber: 1988), dalam intelegensi terdiri dari 3
(tiga) jenis kecakapan, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan
menyelesaikan sesuatu kedalam sesuatu yang baru dengan cepat dan
efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara
efektif, mengetahi relasi dan mempelajari dengan cepat.
Kecerdasan seseorang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar,
dalam situasi yang sama anak-anak yang mempunyai intelegensi yang
tinggi akan lebih berhasil dan anak-anak yang mempunyai intelegensi
yang rendah akan lamban.
Anak-anak yang mempunyai IQ 90-100 dapat dikategorikan
normal, sedangkan yang mempunyai IQ 110-140 tergolong cerdas, dan IQ
kurang dari 90 tergolong lemah mental yang biasanya digolongkan anak
dekil, embisil dan idiot.32
b. Sikap siswa.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi internal yang berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency)
dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang dan
sebagainya, baik secara positif maupun secara negative. Sikap siswa juga
dapat mempengarui belajar siswa, sikap (attitude) siswa yang positif dalam
32
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar,(Jakarta: Rieneka Cipta,1991), h. 78
32
mengikuti pembelajaran akan mengakibatkan siswa mudah untuk
memahami materi pelajaran.
c. Perhatian.
Perhatian menurut gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,
jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau
sekumpulan obyek.33
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik maka
siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika
bahan pelajaran tidak menarik perhatian siswa makka akan menimbulkan
kebosanan yang mengakibatkan siswa malas belajar.34
d. Minat siswa.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang,
dipperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar
penggaruhnya terhadap belajar, karena jika bahan pelajaran yang
diberikkan tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya.35
e. Bakat siswa.
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: “the capacity to
learn”, dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar.
Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar atau berlatih, orang yang berbakat mengetik, misalnya
33
Muhibbin Syah, op. cit., h. 135
34
Slameto, op. cit., h. 56
35
Ibid., h. 57
33
akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang
lain yang kurang berbakat di bidang itu.
Dari uraian diatas jelaslah bakat itu mempengaruhi belajar,jika
bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajarnyya lebih baik karena ia senang belajar dan selanjutnya pastilah ia
lebih giat dalam belajar. 36
f. Motivasi siswa.
Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan
suatu pekerjaan. Yang bisa berasal dari dalam atau juga dari luar. Motivasi
yang berasal dari Dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari
hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu, atau
dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang
yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan
yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya orang tua, guru, teman
dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi yang
kuat , akan melaksanakan semuau kegiatan belajarnya dengan sungguh-
sungguh, penuh gairah atau semangat,sebaliknya, belajar dengan motivasi
yang lemah maka akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas
yang berhubungan dengan pelajaran.37
g. Kematangan.
Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
36
Ibid., h. 58
37
Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1997), h. 57
34
keccakapan baru, kematangan belum berarti anak bisa melakukan sesuatu
secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dal pelajaran.
Dengan kata lain anak yang siap (matang) belum dapat melaksanakan
kecakapannya sebelum belajar. Belajar akan lebih jika anak sudah siap
(matang). 38
h. Kesiapan.
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi,
kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berrhubungan
dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses
belajar , karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka
hasil belajarnya akan lebih baik. 39
iv. Faktor kelelahan.
Kelelahan pada seseorang walalupun sulit dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh, kelelahan jasmani terjadi karena
terjadi kekaccauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah
kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang,
kelelahan ini dapat terjadi jika terus menerus memikirkan masalah yang dianggap
38
Slameto, loc. cit.
39
Ibid., h. 59
35
berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang sama dan tidak bervariasi, dan
mengerjakkan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.
Dan faktor kelelahan juga sangat mempengaruhi hasil belajar karena jika siswa
sudah lelah maka ia tidak akan semangat dalam belajar. 40
2) Faktor eksternal siswa.
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua
macam, yakni: yakni faktor sosial dan faktor non sosial.
a) Faktor lingkungan sosial.
Yang dimaksud dengan faktor lingkungan sosial adalah seperti
para guru, staf adminisrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa, para guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku
yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik khususnya
dalam hal belajar dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan
belajar siswa.
Selanjutnya yang termasuk dalam lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dengan tetangga, dan juga teman-teman sepermainan di
lingkungan siswa tersebut, lingkungan kumuh yang serba kekurangan akan
mempengaruhi aktivitas belajar mereka.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua,
praktik penegelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi
40
Ibid. h.60
36
keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik atupun
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.41
b) Faktor non sosial.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial antara lain,
ialah: keadaan udara, suhu udara,cuaca, waktu (pagi, siang dan malam),
tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar
(seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat peraga).Selama ini faktor-faktor
diatas sangat mempengarui hasil belajar siswa.42
c) Faktor pendekatan belajar.
Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan
siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses
pembelajaran materi tertentu, dan selain faktor internal dan faktor
eksternal, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf
keberhasilan belajar siswa tersebut.43
Dari uraian diatas kita dapat melihat bahwa banyak sekali faktor-faktor yang
mempengarui hasil belajar siswa, jadi hasil belajar itu merupakan hasil dari
interaksi adanya berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun
dari luar siswa .
41
Muhibbin Syah, op. cit., h. 137-138
42
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008), h.233
43
Muhibbin Syah, op. cit., h. 139
37
3. Pendidikan Aqidah-Akhlak
a. Pengertian Pendidikan Aqidah-Akhlak
Dalam bukunya tentang Reorientasi Pendidikan Islam, A. Malik Fajar
mengatakan bahwa: "Pendidikan adalah salah satu proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin
dengan lingkungannya, dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam
dirinya yang memungkinkan berfungsinya secara kuat dalam kehidupan
bermasyarakat".44
Istilah pendidikan itu sendiri yaitu berasal dari terjemahan bahasa Yunani
paedagogie yang berarti pendidikan dan paedagogia yang berarti pergaulan
dengan anak-anak. Sementara itu, orang yang tugasnya membimbing atau
mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos.
Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing,
memimpin).45
Dalam khazanah Islam, setidaknya ada tiga istilah yang berhubungan
dengan makna pendidikan. Tiga istilah itu yaitu:46
a. Ta’lim
Kata ini mengandung pengertian proses transfer seperangkat pengetahuan
kepada anak didik. Konsekwensinya, dalam proses ta’lim ranah kognitif
44
A. Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), 27.
45
Ibid. h.28
46
Ahmad Munjin & Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), h 4.
38
selalu menjadi titik tekan sehingga ranah kognitif menjadi lebih dominan
dibanding dengan ranah psikomotorik dan afektif.
b. Ta’dib
Kata ini merujuk pada proses pembentukan kepribadian anak didik. Ta’dib
merupakan masdar dari addaba yang dapat diartikan kepada proses
mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak
atau budi pekerti peserta didik.
c. Tarbiyah
Kata tarbiyah memiliki arti mengasuh, bertanggung jawab, member
makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, menumbuhkan dan
memproduksi serta menjinakkan, baik yang mencakup aspek jasmaniah
maupun rohaniah. Makna tarbiyah mencakup semia aspek, yaitu aspek
kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik secara harmonis dan
integral.
Maka, pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai suatu proses sistem
pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh anak
didik dengan berpedoman pada ajaran Islam. Kata Islam dalam pendidikan Islam
menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwana Islam,
pendidikan yang Islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam.
Jadi, pendidikan agama Islam yaitu suatu usaha yang berupa pengajaran,
bimbingan dan pengasuhan terhadap anak agar kelak saat selesai proses
pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam
39
serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan baik pribadi maupun kehidupan
masyarakat.
Adapun Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai
rohmat bagi alam semesta. Ajaran-ajarannya selalu membawa kemaslahatan bagi
kehidupan manusia di dunia ini. Di dalam agama Islam, banyak sekali ajaran-
ajaran yang terbagi dalam sub-sub bagian, yang salah satunya yang akan kita
bahas pada penelitian ini yaitu Aqidah Akhlak.
Aqidah adalah bentuk jamak dari kata Aqaid yaitu beberapa perkara yang
wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Aqidah adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan
akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati dan
menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Aqidah dalam Al-Qur’an dapat di jabarkan dalam surat (Al-Maidah, 5:15-
16)
“Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan,
dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan”*“Dengan
kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya
ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan
orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”
40
Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari
bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua
yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan
Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,
memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan
hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti
pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani
mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida
dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya.
Mata pelajaran aqidah akhlak adalah sub mata pelajaran pada jenjang
pendidikan dasar yang membahas ajaran agama Islam dalam segi aqidah dan
akhlak. Mata pelajaran aqidah akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran
pendidikan agama Islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar
memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam serta bersedia
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari
b. Tujuan dan Fungsi Aqidah-Akhlak
Aqidah Akhlak sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi
seorang muslim akan memiliki fungsi dan peranan yang sangat besar dalam
hidupnya.
Bidang situdi aqidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang
41
terpuji, melalui pemberian dan pemupukkan pengetahuan, penghayatan,
pengalaman peserta didik tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt, serta berakhak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Di dalam bidang studi aqidah akhlak fungsinya adalah:
1) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan
didunia dan akhirat.
2) Pengembangan keimanan dan ketakawaan kepada Allah swt., serta akhlak
mulia peserta didik seoptimal mungkin yang mulai ditanamkan
dilingkungan keluarga.
3) Penyesuaian mental dan peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial
melalui aqidah akhlak.
4) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
5) Mencegah peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari
budaya asing yang akan dihadapinya sehari-sehari. 47
B. Kerangka Berfikir
Strategi pembelajaran adalah suatu hal yang penting didalam sebuah
proses belajar mengajar dan untuk saat ini dalam pembelajaran yang dibutuhkan
47
https://www.wawasanpendidikan.com/2014/11/tujuan-dan-fungsi-pembelajaran-
aqidah.html (diakses pada tanggal 28 Oktober 2018 Jam 11.10WIB)
42
adalah strategi-strategi yang bisa membuat siswa aktif dalam mengikuti semua
proses belajar mengajar, dan salah satu strategi yang bisa mengaktifkan siswa
adalah Strategi critical incident (pengalaman penting) yaitu strategi yang mana
siswa diminta untuk mengingat-ingat pengalamannya yang berhubungan dengan
materi-materi yang dipelajari kemudian siswa disuruh untuk mengungkapkan
pengalamannya tersebut, dengan adanya strategi ini siswa dituntut untuk selalu
belajar dari segala yang telah mereka lakukan.
Dengan adanya pengalaman yang dimiliki siswa maka mereka akan lebih
mudah ketika menangkap pelajaran yang dipelajari, begitu juga ketika mereka
harus mendemonstrasikan materi-materi yang telah mereka pelajari. Dan dengan
adanya kemudahan siswa dalam menerima dan menagkap materi pelajaran maka
secara tidak langsung juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Adapun skema alur berfikir yang penulis sampaikan yakni :
IMPLEMNTASI STRATEGI PENGALAMAN PENTING PADA MATA
PELAJARAN AQIDAH AHLAK DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRILAKU
BELAJAR SISWA (Studi di SDIT Al-Husna Tanjung Priok Jakarta)
PENGALAMAN PENTING
GURU
SISWA SDIT AL-HUSNA TANJUNG PRIOK
HASIL BELAJAR
AQIDAH AHLAK
43
C. Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua kata “hypo” yang artinya “dibawah” dan “thera”
yang artinya “kebenaran” yang kemudian cara penulisannya disesuaikan dengan
ejaan bahasa Indonesia menjadi hipotesa dan berkembang menjadi hipotesis.
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul48
Sedangkan menurut sutrisno hadi, hipotesis adalah dugaan yang mungkin
benar mungkin salah, ditolak bila salah dan diterima bila fakta- fakta
membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis sangat tergantung pada
hasil penelitian terhadap fakta- fakta yang ditimbulkan49
Adapun hipotesis dalam
penelitian ini:
Ha : Hipotesa alternatif yang menyatakan adanya hubungan antara variable
X dan Y.50
Yaitu antara Pengaruh strategi critical incident (pengalaman penting)
terhadap hasil belajar aqidah ahlak di SDIT Al-Husna Tanjung Priok Jakarta
Utara.
Ho : Hipotesa Nol, yang menyatakan tidak adanya hubungan antara
variable X dan Y.51
Yaitu antara Pengaruh strategi critical incident (pengalaman
penting) terhadap hasil belajar aqidah ahlak di SDIT Al-Husna Tanjung Priok
Jakarta Utara.
48
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 71
49
Sutrisno Hadi, Prosedur Reseach I (Yogyakarta: Andi Offest, 1980), h. 63
50
Suharsimi Arikunto, loc.Cit, h. 73
51
Ibid, h. 74
44
BAB III
KERANGKA METODOLOGI
A. Metode Penelitian
Secara etimologis Metode berasal dari bahasa yunani yakni “methodos”
yaitu cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode penelitian
menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek penelitian.
Dalam pengertian yang luas metodologis berarti proses dan prinsip-prinsip
yang dipakai dalam mendekati persoalan dan kita harus mencari jawabannya.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif. Penelitian kuntitatif adalah penelitian yang pada dasarnya
menggunakan pendekatan deduktif, artinya pendekatan yang berangkat dari suatu
kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan
pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan beserta
pemecahan yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam
bentuk dukungan data empiris di lapangan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survey dengan
pendekatan kuantitatif deskriftif artinya penelitian dengan cara memaparkan,
menuturkan dan mengumpulkan data kemudian menyusun, mengklasifikasi dan
menganalisanya. Dengan menggunakan metode survey, pendekatan kuantitatif
deskriftif ini diharapkan data yang diperoleh akan lebih lengkap, lebih mendalam
dan dapat dipercaya sehingga tujuan penelitian yang dilaksanakan di SDIT Al-
Husna dapat dicapai dengan baik.
45
B. Populasi dan Sampel dan Teknik Penarikan Sample
Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa,
atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi
target kesimpulan dari hasil penelitian.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDIT Al-
Husna berjumlah 30 orang.
Adapun teknik penarikan sampel karena jumlah populasi di bawah 100
orang, maka penulis mengambil keseluruhan dari remaja pria di wilayah tersebut
sebagai populasi sehingga peneliti menghitung dari 1 sampai 30.
C. Instrumentasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu
variabelterikat atau independent (X) dan variabel bebas atau dependent (Y).
Adapunvariabel terikat (X) adalah Pengalaman Penting. Sedangkan variabel
bebas(Y) adalah Hasil belajar aqidah ahlak Siswa.
Instrumentasi penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
menggunakan data, kualitas intrument akan menentukan kualitas data yang
terkumpul.
Definisi Konseptual merupakan suatu definisi yang diberikan kepada
masing-masing variabel penelitian secara konsep dan definisi operasional adalah
penentuan suatu konstruk (hal-hal yang sulit diukur) sehingga ia menjadi variabel-
variabel yang dapat diukur).
46
Tabel 1.1 Kisi kisi Instrumentasi Penelitian
VARIBEL
PENELITIAN
SUMBER DATA METODE INSTRUMEN
Pengalaman Penting  Buku
 KBM
 Wawancara
 Pengamatan
 Wawancara
 Angket
 Pengamatan
Hasil Belajar  Buku Pustaka
 KBM
 Raport
 Dokumentasi
 dan Observasi
 Angket
Cek List
Dalam pengambilan nilai (score) untuk angket penulis memberikan sebuah
pertanyaan dengan jawaban pilihan ganda dan tiap-tiap option penulis
memberikan secore sebagai berikut :
Tabel 1.2 Nilai Angket
NO JAWABAN SCORE
1 A 5
2 B 4
3 C 3
4 D 2
5 E 1
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tekhnik-tekhnik sebagai berikut:
1. Wawancara
Berupa pengumpulan informasi dengan mengajukan beberapa
pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula. Dalam hal ini penulis
melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah
47
yangditeliti. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dan dari
terwawancara (interviewer).
2. Studi Dokumentasi
Yaitu suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mempelajari data-data sekunder yang berupa peraturan perundang-undangan,
