Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimum larutan kitosan dan jenis larutan penggumpal untuk pembuatan benang kitosan dan sifat swellingnya. Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin menggunakan 50% NaOH larutan pada suhu 80 0C. Saat ini sedang dikembangkan kegunaan dari kitosan pada bidang kedokteran sebagai benang operasi.
Gatot Trimulyadi Rekso
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi
Jl. Cinere, Ps Jumat, PO Box 7002 JKSL, Jakarta 12070
Fax 021-7691607,751327, E-mail ; gatot2811@yahoo.com
Hasil pengujian khitosan iradiasi sebagai bahan penginduksi pertumbuhan pada tanaman cabe, memperlihatkan bahwa penyiraman tanaman dengan air yang mengandung 50 ppm khitosan setiap 2 hari sekali menunjukkan peningkatkan tinggi tanaman sebesar 78,2 % dengan derajat peningkatan pertumbuhan 92,5 % pada umur 3 bulan. Panen pertama lebih cepat 20 hari dan produktivitas panen keseluruhan meningkat rata-rata pertanaman 45 %
Teknologi iradiasi untuk memodifikasi bahan polimer untuk keperluan industri telah banyak dikembangkan oleh negara maju seperti Jepang , Amerika dan Jerman.
Sebagai contoh di Jerman telah dikembangkan penggunaan mesin berkas elektron sebagai sumber radiasi untuk memodifikasi pulp untuk bahan dasar serat rayon.
Hasilnya menunjukkan dengan pengunaan irradiasi dapat menyingkat tahapan proses serta pengurangan bahan kimia sehingga lebih ekonomis dan mengurangi pencemaran bahan kimia terhadap lingkungan.
Selain itu daya tembus radiasi relatif tinggi maka pemutusan rantai selulosa terbentuk secara merata, sehingga akan diperoleh distribusi bobot molekul dan derajat polimerisasi yang homogen.
Dengan homogennya distribusi derajat polimerisasi (DP) akan diperoleh viskosa yang homogen dan stabil yang akan menghasilkan serat yang lebih unggul, terutama sifat fisiknya
Graft copolymerization of acrylic acid into cellulose sheet by irradiation technique was examined. The irradiation of samples cellulose sheet was carried out using 60Co gamma irradiation source. The cellulose sheet was irradiated in presence of atmospheric oxygen at room temperature. An acrylic acid monomer solution then introduced into irradiated cellulose sheet and the graft copolymerization was carried out in a nitrogen atmosphere at a certain time of reaction. The percentage of grafting has been determined as a variation of monomer concentration and temperature as a function of time of reaction. The results showed the percentage of grafting increases as increasing acrylic acid concentration and temperature. The optimal conditions were total dose of 12 kGy, acrylic acid concentration of 30%, temperature of 70°C and reaction period of 3 hours. The yield of grafting was found 45.8%. The presence of acrylic acid on cellulose was demonstrated by FTIR spectrum. Thermal properties were measured by DSC the melting point decrease 2.3°C and new peak appeared at 343.5 °C.
Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi hasil kopolimerisasi cangkok lembaran selulosa dengan asam akrilat yang diiradiasi sinar gamma Co-60. Lembaran selulosa diiradiasi pada kondisi atmosfer udara dan suhu kamar. Selanjutnya lembaran selulosa dimasukkan dalam larutan monomer asam akrilat pada variasi konsentrasi 10% (v/v), 20% (v/v), 30% (v/v), dan 40% (v/v) dengan waktu reaksi 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam serta temperatur 50°C, 60°C, 70°C, dan 80°C. Reaksi kopolimerisasi cangkok dilakukan dalam aliran nitrogen. Lembar selulosa yang dikopolimerisasi cangkok dipisahkan dari homopolimer yang terbentuk kemudian dicuci dan dikeringkan dalam oven vakum dan hasil kopolimerisasi cangkok serta homopolimer yang terbentuk ditentukan dengan metode gravimetri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil kopolimerisasi meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi monomer asam akrilat dan suhu reaksi. Kondisi optimal kopolimerisasi adalah pada dosis total radiasi 12 kGy dengan konsentrasi asam akrilat 30% dan suhu reaksi 70°C serta waktu reaksi selama 3 jam. Hasil kopolimerisasi cangkok yang diperoleh sebesar 45,8%. Telah terjadinya kopolimerisasi cangkok pada lembaran selulosa ditunjukkan dengan adanya perubahan pada spektrum infra merah dengan munculnya gugus karbonil yang diukur dengan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Sifat termalnya yang ditentukan dengan Differential Scanning Calorimetry (DSC) menunjukkan bahwa terjadi perubahan titik leleh sebesar 2,3°C dan muncul puncak baru pada 343,5°C.
