SlideShare a Scribd company logo
Kapitalisme: Sebuah Modus Eksistensi*
                                   Oleh: Husain Heriyanto

PENGANTAR

Saat ini tidak ada yang bisa membantah kedigdayaan rezim kapitalisme mendominasi
peradaban dunia global. Berakhirnya Perang Dingin menyusul ambruknya komunisme-
sosialisme Uni Soviet beserta negara-negara satelitnya sering diinterpretasikan sebagai
kemenangan kapitalisme. Hampir dalam setiap sektor kehidupan, logika dan budaya
kapitalisme hadir menggerakkan aktivitas. Kritik-kritik yang ditujukan terhadap kapitalisme
justru bermuara kepada terkooptasinya kritik-kritik tersebut untuk lebih mengukuhkan
kapitalisme.

Muncul pertanyaan lain, ke arah mana peradaban manusia akan dibawa oleh kapitalisme.
Apakah gerangan yang menyebabkan ideologi ini tetap bertahan, dan bahkan, kian
mendominasi dunia? Apakah hegemoni kapitalisme ini merupakan akhir sejarah umat
manusia atau sebagai satu-satunya alternatif yang mesti diterima sebagaimana yang
diperkirakan oleh Francis Fukuyama dalam The End of History? Masih berpeluangkah
proyek emansipasi manusia dari dominasi kapital dan fetisisme komditas?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, diperlukan pemahaman yang tepat mengenai
pengertian hakiki apa itu sesungguhnya kapitalisme.

I. PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN KAPITALISME

I.1. Pengertian Kapitalisme

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni
kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi
barang lainnya (Bagus, 1996). Ebenstein (1990) menyebut kapitalisme sebagai sistem sosial
yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan
kapitalisme sebagai bagian dari gerakan individualisme. Sedangkan Hayek (1978)
memandang kapitalisme sebagai perwujudan liberalisme dalam ekonomi.

Menurut Ayn Rand (1970), kapitalisme adalah "a social system based on the recognition of
individual rights, including property rights, in which all property is privately owned". (Suatu
sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak-hak individu, termasuk hak milik di
mana semua pemilikan adalah milik privat).

Heilbroner (1991) secara dinamis menyebut kapitalisme sebagai formasi sosial yang memiliki
hakekat tertentu dan logika yang historis-unik. Logika formasi sosial yang dimaksud
mengacu pada gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan dalam proses-proses kehidupan
dan konfigurasi-konfigurasi kelembagaan dari suatu masyarakat. Istilah "formasi sosial" yang
diperkenalkan oleh Karl Marx ini juga dipakai oleh Jurgen Habermas. Dalam Legitimation
Crisis (1988), Habermas menyebut kapitalisme sebagai salah satu empat formasi sosial
(primitif, tradisional, kapitalisme, post-kapitalisme).

I.2. Sejarah Perkembangan Kapitalisme
Robert E. Lerner dalam Western Civilization (1988) menyebutkan bahwa revolusi komersial
dan industri pada dunia modern awal dipengaruhi oleh asumsi-asumsi kapitalisme dan
merkantilisme. Direduksi kepada pengertian yang sederhana, kapitalisme adalah sebuah
sistem produksi, distribusi, dan pertukaran di mana kekayaan yang terakumulasi
diinvestasikan kembali oleh pemilik pribadi untuk memperoleh keuntungan. Kapitalisme
adalah sebuah sistem yang didisain untuk mendorong ekspansi komersial melewati batas-
batas lokal menuju skala nasional dan internasional. Pengusaha kapitalis mempelajari pola-
pola perdagangan internasional, di mana pasar berada dan bagamana memanipulasi pasar
untuk keuntungan mereka. Penjelasan Robert Learner ini paralel dengan tudingan Karl Marx
bahwa imperialisme adalah kepanjangan tangan dari kapitalisme.

Sistem kapitalisme, menurut Ebenstein (1990), mulai berkembang di Inggris pada abad 18 M
dan kemudian menyebar luas ke kawasan Eropa Barat laut dan Amerika Utara. Risalah
terkenal Adam Smith, yaitu The Wealth of Nations (1776), diakui sebagai tonggak utama
kapitalisme klasik yang mengekspresikan gagasan "laissez faire"1) dalam ekonomi.
Bertentangan sekali dengan merkantilisme yaitu adanya intervensi pemerintah dalam urusan
negara. Smith berpendapat bahwa jalan yang terbaik untuk memperoleh kemakmuran adalah
dengan membiarkan individu-individu mengejar kepentingan-kepentingan mereka sendiri
tanpa keterlibatan perusahaan-perusahaan negara (Robert Lerner, 1988).

Awal abad 20 kapitalisme harus menghadapi berbagai tekanan dan ketegangan yang tidak
diperkirakan sebelumnya. Munculnya kerajaan-kerajaan industri yang cenderung menjadi
birokratis uniform dan terjadinya konsentrasinya pemilikan saham oleh segelintir individu
kapitalis memaksa pemerintah (Barat) mengintervensi mekanisme pasar melalui kebijakan-
kebijakan seperti undang-undang anti-monopoli, sistem perpajakan, dan jaminan
kesejahteraan. Fenomena intervensi negara terhadap sistem pasar dan meningkatnya
tanggungjawab pemerintah dalam masalah kesejahteraan sosial dan ekonomi merupakan
indikasi terjadinya transformasi kapitalisme. Transformasi ini, menurut Ebenstein, dilakukan
agar kapitalisme dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan ekonomi dan sosial.
Lahirlah konsep negara kemakmuran (welfare state) yang oleh Ebenstein disebut sebagai
"perekonomian campuran" (mixed economy) yang mengkombinasikan inisiatif dan milik
swasta dengan tanggungjawab negara untuk kemakmuran sosial.

Habermas memandang transformasi itu sebagai peralihan dari kapitalisme liberal kepada
kapitalisme lanjut (late capitalism. organized capitalism, advanced capitalism). Dalam
Legitimation Crisis (1988), Habermas menyebutkan bahwa state regulated capitalism (nama
lain kapitalisme lanjut) mengacu kepada dua fenomena: (a) terjadinya proses konsentrasi
ekonomi seperti korporasi-korporasi nasional dan internasional yang menciptakan struktur
pasar oligopolistik, dan (b) intervensi negara dalam pasar. Untuk melegitimasi intervensi
negara yang secara esensial kontradiktif dengan kapitalisme liberal, maka menurut Habermas,
dilakukan repolitisasi massa, sebagai kebalikan dari depolitisasi massa dalam masyarakat
kapitalis liberal. Upaya ini terwujud dalam sistem demokrasi formal.

II. PRINSIP-PRINSIP DASAR KAPITALISME

II.1. Tiga Asumsi Kapitalisme Menurut Ayn Rand

Ayn Rand dalam Capitalism (1970) menyebutkan tiga asumsi dasar kapitalisme, yaitu: (a)
kebebasan individu, (b) kepentingan diri (selfishness), dan (c) pasar bebas.
Menurut Rand, kebebasan individu merupakan tiang pokok kapitalisme, karena dengan
pengakuan hak alami tersebut individu bebas berpikir, berkarya dan berproduksi untuk
keberlangsungan hidupnya. Pada gilirannya, pengakuan institusi hak individu memungkinkan
individu untuk memenuhi kepentingan dirinya. Menurut Rand, manusia hidup pertama-tama
untuk dirinya sendiri, bukan untuk kesejahteraan orang lain. Rand menolak keras
kolektivisme, altruisme, mistisisme. Konsep dasar bebas Rand merupakan aplikasi sosial dan
pandangan epistemologisnya yang natural mekanistik. Terpengaruh oleh gagasan "the
invisible hand" dari Smith, pasar bebas dilihat oleh Rand sebagai proses yang senantiasa
berkembang dan selalu menuntut yang terbaik atau paling rasional. Smith pernah berkata:
"...free marker forces is allowed to balance equitably the distribution of wealth". (Robert
Lerner, 1988).

