SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
KAJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI 
PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM, 
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk 
Kepentingan Umum merupakan undang-undang yang ditunggu tunggu, peraturan perundang-undangan 
sebelumnya dianggap belum memenuhi rasa keadilan bagi pihak yang kehilangan tanahnya. Undang-undang 
ini diharapankan pelaksanaannya dapat memenuhi rasa keadilan setiap orang yang tanahnya 
direlakan atau wajib diserahkan bagi pembangunan. Bagi pemerintah yang memerlukan tanah, 
peraturan perundang-undangan sebelumnya dipandang masih menghambat atau kurang untuk 
memenuhi kelancaran pelaksanaan pembangunan sesuai rencana. 
Apakah undang-undang ini akan responsif atau represif ? Marilah kita kaji beberapa pasal-pasalnya.. 
Bunyi Ketentuan umum Pasal 1 angka 2 undang-undang ini: “Pengadaan tanah adalah 
kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak 
yang berhak”. Pasal 1 angka 10 menegaskan lagi: “Ganti Kerugian adalah penggantian layak dan adil 
kepada yang berhak dalam proses pengadaan tanah”. memang indah terdengarnya apabila dapat 
dilaksanakan demikian. 
Asas pengadaan tanah yang diatur Pasal 2 lebih indah lagi menyatakan bahwa pengadaan 
tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan berdasarkan asas kemanusiaan, keadilan, 
kemanfaatan, kepastian, keterbukaan, kesepakatan, keikutsertaan, kesejahteraan, keberlanjutan, 
dan keselarasan. Dari sekian banyak asas haruslah asas keadilan diutamakan karena asas ini telah 
ditegaskan dua kali pada Ketentuan Umum angka 2 dan angka 10 undang-undang ini. Kalimat: 
“Ganti kerugian adalah penggantian layak dan adil” belum pernah muncul pada peraturan perundang-undangan 
yang mengatur tentang pengadaan tanah sebelumnya. 
Pasal 5 menegaskan pihak yang berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan 
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum setelah pemberian Ganti Kerugian atau berdasarkan 
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. kata wajib ditegaskan pada 
undang-undang ini. Seharusnya ada keseimbangan hukum yaitu bahwa wajib setelah pemberian 
ganti kerugian dirasakan adil dan layak oleh pihak yang berhak.
Penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian oleh Penilai tanah dilakukan bidang per bidang tanah. 
Penilaian bidang per bidang tanah ini dimaksudkan untuk dapatnya memenuhi rasa keadilan, oleh 
karena pada bidang tanah yang berdampingan dalam keadaan tertentu yang satu harus dinilai lebih 
tinggi sedang yang lain lebih rendah. Dimungkinkan dalam pelaksanaan suatu bidang setelah itu nilainya 
akan naik, tetapi di lain pihak ada suatu bidang tanah habis tidak tersisa atau tersisa sedikit. Bidang 
tanah yang karena itu nilainya akan naik, oleh karena itu nilai ganti ruginya harus lebih rendah daripada 
bidang tanah yang tergusur habis. 
Diatur pada Pasal 35, apabila dalam hal bidang tanah tertentu yang terkena Pengadaan 
Tanah terdapat sisa yang tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan peruntukan dan 
penggunaannya, Pihak yang Berhak dapat meminta penggantian secara utuh atas bidang tanahnya. 
Bunyi pasal ini belum pernah muncul di peraturan peraturan sebelumnya. Pasal ini muncul dalam 
rangka mewujudkan pengadaan tanah yang adil. 
Setelah penetapan lokasi pembangunan Pihak yang Berhak hanya dapat mengalihkan hak atas 
tanahnya kepada Instansi yang memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan. Hal ini untuk 
menghindari “calo” dan spekulan tanah, pembatasan ini belum pernah muncul pada peraturan 
perundang-undangan sebelumnya. 
Selanjutnya bila kita perhatikan Pasal 41: 
Pasal 41 
1) Ganti Kerugian diberikan kepada Pihak yang Berhak berdasarkan hasil penilaian yang ditetapkan 
dalam musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) dan/atau putusan pengadilan 
negeri/Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (5). 
2) Pada saat pemberian Ganti Kerugian Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian wajib: 
a. melakukan pelepasan hak; dan 
b. menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan Objek Pengadaan Tanah kepada instansi yang 
memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan. 
3) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan satu-satunya 
alat bukti yang sah menurut hukum dan tidak dapat diganggu gugat di 
kemudian hari. 
4) Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian bertanggung jawab atas 
Kebenaran dan keabsahan bukti penguasaan atau kepemilikan yang 
diserahkan.
Pasal 41 ayat (2) dan ayat (3) tersebut di atas yang menyatakan bahwa Pihak yang Berhak harus 
menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan yang merupakan satu-satunya bukti yang sah 
menurut hukum dan tidak dapat diganggu gugat di kemudian hari hal ini mencerminkan Undang- 
Undang ini represif. Kalimat “tidak dapat diganggu gugat di kemudian hari “ ini bertentangan 
dengan fakta hukum yang sedang berlangsung di Indonesia dalam hal ini Pasal 19 ayat 2 Undang- 
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria sebagai berikut: 
Pasal 19 UU POKOK AGRARIA 
(1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh 
wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. 
(2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi: 
a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah; 
b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; 
c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. 
Bahwa Pasal 19 ayat (2) huruf c. UUPA menegaskan surat-surat tanda bukti hak sebagai alat 
pembuktian yang kuat, dalam hal ini belum sebagai alat pembuktian yang mutlak. Alat bukti kepemilikan 
tanah di Indonesia yang sudah berupa Sertipikat Hak Atas Tanah saja setiap saat atau di kemudian hari 
masih dapat diganggu gugat. 
Terhadap kalimat Pasal 41 ayat (3) ini perlu dilakukan “yudicial review”, dengan menghapus kalimat 
“tidak dapat diganggu gugat di kemudian hari “. Pemerintah sendiri yang menerbitkan sertipikat hak 
atas tanah tidak pernah menjamin bahwa sertipikat itu tidak dapat digugat di kemudian hari, 
bagaimana mungkin pemilik tanah yang tanahnya wajib diserahkan bagi pembangunan untuk 