Proses deinking kertas koran bekas dengan menggunakan h2 o2Muhammad Syahida
Kertas adalah salah satu produk yang sangat besar mafaatnya bagi masyarakat. Permintaan kertas terus meningkat sehingga produsen kertas dituntut untuk dapat mempertahankan atau meningkatkan kualitas maupun kuantitas kertas yang dihasilkan.
Gatot Trimulyadi Rekso
Pusat AplikasiTeknologi Isotop dan Radiasi
Badan Tenaga Nuklir Nasional
Jl. Cinere, Ps Jumat PO Box 7002 JKSL, Jakarta 12070
Fax : 021 7513270. E-mail : gatot2811@yahoo.com
Uji coba iradiasi chitosan pada fasa cair menggunakan sinar gamma dengan kapasitas 1 ton. Telah dilakukan percobaan uji coba iradiasi chitosan pada fasa cair menggunakan sinar gamma dengan kapasitas 1 ton untuk mendapatkan chitosan dengan bobot molekul re
• Chitosan iradiasi oleh negara-negara Asia seperti Jepang, China, Vetnam dan Korea telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan penginduksi pertumbuhan (growth promoters) untuk tanaman
• Iradiasi pengion seperti sinar gamma dan mesin pemercepat berkas elektron dapat merubah struktur dan sifat kimia lewat pengikatan silang, degradasi atau polimerisasi.
• Chitosan termasuk polimer alam yang mudah terdegradasi bila di iradiasi dan akan terbentuk chitosan dengan massa molekul rendah (oligo chitosan) sehingga lebih mudah diserap oleh tanaman
Similar to KARAKTERSTIK SIFAT SWELLING BENANG KHITOSAN DARI KHITIN IRADIASI (20)
Pada penelitian yang kan dilakukan adalah mendapatkan perbandingan optimum bahan pelapis dan pupuk urea dalam bentuk pellet. Parameter meliputi perbandingan bahan pelapis dan berat pupuk dan kecepatan putaran alat. Karakterisasi meliputi bulk density, durabilitas, daya serap air dan kek
Chemical and Physical properties of Cassava Starch-Cm-Chitosan-Acrylic Acid Hydrogel prepared from radiation –induced crosslinking
Gatot Trimulyadi Rekso
Center for Application of Isotopes and Radiation- National Nuclear Energy Agency
Jl. Lebak Bulus Raya No. 49, Jakarta-Selatan, Indonesia
Corresponding author; e-mail; gatot2811@yahoo.com ,
Fax: +62-21-.7513270, HP ; 08129419442
Seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumberdaya seperti financial (money), bahan mentah (matrials), dan tenaga kerja (labors), untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi atau pengembangan organisasi usaha
Para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses
Para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses
Seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumberdaya seperti financial (money), bahan mentah (matrials), dan tenaga kerja (labors), untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi atau pengembangan organisasi usaha
COATING EFFECT OF CHITOSAN IRRADIATION ON PERFORMANCE OF STRAWBERRIES (Fragaria x ananassa Duchesne). Strawberry is a horticultural product which has high economic value,however, strawberries are easily damaged. Therefore, required proper post harvest handling in extend the shelf life of strawberries, one of them is the edible coating technique using chitosan. The purpose of this research was to extend the shelf life of strawberries coated with irradiated chitosan. Chitosan is irradiatiated at a dose of 0 kGy, 5 kGy, and 10 kGy, and then characterized. Observations were carried on for five days at room temperature including: the testing of the performance of the fruit that was observed visually and analysis of fruit weight loss. The results showed that the performance of strawberries is coating with irradiated chitosan of 10 kGy is still good. The percentage of weight loss strawberries coated with irradiated chitosan smaller than the strawberries without coating with chitosan (control). Strawberries coated with irradiated chitosan has a shelf life and weight loss better than control.