dokumen-dokumen atau arsip, buku-buku, artikel dan laporan-laporan yang
berhubungan dengan penelitian.
3. Observasi
Metode ini dilakukan dengan memperhatikan di SDIT Al-Husna
untukmengamati keadaan lingkungan.
4. Angket (kuesioner)
Tekhnik angket yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara
menyusunbeberapa pertanyaan secara tertulis kepada responden dan dijawab
secara tertulispula oleh responden. Angket ini dilakukan untuk memperoleh
informasi dan diajukan kepada 30 siswa yang dijadikan sebagai sampel dan
responden hanya dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap tepat
baginya.
E. Teknik Analisi Data
Untuk melakukan pengelolaan data, penelitian ini menggunakan langkah
sebagai berikut :
1. Editing
Penulis berusaha meneliti sedetail mungkin terhadap angeket yang
disebarkan kepada populasi yang ada.
48
2. Scoring
Apabila tahap editing telah selesai dan catatan jawaban didalam
angket telah memadai untuk menghasilkan data yang baik dan cermat, dapat
dimulai dengan kegiatan scoring.
Adapun yang dimaksud dengan scoring adalah usaha
,mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya.
Klasifikasi itu dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jwaban
dengan kode tersendiri atau tertentu1
Setiap jawaban mempunyai angka kode tersendiri untuk menghitung data
tentang penelitian ini dengan menggunakan angket, penulis memberikan skor
pada setiap poin jawaban yaitu :
a. Jika pernyataan positif, maka :
1) pernyataan sering adalah diberi skor 4
2) pernyataan sering adalah diberi skor 3
3) pernyataan kadang-kadang adalah diberi skor 2
4) pernyataan tidak pernah adalah diberi skor 1
b. Jika pernyataan negative, maka :
1) pernyataan sering adalah diberi skor 1
2) pernyataan sering adalah diberi skor 2
3) pernyataan kadang-kadang adalah diberi skor 3
4) pernyataan tidak pernah adalah diberi skor 4
1
Amirul Hadi dan Hartono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung : CV. Pustaka
Setia, 1998) h. 144
49
3. Tabulating
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan kemudian data tersebut
diberi kode dan dimasukan kedalam table. Kegiatan ini dilakukan untuk
mempermudah interprestasi data.
Setelah mendaoatkan data dari responden maka tahap selanjutnya mengelola data
tersebut dengan berusaha memberikan uraian mengenai hasil penelitianya.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode Quantum Teaching
terhadap prestasi belajar siswa, penulis menggunakan teknik analisis data
sebagainya :
a. Analisis deskritif
Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya jawaban anget dari responden,
rumus yang penulis gunakan adalah statistik presentase yaitu :
𝑷 =
𝒇
𝑵
x 100 %
Keterangan : P = Angket persentasi untuk kategori jawaban
f = Frekuensi responen
N = Jumlah sampel responded
b. Pemberian skor prestasi
No Skor Keterangan
1 50-59 Rendah
2 60-69 Cukup
50
3 70-79 Baik
4 80-100 Baik Sekali
c. Analisa korelasi
Untuk langkah selanjutnya agar mengetahui ada tidaknya pengaruh maka
penulis menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
Rumus korelasi (r) :
𝑟𝑥𝑦 =
N. ∑xy(∑x)(∑y)
2𝑎√(〖[𝑁. ∑𝑥〗2(∑𝑥)2][𝑁. ∑𝑦2(∑𝑦)2)]
Keterangan :
rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment
N : Number of case
∑x : Jumlah seluruh skor total
∑xy : Jumlah hasil perkalian skor item skor total
Sementara untuk mengetahui berapa besar konstribusi yang diberikan oleh
variabel x dan terhadap variable y digunakan rumus sebagai berikut :
KD = r2
x 100%
Keterangan :
KD : Koefisien determinator
R : koredisien korelasi variabel x dan variabel y
51
Setelah nilai rxy diketahui, kemudian untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel yang sedang diteliti, penulis berpatokan pada tingkat koefisien
korelasi (r)
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0.20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0.599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi SDIT Al-husna
1. Sejarah singkat SDIT Al-husna
Institusi yang diteliti adalah SDIT Al-husna , sedangkan Nama
Lembaganya adalah Yayasan Al-husna Jakarta Utara. Lokasi dari SDIT Al-husna
adalah di Jl. Enggano No.1Rt 004 Rw 008 Kelurahan Tanjung Priok Kecamatan
Tanjung Priok Kota Administrasi Jakarta Utara. Sekolah ini berdiri sejak tahun
2000. Yayasan ini bergerak dibidang: Pendidikan, Sosial, dan Dakwah.. Sekolah
ini berbasis islami dan termasuk salah satu sekolah dasar swasta yang berada di
daerah Jakarta utara. SDIT Al-husna memiliki Visi dan Misi.
Visi dan Misi SDIT Al-husna
a. Visi
TERWUJUDNYA PESERTA DIDIK YANG CERDAS, BERAKHLAK
MULIA, BERPRESTASI DAN BERTAQWA KEPADA ALLAH SWT.
b. Misi
1) Menjalankan nilai-nilai agama agama dan berperilaku akhlakul
karimah dalam kehidupan sehari-hari
2) Melaksanakan proses pembelajaranyang aktif, kreatif, inovatif dan
variatif
53
3) Membimbing dan mengembangkan bakat dan minat peserta didk
secara efektif
4) Mewujudkan peserta didik gemar membaca dan belajar
5) Mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan
2. Struktur Organisasi
Kepala Sekolah Komite Sekolah
Bendahaa
Penjaga
Siswa
Wali kelas I
Ade Titi
Wali kelas II
Khopidiah
Wali kelas IV
Nana
Wali kelas VI
Sumyati
Guru PAI Guru Al-Quran Guru Bhs Arab Guru Komputer
Masyarakat Sekitar
Wakil Ka. Sekolah
Tata Usaha
Wali kelas III
Khopidiah
Wali kelas V
Nana
54
3. Sarana Prasarana
Seluruh bangunan ini terdiri dari 3 gedung yang sudah terealisasi. Gedung
SDIT Al-husna yang memiliki 6 ruang /local . lima ruangan dipergunakan untuk
ruangan belajar. Sedangkan satu ruangan lagi dipergunkan untuk Kepala
sekolah,ruang guru dan ruang belajar kelas 5 dan 6 .Mengingat SDIT Al-husna
baru berdiri untuk bangunan dan sarana prasaran juga belum tertata dan masih
dalam tahap proses perencanaan seperti ruang perpustakaan,ruang laboratorium
dan sarana prasana lainnya.
4. Kurikulum Yang Digunakan di SDIT Al-husna
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengeluaran mengenai
tujuan,isi dan bahan pelajaran serta cara yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.(UU No.20 Th.2003 Tentang sisdiknas).
Kurikulum yang digunakan SDIT Al-husna pada tahun pelajaran
2013/2014 adalah kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006.
KTSP tahun 2006 ini adalah kebijakan Departemen Pendidikan RI terbaru dan
sebelemunya telah berhasil di ujikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
pada tahun 2004, KTSP tahun 2006 merupakan kelanjutan dari KBK terus
beriringan dengan perkembangan zaman dan teknologi Tahun Ajaran Baru
2017/2018 menggunakan kurikulum 2013 atau yang disebut KURTILAS.
55
5. Kegiatan Belajaar Mengajar
Kegiatan ini berlaku untuk hari Senin sampai dengan Jumat. Kegiatan di
hari sabtu berlaku untuk ekstrakulikuler. Berikut daftar kegiatan ekstrakulikuler
yang ada di SDIT Al-husna .
a. Pianika
b. Menari
c. Futsal
d. Paskibra
e. Pramuka
f. Paduan Suara, dan
g. Tahfidz Quran
Kegiatan ekstrakulikuler secara umum diarahkan dan dilaksanakan untuk
dapat memperkuat pencapaian visi dan misi SDIT Al-husna . Selain itu melalui
kegiatan ekstrakulikuler ini dapat mengembangkan minat, menanamkan rasa
tanggung jawab, kemandirian, dan kebahagian siswa itu sendiri.
6. Keadaan Guru SDIT Al-husna
Tenaga pendidik dan kependidikan termasuk staff pegawai dalam hal ini
merupakan syarat mutlak dalam organisasi kependidikan SDIT Al-husna
berusaha untuk memberikan bimbingan secara maksimal kepada siswa dan wali
murid (orang tua) dan pihak lain yang membutuhkan pelayanan lembaga ini
dengan menghadirkan tenaga-tenaga pendidik dan kependidikan yang
berkompeten dibidangnya, professional dan bertanggung jawab secara moril
56
untuk menciptakan generasi penerus yang cerdas baik intelektual maupun
moralnya,
Dengan kata lain SDIT Al-husna ingin melahirkan generasi yang cerdas
dan berakhlakul karimah. Berikut ini merupakan tabel keadaan tenaga pendidik
dan kependidikan di SDIT Al-husna .
Tabel 4.1 Keadaan Guru
Pendidikan JK Jml Satus Kepegawaian Jml
Terakhir L P
Non
PNS
PNS
SMA 1 1 1 1
D1
D2
D3
SI 7 9 16 16 17
S2
S3
Jumlah 7 10 17 17 0 17
7. Keadaan Siswa SDIT Al-husna
Meskipun saat ini persaingan dalam bidang pendidikan cukup ketat, baik
dari segi jumlah sekolah yang semakin banyak sampai dengan persaingan dalam
hal biaya pendidikan yang ditawarkan tiap sekolahpun cukup bersaing, namun
jumlah peserta didik di SDIT Al-husna hampir tiap tahunya mengalami
peningkatan.
Subjek penelitian ini adalah siswa, guru, kepala Sekolah Di SDIT Al-
husna . Guru dan siswa dijadikan sebagai subjek penelitian untuk memperoleh
data mengenai upaya guru menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter pada
proses pembelajaran Di SDIT Al-husna .
57
B. Penyajian analisis Data
Selama pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan terhadap
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa. Pengamatan
dilakukan oleh pengamat dari mahasiswa STAI Shalahuddin Al-Ayyubi Jakarta
yaitu Hamdan Septiawan dan Wali Kelas IV Ibu Evi pembelajaran dimulai dan
diakhiri dengan memberikan soal-soal tes hasil belajar siswa. pemberian soal-soal
tes hasil belajar ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah diterapkanya strategi critical incident (pengalaman penting). Dan untuk
mengetahui pengaruh strategi critical incident (pengalaman penting) terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di SDIT Al-Husna.
Sebelum menganalisis data tes hasil belajar siswa, maka terlebih dahulu
peneliti akan menganalisis hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
1. Analisis Data Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran.
Dalam pengamatan pengelolaan pembelajaran aspek-aspek yang diamati
adalah sebagai berikut:
a. Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran RRP ke-1
b. Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran RRP ke-2
Dalam pengamatan pengelolaan pembelajaran aspek-aspek yang diamati
adalah sebagai berikut:
Lembar observasi dari rencana pembelajaran ke-1 (pertemuan pertama)
58
1) Persiapan
Secara keseluruhan termasuk RPP, penguasaan terhadap materi
yang akan diajarkan, alat dan bahan yang digunakan, sumber belajar,
strategi yang akan digunakan dan lain-lain.
2) Pendahuluan
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Memotivasi siswa dengan mengaitkan materi dalam kehidupan sehari-
hari.
c) Mengingatkan siswa kembali pada pelajaran sebelumnya yang
merupakan konsep awal dari materi yang dipelajari.
3) Kegiatan Inti
a) Memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan
dipelajari.
b) Meminta kepada siswa untuk mengingat-ingat pengalamannya yang
berhubungan dengan materi
c) Memberi kesempatan siswa untuk mengingat-ingat pengalamannya.
d) Meminta siswa untuk mengungkapkan atau pengalamannya yang
berhubungan dengan materi.
e) Menyampaikan materi dengan menghubungkan pengalaman
pengalaman yang telah disampaikan siswanya.
f) Meminta siswa melafalkan Akhlak Nabi Muhammad SAW.
4) Penutup
a) Memberikan kesimpulan materi pelajaran.
59
b) Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
c) Memberikan tugas-tugas kepada siswa secara individu.
d) Menginformasikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya.
5) Pengelolaan Waktu
6) Suasana Kelas
a) Pembelajaran berpusat pada siswa
b) Siswa antusias
c) Guru antusias
Pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan
menggunakan strategi critical incident (pengalaman penting) ini dilakukan pada
dua kali pertemuan. Adapun hasil pengamatan kemampuan guru dari rencana
pelaksanaan pembelajaran yang pertama yang diperoleh dari kedua pengamat
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Data pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran Aqidah Ahlak
dengan strategi critical incident (pengalaman penting)
No Aspek Yang Diamati Pengamat Rata Rata Kategori
1 2 RSA RA RK
1 PERSIAPAN
Secara keseluruhan termasuk RPP,
penguasaan terhadap materi yang akan
diajarkan, alat dan bahan yang
digunakan, sumber belajar, strategi
yang akan digunakan dan lain-lain.
4 4 4 Sangat
Baik
2 PENDAHULUAN
a. Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
4 3 3,5 3,66 3,56 Sangat
Baik
60
b. Memotivasi siswa dengan
mengaitkan materi dalam
kehidupan sehari-hari.
3 4 3,5
c. Mengingatkan siswa kembali
pada pelajaran sebelumnya yang
merupakan konsep awal dari
materi yang dipelajari.
3 4 3,5
KEGIATAN INTI
a. Memberikan informasi kepada
siswa tentang materi yang akan
dipelajari.
4 4 4 3,37
b. Meminta kepada siswa untuk
mengingat-ingat pengalamannya
yang berhubungan dengan materi
4 4 4
c. Memberi kesempatan siswa untuk
mengingat-ingat pengalamannya
3 3 3
d. Meminta siswa untuk
mengungkapkan atau
pengalamannya yang
berhubungan dengan materi.
4 3 3,5
e. Menyampaikan materi dengan
menghubungkan
pengalamanpengalaman yang
telah disampaikan siswanya.
3 4 3,5
f. Meminta siswa melafalkan
Akhlak Nabi Muhammad SAW.
4 4 4
PENUTUP
a. Memberikan kesimpulan materi
pelajaran.
4 4 4 3,37
b. Memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa.
3 3 3
c. Memberikan tugas-tugas kepada
siswa secara individu.
3 3 3
d. Menginformasikan kepada siswa
untuk mempelajari materi yang
akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
4 3 3,5
4 PENGELOLAAN WAKTU 3 3 3 3 Baik
4 SUASANA KELAS
a. Pembelajaran berpusat pada siswa 3 3 3 3 Baik
b. Siswa antusias 3 3 3
c. Guru antusias 3 3 3
61
Rata Rata Keselutuhan 3,39 Sangat Baik
Keterangan :
RSA : Rata-rata Setiap Aspek
RA : Rata-rata Aspek
RK : Rata-rata setiap kategori
Tabel 4.3 Interval Korelasi
No Skor Penilaian Kategori
1 0 - 1 Kurang Baik
2 1 - 2 Cukup
3 2 - 3 Baik
4 3 - 4 Sangat Baik
Pada tabel 4.2 diketahui bahwa kemampuan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran yaitu pada kategori pertama dapat dilihat bahwa persiapan secara
keseluruhan sangat baik dengan nilai rata-rata 4. Persiapan dalam hal ini meliputi
RPP, penguasaan terhadap materi yang akan diajarkan, alat dan bahan yang
digunakan, sumber belajar, strategi yang digunakan dan lain-lain. Hal-hal tersebut
telah dipersiapkan dengan baik sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
Kategori kedua yaitu pelaksanaan yang meliputi pendahuluan, kegiatan
inti dan penutup. Pada tahap pendahuluan secara keseluruhan “sangat baik”
dengan nilai rata-rata 3,56%. Selanjutnya pada kegiatan inti kemampuan guru
secara keseluruhan juga “sangat baik” dengan nilai rata-rata 3,66%.
Guru sudah sangat baik dalam meminta siswa untuk mengungkapkan
pengalamannya yang sesuai dengan materi Akhlak Nabi Muhammad SAW, guru
juga tidak monoton dengan hanya memilih siswa yang sama. Pada kegiatan inti
guru juga sangat baik ketika menyampaikan materi pembelajaran dengan
62
menghubungkan pada pengalaman yang telah diungkapkan oleh siswa, Pada tahap
penutup kemampuan guru secara keseluruhan juga “sangat baik” dengan nilai
rata-rata 3,37%.
Kategori ketiga yaitu pengelolaan waktu secara keseluruhan “baik” dengan
rata-rata 3%. Sedangkan pada kategori keempat yaitu suasana kelas secara
keseluruhan “baik” dengan rata-rata 3%.
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat rata-rata hasil pengamatan guru
dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan strategi critical incident
(pengalaman penting) sebesar 3,39% yang berarti “sangat baik”.
Lembar observasi dari rencana pembelajaran ke-2 (pertemuan ke-dua)
1) Persiapan
Secara keseluruhan termasuk RPP, penguasaan terhadap materi
yang akan diajarkan, alat dan bahan yang digunakan, sumber belajar,
strategi yang akan digunakan dan lain-lain.
2) Pendahuluan
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Memotivasi siswa dengan mengaitkan materi dalam kehidupan sehari-
hari.
c) Mengingatkan siswa kembali pada pelajaran sebelumnya yang
merupakan konsep awal dari materi yang dipelajari.
3) Kegiatan Inti
a) Memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan
dipelajari.
63
b) Meminta siswa untuk menghafalkan bacaan-Akhlak Nabi Muhammad
SAW.
c) Meminta kepada siswa untuk mengingat-ingat pengalamannya yang
berhubungan dengan materi.
d) Memberi kesempatan siswa untuk mengingat-ingat pengalamannya.
e) Meminta siswa untuk mengungkapkan tata cara sujud syukur dan
sujud tilawah berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.
f) Menyampaikan materi dengan menghubungkan
pengalamanpengalaman yang telah disampaikan siswanya.
g) Menyuruh siswa untuk mendemonstrasikan materi Akhlak Nabi
Muhammad SAW
h) Menyuruh siswa menunjukkan contoh dari Akhlak Nabi Muhammad
SAW
4) Penutup
a) Memberikan kesimpulan materi pelajaran.
b) Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
c) Memberikan tugas-tugas kepada siswa secara individu.
d) Menginformasikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya.
5) Pengelolaan Waktu
6) Suasana Kelas
a) Pembelajaran berpusat pada siswa
b) Siswa antusias
64
c) Guru antusias
Pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan
menggunakan strategi critical incident (pengalaman penting) ini dilakukan pada
dua kali pertemuan. Adapun hasil pengamatan kemampuan guru dari rencana
pelaksanaan pembelajaran yang kedua yang diperoleh dari kedua pengamat dapat
dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Data pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran Aqidah Ahlak
dengan strategi critical incident (pengalaman penting)
No Aspek Yang Diamati Pengamat Rata Rata Kategori
1 2 RSA RA RK
1 PERSIAPAN
Secara keseluruhan termasuk RPP,
penguasaan terhadap materi yang akan
diajarkan, alat dan bahan yang
digunakan, sumber belajar, strategi
yang akan digunakan dan lain-lain.
4 4 4 Sangat
Baik
2 PENDAHULUAN
d. Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
4 4 4 3,6 3,6 Sangat
Baik
e. Memotivasi siswa dengan
mengaitkan materi dalam
kehidupan sehari-hari.
3 4 3,5
f. Mengingatkan siswa kembali
pada pelajaran sebelumnya yang
merupakan konsep awal dari
materi yang dipelajari.
4 4 4
KEGIATAN INTI
g. Memberikan informasi kepada
siswa tentang materi yang akan
dipelajari.
4 4 4 3,5
h. Meminta kepada siswa untuk
mengingat-ingat pengalamannya
yang berhubungan dengan materi
3 4 3,5
65
i. Memberi kesempatan siswa untuk
mengingat-ingat pengalamannya
4 3 3,5
j. Meminta siswa untuk
mengungkapkan atau
pengalamannya yang
berhubungan dengan materi.
4 4 3,5
k. Menyampaikan materi dengan
menghubungkan
pengalamanpengalaman yang
telah disampaikan siswanya.
3 3 3
l. Meminta siswa melafalkan
Akhlak Nabi Muhammad SAW.
3 4 3,5
PENUTUP
e. Memberikan kesimpulan materi
pelajaran.
4 4 4 3,66
f. Memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa.
3 4 3,5
g. Memberikan tugas-tugas kepada
siswa secara individu.
3 3 3
h. Menginformasikan kepada siswa
untuk mempelajari materi yang
akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
4 4 4
4 PENGELOLAAN WAKTU 3 3 3 3 Baik
4 SUASANA KELAS
d. Pembelajaran berpusat pada siswa 3 3 3 3 Baik
e. Siswa antusias 3 3 3
f. Guru antusias 3 3 3
Rata Rata Keselutuhan 3,4 Sangat Baik
Keterangan :
RSA : Rata-rata Setiap Aspek
RA : Rata-rata Aspek
RK : Rata-rata setiap kategori
Tabel .4.5 Interval Korelasi
No Skor Penilaian Kategori
1 0 - 1 Kurang Baik
2 1 - 2 Cukup
3 2 - 3 Baik
66
4 3 - 4 Sangat Baik