II.2. Akumulasi Kapital

Heilbroner (1991) menelaah secara mendalam pengertian hakiki dari kapital. Apa yang
dimaksud dengan kapital sehingga dapat menjelaskan formasi sosial tempat kita hidup
sekarang adalah kapitalisme? Heilbroner menolak memperlakukan kapital hanya dalam
kategori hal-hal yang material berupa barang atau uang. Menurutnya, jika kapital hanya
berupa barang-barang produksi atau uang yang diperlukan guna membeli material dan kerja,
maka kapital akan sama tuanya dengan peradaban.

Menurut Heilbroner, kapital adalah faktor yang mnggerakkan suatu pross transformasi
berlanjut atas kapital-sebagai-uang menjadi kapital-sebagai-komoditi, diikuti oleh suatu
transformasi dari kapital-sebagai-komoditi menjadi kapital-sebagai uang yang bertambah.
Inilah rumusan M-C-M yang diperkenalkan Marx.

Proses yang berulang dan ekspansif ini memang diarahkan untuk membuat barang-barang
dan jasa-jasa dengan pengorganisasian niaga dan produksi. Eksistensi fisik benda dan jasa itu
merupakan suatu rintangan yang harus diatasi dengan mengubah komoditi menjadi uang
kembali. Bahkan kalau hal itu terjadi, bila sudah terjual, maka uang itu pada gilirannya tidak
dianggap sebagai produk akhir dari pencarian tetapi hanya sebagai suatu tahap dalam
lingkaran yang tak berakhir.

Karena itu, menurut Heilbroner, kapital bukanlah suatu benda material melainkan suatu
proses yang memakai benda-benda material sebagai tahap-tahap dalam eksistensi dinamiknya
yang berkelanjutnya. Kapital adalah suatu proses sosial, bukan proses fisik. Kapital memang
mengambil bentuk fisik, tetapi maknanya hanya bisa dipahami jika kita memandang bahwa
benda-benda material ini mewujudkan dan menyimbolkan suatu totalitas yang meluas.

Rumusan M-C-M (Money-Commodity-Money) yang diskemakan Marx atas metamorfosis
yang berulang dan meluas yang dijalani kapital merupakan penemuan Marx terhadap esensi
kapitalisme, yaitu akumulasi modal. Dalam pertukaran M-C-M tersebut uang bukan lagi alat
tukar, tetapi sebagai komoditas itu sndiri dan menjadi tujuan pertukaran.

II.3. Dorongan Untuk Mengakumulasi Kapital (Heilbroner)

Analisis kapital sebagai suatu proses ekspansif seperti yang diuraikan di muka, ditelaah lebih
dalam lagi oleh Heilbroner melalui pendekatan psikoanalisis, antropologis, dan sosiologis.
Menurut Heilbroner, gagasan kapital sebagai suatu hubungan sosial menyingkapkan inti
hubungan itu, yaitu dominasi. Hubungan dominasi memiliki dua kutub. Pertama,
ketergantungan sosial kaum yang tak berpunya kepada pemilik kapital di mana tanpa
ketergantungan itu kapital tidak memiliki pengaruh apa-apa. Kedua, dorongan tanpa henti
dan tanpa puas untuk mengakumulasi kapital.

Heilbroner melontarkan pertanyaan: Apakah alasan pembenaran dari proses tanpa henti ini?
Ia menyebutkan bahwa dorongan ini digerakkan oleh keinginan untuk prestise dan
kemenonjolan (realisasi diri)2. Dalam bahasa Abraham Maslow, dorongan mengakumulasi
kekayaan yang tidak puas-puas ini merupakan manifestasi aktualisasi diri. Namun,
Heilbroner mengingatkan bahwa kebutuhan afektif ini hanyalah suatu kondisi yang perlu
(necessary condition) namun belum menjadi syarat cukup (sufficient condition) untuk
dorongan mengejar kekayaan. Lalu Heilbroner menemukan bahwa kekayaan memberikan
pemiliknya kemampuan untuk mengarahkan dan memobilisasikan kegiatan-kegiatan
masyarakat. Ini adalah kekuasaan. Kekayaan adalah suatu kategori sosial yang tidak
terpisahkan dari kekuasaan.

Dengan demikian, hakekat kapitalisme menurut Heilbroner, adalah dorongan tiada henti dan
tanpa puas untuk mengakumulasi kapital sebagai sublimasi dorongan bawah sadar manusia
untuk merealisasi diri, mendominasi, berkuasa. Karena dorongan ini berakar pada jati diri
manusia, maka kapitalisme lebih merupakan salah satu modus eksistensi manusia. Mungkin
inilah sebabnya mengapa kapitalisme mampu bertahan dan malah menjadi hegemoni
peradaban global.

III. TINJAUAN KRITIS

Tinjauan kritis ini dibuat dengan asumsi bahwa analisis sosial memiliki keterbatasan-
keterbatasan skematisasi dinamika kehidupan sosial. Tinjauan tentang kekuatan dan
kelemahan kapitalisme lebih merupakan hipotesa.

III.1. Kekuatan Kapitalisme

Unsur-unsur apa yang dikandung kapitalisme sehingga ia saat ini tetap tangguh? Terdapat
beberapa kekuatan yang memungkinkan kapitalisme masih bertahan hingga kini melalui
berbagai kritikan tajam dan rintangan.

Pertama, daya adaptasi dan transformasi kapitalisme yang sangat tinggi, sehingga ia mampu
menyerap dan memodifikasi setiap kritik dan rintangan untuk memperkuat eksistensinya.
Sebagai contoh, bagaimana ancaman pemberontakan kaum buruh yang diramalkan Marx
tidak terwujud, karena di satu sisi, kaum buruh mengalami pembekuan kesadaran kritis
(reifikasi), dan di lain sisi, kelas borjuasi kapital melalui negara memberikan "kebaikan hati"
kepada kaum buruh dengan konsep "welfare state". Pada gilirannya, kaum kapitalis
memperoleh persetujuan (consent) untuk mendominasi masyarakat melalui apa yang disebut
Gramsci sebagai hegemoni ekonomi, politik, budaya; atau seperti yang disebutkan Heilbroner
bahwa rezim kapital memiliki kemampuan untuk memperoleh kepatuhan massa dengan
memunculkan "patriotisme" ekonomik.

Kedua, berkaitan dengan yang pertama, tingginya kemampuan adaptasi kapitalisme dapat
dilacak kepada waktu inheren pada hakekat kapitalisme, yaitu dorongan untuk berkuasa dan
perwujudan diri melalui kekayaan. Atas dasar itulah diantaranya, maka Peter Berger dalam
Revolusi Kapitalis (1990) berani bertaruh bahwa masa depan ekonomi dunia berada dalam
genggaman kapitalisme.
Ketiga, kreativitas budaya kapitalisme dan kapasitasnya menyerap ide-ide serta toleransi
terhadap berbagai pemikiran. Menurut Rand, kebebasan dan hak individu memberi ruang
gerak manusia dalam berinovasi dan berkarya demi tercapainya keberlangsungan hidup dan
kebahagiaan. Dengan dasar pemikiran ini, Bernard Murchland dalam Humanisme dan
Kapitalisme (1992) dengan penuh keyakinan menaruh harapan bahwa kapitalisme demokratis
adalah humanisme yang dapat menyelamatkan peradaban manusia di masa depan.

III.2. Kelemahan Kapitalisme

Mengacu kepada asumsi-asumsi dasar kapitalisme, klaim-klaim pendukung kapitalisme dan
praktek kapitalisme, terdapat beberapa kelemahan mendasar kapitalisme.