Keywords : chitosan, irradiation, strawberry, Fragaria x ananassa Duchesne, shelf life.
PELAPISAN KITOSAN IRADIASI TERHADAP PENAMPILAN BUAH STRAWBERI (Fragaria x ananassa Duchesne). Strawberi merupakan produk hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi, namun strawberi mudah rusak. Oleh karena itu, diperlukan penanganan pasca panen yang tepat dalam memperpanjang masa simpan buah strawberi, salah satunya dengan teknik edible coating menggunakan kitosan. Tujuan penelitian ini untuk memperpanjang masa simpan buah strawberi yang dilapisi kitosan iradiasi pada penyimpanan suhu ruang. Kitosan diiradiasi dengan dosis 0 kGy, 5 kGy dan 10 kGy, Pengamatan dilakukan selama 5 hari pada suhu kamar meliputi: penampilan buah yang diamati secara visual dan analisis susut bobot buah. Hasil penelitian menunjukkan buah strawberi yang penampilan masih baik yaitu pada pelapisan buah dengan kitosan iradiasi 10 kGy. Buah strawberi yang dilapisi kitosan iradiasi memiliki persentasi susut bobot yang lebih baik dibandingkan buah kontrol.
Controlled-release fertilizer is one method to reduce the rate of loss due to leaching of fertilizer from the soil by rain or irrigation water. One agent that can be used for this controlled-release fertilizer is a polymer material that is coated on NPK fertilizer. Coating polymer material used for NPK fertilizer is a mixture of starch, acrylamide, PVA and chitosan that formulated and irradiated at a dose of 20 kGy. The purpose of this study is to get the best ratio of coating materials and NPK fertilizers which made with pelletizer machine. NPK fertilizer mashed and mixed with a polymer coating materials with a ratio of coating material / NPK; 1/9, 2/8 and 3/7.. The results obtained were the largest pellet output capacity is 4.28 g / min by using ratio of the coating material and NPK fertilizer of 1/9 and the greatest durability value is 87.1%. at ratio of 3/7 . NPK fertilizer which coated with a coating of polymer materials and fertilizers with ratio of 1/ 9, 2/8 and 3/7 the results shows on the release of NPK is not so difference.
Grafting of chitin for ion exchange by irradiation method
APLIKASI RADIASI UNTUK KOPOLIMERISASI CANGKOK ASAM AKRILAT DAN AKRILAMIDA PADA KHITIN SEBAGAI BAHAN PENUKAR ION
ADAPUN DASAR DARIPADA TEKNOLOGI HEAT-SHRINK ADALAH PENERAPAN ILMU KIMIA RADIASI TERHADAP BAHAN POLIMER
PELASTIK YANG MENCIUT KARENA PANAS
UMUMNYA DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN BAHAN ISOLASI DAN JAKET KABEL
SALAH SATU BAHAN POLIMER PLASTIK YANG PALING CANGGIH ADALAH POLIETILEN (PE)
PENGARUH PENAMBAHAN CHITOSAN PADA POLIVINIL ALKOHOL HIDROGEL YANG DIBUAT DENGAN TEKNIK IRADIASI
Salah satu bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan hidrogel adalah polivinil alkohol (PVA) yang merupakan bahan polimer yang relatif murah dan tidak toksik.
Hidrogel yang transparan dan kuat secara mekanik dapat dihasilkan dari campuran PVA dan chitosan yang diiradiasi sehingga dapat dihasilkan hidrogel yang dapat berfungsi sebagai antibakteri
PENGARUH PELAPISAN CHITOSAN PADA NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
Modifikasi pupuk NPK dengan oligo chitosan
1. Diharapkan NPK selain berfungsi sebagai pemenuhan unsur hara ditambah lagi fungsinya sebagai pemercepat tumbuh (growth promoters) dan plant eleciator.