kepentingan umum menjamin sertipikat itu tidak dapat diganggu gugat di kemudian hari. 
Pasal Pasal 43 Undang-Undang ini menyatakan: Pada saat pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian 
dan Pelepasan Hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a telah dilaksanakan atau 
pemberian Ganti Kerugian sudah dititipkan di pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 
42 ayat (1), kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari Pihak yang Berhak menjadi hapus dan alat bukti 
haknya dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara. 
Hapusnya kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari pihak yang berhak yang menolak hasil musyawarah 
tetapi tidak mengajukan keberatan sebagaimana diatur Pasal 43 di atas, menunjukkan represifnya 
undang-undang ini yang sengaja ditabrakkan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang 
Pencabutan Hak-hak Tanah dan Benda-benda yang ada di atasnya. Pasal 43 ini jelas tidak sesuai dengan 
apa yang telah diuraikan dalam diktum Menimbang, Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 dan angka 10 
serta Pasal 2 undang-undang ini sendiri.
Jakarta - Pengamat kebijakan publik Andrinof A Chaniago menilai, pemberlakuan UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang 
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, lebih cenderung untuk kepentingan bisnis. 
Hal itu diungkapkan Andrinof saat memberi keterangan sebagai ahli dalam sidang pengujian UU Pengadaan Tanah di 
Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Kamis (2/8/2012). 
Menurut dosen FISIP UI ini, ada dua kelemahan yang mendasar dalam UU Pengadaan Tanah, yakni dihilangkannya hak 
warga negara untuk menentukan mana jenis-jenis pembangunan untuk kepentingan umum dan mana yang bukan. 
"Kedua, pada saat mengoperasionalisasikan konsep proyek kepentingan umum di dalam bagian isi dari UU ini sangat jelas 
pembuatnya memiliki bias dengan kepentingan bisnis atau investor," katanya. 
Andrinof mengatakan bahwa UU Pengadaan Tanah jelas berfungsi mengamankan kepentingan para investor atau 
pengusaha yang ingin berinvestasi pada proyek-proyek pembangunan, yang sebetulnya masuk kategori proyek komersial 
atau untuk mendapatkan keuntungan bagi pihak tertentu. 
Permohonan pengujian UU Pengadaan Tanah ini dimohonkan oleh Indonesian Human Rights Committee for Social Justice 
(IHCS), Serikat Petani Indonesia (SPI), Yayasan Bina Desa Sadajiwa (Bina Desa), dkk. 
Para pemohon ini menguji Pasal 2 Huruf g, Pasal 9 Ayat (1), Pasal 10, Pasal 14, Pasal 21 Ayat (1), Pasal 23 Ayat (1), dan 
Pasal 40 dan Pasal 42 yang dinilai bertentangan dengan UUD 1945. 
Dalam Pasal 9 Ayat (1) disebutkan bahwa penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum harus 
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat. Menurut pemohon bahwa 
definisi kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat dalam Pasal 9 Ayat (1) UU Pengadaan Tanah itu tidak 
secara jelas dan tegas dijelaskan. 
Sementara itu, di dalam Pasal 10 dijelaskan bahwa tanah yang digunakan untuk kepentingan umum digunakan untuk 
pembangunan antara lain jalan tol dan pelabuhan. Pemohon menilai bahwa jalan tol itu tidaklah relevan dijadikan untuk 
kepentingan umum karena tidak bisa diakses oleh semua pihak. 
Untuk itu, pemohon meminta MK menyatakan pasal-pasal yang diajukan untuk diuji dinyatakan bertentangan dengan UUD 
1945 dan dinyatakan tidak mempunyai kekuataan hukum yang mengikat dengan segala akibat hukumnya. (ant)
UUPA 
Pasal 19 UUPA 
Ayat (1) : Untuk menjamin kepastian hukum, oleh Pemerintah diadakan pendaftaran 
tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur 
dengan PP. 
Ayat (2) : Pendaftaran tanah tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi: 
Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah 
Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut. 
Pemberian surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. 
Ayat (3) : Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan 
masyarakat, keperluan lalu lintas sosial, ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraan 
menurut pertimbangan menteri Agraria. 
Ayat (4) : Dalam peraturan pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan 
pendaftaran termaksud dalam ayat (1) di atas dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak 
mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut. 
Pasal 23 UUPA 
Ayat (1) : Hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya 
dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud 
dalam pasal 19 
Ayat (2) : Pendaftaran yang termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang 
kua mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut. 
Pasal 32 UUPA : ketentuan serupa dengan Pasal 23 untuk HGU 
Pasal 38 UUPA : ketentuan serupa dengan Pasal 23 untuk HGB 
2.PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah 
Dalam ketentuan Penutup Pasal 56 dan 66 PP tersebut ditentukan bahwa PP yang baru 
itu mulai berlaku sejak tanggal diundangkan dan bahwa sejak tanggal tersebut PP 
10/1961 dinyatakan tidak berlaku lagi. Ketentuan Pasal 64 menyatakan, bahwa semua 
peraturan perundang-undangan pelaksanaan PP 10/1961 yang telah ada tetap berlaku, 
sepanjang tidak bertentangan atau diubah ataupun diganti berdasarkan PP yang baru. 
Dinyatakan juga bahwa hak-hak yang didaftar serta hal-hal lain yang dihasilkan dari 
kegiatan pendaftaran tanah berdasarkan PP 10/1961 tetap sah sebagai hasil pendaftaran 
tanah menurut PP yang baru. Perlunya diadakan peraturan Pendaftaran Tanah yang baru 
oleh karena: 
Dalam rengka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, memerlukan 
tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan secara 
konsisten. 
Dalam kenyataannya pendaftaran tanah yang diselenggarakan dengan PP 10/1961 belum 
cukup memberikan hasil yang memuaskan. 
Untuk itu dipandang perlu mengadakan penyempurnaan pada ketentuan yang mengatur 
pendaftaran tanah dalam rangka meningkatkan dukungan yang lebih baik pada 
pembangunan. 
3.PMA/Kepala BPN No. 3 Tahun 1997 Tentang Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997 
tentang Pendaftaran Tanah