Pada tabel 4.4 diketahui bahwa kemampuan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran yaitu pada kategori pertama dapat dilihat bahwa persiapan secara
keseluruhan sangat baik dengan nilai rata-rata 4%. Persiapan dalam hal ini
meliputi RPP, penguasaan terhadap materi yang akan diajarkan, alat dan bahan
yang digunakan, sumber belajar, strategi yang digunakan dan lain-lain.
Hal-hal tersebut telah dipersiapkan dengan baik sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai. Kategori kedua yaitu pelaksanaan yang meliputi
pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada tahap pendahuluan secara
keseluruhan “sangat baik” dengan nilai rata-rata 3,6%. Selanjutnya pada kegiatan
inti kemampuan guru secara keseluruhan juga “sangat baik” dengan nilai rata-rata
3,56%.
Guru sudah sangat baik dalam meminta siswa untuk mengungkapkan
pengalamannya yang sesuai dengan materi Akhlak Nabi Muhammad SAW, guru
juga tidak monoton dengan hanya memilih siswa yang sama. Pada kegiatan inti
guru juga sangat baik ketika menyampaikan materi pembelajaran dengan
menghubungkan pada pengalaman yang telah diungkapkan oleh siswa, selain itu
guru juga sangat baik dalam meminta siswa untuk mendemonstrasikan sujud
syukur dan sujud tilawah dan guru selalu mengamati aktifitas siswa ketika
mendemonstrasikan materi.dan pada tahap penutup kemampuan guru secara
keseluruhan juga “sangat baik” dengan nilai rata-rata 3,6%.
67
Kategori ketiga yaitu pengelolaan waktu secara keseluruhan “baik” dengan
rata-rata 3%. Sedangkan pada kategori keempat yaitu suasana kelas secara
keseluruhan “baik” dengan rata-rata 3%.
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat rata-rata hasil pengamatan guru
dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan strategi critical incident
(pengalaman penting) sebesar 3,4%yang berarti “sangat baik”.
2. Praktik pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif
critical incident (pengalaman penting) dari hasil pretest dan posttest.
Pada penerapan strategi pembelajaran aktif critical incident (pengalaman
penting) ini siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran dimana pada
awalnya peneliti menyampaikan suatu tema atau materi yang pada pertemuan
tersebut materi yang akan dipelajari adalah tentang Akhlak.
Sebelumnya siswa diminta untuk mengisi soal pretest yang diberikan oleh
peneliti, selanjutnya peneliti menyampaikan tema atau topik yang akan dipelajari
kemudian siswa diminta untuk menyampaikan pengalaman mereka masing-
masing terkait Akhlak, selanjutnya masing-masing dari siswa mengemukakan
pendapat mereka terkait dengan pengalaman mereka berada di lingkungan dengan
Akhlak yang berbeda satu sama lain.
Pada tahap pertama penerapan strategi critical incident ini adalah
penjelasan materi tentang Akhlak terpuji di kelas IV.Tahap kedua, siswa diberi
kesempatan beberapa menit untuk mengingat-ingat kembali pengalaman penting
mereka tentang Akhlak.Tahap ketiga, siswa diminta untuk mengemukakan
68
pengalaman mereka tentang Akhlak yang tidak terlupakan.Tahap keempat,
penyampaian materi tentang Akhlak terpuji oleh peneliti dengan mengaitkan
materi tersebut dengan pengalaman penting siswa yang sudah diutarakan tadi.
Pada pertemuan kedua pelaksanaan strategi critical incident (pengalaman
penting) masih sama dengan pertemuan pertama dan setelah penerapan strategi
critical incident (pengalaman penting) peneliti memberikan posttest untuk
mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi Akhlak terpuji yang
telah dipelajari.
Dari hasil observasi aktivitas siswa ketika melaksanakan tes awal dan
mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dapat dikatakan baik, namun
dilihat dari semangat mengikuti kegiatan belajar mengajar dinilai kurang. Adapun
ketika siswa diminta untuk mengingat pengalaman penting tersebut mereka
terlihat begitu aktif, begitu juga dalam mendengarkan penjelasan guru dalam
mengaitkan pengalaman siswa dengan materi yang diajarkan serta mengajukan
pendapat dan menjawab pertanyaan dari guru para siswa dinilai aktif dan antusias.
Hal tersebut bisa terjadi karena masih banyak sebagian siswa yang terlihat
sibuk sendiri, mengobrol, bercanda, dan kurang memperhatikan pelajaran.
Sedangkan dari hasil observasi guru dalam menjalankan proses pembelajaran,
secara keseluruhan dinilai baik. Mulai dari menyiapkan kelas dan siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran, apersepsi yang diberikan cukup membuat
sebagian siswa semangat dalam memulai pelajaran.
Selanjutnya dalam menyampaikan indikator pembelajaran dan
menyampaikan materi pelajaran cukup baik, begitu juga dengan penggunaan alat
69
atau media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Bahkan ketika kegiatan
eksplorasi semua yang dilakukan guru sesuai dengan kemampuan siswa, guru
mampu membimbing dan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan baik.
Yang dilakukan guru dalam menjalaskan materi dan mengelola kegiatan
pembelajaran sangat baik, ketika memberi kesempatan kepada siswa untuk
berfikir, bertanya dan mengemukakan pendapat guru sangat perhatian sampai
pada kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru dapat dikatakan baik.
Dari hasil wawancara terhadap siswa mengenai mata pelajaran Aqidah
Akhlak sebagian siswa cukup menyukai alasannya berbedabeda salah satunya
menganggap mata pelajaran Aqidah Akhlak susah, dan ketika pertanyaan beralih
pada penggunaan strategi pengalaman penting dalam mata pelajaran Aqidah
Akhlak hampir semua siswa menyukai penggunaan strategi tersebut dikarenakan
lebih mudah memahami mata pelajaran Aqidah Akhlak, suasana belajar menjadi
lebih menyenangkan dan penjelasan yang disampaikan guru lebih mudah
dipahami sehingga mampu membuat siswa lebih berani dalam berbicara,lebih
menghargai pendapat orang lain dan tidak canggung ketika berbicara di depan
guru.
Adapun kendala yang dihadapi ketika penggunaan strategi pengalaman
penting siswa mengatakan masih banyak siswa lain yang tidak mendengarkan
guru, dan mengobrol dengan temannya yang lain. Namun sebagian siswa mampu
mengahadapi masalah tersebut karena berusaha untuk tidak terpengaruh, sebagian
siswa bahkan menghimbau mereka yang berisik dan yang lainnya merasa risih
70
terhadap masalah tersebut. Hasil belajar yang diperoleh siswa ketika guru
menggunakan strategi pengalaman penting ini lebih baik dari sebelumnya.
Bahkan adapula yang mendapatkan nilai sangat baik. Harapa mereka agar
proses pembelajaran Aqidah Akhlak lebih baik lagi yakni agar pembelajaran tidak
menjadikan siswa jenuh harus lebih banyak lagi penggunaan permainan yang
mampu membangkitkan semangat siswa.
Sedangkan dari hasil wawancara guru dapat disimpulkan bahwa beliau
mengajar di kelas IV, V dan VI. beliau mengajar di SDIT Al-Husna sudah 7
tahun. Menurut beliau sebagian siswa menyukai mata pelajaran Aqidah Akhlak
namun sebagian yang lain menganggap bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak
membosankan. Selama ini dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak belum
banyak menggunakan strategi pembelajaran aktif namun biasanya beliau
menerapkan sebuah kuis untuk mengetahui pengusaan materi dalam diri siswa.
Menurutnya strategi pembelajaran aktif pengalaman penting ini cocok
diterapkan pada pembelajaran Aqidah Akhlak terutama materi Akhlak, karena
mampu membuat siswa aktif dalam berpendapat atau berbicara selain itu juga bisa
menjadikan siswa lebih interaktif dan menurut beliau siswa terlihat menyukai
strategi pengalaman penting ini.
3. Analisis Data Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa diperoleh dari data hasil tes yang diberikan
sebelum dan sesudah strategi critical incident (pengalaman penting) diterapkan
pada pembelajaran fiqh materi Akhlak Nabi Muhammad SAW.
71
Dengan demikian tes hasil belajar dapat dianggap sebagai pre-test dan posttest.
Subyek penelitian sebanyak 38 siswa dan nilai hasil belajar siswa (pretest dan
post-test) serta keterangan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4,4 dibawah
ini:
Tabel 4,4
Daftar Skor tes hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
diterapkannya strategi critical incident (pengalaman penting)
pada mata pelajaran Aqidah Ahlak materi Akhlak Nabi Muhammad SAW
No Nama Siswa
Skor Test
Keterangan
Sebelum Sesudah
1 Abdul Wahid 72 79 Meningkat
2 Abdul Ghofur 56 59 Meningkat
3 Ahmad Amrozul Fanani 69 72 Meningkat
4 Ahmad Sidqy Ramadhoni 50 52 Meningkat
5 Ahmad Syarif Alfiyanto 57 62 Meningkat
6 Ainun Najib 71 78 Meningkat
7 Khoirus Tsawab 73 80 Meningkat
8 Kurniawan Prasetyo 66 75 Meningkat
9 Mohammad Asy’huri 58 56 Meningkat
10 Mohammad Athoillah 55 53 Menurun
11 Mohammad Risal Saputra 68 76 Meningkat
12 Muhammad Ighfal Ibri 60 58 Menurun
13 Muhammad Andy Alfian 74 80 Meningkat
14 Muhammad Hasan Faiq 69 79 Meningkat
15 Muhammad Shobirin 68 71 Meningkat
16 Rias Bahar Rizqi 62 69 Meningkat
17 Abdul Wahid 66 66 Tetap
18 Ajeng Prasatie Hartinah 70 70 Tetap
19 Almas Sidda Bahiya 74 80 Meningkat
20 Emilia Nur Chasanah S 61 68 Meningkat
21 Erna Mei Anjar Sari 59 64 Meningkat
22 Eva Kholilah Muhibbah 57 61 Meningkat
23 Faiqoh 70 78 Meningkat
24 Indira Eka Kurnia 64 60 Menurun
72
25 Izzatun Nisa’ 66 65 Menurun
26 Khoirotun Nadiyyah 69 75 Meningkat
27 Mazro’atun Nisrin 58 55 Menurun
28 Muslimatul Aisyiyah 56 57 Meningkat
29 Naurosah Budiati 57 60 Meningkat
30 Nurul Faridah 75 80 Meningkat
Jika diperhatikan, rata-rata ketercapaian skor post test meningkat dari rata-
rata prosentase ketercapaian pre test. Hanya 2 siswa yang tidak meningkat hasil
post test dari hasil pre test, dan hanya 5 siswa yang tidak mencapai prosentase
berprestasi, hal itu dikarenakan siswa belum bisa menyelesaikan tes dengan baik.
Sedangkan untuk 23 siswa yang lain, prosentase ketercapaian belajar meningkat,
karena telah menguasai materi.
Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran Aqidah Ahlak dengan
menggunakan critical incident (pengalaman penting) yang diteliti ini dapat
meningkatkan rata-rata prosentase ketercapaian skor hasil belajar siswa.
Dari bukti adanya peningkatan rata-rata prosentase ketercapaian skor
siswa menunjukkan bahwa strategi critical incident (pengalaman penting) dapat
digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Maka hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Aqidah Ahlak dengan menggunakan critical incident (pengalaman
penting) di SDIT Al-husna tergolong baik.
4. Pengaruh Pengalaman Penting terhadap Hasil Belajar Aqidah Ahlak Siswa
SDIT Al-husna
73
Untuk mengetahui hasil penelitian maka penulis membuat rekapitulasi
hasil angket dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Berikut tabel
hasil rekapitulasi penelitian
Tabel 4.6
Pengaruh Pengalaman Penting terhadap hasil belajar
aqidah ahlak di SDIT Al-Husna
NO X Y X2
Y2
XY
1 72 79 4225 2916 3510
2 56 59 4096 3025 3520
3 69 72 3969 3136 3528
4 50 52 3844 3249 3534
5 57 62 3844 3249 3534
6 71 78 3844 3364 3596
7 73 80 3481 3481 3481
8 66 75 4900 3600 4200
9 58 56 4761 3721 4209
10 55 53 4624 3721 4148
11 68 76 3600 3721 3660
12 60 58 3600 3844 3720
13 74 80 3481 3844 3658
14 69 79 7225 4096 5440
15 68 71 6241 4096 5056
16 62 69 6084 4096 4992
17 66 66 4624 4356 4488
18 70 70 5929 4489 5159
19 74 80 5476 4489 4958
20 61 68 5329 4761 5037
21 59 64 5329 5041 5183
22 57 61 4356 5476 4844
23 70 78 7056 5476 6216
24 64 60 7056 5625 6300
25 66 65 8836 5776 7144
26 69 75 5329 6084 5694
27 58 55 4356 6084 5148
28 56 57 3364 6084 4524
29 57 60 3136 6084 4368
74
30 75 80 6724 6241 6478
N=42 3126 3002 237832 219708 226994
Langkah perhitungan adalah sebagai berikut:
a. Menjumlahkan subyek penelitian, diperoleh N = 42 (Kolom 1)
b. Menjumlahkan skor X diperoleh ∑X = 3126 (Kolom 2)
c. Menjumlahkan skor Y diperoleh ∑Y = 3002 (Kolom 3)
d. Mengkuadratkan seluruh deviasi x (Kolom 4)
e. Mengkuadratkan seluruh deviasi y (Kolom 5)
f. Mengalihkan deviasi x dan deviasi y (Kolom 6)
Dari tabel di atas maka dapat diketahui nilai-nilai sebagai berikut:
∑ N = 42
∑ X = 3126
∑ Y = 3002
∑ X2
= 237832
∑ Y2
= 219708
∑ X Y = 226994
N0 = ∑n. ∑xy – (∑x)(∑y)
(∑n)(∑x)2 -
∑x2
(∑n.∑y2
-∑y)2
= (30)(226994)-(3126)(3002)
¥(30(237832 – (3126)2
) (( 42)(219708-30022
=
9533748 - 9384252
√(217068)(215732
75
= 149496
√46828513
= 1494996
216398.969
= 0.691
Dari hasil perhitungan data tersebut di atas, menunjukan adanya korelasi
yang mencapai 0.69 yang berada pada interval 0,40-0,70 yang menunjukan pada
korelasi yang sedang atau cukup tinggi (signifikan) antara Pengalaman Penting
dan Hasil Belajar Aqidah Ahlak Dengan kata lain, kompetensi guru dalam
melaksanakan tugasnya mempunyai pengaruh terhadap pembentukan akhlak
siswa.
Dan untuk mengetahui berapa persen kah Pengalaman Penting sebagai
variabel X mempengaruhi prestasi Hasil Belajar Aqidah Ahlak sebagai variabel
Y. Penulis menggunakan rumus koevisien determinasi (KD) sebagai berikut :
Dimana KD = Koevisien Determinasi
r2 =
Hasil Nilai “r” observasi yang dikuadratkan
100% = Persentase
(M.Subhana.2000:145)
KD = r2
X 100%
= 0,692
x 100%
= 0,4761 x 100%
= 47,61%
76
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi di atas kita dapat
mengetahui bahwa pengaruh Pengalaman Penting sebagai variabel X terhadap
prestasi Hasil Belajar Aqidah Ahlak adalah sebesar 47.61%. Sedangkan sisanya
sebesar 52.39% adalah ditentukan oleh faktor lain.
Dan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah
penulis ajukan pada bab 1 sebelumnya (maksud manakah yang benar Ho ataukah
Ha?) maka penulis membandingkan besarnya “r” product moment, dengan terlebih
dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya (df) yang
rumusnya sebagai berikut :
(df = N.nr)
df = Degree of Freedom
N = Jumlah responden
Nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan
( Anas Sudjiono 2006.210))
Dalam penelitian ini degree of freedom nya adalah df = 30-2 = 38. Dengan
diperolehnya db atau df maka dapat kita cari besarnya “r” yang terdapat dalam
tabel ini nilai “r” product moment. Baik pada taraf signifikan 5% maupun pada
taraf signifikan 1%. Setelah itu diketahui df atau db nya ternyata penulis
menemukan df atau db sebesar 38. Maka penulis mengambil df atau db pada
penelitian ini sebesar 38.
Maka tabel nilai “r” product moment dapat diketahui pada taraf signifikan
5% harga “r” nya adalah 0,304 dan pada taraf signifikan 1% harga “r” nya adalah
0,393 karena r observasi “ro” lebih besar dari “r tabel “rt” , baik pada taraf signifikansi
77
5% ataupun 1% (0,691>0,304) atau (0,691>0,393), maka Ha yang menyatakan
bahwa terdapat korelasi (hubungan) positif yang signifikan antara Pengalaman
Penting terhadap prestasi Hasil Belajar Aqidah Ahlak adalah diterima. Sedangkan
Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi (hubungan) positif yang
signifikan antara pengaruh Pengalaman Penting dan prestasi Hasil Belajar Aqidah
Ahlak adalah ditolak.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat
disimpulkan, sebagai berikut:
1. Dalam menilai kemampuan guru peneliti menggunakan pengamatan
melalui RPP pada pertemuan ke 1 dan ke 2 dimana pada penelitian ini
terdapat hasil peningkatan dari pertemuan pengalaman penting ke satu dan
ke dua
2. Dari hasil wawancara terhadap siswa mengenai mata pelajaran Aqidah
Akhlak sebagian siswa cukup menyukai alasannya berbedabeda salah
satunya menganggap mata pelajaran Aqidah Akhlak susah, dan ketika
pertanyaan beralih pada penggunaan strategi pengalaman penting dalam
mata pelajaran Aqidah Akhlak hampir semua siswa menyukai penggunaan
strategi tersebut dikarenakan lebih mudah memahami mata pelajaran
Aqidah Akhlak, suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan
penjelasan yang disampaikan guru lebih mudah dipahami sehingga mampu
membuat siswa lebih berani dalam berbicara,lebih menghargai pendapat
orang lain dan tidak canggung ketika berbicara di depan guru.
3. Jika diperhatikan, rata-rata ketercapaian skor post test meningkat dari rata-
rata prosentase ketercapaian pre test. Hanya 2 siswa yang tidak meningkat
hasil post test dari hasil pre test, dan hanya 5 siswa yang tidak mencapai
79
prosentase berprestasi, hal itu dikarenakan siswa belum bisa
menyelesaikan tes dengan baik. Sedangkan untuk 23 siswa yang lain,
prosentase ketercapaian belajar meningkat, karena telah menguasai materi.
Dari bukti adanya peningkatan rata-rata prosentase ketercapaian
skor siswa menunjukkan bahwa strategi critical incident (pengalaman
penting) dapat digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Maka
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Ahlak dengan
menggunakan critical incident (pengalaman penting) di SDIT Al-husna
tergolong baik
4. Hasil penelitian ini adanya korelasi yang mencapai 0.69 yang berada pada
interval 0,40-0,70 yang menunjukan pada korelasi yang sedang atau cukup
tinggi (signifikan) antara Pengalaman Penting dan Hasil Belajar Aqidah
Ahlak Dengan kata lain, kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya
mempunyai pengaruh terhadap pembentukan akhlak siswa
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi di atas kita
dapat mengetahui bahwa pengaruh Pengalaman Penting sebagai variabel X
terhadap prestasi Hasil Belajar Aqidah Ahlak adalah sebesar 47.61%.
Sedangkan sisanya sebesar 52.39% adalah ditentukan oleh faktor lain
80
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti
sebagai berikut.
1. Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah hendaknya menyampaikan kepada guru-guru tentang
pentingnya penerapan strategi pengalaman penting
2. Bagi Guru
Sebaiknya setiap guru harus memberi nasehat dan teladan pada siswa
untuk mematuhi peraturan yang ada.
3. Bagi Siswa
Siswa harus melaksanakan nilai-nilai karakter yang diterapkan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Aqidah, Binti Penerapan Metode Problem Possing Berbasis Diskusi Dalam
Pembalajaran Matematika Dikelas Ii Mtsn Pasuruan,Skripsi, Surabaya :
IAIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Tarbiyah, 2004.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta:Bina Aksara, 1987.
Bungin, Burhan Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada Media, 2005.
Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rieneka
Cipta,1996.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi Offset,1989.
Hakimin, Jurnal Pendidikan Islam, Balikpapan: STAI Balikpapan, 2009.
Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rienika Cipta, 1996.
Indrakusuma, Amir Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha
Nasional, tt.
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, Semarang : Rasail
Media Group, 2008.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi
Aksara,1995.
Margono, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi
Aksara,1997.
Nasir, M. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia, 1988.
Nasution, Asas Asas Kurikulum, Bandung : Pt : Jammars, 1991.
Partowisastro, Koestoer, Dinamika Dalam Psikologi Pendidikan,
Jakarta:Erlangga, 1983.
Rahim, Farida, Pengajaran Membaca Disekolah Dasar, Jakarta :Bumi
Aksara,2005.
Penelitian Dosen Drs. H. Mokh Ya'kup., M.MPd
Penelitian Dosen Drs. H. Mokh Ya'kup., M.MPd