2. Tujuan dari penelitian ini diperoleh teknologi proses dan formulasi polimer alam chitosan dengan teknik iradiasi yang berfungsi sebagai bahan slow release pupuk kimia dan untuk penginduksi pertumbuhan .
3. Formulasi oligo chitosan yang di lapiskan pada pupuk NPK di ujikan pada tanaman jagung.
OBJECTIVE OF THE PROJECT - PROJECT PERIOD : FY 2006 TO FY 2007 ( 2 YEARS
To specify the advantage of radiation processing of natural polymer
To promote its application for end-users
To develop new technology on radiation processing of natural polymers
Masalah utama penggunaan pupuk kimia seperti urea atau NPK pada lahan pertanian adalah effisiensi yang rendah karena kelarutannya yang tinggi dan hilang akibat larut terbawa oleh air, penguapan, dan proses denitrifikasi terhadap pupuk itu sendiri
Oleh karena itu akan dilakukan formulasi pembuatan komposit dengan polimer alam yang memiliki 3 fungsi yaitu sebagai :
slow release,
penginduksi pertumbuhan tanaman dan
sebagai water absorbent.
1. Lamanya waktu pemanasan mempengaruhi nilai rendemen karaginan yang dihasilkan hasil yang terbaik adalah pemanasan selama 60 menit di atas itu kenaikan rendemen rendah sekali..
2. Karaginan yang diiradiasi mempunyai nilai viskositas dan kekuatan tarik yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak diiradiasi.
3. Karaginan yang diiradiasi mempunyai nilai kelarutan, daya serap air yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak diiradiasi
More from Dr.Ir. Gatot Trimulyadi Rekso, M.Si- Indonesia (20)
PENGARUH DOSIS IRADIASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA KARAGINAN YANG DIPERO...
KARAKTERSTIK SIFAT SWELLING BENANG KHITOSAN DARI KHITIN IRADIASI
1. KARAKTERSTIK SIFAT SWELLING BENANG KHITOSAN DARI KHITIN IRADIASI
Gatot Trimulyadi Rekso
Pusat AplikasiTeknologi Isotop dan Radiasi
Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Cinere, Ps Jumat PO Box 7002 JKSL, Jakarta 12070
Fax : 021 7513270. E-mail : gatot2811@yahoo.com
Abstrak
Karakteristik Sifat Swelling Benang Kitosan dari Kitin Iradiasi . Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui konsentrasi optimum larutan kitosan dan jenis larutan penggumpal untuk
pembuatan benang kitosan dan sifat swellingnya. Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin
menggunakan 50% NaOH larutan pada suhu 80 0C. Saat ini sedang dikembangkan kegunaan
dari kitosan pada bidang kedokteran sebagai benang operasi. Benang kitosan dibuat dari
larutan kitosan dengan larutan penggumpal yang berbeda-beda kemudian dicuci dengan air
dan dikeringkan. Larutan penggumpal yang digunakan adalah 3% NaOH, 5% Na2CO3, dan
campuran antara 3% (NaOH + Na2CO3, 1:1). Terhadap benang kitosan yang tebentuk
dilakukan karakterisasi pengukuran swelling degree. Dari pengukuran swelling degree
didapatkan 57, 5% untuk pengukuran benang kitosan 7% dari kitin tanpa iradiasi
menggunakan larutan penggumpal 3% (NaOH + Na2CO3, 1:1). Konsentrasi optimum benang
kitosan dari kitin iradiasi adalah 9% menggunakan penggumpal 3% NaOH nilai swelling
degree yang didapatkan adalah 57,7%.
Pendahuluan
Kitin adalah polimer alam, poli- β -(1,4)-2-asetamida-2-deoksi-D-glukosa atau N-
asetil- β -(1,4)-glukosamin. Sedangkan kitosan, poli- β -(1,4)-2-amino-2-deoksi-D-glukosa
yang dihasilkan dengan cara pemanasan pada suasana basa pekat.3 Kitosan merupakan
turunan kitin yang dideasetilasi menggunakan 50% natrium hidroksida karena bahan tersebut
efektif untuk memutuskan ikatan antara gugus karboksil dengan atom nitrogen dari kitin.