More Related Content

What's hot

8 makna guru kreatif by namin ab ibnu solihin
8 makna guru kreatif by namin ab ibnu solihin8 makna guru kreatif by namin ab ibnu solihin
8 makna guru kreatif by namin ab ibnu solihinNamin AB Ibnu Solihin
 
Perjanjian pengadaan kendaraan bermotor pemerintah
Perjanjian pengadaan kendaraan bermotor pemerintahPerjanjian pengadaan kendaraan bermotor pemerintah
Perjanjian pengadaan kendaraan bermotor pemerintahGLC
 
Perjanjian keagenan Produk
Perjanjian keagenan ProdukPerjanjian keagenan Produk
Perjanjian keagenan ProdukMeneerGultom
 
Fungsi dan peran bappeda
Fungsi dan peran bappedaFungsi dan peran bappeda
Fungsi dan peran bappedaSiti Sahati
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Dadang Solihin
 
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Dadang Solihin
 
Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Makna Psikologi Perkembangan Peserta DidikMakna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didiksintaroyani
 
Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosianna rasyla
 
Surat perjanjian kerjasama hibah resmi
Surat perjanjian kerjasama hibah resmiSurat perjanjian kerjasama hibah resmi
Surat perjanjian kerjasama hibah resmiShafwan Nizar
 