More Related Content

What's hot

Profesion Keguruan
Profesion Keguruan Profesion Keguruan
Profesion Keguruan
muhammad
 
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Guru mts al-azhar grobogan Mojowarno Jom...
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Guru mts al-azhar grobogan Mojowarno Jom...Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Guru mts al-azhar grobogan Mojowarno Jom...
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Guru mts al-azhar grobogan Mojowarno Jom...
SUPRIYO S.Pd.I, M.Pd
 
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guruPeningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guruResti Ws
 
Pembentangan kuliah 5
Pembentangan kuliah 5Pembentangan kuliah 5
Pembentangan kuliah 5
Adibah Azman
 
Makalah pengantar pendidikan 8
Makalah pengantar pendidikan 8Makalah pengantar pendidikan 8
Makalah pengantar pendidikan 8
Made Rai Adnyana
 
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikanLaporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Bang Mohtar
 
1 buku kurikulum k 13 paud-ok
1 buku kurikulum  k 13 paud-ok1 buku kurikulum  k 13 paud-ok
1 buku kurikulum k 13 paud-ok
Eka Fadiyah Wati
 
Dskp pendidikan moral tahun 4
Dskp pendidikan moral tahun 4Dskp pendidikan moral tahun 4
Dskp pendidikan moral tahun 4
Friderrica Juil
 
Manajemen sekolah efektif dan unggul
Manajemen sekolah efektif dan unggulManajemen sekolah efektif dan unggul
Manajemen sekolah efektif dan unggul
Komar Hotim
 
Ppt moral elm 3033 e
Ppt moral elm 3033 ePpt moral elm 3033 e
Ppt moral elm 3033 e
Faridah Che Din
 
Esei: Peranan Guru Merealisasikan Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) di Sek...
Esei: Peranan Guru Merealisasikan Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) di Sek...Esei: Peranan Guru Merealisasikan Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) di Sek...
Esei: Peranan Guru Merealisasikan Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) di Sek...
Atifah Ruzana Abd Wahab
 
Ptk
PtkPtk
TESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMATESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMA
guestf6b63af
 
Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april 2012
Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april  2012Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april  2012
Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april 2012Univ. Kahuripan Kediri
 
Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem
Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistemMbs implikasi manajemenkurikulum_sistem
Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem
Denny Kodrat
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013
fauziah25
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran pai
ancciran
 
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
Jalalludin Ibrahim
 
Upaya meningkatkan kualitas guru
Upaya meningkatkan kualitas guruUpaya meningkatkan kualitas guru
Upaya meningkatkan kualitas guru
elyfitriyana
 

What's hot (20)

Profesion Keguruan
Profesion Keguruan Profesion Keguruan
Profesion Keguruan
 
G000060008
G000060008G000060008
G000060008
 
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Guru mts al-azhar grobogan Mojowarno Jom...
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Guru mts al-azhar grobogan Mojowarno Jom...Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Guru mts al-azhar grobogan Mojowarno Jom...
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Guru mts al-azhar grobogan Mojowarno Jom...
 
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guruPeningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru
 
Pembentangan kuliah 5
Pembentangan kuliah 5Pembentangan kuliah 5
Pembentangan kuliah 5
 
Makalah pengantar pendidikan 8
Makalah pengantar pendidikan 8Makalah pengantar pendidikan 8
Makalah pengantar pendidikan 8
 
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikanLaporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
 
1 buku kurikulum k 13 paud-ok
1 buku kurikulum  k 13 paud-ok1 buku kurikulum  k 13 paud-ok
1 buku kurikulum k 13 paud-ok
 
Dskp pendidikan moral tahun 4
Dskp pendidikan moral tahun 4Dskp pendidikan moral tahun 4
Dskp pendidikan moral tahun 4
 
Manajemen sekolah efektif dan unggul
Manajemen sekolah efektif dan unggulManajemen sekolah efektif dan unggul
Manajemen sekolah efektif dan unggul
 
Ppt moral elm 3033 e
Ppt moral elm 3033 ePpt moral elm 3033 e
Ppt moral elm 3033 e
 
Esei: Peranan Guru Merealisasikan Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) di Sek...
Esei: Peranan Guru Merealisasikan Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) di Sek...Esei: Peranan Guru Merealisasikan Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) di Sek...
Esei: Peranan Guru Merealisasikan Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) di Sek...
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
TESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMATESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMA
 
Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april 2012
Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april  2012Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april  2012
Jurnal “otonomi” vol. 12 no.2. april 2012
 
Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem
Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistemMbs implikasi manajemenkurikulum_sistem
Mbs implikasi manajemenkurikulum_sistem
 
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013
Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar negeri 013
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran pai
 
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
47283032 nilai-nilai-murni-dalam-pendidikan
 
Upaya meningkatkan kualitas guru
Upaya meningkatkan kualitas guruUpaya meningkatkan kualitas guru
Upaya meningkatkan kualitas guru
 

Similar to Penelitian Dosen Drs. H. Mokh Ya'kup., M.MPd

Paikem 1
Paikem 1Paikem 1
Paikem 1
AdeMustopa1
 
Skripsi zuraida akhir
Skripsi zuraida akhirSkripsi zuraida akhir
Skripsi zuraida akhirAmrizal Ahmad
 
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Goes Jiant
 
Proposal skripsi Keterampilan Proses Sain
Proposal skripsi Keterampilan Proses SainProposal skripsi Keterampilan Proses Sain
Proposal skripsi Keterampilan Proses Sain
Soga Biliyan Jaya
 
tugas metodologi PAI.pptx
tugas metodologi PAI.pptxtugas metodologi PAI.pptx
tugas metodologi PAI.pptx
DzuanTiraFazari2
 
Jon hendri tugas ptk
Jon hendri tugas ptkJon hendri tugas ptk
Jon hendri tugas ptk
Maryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
234799245.docx
234799245.docx234799245.docx
234799245.docx
ekopujianto21
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Andriani Widi Astuti
 
Bab i a4
Bab i a4Bab i a4
Bab i a4
Ismadi Voltus
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulumyanti riyanti
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulumyanti riyanti
 
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Totok Priyo Husodo
 
239602990 pengajaran-kemahiran-berfikir-aras-tinggi
239602990 pengajaran-kemahiran-berfikir-aras-tinggi239602990 pengajaran-kemahiran-berfikir-aras-tinggi
239602990 pengajaran-kemahiran-berfikir-aras-tinggi
Star Ng
 
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan IslamIlmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam
pita pulungan
 

Similar to Penelitian Dosen Drs. H. Mokh Ya'kup., M.MPd (20)

Paikem 1
Paikem 1Paikem 1
Paikem 1
 
Skripsi zuraida akhir
Skripsi zuraida akhirSkripsi zuraida akhir
Skripsi zuraida akhir
 
skripsi
skripsiskripsi
skripsi
 
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Proposal skripsi Keterampilan Proses Sain
Proposal skripsi Keterampilan Proses SainProposal skripsi Keterampilan Proses Sain
Proposal skripsi Keterampilan Proses Sain
 
Bab i ok
Bab i okBab i ok
Bab i ok
 
tugas metodologi PAI.pptx
tugas metodologi PAI.pptxtugas metodologi PAI.pptx
tugas metodologi PAI.pptx
 
2 jurnal pkn bu eli
2   jurnal pkn bu eli2   jurnal pkn bu eli
2 jurnal pkn bu eli
 
Jon hendri tugas ptk
Jon hendri tugas ptkJon hendri tugas ptk
Jon hendri tugas ptk
 
234799245.docx
234799245.docx234799245.docx
234799245.docx
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasan
 
Proposal pkp anti
Proposal  pkp  antiProposal  pkp  anti
Proposal pkp anti
 
Proposal pkp anti
Proposal  pkp  antiProposal  pkp  anti
Proposal pkp anti
 
Bab i a4
Bab i a4Bab i a4
Bab i a4
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulum
 
Book Report Kurikulum
Book Report KurikulumBook Report Kurikulum
Book Report Kurikulum
 
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
 
239602990 pengajaran-kemahiran-berfikir-aras-tinggi
239602990 pengajaran-kemahiran-berfikir-aras-tinggi239602990 pengajaran-kemahiran-berfikir-aras-tinggi
239602990 pengajaran-kemahiran-berfikir-aras-tinggi
 
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan IslamIlmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
nimah111
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
705368319-Ppt-Aksi-Nyata-Membuat-Rancangan-Pembelajaran-Dengan-Metode-Fonik.pptx
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 