Pertama, pandangan epistemologinya yang positivistik mekanistik. Positivisme yang
memisahkan fakta dan nilai, bahkan hanya terpaku pada apa yang disebut fenomena fakta dan
mengabaikan nilai, terbukti sudah ketidakmampuannya menjelaskan perkembangan sains
modern dan kritikan dari fenomenologi hermeneutik (human sciences). Pola pikir positivistik
hanya satu dimensi, yaitu dialektika positif, yang pada gilirannya mereduksi kemampuan
refleksi kritis manusia untuk menari makna-makna tersembunyi di balik fenomena-fenomena.
Herbert Marcuse dalam One Dimensional Man (1991) berkata: "... Kapitalisme, yang didorng
oleh teknologi, telah mengembang untuk mengisi semua ruang sosial kita; telah menjadi
suatu semesta politis selain psikologis. Kekuasaan totalitarian ini mempertahankan
hegemoninya dengan merampas fungsi kritisnya dari semua oposisi, yaitu kemampuannya
berpikir negatif mengenai sistem, dan dengan memaksakan kebutuhan-kebutuhan palsu
melalui iklan, kendali pasar, dan media. Maka, kebebasan itu sendiri menjadi alat dominasi,
dan akal menyembunyikan sisi gelap irasionalitas..."

Kedua, berkaitan dengan yang pertama, asumsi antropologis yang dianut kapitalisme adalah
pandangan reduksionis satu dimensi manusia yang berasal dari rasionalisme Aufklarung.
Temuan alam bawa sadar psikoanalisis menunjukkan bahwa banyak perilaku manusia tidak
didorong oleh kesadaran atau rasionalitas, melainkan oleh ketidaksadaran dan irasionalitas.
Asumsi kapitalisme yang mengandaikan bahwa distribusi kekayaan akan terjadi dengan
sendirinya bila masyarakat telah makmur (contoh: konsep trickle down effect) melupakan
aspek irasionalitas manusia yang serakah dan keji. Dorongan yang tidak pernah puas
menumpukkan kapital sebagai watak khas kapitalisme merupakan bentuk patologis
megalomania dan narsisisme.

Ketiga, keserakahan mengakumulai kapital berakibat pada eksploitasi yang melampau batas
terhadap alam dan sesama manusia, yang pada gilirannya masing-masing menimbulkan krisis
ekonologis dan dehumanisasi. Habermas (1988) menyebutkan kapitalisme lanjut
menimbulkan ketidakseimbangan ekologis, ketidakseimbangan antropologis (gangguan
sistem personaliti), dan ketidakseimbangan internasional.

Keempat, problem moral. Bernard Murchland (1992), seorang pembela gigih kapitalisme,
mengakui bahwa masalah yang paling serius yang dihadapi kapitalisme demokratis adalah
pengikisan basis moral. Ia lalu menoleh ke negara-negara Timur yang kaya dengan
komponen moral kultural. Atas dasar problem etis inilah, maka Mangunwijaya (1998) dengan
lantang berkata: "... ternyatalah, bahwa sistem liberal kapitalis, biar sudah direvisi, diadaptasi
baru dan diperlunak sekalipun, dibolak-balik diargumentasi dengan fasih ilmiah seribu kepala
botak, ternyata hanya dapat berfungsi dengan tumbal-tumbal sekian milyar rakyat dina lemah
miskin di seluruh duia, termasuk dan teristimewa Indonesia...."
Kelima, implikasi dari praktek mengkomoditikan segenap ide-ide dan kegiatan-kegiatan
sosial budaya, maka terjadilah krisis makna yang pada gilirannya menimbulkan krisis
motivasi. Habermas (1988) mengatakan bahwa pada tataran sistem politik, krisis motivasii ni
menimbulkan krisis legitimasi, atau menurut istilah Heilbroner (1991) dengan krisis
intervensi.

IV. KESIMPULAN

Analisis Heilbroner di muka, jika dikembangkan lebih lanjut secara filosofis, akan membawa
kita untuk berkesimpulan bahwa kapitalisme lebih daripada sekedar sistem ekonomi atau
sistem sosial. Sebagai peradaban, kapitalisme dapat kita katakan sebagai suatu cara berada
manusia, suatu modus eksistensi. Seorang kapitalis adalah orang yang melalui harta
kekayaannya ia mewujudkan diri, menyingkap eksistensi diri. Ia mengaktualkan dirinya
dengan dan untuk kapital. Dengan kapital, ia berharap memperoleh kekuasaan dan dominasi.
Memiliki kapital berarti menguasai dunia. Sains, teknologi, seni, dan agama menjadi
subordinasi dan pelayan atau pelegitimasi kapital. Itulah modus eksistensi kapitalisme.

Atas dasar pemikiran di atas, kita dapat memahami mengapa ideologi-ideologi seperti
sosialisme, Marxisme, komunisme, humanisme, dan bahkan eksistensialisme-sekuler gagal
menghadapi kapitalisme. Kaum sosialis telah gagal memahami kapitalisme sebagai modus
eksistensi. Ini dimulai dari Karl Marx sendiri yang melihat kapital hanya sebagai "cara
produksi" (modus produksi), konsep sentral yang digunakannya dalam Das Kapital.
Akibatnya, banyak analiss dan ramalan Marx yang melenceng. Bahkan sosialisme akhirnya
terkooptasi oleh kapitalisme. Konsep "welfare state" yang diterapkan di negara kapitalis
adalah salah satu contoh upaya adaptasi kapitalisme merangkul semangat sosialisme ke
dalam pangkuannya. Ideologi-ideologi sekuler dunia lainnya sekarang ini hanyalah ibarat
anak-anak kapitalisme atau subordinasi kapitalisme global, kapitalisme konsumeris.

Kaum Mazhab Frankfurt sebagai pewaris semangat kritisi sosial Marx yang pada mulanya
mencanangkan proyek pembebasan masyarakat dari hegemoni kapitalisme akhirnya juga
jatuh kepada pesimisme. Mereka seakan-akan tidak melihat lagi adanya peluang untuk
menciptakan dunia alternatif selain dunia ciptaan kapital. Mereka menganggap manusia
modern telah kehilangan rasionalitas dan kesadaran kritis. Kini mereka seakan tak mampu
lagi bersuara lantang menentang kapitalisme sebagaimana pendahulu mereka, katakanlah
misalnya Herbert Marcuse yang menulis One Dimensional Man. Para pendukung teori kritis
inipun seakan tidak bereaksi ketika Perter Berger, seorang pembela kapitalisme, dengan
arogan mengatakan sosialisme adalah mitos, sedang kapitalisme adalah masa depan manusia.

Sementara itu, analisis Max Weber yang mengaitkan perkembangan kapitalisme dengan etos
kerja Protestan kini juga bermuara kepada proses sekulerisasi yang tidak diperkirakan
sebelumnya. Pada mulanya, motif religius menggerakkan orang untuk kerja keras, tekun,
efisien, dan berprestasi karena perolehan kesuksusan duniawi diartikan sebagai tanda
keselamatan ilahi. Namun, proses sekulerisasi terjadi sedemikian rupa sehingga Tuhan dan
akhirat perlahan-lahan hilang dari kesadaran manusia. Aktivitas duniawi sama sekali tidak
lagi digerakkan oleh motivasi agama, namun semata-mata oleh motif materialistik. Berger
menyebutkan Protestanisme sebagai manifestasi yang paling sempurna dari proses dialektik
di mana orientasi agama yang bersifat inner-worldly itu "menggali kubur" untuk dirinya
sendiri.
Luar biasa memang pesona materi itu sehingga motivasi agama pun akhirnya juga terkooptasi
oleh motivasi materialistik.

V. SARAN

Dengan menelaah secara tajam hakekat kapitalisme, kita dapat melihat kekuatan dan
kelemahannya secara obyektif. Ini diperlukan agar proyek besar pembebasan manusia dari
hegemoni kapitalisme - tentu saja yang berminat - dapat mengkonstruksi ideologi atau
peradaban alternatif yang sungguh-sungguh antitesis kapitalisme secara mendasar, radikal
dan menyeluruh.