Seminar parenting mendidik dengan keteladan dan cinta
Seminar parenting mendidik dengan keteladan dan cinta Seminar parenting mendidik dengan keteladan dan cinta
Seminar parenting mendidik dengan keteladan dan cinta Namin AB Ibnu Solihin
 
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...GLC
 
Materi seminar parenting kiat sukses mendidik anak di era digital 2019
Materi seminar parenting kiat sukses mendidik anak di era digital 2019Materi seminar parenting kiat sukses mendidik anak di era digital 2019
Materi seminar parenting kiat sukses mendidik anak di era digital 2019Namin AB Ibnu Solihin
 
Seminar Parenting Membentuk Karakter Anak Dengan Pendidikan Islami 2022
Seminar Parenting Membentuk Karakter Anak Dengan Pendidikan Islami 2022Seminar Parenting Membentuk Karakter Anak Dengan Pendidikan Islami 2022
Seminar Parenting Membentuk Karakter Anak Dengan Pendidikan Islami 2022Namin AB Ibnu Solihin
 
Peran Keluarga dan Masyarakat Dalam Menumbuhkan Budaya Literasi
Peran Keluarga dan Masyarakat Dalam Menumbuhkan Budaya LiterasiPeran Keluarga dan Masyarakat Dalam Menumbuhkan Budaya Literasi
Peran Keluarga dan Masyarakat Dalam Menumbuhkan Budaya LiterasiATHARUDDIN S.Sos
 
Materi seminar parenting peran ayah dalam mendidik anak laki laki di era dig...
 Materi seminar parenting peran ayah dalam mendidik anak laki laki di era dig... Materi seminar parenting peran ayah dalam mendidik anak laki laki di era dig...
Materi seminar parenting peran ayah dalam mendidik anak laki laki di era dig...Namin AB Ibnu Solihin
 
"Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat
"Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat "Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat
"Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat Apner Krei
 
Penyusunan RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan RPJMD dan Renstra SKPD Penyusunan RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan RPJMD dan Renstra SKPD Dadang Solihin
 
laskar pelangi klp 4.pptx
laskar pelangi klp 4.pptxlaskar pelangi klp 4.pptx
laskar pelangi klp 4.pptxagustinsaranga
 

What's hot (20)

Hipotek
HipotekHipotek
Hipotek
 
8 makna guru kreatif by namin ab ibnu solihin
8 makna guru kreatif by namin ab ibnu solihin8 makna guru kreatif by namin ab ibnu solihin
8 makna guru kreatif by namin ab ibnu solihin
 
Perjanjian pengadaan kendaraan bermotor pemerintah
Perjanjian pengadaan kendaraan bermotor pemerintahPerjanjian pengadaan kendaraan bermotor pemerintah
Perjanjian pengadaan kendaraan bermotor pemerintah
 
Perjanjian keagenan Produk
Perjanjian keagenan ProdukPerjanjian keagenan Produk
Perjanjian keagenan Produk
 
Fungsi dan peran bappeda
Fungsi dan peran bappedaFungsi dan peran bappeda
Fungsi dan peran bappeda
 
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
 
Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Makna Psikologi Perkembangan Peserta DidikMakna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Makna Psikologi Perkembangan Peserta Didik
 
Makalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan EmosiMakalah Perkembangan Emosi
Makalah Perkembangan Emosi
 
Surat perjanjian kerjasama hibah resmi
Surat perjanjian kerjasama hibah resmiSurat perjanjian kerjasama hibah resmi
Surat perjanjian kerjasama hibah resmi
 
Seminar parenting mendidik dengan keteladan dan cinta
Seminar parenting mendidik dengan keteladan dan cinta Seminar parenting mendidik dengan keteladan dan cinta
Seminar parenting mendidik dengan keteladan dan cinta
 
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
Perjanjian pemegang saham shareholders agreement billingual (Indonesian - Eng...
 
Materi seminar parenting kiat sukses mendidik anak di era digital 2019
Materi seminar parenting kiat sukses mendidik anak di era digital 2019Materi seminar parenting kiat sukses mendidik anak di era digital 2019
Materi seminar parenting kiat sukses mendidik anak di era digital 2019
 
Seminar Parenting Membentuk Karakter Anak Dengan Pendidikan Islami 2022
Seminar Parenting Membentuk Karakter Anak Dengan Pendidikan Islami 2022Seminar Parenting Membentuk Karakter Anak Dengan Pendidikan Islami 2022
Seminar Parenting Membentuk Karakter Anak Dengan Pendidikan Islami 2022
 
Peran Keluarga dan Masyarakat Dalam Menumbuhkan Budaya Literasi
Peran Keluarga dan Masyarakat Dalam Menumbuhkan Budaya LiterasiPeran Keluarga dan Masyarakat Dalam Menumbuhkan Budaya Literasi
Peran Keluarga dan Masyarakat Dalam Menumbuhkan Budaya Literasi
 
Materi seminar parenting peran ayah dalam mendidik anak laki laki di era dig...
 Materi seminar parenting peran ayah dalam mendidik anak laki laki di era dig... Materi seminar parenting peran ayah dalam mendidik anak laki laki di era dig...
Materi seminar parenting peran ayah dalam mendidik anak laki laki di era dig...
 
"Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat
"Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat "Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat
"Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat
 
Penyusunan RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan RPJMD dan Renstra SKPD Penyusunan RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan RPJMD dan Renstra SKPD
 
Review Jurnal
Review JurnalReview Jurnal
Review Jurnal
 
laskar pelangi klp 4.pptx
laskar pelangi klp 4.pptxlaskar pelangi klp 4.pptx
laskar pelangi klp 4.pptx
 

Viewers also liked

Viewers also liked (14)

Nj
NjNj
Nj
 
Didaktické zásady vyučování
Didaktické zásady vyučováníDidaktické zásady vyučování
Didaktické zásady vyučování
 
Renacimiento, edad moderna
Renacimiento, edad modernaRenacimiento, edad moderna
Renacimiento, edad moderna
 
Marketing concept
Marketing conceptMarketing concept
Marketing concept
 
популяцын үндсэн үзүүлэлт
популяцын үндсэн үзүүлэлтпопуляцын үндсэн үзүүлэлт
популяцын үндсэн үзүүлэлт
 
Хамлет
ХамлетХамлет
Хамлет
 
Ebook usage-report-k12
Ebook usage-report-k12Ebook usage-report-k12
Ebook usage-report-k12
 
Teaching Technology for Education
Teaching Technology for EducationTeaching Technology for Education
Teaching Technology for Education
 
Movie maker-ийг ашиглах
Movie maker-ийг ашиглахMovie maker-ийг ашиглах
Movie maker-ийг ашиглах
 
Amazon Web Services for PHP Developers
Amazon Web Services for PHP DevelopersAmazon Web Services for PHP Developers
Amazon Web Services for PHP Developers
 
Pronouns
PronounsPronouns
Pronouns
 
Surviving and Thriving in Technical Interviews
Surviving and Thriving in Technical InterviewsSurviving and Thriving in Technical Interviews
Surviving and Thriving in Technical Interviews
 
агаарын бохирдолыг хамарсан хүрээ
агаарын бохирдолыг хамарсан хүрээагаарын бохирдолыг хамарсан хүрээ
агаарын бохирдолыг хамарсан хүрээ
 
Angular 2
Angular 2Angular 2
Angular 2
 

Similar to KAJIAN UNDANG-UNDANG PENGADAAN TANAH

Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umumUu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umumaghaku
 
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor PasaribuContoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor PasaribuLeks&Co
 
Uu nomor 2 tahun 2012 tt pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
Uu nomor 2 tahun 2012 tt pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umumUu nomor 2 tahun 2012 tt pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
Uu nomor 2 tahun 2012 tt pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umumDeki Zulkarnain
 
Tugas hukum pertanahan
Tugas hukum pertanahanTugas hukum pertanahan
Tugas hukum pertanahanaisbrata1
 
Undang undang ri no 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi kepentingan umum
Undang   undang ri no 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi kepentingan umumUndang   undang ri no 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi kepentingan umum
Undang undang ri no 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi kepentingan umumYudhi Aldriand
 
Jual beli tanah hak milik yang bertanda bukti petuk pajak bumi
Jual beli tanah hak milik yang bertanda bukti petuk pajak bumiJual beli tanah hak milik yang bertanda bukti petuk pajak bumi
Jual beli tanah hak milik yang bertanda bukti petuk pajak bumiSumardi Arahbani
 
TUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdfTUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdfIndra Sofian
 
12.106.115.budi.sunanda
12.106.115.budi.sunanda12.106.115.budi.sunanda
12.106.115.budi.sunandacalderaboys
 
Hukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganHukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganNakano
 
Hukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganHukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganNakano
 
Indak pidana terhadap pertanahan
Indak pidana terhadap pertanahanIndak pidana terhadap pertanahan
Indak pidana terhadap pertanahanAzan Asri
 
Indak pidana terhadap pertanahan
Indak pidana terhadap pertanahanIndak pidana terhadap pertanahan
Indak pidana terhadap pertanahanAzan Asri
 
Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...
Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...
Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...Penataan Ruang
 
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012Government Institution
 
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012Government Institution
 
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikHak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikvinnalusianaSHMkn
 