Penelitian Dosen Drs. H. Mokh Ya'kup., M.MPd

  • 1. IMPLEMNTASI STRATEGI PENGALAMAN PENTING PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AHLAK DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRILAKU BELAJAR SISWA (Studi di SDIT Al-Husna Tanjung Priok Jakarta) Oleh : Drs. H. Mokh Ya’kup,M.MPd NIDN : 2103076201 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SHALAHUDDIN AL-AYYUBI JAKARTA TAHUN 2018
  • 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam dunia pendidikan dituntut lebih memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya meningkatkan kemajuan bangsa. Tidak hanya itu dunia pendidikan dituntut untuk membentuk manusia yang berahlak mulia, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab yang semua didasarkan atas ketaqwaan kepada tuhan Yang Maha Esa. Hal itu senada dengan apa yangtertuang dalam undang-undang sistem pendidikan nasional BAB II pasal 3 yang berbunyi : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesesrta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.1 Tidak hanya pendidikan secara nasional tetapi pendidikan Islam juga sangat berperan dalam mengembangkan potensi manusia, dan dewasa ini pendidikan Islam secara kuantitatif bisa dikatakan maju, hal ini bisa dilihat dari menjamurnya lembaga pendidikan Islam, mulai dari sekolah kanak kanak hingga perguruan tinggi Islam, baik yang dikelola swasta maupun yang dikelola pemerintah. Kendati demikian secara kualitas pendidikan Islam masih harus terus berbenah mencari format yang tepat untuk dikembangkan lagi sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. 1 Undang-undang RI, Tentang System Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003),h. 6
  • 3. 2 Pendidikan agama Islam memang merupakan salah satu komponen wajib dari isi kurikulum setiap jenjang pendidikan sebagai mana yang telah diisyaratkan oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989. Membangun masyarakat menjadi SDM yang berkualitas memang bukan suatu pekerjaan yang mudah. Karena itu, faktor pendidikan merupakan tiang pancang dalam hal ini. Bahwa pendidikan adalah salah satu aspek sosial budaya yang berperan sangat strategis dalam pembinaan sebuah keluarga, masyarakat danangsa. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah mesti dilaksanakan secara sadar, sistematis, terarah dan terpadu. Sebagai bentuk pendidikan yang berbasiskan agama, pendidikan Islam jelas memiliki mata rantai tranmisi spiritual yang lebih nyata dalam proses pengajarannya dibandingkan pendidikan umum. Karena itulah, pendidikan Islam menanggung beban yang cukup berat, sebab harus memadukan unsur profane dan imanen. Dengan pemaduan ini diharapkan tujuan pendidikan Islam bisa terwujud, Yakni melahirkan manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan. 2 Sebagai mana yang di katakan bahwa pendidikan adalah faktor yang yang penting untuk mengembangkan SDM, maka sangat jelas bahwa pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka, secara detail seperti apa yang telah tercantum dalam undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1, bahwa : 2 Hakimin, Jurnal Pendidikan Islam,( Balikpapan: STAI Balikpapan, 2009), h. 1-2
  • 4. 3 “Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”Dalam hal ini tentu saja diperlukan adanya pendidik yang profesional terutama guru disekolah dasar, menengah, dan dosen diperguruan tinggi.3 Pendidikan begitu pentingnya dalam kehidupan manusia, maka diatur sedemikian rupa agar dapat membantu kehidupan manusia, semua hal dan komponen yang berhubungan dengan pendidikan selalu diperhatikan dan dipertimbangkan agar tercipta pendidikan yang bermutu mulai dari peserta didik, pendidik, apa yang diajarkan sampai pada masalah sarana prasarana diatur sedemikian rupa agar tidak ada cela dan cacat yang dapat membuat pendidikan terganggu yang akhirnya tidak sesuai dengan harapan awalnya.4 Dalam sebuah pendidikan, banyak sekali hal hal yang sangat mempengarui berhasil tidaknya suatu pendidikan itu, antara lain adalah proses belajar mengajar, padahal selama ini salah satu yang dihadapi oleh pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran, selama ini Sebagian besar pendekatan pendidikan di sekolah-sekolah berpusat pada guru yang berarti semua mengarah pada guru. Jika kita tinjau lebih jauh pada pendekatan tersebut siswa lebih banyak mendengar, menghafal bahan-bahan yang diberikan oleh gurunya dan mengulanginya pada waktu ujian. Hal ini akan mengakibatkan siswa menjadi pasif. Proses belajar ini terkadang kurang memperhatikan perbedaan-perbedaan individu siswanya. Karena guru hanya menuntut agar siswanya menerima semua 3 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002), h. 1 4 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, tt), h. 30
  • 5. 4 materi yang disampaikan dan berhasil dalam ujian tanpa memperhatikan sisi lain kebutuhan siswa. Untuk mengaktualisasikan diri mengembangkan semua potensi yang dimiliki, mengembangkan daya nalar dalam mengembangkan pengetahuan yang diterima.5 Hasil dominan guru adalah siswa cenderung kurang semangat belajar atau kurang motivasi belajar. Karena siswa akan belajar mengikuti instruksi dan menyelesaikan sendiri sesuai dengan perintah-perintah guru. Bahkan siswa cenderung menghafal pelajaran dengan baik untuk mendapatkan nilai yang diharapkan. Pada abad 20, teacher centered method tidak mampu lagi mendorong motivasi siswa kepada tujuan-tujuan utama pendidikan yaitu : "Kesanggupan berpikir secara kritis dan positif, perkembangan disiplin diri, bekerja sama dengan orang lain secara efektif, bertanggung jawab diri sendiri dan orang lain".6 Hasil dari dominasi guru atau teacher centered method yang sudah disebutkan. Dan semua itu sangat berlawanan dengan tujuan utama pendidikan diatas, yang terpenting dalam proses belajar mengajar adalah terciptanya suasana belajar yang baik, tidak didominasi yang berlebihan dari pihak guru maupun siswanya. Selain pendekatan strategi dan strategi pembelajaran merupakan prinsip- prinsip yang mendasari kegiatan dan mengarahkan perkembangan peserta didik 5 Hakimin, Jurnal Pendidikan Islam,( Balikpapan: STAI Balikpapan, 2009), h. 1-2 6 Koestoer Partowisastro, Dinamika Dalam Psikologi Pendidikan,(Jakarta: Erlangga,1983), h.79
  • 6. 5 dalam proses pembelajaran memegang peranan penting dalam menciptakan mutu pendidikan dan hasil belajar yang maksimal.7 Para ahli teori teori belajar telah mencoba mengembangkan berbagai cara pendekatan sistem pengajaran atau proses belajar mengajar, berbagai sistem pengajaran yang menarik akhir-akhir ini diantaranya adalah strategi pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik belajar secara aktif, ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran dan mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, Memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa-apa yang baru mereka pelajari kedalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Denganbelajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik, dengan cara ini biasnya peserta didik akan meraskan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar bisa dimaksimalkan.8 Dan untuk menyikapi fenomena yang ada, para praktisi pendidikan dan khususnya para pemerintah telah berusaha untuk menghidupkan kembali aktifitas pendidikan melalui cara-cara pendidikan yang betul-betul mencerdaskan dan dapat dinikmati anak, dan dalam hal ini strategi pembelajaran aktif sangat 7 Melvin L Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusa Media,2006), h. 02 8 Hisyam Zaini Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insane Madani,2008), h. 26
  • 7. 6 diperlukan dalam oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Strategi critical incident ( Pengalaman Penting) adalah strategi untuk mengaktifkan siswa sejak dimulainya pembelajaran yaitu strategi yang mana siswa harus mengingat dan mendiskripsikan pengalaman masa lalunya yang sesuai dengan topik materi yang disampaikan.9 Berdasarkan hasil observasi peneliti di SDIT Al-Husna Tanjung Priok peran guru aqidah ahlak dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar masih menggunakan metode campuran, yang lebih utamanya untuk menerangkan materi didepan kelas menggunakan metode ceramah, lebih lanjutnya untuk lebih memperjelas materi anak-anak saya suruh diskusi mengenai materi yang sulit sehingga output hasil tidak begitu maksimal. Baik dari nilai maupun prilaku siswanya. Dengan adanya strategi tersebut dalam pendidikan agama Islam, makapeneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “IMPLEMNTASI STRATEGI PENGALAMAN PENTING PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AHLAK DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRILAKU BELAJAR SISWA (Studi di SDIT Al-Husna Tanjung Priok Jakarta) Dalam pemilihan judul ini dipunyai alasan-alasan sebagai berikut: 1. Pemilihan metode pembelajaran yang pas akan menghasilkan hasil belajar yang baik pula sedangkan jika pemilihan metode yang terkesan pasif mengakibatkan semangat dan nilai hasil belajar anak tidak maksimal 9 https://syaharuddin.wordpress.com/2008/04/25/mengurangi-kebosanan-siswa-melalui- berbagai-metode-mengajar/ diakses pada tanggal 20 Oktober 2018 Jam 11.23
  • 8. 7 2. Guru mempunyai fungsi dan peran yang penting dalam memberikan peningkatan prestasi belajar siswa. 3. Pendidikan aqidah ahlak jadi bekal bagi siswa dalam kehidupan sehari hari dalam berprilaku sehingga mendapat perhartian khusus dalam metode yang pas dalam hal ini metode pengalaman penting yang di terapkan. B. Identifikasi Masalah Setelah penulis mengemukakan latarbelakang alasan pemilihan judul maka untuk mempertegas proses penelitian diperlukan adanya identifikasi masalah yaitu sebagai berikut : 1. Kegiatan pembelajaran Aqidah ahlak belum sesuai dengan target hal ini dilihat dari hasil akhir dan prilaku anak sehari haridi SDIT Al-Husna 2. Faktor Profesionalisme Guru 3. Faktor Daya tangkap dan ingat siswa 4. Faktor korelasi antara strategi penyampaian materi pembelajaran dengan prestasi hasil belajar C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukan selanjutnya supaya proses penelitian bersifat objektif maka peneliti melakukan pembatasan masalah yakni seputar “Pengaruh strategi critical
  • 9. 8 incident(pengalaman penting) terhadap hasil belajar aqidah ahlak di SDIT Al- Husna Tanjung Priok Jakarta Utara”. Penelitian ini dilaksanakan di tempat kursus “SDIT Al-Husna” yang berlokasi di Jl. Enggano No.1, RT.6/RW.8, Tj. Priok, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14310 pada tanggal 1 Agustus 2018s/d 30 Oktober 2018. 2. Perumusan Masalah Permasalahan yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran aqidah ahlak dengan menggunakan Strategi critical incident (pengalaman penting) di SDIT Al-Husna? b. Bagaimana aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran aqidah ahlak dengan menggunakan Strategi critical incident (pengalaman penting) di SDIT Al-Husna? c. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum dan sesudah Strategi critical incident (pengalaman penting) diterapkan pada mata pembelajaran aqidah ahlak di SDIT Al-Husna ? d. Adakah pengaruh Strategi critical incident (pengalaman penting) terhadap hasil belajar siswa pada mata pembelajaran aqidah ahlak di SDIT Al-Husna? D. Tujuan dan Signifikasi Penelitian
  • 10. 9 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran aqidah ahlak dengan menggunakan Strategi critical incident (pengalaman penting) di SDIT Al-Husna. b. Untuk mengetahui aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran aqidah ahlak dengan menggunakan Strategi critical incident (pengalaman penting) di SDIT Al-Husna. c. Untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah Strategi critical incident (pengalaman penting) diterapkan pada mata pembelajaran aqidah ahlak di SDIT Al-Husna. d. Untuk mengetahui pengaruh Strategi critical incident (pengalaman penting) terhadap hasil belajar siswa pada mata pembelajaran aqidah ahlak di SDIT Al-Husna. 2. Signifikasi Penelitian a. Kegunaan Teoritis Dalam penelitian ini penulis berharap dapat memberikan masukan-masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam penyediaan data yang ada kaitannya dengan Pendidikan Ilmu Agama Islam Pada Siswa di SDIT Al-Husna Kel. Lagoa Kec. Koja Jakarta Utara Dalam Strategi critical incident (pengalaman penting) di SDIT Al-Husna. b. Kegunaan Praktis
  • 11. 10 1) Untuk membangun pengalaman belajar yang baru bagi siswa 2) Agar siswa memperoleh informasi terbaru 3) Siswa dapat mengembangkan pikiran atau ide – ide baru. 4) Hasil penelitian ini guna untuk memenuhi tugas dan persyaratan untuk laporan BKD Dosen E. Sistematika Penulisan Penelitian yang disusun ini, terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1. Bagian muka Pada bagian muka ini, memuat halaman sampul, halaman judul, halaman persembahan, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, dan daftar tabel. 2. Bagian isi Bagian ini terdiri dari: BAB I: PENDAHULUAN, Meliputi : latar belakang masalah, indetifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan signifikasi penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II LANDASAN TEORI : Meliputi Deskripsi Teori tentang : Strategi critical incident (pengalaman penting). Hasil belajar, Kerangka Berfikir dan Hipotesis BAB III KERANGKA METODOLOGIS, meliputi : Metode Penelitian, Populasi Sampel Dan Teknik Penarikan Sampel, Intrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data Dan Teknik Analis Data.
  • 12. 11 BAB IV HASIL PENELITAN, Meliputi : Deskripsi Institusi, Deskripsi Karakteristik, Responden, Penyajian Analis Data Dan Interpratasi Hasil Penelitian. BAB V PENUTUP, Meliputi: Kesimpulan Dan Rekomendasi 3. Bagian Akhir Bagian akhir ini terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat pendidikan penulis.
  • 13. 12 BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN A. Deskripsi Teori 1. Pengalaman Penting (Strategi Critical Incident) a. Latar Belakang Pengalaman Penting Latar belakang dari munculnya Pengalaman Penting (Strategi Critical Incident) adalah dari munculnya strategi pembelajaran aktif, pembelajaran aktif itu sendiri berasal dari kata active artinya aktif dan learning yang artinya pembelajaran.1 Menurut Melvin L silberman, belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa tetapi belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian pekerjaan belajar, mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah-masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. 2 Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik belajar secara aktif, ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa- 1 Sutrisno, Revolusi Pendidikan Di Indonesia, (Yogyakarta: Ar Ruzz, 2005), h. 32 2 Melvin L Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusa Media, 2006), h. 9
  • 14. 13 apa yang baru mereka pelajari kedalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik, dengan cara ini biasnya peserta didik akan meraskan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar bisa maksimal.3 Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Ketika peserta didik pasif, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak, agar otak dapat memproses informasi yang baik, maka akan membantu kalau terjadi proses refleksi secara internal. Jika peserta didik diajak untuk berdiskusi, menjawab pertanyaan, atau membuat pertanyaan, maka otak mereka akan bekerja lebih baik sehingga proses belajar mengajar dapat terjadi dengan lebih baik pula.4 Belajar aktif tidak dapat terjadi tanpa adanya patisipasi siswa, terdapat berbagi cara untuk membuat proses pembelajaran yang mengakibatkan keaktifan siswa dan mengasah ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Proses pembelajaran dalam memperoleh informasi, keterampilan dan sikap akan terjadi melalui proses pencarian dari diir siswa. Para siswa sebaiknya dikondisikan berada dalam suatu bentuk pencarian dari pada suatu bentuk reaktif, yakni mereka mencari jawaban terhadap pertanyaan baik yang dibuat oleh guru maupun yang ditentukan oleh siswa sendiri, semua ini dapat terjadi ketika siswa diatur sedemikian rupa 3 Hisyam Zaini Dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insane Madani, 2008), h. 26 4 Ibid., h. 27
  • 15. 14 sehingga berbagai tugas dan kegiatan yang dilaksanakan sangat mendorong mereka untuk berfikir, bekerja, danmerasa. 5 Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, hisyam zaini dalam strategi pembelajaran aktif menawarkan empat puluh empat cara strategi pembelajaran aktif yang hampir dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran salah satunya adalah Pengalaman Penting (Strategi Critical Incident). b. Pengertian Pengalaman Penting Pengalaman Penting (Strategi Critical Incident) yaitu suatu strategi yang mana siswa harus mengingat dan mendiskripsikan pengalaman masa lalunya yang menarik dan berhubungan serta berkaitan dengan pokok bahasan yang akan disampaikan, lalu guru menyampaikan materi dengan menghubungkan pengalaman yang dimiliki oleh siswanya. 6 c. Tujuan Pengalaman Penting Setiap strategi pasti mempunyai tujuan masing-masing, adapun Tujuan dari Pengalaman Penting (Strategi Critical Incident) ialah untuk melibatkan peserta didik aktif sejak dimulainya pembelajaran dengan meminta peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman yang mereka miliki.7 Hal ini juga serupa dengan apa yang di tulis Ahmad Sabri dalam bukunya strategi belajar mengajar dan micro 5 Sutrisno, op.cit., h. 93-94 6 http :/syaharuddin. Wordpress.com/2008/04/25/mengurrangi kebosanan siswa melalui berbagai metode mengajar.htm (diakses tanggal 28 Oktober 2018 Jam 09.50 WIB) 7 Dede Rosyada, et. al., Pendidikan Kewargaan, (Jakarta: Prenada Media,2004 ), h. 25
  • 16. 15 teaching bahwa stratgi ini mempunyai tujuan untuk melihat siwa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka.8 d. Langkah-Langkah Pembelajaran Pengalaman Penting Pengalaman Penting (Strategi Critical Incident) dalam penerapannya mempunyai langkah-langkah atau prosedur-prosedur yang harus dijalani, antara lain : 1) Guru meminta siswa untuk mempelajari topik atau materi yang akan dipelajari disekolah. 2) Guru menyampaikan kepada peserta didik topic atau materi yang akan dipelajari dalam pertemuan hari ini. 3) Guru meminta kepada peserta didik untuk mengingat-ingat pengalaman mereka yang tidak terlupakan yang sesuai dan berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. 4) Guru memberikan kesempatan beberapa menit kepada peserta didik untuk berfikir tentang pengalaman mereka. 5) Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman mereka yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan pada pertemuan hari ini. 6) Guru menyampaikan materi dengan mengaitkan pengalaman-pengalaman yang telah diungkapkan oleh peserta didik. 9 e. Kelebihan Dan Kekurangan Pengalaman Penting Setiap metode ataupun strategi pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu pula Pengalaman Penting (Strategi Critical Incident) juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Strategi Critical Incident mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain; strategi ini sangat cocok jika diterapkan untuk materi-materi yang bersifat 8 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Ciputat: Quantum Teaching,2005), h. 122 9 Hisyam Zaini, et. al., op.cit., h. 2
  • 17. 16 praktis seperti materi sholat, tetapi strategi ini tidak cocok digunakan untuk materi yang bersifat teoritis.10 Strategi ini juga mempunyai kelebihan yaitu untuk mengaktifkkan siswa sejak dimulainya pembelajaran.11 Selain itu strategi ini baik digunakan untuk tujuan pembelajaran yang mengajarkan peserta didik untuk lebih berempati, strategi ini juga lebih baik digunakan untuk kelas dengan jumlah yang sedikit dan tidak terlalu banyak agar siswa tidak malu untuk mengungkapkan pengalamannya.12 2. Hasil Belajar Siswa a. Pengertian hasil belajar Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang hasil belajar, perlu dirumuskan dengan jelas dari kata diatas, karena secara etimologi hasil belajar terdiri dari dua kata, yaitu hasil dan belajar. Menurut kamus bahasa Indonesia hasil adalah sesuatu yag ada (terjadi) oleh suatu kerja, berhasil sukses.13 Sementara menurut R.Gagne hasil dipandang sebagai kemampuan internal yang menjadi milik orang serta orangitu melakukan sesuatu.14 Sedangkan pengertian belajar secara etimologis belajar belajar dari kata “ajar” yang mendapat awalan ber- dan merupakan kata kerja yang mempunyai arti berusaha memperoleh kepandaian. 10 http://ghufroon-nuddaroin.blogspot.com/2009/02/manajemen-pembelajaran.html. (diakses pada tanggal 28 Oktober 2018 Jam 09.55) 11 Suwardi, Manajemen Pembelajaran, (Surabaya: Jp Books, 2007), h. 63 12 Dede Rosyada, et. al., loc. cit. h.29 13 Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rienika Cipta, 1996), h. 53 14 Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Direktorrat Jendral Kelembagaan Islam, 2005), h. 46
  • 18. 17 Adapun secara terminologis anyak para pakar pendidikan yang mendefinisikan belajar sebagaimana yang akan penulis uraikan dibawah ini; Dalam bukunya “education psikologi” Ringtoon mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan yang terjadi dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu proses pengertian. 15 Definisi tersebut menekankan pada aspek hasil dari suatu proses yaitu adanya perubahan pola kepribadian yang baru. Perubahan tersebut merupakan respons dari adanya stimulus yang diterima oleh seseorang, lingkup perubahan tersebut meliputi semua aspek kepribadian yaitu kognnitif, afektif, dan psikomotor. Hampir sama dengan pengertian diatas slameto mengartikkan belajar sebagai proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruan sebagai hasil dari pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.16 Kemudian menurut James.O.Withaker mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman, disamping itu juga diartikan sebagai proses sebagian tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui proses latihan.17 15 Winkell, Psikologi Pengajaran, ( Jakarta: Grafindo Persada,1991), h. 71 16 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempenggaruhinya, (Jakarta: Rieneka Cipta,1991), h. 2 17 Dewi Ketut Sukardi, Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar,(Surabaya: Usaha Nasioal,1983), h. 17