Kitosan memiliki sifat tidak larut air tetapi larut dalam asam organik seperti asam
asetat dan asam format. Salah satu pengembangan kitosan dalam bidang kedokteran adalah
dapat digunakan sebagai benang operasi. Keunggulan benang kitosan ini adalah bersifat
biokompatibel dapat diurai, dapat diserap dalam jaringan tubuh dan tidak bersifat toksik.
Berdasarkan penelitian di Vietnam, diketahui bahwa dengan iradiasi dapat diperoleh
derajat deasetilasi optimum dalam waktu yang lebih singkat. Semakin besar derajat deasetlasi
2. kitosan maka akan semakin besar pula kelarutannya dalam asam encer. Pada penelitian ini
digunakan dua jenis kitosan yaitu kitosan dari kitin iradiasi dengan dosis 20 kGy dan kitosan
dari kitin tanpa iradiasi. Fungsi iradiasi pada penelitian ini adalah agar kitin terdegradasi dan
molekul rantai panjangnya lebih pendek.
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan benang kitosan dari kitin iradisai dan tanpa
iradiasi dengan variasi konsentrasi kitosan dan variasi penggumpal. Pada penelitian
terdahulu, benang kitosan setelah dicetak dalam keadaan basah dapat digumpalkan dengan
5% larutan natrium hidroksida.4 Pada penelitian ini konsentrasi larutan kitosan divariasikan
dan digumpalkan dengan tiga jenis penggumpal yaitu 3% natrium hidroksida, 5% natrium
karbonat dan 3% campuran antara natrium hidroksida dan natrium karbonat (1:1).
Bahan dan metode
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: kitin yang berasal dari kulit udang putih,
Natrium hidroksida (NaOH), asam asetat (CH3COOH) dan Natrium karbonat (Na2CO3).
Persiapan Sampel Kitosan
Kitin dari kulit udang dimasukkan dalam beaker glass 500 ml ditambahkan natrium
hidroksida; NaOH 50% sampai terendam seluruhnya dipanaskan dalam penangas air selama
4 jam pada suhu 100 0C. Kemudian disaring dan dicuci dengan air panas sampai bersih dan
tidak licin, terakhir dicuci dengan aquades sampai pH netral. Kitosan dikering anginkan pada
udara terbuka selama 24 jam dan dimasukkan dalam oven vakum dengan suhu 50 0C untuk
menghilangkan sisa-sisa air yang masih ada pada kitosan.
Pembuatan Benang Kitosan
Kitosan dilarutkan dengan 2% asam asetat diaduk hingga larut kemudian didiamkan
agar terbentuk larutan sempurna. Larutan kitosan dimasukkan ke dalam spuit suntikan,
kemudian disuntikan memanjang ke dalam wadah yang masing-masing berisi larutan 3%
3. NaOH, 5% Na2CO3, dan 3% (NaOH + Na2CO3 , 1:1). Didiamkan hingga menggumpal dan
dapat diangkat. Setelah itu dicuci sampai bersih untuk menghilangkan basa yang masih
menempel. Dikering anginkan pada udara terbuka sampai kadar air benar-benar hilang dan
membentuk seperti benang.
Uji Swelling Degree (Derajat Pengembangan)
Sampel dikeringkan dalam oven vakum pada suhu 50 0C selama 24 jam, ditimbang
bobot awal sampel hingga bobot konstan (m). Kemudian direndam dalam 25 ml air pada suhu
25 0C dengan interval waktu 30, 60, 90, 120 menit. Setelah itu disaring hingga air pada
permukaan sampel bersih. Bobot sampel setelah perendaman ditimbang hingga bobot konstan
(M). Nilai Swelling degree dihitung dengan persamaan:
( M − m)
(%) = x 100%
M
Dimana: M = Bobot sampel setelah perendaman (gr)
m = Bobot sampel kering (gr)
Hasil dan Pembahasan
Benang Kitosan
Kitosan tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam encer seperti asam asetat.