Persoalannya, bagaimana kita merancang antitesis itu? Adakah modus eksistensi alternatif
yang dapat menaklukkan kapitalisme menjadi sekedar metode atau manajemen bisnis?
Perlukah lebih dahulu kita merombak secara revolusioner pandangan dunia (worldview) kita
tentang antropologi, kosmologi, teologi?

Catatan:

* Makalah sesi kedua Short-Course kajian Ideologi, Peradaban dan Agama - HMI Cabang
Depok dan FIKI-UI di PKTTI-UI Depok, 21 Des. 1999.

1) Istilah "Laissez Faire" berasal dari bahasa Perancis laissez faire la nature (let nature take its
course); dapat diartikan sebagai sikap pembiaran kebebasan semaunya tanpa pengaturan dan
kontrol.

2) Heilbroner mengutip pernyataan Adam Smith sendiri dalam Theory of Moral Sentiments
(1976): "Orang kaya berbangga dalam kekayaan-kekayaan mereka, karena dia merasa bahwa
kekayaan-kekayaan itu membuatnya diperhatikan dunia. Memikirkan hal ini membuat dia
berbesar hati dan membuatnya makin mencintai kekayaannya."

REFERENSI

   1.  Bagus, L., Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 1996.
   2.  Berger, P., Revolusi Kapitalis, (terjemahan), LP3ES, Jakarta 1990.
   3.  Ebenstein, W., Isme-Isme Dewasa Ini, (terjemahan), Erlangga, Jakarta, 1990.
   4.  Habermas, J., Letigimation Crisis, Polity Press, Cambridge Oxford, 1988.
   5.  Hayek, F.A., The Prinsiples of A Liberal Social Order, dalam Anthony de Crespigny
       and Jeremy Cronin, Ideologies of Politics, Oxford University Press, London, 1978.
   6. Heilbroner, R.L., Hakikat dan Logika Kapitalisme, (terjemahan), LP3ES, Jakarta,
       1991.
   7. Lerner, R.E., Western Civilization, Volume 2, W.W. Norton & Company, Ney York-
       London, 1988.
   8. Mangunwijaya, Y.B., Mencari Landasan Sendiri, Esei Pada Harian Kompas 1
       September 1998, Jakarta.
   9. Marcuse, H., One Dimensional Man, Beacon Press, Boston, 1991.
   10. Murchland, B., Humanisme dan Kapitalisme, (terjemahan), Tiara Wacana,
       Yogyakarta, 1992.
   11. Rand, A., Capitalism: The Unknown Ideal, A Signet Book, New York, 1970.

http://media.isnet.org/islam/Etc/Kapitalisme.html

More Related Content

What's hot

Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.04
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.04Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.04
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.04Daryono Soebagiyo
 
Demokrasi Kaum Kapitalis
Demokrasi Kaum KapitalisDemokrasi Kaum Kapitalis
Demokrasi Kaum Kapitalis
Ratri nia
 
Alienasi Manusia Menurut Karl Marx
Alienasi Manusia Menurut Karl MarxAlienasi Manusia Menurut Karl Marx
Alienasi Manusia Menurut Karl Marx
Satrio Arismunandar
 
Ideologi sosialisme
Ideologi sosialismeIdeologi sosialisme
Ideologi sosialisme
lutortiffd
 
Sosialisme
SosialismeSosialisme
Sosialisme
Deviana01
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
norma 28
 
88838080 ideologi-liberalisme
88838080 ideologi-liberalisme88838080 ideologi-liberalisme
88838080 ideologi-liberalisme
Muhammad Junaidi
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
norma 28
 
Kesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisiKesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisijanroi
 
1. kapitalisme 1
1. kapitalisme   11. kapitalisme   1
1. kapitalisme 1
mharryk
 
Karl marx
Karl marxKarl marx
Karl marx
Eka Lasmawati
 
Teori ketergantungan lanjutan
Teori ketergantungan lanjutan Teori ketergantungan lanjutan
Teori ketergantungan lanjutan
Frans Dione
 
Sistem Ekonomi Komando
Sistem Ekonomi KomandoSistem Ekonomi Komando
Sistem Ekonomi Komando
RyunRun
 
Karl Max Sociology Presentation
Karl Max Sociology Presentation Karl Max Sociology Presentation
Karl Max Sociology Presentation
Maria Ovelia
 
Sistem ekonomi pertemuan pertama
Sistem ekonomi pertemuan pertamaSistem ekonomi pertemuan pertama
Sistem ekonomi pertemuan pertamadinnianggra
 
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.03
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.03Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.03
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.03Daryono Soebagiyo
 
Dr umar chapra vs karl marx
Dr umar chapra vs karl marxDr umar chapra vs karl marx
Dr umar chapra vs karl marx
SemangatRani
 
Neoliberalisme dan globalisasi
Neoliberalisme dan globalisasiNeoliberalisme dan globalisasi
Neoliberalisme dan globalisasi
virmannsyah
 

What's hot (20)

Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.04
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.04Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.04
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.04
 
Demokrasi Kaum Kapitalis
Demokrasi Kaum KapitalisDemokrasi Kaum Kapitalis
Demokrasi Kaum Kapitalis
 
Alienasi Manusia Menurut Karl Marx
Alienasi Manusia Menurut Karl MarxAlienasi Manusia Menurut Karl Marx
Alienasi Manusia Menurut Karl Marx
 
Capitalisme
CapitalismeCapitalisme
Capitalisme
 
Ideologi sosialisme
Ideologi sosialismeIdeologi sosialisme
Ideologi sosialisme
 
Sosialisme
SosialismeSosialisme
Sosialisme
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
 
88838080 ideologi-liberalisme
88838080 ideologi-liberalisme88838080 ideologi-liberalisme
88838080 ideologi-liberalisme
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
 
Kesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisiKesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisi
 
1. kapitalisme 1
1. kapitalisme   11. kapitalisme   1
1. kapitalisme 1
 
Karl marx
Karl marxKarl marx
Karl marx
 
Teori ketergantungan lanjutan
Teori ketergantungan lanjutan Teori ketergantungan lanjutan
Teori ketergantungan lanjutan
 
Sistem Ekonomi Komando
Sistem Ekonomi KomandoSistem Ekonomi Komando
Sistem Ekonomi Komando
 
Karl Max Sociology Presentation
Karl Max Sociology Presentation Karl Max Sociology Presentation
Karl Max Sociology Presentation
 
Sistem ekonomi pertemuan pertama
Sistem ekonomi pertemuan pertamaSistem ekonomi pertemuan pertama
Sistem ekonomi pertemuan pertama
 
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.03
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.03Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.03
Bahan Ajar Sistem Eko.Powerpoint.03
 
Dr umar chapra vs karl marx
Dr umar chapra vs karl marxDr umar chapra vs karl marx
Dr umar chapra vs karl marx
 
Neoliberalisme dan globalisasi
Neoliberalisme dan globalisasiNeoliberalisme dan globalisasi
Neoliberalisme dan globalisasi
 
Ideologi politik komunis.
Ideologi politik komunis.Ideologi politik komunis.
Ideologi politik komunis.
 