  • 19. 18 Dari beberapa definisi diatas terdapat 2 (dua) sudut pandang mengennai pengertian belajar yaitu belajar sebagai suatu hasil dan juga dipandang sebagai proses. Bertolak dari definisi-definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam belajar terkandung beberapa hal, yaitu: a) Adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang mengalami proses belajar. b) Perubahan tersebut sebagai suatu hasil dari respons siswa terhadap stimulus yang diterima, jadi harus dibedakan dengan perubahan yang tidak dihasilkkan dari pengalaman. c) Usaha-usaha yang dilakukan seseorang baik melalui latihan , pengalaman, interaksi dan pengalamannya. d) Lingkup perubahan tersebut meliputi aspek kognitif, afekti, dan psikomotor. Sebagai mana pengertian diatas bahwasanya belajar merupakan sebuah proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku melalui tahap-tahap tertentu yang disebut proses belajar. Dari definisi yang telah dipaparkan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar yaitu suatu hasil yang telah dicapai setelah mengevaluasi proses belajar mengajar atau setelah mengalami interaksi dengan lingkungannya guna memperoleh ilmu pengetahuan dan akan menimbulkan perubahan tingkah laku yang relative menetap dan tahan lama.
  • 20. 19 b. Arti penting belajar Belajar adalah fungsi utama dan vital bagi pendidikan, belajar memainkkan peranan yang penting dalam mempertahankkan kehidupan, pada umat manusia banyak sekali perubahan yang tedapat dalam diri manusia yang bergantung pada belajar sehingga yang terdapat dalam diri manusia kembali pada apa dan bagaimana ia belajar. Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar sekelompok manusia seperti hasil belajar pengetahuan dan teknologi tinggi yang digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama umat manusia, kegiatan belajar tetap memiliki arti penting, Karena belajar berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Dalam perspektif agama, belajar adalah kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat.18 sesuai dengan firman Allah dalam surat Al- mujadalah ayat 11: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:” berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakkan:”berdirilah untuuk kamu, maka berdirilah, maka Allah akan meninggikan orang- orang yang beriman diantara mu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.19 18 Ibid., h. 22 19 Departemen Agama, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Jawa Tengah: Mubarokatan Toyyibah, tt), h .543
  • 21. 20 Selain itu Allah juga berfirman dalam surat Al- isra’ ayat 36: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kau tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan hhati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.20 Karena itu yang dimaksud dalam hal ini adalah berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan zaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak. Untuk mencapai hasil belajar seperti diatas, kemampuan profesionalisme guru sangat dituntut dan siswa dalalm proses belajarnya hendaklah memunculkan pengalaman pengalaman baru yang positif yang mengembangkan aneka kecakapan. c. Ciri-ciri belajar Adapu belajar ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut: a) Disengaja dan bertujuan b) Tahan lama c) Bukan karena kebetulan d) Bukan karena kematangan dan pertumbuhan”. 20 Ibid., h. 283
  • 22. 21 d. Jenis-jenis hasil belajar Hasil belajar berupa prestasi belajar atau kinerja akademik yang dinyatakan dengan skor atau nilai, pada prinsipnya pengungkapannya hasil belajar ideal itu meliputi segenap rannah psikologis yang berupa akibat pengalaman dan proses belajar. Dalam tujuan pendidikan yang ingin dicapai kategori dalam bidang ini yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan karena sebagai tujuan yang hendak dicapai, dengan kata lain tujuan pengajaran dapat dikuasai siswa dalam mencapai tiga aspek tersebut, dan ketiganya adalah pokok dari hasil belajar, menurut “Taksonomi Bloom”diklasifikasikan pada tiga tingkatan domain, yaitu sebagai berikut: 1) Jenis hasil belajar pada bidang kognitif. Istilah kognitif berasal dari cognition yang bersinonim dengan kata knowing yang berarti pengetahuan, dalam arti luas kognisi adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuaan. 21 Menurut para ahli psikologi kognitif, aspek kognitif ini merupakan sumber sekaligus sebagai pengendali aspek-aspek yang lain, yakni aspek afektif dan juga aspek psikomotorik. Dengan demikian jika hasil belajar dalam aspek kogniitif tinggi maka dia akan mudah untuk berfikir sehingga ia akan mudah memahami dan meyakini materi-materi pelajaran yang di berikan kepadanya serta mampu menangkap pelan-pelan moral dan nilai-nilai yang terkandung 21 Dewi Ketut Sukardi, op.cit., h. 22.
  • 23. 22 didalam materi tersebut. Sebaliknya, jika hasil belajar kognitif rendah maka ia akan sulit untuk memahami materi tersebut untuk kemudian diinternalisasikan Dalam dirinya dan diwujudkan dalam perbuatannya. Jenis hasil belajar aspek kognitif ini meliputi enam kemampuan atau kecakkapan antara lain: a) Pengetahuan (knowladge). Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya. b) Pemahaman (comprehension). Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan di ingat. c) Penerapan atau aplikasi (aplication). Adalah kesanggupan seseorang untuk menerangkan atau meggunakan ide-ide umum, tata cara, ataupun metode-metode,prinsip- prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang kongkrit. d) Analisis (analysis). Adalah kemampuan seseorang untuk merinci attau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian dan faktor-faktor yang satu dengan faktor yang lainnya. e) Sintensis (syntensis).
  • 24. 23 Adalah suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. f) Penilaian dan evaluasi (evaluation). Adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide atau kemampuan untuk mengambil keputusan (menentukan nilai) sesuatu yang dipelajari untuk tujuan tertentu.22 2) Jenis hasil belajar pada bidang afektif. Aspek afektif berkenaan dengan perubahan sikap dengan hasil belajar dalam aspek ini diperoleh melalui internalisasi, yaitu suatu proses kearah pertumbuhan bathiniyah atau rohaniyah siswa, pertumbuhan terjadi ketika siswa menyadari suatu nilai yang terkandung dalam pengajaran agama dan nilai-nilai itu dijadikkan suatu nilai system diri “nilai diri” sehingga menuntun segenap pernyataan sikap, tingkah laku dan perbuatan untuk menjalani kehidupan. Adapun beberapa jenis kategori jenis aspek afektif sebagai hasil belajar adalah sebagai berikut : a) Menerima (receiving) Yaitu semacam kepekaan dalam menerima rancangan (stimuli) dari luar yang datang dari siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala, 22 Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996), h. 50
  • 25. 24 dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. b) Jawaban (responding) Yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulisasi yang datang dari luar, dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dan menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. c) Penilaian (valuing) Yaitu berkenaan dengan nillai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi, dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. d) Organisasi (organization) Yaitu pengembangan nilai kedalam satu system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari pada system nilai. e) Karakteristik (characterization) Yaitu keterpaduan dan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengarui pola kepribadian, tingkah lakunya, disini termasuk nilai dan karakteristiknya. 23 23 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Akasara 1995 ), h.53-54
  • 26. 25 3) Jenis hasil belajar pada bidang psikomotor. Aspek psikomorik berhubungan dengan keterampilan yang bersifat fa’aliyah kongkrit, walaupun demikian hal itupun tidak terlepas dari kegiatan belajar yang bersifat mental (pengetahuan dari sikap), hasil belajar dari aspek ini adalah merupakan tingkah laku yang dapat diamati. Adapun mengenai tujuan dari psikomotorik yang dikembangkan oleh Simpson (1966-1967) sebagai berikut : a) Persepsi. Yaitu penggunaan lima panca indra untuk memperoleh kesadaran dalam menerjemahkan menjadi tindakan. b) Kesiapan. Yaitu keadaan siap untuk merespon secara mental, fisik, dan emosional. c) Respon terbimbing. Yaitu mengembangkan kemampuan dalam aktifitas mencatat dan membuat laporan. d) Mekanisme. Yaitu respon fisik yang telah dipelajari menjadi kebiasaan. e) Adaptasi. Yaitu mengubah respon dalam stimulasi yang baru. f) Organisasi. Yaitu menciptakan tindakan-tindakan baru. 24 24 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 82
  • 27. 26 e. Indikator hasil belajar Indikator yang dijadikan tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil, berdasarkan ketentuan kurikulum yang disempurnakan, dan yang saat ini digunakkan adalah : 1) Daya serap terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok. 2) Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau intruksional khusus (TIK) telah dicapai siswa baik secara individu maupun secara kelompok.25 f. Tingkat keberhasilan Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, masalah yang dihadapi ialah sampai ditingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai, sehubungan dengan hal inilah keberhasilan belajar dibagi menjadi beberapa tingkatan atau taraf, antara lain sebagai berikut : 1) Istimewa/ maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang telah diajarkan dapat dikuasai siswa. 2) Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% sd 99%) bahan pelajaran yang telah dipelajari dapat dikuasai siswa. 3) Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang telah diajarkan hanya (60% sd 75%) dikuasai siswa. 4) Kurang : apabila bahan pelajaran yang telah diajarkakn kurang dari 60% yang dikuasai siswa.26 25 Muhammad Uzer Ustman, Upaya Optimamlisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung,:Remaja Rosydakarya, 1993), h. 3
  • 28. 27 Dengan melihat data yang terdapat dalam daya serap siswa dalam pelajaran dan presentasi keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut, dapat diketahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru. g. Penilaian Penilaian merupakan suatu proses kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, ddan menafsirkkan data tentang proses dan hasil belajar siswa, kegiatan penilaian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kemampuanbelajar siswa setiap waktu. Oleh sebab itu penilaian harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.27 Hasil proses penilaian itu dijadikakn sebagai bahan pertimbangan bagi guru apakah siswa perlu diberikan pengayaan atau remedial, kalau seseorang mengidentifikasikan kemampuan yang lebih maka bisa diberikan pengayaan, sedangkkan seorang siswa yang belum menunjukkan hasil belajar seperti yang diharapkan maka perlu diberikan remedial, pemberian remidial diberikan untuk indicator hasil belajr yang dikuasai siswa. Dalam penilaian ada beberapa kriteria atau hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain : 26 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar,( Jakarta : Rieneka Cipta,1996),h. 121 27 Farida Rahim, Pengajaran Membaca Disekolah Dasar(Jakarta :Bumi Aksara,2005), h.74
  • 29. 28 1) Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. 2) Penilaian menggunakan berbagai cara, misalnya : observasi, wawancarra, konferensi (pertemuan), portofolio, tes dan mengajukan pertanyaan. 3) Tujuan penilalian terutama dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada siswa, memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat kemajuan (keberhhasilan) belajarnya, dan memberikkan laporan kepada orang tuanya. 4) Alat penilaian harus mendorong siswa untuk menggunakan penalaran dan membangkitkan keaktifan siswa. 5) Penilalian harus dilalukan berkelanjutan, agar kemajuan belajar siswa bisa dimonitor terus menerus. 6) Penilaian harus bersifat adil,setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk meningkatkan kemampuannya. h. Faktor-faktor yang mempengarui hasil belajar Dalam belajar membutuhkan adanya kemampuan untuk berprestasi yang memuaskan, adanya rangsangan-rangsangan yang membentuk minat belajar dan adanya daya serap masing-masing siswa, kesemuanya itu perlu adanya yang mendorong atau yang mempengaruinya. Belajar merupakan suatu aktifitas yang dipengarui oleh banyak fafktor, Karena hasil belajar merupakan bukti keberhasilan seseorang dalam belajar,maka
  • 30. 29 faktor yang mempengarui belajar akan mempengarui juga hasil belajar yang dicapai oleh seseorang. Faktor-faktor yang mempengarui hasil belajar banyak sekali macamnya, namun demikian faktor tersebut dapat dibedakan menjadi tiga yaitu, faktor internal, faktor eksternnal, dan faktor pendekatan belajar.28 1) Faktor internal siswa. Yang dimaksud dengan faktor internal siswa adalah faktor yang menyangkut seluruh pribadi, termasuk fisik, maupun mental dan psikologinya, yang ikut menentukan hasil belajar siswa . Dalam membicarakan faktor internal meliputi 3 macam yakni :29 a) Faktor fisiologis. Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,dapat mempengarui intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran,30 orang yang dalam keadaan sehat jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang kondisi fisiknya lemah. Faktor jasmaniyah terdiri dari dua macam, yaitu: i. Faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik dalam segenap badan beserta bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat, kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. 28 Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan,(Bandung :Remaja Rosdakarya,2008), h. 132 29 Slameto,Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,1991), h. 54 30 Muhibbin Syah, loc. cit.
  • 31. 30 Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehhatan seseorang terganggu,sellain itu ia akan cepat lelah,kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah atupun ada gangguan- gangguan lainnya. Agar seseorang dapat belajar denggan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tettap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan ttentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. ii. Faktor cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu bisa berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah tulang dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar, siswa yang cacat belajarnya juga terganggu, jika hal ini terjadi,hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecatatannya itu. 31 iii. Faktor psikologis. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengarui kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun diantara faktor-faktor siswa yang dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut : a. Intelegensi siswa. 31 Slameto, loc. cit.
  • 32. 31 Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan secara tepat (reber: 1988), dalam intelegensi terdiri dari 3 (tiga) jenis kecakapan, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyelesaikan sesuatu kedalam sesuatu yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahi relasi dan mempelajari dengan cepat. Kecerdasan seseorang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, dalam situasi yang sama anak-anak yang mempunyai intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dan anak-anak yang mempunyai intelegensi yang rendah akan lamban. Anak-anak yang mempunyai IQ 90-100 dapat dikategorikan normal, sedangkan yang mempunyai IQ 110-140 tergolong cerdas, dan IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental yang biasanya digolongkan anak dekil, embisil dan idiot.32 b. Sikap siswa. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi internal yang berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun secara negative. Sikap siswa juga dapat mempengarui belajar siswa, sikap (attitude) siswa yang positif dalam 32 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar,(Jakarta: Rieneka Cipta,1991), h. 78
  • 33. 32 mengikuti pembelajaran akan mengakibatkan siswa mudah untuk memahami materi pelajaran. c. Perhatian. Perhatian menurut gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek.33 Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menarik perhatian siswa makka akan menimbulkan kebosanan yang mengakibatkan siswa malas belajar.34 d. Minat siswa. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, dipperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar penggaruhnya terhadap belajar, karena jika bahan pelajaran yang diberikkan tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya.35 e. Bakat siswa. Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: “the capacity to learn”, dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih, orang yang berbakat mengetik, misalnya 33 Muhibbin Syah, op. cit., h. 135 34 Slameto, op. cit., h. 56 35 Ibid., h. 57
  • 34. 33 akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang berbakat di bidang itu. Dari uraian diatas jelaslah bakat itu mempengaruhi belajar,jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnyya lebih baik karena ia senang belajar dan selanjutnya pastilah ia lebih giat dalam belajar. 36 f. Motivasi siswa. Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan suatu pekerjaan. Yang bisa berasal dari dalam atau juga dari luar. Motivasi yang berasal dari Dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu, atau dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya orang tua, guru, teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat , akan melaksanakan semuau kegiatan belajarnya dengan sungguh- sungguh, penuh gairah atau semangat,sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah maka akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.37 g. Kematangan. Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan 36 Ibid., h. 58 37 Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1997), h. 57
  • 35. 34 keccakapan baru, kematangan belum berarti anak bisa melakukan sesuatu secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dal pelajaran. Dengan kata lain anak yang siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajar akan lebih jika anak sudah siap (matang). 38 h. Kesiapan. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi, kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berrhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar , karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik. 39 iv. Faktor kelelahan. Kelelahan pada seseorang walalupun sulit dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh, kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekaccauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang, kelelahan ini dapat terjadi jika terus menerus memikirkan masalah yang dianggap 38 Slameto, loc. cit. 39 Ibid., h. 59
  • 36. 35 berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang sama dan tidak bervariasi, dan mengerjakkan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. Dan faktor kelelahan juga sangat mempengaruhi hasil belajar karena jika siswa sudah lelah maka ia tidak akan semangat dalam belajar. 40 2) Faktor eksternal siswa. Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: yakni faktor sosial dan faktor non sosial. a) Faktor lingkungan sosial. Yang dimaksud dengan faktor lingkungan sosial adalah seperti para guru, staf adminisrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, para guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik khususnya dalam hal belajar dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya yang termasuk dalam lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dengan tetangga, dan juga teman-teman sepermainan di lingkungan siswa tersebut, lingkungan kumuh yang serba kekurangan akan mempengaruhi aktivitas belajar mereka. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik penegelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi 40 Ibid. h.60
  • 37. 36 keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik atupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.41 b) Faktor non sosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial antara lain, ialah: keadaan udara, suhu udara,cuaca, waktu (pagi, siang dan malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat peraga).Selama ini faktor-faktor diatas sangat mempengarui hasil belajar siswa.42 c) Faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu, dan selain faktor internal dan faktor eksternal, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan belajar siswa tersebut.43 Dari uraian diatas kita dapat melihat bahwa banyak sekali faktor-faktor yang mempengarui hasil belajar siswa, jadi hasil belajar itu merupakan hasil dari interaksi adanya berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar siswa . 41 Muhibbin Syah, op. cit., h. 137-138 42 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008), h.233 43 Muhibbin Syah, op. cit., h. 139
  • 38. 37 3. Pendidikan Aqidah-Akhlak a. Pengertian Pendidikan Aqidah-Akhlak Dalam bukunya tentang Reorientasi Pendidikan Islam, A. Malik Fajar mengatakan bahwa: "Pendidikan adalah salah satu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan berfungsinya secara kuat dalam kehidupan bermasyarakat".44 Istilah pendidikan itu sendiri yaitu berasal dari terjemahan bahasa Yunani paedagogie yang berarti pendidikan dan paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Sementara itu, orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).45 Dalam khazanah Islam, setidaknya ada tiga istilah yang berhubungan dengan makna pendidikan. Tiga istilah itu yaitu:46 a. Ta’lim Kata ini mengandung pengertian proses transfer seperangkat pengetahuan kepada anak didik. Konsekwensinya, dalam proses ta’lim ranah kognitif 44 A. Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), 27. 45 Ibid. h.28 46 Ahmad Munjin & Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), h 4.
  • 39. 38 selalu menjadi titik tekan sehingga ranah kognitif menjadi lebih dominan dibanding dengan ranah psikomotorik dan afektif. b. Ta’dib Kata ini merujuk pada proses pembentukan kepribadian anak didik. Ta’dib merupakan masdar dari addaba yang dapat diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik. c. Tarbiyah Kata tarbiyah memiliki arti mengasuh, bertanggung jawab, member makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, menumbuhkan dan memproduksi serta menjinakkan, baik yang mencakup aspek jasmaniah maupun rohaniah. Makna tarbiyah mencakup semia aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik secara harmonis dan integral. Maka, pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai suatu proses sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh anak didik dengan berpedoman pada ajaran Islam. Kata Islam dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwana Islam, pendidikan yang Islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam. Jadi, pendidikan agama Islam yaitu suatu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan pengasuhan terhadap anak agar kelak saat selesai proses pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam
  • 40. 39 serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan baik pribadi maupun kehidupan masyarakat. Adapun Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rohmat bagi alam semesta. Ajaran-ajarannya selalu membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia di dunia ini. Di dalam agama Islam, banyak sekali ajaran- ajaran yang terbagi dalam sub-sub bagian, yang salah satunya yang akan kita bahas pada penelitian ini yaitu Aqidah Akhlak. Aqidah adalah bentuk jamak dari kata Aqaid yaitu beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati dan menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Aqidah dalam Al-Qur’an dapat di jabarkan dalam surat (Al-Maidah, 5:15- 16) “Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan”*“Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”
  • 41. 40 Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah). Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya. Mata pelajaran aqidah akhlak adalah sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas ajaran agama Islam dalam segi aqidah dan akhlak. Mata pelajaran aqidah akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam serta bersedia mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari b. Tujuan dan Fungsi Aqidah-Akhlak Aqidah Akhlak sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi seorang muslim akan memiliki fungsi dan peranan yang sangat besar dalam hidupnya. Bidang situdi aqidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang
  • 42. 41 terpuji, melalui pemberian dan pemupukkan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, serta berakhak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di dalam bidang studi aqidah akhlak fungsinya adalah: 1) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat. 2) Pengembangan keimanan dan ketakawaan kepada Allah swt., serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin yang mulai ditanamkan dilingkungan keluarga. 3) Penyesuaian mental dan peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui aqidah akhlak. 4) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 5) Mencegah peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-sehari. 47 B. Kerangka Berfikir Strategi pembelajaran adalah suatu hal yang penting didalam sebuah proses belajar mengajar dan untuk saat ini dalam pembelajaran yang dibutuhkan 47 https://www.wawasanpendidikan.com/2014/11/tujuan-dan-fungsi-pembelajaran- aqidah.html (diakses pada tanggal 28 Oktober 2018 Jam 11.10WIB)
  • 43. 42 adalah strategi-strategi yang bisa membuat siswa aktif dalam mengikuti semua proses belajar mengajar, dan salah satu strategi yang bisa mengaktifkan siswa adalah Strategi critical incident (pengalaman penting) yaitu strategi yang mana siswa diminta untuk mengingat-ingat pengalamannya yang berhubungan dengan materi-materi yang dipelajari kemudian siswa disuruh untuk mengungkapkan pengalamannya tersebut, dengan adanya strategi ini siswa dituntut untuk selalu belajar dari segala yang telah mereka lakukan. Dengan adanya pengalaman yang dimiliki siswa maka mereka akan lebih mudah ketika menangkap pelajaran yang dipelajari, begitu juga ketika mereka harus mendemonstrasikan materi-materi yang telah mereka pelajari. Dan dengan adanya kemudahan siswa dalam menerima dan menagkap materi pelajaran maka secara tidak langsung juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Adapun skema alur berfikir yang penulis sampaikan yakni : IMPLEMNTASI STRATEGI PENGALAMAN PENTING PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AHLAK DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRILAKU BELAJAR SISWA (Studi di SDIT Al-Husna Tanjung Priok Jakarta) PENGALAMAN PENTING GURU SISWA SDIT AL-HUSNA TANJUNG PRIOK HASIL BELAJAR AQIDAH AHLAK
  • 44. 43 C. Hipotesis Hipotesis berasal dari dua kata “hypo” yang artinya “dibawah” dan “thera” yang artinya “kebenaran” yang kemudian cara penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia menjadi hipotesa dan berkembang menjadi hipotesis. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul48 Sedangkan menurut sutrisno hadi, hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar mungkin salah, ditolak bila salah dan diterima bila fakta- fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis sangat tergantung pada hasil penelitian terhadap fakta- fakta yang ditimbulkan49 Adapun hipotesis dalam penelitian ini: Ha : Hipotesa alternatif yang menyatakan adanya hubungan antara variable X dan Y.50 Yaitu antara Pengaruh strategi critical incident (pengalaman penting) terhadap hasil belajar aqidah ahlak di SDIT Al-Husna Tanjung Priok Jakarta Utara. Ho : Hipotesa Nol, yang menyatakan tidak adanya hubungan antara variable X dan Y.51 Yaitu antara Pengaruh strategi critical incident (pengalaman penting) terhadap hasil belajar aqidah ahlak di SDIT Al-Husna Tanjung Priok Jakarta Utara. 48 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 71 49 Sutrisno Hadi, Prosedur Reseach I (Yogyakarta: Andi Offest, 1980), h. 63 50 Suharsimi Arikunto, loc.Cit, h. 73 51 Ibid, h. 74
  • 45. 44 BAB III KERANGKA METODOLOGI A. Metode Penelitian Secara etimologis Metode berasal dari bahasa yunani yakni “methodos” yaitu cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode penelitian menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek penelitian. Dalam pengertian yang luas metodologis berarti proses dan prinsip-prinsip yang dipakai dalam mendekati persoalan dan kita harus mencari jawabannya. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuntitatif adalah penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif, artinya pendekatan yang berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan beserta pemecahan yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survey dengan pendekatan kuantitatif deskriftif artinya penelitian dengan cara memaparkan, menuturkan dan mengumpulkan data kemudian menyusun, mengklasifikasi dan menganalisanya. Dengan menggunakan metode survey, pendekatan kuantitatif deskriftif ini diharapkan data yang diperoleh akan lebih lengkap, lebih mendalam dan dapat dipercaya sehingga tujuan penelitian yang dilaksanakan di SDIT Al- Husna dapat dicapai dengan baik.
  • 46. 45 B. Populasi dan Sampel dan Teknik Penarikan Sample Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDIT Al- Husna berjumlah 30 orang. Adapun teknik penarikan sampel karena jumlah populasi di bawah 100 orang, maka penulis mengambil keseluruhan dari remaja pria di wilayah tersebut sebagai populasi sehingga peneliti menghitung dari 1 sampai 30. C. Instrumentasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu variabelterikat atau independent (X) dan variabel bebas atau dependent (Y). Adapunvariabel terikat (X) adalah Pengalaman Penting. Sedangkan variabel bebas(Y) adalah Hasil belajar aqidah ahlak Siswa. Instrumentasi penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan data, kualitas intrument akan menentukan kualitas data yang terkumpul. Definisi Konseptual merupakan suatu definisi yang diberikan kepada masing-masing variabel penelitian secara konsep dan definisi operasional adalah penentuan suatu konstruk (hal-hal yang sulit diukur) sehingga ia menjadi variabel- variabel yang dapat diukur).
  • 47. 46 Tabel 1.1 Kisi kisi Instrumentasi Penelitian VARIBEL PENELITIAN SUMBER DATA METODE INSTRUMEN Pengalaman Penting  Buku  KBM  Wawancara  Pengamatan  Wawancara  Angket  Pengamatan Hasil Belajar  Buku Pustaka  KBM  Raport  Dokumentasi  dan Observasi  Angket Cek List Dalam pengambilan nilai (score) untuk angket penulis memberikan sebuah pertanyaan dengan jawaban pilihan ganda dan tiap-tiap option penulis memberikan secore sebagai berikut : Tabel 1.2 Nilai Angket NO JAWABAN SCORE 1 A 5 2 B 4 3 C 3 4 D 2 5 E 1 D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan tekhnik-tekhnik sebagai berikut: 1. Wawancara Berupa pengumpulan informasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah
  • 48. 47 yangditeliti. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dan dari terwawancara (interviewer). 2. Studi Dokumentasi Yaitu suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari data-data sekunder yang berupa peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen atau arsip, buku-buku, artikel dan laporan-laporan yang berhubungan dengan penelitian. 3. Observasi Metode ini dilakukan dengan memperhatikan di SDIT Al-Husna untukmengamati keadaan lingkungan. 4. Angket (kuesioner) Tekhnik angket yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara menyusunbeberapa pertanyaan secara tertulis kepada responden dan dijawab secara tertulispula oleh responden. Angket ini dilakukan untuk memperoleh informasi dan diajukan kepada 30 siswa yang dijadikan sebagai sampel dan responden hanya dengan memilih salah satu jawaban yang dianggap tepat baginya. E. Teknik Analisi Data Untuk melakukan pengelolaan data, penelitian ini menggunakan langkah sebagai berikut : 1. Editing Penulis berusaha meneliti sedetail mungkin terhadap angeket yang disebarkan kepada populasi yang ada.
  • 49. 48 2. Scoring Apabila tahap editing telah selesai dan catatan jawaban didalam angket telah memadai untuk menghasilkan data yang baik dan cermat, dapat dimulai dengan kegiatan scoring. Adapun yang dimaksud dengan scoring adalah usaha ,mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya. Klasifikasi itu dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jwaban dengan kode tersendiri atau tertentu1 Setiap jawaban mempunyai angka kode tersendiri untuk menghitung data tentang penelitian ini dengan menggunakan angket, penulis memberikan skor pada setiap poin jawaban yaitu : a. Jika pernyataan positif, maka : 1) pernyataan sering adalah diberi skor 4 2) pernyataan sering adalah diberi skor 3 3) pernyataan kadang-kadang adalah diberi skor 2 4) pernyataan tidak pernah adalah diberi skor 1 b. Jika pernyataan negative, maka : 1) pernyataan sering adalah diberi skor 1 2) pernyataan sering adalah diberi skor 2 3) pernyataan kadang-kadang adalah diberi skor 3 4) pernyataan tidak pernah adalah diberi skor 4 1 Amirul Hadi dan Hartono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1998) h. 144
  • 50. 49 3. Tabulating Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan kemudian data tersebut diberi kode dan dimasukan kedalam table. Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah interprestasi data. Setelah mendaoatkan data dari responden maka tahap selanjutnya mengelola data tersebut dengan berusaha memberikan uraian mengenai hasil penelitianya. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode Quantum Teaching terhadap prestasi belajar siswa, penulis menggunakan teknik analisis data sebagainya : a. Analisis deskritif Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya jawaban anget dari responden, rumus yang penulis gunakan adalah statistik presentase yaitu : 𝑷 = 𝒇 𝑵 x 100 % Keterangan : P = Angket persentasi untuk kategori jawaban f = Frekuensi responen N = Jumlah sampel responded b. Pemberian skor prestasi No Skor Keterangan 1 50-59 Rendah 2 60-69 Cukup
  • 51. 50 3 70-79 Baik 4 80-100 Baik Sekali c. Analisa korelasi Untuk langkah selanjutnya agar mengetahui ada tidaknya pengaruh maka penulis menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut : Rumus korelasi (r) : 𝑟𝑥𝑦 = N. ∑xy(∑x)(∑y) 2𝑎√(〖[𝑁. ∑𝑥〗2(∑𝑥)2][𝑁. ∑𝑦2(∑𝑦)2)] Keterangan : rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment N : Number of case ∑x : Jumlah seluruh skor total ∑xy : Jumlah hasil perkalian skor item skor total Sementara untuk mengetahui berapa besar konstribusi yang diberikan oleh variabel x dan terhadap variable y digunakan rumus sebagai berikut : KD = r2 x 100% Keterangan : KD : Koefisien determinator R : koredisien korelasi variabel x dan variabel y
  • 52. 51 Setelah nilai rxy diketahui, kemudian untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang sedang diteliti, penulis berpatokan pada tingkat koefisien korelasi (r) Interval koefisien Tingkat hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0.20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0.599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat Kuat
  • 53. 52 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi SDIT Al-husna 1. Sejarah singkat SDIT Al-husna Institusi yang diteliti adalah SDIT Al-husna , sedangkan Nama Lembaganya adalah Yayasan Al-husna Jakarta Utara. Lokasi dari SDIT Al-husna adalah di Jl. Enggano No.1Rt 004 Rw 008 Kelurahan Tanjung Priok Kecamatan Tanjung Priok Kota Administrasi Jakarta Utara. Sekolah ini berdiri sejak tahun 2000. Yayasan ini bergerak dibidang: Pendidikan, Sosial, dan Dakwah.. Sekolah ini berbasis islami dan termasuk salah satu sekolah dasar swasta yang berada di daerah Jakarta utara. SDIT Al-husna memiliki Visi dan Misi. Visi dan Misi SDIT Al-husna a. Visi TERWUJUDNYA PESERTA DIDIK YANG CERDAS, BERAKHLAK MULIA, BERPRESTASI DAN BERTAQWA KEPADA ALLAH SWT. b. Misi 1) Menjalankan nilai-nilai agama agama dan berperilaku akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari 2) Melaksanakan proses pembelajaranyang aktif, kreatif, inovatif dan variatif
  • 54. 53 3) Membimbing dan mengembangkan bakat dan minat peserta didk secara efektif 4) Mewujudkan peserta didik gemar membaca dan belajar 5) Mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan 2. Struktur Organisasi Kepala Sekolah Komite Sekolah Bendahaa Penjaga Siswa Wali kelas I Ade Titi Wali kelas II Khopidiah Wali kelas IV Nana Wali kelas VI Sumyati Guru PAI Guru Al-Quran Guru Bhs Arab Guru Komputer Masyarakat Sekitar Wakil Ka. Sekolah Tata Usaha Wali kelas III Khopidiah Wali kelas V Nana
  • 55. 54 3. Sarana Prasarana Seluruh bangunan ini terdiri dari 3 gedung yang sudah terealisasi. Gedung SDIT Al-husna yang memiliki 6 ruang /local . lima ruangan dipergunakan untuk ruangan belajar. Sedangkan satu ruangan lagi dipergunkan untuk Kepala sekolah,ruang guru dan ruang belajar kelas 5 dan 6 .Mengingat SDIT Al-husna baru berdiri untuk bangunan dan sarana prasaran juga belum tertata dan masih dalam tahap proses perencanaan seperti ruang perpustakaan,ruang laboratorium dan sarana prasana lainnya. 4. Kurikulum Yang Digunakan di SDIT Al-husna Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengeluaran mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta cara yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.(UU No.20 Th.2003 Tentang sisdiknas). Kurikulum yang digunakan SDIT Al-husna pada tahun pelajaran 2013/2014 adalah kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006. KTSP tahun 2006 ini adalah kebijakan Departemen Pendidikan RI terbaru dan sebelemunya telah berhasil di ujikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004, KTSP tahun 2006 merupakan kelanjutan dari KBK terus beriringan dengan perkembangan zaman dan teknologi Tahun Ajaran Baru 2017/2018 menggunakan kurikulum 2013 atau yang disebut KURTILAS.
  • 56. 55 5. Kegiatan Belajaar Mengajar Kegiatan ini berlaku untuk hari Senin sampai dengan Jumat. Kegiatan di hari sabtu berlaku untuk ekstrakulikuler. Berikut daftar kegiatan ekstrakulikuler yang ada di SDIT Al-husna . a. Pianika b. Menari c. Futsal d. Paskibra e. Pramuka f. Paduan Suara, dan g. Tahfidz Quran Kegiatan ekstrakulikuler secara umum diarahkan dan dilaksanakan untuk dapat memperkuat pencapaian visi dan misi SDIT Al-husna . Selain itu melalui kegiatan ekstrakulikuler ini dapat mengembangkan minat, menanamkan rasa tanggung jawab, kemandirian, dan kebahagian siswa itu sendiri. 6. Keadaan Guru SDIT Al-husna Tenaga pendidik dan kependidikan termasuk staff pegawai dalam hal ini merupakan syarat mutlak dalam organisasi kependidikan SDIT Al-husna berusaha untuk memberikan bimbingan secara maksimal kepada siswa dan wali murid (orang tua) dan pihak lain yang membutuhkan pelayanan lembaga ini dengan menghadirkan tenaga-tenaga pendidik dan kependidikan yang berkompeten dibidangnya, professional dan bertanggung jawab secara moril
  • 57. 56 untuk menciptakan generasi penerus yang cerdas baik intelektual maupun moralnya, Dengan kata lain SDIT Al-husna ingin melahirkan generasi yang cerdas dan berakhlakul karimah. Berikut ini merupakan tabel keadaan tenaga pendidik dan kependidikan di SDIT Al-husna . Tabel 4.1 Keadaan Guru Pendidikan JK Jml Satus Kepegawaian Jml Terakhir L P Non PNS PNS SMA 1 1 1 1 D1 D2 D3 SI 7 9 16 16 17 S2 S3 Jumlah 7 10 17 17 0 17 7. Keadaan Siswa SDIT Al-husna Meskipun saat ini persaingan dalam bidang pendidikan cukup ketat, baik dari segi jumlah sekolah yang semakin banyak sampai dengan persaingan dalam hal biaya pendidikan yang ditawarkan tiap sekolahpun cukup bersaing, namun jumlah peserta didik di SDIT Al-husna hampir tiap tahunya mengalami peningkatan. Subjek penelitian ini adalah siswa, guru, kepala Sekolah Di SDIT Al- husna . Guru dan siswa dijadikan sebagai subjek penelitian untuk memperoleh data mengenai upaya guru menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter pada proses pembelajaran Di SDIT Al-husna .
  • 58. 57 B. Penyajian analisis Data Selama pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa. Pengamatan dilakukan oleh pengamat dari mahasiswa STAI Shalahuddin Al-Ayyubi Jakarta yaitu Hamdan Septiawan dan Wali Kelas IV Ibu Evi pembelajaran dimulai dan diakhiri dengan memberikan soal-soal tes hasil belajar siswa. pemberian soal-soal tes hasil belajar ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkanya strategi critical incident (pengalaman penting). Dan untuk mengetahui pengaruh strategi critical incident (pengalaman penting) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di SDIT Al-Husna. Sebelum menganalisis data tes hasil belajar siswa, maka terlebih dahulu peneliti akan menganalisis hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. 1. Analisis Data Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran. Dalam pengamatan pengelolaan pembelajaran aspek-aspek yang diamati adalah sebagai berikut: a. Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran RRP ke-1 b. Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran RRP ke-2 Dalam pengamatan pengelolaan pembelajaran aspek-aspek yang diamati adalah sebagai berikut: Lembar observasi dari rencana pembelajaran ke-1 (pertemuan pertama)
  • 59. 58 1) Persiapan Secara keseluruhan termasuk RPP, penguasaan terhadap materi yang akan diajarkan, alat dan bahan yang digunakan, sumber belajar, strategi yang akan digunakan dan lain-lain. 2) Pendahuluan a) Menyampaikan tujuan pembelajaran. b) Memotivasi siswa dengan mengaitkan materi dalam kehidupan sehari- hari. c) Mengingatkan siswa kembali pada pelajaran sebelumnya yang merupakan konsep awal dari materi yang dipelajari. 3) Kegiatan Inti a) Memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari. b) Meminta kepada siswa untuk mengingat-ingat pengalamannya yang berhubungan dengan materi c) Memberi kesempatan siswa untuk mengingat-ingat pengalamannya. d) Meminta siswa untuk mengungkapkan atau pengalamannya yang berhubungan dengan materi. e) Menyampaikan materi dengan menghubungkan pengalaman pengalaman yang telah disampaikan siswanya. f) Meminta siswa melafalkan Akhlak Nabi Muhammad SAW. 4) Penutup a) Memberikan kesimpulan materi pelajaran.
  • 60. 59 b) Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. c) Memberikan tugas-tugas kepada siswa secara individu. d) Menginformasikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. 5) Pengelolaan Waktu 6) Suasana Kelas a) Pembelajaran berpusat pada siswa b) Siswa antusias c) Guru antusias Pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan strategi critical incident (pengalaman penting) ini dilakukan pada dua kali pertemuan. Adapun hasil pengamatan kemampuan guru dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang pertama yang diperoleh dari kedua pengamat dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Data pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran Aqidah Ahlak dengan strategi critical incident (pengalaman penting) No Aspek Yang Diamati Pengamat Rata Rata Kategori 1 2 RSA RA RK 1 PERSIAPAN Secara keseluruhan termasuk RPP, penguasaan terhadap materi yang akan diajarkan, alat dan bahan yang digunakan, sumber belajar, strategi yang akan digunakan dan lain-lain. 4 4 4 Sangat Baik 2 PENDAHULUAN a. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 4 3 3,5 3,66 3,56 Sangat Baik
  • 61. 60 b. Memotivasi siswa dengan mengaitkan materi dalam kehidupan sehari-hari. 3 4 3,5 c. Mengingatkan siswa kembali pada pelajaran sebelumnya yang merupakan konsep awal dari materi yang dipelajari. 3 4 3,5 KEGIATAN INTI a. Memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari. 4 4 4 3,37 b. Meminta kepada siswa untuk mengingat-ingat pengalamannya yang berhubungan dengan materi 4 4 4 c. Memberi kesempatan siswa untuk mengingat-ingat pengalamannya 3 3 3 d. Meminta siswa untuk mengungkapkan atau pengalamannya yang berhubungan dengan materi. 4 3 3,5 e. Menyampaikan materi dengan menghubungkan pengalamanpengalaman yang telah disampaikan siswanya. 3 4 3,5 f. Meminta siswa melafalkan Akhlak Nabi Muhammad SAW. 4 4 4 PENUTUP a. Memberikan kesimpulan materi pelajaran. 4 4 4 3,37 b. Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. 3 3 3 c. Memberikan tugas-tugas kepada siswa secara individu. 3 3 3 d. Menginformasikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. 4 3 3,5 4 PENGELOLAAN WAKTU 3 3 3 3 Baik 4 SUASANA KELAS a. Pembelajaran berpusat pada siswa 3 3 3 3 Baik b. Siswa antusias 3 3 3 c. Guru antusias 3 3 3
  • 62. 61 Rata Rata Keselutuhan 3,39 Sangat Baik Keterangan : RSA : Rata-rata Setiap Aspek RA : Rata-rata Aspek RK : Rata-rata setiap kategori Tabel 4.3 Interval Korelasi No Skor Penilaian Kategori 1 0 - 1 Kurang Baik 2 1 - 2 Cukup 3 2 - 3 Baik 4 3 - 4 Sangat Baik Pada tabel 4.2 diketahui bahwa kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu pada kategori pertama dapat dilihat bahwa persiapan secara keseluruhan sangat baik dengan nilai rata-rata 4. Persiapan dalam hal ini meliputi RPP, penguasaan terhadap materi yang akan diajarkan, alat dan bahan yang digunakan, sumber belajar, strategi yang digunakan dan lain-lain. Hal-hal tersebut telah dipersiapkan dengan baik sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Kategori kedua yaitu pelaksanaan yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada tahap pendahuluan secara keseluruhan “sangat baik” dengan nilai rata-rata 3,56%. Selanjutnya pada kegiatan inti kemampuan guru secara keseluruhan juga “sangat baik” dengan nilai rata-rata 3,66%. Guru sudah sangat baik dalam meminta siswa untuk mengungkapkan pengalamannya yang sesuai dengan materi Akhlak Nabi Muhammad SAW, guru juga tidak monoton dengan hanya memilih siswa yang sama. Pada kegiatan inti guru juga sangat baik ketika menyampaikan materi pembelajaran dengan