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...Penataan Ruang
 
Peraturan Presiden No. 36 Tahumn 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaa...
Peraturan Presiden No. 36 Tahumn 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaa...Peraturan Presiden No. 36 Tahumn 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaa...
Peraturan Presiden No. 36 Tahumn 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaa...infosanitasi
 

Similar to KAJIAN UNDANG-UNDANG PENGADAAN TANAH (20)

Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umumUu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
Uu no 2_th_2012 ttg tanah utk kepentingan umum
 
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor PasaribuContoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
 
Uu nomor 2 tahun 2012 tt pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
Uu nomor 2 tahun 2012 tt pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umumUu nomor 2 tahun 2012 tt pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
Uu nomor 2 tahun 2012 tt pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum
 
Tugas hukum pertanahan
Tugas hukum pertanahanTugas hukum pertanahan
Tugas hukum pertanahan
 
Undang undang ri no 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi kepentingan umum
Undang   undang ri no 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi kepentingan umumUndang   undang ri no 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi kepentingan umum
Undang undang ri no 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi kepentingan umum
 
Jual beli tanah hak milik yang bertanda bukti petuk pajak bumi
Jual beli tanah hak milik yang bertanda bukti petuk pajak bumiJual beli tanah hak milik yang bertanda bukti petuk pajak bumi
Jual beli tanah hak milik yang bertanda bukti petuk pajak bumi
 
TUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdfTUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
TUGAS Tutorial Online 2 Hukum Agraria HKUM4211.pdf
 
12.106.115.budi.sunanda
12.106.115.budi.sunanda12.106.115.budi.sunanda
12.106.115.budi.sunanda
 
Hukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganHukum hak tanggungan
Hukum hak tanggungan
 
Hukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganHukum hak tanggungan
Hukum hak tanggungan
 
Indak pidana terhadap pertanahan
Indak pidana terhadap pertanahanIndak pidana terhadap pertanahan
Indak pidana terhadap pertanahan
 
Indak pidana terhadap pertanahan
Indak pidana terhadap pertanahanIndak pidana terhadap pertanahan
Indak pidana terhadap pertanahan
 
Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...
Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...
Undang-undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk...
 
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012
 
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
 
Hukum agaria nasional
Hukum agaria nasionalHukum agaria nasional
Hukum agaria nasional
 
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikHak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
 
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
UU No, 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentinga...
 
Peraturan Presiden No. 36 Tahumn 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaa...
Peraturan Presiden No. 36 Tahumn 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaa...Peraturan Presiden No. 36 Tahumn 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaa...
Peraturan Presiden No. 36 Tahumn 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaa...
 