Adanya gugus karboksil dalam asam asetat akan memudahkan pelarutan kitosan karena
terjadinya interaksi hidrogen antara gugus karboksil dengan gugus amina. Peningkatan
kelarutan berbanding lurus dengan peningkatan derajat deasetilasi. Semakin tinggi derajat
deasetilasi maka kitosan semakin mudah larut.
Sampel kitosan dari kitin iradiasi dan tanpa iradiasi masing-masing dilarutkan dengan
2% asam asetat. Dibuat tiga variasi konsentrasi larutan kitosan dari kitin tanpa iradiasi 3%,
5% dan 7% sedangkan untuk kitosan dari kitin iradiasi dibuat larutan dengan konsentrasi 5%,
7% dan 9%. Larutan dimasukkan ke dalam spuit suntikan dan sebelumnya telah disiapkan
4. tiga wadah yang masing-masing berisi 3% NaOH, 5% Na2CO3 dan 3% (NaOH + Na2CO3,
1:1).
Pada pembuatan benang kitosan terdapat perbedaan konsentrasi antara larutan kitosan
dari kitin tanpa iradiasi dengan kitosan dari kitin iradiasi. Pada kitosan dari iradiasi tidak
menggunakan larutan dengan konsentrasi 3%, karena kelarutan kitosan dari kitin iradiasi
lebih tinggi dibandingkan dengan kitosan dari kitin tanpa iradiasi sehingga ketika dilarutkan
dalam asam asetat akan lebih cepat larut dan dihasilkan larutan yang sangat encer serta
larutan ini sulit untuk digumpalkan dalam basa. Oleh karena itu konsentrasi yang digunakan
untuk kitosan dari kitin iradiasi 5%, 7% dan 9% yang kelarutannya hampir sama dengan
kitosan dari kitin tanpa iradiasi pada konsentrasi 3%, 5% dan 7%.
Swelling Degree ( Derajat Pengembangan)
Swelling menunjukkan kemampuan benang untuk mengembang karena air masuk ke
dalam struktur benang. Aplikasi dari benang ini adalah sebagai benang operasi, maka perlu
diketahui seberapa besar kemampuan dari benang ini untuk mengembang. Untuk itu perlu
dilakukan uji swelling degree dengan cara benang kitosan sepanjang 5 cm direndam
menggunakan air pada temperatur ruang dengan empat variasi waktu mulai dari 30 menit
hingga 120 menit.
Banyaknya air yang masuk ke dalam struktur benang, tergantung dari kerapatan
molekul yang terdapat pada struktur benang. Iradiasi dapat berpengaruh pada bobot molekul
polimer. Kitosan dari kitin iradiasi memiliki bobot molekul yang lebih rendah, dan setelah
dilakukan uji swelling degree nilai yang dihasilkan relatif lebih besar karena tingkat
kerapatan molekul pada struktur benang kitosan dari kitin iradiasi lebih rendah. Sehingga air
lebih mudah masuk ke dalam struktur benang. Kitosan dari kitin tanpa iradiasi memiliki
bobot molekul yang lebih tinggi, setelah dilakukan uji swelling degree nilai yang dihasilkan
relatif lebih kecil karena tingkat kerapatan molekul pada benang kitosan dari kitin tanpa
iradiasi lebih tinggi sehingga air sukar masuk ke dalam struktur benang kitosan. Untuk
aplikasi sebagai operasi dibutuhkan benang dengan nilai swelling degree yang lebih rendah
agar luka lebih cepat rapat dan mengering. Hasil nilai swelling degree benang kitosan
menggunakan air adalah sebagai berikut:
a. Nilai swelling degree benang kitosan dari kitin tanpa iradiasi:
5. 1. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 3%
Tabel 1. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 3% dengan waktu perendaman
dalam air
Nilai Swelling degree (%)
Waktu 3%
3% 5%
(Menit) (NaOH +
NaOH Na2CO3
Na2CO3, 1:1)
30 79,5 85,5 77,8
60 82,0 86,9 79,5
90 83,7 88,2 80,7
120 83,9 88,3 80,8
Setelah dilakukan perendaman dalam air selama 120 menit didapatkan nilai swelling degree
benang kitosan 3% menggunakan penggumpal NaOH yaitu 83,9%, benang kitosan dengan
penggumpal Na2CO3 adalah 88,3%, dan benang kitosan 3% menggunakan penggumpal
campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah sebesar 80,8%.
2. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 5%
Tabel 2. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 5% dengan waktu perendaman
dalam air
Nilai Swelling degree (%)
Waktu
3%
3% 5%
(Menit
(NaOH +
) NaOH Na2CO3
Na2CO3, 1:1)
30 71,0 83,9 74,6
60 74,4 84,3 76,6
6. 90 76,6 86,9 77,8
120 76,9 87,2 78,0
Nilai swelling degree benang kitosan 5% menggunakan penggumpal NaOH adalah 76,9%,
benang kitosan 5% menggunakan penggumpal Na2CO3 adalah 87,2%, dan benang kitosan 5%
menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah 78,0%.
3. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 7%
Tabel 3. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 7% dengan waktu perendaman
dalam air
Nilai Swelling degree (%)
Waktu 3% 3%
5%
(Menit) NaO (NaOH + Na2CO3,
Na2CO3
H 1:1)
30 53,2 65,6 48,1
60 55,7 66,6 55,2
90 57,0 72,2 57,0
120 57,9 72,9 57,5
Nilai swelling degree benang kitosan 7% menggunakan penggumpal NaOH adalah 57,9%,
benang kitosan 7% menggunakan penggumpal Na2CO3 adalah 72,9% dan benang kitosan 7%
menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah 57,5%
Berdasarkan data yang diperoleh, benang yang digumpalkan dengan Na2CO3 memiliki
nilai swelling degree yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena kemampuan Na2CO3
untuk menggumpalkan larutan kitosan kurang baik sehingga dihasilkan struktur benang yang
memiliki kerapatan molekulnya rendah. Maka ketika dilakukan perendaman, air lebih mudah
masuk ke dalam struktur benang.
7. Benang kitosan yang digumpalkan dengan NaOH dan campuran antara NaOH dan
Na2CO3 dihasilkan nilai swelling degree yang lebih rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena
larutan NaOH serta campuran larutan NaOH dan Na2CO3 memiliki kemampuan yang cukup
baik untuk menggumpalkan larutan kitosan sehingga dihasilkan struktur benang yang
memiliki kerapatan molekulnya tinggi. Ketika dilakukan perendaman, air sulit masuk ke
dalam struktur benang maka nilai swelling degree yang dihasilkan rendah.
b. Nilai swelling degree benang kitosan dari kitin iradiasi
1. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 5%
Tabel 4. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 5% dengan waktu perendaman
dalam air
Nilai Swelling degree (%)
Waktu 3%
3% 5%
(menit) (NaOH + Na2CO3,
NaOH Na2CO3
1:1)
30 76,0 86,7 82,6
60 78,6 89,0 85,4
90 84,2 90,4 88,2
120 84,4 90,5 88,2
Nilai swelling degree benang kitosan 5% menggunakan penggumpal NaOH sebesar 84,4%,
benang kitosan 5% menggunakan penggumpal Na2CO3 nilai swelling degree sebesar 90,5%,
dan benang kitosan 5% menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 nilai
swelling degree sebesar 88,2%.
2. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 7%
8. Tabel 5. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 7% dengan waktu perendaman
dalam air
Nilai Swelling degree (%)
Waktu 3%
3% 5%
(menit) (NaOH
NaOH Na2CO3
+Na2CO3, 1:1)
30 74,1 85,9 73,4
60 76,1 86,9 75,5
90 78,4 88,0 79,0
120 78,6 88,0 79,0
Nilai swelling degree benang kitosan 7% menggunakan penggumpal NaOH adalah 82,8%,
benang kitosan 7% menggunakan penggumpal Na2CO3 adalah 88,0%, dan benang kitosan 7%
menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah 79,0%
3. Nilai Swelling degree pada benang kitosan 9%
Tabel 6. Hubungan nilai swelling degree benang kitosan 9% dengan waktu perendaman
dalam air
Nilai Swelling degree (%)
Waktu 3%
3% 5%
(menit) (NaOH
NaOH Na2CO3
+Na2CO3, 1:1)
30 52,0 65,0 52,7
60 54,7 68,5 55,5
90 56,7 72,1 58,0
9. 120
57,7 74,6 58,3
Nilai swelling degree benang kitosan 9% menggunakan penggumpal NaOH sebesar 57,7%,
benang kitosan 9% menggunakan penggumpal Na2CO3 adalah 74,6%, dan benang kitosan 9%
menggunakan penggumpal campuran dari NaOH dan Na2CO3 adalah 58,3%.
Pada benang kitosan 9% nilai swelling degree tertinggi pada benang kitosan
menggunakan penggumpal Na2CO3 dan nilai swelling degree terendah pada benang kitosan
menggunakan penggumpal NaOH.
Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa semakin lama waktu perendaman,
volume air yang masuk ke dalam struktur benang semakin sedikit dan nilai menjadi stabil
karena kemampuan benang untuk membengkak telah mencapai titik yang maksimum.
Ketika air masuk ke dalam struktur benang dalam keadaan kering, molekul air
pertama kali terikat pada gugus polar, gugus hidrofilik, dan gugus dengan ikatan hidrogen.
Setelah semua gugus terikat dengan molekul air, kemudian air bebas mengisi pori-pori pada
benang. Pembengkakan selanjutnya terjadi karena persaingan osmotik sampai proses
pembengkakan seimbang. Banyaknya volume air yang dapat masuk ke dalam struktur benang
tergantung dari banyaknya pori dan ukuran pori dimana banyaknya pori dan ukuran pori
dipengaruhi oleh komposisi polimer.
.
Kesimpulan
• Berdasarkan uji swelling degree yang telah dilakukan pada benang kitosan dari kitin
iradiasi dan tanpa iradiasi dengan variasi konsentrasi larutan dan penggumpal,
didapatkan nilai swelling degree terendah benang kitosan dari kitin tanpa iradiasi pada
benang kitosan 7% menggunakan penggumpal campuran antara NaOH dan Na2CO3
berkisar 57,5%. Sedangkan benang kitosan dari kitin iradiasi nilai swelling degree
terendah dihasilkan pada benang kitosan 9% menggunakan penggumpal NaOH
dengan nilai swelling degree berkisar 57,7%.
10. • Konsentrasi kitosan yang semakin besar akan meningkatkan derajat pengikatan silang
yang mengakibatkan semakin rapat atau ukuran pori semakin kecil. Sehingga volume
air yang masuk semakin sedikit, dengan kata lain swelling degree semakin rendah
Daftar Pustaka
1. Lee, Kee Chang; Seong Gil yoon., et al. Swelling Behavior of Chitosan Hidrogel in
Ionic Liquit-Water Binary System. Materials Research Society, symposium,
Prociding. Vol 915. Seuol: Hanyang University. Korea. 2006.
2. Kolodzjieska, I. A; Wojtasz-Pajak, G. Ogonoskwa dan Z.E. Sikorski.
Deacetylation of chitin in two-stage chemical and enzymatic process, Bul. Sea.
Fisheries Inst. 2000. p 15-24.
3. Dwityono, Basmal, J dan Mulyasari. Pengaruh Suhu dan Esterifikasi Terhadap
Karakteristik Karboksimetil Kitosan (CMCts). J. Panel. Perik. Indonesia. Edisi Pasca
panen. 2004. 10(3): 67-73
4. Meddieton, J. C; Tipton, A. J; Synthetic Biodegradable Polymer as Medical Divices,
Medical Plastics and Biomaterials Magazine. 1998.
5. Utari, Sri Maya; Yuli Darni dan Herti Utami. Pemanfaatan Agar-Agar Gracilarna
Coronapifolia dan Kitosan Untuk Pembuatan Plastik Biodegradabel Dengan Gliserol
Sebagai Plasticizer, dalam Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II
Universitas Lampung, 17-18 November. Lampung. 2008.