  • 63. 62 menghubungkan pada pengalaman yang telah diungkapkan oleh siswa, Pada tahap penutup kemampuan guru secara keseluruhan juga “sangat baik” dengan nilai rata-rata 3,37%. Kategori ketiga yaitu pengelolaan waktu secara keseluruhan “baik” dengan rata-rata 3%. Sedangkan pada kategori keempat yaitu suasana kelas secara keseluruhan “baik” dengan rata-rata 3%. Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat rata-rata hasil pengamatan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan strategi critical incident (pengalaman penting) sebesar 3,39% yang berarti “sangat baik”. Lembar observasi dari rencana pembelajaran ke-2 (pertemuan ke-dua) 1) Persiapan Secara keseluruhan termasuk RPP, penguasaan terhadap materi yang akan diajarkan, alat dan bahan yang digunakan, sumber belajar, strategi yang akan digunakan dan lain-lain. 2) Pendahuluan a) Menyampaikan tujuan pembelajaran. b) Memotivasi siswa dengan mengaitkan materi dalam kehidupan sehari- hari. c) Mengingatkan siswa kembali pada pelajaran sebelumnya yang merupakan konsep awal dari materi yang dipelajari. 3) Kegiatan Inti a) Memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari.
  • 64. 63 b) Meminta siswa untuk menghafalkan bacaan-Akhlak Nabi Muhammad SAW. c) Meminta kepada siswa untuk mengingat-ingat pengalamannya yang berhubungan dengan materi. d) Memberi kesempatan siswa untuk mengingat-ingat pengalamannya. e) Meminta siswa untuk mengungkapkan tata cara sujud syukur dan sujud tilawah berdasarkan pengalaman yang mereka miliki. f) Menyampaikan materi dengan menghubungkan pengalamanpengalaman yang telah disampaikan siswanya. g) Menyuruh siswa untuk mendemonstrasikan materi Akhlak Nabi Muhammad SAW h) Menyuruh siswa menunjukkan contoh dari Akhlak Nabi Muhammad SAW 4) Penutup a) Memberikan kesimpulan materi pelajaran. b) Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. c) Memberikan tugas-tugas kepada siswa secara individu. d) Menginformasikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. 5) Pengelolaan Waktu 6) Suasana Kelas a) Pembelajaran berpusat pada siswa b) Siswa antusias
  • 65. 64 c) Guru antusias Pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan strategi critical incident (pengalaman penting) ini dilakukan pada dua kali pertemuan. Adapun hasil pengamatan kemampuan guru dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang kedua yang diperoleh dari kedua pengamat dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 Data pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran Aqidah Ahlak dengan strategi critical incident (pengalaman penting) No Aspek Yang Diamati Pengamat Rata Rata Kategori 1 2 RSA RA RK 1 PERSIAPAN Secara keseluruhan termasuk RPP, penguasaan terhadap materi yang akan diajarkan, alat dan bahan yang digunakan, sumber belajar, strategi yang akan digunakan dan lain-lain. 4 4 4 Sangat Baik 2 PENDAHULUAN d. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 4 4 4 3,6 3,6 Sangat Baik e. Memotivasi siswa dengan mengaitkan materi dalam kehidupan sehari-hari. 3 4 3,5 f. Mengingatkan siswa kembali pada pelajaran sebelumnya yang merupakan konsep awal dari materi yang dipelajari. 4 4 4 KEGIATAN INTI g. Memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari. 4 4 4 3,5 h. Meminta kepada siswa untuk mengingat-ingat pengalamannya yang berhubungan dengan materi 3 4 3,5
  • 66. 65 i. Memberi kesempatan siswa untuk mengingat-ingat pengalamannya 4 3 3,5 j. Meminta siswa untuk mengungkapkan atau pengalamannya yang berhubungan dengan materi. 4 4 3,5 k. Menyampaikan materi dengan menghubungkan pengalamanpengalaman yang telah disampaikan siswanya. 3 3 3 l. Meminta siswa melafalkan Akhlak Nabi Muhammad SAW. 3 4 3,5 PENUTUP e. Memberikan kesimpulan materi pelajaran. 4 4 4 3,66 f. Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. 3 4 3,5 g. Memberikan tugas-tugas kepada siswa secara individu. 3 3 3 h. Menginformasikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. 4 4 4 4 PENGELOLAAN WAKTU 3 3 3 3 Baik 4 SUASANA KELAS d. Pembelajaran berpusat pada siswa 3 3 3 3 Baik e. Siswa antusias 3 3 3 f. Guru antusias 3 3 3 Rata Rata Keselutuhan 3,4 Sangat Baik Keterangan : RSA : Rata-rata Setiap Aspek RA : Rata-rata Aspek RK : Rata-rata setiap kategori Tabel .4.5 Interval Korelasi No Skor Penilaian Kategori 1 0 - 1 Kurang Baik 2 1 - 2 Cukup 3 2 - 3 Baik
  • 67. 66 4 3 - 4 Sangat Baik Pada tabel 4.4 diketahui bahwa kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu pada kategori pertama dapat dilihat bahwa persiapan secara keseluruhan sangat baik dengan nilai rata-rata 4%. Persiapan dalam hal ini meliputi RPP, penguasaan terhadap materi yang akan diajarkan, alat dan bahan yang digunakan, sumber belajar, strategi yang digunakan dan lain-lain. Hal-hal tersebut telah dipersiapkan dengan baik sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Kategori kedua yaitu pelaksanaan yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada tahap pendahuluan secara keseluruhan “sangat baik” dengan nilai rata-rata 3,6%. Selanjutnya pada kegiatan inti kemampuan guru secara keseluruhan juga “sangat baik” dengan nilai rata-rata 3,56%. Guru sudah sangat baik dalam meminta siswa untuk mengungkapkan pengalamannya yang sesuai dengan materi Akhlak Nabi Muhammad SAW, guru juga tidak monoton dengan hanya memilih siswa yang sama. Pada kegiatan inti guru juga sangat baik ketika menyampaikan materi pembelajaran dengan menghubungkan pada pengalaman yang telah diungkapkan oleh siswa, selain itu guru juga sangat baik dalam meminta siswa untuk mendemonstrasikan sujud syukur dan sujud tilawah dan guru selalu mengamati aktifitas siswa ketika mendemonstrasikan materi.dan pada tahap penutup kemampuan guru secara keseluruhan juga “sangat baik” dengan nilai rata-rata 3,6%.
  • 68. 67 Kategori ketiga yaitu pengelolaan waktu secara keseluruhan “baik” dengan rata-rata 3%. Sedangkan pada kategori keempat yaitu suasana kelas secara keseluruhan “baik” dengan rata-rata 3%. Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat rata-rata hasil pengamatan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan strategi critical incident (pengalaman penting) sebesar 3,4%yang berarti “sangat baik”. 2. Praktik pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif critical incident (pengalaman penting) dari hasil pretest dan posttest. Pada penerapan strategi pembelajaran aktif critical incident (pengalaman penting) ini siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran dimana pada awalnya peneliti menyampaikan suatu tema atau materi yang pada pertemuan tersebut materi yang akan dipelajari adalah tentang Akhlak. Sebelumnya siswa diminta untuk mengisi soal pretest yang diberikan oleh peneliti, selanjutnya peneliti menyampaikan tema atau topik yang akan dipelajari kemudian siswa diminta untuk menyampaikan pengalaman mereka masing- masing terkait Akhlak, selanjutnya masing-masing dari siswa mengemukakan pendapat mereka terkait dengan pengalaman mereka berada di lingkungan dengan Akhlak yang berbeda satu sama lain. Pada tahap pertama penerapan strategi critical incident ini adalah penjelasan materi tentang Akhlak terpuji di kelas IV.Tahap kedua, siswa diberi kesempatan beberapa menit untuk mengingat-ingat kembali pengalaman penting mereka tentang Akhlak.Tahap ketiga, siswa diminta untuk mengemukakan
  • 69. 68 pengalaman mereka tentang Akhlak yang tidak terlupakan.Tahap keempat, penyampaian materi tentang Akhlak terpuji oleh peneliti dengan mengaitkan materi tersebut dengan pengalaman penting siswa yang sudah diutarakan tadi. Pada pertemuan kedua pelaksanaan strategi critical incident (pengalaman penting) masih sama dengan pertemuan pertama dan setelah penerapan strategi critical incident (pengalaman penting) peneliti memberikan posttest untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi Akhlak terpuji yang telah dipelajari. Dari hasil observasi aktivitas siswa ketika melaksanakan tes awal dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dapat dikatakan baik, namun dilihat dari semangat mengikuti kegiatan belajar mengajar dinilai kurang. Adapun ketika siswa diminta untuk mengingat pengalaman penting tersebut mereka terlihat begitu aktif, begitu juga dalam mendengarkan penjelasan guru dalam mengaitkan pengalaman siswa dengan materi yang diajarkan serta mengajukan pendapat dan menjawab pertanyaan dari guru para siswa dinilai aktif dan antusias. Hal tersebut bisa terjadi karena masih banyak sebagian siswa yang terlihat sibuk sendiri, mengobrol, bercanda, dan kurang memperhatikan pelajaran. Sedangkan dari hasil observasi guru dalam menjalankan proses pembelajaran, secara keseluruhan dinilai baik. Mulai dari menyiapkan kelas dan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, apersepsi yang diberikan cukup membuat sebagian siswa semangat dalam memulai pelajaran. Selanjutnya dalam menyampaikan indikator pembelajaran dan menyampaikan materi pelajaran cukup baik, begitu juga dengan penggunaan alat
  • 70. 69 atau media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Bahkan ketika kegiatan eksplorasi semua yang dilakukan guru sesuai dengan kemampuan siswa, guru mampu membimbing dan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan baik. Yang dilakukan guru dalam menjalaskan materi dan mengelola kegiatan pembelajaran sangat baik, ketika memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir, bertanya dan mengemukakan pendapat guru sangat perhatian sampai pada kegiatan konfirmasi yang dilakukan guru dapat dikatakan baik. Dari hasil wawancara terhadap siswa mengenai mata pelajaran Aqidah Akhlak sebagian siswa cukup menyukai alasannya berbedabeda salah satunya menganggap mata pelajaran Aqidah Akhlak susah, dan ketika pertanyaan beralih pada penggunaan strategi pengalaman penting dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak hampir semua siswa menyukai penggunaan strategi tersebut dikarenakan lebih mudah memahami mata pelajaran Aqidah Akhlak, suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan penjelasan yang disampaikan guru lebih mudah dipahami sehingga mampu membuat siswa lebih berani dalam berbicara,lebih menghargai pendapat orang lain dan tidak canggung ketika berbicara di depan guru. Adapun kendala yang dihadapi ketika penggunaan strategi pengalaman penting siswa mengatakan masih banyak siswa lain yang tidak mendengarkan guru, dan mengobrol dengan temannya yang lain. Namun sebagian siswa mampu mengahadapi masalah tersebut karena berusaha untuk tidak terpengaruh, sebagian siswa bahkan menghimbau mereka yang berisik dan yang lainnya merasa risih
  • 71. 70 terhadap masalah tersebut. Hasil belajar yang diperoleh siswa ketika guru menggunakan strategi pengalaman penting ini lebih baik dari sebelumnya. Bahkan adapula yang mendapatkan nilai sangat baik. Harapa mereka agar proses pembelajaran Aqidah Akhlak lebih baik lagi yakni agar pembelajaran tidak menjadikan siswa jenuh harus lebih banyak lagi penggunaan permainan yang mampu membangkitkan semangat siswa. Sedangkan dari hasil wawancara guru dapat disimpulkan bahwa beliau mengajar di kelas IV, V dan VI. beliau mengajar di SDIT Al-Husna sudah 7 tahun. Menurut beliau sebagian siswa menyukai mata pelajaran Aqidah Akhlak namun sebagian yang lain menganggap bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak membosankan. Selama ini dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak belum banyak menggunakan strategi pembelajaran aktif namun biasanya beliau menerapkan sebuah kuis untuk mengetahui pengusaan materi dalam diri siswa. Menurutnya strategi pembelajaran aktif pengalaman penting ini cocok diterapkan pada pembelajaran Aqidah Akhlak terutama materi Akhlak, karena mampu membuat siswa aktif dalam berpendapat atau berbicara selain itu juga bisa menjadikan siswa lebih interaktif dan menurut beliau siswa terlihat menyukai strategi pengalaman penting ini. 3. Analisis Data Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar siswa diperoleh dari data hasil tes yang diberikan sebelum dan sesudah strategi critical incident (pengalaman penting) diterapkan pada pembelajaran fiqh materi Akhlak Nabi Muhammad SAW.
  • 72. 71 Dengan demikian tes hasil belajar dapat dianggap sebagai pre-test dan posttest. Subyek penelitian sebanyak 38 siswa dan nilai hasil belajar siswa (pretest dan post-test) serta keterangan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4,4 dibawah ini: Tabel 4,4 Daftar Skor tes hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya strategi critical incident (pengalaman penting) pada mata pelajaran Aqidah Ahlak materi Akhlak Nabi Muhammad SAW No Nama Siswa Skor Test Keterangan Sebelum Sesudah 1 Abdul Wahid 72 79 Meningkat 2 Abdul Ghofur 56 59 Meningkat 3 Ahmad Amrozul Fanani 69 72 Meningkat 4 Ahmad Sidqy Ramadhoni 50 52 Meningkat 5 Ahmad Syarif Alfiyanto 57 62 Meningkat 6 Ainun Najib 71 78 Meningkat 7 Khoirus Tsawab 73 80 Meningkat 8 Kurniawan Prasetyo 66 75 Meningkat 9 Mohammad Asy’huri 58 56 Meningkat 10 Mohammad Athoillah 55 53 Menurun 11 Mohammad Risal Saputra 68 76 Meningkat 12 Muhammad Ighfal Ibri 60 58 Menurun 13 Muhammad Andy Alfian 74 80 Meningkat 14 Muhammad Hasan Faiq 69 79 Meningkat 15 Muhammad Shobirin 68 71 Meningkat 16 Rias Bahar Rizqi 62 69 Meningkat 17 Abdul Wahid 66 66 Tetap 18 Ajeng Prasatie Hartinah 70 70 Tetap 19 Almas Sidda Bahiya 74 80 Meningkat 20 Emilia Nur Chasanah S 61 68 Meningkat 21 Erna Mei Anjar Sari 59 64 Meningkat 22 Eva Kholilah Muhibbah 57 61 Meningkat 23 Faiqoh 70 78 Meningkat 24 Indira Eka Kurnia 64 60 Menurun
  • 73. 72 25 Izzatun Nisa’ 66 65 Menurun 26 Khoirotun Nadiyyah 69 75 Meningkat 27 Mazro’atun Nisrin 58 55 Menurun 28 Muslimatul Aisyiyah 56 57 Meningkat 29 Naurosah Budiati 57 60 Meningkat 30 Nurul Faridah 75 80 Meningkat Jika diperhatikan, rata-rata ketercapaian skor post test meningkat dari rata- rata prosentase ketercapaian pre test. Hanya 2 siswa yang tidak meningkat hasil post test dari hasil pre test, dan hanya 5 siswa yang tidak mencapai prosentase berprestasi, hal itu dikarenakan siswa belum bisa menyelesaikan tes dengan baik. Sedangkan untuk 23 siswa yang lain, prosentase ketercapaian belajar meningkat, karena telah menguasai materi. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran Aqidah Ahlak dengan menggunakan critical incident (pengalaman penting) yang diteliti ini dapat meningkatkan rata-rata prosentase ketercapaian skor hasil belajar siswa. Dari bukti adanya peningkatan rata-rata prosentase ketercapaian skor siswa menunjukkan bahwa strategi critical incident (pengalaman penting) dapat digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Maka hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Ahlak dengan menggunakan critical incident (pengalaman penting) di SDIT Al-husna tergolong baik. 4. Pengaruh Pengalaman Penting terhadap Hasil Belajar Aqidah Ahlak Siswa SDIT Al-husna
  • 74. 73 Untuk mengetahui hasil penelitian maka penulis membuat rekapitulasi hasil angket dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Berikut tabel hasil rekapitulasi penelitian Tabel 4.6 Pengaruh Pengalaman Penting terhadap hasil belajar aqidah ahlak di SDIT Al-Husna NO X Y X2 Y2 XY 1 72 79 4225 2916 3510 2 56 59 4096 3025 3520 3 69 72 3969 3136 3528 4 50 52 3844 3249 3534 5 57 62 3844 3249 3534 6 71 78 3844 3364 3596 7 73 80 3481 3481 3481 8 66 75 4900 3600 4200 9 58 56 4761 3721 4209 10 55 53 4624 3721 4148 11 68 76 3600 3721 3660 12 60 58 3600 3844 3720 13 74 80 3481 3844 3658 14 69 79 7225 4096 5440 15 68 71 6241 4096 5056 16 62 69 6084 4096 4992 17 66 66 4624 4356 4488 18 70 70 5929 4489 5159 19 74 80 5476 4489 4958 20 61 68 5329 4761 5037 21 59 64 5329 5041 5183 22 57 61 4356 5476 4844 23 70 78 7056 5476 6216 24 64 60 7056 5625 6300 25 66 65 8836 5776 7144 26 69 75 5329 6084 5694 27 58 55 4356 6084 5148 28 56 57 3364 6084 4524 29 57 60 3136 6084 4368
  • 75. 74 30 75 80 6724 6241 6478 N=42 3126 3002 237832 219708 226994 Langkah perhitungan adalah sebagai berikut: a. Menjumlahkan subyek penelitian, diperoleh N = 42 (Kolom 1) b. Menjumlahkan skor X diperoleh ∑X = 3126 (Kolom 2) c. Menjumlahkan skor Y diperoleh ∑Y = 3002 (Kolom 3) d. Mengkuadratkan seluruh deviasi x (Kolom 4) e. Mengkuadratkan seluruh deviasi y (Kolom 5) f. Mengalihkan deviasi x dan deviasi y (Kolom 6) Dari tabel di atas maka dapat diketahui nilai-nilai sebagai berikut: ∑ N = 42 ∑ X = 3126 ∑ Y = 3002 ∑ X2 = 237832 ∑ Y2 = 219708 ∑ X Y = 226994 N0 = ∑n. ∑xy – (∑x)(∑y) (∑n)(∑x)2 - ∑x2 (∑n.∑y2 -∑y)2 = (30)(226994)-(3126)(3002) ¥(30(237832 – (3126)2 ) (( 42)(219708-30022 = 9533748 - 9384252 √(217068)(215732
  • 76. 75 = 149496 √46828513 = 1494996 216398.969 = 0.691 Dari hasil perhitungan data tersebut di atas, menunjukan adanya korelasi yang mencapai 0.69 yang berada pada interval 0,40-0,70 yang menunjukan pada korelasi yang sedang atau cukup tinggi (signifikan) antara Pengalaman Penting dan Hasil Belajar Aqidah Ahlak Dengan kata lain, kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya mempunyai pengaruh terhadap pembentukan akhlak siswa. Dan untuk mengetahui berapa persen kah Pengalaman Penting sebagai variabel X mempengaruhi prestasi Hasil Belajar Aqidah Ahlak sebagai variabel Y. Penulis menggunakan rumus koevisien determinasi (KD) sebagai berikut : Dimana KD = Koevisien Determinasi r2 = Hasil Nilai “r” observasi yang dikuadratkan 100% = Persentase (M.Subhana.2000:145) KD = r2 X 100% = 0,692 x 100% = 0,4761 x 100% = 47,61%
  • 77. 76 Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi di atas kita dapat mengetahui bahwa pengaruh Pengalaman Penting sebagai variabel X terhadap prestasi Hasil Belajar Aqidah Ahlak adalah sebesar 47.61%. Sedangkan sisanya sebesar 52.39% adalah ditentukan oleh faktor lain. Dan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah penulis ajukan pada bab 1 sebelumnya (maksud manakah yang benar Ho ataukah Ha?) maka penulis membandingkan besarnya “r” product moment, dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya (df) yang rumusnya sebagai berikut : (df = N.nr) df = Degree of Freedom N = Jumlah responden Nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan ( Anas Sudjiono 2006.210)) Dalam penelitian ini degree of freedom nya adalah df = 30-2 = 38. Dengan diperolehnya db atau df maka dapat kita cari besarnya “r” yang terdapat dalam tabel ini nilai “r” product moment. Baik pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf signifikan 1%. Setelah itu diketahui df atau db nya ternyata penulis menemukan df atau db sebesar 38. Maka penulis mengambil df atau db pada penelitian ini sebesar 38. Maka tabel nilai “r” product moment dapat diketahui pada taraf signifikan 5% harga “r” nya adalah 0,304 dan pada taraf signifikan 1% harga “r” nya adalah 0,393 karena r observasi “ro” lebih besar dari “r tabel “rt” , baik pada taraf signifikansi
  • 78. 77 5% ataupun 1% (0,691>0,304) atau (0,691>0,393), maka Ha yang menyatakan bahwa terdapat korelasi (hubungan) positif yang signifikan antara Pengalaman Penting terhadap prestasi Hasil Belajar Aqidah Ahlak adalah diterima. Sedangkan Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi (hubungan) positif yang signifikan antara pengaruh Pengalaman Penting dan prestasi Hasil Belajar Aqidah Ahlak adalah ditolak.
  • 79. 78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan, sebagai berikut: 1. Dalam menilai kemampuan guru peneliti menggunakan pengamatan melalui RPP pada pertemuan ke 1 dan ke 2 dimana pada penelitian ini terdapat hasil peningkatan dari pertemuan pengalaman penting ke satu dan ke dua 2. Dari hasil wawancara terhadap siswa mengenai mata pelajaran Aqidah Akhlak sebagian siswa cukup menyukai alasannya berbedabeda salah satunya menganggap mata pelajaran Aqidah Akhlak susah, dan ketika pertanyaan beralih pada penggunaan strategi pengalaman penting dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak hampir semua siswa menyukai penggunaan strategi tersebut dikarenakan lebih mudah memahami mata pelajaran Aqidah Akhlak, suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan penjelasan yang disampaikan guru lebih mudah dipahami sehingga mampu membuat siswa lebih berani dalam berbicara,lebih menghargai pendapat orang lain dan tidak canggung ketika berbicara di depan guru. 3. Jika diperhatikan, rata-rata ketercapaian skor post test meningkat dari rata- rata prosentase ketercapaian pre test. Hanya 2 siswa yang tidak meningkat hasil post test dari hasil pre test, dan hanya 5 siswa yang tidak mencapai
  • 80. 79 prosentase berprestasi, hal itu dikarenakan siswa belum bisa menyelesaikan tes dengan baik. Sedangkan untuk 23 siswa yang lain, prosentase ketercapaian belajar meningkat, karena telah menguasai materi. Dari bukti adanya peningkatan rata-rata prosentase ketercapaian skor siswa menunjukkan bahwa strategi critical incident (pengalaman penting) dapat digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Maka hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Ahlak dengan menggunakan critical incident (pengalaman penting) di SDIT Al-husna tergolong baik 4. Hasil penelitian ini adanya korelasi yang mencapai 0.69 yang berada pada interval 0,40-0,70 yang menunjukan pada korelasi yang sedang atau cukup tinggi (signifikan) antara Pengalaman Penting dan Hasil Belajar Aqidah Ahlak Dengan kata lain, kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya mempunyai pengaruh terhadap pembentukan akhlak siswa Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi di atas kita dapat mengetahui bahwa pengaruh Pengalaman Penting sebagai variabel X terhadap prestasi Hasil Belajar Aqidah Ahlak adalah sebesar 47.61%. Sedangkan sisanya sebesar 52.39% adalah ditentukan oleh faktor lain
  • 81. 80 B. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti sebagai berikut. 1. Bagi Kepala Sekolah Kepala sekolah hendaknya menyampaikan kepada guru-guru tentang pentingnya penerapan strategi pengalaman penting 2. Bagi Guru Sebaiknya setiap guru harus memberi nasehat dan teladan pada siswa untuk mematuhi peraturan yang ada. 3. Bagi Siswa Siswa harus melaksanakan nilai-nilai karakter yang diterapkan di sekolah.
  • 82. DAFTAR PUSTAKA Aqidah, Binti Penerapan Metode Problem Possing Berbasis Diskusi Dalam Pembalajaran Matematika Dikelas Ii Mtsn Pasuruan,Skripsi, Surabaya : IAIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Tarbiyah, 2004. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Bina Aksara, 1987. Bungin, Burhan Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada Media, 2005. Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rieneka Cipta,1996. Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi Offset,1989. Hakimin, Jurnal Pendidikan Islam, Balikpapan: STAI Balikpapan, 2009. Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Hartono, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rienika Cipta, 1996. Indrakusuma, Amir Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, tt. Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, Semarang : Rasail Media Group, 2008. Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara,1995. Margono, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara,1997. Nasir, M. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia, 1988. Nasution, Asas Asas Kurikulum, Bandung : Pt : Jammars, 1991. Partowisastro, Koestoer, Dinamika Dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta:Erlangga, 1983. Rahim, Farida, Pengajaran Membaca Disekolah Dasar, Jakarta :Bumi Aksara,2005.