Viewers also liked

Mengungkap keimanan abi thalib
Mengungkap keimanan abi thalibMengungkap keimanan abi thalib
Mengungkap keimanan abi thalibAliem Masykur
 
Islam dan akulturasi budaya lokal
Islam dan akulturasi budaya lokalIslam dan akulturasi budaya lokal
Islam dan akulturasi budaya lokalAliem Masykur
 
Wawasan Aswaja
Wawasan AswajaWawasan Aswaja
Wawasan Aswaja
aswajanu
 
Naskah: Dunia Orang-orang Mati
Naskah:  Dunia Orang-orang MatiNaskah:  Dunia Orang-orang Mati
Naskah: Dunia Orang-orang MatiAliem Masykur
 
Naskah: Pesta Terakhir
Naskah: Pesta TerakhirNaskah: Pesta Terakhir
Naskah: Pesta TerakhirAliem Masykur
 
Naskah: SyekhSiti Jenar
Naskah: SyekhSiti JenarNaskah: SyekhSiti Jenar
Naskah: SyekhSiti JenarAliem Masykur
 
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)Aliem Masykur
 
Pendidikan Seks Anak Usia Dini
Pendidikan Seks Anak Usia DiniPendidikan Seks Anak Usia Dini
Pendidikan Seks Anak Usia DiniAliem Masykur
 
Naskah: Nawang Wulan
Naskah: Nawang WulanNaskah: Nawang Wulan
Naskah: Nawang WulanAliem Masykur
 

Viewers also liked (11)

Mengungkap keimanan abi thalib
Mengungkap keimanan abi thalibMengungkap keimanan abi thalib
Mengungkap keimanan abi thalib
 
Islam dan akulturasi budaya lokal
Islam dan akulturasi budaya lokalIslam dan akulturasi budaya lokal
Islam dan akulturasi budaya lokal
 
Mantiq
MantiqMantiq
Mantiq
 
Wawasan Aswaja
Wawasan AswajaWawasan Aswaja
Wawasan Aswaja
 
Naskah: Dunia Orang-orang Mati
Naskah:  Dunia Orang-orang MatiNaskah:  Dunia Orang-orang Mati
Naskah: Dunia Orang-orang Mati
 
Naskah: Pesta Terakhir
Naskah: Pesta TerakhirNaskah: Pesta Terakhir
Naskah: Pesta Terakhir
 
Naskah: SyekhSiti Jenar
Naskah: SyekhSiti JenarNaskah: SyekhSiti Jenar
Naskah: SyekhSiti Jenar
 
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
 
Aswaja
AswajaAswaja
Aswaja
 
Pendidikan Seks Anak Usia Dini
Pendidikan Seks Anak Usia DiniPendidikan Seks Anak Usia Dini
Pendidikan Seks Anak Usia Dini
 
Naskah: Nawang Wulan
Naskah: Nawang WulanNaskah: Nawang Wulan
Naskah: Nawang Wulan
 

Similar to Kapitalisme: Sebuah Modus Eksistensi

Bahan 2 mazhab
Bahan 2 mazhabBahan 2 mazhab
Bahan 2 mazhab
Fachrurozy HN
 
Prinsip ekonomi islam
Prinsip ekonomi islamPrinsip ekonomi islam
Prinsip ekonomi islamwasunu
 
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunisDemokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
David Jones
 
materi poin 3.docx
materi poin 3.docxmateri poin 3.docx
materi poin 3.docx
AmaliaPutriMalia
 
Auguste comte
Auguste comteAuguste comte
Auguste comte
Bang Onno
 
13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx
13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx
13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx
Madi258747
 
Ekonomi l iberal kapitalis
Ekonomi l iberal kapitalisEkonomi l iberal kapitalis
Ekonomi l iberal kapitalisAbdul Razak
 
Filsafat sejarah karl marx
Filsafat sejarah karl marxFilsafat sejarah karl marx
Filsafat sejarah karl marxLa Meza
 
Kesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisiKesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisi
Jan Purba
 
Bab 8 ideologi
Bab 8 ideologiBab 8 ideologi
Bab 8 ideologi
muliajayaabadi
 
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan UmatKomunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Anas Wibowo
 
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral 1
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral 1Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral 1
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral 1
Yesica Adicondro
 
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moralLiberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
Yesica Adicondro
 
12887 article text-7631-3-10-20170710
12887 article text-7631-3-10-2017071012887 article text-7631-3-10-20170710
12887 article text-7631-3-10-20170710
staiypbwi1
 
499633283-Ppt-Ndp-Copy.pptx
499633283-Ppt-Ndp-Copy.pptx499633283-Ppt-Ndp-Copy.pptx
499633283-Ppt-Ndp-Copy.pptx
AreyCharmend
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
saritharamadhani03
 

Similar to Kapitalisme: Sebuah Modus Eksistensi (20)

Bahan 2 mazhab
Bahan 2 mazhabBahan 2 mazhab
Bahan 2 mazhab
 
Prinsip ekonomi islam
Prinsip ekonomi islamPrinsip ekonomi islam
Prinsip ekonomi islam
 
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunisDemokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
Demokrasi pancasila perpaduan antara liberal dan komunis
 
materi poin 3.docx
materi poin 3.docxmateri poin 3.docx
materi poin 3.docx
 
Auguste comte
Auguste comteAuguste comte
Auguste comte
 
Makalah tugas
Makalah tugasMakalah tugas
Makalah tugas
 
13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx
13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx
13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya.docx
 
Ekonomi l iberal kapitalis
Ekonomi l iberal kapitalisEkonomi l iberal kapitalis
Ekonomi l iberal kapitalis
 
Filsafat sejarah karl marx
Filsafat sejarah karl marxFilsafat sejarah karl marx
Filsafat sejarah karl marx
 
Kesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisiKesejahteraan adalah kondisi
Kesejahteraan adalah kondisi
 
Bab 8 ideologi
Bab 8 ideologiBab 8 ideologi
Bab 8 ideologi
 
Materi 7
Materi 7Materi 7
Materi 7
 
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan UmatKomunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
 
LIBERALISME
LIBERALISMELIBERALISME
LIBERALISME
 
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral 1
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral 1Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral 1
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral 1
 
Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai Ideologi NegaraPancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai Ideologi Negara
 
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moralLiberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
Liberalisme dan sosialisme sebagai perjuangan moral
 
12887 article text-7631-3-10-20170710
12887 article text-7631-3-10-2017071012887 article text-7631-3-10-20170710
12887 article text-7631-3-10-20170710
 
499633283-Ppt-Ndp-Copy.pptx
499633283-Ppt-Ndp-Copy.pptx499633283-Ppt-Ndp-Copy.pptx
499633283-Ppt-Ndp-Copy.pptx
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 

Recently uploaded

Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 

Recently uploaded (20)

Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 

Kapitalisme: Sebuah Modus Eksistensi

  • 1. Kapitalisme: Sebuah Modus Eksistensi* Oleh: Husain Heriyanto PENGANTAR Saat ini tidak ada yang bisa membantah kedigdayaan rezim kapitalisme mendominasi peradaban dunia global. Berakhirnya Perang Dingin menyusul ambruknya komunisme- sosialisme Uni Soviet beserta negara-negara satelitnya sering diinterpretasikan sebagai kemenangan kapitalisme. Hampir dalam setiap sektor kehidupan, logika dan budaya kapitalisme hadir menggerakkan aktivitas. Kritik-kritik yang ditujukan terhadap kapitalisme justru bermuara kepada terkooptasinya kritik-kritik tersebut untuk lebih mengukuhkan kapitalisme. Muncul pertanyaan lain, ke arah mana peradaban manusia akan dibawa oleh kapitalisme. Apakah gerangan yang menyebabkan ideologi ini tetap bertahan, dan bahkan, kian mendominasi dunia? Apakah hegemoni kapitalisme ini merupakan akhir sejarah umat manusia atau sebagai satu-satunya alternatif yang mesti diterima sebagaimana yang diperkirakan oleh Francis Fukuyama dalam The End of History? Masih berpeluangkah proyek emansipasi manusia dari dominasi kapital dan fetisisme komditas? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, diperlukan pemahaman yang tepat mengenai pengertian hakiki apa itu sesungguhnya kapitalisme. I. PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN KAPITALISME I.1. Pengertian Kapitalisme Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya (Bagus, 1996). Ebenstein (1990) menyebut kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai bagian dari gerakan individualisme. Sedangkan Hayek (1978) memandang kapitalisme sebagai perwujudan liberalisme dalam ekonomi. Menurut Ayn Rand (1970), kapitalisme adalah "a social system based on the recognition of individual rights, including property rights, in which all property is privately owned". (Suatu sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak-hak individu, termasuk hak milik di mana semua pemilikan adalah milik privat). Heilbroner (1991) secara dinamis menyebut kapitalisme sebagai formasi sosial yang memiliki hakekat tertentu dan logika yang historis-unik. Logika formasi sosial yang dimaksud mengacu pada gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan dalam proses-proses kehidupan dan konfigurasi-konfigurasi kelembagaan dari suatu masyarakat. Istilah "formasi sosial" yang diperkenalkan oleh Karl Marx ini juga dipakai oleh Jurgen Habermas. Dalam Legitimation Crisis (1988), Habermas menyebut kapitalisme sebagai salah satu empat formasi sosial (primitif, tradisional, kapitalisme, post-kapitalisme). I.2. Sejarah Perkembangan Kapitalisme
  • 2. Robert E. Lerner dalam Western Civilization (1988) menyebutkan bahwa revolusi komersial dan industri pada dunia modern awal dipengaruhi oleh asumsi-asumsi kapitalisme dan merkantilisme. Direduksi kepada pengertian yang sederhana, kapitalisme adalah sebuah sistem produksi, distribusi, dan pertukaran di mana kekayaan yang terakumulasi diinvestasikan kembali oleh pemilik pribadi untuk memperoleh keuntungan. Kapitalisme adalah sebuah sistem yang didisain untuk mendorong ekspansi komersial melewati batas- batas lokal menuju skala nasional dan internasional. Pengusaha kapitalis mempelajari pola- pola perdagangan internasional, di mana pasar berada dan bagamana memanipulasi pasar untuk keuntungan mereka. Penjelasan Robert Learner ini paralel dengan tudingan Karl Marx bahwa imperialisme adalah kepanjangan tangan dari kapitalisme. Sistem kapitalisme, menurut Ebenstein (1990), mulai berkembang di Inggris pada abad 18 M dan kemudian menyebar luas ke kawasan Eropa Barat laut dan Amerika Utara. Risalah terkenal Adam Smith, yaitu The Wealth of Nations (1776), diakui sebagai tonggak utama kapitalisme klasik yang mengekspresikan gagasan "laissez faire"1) dalam ekonomi. Bertentangan sekali dengan merkantilisme yaitu adanya intervensi pemerintah dalam urusan negara. Smith berpendapat bahwa jalan yang terbaik untuk memperoleh kemakmuran adalah dengan membiarkan individu-individu mengejar kepentingan-kepentingan mereka sendiri tanpa keterlibatan perusahaan-perusahaan negara (Robert Lerner, 1988). Awal abad 20 kapitalisme harus menghadapi berbagai tekanan dan ketegangan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Munculnya kerajaan-kerajaan industri yang cenderung menjadi birokratis uniform dan terjadinya konsentrasinya pemilikan saham oleh segelintir individu kapitalis memaksa pemerintah (Barat) mengintervensi mekanisme pasar melalui kebijakan- kebijakan seperti undang-undang anti-monopoli, sistem perpajakan, dan jaminan kesejahteraan. Fenomena intervensi negara terhadap sistem pasar dan meningkatnya tanggungjawab pemerintah dalam masalah kesejahteraan sosial dan ekonomi merupakan indikasi terjadinya transformasi kapitalisme. Transformasi ini, menurut Ebenstein, dilakukan agar kapitalisme dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan ekonomi dan sosial. Lahirlah konsep negara kemakmuran (welfare state) yang oleh Ebenstein disebut sebagai "perekonomian campuran" (mixed economy) yang mengkombinasikan inisiatif dan milik swasta dengan tanggungjawab negara untuk kemakmuran sosial. Habermas memandang transformasi itu sebagai peralihan dari kapitalisme liberal kepada kapitalisme lanjut (late capitalism. organized capitalism, advanced capitalism). Dalam Legitimation Crisis (1988), Habermas menyebutkan bahwa state regulated capitalism (nama lain kapitalisme lanjut) mengacu kepada dua fenomena: (a) terjadinya proses konsentrasi ekonomi seperti korporasi-korporasi nasional dan internasional yang menciptakan struktur pasar oligopolistik, dan (b) intervensi negara dalam pasar. Untuk melegitimasi intervensi negara yang secara esensial kontradiktif dengan kapitalisme liberal, maka menurut Habermas, dilakukan repolitisasi massa, sebagai kebalikan dari depolitisasi massa dalam masyarakat kapitalis liberal. Upaya ini terwujud dalam sistem demokrasi formal. II. PRINSIP-PRINSIP DASAR KAPITALISME II.1. Tiga Asumsi Kapitalisme Menurut Ayn Rand Ayn Rand dalam Capitalism (1970) menyebutkan tiga asumsi dasar kapitalisme, yaitu: (a) kebebasan individu, (b) kepentingan diri (selfishness), dan (c) pasar bebas.
  • 3. Menurut Rand, kebebasan individu merupakan tiang pokok kapitalisme, karena dengan pengakuan hak alami tersebut individu bebas berpikir, berkarya dan berproduksi untuk keberlangsungan hidupnya. Pada gilirannya, pengakuan institusi hak individu memungkinkan individu untuk memenuhi kepentingan dirinya. Menurut Rand, manusia hidup pertama-tama untuk dirinya sendiri, bukan untuk kesejahteraan orang lain. Rand menolak keras kolektivisme, altruisme, mistisisme. Konsep dasar bebas Rand merupakan aplikasi sosial dan pandangan epistemologisnya yang natural mekanistik. Terpengaruh oleh gagasan "the invisible hand" dari Smith, pasar bebas dilihat oleh Rand sebagai proses yang senantiasa berkembang dan selalu menuntut yang terbaik atau paling rasional. Smith pernah berkata: "...free marker forces is allowed to balance equitably the distribution of wealth". (Robert Lerner, 1988). II.2. Akumulasi Kapital Heilbroner (1991) menelaah secara mendalam pengertian hakiki dari kapital. Apa yang dimaksud dengan kapital sehingga dapat menjelaskan formasi sosial tempat kita hidup sekarang adalah kapitalisme? Heilbroner menolak memperlakukan kapital hanya dalam kategori hal-hal yang material berupa barang atau uang. Menurutnya, jika kapital hanya berupa barang-barang produksi atau uang yang diperlukan guna membeli material dan kerja, maka kapital akan sama tuanya dengan peradaban. Menurut Heilbroner, kapital adalah faktor yang mnggerakkan suatu pross transformasi berlanjut atas kapital-sebagai-uang menjadi kapital-sebagai-komoditi, diikuti oleh suatu transformasi dari kapital-sebagai-komoditi menjadi kapital-sebagai uang yang bertambah. Inilah rumusan M-C-M yang diperkenalkan Marx. Proses yang berulang dan ekspansif ini memang diarahkan untuk membuat barang-barang dan jasa-jasa dengan pengorganisasian niaga dan produksi. Eksistensi fisik benda dan jasa itu merupakan suatu rintangan yang harus diatasi dengan mengubah komoditi menjadi uang kembali. Bahkan kalau hal itu terjadi, bila sudah terjual, maka uang itu pada gilirannya tidak dianggap sebagai produk akhir dari pencarian tetapi hanya sebagai suatu tahap dalam lingkaran yang tak berakhir. Karena itu, menurut Heilbroner, kapital bukanlah suatu benda material melainkan suatu proses yang memakai benda-benda material sebagai tahap-tahap dalam eksistensi dinamiknya yang berkelanjutnya. Kapital adalah suatu proses sosial, bukan proses fisik. Kapital memang mengambil bentuk fisik, tetapi maknanya hanya bisa dipahami jika kita memandang bahwa benda-benda material ini mewujudkan dan menyimbolkan suatu totalitas yang meluas. Rumusan M-C-M (Money-Commodity-Money) yang diskemakan Marx atas metamorfosis yang berulang dan meluas yang dijalani kapital merupakan penemuan Marx terhadap esensi kapitalisme, yaitu akumulasi modal. Dalam pertukaran M-C-M tersebut uang bukan lagi alat tukar, tetapi sebagai komoditas itu sndiri dan menjadi tujuan pertukaran. II.3. Dorongan Untuk Mengakumulasi Kapital (Heilbroner) Analisis kapital sebagai suatu proses ekspansif seperti yang diuraikan di muka, ditelaah lebih dalam lagi oleh Heilbroner melalui pendekatan psikoanalisis, antropologis, dan sosiologis. Menurut Heilbroner, gagasan kapital sebagai suatu hubungan sosial menyingkapkan inti hubungan itu, yaitu dominasi. Hubungan dominasi memiliki dua kutub. Pertama,
  • 4. ketergantungan sosial kaum yang tak berpunya kepada pemilik kapital di mana tanpa ketergantungan itu kapital tidak memiliki pengaruh apa-apa. Kedua, dorongan tanpa henti dan tanpa puas untuk mengakumulasi kapital. Heilbroner melontarkan pertanyaan: Apakah alasan pembenaran dari proses tanpa henti ini? Ia menyebutkan bahwa dorongan ini digerakkan oleh keinginan untuk prestise dan kemenonjolan (realisasi diri)2. Dalam bahasa Abraham Maslow, dorongan mengakumulasi kekayaan yang tidak puas-puas ini merupakan manifestasi aktualisasi diri. Namun, Heilbroner mengingatkan bahwa kebutuhan afektif ini hanyalah suatu kondisi yang perlu (necessary condition) namun belum menjadi syarat cukup (sufficient condition) untuk dorongan mengejar kekayaan. Lalu Heilbroner menemukan bahwa kekayaan memberikan pemiliknya kemampuan untuk mengarahkan dan memobilisasikan kegiatan-kegiatan masyarakat. Ini adalah kekuasaan. Kekayaan adalah suatu kategori sosial yang tidak terpisahkan dari kekuasaan. Dengan demikian, hakekat kapitalisme menurut Heilbroner, adalah dorongan tiada henti dan tanpa puas untuk mengakumulasi kapital sebagai sublimasi dorongan bawah sadar manusia untuk merealisasi diri, mendominasi, berkuasa. Karena dorongan ini berakar pada jati diri manusia, maka kapitalisme lebih merupakan salah satu modus eksistensi manusia. Mungkin inilah sebabnya mengapa kapitalisme mampu bertahan dan malah menjadi hegemoni peradaban global. III. TINJAUAN KRITIS Tinjauan kritis ini dibuat dengan asumsi bahwa analisis sosial memiliki keterbatasan- keterbatasan skematisasi dinamika kehidupan sosial. Tinjauan tentang kekuatan dan kelemahan kapitalisme lebih merupakan hipotesa. III.1. Kekuatan Kapitalisme Unsur-unsur apa yang dikandung kapitalisme sehingga ia saat ini tetap tangguh? Terdapat beberapa kekuatan yang memungkinkan kapitalisme masih bertahan hingga kini melalui berbagai kritikan tajam dan rintangan. Pertama, daya adaptasi dan transformasi kapitalisme yang sangat tinggi, sehingga ia mampu menyerap dan memodifikasi setiap kritik dan rintangan untuk memperkuat eksistensinya. Sebagai contoh, bagaimana ancaman pemberontakan kaum buruh yang diramalkan Marx tidak terwujud, karena di satu sisi, kaum buruh mengalami pembekuan kesadaran kritis (reifikasi), dan di lain sisi, kelas borjuasi kapital melalui negara memberikan "kebaikan hati" kepada kaum buruh dengan konsep "welfare state". Pada gilirannya, kaum kapitalis memperoleh persetujuan (consent) untuk mendominasi masyarakat melalui apa yang disebut Gramsci sebagai hegemoni ekonomi, politik, budaya; atau seperti yang disebutkan Heilbroner bahwa rezim kapital memiliki kemampuan untuk memperoleh kepatuhan massa dengan memunculkan "patriotisme" ekonomik. Kedua, berkaitan dengan yang pertama, tingginya kemampuan adaptasi kapitalisme dapat dilacak kepada waktu inheren pada hakekat kapitalisme, yaitu dorongan untuk berkuasa dan perwujudan diri melalui kekayaan. Atas dasar itulah diantaranya, maka Peter Berger dalam Revolusi Kapitalis (1990) berani bertaruh bahwa masa depan ekonomi dunia berada dalam genggaman kapitalisme.
  • 5. Ketiga, kreativitas budaya kapitalisme dan kapasitasnya menyerap ide-ide serta toleransi terhadap berbagai pemikiran. Menurut Rand, kebebasan dan hak individu memberi ruang gerak manusia dalam berinovasi dan berkarya demi tercapainya keberlangsungan hidup dan kebahagiaan. Dengan dasar pemikiran ini, Bernard Murchland dalam Humanisme dan Kapitalisme (1992) dengan penuh keyakinan menaruh harapan bahwa kapitalisme demokratis adalah humanisme yang dapat menyelamatkan peradaban manusia di masa depan. III.2. Kelemahan Kapitalisme Mengacu kepada asumsi-asumsi dasar kapitalisme, klaim-klaim pendukung kapitalisme dan praktek kapitalisme, terdapat beberapa kelemahan mendasar kapitalisme. Pertama, pandangan epistemologinya yang positivistik mekanistik. Positivisme yang memisahkan fakta dan nilai, bahkan hanya terpaku pada apa yang disebut fenomena fakta dan mengabaikan nilai, terbukti sudah ketidakmampuannya menjelaskan perkembangan sains modern dan kritikan dari fenomenologi hermeneutik (human sciences). Pola pikir positivistik hanya satu dimensi, yaitu dialektika positif, yang pada gilirannya mereduksi kemampuan refleksi kritis manusia untuk menari makna-makna tersembunyi di balik fenomena-fenomena. Herbert Marcuse dalam One Dimensional Man (1991) berkata: "... Kapitalisme, yang didorng oleh teknologi, telah mengembang untuk mengisi semua ruang sosial kita; telah menjadi suatu semesta politis selain psikologis. Kekuasaan totalitarian ini mempertahankan hegemoninya dengan merampas fungsi kritisnya dari semua oposisi, yaitu kemampuannya berpikir negatif mengenai sistem, dan dengan memaksakan kebutuhan-kebutuhan palsu melalui iklan, kendali pasar, dan media. Maka, kebebasan itu sendiri menjadi alat dominasi, dan akal menyembunyikan sisi gelap irasionalitas..." Kedua, berkaitan dengan yang pertama, asumsi antropologis yang dianut kapitalisme adalah pandangan reduksionis satu dimensi manusia yang berasal dari rasionalisme Aufklarung. Temuan alam bawa sadar psikoanalisis menunjukkan bahwa banyak perilaku manusia tidak didorong oleh kesadaran atau rasionalitas, melainkan oleh ketidaksadaran dan irasionalitas. Asumsi kapitalisme yang mengandaikan bahwa distribusi kekayaan akan terjadi dengan sendirinya bila masyarakat telah makmur (contoh: konsep trickle down effect) melupakan aspek irasionalitas manusia yang serakah dan keji. Dorongan yang tidak pernah puas menumpukkan kapital sebagai watak khas kapitalisme merupakan bentuk patologis megalomania dan narsisisme. Ketiga, keserakahan mengakumulai kapital berakibat pada eksploitasi yang melampau batas terhadap alam dan sesama manusia, yang pada gilirannya masing-masing menimbulkan krisis ekonologis dan dehumanisasi. Habermas (1988) menyebutkan kapitalisme lanjut menimbulkan ketidakseimbangan ekologis, ketidakseimbangan antropologis (gangguan sistem personaliti), dan ketidakseimbangan internasional. Keempat, problem moral. Bernard Murchland (1992), seorang pembela gigih kapitalisme, mengakui bahwa masalah yang paling serius yang dihadapi kapitalisme demokratis adalah pengikisan basis moral. Ia lalu menoleh ke negara-negara Timur yang kaya dengan komponen moral kultural. Atas dasar problem etis inilah, maka Mangunwijaya (1998) dengan lantang berkata: "... ternyatalah, bahwa sistem liberal kapitalis, biar sudah direvisi, diadaptasi baru dan diperlunak sekalipun, dibolak-balik diargumentasi dengan fasih ilmiah seribu kepala botak, ternyata hanya dapat berfungsi dengan tumbal-tumbal sekian milyar rakyat dina lemah miskin di seluruh duia, termasuk dan teristimewa Indonesia...."
  • 6. Kelima, implikasi dari praktek mengkomoditikan segenap ide-ide dan kegiatan-kegiatan sosial budaya, maka terjadilah krisis makna yang pada gilirannya menimbulkan krisis motivasi. Habermas (1988) mengatakan bahwa pada tataran sistem politik, krisis motivasii ni menimbulkan krisis legitimasi, atau menurut istilah Heilbroner (1991) dengan krisis intervensi. IV. KESIMPULAN Analisis Heilbroner di muka, jika dikembangkan lebih lanjut secara filosofis, akan membawa kita untuk berkesimpulan bahwa kapitalisme lebih daripada sekedar sistem ekonomi atau sistem sosial. Sebagai peradaban, kapitalisme dapat kita katakan sebagai suatu cara berada manusia, suatu modus eksistensi. Seorang kapitalis adalah orang yang melalui harta kekayaannya ia mewujudkan diri, menyingkap eksistensi diri. Ia mengaktualkan dirinya dengan dan untuk kapital. Dengan kapital, ia berharap memperoleh kekuasaan dan dominasi. Memiliki kapital berarti menguasai dunia. Sains, teknologi, seni, dan agama menjadi subordinasi dan pelayan atau pelegitimasi kapital. Itulah modus eksistensi kapitalisme. Atas dasar pemikiran di atas, kita dapat memahami mengapa ideologi-ideologi seperti sosialisme, Marxisme, komunisme, humanisme, dan bahkan eksistensialisme-sekuler gagal menghadapi kapitalisme. Kaum sosialis telah gagal memahami kapitalisme sebagai modus eksistensi. Ini dimulai dari Karl Marx sendiri yang melihat kapital hanya sebagai "cara produksi" (modus produksi), konsep sentral yang digunakannya dalam Das Kapital. Akibatnya, banyak analiss dan ramalan Marx yang melenceng. Bahkan sosialisme akhirnya terkooptasi oleh kapitalisme. Konsep "welfare state" yang diterapkan di negara kapitalis adalah salah satu contoh upaya adaptasi kapitalisme merangkul semangat sosialisme ke dalam pangkuannya. Ideologi-ideologi sekuler dunia lainnya sekarang ini hanyalah ibarat anak-anak kapitalisme atau subordinasi kapitalisme global, kapitalisme konsumeris. Kaum Mazhab Frankfurt sebagai pewaris semangat kritisi sosial Marx yang pada mulanya mencanangkan proyek pembebasan masyarakat dari hegemoni kapitalisme akhirnya juga jatuh kepada pesimisme. Mereka seakan-akan tidak melihat lagi adanya peluang untuk menciptakan dunia alternatif selain dunia ciptaan kapital. Mereka menganggap manusia modern telah kehilangan rasionalitas dan kesadaran kritis. Kini mereka seakan tak mampu lagi bersuara lantang menentang kapitalisme sebagaimana pendahulu mereka, katakanlah misalnya Herbert Marcuse yang menulis One Dimensional Man. Para pendukung teori kritis inipun seakan tidak bereaksi ketika Perter Berger, seorang pembela kapitalisme, dengan arogan mengatakan sosialisme adalah mitos, sedang kapitalisme adalah masa depan manusia. Sementara itu, analisis Max Weber yang mengaitkan perkembangan kapitalisme dengan etos kerja Protestan kini juga bermuara kepada proses sekulerisasi yang tidak diperkirakan sebelumnya. Pada mulanya, motif religius menggerakkan orang untuk kerja keras, tekun, efisien, dan berprestasi karena perolehan kesuksusan duniawi diartikan sebagai tanda keselamatan ilahi. Namun, proses sekulerisasi terjadi sedemikian rupa sehingga Tuhan dan akhirat perlahan-lahan hilang dari kesadaran manusia. Aktivitas duniawi sama sekali tidak lagi digerakkan oleh motivasi agama, namun semata-mata oleh motif materialistik. Berger menyebutkan Protestanisme sebagai manifestasi yang paling sempurna dari proses dialektik di mana orientasi agama yang bersifat inner-worldly itu "menggali kubur" untuk dirinya sendiri.
  • 7. Luar biasa memang pesona materi itu sehingga motivasi agama pun akhirnya juga terkooptasi oleh motivasi materialistik. V. SARAN Dengan menelaah secara tajam hakekat kapitalisme, kita dapat melihat kekuatan dan kelemahannya secara obyektif. Ini diperlukan agar proyek besar pembebasan manusia dari hegemoni kapitalisme - tentu saja yang berminat - dapat mengkonstruksi ideologi atau peradaban alternatif yang sungguh-sungguh antitesis kapitalisme secara mendasar, radikal dan menyeluruh. Persoalannya, bagaimana kita merancang antitesis itu? Adakah modus eksistensi alternatif yang dapat menaklukkan kapitalisme menjadi sekedar metode atau manajemen bisnis? Perlukah lebih dahulu kita merombak secara revolusioner pandangan dunia (worldview) kita tentang antropologi, kosmologi, teologi? Catatan: * Makalah sesi kedua Short-Course kajian Ideologi, Peradaban dan Agama - HMI Cabang Depok dan FIKI-UI di PKTTI-UI Depok, 21 Des. 1999. 1) Istilah "Laissez Faire" berasal dari bahasa Perancis laissez faire la nature (let nature take its course); dapat diartikan sebagai sikap pembiaran kebebasan semaunya tanpa pengaturan dan kontrol. 2) Heilbroner mengutip pernyataan Adam Smith sendiri dalam Theory of Moral Sentiments (1976): "Orang kaya berbangga dalam kekayaan-kekayaan mereka, karena dia merasa bahwa kekayaan-kekayaan itu membuatnya diperhatikan dunia. Memikirkan hal ini membuat dia berbesar hati dan membuatnya makin mencintai kekayaannya." REFERENSI 1. Bagus, L., Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 1996. 2. Berger, P., Revolusi Kapitalis, (terjemahan), LP3ES, Jakarta 1990. 3. Ebenstein, W., Isme-Isme Dewasa Ini, (terjemahan), Erlangga, Jakarta, 1990. 4. Habermas, J., Letigimation Crisis, Polity Press, Cambridge Oxford, 1988. 5. Hayek, F.A., The Prinsiples of A Liberal Social Order, dalam Anthony de Crespigny and Jeremy Cronin, Ideologies of Politics, Oxford University Press, London, 1978. 6. Heilbroner, R.L., Hakikat dan Logika Kapitalisme, (terjemahan), LP3ES, Jakarta, 1991. 7. Lerner, R.E., Western Civilization, Volume 2, W.W. Norton & Company, Ney York- London, 1988. 8. Mangunwijaya, Y.B., Mencari Landasan Sendiri, Esei Pada Harian Kompas 1 September 1998, Jakarta. 9. Marcuse, H., One Dimensional Man, Beacon Press, Boston, 1991. 10. Murchland, B., Humanisme dan Kapitalisme, (terjemahan), Tiara Wacana, Yogyakarta, 1992. 11. Rand, A., Capitalism: The Unknown Ideal, A Signet Book, New York, 1970. http://media.isnet.org/islam/Etc/Kapitalisme.html