Uu no 2_2012
Uu no 2_2012Uu no 2_2012
Uu no 2_2012
 

KAJIAN UNDANG-UNDANG PENGADAAN TANAH

  • 1. KAJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum merupakan undang-undang yang ditunggu tunggu, peraturan perundang-undangan sebelumnya dianggap belum memenuhi rasa keadilan bagi pihak yang kehilangan tanahnya. Undang-undang ini diharapankan pelaksanaannya dapat memenuhi rasa keadilan setiap orang yang tanahnya direlakan atau wajib diserahkan bagi pembangunan. Bagi pemerintah yang memerlukan tanah, peraturan perundang-undangan sebelumnya dipandang masih menghambat atau kurang untuk memenuhi kelancaran pelaksanaan pembangunan sesuai rencana. Apakah undang-undang ini akan responsif atau represif ? Marilah kita kaji beberapa pasal-pasalnya.. Bunyi Ketentuan umum Pasal 1 angka 2 undang-undang ini: “Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak”. Pasal 1 angka 10 menegaskan lagi: “Ganti Kerugian adalah penggantian layak dan adil kepada yang berhak dalam proses pengadaan tanah”. memang indah terdengarnya apabila dapat dilaksanakan demikian. Asas pengadaan tanah yang diatur Pasal 2 lebih indah lagi menyatakan bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan berdasarkan asas kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan, kepastian, keterbukaan, kesepakatan, keikutsertaan, kesejahteraan, keberlanjutan, dan keselarasan. Dari sekian banyak asas haruslah asas keadilan diutamakan karena asas ini telah ditegaskan dua kali pada Ketentuan Umum angka 2 dan angka 10 undang-undang ini. Kalimat: “Ganti kerugian adalah penggantian layak dan adil” belum pernah muncul pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pengadaan tanah sebelumnya. Pasal 5 menegaskan pihak yang berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum setelah pemberian Ganti Kerugian atau berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. kata wajib ditegaskan pada undang-undang ini. Seharusnya ada keseimbangan hukum yaitu bahwa wajib setelah pemberian ganti kerugian dirasakan adil dan layak oleh pihak yang berhak.
  • 2. Penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian oleh Penilai tanah dilakukan bidang per bidang tanah. Penilaian bidang per bidang tanah ini dimaksudkan untuk dapatnya memenuhi rasa keadilan, oleh karena pada bidang tanah yang berdampingan dalam keadaan tertentu yang satu harus dinilai lebih tinggi sedang yang lain lebih rendah. Dimungkinkan dalam pelaksanaan suatu bidang setelah itu nilainya akan naik, tetapi di lain pihak ada suatu bidang tanah habis tidak tersisa atau tersisa sedikit. Bidang tanah yang karena itu nilainya akan naik, oleh karena itu nilai ganti ruginya harus lebih rendah daripada bidang tanah yang tergusur habis. Diatur pada Pasal 35, apabila dalam hal bidang tanah tertentu yang terkena Pengadaan Tanah terdapat sisa yang tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan peruntukan dan penggunaannya, Pihak yang Berhak dapat meminta penggantian secara utuh atas bidang tanahnya. Bunyi pasal ini belum pernah muncul di peraturan peraturan sebelumnya. Pasal ini muncul dalam rangka mewujudkan pengadaan tanah yang adil. Setelah penetapan lokasi pembangunan Pihak yang Berhak hanya dapat mengalihkan hak atas tanahnya kepada Instansi yang memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan. Hal ini untuk menghindari “calo” dan spekulan tanah, pembatasan ini belum pernah muncul pada peraturan perundang-undangan sebelumnya. Selanjutnya bila kita perhatikan Pasal 41: Pasal 41 1) Ganti Kerugian diberikan kepada Pihak yang Berhak berdasarkan hasil penilaian yang ditetapkan dalam musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) dan/atau putusan pengadilan negeri/Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (5). 2) Pada saat pemberian Ganti Kerugian Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian wajib: a. melakukan pelepasan hak; dan b. menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan Objek Pengadaan Tanah kepada instansi yang memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan. 3) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan satu-satunya alat bukti yang sah menurut hukum dan tidak dapat diganggu gugat di kemudian hari. 4) Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian bertanggung jawab atas Kebenaran dan keabsahan bukti penguasaan atau kepemilikan yang diserahkan.
  • 3. Pasal 41 ayat (2) dan ayat (3) tersebut di atas yang menyatakan bahwa Pihak yang Berhak harus menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan yang merupakan satu-satunya bukti yang sah menurut hukum dan tidak dapat diganggu gugat di kemudian hari hal ini mencerminkan Undang- Undang ini represif. Kalimat “tidak dapat diganggu gugat di kemudian hari “ ini bertentangan dengan fakta hukum yang sedang berlangsung di Indonesia dalam hal ini Pasal 19 ayat 2 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria sebagai berikut: Pasal 19 UU POKOK AGRARIA (1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. (2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi: a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah; b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Bahwa Pasal 19 ayat (2) huruf c. UUPA menegaskan surat-surat tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat, dalam hal ini belum sebagai alat pembuktian yang mutlak. Alat bukti kepemilikan tanah di Indonesia yang sudah berupa Sertipikat Hak Atas Tanah saja setiap saat atau di kemudian hari masih dapat diganggu gugat. Terhadap kalimat Pasal 41 ayat (3) ini perlu dilakukan “yudicial review”, dengan menghapus kalimat “tidak dapat diganggu gugat di kemudian hari “. Pemerintah sendiri yang menerbitkan sertipikat hak atas tanah tidak pernah menjamin bahwa sertipikat itu tidak dapat digugat di kemudian hari, bagaimana mungkin pemilik tanah yang tanahnya wajib diserahkan bagi pembangunan untuk kepentingan umum menjamin sertipikat itu tidak dapat diganggu gugat di kemudian hari. Pasal Pasal 43 Undang-Undang ini menyatakan: Pada saat pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan Hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a telah dilaksanakan atau pemberian Ganti Kerugian sudah dititipkan di pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1), kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari Pihak yang Berhak menjadi hapus dan alat bukti haknya dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara. Hapusnya kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari pihak yang berhak yang menolak hasil musyawarah tetapi tidak mengajukan keberatan sebagaimana diatur Pasal 43 di atas, menunjukkan represifnya undang-undang ini yang sengaja ditabrakkan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-hak Tanah dan Benda-benda yang ada di atasnya. Pasal 43 ini jelas tidak sesuai dengan apa yang telah diuraikan dalam diktum Menimbang, Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 dan angka 10 serta Pasal 2 undang-undang ini sendiri.
  • 4. Jakarta - Pengamat kebijakan publik Andrinof A Chaniago menilai, pemberlakuan UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, lebih cenderung untuk kepentingan bisnis. Hal itu diungkapkan Andrinof saat memberi keterangan sebagai ahli dalam sidang pengujian UU Pengadaan Tanah di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Kamis (2/8/2012). Menurut dosen FISIP UI ini, ada dua kelemahan yang mendasar dalam UU Pengadaan Tanah, yakni dihilangkannya hak warga negara untuk menentukan mana jenis-jenis pembangunan untuk kepentingan umum dan mana yang bukan. "Kedua, pada saat mengoperasionalisasikan konsep proyek kepentingan umum di dalam bagian isi dari UU ini sangat jelas pembuatnya memiliki bias dengan kepentingan bisnis atau investor," katanya. Andrinof mengatakan bahwa UU Pengadaan Tanah jelas berfungsi mengamankan kepentingan para investor atau pengusaha yang ingin berinvestasi pada proyek-proyek pembangunan, yang sebetulnya masuk kategori proyek komersial atau untuk mendapatkan keuntungan bagi pihak tertentu. Permohonan pengujian UU Pengadaan Tanah ini dimohonkan oleh Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS), Serikat Petani Indonesia (SPI), Yayasan Bina Desa Sadajiwa (Bina Desa), dkk. Para pemohon ini menguji Pasal 2 Huruf g, Pasal 9 Ayat (1), Pasal 10, Pasal 14, Pasal 21 Ayat (1), Pasal 23 Ayat (1), dan Pasal 40 dan Pasal 42 yang dinilai bertentangan dengan UUD 1945. Dalam Pasal 9 Ayat (1) disebutkan bahwa penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum harus memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat. Menurut pemohon bahwa definisi kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat dalam Pasal 9 Ayat (1) UU Pengadaan Tanah itu tidak secara jelas dan tegas dijelaskan. Sementara itu, di dalam Pasal 10 dijelaskan bahwa tanah yang digunakan untuk kepentingan umum digunakan untuk pembangunan antara lain jalan tol dan pelabuhan. Pemohon menilai bahwa jalan tol itu tidaklah relevan dijadikan untuk kepentingan umum karena tidak bisa diakses oleh semua pihak. Untuk itu, pemohon meminta MK menyatakan pasal-pasal yang diajukan untuk diuji dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945 dan dinyatakan tidak mempunyai kekuataan hukum yang mengikat dengan segala akibat hukumnya. (ant)
  • 5. UUPA Pasal 19 UUPA Ayat (1) : Untuk menjamin kepastian hukum, oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan PP. Ayat (2) : Pendaftaran tanah tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi: Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut. Pemberian surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Ayat (3) : Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial, ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraan menurut pertimbangan menteri Agraria. Ayat (4) : Dalam peraturan pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran termaksud dalam ayat (1) di atas dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut. Pasal 23 UUPA Ayat (1) : Hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19 Ayat (2) : Pendaftaran yang termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kua mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut. Pasal 32 UUPA : ketentuan serupa dengan Pasal 23 untuk HGU Pasal 38 UUPA : ketentuan serupa dengan Pasal 23 untuk HGB 2.PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Dalam ketentuan Penutup Pasal 56 dan 66 PP tersebut ditentukan bahwa PP yang baru itu mulai berlaku sejak tanggal diundangkan dan bahwa sejak tanggal tersebut PP 10/1961 dinyatakan tidak berlaku lagi. Ketentuan Pasal 64 menyatakan, bahwa semua peraturan perundang-undangan pelaksanaan PP 10/1961 yang telah ada tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan atau diubah ataupun diganti berdasarkan PP yang baru. Dinyatakan juga bahwa hak-hak yang didaftar serta hal-hal lain yang dihasilkan dari kegiatan pendaftaran tanah berdasarkan PP 10/1961 tetap sah sebagai hasil pendaftaran tanah menurut PP yang baru. Perlunya diadakan peraturan Pendaftaran Tanah yang baru oleh karena: Dalam rengka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan secara konsisten. Dalam kenyataannya pendaftaran tanah yang diselenggarakan dengan PP 10/1961 belum cukup memberikan hasil yang memuaskan. Untuk itu dipandang perlu mengadakan penyempurnaan pada ketentuan yang mengatur pendaftaran tanah dalam rangka meningkatkan dukungan yang lebih baik pada pembangunan. 3.PMA/Kepala BPN No. 3 Tahun 1997 Tentang Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah